Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore 1-6 penulis

1-6 penulis

Published by Aar Asqolani, 2020-09-30 13:09:48

Description: 1-6 penulis

Search

Read the Text Version

4466 “Pandemi Covid-19 membuat orang mengarungi badai yang sama, namun tidak dalam perahu yang sama. Pendidikan memampukan kita membuat perahu yang laik layar dalam badai apapun.” Ida Dewa Ayu Istri Ngurah, S.T., M.Sc. DAN ANTI(Ida Ngurah) BOSAN JARAK JAUH EFEKTIF PEMBELAJARAN 46

STRATEGI PEMBELAJARAN JARAK JAUH GURU TANGGUH DI DAERAH 3T Adhimas Wahyu Agung Wijaya 47

STRATEGI PEMBELAJARAN JARAK JAUH GURU TANGGUH DI DAERAH 3T Oleh: Adhimas Wahyu Agung Wijaya STRATEGISpesialis Pendidikan di Wahana Visi Indonesia PEMBELAJARAN JARAK JAUHPendahuluan Menjadi guru di daerah 3T (terdepan, terpencil, dan GURU TANGGUHtertinggal) bukanlah hal yang mudah dilakukan karena diperlukan kreavitas dalam keterbatasan akses sarana- DI DAERAH 3Tprasarana dan teknologi. Namun demikian, guru di daerah 3T memiliki semangat dAadlhaimaskeWtaehrbyuatAagsuanng uWnijtauyka tetap mengajar siswa-siswanya. Berbagai upaya tetap dilakukan di tengah keterbatasan, baik Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) baik secara daring maupun luring. Dalam pelaksanaanya, strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru menjadi sedikit lebih bebas dengan adanya dukungan kebijakan “Merdeka Belajar”, sehingga guru-guru dapat membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang lebih singkat. Di awal pandemi, guru di daerah 3T lebih banyak menggunakan pembelajaran luring dan sebagian kecil lainnya menggunakan pembelajaran daring melalui bantuan teknologi. \"Kami hanya menjalankan tugas kami sebagai guru, jika sebelumnya murid datang ke sekolah mencari ilmu, dalam masa pandemi covid-19 tugas kamilah untuk datang 48

STRATEGIkepada mereka membawa ilmu itu\", ujar salah seorang guru PEMBELAJARANdari Kabupaten Nagekeo yang tetap semangat mengajar JARAK JAUHIGETARTSpeserta didik (Wahana Visi Indonesia, 2020). GURU TANGGUH Pembelajaran Bermakna di Masa Pandemi DI DAERAH 3T NARAJALEBMEPPembelajaran bermakna dilakukan dengan Adhimas Wahyu Agung WijayaHUAJ KARAJmenghubungkan pengetahuan awal, kehidupan-sehari siswa dan materi yang akan dipelajari siswa. Dengan pembelajaran bermakna, ilmu pengetahuan yang didapat siswa dapat HUGGNAT URUGbertahan lebih lama dalam memori jangka panjang mereka (Ausubel, 2012). T3 HAREAD IDUntuk menciptakan sebuah pembelajaran menjadi pembealyaajajriWangbneurgmAaukynhaa, WmaskaamdihadlaAm proses pembelajaran dilaksanakan secara interaktif, komunikatif dan re lektif. Dalam prosesnya, banyak guru di daerah 3T mengajar siswa untuk dapat belajar secara re lektif. Dengan pembelajaran re lektif, guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa, seberapa penting dan menarik materi pembelajaran itu bagi siswa. Apabila siswa dapat menjelaskan dengan kata- katanya sendiri apa yang telah dipelajarinya, maka siswa tersebut sudah dapat disebut melakukan proses internalisasi pengetahuan dan re leksi terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam masa pandemi, tingkat kecepatan memahami pelajaran dari masing-masing siswa mungkin berbeda cukup jauh, karena dipengaruhi kondisi psikologis siswa dan dukungan orang tua kepada siswa untuk belajar. Oleh sebab 49

itu, apabila dimungkinkan guru sebaiknya tetap bijak dalam mengelola pembelajaran dan menyesuaikan dengan IGETARTSkapasitas memori siswa/ kemampuan siswa dalam belajar, mengingat siswa beradaptasi dari belajar di sekolah ke NARAJALEBMEPbelajar dengan beberapa keterbatasan di rumah. Walaupun HUAJ KARAJpengetahuan yang dikuasai siswa masih terbatas, namun apabila siswa merasa senang dalam belajar, maka pengetahuan yang masih sedikit itu akan terinternalisasi HUGGNAT URUGatau masuk ke dalam memori jangka panjang anak, sehingga bermanfaat untuk masa depan mereka kelak. T3 HAREAD IDStrategi Pembelajaran Jarak Jauh yang Menyenangkan aKyoajnidWisgi nbuelgaAjauryyhaanWg tsidamakihiddeAal dalam masa pandemi memaksa guru untuk memutar otak dan menggunakan sumber daya yang ada di sekitar mereka, termasuk di antaranya pembelajaran yang re lektif. Ada beberapa hal baik yang sudah dicoba diterapkan oleh guru-guru di daerah 3T. Pertama, menggali sumber belajar di sekitar tempat tinggal siswa yang sekaligus dapat mengasah karakternya. Tujuannya untuk membuat pembelajaran menjadi lebih dekat dengan siswa, menonjolkan ciri khas daerah, dan membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Misalnya, pendidikan karakter dengan spirit Kulababong di Sikka pada dua nilai utama (keutamaan) yang harus ditumbuhkembangkan menjadi karakter peserta didik, yakni toleransi dan tanggungjawab (Wahana Visi Indonesia, 2018). Materi pembelajaran dapat bersumber dari adat 50

