Gambar 3.7. Gambar rencana benteng kota (citadel) tahun 1787 berjudul “Plan Van Verbetering aan de Fortificatien Van Samarang” koleksi Nationaal Archief Ministerie van Onderwijs, Cultuur en Wetenschap Sumber: http://www.atlasofmutualheritage.nl/nl/Kaart-Samarang.5584 Belum ditemukan peta yang dibuat setelah tahun 1787 hingga akhir abad ke-19 yang menunjukkan dirobohkannya benteng kota tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa transformasi fisik yang terjadi pada Kawasan Kota Lama merupakan bukti perpindahan kekuasaan Kerajaan Mataram
Islam (lokal) ke pihak asing (VOC kemudian Pemerintah Ko-lonial Hindia Belanda) di Semarang pada awal kolonialisasi. Transformasi Kawasan Kota Lama pada akhir abad ke-17 hingga medio abad ke- 18 menunjukkan eskalasi kemapanan VOC menguasai wilayah ini di Semarang setelah disepakatinya tiga perjanjian dengan Kerajaan Mataram. Sementara perkembangan pada abad ke-19 hingga 20 justru menunjukkan semakin kokohnya pendudukan Belanda di wilayah Semarang di luar Kawasan Kota Lama. D. SEMARANG MENUJU KOTA MODERN Paruh pertama abad ke-19. Pembangunan Jalan Raya Pos (Groote Postweg) yang melintasi kota berbenteng VOC merupakan awal perubahan besar-besaran dalam tata kota Semarang, karena sumbu utama yang semula utara – selatan (hilir – hulu) diputar menjadi barat – timur. Sebagai bagian dari sistem pertahanan pula didirikan Fort Prins van Oranje di Pontjol (sekarang Jl. Imam Bondjol) (Gambar 9) untuk menghadapi serangan tentara Inggris yang diperkirakan dari arah barat. Benteng kota dirobohkan pada tahun 1824, sebelum pecah perang Diponegoro. Perang tersebut, meskipun berakhir dengan kekalahan Diponegoro berdampak sangat besar pada kondisi keuangan kerajaan Belanda sehingga mengeluarkan kebijakan baru, Peraturan Tanam Paksa, yang melibatkan seluruh komponen termasuk lembaga penyelenggaraan pemerintahan setempat. Pelaksanaan peraturan yang telah menimbulkan dampak sosial-budaya, ekonomi dan ling-kungan yang luar biasa di Hindia Belanda, membangkitkan arus barang masuk dan keluar. Pertumbuhannya di Semarang nyata pada volume produk pertanian/perkebunan. Peran pengusaha partikelir pada hulu dan perdagangan perantara (makelar), demikian pula pada sektor jasa dan profesional yang dikuasai golongan Belanda dan Eropa lainnya. Kota Benteng mulai berubah pemanfaatannya. Sementara kemiliteran tetap mewarnai kawasan kantor-kantor dagang & jasa bertumbuhan. Alih fungsi dalam pemanfaatan lahan dilakukan seiring dengan penggeseran lokasi bangunan-bangunan bagian dari sistem keamanan. Penataan sistem pemerintahan kolonial juga menempatkan bangunan-bangunan pemerintahan pada lokasi setelah perubahan sumbu-sumbu utama pada dasawarsa pertama abad ke-19. Struktur ruang Kota Lama sudah bergeser meskipun tidak mengubah blok-blok dan sebagian besar perpetakan. Peraturan Tanam Paksa dapat mengisi kembali kas negara yang terkuras oleh perang Jawa. Namun demikian, berkenaan dengan praktek pelaksanaan peraturan tersebut berkembang desakan untuk berubah setelah pertengahan abad ke-19. Sementara itu di Kota Lama, dua sumbu utama terbentuk samakin kuat. Mereka adalah de Heerenstraat atau Jl. Letjen. Suprapto