STRATEGIistiadat, kearifan lokal, tarian daerah, kerajinan tangan, lagu PEMBELAJARANdaerah, cerita rakyat, dan sistem kepercayaan, namun tetap berpedoman kepada kurikulum nasional ataupun kurikulum JARAK JAUHdarurat. Contoh lain misalnya salah seorang guru di GURU TANGGUHManggarai Timur. Beliau mengajarkan siswa untuk mengenali hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan DI DAERAH 3Tpengaruhnya terhadap musim (Wahana Visi Indonesia, 2020). Dengan media pembelajaran dari lingkungan sekitar Adhimas Wahyu Agung Wijayasiswa, mereka akan dapat belajar dimana pun berada dan proses pembelajaran menjadi menyenangkan. Dengan alat dan media pembelajaran yang sederhana, guru juga dapat melakukan pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah. Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk mengasah kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran ini dapat dilaksanakan dengan praktikum sederhana misalnya dengan memanfaatkan barang-barang bekas menjadi sebuah produk misalnya kapal sederhana. Salah satu praktikum dilakukan oleh salah seorang guru di SDK Wae Mata Manggarai Barat yang mengajarkan pembelajaran campuran homogen dan heterogen kepada siswa-siswa pada masa pandemi, namun tetap dengan memperhatikan protokol kesehatan. Respon positif siswa terhadap proses pembelajaran didapatkan melalui jurnal siswa (Wahana Visi Indonesia, 2020). Ada beberapa hal positif dalam proses pembelajaran jarak jauh ini, yaitu komunikasi antara guru dan orang tua menjadi lebih 51

baik dan orang tua semakin mendukung belajar anaknya, sehingga anak semakin nyaman untuk belajar. Guru juga dapat memadukan pembelajaran dengan STRATEGIgerakan dan lagu, sehingga siswa mempunyai kemampuan PEMBELAJARANmengingat (memori) jangka panjang yang lebih baik. Selama ini gerak dan lagu lebih banyak dilakukan untuk PAUD JARAK JAUHsedangkan berkurang ketika siswa melanjutkan ke SD, SMP, dan SMA. Hal ini dilaksanakan oleh salah satu sekolah GURU TANGGUHdampingan Wahana Visi Indonesia di Kalimantan Barat dengan mengusung tema besar Sekolah Hijau. Ibu Esnawati, DI DAERAH 3Tsalah satu orang guru di SDN 5 Angan Tembawang mengajarkan gerak danAladghuimdaalsamWaphryouseAsgpuenmgbWeliajjaayran baik dalam kegiatan awal, kegiatan inti, maupun kegiatan akhir khususnya ketika mengajar literasi. Nilai khas sekolah juga dapat dilakukan dengan gerakan harmoni sesama, harmoni diri, dan harmoni alam seperti yang dilakukan di Kabupaten Singkawang ini. Gambar 1. Gerak harmoni alam, harmoni diri dan harmoni sesama di salah satu sekolah di Singkawang. Sumber: dokumen Wahana Visi Indonesia 52

Pembelajaran tematik juga dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran jarak jauh dapat dan tetap menghubungkan hal yang terdekat dengan siswa, misalnya belajar tentang nasi goreng. melalui materi tersebut, siswa dapat belajar bahasa Indonesia (dengan membuat teks prosedur bahasa Indonesia), matematika (menghitung kalori nasi goreng dan menghitung biaya membuat nasi goreng), IPA (belajar kandungan gizi/ nutrisi dari nasi goreng), keterampilan (belajar membuat nasi goreng yang enak) dan TIK (Teknologi, Informasi dan Komunikasi) dengan cara membuat videonya. Topik dari pembelajaran tematik ini bisa disesuaikan dengan sumber-sumber lokal di daerah masing- masing. Dengan segala upaya menerapkan strategi belajar yang menarik dan meAndyheinmaansgkWaanh, ysuemAgaunnggatWgiujaryuauntuk berkolaborasi dan berkoordinasi dengan rekan sesama guru, DI DAERAH 3Tpraktisi, dan dinas pendidikan menjadi hal yang sangat perlu GURU TANGGUHdiapresiasi pada masa pandemi ini. Misalnya, di Kabupaten Jayawijaya ada program radio LABEWA (Lagu dan Belajar JARAK JAUHAnak Wamena). Program tersebut bertajuk “Belajar di RRI” untuk anak SMP/sederajat dan “Labewa-Lagu dan Belajarnya PEMBELAJARANanak Wamena” untuk anak-anak usia Sekolah Dasar. Kedua STRATEGIProgram siaran ini bermuatan edukatif (pelajaran dan informasi pencegahan COVID-19) dan rekreatif (hiburan). Kedua Program belajar tersebut menghadirkan guru dari beberapa sekolah untuk mengajar di studio dan dipancarkan 53

melalui siaran RRI setiap hari Senin-Jumat selama bulan Maret-Juni 2020. Di Sentani Jayapura, juga dilakukan IGETARTSpendampingan untuk guru-guru agar dapat menguasai teknologi agar dapat mendampingi siswa-siswa. Untuk NARAJALEBMEPdaerah 3T kolaborasi banyak dilaksanakan dengan media HUAJ KARAJradio dan aplikasi pengiriman pesan (WA). Hal ini membuktikan dengan segala keterbatasan, kolaborasi masih HUGGNAT URUGdapatdilaksanakandenganbaik. T3 HAREAD ID ayajiW gnugA uyhaW samihdA Gambar 2. Siaran radio Labewa di Wamena dalam rangka Belajar Dari Rumah (BDR) Sumber dokumen : Wahana Visi Indonesia. Walaupun banyak praktik baik yang telah dilakukan oleh guru, pemberian umpan balik (feedback) adalah hal terakhir yang masih perlu ditingkatkan kapasitasnya oleh mereka pada masa pandemi. Ada tiga macam umpan balik efektif yang bisa diberikan oleh guru kepada murid, yaitu umpan balik tujuan belajar yang sudah dipahami oleh siswa, umpan balik terhadap kemajuan belajar siswa, dan umpan 54

balik konsekuensi. Umpan balik konsekuensi membantu mencari tahu apa yang dikuasai oleh siswa dan IGETARTSmengarahkannya dan mencari tahu strategi belajar yang tepat untuk siswa (Hattie & Timperley, 2007). Misalnya, NARAJALEBMEPdalam literasi, siswa dapat membaca dengan cukup baik dan HUAJ KARAJlancar tetapi belum mempunyai pemahaman yang baik, maka umpan balik yang diberikan oleh guru adalah bagaimana cara meningkatkan pemahaman siswa. HUGGNAT URUGDalam penerapan strategi belajar, leksilibitas menjadi hal yang penting. Misalnya, ketika sekolah T3 HAREAD IDmenerapkan pembelajaran luring untuk sementara waktu di daerahay3aTjiWmeglnaulugiAruaydhioa,WnasmamuinhdsAeiring kompetensi guru terhadap teknologi daring yang meningkat, guru dapat melaksanakan kombinasi pembelajaran luring dan daring secara bersamaan. Fleksibilitas ini juga dapat dilaksanakan untuk melihat keefektifan siswa dalam belajar. Misalnya, pemberian tugas atau belajar melalui permainan yang lebih efektif untuk dilaksanakan. Gambar 3. Siswa SDI Daleng melakukan Gambar 4. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Penjas presentasi dalam PJJ di Manggarai Barat Menyenangkan di SDI Daleng Manggarai Barat Sumber : Wahana Visi Indonesia Sumber: Wahana Visi Indonesia 55

Penutup Pada masa pandemi, guru di daerah 3T dengan segala keterbatasan tetap berjuang untuk membantu memberikan pendidikan untuk anak-anak dengan interaktif agar pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan menarik dan menyenangkan dengan pembelajaran berbasis pendidikan karakter, strategi pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran interaktif melalui gerakan/lagu. Namun demikian, pembelajaran perlu tetap mendapatkan dukungan dari semua pihak baik guru dan pemerintah daerah, karena tantangan mengajar di daerah 3T tentu saja bukan hal yang mudah bagi guru maupun siswa. Persiapan ekstra perlu dilakukan oleh guru misalnya ketika guru melakukanAPdJhJimpearsluWmaheymueAtagkuannglWokiajasiyatempat tinggal siswa dan berkomunikasi dengan intensif dengan DI DAERAH 3Torang tua. Dengan dukungan dari semua pihak termasuk GURU TANGGUHorang tua, maka tugas mengajar guru akan menjadi lebih ringan dan anak-anak mendapatkan hasil belajar yang JARAK JAUHmaksimal dari strategi pembelajaran yang sudah disiapkan olehguru.PEMBELAJARAN STRATEGI 56

DAFTAR PUSTAKA Ausubel, D. P. (2012). The Acquisition and Retention of STRATEGIKnowledge: A Cognitive View. Springer Science and BusPineEssMMediaB. ELAJARAN Hattie, J., & Timperley, H. (2007). The Power of Feedback. JARAK JAUHReview of Educational Research, 77(1),81-112. Wahana Visi Indonesia (2018). Panduan Praktis Pendidikan GURU TANGGUHKarakter Kontekstual. Tangerang Selatan: Wahana Visi Indonesia. DI DAERAH 3TWahana Visi Indonesia. Kumpulan RPP Merdeka Belajar di Daerah 3T dalamA dMhaimsaa Ps aWnadhemyui ACogvuindg-1W9.ijTaaynagerang Selatan: Wahana Visi Indonesia. Wahana Visi Indonesia. (2020a). Buku Saku Dukungan Psikososial Bagi Guru dan Siswa Tangguh di Masa Pandemi Covid-19. Tangerang Selatan: Wahana Visi Indonesia. Wahana Visi Indonesia. (2020b). Menjadi Orang Tua Tangguh di Masa Pandemi Covid-19. Tangerang Selatan: Wahana Visi Indonesia. Wahana Visi Indonesia. (2020c). Guru Tangguh di Tengah Pandemi. Tangerang Selatan: Wahana Visi Indonesia 57

STRATEGI Adhimas Wahyu Agung Wijaya (Adhi) bekerja sebagai PEMBELAJARANSpesialis Pendidikan Wahana Visi Indonesia. Wahana Visi Indonesia (WVI) adalah yayasan sosial kemanusiaan Kristen JARAK JAUHyang bekerja untuk membuat perubahan yang GURU TANGGUHberkesinambungan pada kehidupan anak, keluarga dan masyarakat yang hidup dalam kemiskinan. Saat ini WVI juga DI DAERAH 3Tmelakukan program dukungan pendidikan dalam masa pandemik untuk sekolah dampingan di beberapa daerah 3T Adhimas Wahyu Agung Wijayadi Indonesia seperti beberapa kabupaten di Kalimantan Barat, NTT dan Papua. Adhi mempunyai pengalaman bekerja sebagai spesialis pendidikan, praktisi pendidikan, fasilitator/trainer, dan penulis, setelah sebelumnya menjadi guru di Papua Barat. Bidang pekerjaan yang menjadi fokusnya meliputi 58

STRATEGIpendidikan karakter kontekstual untuk pendidikan dasar, PEMBELAJARANliterasi dan numerasi, kurikulum, pendidikan IPA dan penelitian pendidikan. Walaupun sudah pernah menulis JARAK JAUHuntuk penelitian, tetapi terlibat menulis untuk buku bunga GURU TANGGUHrampai adalah pengalaman pertama baginya. Penulis telah menyelesaikan sarjana pendidikan di Universitas Negeri DI DAERAH 3TMalang dan Magister Pendidikan dengan fokus Kurikulum di Universitas Queensland, Australia. Adhimas Wahyu Agung Wijaya 59

STRATEGI“Pembelajaran yang menyenangkan PEMBELAJARANakan meningkatkan motivasi belajar dan tersimpan dalam memori jangka JARAK JAUH GURU TANGGUH panjang anak.” DI DAERAH 3T (Adhimas Wijaya) Adhimas Wahyu Agung Wijaya 60

PENGATURAN WAKTU SEBAGAI WUJUD EFEKTFITAS DIRI DI MASA PANDEMI Melania Niken Larasati 61

PENGATURAN WAKTU SEBAGAI WUJUD EFEKTIVITAS DIRI DI MASA PANDEMI Oleh: Melania Niken Larasati Staf/Peneliti di Yayasan Ruangguru Pendahuluan Pada bulan Maret 2020, angka kasus Covid-19 mulai meningkat, sehingga berbagai langkah preventif diambil pemerintah pusat serta daerah. Salah satu langkah besar yang diambil adalah penutupan (sementara) sekolah serta kampus untuk jangka waktu yang belum ditentukan pada saat itu. Semua pengajaran diselenggarakan secara jarak jauh, atau dikenal dengan sebutan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Tenaga pendidik dituntut untuk mengubah metode pengajaran dalam waktu singkat dan sistem pengajaran konvensional hampir tidak dapat diterapkan lagi. Survei Yayasan Ruangguru (2020) menunjukkan 4 kendala utama yang dialami guru-guru, yaitu i) sarana penunjang tidak memadai, ii) penyesuaian pedagogis, iii) manajemen waktu dan e ikasi diri, dan iv) motivasi dan kolaborasi. Mengacu pada matrix pembagian waktu oleh Stephen Covey, sesi ini akan mengajak guru-guru melakukan analisa kondisi pembelajaran saat ini dan alokasi dalam 4 kuadran matrix pembagian waktu dengan 2 dimensi pengukuran, urgensi dan kepentingan. Kuadran 1 merujuk pada tuntutan yang mendesak untuk segera di selesaikan. Kuadran 2 62