kini, dan Westerwalstraat atau Jl. mPu Tantular. Liberalisasi ekonomi yang membuka peluang bagi swasta telah berhasil mendatangkan perusahaan besar dan perusahaan bentukan baru (terutama di Belanda). Mereka membu-ka kantor perwakilan di Kota Lama, lokasi yang tetap menjadi pilihan utama. Perkembang-an yang terjadi pada kawasan tersebut dalah kemunculan lembaga-lembaga keuangan (bank, asuransi, dan finansial) yang berkumpul di sepanjang Hoogendorpstraat (kini Jl. Ke-podang) sehingga lorong tersebut pernah dijuluki “distrik bank.” Para profesional, yaitu no-taris, pengacara, konsultan perpajakan mengelompok di sepanjang Kerkstraat (Jl. Suari), Hoogendorpstraat (Jl. Kepodang) bagian timur, dan Kerkhoofstraat (Jl. Gelatik). Kantor-kantor perusahaan besar (raksasa), seperti NV Borsumij, NV Geo Wehry, dan NV Jacobson, serta Javasche Bank dan NHM (Nederlandsche Handel Maatschappij) menem-pati lokasi prima, Heerenstraat dekat gerbang utama atau Jembatan mBerok. Bahkan ba-ngunan-bangunan NHM dan de Handelsvereeniging (semacam Kamar Dagang) menjadi gerbang pusat komersial dan perdagangan yang semakin marak tersebut. Di tepi jalan uta-ma yang lain, Westerwalstraat, berderet kantor-kantor Handelmaatschappij Erdmann & Sielcken, Cultuur Maatschappij der Vorstenlanden (PT Perkebunan XIV), dan Koloniale Bank di penggal selatan; dan SMN – Stoomvaart Maatschappij „Nederland‟ (Djakarta Lloyd), KPM – Koninklijke Paketvaart Maatschappij (PT Pelni), Mirandolle,
Voute & Co (GKBI), dan Kantoor Provinciale Waterstaat (Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia). Di sepanjang Heerenstraat dibuka toko-toko eceran aneka barang impor, seperti busana, perhiasan, jam, perkakas rumah tangga, alat-alat musik, dan lampu. Di samping toko spesialis, terdapat dua toko serba ada Zikel (di gedung Marba) dan Spiegel (kini menjadi resto Spiegel). Selain itu juga terdapat dealer mobil dan sepeda motor besar serta sepeda kayuh. Penggal jalan antara Jl. Jalak/Branjangan sampai dengan Jl. Gelatik menjadi pusat pertokoan barang terpilih di masa tersebut. Kantor-kantor dagang terletak menyebar di seluruh penjuru Kota Lama. di antaranya yang besar dan berpengaruh adalah Mc Neill & Co., dan MacLaine & Co. di Oude Stadhuisstraat (Jl. Branjangan), dan Monod Diephuis & Co. di Hoogendorpstraat. Awal abad ke-20 s.d. 1942. Pertumbuhan kegiatan komersial dan perdagangan dan tuntutan kecepatan dalam perangkutan mendesak pengembangan kawasan. Industrialisasi telah diawali sebelum pergantian abad, termasuk oleh perusahaan gas yang memasok rumah sakit, rumah yatim piatu dan kemudian berkembang ke rumah tangga. Desakan kebutuhan ruang untuk perluasan usaha Lindeteves Stokvis yang bergerak di bidang alat-alat berat dan mesin-mesin pabrik gula dan mulai merambah ke komponen konstruksi mendorong perusahaan tersebut mendirikan pabrik di Javaboschestraat (Bandarharjo Selatan). Bersama dengan Vereenigde Javaansche Houthandel Maatschappij, perusahaan pengolahan kayu jati kualitas prima, Lindeteves menempati kaveling besar yang saling berseberangan pada area antara Kota Lama dengan pelabuhan. Keduanya juga terhubungkan dengan rel ke pelabuhan dan