merupakan tuntutan yang penting, namun tidak harus diselesaikan dalam waktu dekat. Kuadran 3 adalah pekerjaan yang datang secara mendadak, namun tidak memiliki tingkat kepentingan tinggi. Sedangkan kuadran 4 terfokus pada pekerjaan dengan tingkat kepentingan dan urgensi rendah. Dalam melaksanakan PJJ seringkali tanpa disadari guru terjebak dalam kuadran 3 atau 4, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang banyak menyita waktu dan tenaga dengan hasil kurang maksimal. Ruangguru berkomitmen untuk dapat terus mendukung terlaksananya PJJ yang efektif melalui platform LMS Ruangkelas yang tersedia gratis bagi seluruh guru dan murid di Indonesia. Berbagai itur juga ditawarkan secara gratis untuk mempermudah guru dalam memberikan bahan ajar dan tugas untuk penilaian siswa/i. Sebagai salah satu tokoh utama dalam memperkuat bangsa menghadapi pandemic Covid-19, guru harus terus didukung dalam menjalankan peran dan tugasnya dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak Indonesia. Kendala Yang Dialami Guru Selama PJJ Dalam riset yang dilakukan tim Yayasan Ruangguru (Yayasan Ruangguru, 2020) terhadap guru-guru di seluruh wilayah Indonesia, ditemukan 4 tantangan utama dalam pelaksanaan PJJ. Pertama, kurangnya sarana penunjang pelaksanaan PJJ seperti smartphone atau gadget baik milik 63

guru maupun siswa/orang tua. Jaringan yang stabil juga masih menjadi kendala di beberapa wilayah, ditambah dengan keterbatasan guru dan siswa dalam pembelian kuota internet. Kedua, guru-guru juga kesulitan melakukan penyesuaian kurikulum yang awalnya sudah dipersiapkan sebelum tahun akademik dimulai. Melakukan perubahan signi ikan secara mendadak pada sistem pembelajaran yang sudah dijalankan selama puluhan tahun bukanlah hal mudah. Guru-guru dituntut untuk dapat menciptakan aktivitas pembelajaran jarak jauh yang informatif, namun juga menarik dan menyenangkan, sedangkan kebanyakan guru- guru belum pernah mendapatkan informasi mengenai teknik pembelajaran digital. Diwaktu yang sama, guru-guru tetap harus melaksanakan penilaian dan evaluasi terhadap hasil belajar siswa, yang akan menentukan capaian siswa di akhir tahun akademik. Kedua tantangan di atas yang kemudian berdampak pada tingkat kepercayaan diri guru dalam pengajaran, serta tingkat motivasi belajar siswa yang menjadi kendala ketiga dan keempat. Masih banyak guru yang merasa kekurangan informasi dan referensi dalam mengadakan pembelajaran digital yang kreatif dan interaktif. Pada akhirnya, terjadi penurunan keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagian besar tantangan yang dialami para pendidik menuntut penyelesaian melalui keterampilan pembagian 64

waktu yang baik. Dalam risetnya, SMERU menemukan bahwa selama pandemi, guru dituntut untuk menyesuaikan waktu kerja mereka agar bisa berkomunikasi secara rutin dengan murid dan orang tua. Persepsi kesibukan guru dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan materi pengajaran dan melakukan penilaian, adanya waktu di luar jam sekolah untuk mengunjungi murid atau berkomunikasi dengan orang tua, serta adanya beban untuk mengerjakan pekerjaan guru dan rumah tangga secara bersamaan.”(SMERU, 2020, p. 6) Manajemen Waktu Sebagai Wujud Efektivitas Diri Mengatur waktu dengan baik adalah salah satu cara untuk mewujudkan efektivitas diri. Hal tersebut memudahkan kita dalam mengelola diri, menyelesaikan pekerjaan, hingga melakukan hal di luar pekerjaan dengan lebih teratur. Kuadran manajemen waktu oleh Eisenhower yang dipopulerkan Stephen Covey (Covey, 1989) memperkenalkan kuadran aktivitas yang dapat membantu kita menentukan prioritas dan mengelola waktu dengan lebih baik. Dalam kuadran manajemen waktu Eisenhower, kita diajak menilai aktivitas berdasarkan skala kepentingan dan waktu. Aktivitas ini dapat membantu guru-guru dalam melakukan langkah-langkah praktis sederhana yang dapat mengatasi kendala dalam PJJ, utamanya dalam pengaturan waktu dan prioritas kegiatan 65

Gambar 1. Matrix Pembagian Waktu Eisenhower Terdapat 4 kuadran utama yang dibagi berdasarkan tingkat kepentingan sebuah tugas dan tanggung jawab, dan seberapa mendesak nya untuk diselesaikan (Gambar 1). Dalam laman Eisenhower (Eisenhower, 2011) pembagian karakteristik setiap kuadran adalah sebagai berikut: · Kuadran 1 terdiri dari tugas dan tanggung jawab yang mendesak dan memiliki tingkat kepentingan tinggi. Tugas-tugas yang masuk dalam kuadran 1 pada umumnya harus dikerjakan di hari yang sama. Sebagai pendidik, kegiatan yang masuk kedalam kuadran 1 misalnya pengerjaan laporan kegiatan sekolah atau memasukkan nilai anak didik. · Kuadran 2 terdiri dari tugas dan tanggung jawab yang harus diutamakan karena jika ditekuni dapat mengembangkan komitmen dan disiplin. Hal-hal yang 66

harus dilaksanakan dalam kuadran 2 sudah terjadwal sebelumnya, memudahkan kita untuk mengatur beban kerja sehingga menimalisir risiko stress. Tugas dan tanggung jawab guru yang dapat terjadwal dan masuk dalam kuadran 2 antara lain; merancang aktivitas pembelajaran jarak jauh, melakukan evaluasi kegiatan belajar mengajar yang sudah berjalan, dan mengikuti berbagai macam pelatihan peningkatan kompetensi ajar. Beberapa hal tersebut sebaiknya sudah diberikan alokasi waktu, dan dengan menjalankan kegiatan ini maka akan membantu menghindari tugas dan tanggung jawab mendadak yang harus dilaksanakan. · Kuadran 3 merupakan limpahan tugas dan tanggung jawab yang belum dapat diselesaikan dalam kuadran 1 dan 2, sehingga terdiri dari hal-hal yang belum menjadi prioritas dan umumnya merupakan kegiatan yang kurang produktif. Revisi laporan yang berulang merupakan contoh kegiatan yang masuk kedalam kuadran 3, karena merupakan dampak dari kurangnya perencanaan pada saat membuat laporan di awal. Pemberian tugas yang berlebihan kepada anak didik juga menjadi bentuk kegiatan kurang produktif. Hal ini disebabkan karena kurang matangnya perencanaan program pembelajaran, sehingga guru-guru bergantung pada pemberian 67

tugas. · Kuadran 4 adalah tugas dan tanggung jawab yang sebaiknya dieliminasi karena tergolong tidak produktif, tidak mendesak, dan tidak penting. Kegiatan di kuadran 4 umumnya berbentuk distraksi yang perlu dieliminasi untuk memastikan manajemen waktu yang e isien, misalnya menonton TV atau mengobrol di WhatsApp dengan kerabat disaat jam mengajar. Menerapkan Kuadran Manajemen Waktu Untuk E isiensi Pembelajaran Jarak Jauh Gambar 2. Rangkuman Langkah-langkah Se ap Kuadran Langkah-langkah praktis serta penyusunan prioritas kembali dapat diterapkan para guru untuk meningkatkan efektivitas manajemen waktu masa PJJ (Gambar 2). seorang 68

guru dapat menilai kembali seluruh kesibukan, tugas dan tanggung jawab yang saat ini dijalankan, serta dialokasikan ke dalam kuadran 1 – 4. Prioritas pertama sebaiknya fokus pada kegiatan dalam kuadran 2, dimana tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan sudah terjadwal dan terdapat alokasi waktu untuk perencanaan yang matang. Tugas dan tanggung jawab yang masuk kedalam kuadran 1, dapat menjadi prioritas kedua. Walaupun mendesak, namun kegiatan dalam kuadran 1 sebaiknya tidak menjadi kebiasaan karena dapat memicu stress dan membentuk kebiasaan kurang baik dalam mengatur waktu. Langkah praktis yang dapat diambil guru untuk memastikan PJJ yang efektif dan menarik sebagai berikut. a. Mencari sumber informasi dan bahan ajar yang sudah disesuaikan dengan kondisi PJJ. Misalnya, laman bersamahadapikorona.com (Kemendikbud, 2020) yang disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk dapat menyediakan panduan dan materi ajar yang relevan. b. Melakukan perencanaan pembelajaran dalam jangka waktu yang cukup. Misalnya, pembuatan kurikulum dan rencana belajar untuk 2 minggu s.d. 1 bulan ke depan untuk memastikan kompetensi inti dan kompetensi dasar pembelajaran tetap terlaksana. c. Melakukan komunikasi aktif dengan seluruh 69

komponen pengajaran, termasuk kepala sekolah dan orang tua murid untuk memastikan kendala-kendala di lapangan seperti jangkauan dan akses internet, diketahui dan dapat dicarikan solusi terbaik. Dengan mengetahui dan mengalokasikan tugas dan tanggung jawab sesuai kuadran matriks manajemen waktu, maka diharapkan para guru dapat melaksanakan PJJ dengan lebih efektif, dan memiliki waktu persiapan yang cukup untuk memastikan pengajaran yang menarik. Penutup Melihat situasi pandemi saat ini, akan sulit untuk mengetahui kapan kegiatan belajar mengajar dapat kembali ke situasi normal. Seluruh komponen pendidikan, baik pemerintah maupun sektor swasta saat ini sedang berkolaborasi untuk bisa mendukung pembelajaran jarak jauh yang menarik dan tetap edukatif. Dukungan terhadap para pendidik Indonesia sangat dibutuhkan, baik dalam bentuk sarana maupun prasarana. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa sebagian guru juga menjalankan peran ganda sebagai pendidik dan orang tua. Persiapan PJJ membutuhkan waktu dan persiapan yang lebih ekstensif dibandingkan dengan pembelajaran normal. Hal ini menjadi tanggung jawab bagi para guru yang di satu sisi harus mengajar anak didiknya, dan di sisi lain, juga harus hadir 70

sebagai orang tua yang mendampingi pembelajaran anak- anaknya. Matriks manajemen waktu diharapkan dapat hadir sebagai solusi praktis dan mudah untuk diterapkan agar dapat memberikan waktu persiapan lebih banyak sehingga tugas dan tanggung jawab pendidik dapat dilakukan secara produktif dan memberikan hasil pengajaran yang maksimal dan sesuai. DAFTAR PUSTAKA Covey, S. (1989). 7 Habits of Highly Effective People. New York: Free Press. Eisenhower. (2011). Eisenhower.me. Retrieved from https://www.eisenhower.me/eisenhower-matrix/ Kemendikbud. (2020). Bersama Hadapi Korona. Retrieved fromhttps://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id /materi-materi-pengayaan-pendukung-belajar-dari- rumah/ SMERU. (2020). You are here Depan » Belajar dari Rumah: Potret Ketimpangan Pembelajaran pada Masa Pandemi COVID-19 Belajar dari Rumah: Potret Ketimpangan Pembelajaran pada Masa Pandemi COVID-19. Jakarta: SMERU.Yayasan Ruangguru. (2020, July). Hasil Survei Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) 71

Sebagai Program Manager, Niken bertanggung jawab atas perencanaan strategis, kelancaran operasional program dan pencapaian objektif Yayasan Ruangguru, terutama dalam peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan di pelosok Indonesia. Saat ini Niken, dan Yayasan Ruangguru menjalin berbagai kerjasama aktif dengan institusi, sector swasta dan juga kementerian/Lembaga, termasuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dalam berbagai bentuk program berpusat pada Pendidikan. Sebelum menjadi IMPACT Manager di Ruangguru, Niken bekerja sebagai Child Protection Of icer di UNICEF Indonesia, ia aktif melakukan berbagai kampanye perlindungan anak, mengembangkan organisasi anak muda melalui berbagai strategi, dan mengembangkan undang- undang perlindungan anak yang lebih komunikatif melalui kampanye sosial media. Niken juga pernah bekerja sebagai 72