stasiun Sentral. Kawasan pergudangan eksklusif dikembangkan di sepanjang Kalibaru pada kedua sisinya karena kawasan Kota Lama menjadi terlalu padat untuk menampung barang impor dan produk pertanian yang akan diekspor. Di antara gudang yang dibangun, Goedang Toedjoe milik NV Kian Gwan (1911) nampak menonjol karena ukuran dan desain façadenya yang sangat menghiasi lorong jalan bersama pantulannya pada badan air. Semakin besarnya peran pengusaha/perusahaan dari negara-negara Eropa dan Asia dalam industri perkebunan dan pengolahan sumber daya alam, serta perniagaan antar benua menyebabkan sejumlah negara merasa perlu membuka perwakilan konsulat di Semarang yang semakin berkembang menjadi kota komersial dan perdagangan. Peta yang dibuat NILLMIJ bertahun 1939 menunjukkan keberadaan konsulat Perancis, Belgia, Siam, Norwegia, Denmark, Inggris, dan Swedia di kawasan Kota Benteng dan sekitarnya. Perkembangan pemikiran mengenai penataan perkotaan di Eropa, dan gerakan Modernisme ikut berpengaruh pada penataan Kota Semarang yang sejak tahun 1906 berstatus kotapraja (gemeente). Dalam penataan lingkup Kotapraja Semarang sejumlah profesional dan keahlian berperan, seperti H.F.Tillema, apoteker yang sangat peduli pada kesehatan lingkungan dan berperan dalam pengadaan layanan air bersih kota, dan selain itu juga W. T. de Vogel, seorang dokter. H. Thomas Karsten, arsitek yang sangat memrihatinkan kondisi sosial penduduk setempat dan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi, serta berupaya keras membawakan agenda sosial dalam pembangunan kota. Pemikiran tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap Kota Lama, kecuali sebagian yang dituangkan ke dalam peraturan bangunan. Yang sempat dituangkan oleh Tillema ketika ia berperan sebagai pengusaha adalah mengembangkan pabrik air dalam kemasan yang diproses dengan standar kebersihan tinggi di tepi selatan bekas dinding benteng
Gambar 3.8. Peta Semarang tahun 1901 berjudul “Stad Samarang”, dipublikasikan oleh 's- Gravenhaagsche boeken handelsdrukkerij, koleksi Leiden University Libraries, Colonial Collection (KIT) Sumber: http://colonialarchitecture.eu/obj?sq=id%3Auuid%3A03929ff6-e672-4122-bc00- 7954b680caa9 Karsten, pembaharu pada alur yang telah dikembangkannya dalam desain arsitektur yang mengakomodasi iklim tropis setempat memberikan kontribusi pembentukan wajah baru Kota Lama pada bangunan-bangunan NILLMIJ (1916), SMN (1930), dan pengaruh pada bangunan Semarangsche Handelsvereeniging yang kini berperan sebagai gerbang Kota La-ma di sisi barat. Arsitek lain pembawa pengaruh Modernisme adalah F.J.L. Ghijsels pada bangunan KPM (1917); C.P. Wolff Schoemaker pada gedung Butterworth & Co., dan Kon-sulat Siam (1921,perlu penelitian lanjut); G.J.P.M. Bolsius, arsitek BOW – Burgerlijke Openbare Werken (Dinas Pekerjaan Umum zaman Kolonial) pada „s Landskas‟ (1924) yang terletak di luar benteng; Liem Bwan Tjie pada kantor pusat N.V. Kian Gwan (1931), dan J.F.L. Blankenberg pada kantor Borsumij (1938). Bangunan-bangunan tersebut menggantikan bangunan lama yang berasal dari abad ke-19 dan dipengaruhi oleh langgam Neo-Klasik atau langgam Kekaisaran (Empire Style).