Child Protection Of icer di Church World Service dengan fokus melacak, menganalisis dan menanggapi permasalah yang dihadapi anak-anak pencari suaka dengan melakukan konseling dan kunjungan rumah secara rutin. Niken juga memiliki pengalaman praktik di bidang Pendidikan, dimana ia bekerja sebagai guru bagi anak-anak usia dini. Niken meraih gelar sarjana Politik dan Hubungan Internasional di Monash University, Australia dan gelar master Studi Anak Internasional di King's College London dengan judul disertasi “The Forgotten Boys-Gender Bias in Tackling Sexual Violence Against Children”. Niken juga menjadi salah satu kontributor dalam penulisan jurnal “Childhood Sexual Violence in Indonesia: A Systematic Review” , yang menganalisa secara lebih dalam tentang ketersedian informasi dan riset tentang kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia agar dapat menjadi masukan pembuat kebijakan. Panggilan hidup Niken pada dunia anak dan Pendidikan, mendorong ia untuk terus berkarya dan berkontribusi dalam mewujudkan kualitas Pendidikan yang baik dan merata. . 73

“Belajar secara daring memang menjadi tantangan, namun juga bisa meningkatkan efektivitas proses belajar dan mengasah pelajar dan pengajar yang kreatif, eksploratif, dan maju. Ini adalah saatnya kita semua menyambut pembelajaran sebagai kesempatan berkembang bersama.” (Melania Niken L) 74

MEMULIHKAN PENURUNAN KEMAMPUAN SISWA SAAT SEKOLAH DIBUKA KEMBALI Florischa Ayu Tresnatri 75

MEMULIHKAN PENURUNAN KEMAMPUAN SISWA SAAT SEKOLAH DIBUKA KEMBALI Oleh: Florischa Ayu Tresnatri Peneliti The SMERU Research Institute Pendahuluan Pandemik COVID-19 telah mengakibatkan sekolah ditutup dalam waktu yang lama. Para siswa pun terpaksa melaksanakan Belajar dari Rumah (BDR) selama lebih dari tiga bulan akibat penutupan sekolah sejak Maret 2020. BDR yang dilaksanakan oleh siswa bervariasi. Siswa yang belajar di sekolah negeri yang berlokasi di wilayah desa, khususnya di luar Pulau Jawa, rentan mengalami penurunan kemampuan belajar. Selain karena terbatasnya akses terhadap alat komunikasi dan internet, hal tersebut turut disebabkan oleh terbatasnya pemberian pengajaran, tugas, maupun umpan balik yang tidak setiap hari dilakukan oleh guru kepada kelompok siswa tersebut. Di sisi lain, siswa dengan kemampuan di atas rata-rata cenderung memiliki akses terhadap fasilitas yang lebih baik selama Belajar dari Rumah, dan bahkan didampingi oleh orang tua yang berpendidikan lebih tinggi dan lebih rutin berkomunikasi dengan guru. (Ali ia et al. 2020) Variasi praktik BDR tersebut menghasilkan ketimpangan kesempatan belajar siswa. Dengan kata lain, siswa dengan lingkungan yang kurang mendukung kegiatan 76

belajar dari rumah akan mengalami penurunan kemampuan belajar dan tertinggal dari siswa berstatus sosio-ekonomi tinggi yang memiliki sistem pendukung yang baik selama belajar dari rumah. Ketimpangan kemampuan belajar tersebut sesungguhnya sudah diamati bahkan sebelum penutupan sekolah selama pandemi COVID-19 ini. Hanya saja, jika tidak dilakukan upaya apapun untuk menangani penurunan kemampuan belajar akibat BDR ini, terutama saat sekolah dibuka kembali, maka ketimpangan tersebut akan semakin besar dan bahkan akan terakumulasi hingga siswa menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan ketika siswa kembali masuk sekolah, terdapat beberapa pengetahuan dan keterampilan yang siswa tidak dapatkan akibat proses BDR yang tidak optimal. Jika siswa tidak diajarkan sesuai dengan kemampuan belajarnya pada titik tersebut, maka siswa tidak akan dapat memahami materi ajaran baru yang diberikan di sekolah, terutama jika materi baru tersebut membutuhkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari selama BDR. Ketertinggalan siswa ini akan terakumulasi seiring dengan meningkatnya kelas atau jenjang pendidikan yang ditempuh oleh siswa. Dampaknya, dalam jangka panjang, mereka berpotensi mengalami kesulitan saat bersaing di dunia kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Andrabi, et al. (2020) mengukur dampak dari penutupan sekolah selama 3,5 bulan 77

akibat bencana alam gempa bumi di Pakistan. Hasilnya membuktikan bahwa empat tahun setelah gempa bumi tersebut, infrastruktur, tingkat ekonomi, dan kesehatan telah pulih kembali, namun, tingkat pembelajaran siswa masih terdampak. Hasil ujian dari siswa di daerah yang terdampak gempa bumi tertinggal sebanyak 1,5 hingga 2 tahun jika dibandingkan dengan siswa yang tidak terdampak oleh gempa bumi. Kehilangan pembelajaran ini lebih lanjut akan mengakibatkan pendapatan siswa lebih rendah sebesar 15% pada setiap tahunnya ketika siswa dewasa. Ironisnya, penutupan sekolah hanya berkontribusi sebanyak 10% terhadap ketimpangan hasil ujian. Mayoritas justru disebabkan oleh siswa yang tidak dapat mengejar ketertinggalan terhadap kurikulum saat siswa bersekolah kembali. Oleh karena itu, upaya untuk memitigasi penurunan dan ketimpangan kemampuan belajar sangatlah penting untuk dilakukan saat sekolah dibuka kembali untuk pembelajaran tatap muka. Bagian selanjutnya akan menjelaskan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Upaya Mitigasi Penurunan Kemampuan Belajar Beatty et al. (2020) memetakan upaya-upaya untuk memitigasi penurunan kemampuan siswa yang dapat dilakukan saat sekolah dibuka kembali. Pertama, adakan 78

pertemuan dengan orang tua siswa untuk memberi penjelasan tentang rencana membuka kembali sekolah. Melibatkan orang tua dan mendapatkan kerja sama mereka sejak awal sangatlah penting. Jika pertemuan dalam kelompok kecil dianggap terlalu berisiko, maka pertemuan dapat dilakukan secara daring atau dengan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah. Kedua, lakukan asesmen diagnostik pembelajaran pada semua siswa saat masuk sekolah kembali. Asesmen diagnostik dilakukan untuk memetakan kemampuan semua siswa di kelas secara cepat lalu mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat pembelajaran siswa. Dengan demikian, guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa. Sekolah dapat melakukan asesmen diagnostik berbasis aplikasi atau komputer untuk siswa kelas 4 ke atas. Untuk siswa kelas bawah (kelas 1, 2, dan 3), guru perlu melakukan asesmen literasi dan numerasi dasar secara perorangan. Apabila asesmen diagnostik tidak tersedia, guru dapat menggunakan asesmen untuk kelas yang lebih rendah, misalnya soal tes kelas 4 diujikan kepada siswa kelas 5. Ketiga, lakukan diferensiasi pengajaran. Pengalaman siswa belajar dari rumah bisa jadi berbeda-beda, sehingga penurunan kemampuan siswa dalam satu kelas bisa sangat bervariasi. Siswa perlu mendapat pengajaran sesuai dengan tingkat pembelajarannya saat ini. Pengajaran berbeda 79