Pada dasawarsa keempat abad ke-20 Javasche Bank (JB) yang pada tahun 1908 mempunyai kantor baru dengan langgam yang masih memperlihatkan pengaruh jejak Kekaisaran dengan kubah berdenah bujur sangkar dan rumah lonceng pada puncaknya memutuskan untuk membangun kantor baru. Lokasi terpilih adalah di seberang Jembatan mBerok, menghadap ke arah Kota Lama. Adalah arsitek “langganan,” E.H.G. H. Cuypers, bersama A.A. Fermont yang ditugasi merancang bangunan kantor tersebut. Beranjak dari pendekatan sebelumnya, biro Cuypers yang diteruskan oleh Fermont menghadirkan desain yang baru, sculpture Modern yang sangat memukau. Gambar 3.9. Peta Semarang tahun 1935 yang dibuat oleh NILLMIJ. Inzet menunjukkan peta khusus Kota Lama. Sumber: Diunduh 30 April 2016 dari http://colonialarchitecture.eu/
BAB IV KAJIAN MANFAAT TIM REVIEW DESAIN 4.1. KAJIAN MANFAAT TIM REVIEW DESAIN 4.1.1. KONSEPTUAL DESAIN REVITALISASI KKLS Pada Juni 1705 Belanda membangun Fort de Vijfhooek van Semarang, dan dilanjutkan membangun Oude Stad ang kemudian dibentengi sehingga dinamai juga Europeesch-Buurt dengan 5 bastion berbentuk bintang. Secara historis oude stad menjadi Pusat Pemerintahan Kolonial, perdagangan dan jasa skala nasional dan internasional, namun setelah dekolonisasi Kota ini mulai memudar karena Kapital dan usaha milik Belanda mulai ditutup atau dinasionalisasi dan banyak warga yang mulai berpindah sehingga padan 1990-an Kota lama menjadi kota hantu yang kumuh. Usaha revitalisasi dimulai pada tahun 1995-an dan saat ini mulai bangkit dimana pada tahun 2018 dibangun infrastruktur, drainase, jalan, pedestrian dan street furniture dalam rangka mempercepat revitalisasi. Tim review meyakini meyakini bahwa pembangunan di Kota lama harus kontekstual dan menghargai sejarah. Oude Stad yang dirancang dan dibangun dengan struktur ruang (spatial structure) dan bentuk Kota (urban form) yang khas Kota Medieval Belanda, yaitu: 1) Jalannya berkelok-kelok, menggunakan bahan bata dan batu alam, dengan lebar jalan yang berbeda-beda mulai dari gang sempit sampai dengan jalan yang cukup lebar. 2) Ruang jalan berbentuk figuratif karena perimeter banguan di layout mendefinisikan ruang jalan secara tegas 3) Jalan-jalan didesain untuk menuju plaza-plaza terbuka _Paradeplein, Taman Garuda dan Taman Suari 4) As dari Pekojan sampai dengan Tawang adalah simbolik untuk menghubungkan Oude Stad dan Pecinan 5) Jl Letjen Suprapto adalah Civic dan Commercial street terpenting 6) Bangunan dan perabot jalan dirancang mulai dari gaya Kolonial, Neo Klasik, Baroque sampai dengan Modernisme Awal semua terwakili dalam rentang sejarah 3 abad (Historical layers, tidak satu style) Oleh karenanya Tim Review berkeyakinan pembangunan kembali Kota lama harus kontekstual dan menghormati kekayaan rancang bangun Kota dan Arsitektur Oude Stad untuk menampilkan kembali keunikannya, dengan prinsip-prinsip Revisi Desain, sebagai berikut: 1) Jalan vs Pedestrian Masalah desain lama : Motorized Road Design (Desain mengutamakan jalan mobil, pedestrian terabaikan) Solusi : Pedestrianized Street Design (Desain mengutamakan pedestrian) 2) Saluran Drainase & Box Utility Melenceng Dari Rencana Alignment Jalan 3) Pola Paving Tidak Kontekstual Masalah desain lama : Tidak tercermin sistem kosntruksi kuno (Desain pedestrian tidak cocok dengan Dutch Old Town) Solusi : Desain Kontekstual Kota Lama (Desk study dan mengacu foto kota lama Semarang dan kota tua Belanda/Eropa) 4) Taman Bak di Pedestrian Kota Lama Masalah desain lama : Pedestrian dipenuhi bak-bak tanaman, mepersempit jalur pedestrian, menciptakan segregasi ruang Solusi :Perdu ditanam di lantai mepet dinding bangunan, pohon terkomposisi dengan bangunan dan tidak menghalangi pejalan kaki, ruang tanam rata dengan peil pedestrian 5) Remaining Natural & Built Heritage Masalah desain lama : Tidak memperhatikan Konservasi Kawasan Heritage