kemudian dilakukan kepada siswa yang dikelompokkan berdasarkan hasil asesmen diagnostik dengan menyesuaikan kemampuan dan kebutuhan belajar siswa pada masing- masing kelompok. Untuk mencapai pengajaran terdiferensiasi ini, tentu membutuhkan penyesuaian kurikulum/bahan ajar. Penyesuaian ditujukan agar guru dapat fokus kepada pemulihan penurunan kemampuan siswa ketimbang memenuhi target kurikulum yang tinggi. Keempat, lanjutkan asesmen low stakes (asesmen yang tingkat pertaruhannya rendah seperti tes diagnostik) secara berkala sepanjang tahun ajaran. Untuk melacak perkembangan pembelajaran, siswa harus menjalani asesmen low stakes tersebut secara berkala. Siklus asesmen sebaiknya pendek di awal, misalnya, setiap dua minggu sekali. Sedapat mungkin, gunakan instrumen asesmen yang dapat dibandingkan dari waktu ke waktu. Kelima, tekankan pada upaya menciptakan kemajuan dalam pembelajaran (berdasarkan titik awal kemampuan siswa, bukan berdasarkan standar kurikulum). Fokuslah pada perbaikan kemampuan literasi dan numerasi. Penilaian perkembangan siswa hendaknya tidak mengacu kepada standar kurikulum, melainkan peningkatan dari tingkat pembelajaran siswa saat masuk sekolah kembali. Ketika menyusun rencana untuk memulihkan penurunan kemampuan siswa, ingatlah bahwa menetapkan target yang 80

terlalu tinggi dapat menimbulkan tekanan baru pada guru dan siswa. Keenam, sadari bahwa model pembelajaran campuran (tatap muka dan jarak jauh) akan makin sering dilakukan di masa depan, khususnya di daerah padat penduduk. Banyak siswa yang masih harus belajar dari rumah. Siswa yang terpapar atau tinggal bersama orang dewasa yang terpapar, serta gelombang pandemik berikutnya, dapat menyebabkan siswa harus tetap berada di rumah. Banyak orang tua yang mungkin memilih untuk melarang anaknya ke luar rumah (termasuk ke sekolah). Oleh karena itu, pemerintah dan sekolah perlu melakukan investasi untuk mengembangkan sistem pembelajaran campuran yang lebih melibatkan orang tua. Ketujuh, pantau dengan cermat kondisi guru dan siswa, terutama untuk mengenali tanda-tanda adanya tekanan psikologis. Semakin lama sekolah ditutup, masalah yang timbul bisa jadi lebih berat. Di tingkat SMP dan SMA, guru bimbingan konseling dapat memimpin upaya ini. Di tingkat SD, pemerintah daerah dapat menyediakan konselor yang melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah dan rumah- rumah. Asesmen Diagnostik dan Pengajaran Terdiferensiasi Kunci keberhasilan dalam memitigasi penurunan kemampuan belajar terletak pada asesmen diagnostik dan pengajaran terdiferensiasi. Cilliers (2020) menegaskan 81

bahwa penambahan jam belajar di sekolah untuk mengatasi penurunan kemampuan siswa tidak akan efektif tanpa penyederhanaan kurikulum/bahan ajar ataupun pengajaran terdiferensiasi. Bagaimana asesmen diagnostik dan pengajaran terdiferensiasi dilakukan? Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2020) mengeluarkan panduan pelaksanaan asesmen diagnostik bagi guru. Pada dasarnya, guru harus mengidenti ikasi materi asesmen dengan mempertimbangkan dua hal utama, yaitu: 1) topik yang perlu dipahami oleh siswa pada jenjang kelas saat ini, dan 2) pengetahuan yang perlu dikuasai oleh siswa dari jenjang kelas sebelumnya yang menjadi prasyarat dasar agar siswa dapat mengikuti pembelajaran di jenjang kelas saat ini. Dari materi-materi tersebut, guru menyusun 10 soal sederhana, dimana 8 soal merupakan prasyarat dasar dan 2 soal lainnya terkait dengan pengajaran baru (Gambar 1). Gambar 1. Sepuluh Soal dalam Asesmen Diagnos k Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020 82

Soal asesmen selanjutnya diberikan kepada semua siswa di kelas. Hasil asesmen diagnostik akan digunakan untuk membagi siswa menjadi 3 kelompok yaitu, 1) siswa dengan rata-rata kelas yang akan diajar oleh guru kelas, 2) siswa 1 semester di bawah rata-rata yang mendapatkan pelajaran tambahan dari guru kelas, dan 3) siswa 2 semester di bawah rata-rata yang akan dititipkan ke guru kelas di bawah, atau dibuatkan kelompok belajar yang didampingi orang tua ataupun pendamping lainnya yang relevan. Lakukan pengajaran terdiferensiasi kepada 3 kelompok tersebut dan lakukan penilaian terhadap topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik pembelajaran baru. Olah hasil asesmen terbaru tersebut lalu kelompokkan kembali siswa ke dalam 3 kelompok berdasarkan hasil asesmen terbaru. Proses ini diulang hingga siswa mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan. Praktik pengajaran terdiferensiasi berbasis asesmen ini telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar, terutama bagi anak berkemampuan rendah untuk mengejar ketertinggalan belajarnya. Di India, praktik pengajaran terdiferensiasi telah dilaksanakan melalui Teaching at the Right Level (TaRL). Praktik TaRL melalui program balsakhi di India terbukti sukses dalam meningkatkan hasil belajar anak berkemampuan rendah. Balsakhi pada dasarnya merupakan perempuan muda lulusan SMP/SMA yang menjadi 83