Solusi : Melestarikan remaining heritage 6) Alignment Jalan Bertentangan dengan Morfologi Jalan Medieval kota Lama Masalah desain lama : Jalan didesain berbasisroad engineering Solusi : Jalan harus harmonis dengan perimeter bangunan yang berkelok dan tidak teratur 7) Desain Perabot Jalan Terlalu Beragam dan Tidak Harmonis dengan Kota Lama 8) Detai-detail kompononen utilitas dll tidak berkualitas 9) Desain Polder Tidak Kontekstual Masalah desain lama : Desain polder moderen, desain rumah pompa sangat engineering Solusi (desain polder tidak cocok dengan Dutch Old Town) : Desain polder + rumah pompa berkarakter kota benteng (desk study : polder mengacu pada bastion & gerbang kota benteng kota lama Semarang dan kota tua bBelanda/Eropa) 4.1.2. HASIL REVIEW DESAIN REVITALISASI KKLS Review desain yang dilakukan oleh Tim Ahli Revitalisasi KKL dimulai pada tanggal 26 Juni 2018 hingga sekarang. Review desain ini dilakukan agar penataan kawasan kota lama semarang tetap mempertahankan nilai historis kawasan tersebut. Ada 2 hal yang menjadi fokus oleh Tim Ahli Revitalisasi KKLS dalam Penataan Kawasan Kota Lama Semarang, yaitu 1) Penataan Jalan Dan Jalur Pedestrian Desain tipe jalan setelah adanya usulan review desain oleh Tim Ahli Revitalisasi KKLS terbagi menjadi 4, yaitu : a) Desain tipe jalan yang hanya diperuntukan bagi pejalan kaki/pedestrian way/no car. Ruas jalan ini menggunakan material penutup lantainya berupa batu andesit atau pada beberapa ruas jalan dengan menggunakan material berupa bata klinker untuk mempertahankan suasana kota lama/medieval cities; b) Desain tipe jalan yang diperuntukan bagi pejalan kaki dan dimungkinkan dilaluI maksimal 1 mobil/lane way. Dengan dengan material penutup jalan berupa paving warna hitam namun untuk jalur pedestrian menggunakan material batu andesit; c) Desain tipe jalan untuk 1 mobil satu arah/one car. Pada jalur ini menggunakan material paving warna hitam dan jalur pedestrian menggunakan material andesit. Sedangkan untuk pembatas antar jalur pedestrian dan jalur mobil menggunakan kansteen; d) Desain tipe jalan untuk 2 mobil dua arah/two car. Pada jalur ini menggunakan material berupa paving dengan warna natural kecuali pada Jalan Soeprapto yang direncanakan menggunakan paving warna hitam. Jalur pedestrian menggunakan material batu andesit dan jalur mobil menggunakan kansteen.
Gambar 8.1 Ilustrasi Konsep Penataan Jalan Dan Jalur Pedestrian Gambar 4.1 Skenario Materplan Jalan dan Jalur Pedestrian
Gambar 4.2. Pola Pemasangan Batu Andesit Pada Jalur Pedestrian 2) Kolam Polder Berok dan Bubakan Kolam polder yang mengelilingi Kawasan Kota Lama Semarang merupakan representasi gerbang kota lama semarang. Kolam Polder Tawang memrepresentasikan gerbang sisi sebelah utara, untuk Kolam Polder Berok merupakan representasi gerbang sisi sebelah selatan, sedangkan Polder Bubakan merepresentasikan Benteng Amsterdam yang mengelilingi kawasan Kota Lama Semarang. Gambar 4.3. Rencana Kolam Polder Berok dan Bubakan Review desain yang dilakukan oleh Tim Ahli Revitalisasi KKLS mengacu pada bastion Benteng Amsterdam yang dapat mengembalikan nilai histori Kawasan Kota Lama Semarang. Pada saat penggalian pondasi untuk kolam retensi bubakan, ditemukan struktur cagar budaya yang diyakini
struktur tersebut merupakan bagian dari struktur benteng Amsterdam yang mengelilingi Kawasan Kota Lama Semarang. Temuan struktur tersebut sudah diteliti oleh Tim BPCB Jawa Tengah dan direkomendasikan untuk tidak dilakukan pekerjaan konstruksi pada titik temuan tersebut. Sehingga area kolam polder bubakan dapat dijadikan sebagai museum kota semarang. Gambar 4.4. Konsep Kolam Polder Berok, dan Bubakan Gambar 4.5. Ilustrasi Rencana Kolam Polder Bubakan beserta mini museum Sedangkan untuk Kolam Polder Berok desain akan memiliki karakter berupa kota benteng yang mengacu pada Gerbang Western. Untuk jalur dan jalan sekitar akan disesuaikan dengan konsep Kolam Polder Berok.
Gambar 4.6. Ilustrasi Kolam Polder Berok C. MANFAAT REVITALIASAI KKLS Manfaat dilaksanakannya Pembangunan Revitalisasi Kawasan Kota Lama Semarang yaitu: 1) NASIONAL a) Negara dan Kota Semarang akan memiliki Kawasan Urban Herritage yang dalam pengembangannya secara teknis konservasi dan revitalisasi lebih dapat dipertanggungawabkan. b) Memori kolektif bangsa dalam bentuk Kota dapat dihadirkan, dilihat, dipelajari pada Kota Lama Semarang. 2) PEMERINTAH a) Kegiatan usaha dan pendapatan serta kenaikan properti akan menambah pendapatan pemerintah dari sektor pajak, restribusi, dan lain-lain b) Meningkatnya kegiatan usaha akan membuka kesempatan kerja dan peningkatan ekonomi Kota 3) SOSIAL DAN LINGKUNGAN MASYARAKAT a) Pembangunan infrastruktur drainase kawasan dan kolam tampungan serta perbaikan lingkungan akan mengurangi genangan banjir b) Kegiatan revitalisasi ruang publik akan menjadi fasilitas rekreasi dan wisata Kota c) Pembangunan Pedestrianisasi memberikan konstribusi terhadap kesehatan fisik dan mental d) Lingkungan kawasan yang berkualitas akan mendukung baik untuk perkembangan anak dan mempererat hubungan sosial e) Kawasan dengan kualitas yang baik akan memacu kegiatan ekonomi, Usaha dan pendapatan meningkat 4) PEMILIK BANGUNAN a) Produktifitas kerja meningkat b) Naiknya harga properti c) Penjualan properti cepat d) Harga tanah naik
BAB V PERKIRAAN KEBUTUHAN BIAYA PERKIRAAN KEBUTUHAN BIAYA PENATAAN KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG (HERITAGE) NO ITEM KONTRAK ADDENDUM 1 ADDENDUM 2 REVIEW DESAIN PEKERJAAN (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1. Pekerjaan 930.262.950,30 930.262.950,30 546.381.537,30 930.262.950,30 Persiapan Pekerjaan 2. Infrastruktur 24.422.714.073,82 20.223.553.307,38 22.849.088.795,33 46.734.462.401,38 Jalan Pekerjaan 3. Infrastruktur 77.556.313.231,51 73.337.659.278,87 85.311.696.061,72 98.798.446.470,07 Drainase Pekerjaan 4. Street 5.980.121.742,60 5.980.121.742,60 5.980.121.742,60 27.053.510.266,49 Furniture Dan Lansekap Pekerjaan Kolam Retensi 5. Dan Rumah 16.803.892.472,03 20.512.887.440,37 20.512.887.440,37 22.781.086.801,09 Pompa Bunderan Bubukan Pekerjaan Kolam Retensi 6. Dan Rumah 16.463.612.114,17 20.134.218.764,85 20.134.218.764,85 29.446.380.082,74 Pompa 81.965.447,12 Jembatan Berok Biaya pemindahan 7. Utility dan BPCB TOTAL+PPN (Rp) 156.372.608.000,00 155.230.573.000,00 170.867.833.000,00 248.408.725.000,00
Search