sukarelawan desa dan dilatih dalam waktu singkat untuk mengajar siswa kelas 2, 3, dan 4 SD yang mengalami ketertinggalan dalam belajar dibandingkan teman-teman sekelas mereka. Berdasarkan asesmen diagnostik, Balsakhi mengelompokkan siswa berdasarkan kebutuhan belajar, ketimbang usia ataupun jenjang kelas. Balsakhi akan mengajar 15–20 anak (yang mengalami ketertinggalan dalam belajar) di ruang kelas remedial terpisah selama 2 jam per hari di luar waktu belajar reguler selama 4 jam. Pengajaran difokuskan kepada kompetensi inti yang semestinya sudah dipelajari siswa di kelas 1 dan 2, seperti kemampuan numerasi dasar dan literasi. Kegiatan remedial dilaksanakan di ruangan apa pun yang tersedia (kelas kosong, tempat bermain, bahkan lorong sekolah bila perlu). Program ini meningkatkan nilai ujian siswa sebesar 0,14 standar deviasi pada tahun pertama dan 0,28 standar deviasi pada tahun kedua, dengan peningkatan nilai tertinggi pada mata pelajaran matematika. Para siswa dengan kemampuan paling rendah yang menjadi sasaran program ini mendapatkan manfaat paling besar. Pelaksanaan TaRL di India turut memberikan pelajaran bahwa ketika pengajaran terdiferensiasi hendak dilaksanakan oleh guru di sekolah, maka pemberian pelatihan saja kepada guru tidak akan cukup untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Para guru butuh untuk diberi bimbingan dengan target yang jelas, dibantu untuk 84

memahami data pembelajaran siswa, dan didukung oleh pembimbing yang kuat (dari pegawai pemerintahan atau pengawas sekolah) yang juga memberikan bantuan di sekolah secara terus-menerus, lalu dikumpulkan untuk berbagi tentang pembelajaran dan tantangannya. Jika hal ini dilakukan, maka hasil pembelajaran siswa akan meningkat. Selain itu, penting untuk mengalokasikan waktu khusus bagi guru untuk melakukan pengajaran terdiferensiasi, sehingga guru terbebas dari tekanan mencapai target kurikulum reguler. Penutup Saat kegiatan belajar tatap muka dilaksanakan kembali setelah sekian lama siswa BDR dengan kondisi belajar yang beragam, siswa harus beradaptasi dan berpotensi mengalami penurunan kemampuan belajar. Penurunan kemampuan pembelajaran tersebut dialami secara berbeda dimana siswa miskin dengan orang tua berpendidikan rendah akan semakin jauh tertinggal ketika sekolah ditutup, dibandingkan dengan siswa yang orang tuanya berpendidikan tinggi. Hal ini pun berisiko untuk terakumulasi sepanjang waktu, sehingga siswa akan tertinggal selama masa pendidikannya, bahkan hingga saat bekerja nanti. Oleh karena itu, upaya-upaya mitigasi penurunan pembelajaran siswa wajib untuk dilaksanakan. Asesmen diagnostik dan pengajaran terdiferensiasi sesuai 85

dengan tingkat pembelajaran siswa merupakan kunci untuk memulihkan penurunan kemampuan belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Ali ia, U., Barasa, A.R., Bima, L., Pramana, R.P., Revina, S., Tresnatri, F.A. (2020). Belajar dari Rumah: Potret Ketimpangan Pembelajaran pada Masa Pandemi COVID-19. The SMERU Research Institute. h p://smeru.or.id/sites/default/files/publica on/cp01_covi dpjj_in_0.pdf. Andrabi, T., Daniels, B., Das, J. (2020). Human Capital Accumulation and Disasters: Evidence from the Pakistan Earthquake of 2005. RISE Working Paper Series. h ps://doi.org/10.35489/BSG-RISE-WP_2020/039 . Beatty, A., Pradhan, M., Suryadarma, D., Tresnatri, F.A., Dharmawan, G.F. (2020). Memulihkan Penurunan Kemampuan Siswa Saat Sekolah di Indonesia Dibuka Kembali: Pedoman bagi Pembuat Kebijakan. Program RISE di Indonesia, The SMERU Research Institute. http://rise.smeru.or.id/sites/default/ iles/publicati on/Recovering%20Learning%20Loss%20Note%20 %28ID-EN%29_.pdf. Cilliers, J. (2020). How to Support Students When Schools 86

Reopen?. RISE Insight Series. https://doi.org/10.35489/BSG-RISE-RI_2020/018. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Buku Saku Asesmen Diagnosis Kognitif Berkala. https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/wp- content/uploads/2020/07/FINAL-Buku-saku-Asesmen- Kognitif-Berkala.pdf 87

Florischa adalah seorang peneliti kuantitatif untuk program RISE (Research on Improving Systems of Education) di Indonesia, The SMERU Research Institute. Dalam program RISE, Florischa memimpin studi terkait peningkatan peran aktif orang tua dalam pendidikan anak. Florischa turut terlibat dalam studi-studi pendidikan lainnya, yaitu, i) evaluasi dampak kebijakan zonasi terhadap hasil belajar siswa, ii) Belajar dari Rumah selama pandemi COVID-19, dan iii) memulihkan penurunan kemampuan siswa akibat penutupan sekolah selama pandemi COVID-19. Florischa mendapatkan gelar Sarjana Teknik dari program Teknik Industri di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 2016. Selama menempuh pendidikan di ITB, Florischa beberapa kali memenangi kompetisi yang berkaitan dengan keilmuan Teknik Industri baik di tingkat nasional maupun internasional. Selain itu, Florischa juga 88

terpilih menjadi salah satu Young Leaders for Indonesia, suatu forum kepemimpinan bergengsi di Indonesia, yang diinisiasi oleh McKinsey & Company. Tidak lama setelah mendapatkan gelar sarjana, mulai dari awal tahun 2017 hingga akhir tahun 2018, Florischa menempuh pendidikan magister di The Australian National University, jurusan International and Development Economics dengan didanai oleh beasiswa pendidikan Indonesia dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Florischa dianugerahi penghargaan Helen Hughes Prize selama 2 tahun berturut- turut oleh The Australian National University, atas pencapaiannya sebagai mahasiswa terbaik di program International and Development Economics. 89

Variasi praktik belajar dari rumah menyebabkan ketimpangan kesempatan belajar yang dapat menurunkan kemampuan murid. Oleh karena itu, upaya mitigasi penurunan kemampuan belajar sangatlah perlu dilakukan untuk masa depan yang lebih baik bagi murid Indonesia. (Florischa Ayu Tresnatri) 90

91


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook