Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Buku_Saku_Tasawuf

Buku_Saku_Tasawuf

Published by fuji gilang, 2023-04-04 03:25:38

Description: Buku_Saku_Tasawuf

Search

Read the Text Version

Secara jelas disebutkan dalam Al-Quran bahwa sebaliknya dari mendistorsi kebenaran yang ada di dalam ruh, keberadaan fisikal, keberadaan alam dunia yang bersifat fisikal ini justru membantu kita dalam mengetahui hakikat kebenaran. 213

Nah, keberadaan fisikal (jasmaniah) manusia— dengan pancaindranya—diciptakan Allah sebagaisarana untuk manusia mencerap ayat-ayat Allah di alam se mesta. Tanpa jasmani, keberadaan alam semesta tak mempunyai arti bagi manusia. Lebih dari itu, dalam filsafat dan gnostisisme Islam (‘irfân) pun, sangat jelas terungkap adanya kaitan anta ra stimulus indriawi dengan proses berpikir akali dan penemuan hakikat kebenaran yang bersifat intuitif oleh hati kita. Stimulus indriawi adalah landasan bagi ter jadinya pengungkapan spiritual dalam hati kita. Jadi, dunia dan eksistensi fisikal bukanlah penyebab dosa yang mengakibatkan hati manusia kotor. Sebaliknya, dunia fisik adalah sumber dan landasan bagi pengetahuan spiritual dan praktik tasawuf.[] 214 Buku Saku Tasawuf

21 KESIMPULAN: MEMPROMOSIKAN TASAWUF POSITIF* (1) Sampailah kita sekarang pada pembahasan tentang tasawuf positif. Untuk mudahnya, tasawuf positifada lah sebuah pemahaman atas tasawuf yang berupaya mendapatkan manfaat dari segala kelebihan dalam hal pemikiran dan disiplin yang ditawarkannya, seraya menghindar dari ekses-eksesnya, sebagaimana terung * Istilah Tasawuf Positif (tashawuf salbi) saya ambil dari tulisan Muhammad Taqi Ja‘fari—seorang ahli filsafat-tasawuf kontem porer dari Iran—dalam makalahnya yang berjudul sama. Dalam makalah tersebut Taqi Ja‘fari menyatakan bahwa istilah ini sudah lazim dipakai oleh para sufi untuk menyatakan suatu jenistasa wuf yang menghindar dari sifat-sifat eksesif yang pernah me nodai tasawuf. Meski tidak sepenuhnya identik, tasawuf positif dalam pengertian ini memiliki semangat yang sama dengan pengertian tasawuf positif yang dipakai dalam buku ini. 215

Tasawuf positif adalah sebuah pemahaman atas tasawuf yang berupaya mendapatkan manfaat dari segala kelebihan dalam hal pemikiran dan disiplin yang ditawarkannya seraya menghindar dari ekses eksesnya, sebagaimana terungkap dalam sejarah Islam. 216

kap dalam sejarah Islam. Untuk memberikan gambar an yang lebih konkret, di bawah ini diringkaskan enam tema utama tasawuf positif—yang sebagiannya telah diuraikan secara lebih terperinci dalam bab-bab sebe lumnya. Tema yang pertama terkait dengan konsep kita ten tang Allah. Tasawuf positif mempromosikan konsep Allah dalam dua perwujudannya, yakni perwujudan keindah an dan cinta (jamâl), disamping perwujudan keagung an dan kedahsyatan (jalâl). Tema ini menggambarkan bahwa metode tasawuf merepresentasikan sifat Islam yang, di samping berorientasi syariat, juga menekankan metode cinta. Selama ini kita menganggap bahwa cinta kasih itu terkait hanya dengan agama Nasrani. Sedang kan Islam identik semata-mata dengan syariah, ketaat an pada hukum, disiplin pada hukum. Hal ini merupakan akibat dari pemahaman secara eksklusifatas aspek jalâl (tremendum) Allah. Yakni, aspek keagungan, kehebat an, kedahsyatan yang mencekam dan menggentarkan, yang membuat kita takut dan, karena itu, taat kepada Nya. Padahal, tanpa mengurangi kesadaran bahwa se muanya itu bukannya tak memiliki basis dalam ajaran Islam, persepsi seperti ini baru mewakili salah satu as pek dari Tuhan. Mempromosikan Tasawuf Positif (1) 217

Konsep Tuhan yang lain adalah konsep jamâl (fas cinans). Jamâl artinya keindahan dan kecantikan yang memesonakan, menimbulkan cinta dan kasih sayang. Aspek ketuhanan ini jarang dibahas sehingga menye babkan pandangan kita tentang Islam menjadi begitu angker. Padahal, seperti sudah kita bahas dalam satu bagian khusus dalam buku ini, justru puncak hubungan antara seorang manusia dengan Tuhan itu harus ditan dai dengan kecintaan kepada Allah (hubb atau ‘isyq) seperti ini. Tema kedua, syariat sebagai unsur integral tasa wuf. Sebagai salah satu ekses lain tasawuf negatif— meski sebenarnya hal ini tak didapati presedennya da lam ajaran para sufi sendiri—adalah sikap kurang me mentingkan syariat, seolah-olah shalat, puasa, dan ber bagai bentuk ibadah mahdhah itu hanyalah untuk orang awam. Dengan kata lain, seseorang yang sudah menca pai maqâm paling tinggi dalam tasawuftidak lagi perlu syariat. Topik ini hendak menunjukkan bahwa tidak ada tasawuf tanpa syariat dan tidak ada syariattanpa tasawuf. Tema ketiga, ‘irfân (gnostisisme Islam) dan hikmah sebagai alternatif terhadap sufisme antiintelektual. Hikmah—sebutan ringkas bagi aliran al-hikmah al muta‘âliyah (teosofi transenden)—adalah sebuah alir an pemikiran dalam ajaran Islam yang—meski berbagi 218 Buku Saku Tasawuf

Tidak ada tasawuf tanpa syariat dan tidak ada syariat tanpa tasawuf. 219

keyakinan dengan tasawuf yang menyatakan bahwa perolehan kebenaran bersifat eksperiensial dan intuitif (dzauqî), atau presensial (hudhûrî), bahkan langsung melalui ilham dari Allah tanpa perantara proses berpikir rasional (ladunnî)—sama sekali tidak bersifat antiinte lektual. Bahkan, sebaliknya, aliran ini percaya bahwa pengalaman sufistik harus bisa diungkapkan secara ra sional, yang dengannya pengalaman tersebut bisa di verifikasi. Yakni, apakah pengalaman tersebut berdasar pada realitas (kebenaran) atau tidak. Hal ini sekaligus bisa memenuhi kebutuhan akan pembedaan antara tasawuf dan manipulasi atas tasawuf, antara sufi atau mutashawwif yang sebenarnya dan kaum sufi gadung an (mustashwifîn). Tema keempat, alam semesta sebagai tanda-tanda (âyât) Allah. Dalam filsafat klasik Platonik, dunia diang gap seolah-olah seperti cermin retak dari alam ide. Kesempurnaan itu ada di alam ide. Dunia adalah re fleksi yang cacat dari alam ide yang sempurna. Penganut filsafat ini akan berpikir, mengapa kita mempelajari gejala alam, kalau mempelajari gejala alam malah makin ter sesat? Bukankah gejala alam itu menipu? Tasawuf po sitif menekankan bahwa alam semesta adalah bejana/ wadah yang di dalamnya ayat-ayat Allah tersebar. Se hingga, ia justru mempromosikan observasi saintifik dan 220 Buku Saku Tasawuf

Esensi tasawuf adalah akhlak, yakni cara kita mengontrol hawa-nafsu. Seorang sufi sepenuhnya mengontrol nafsunya sehingga menjadikan dirinya sabar, bebas dari hasad, dengki, iri hati, marah. Dia bisa mengontrol dorongan untuk populer (riyâ’) serta obsesi terhadap kejayaan duniawi, dan sebagainya. 221

penggunaan akal secara benar. Dengan kata lain, tasa wuf positif mempromosikan sains. Sains merupakan salah satu upaya untuk mengurai gejala-gejala alam. Dalam tasawuf positif, sains mesti dianggap sebagai salah satu metode untuk setiap orang dalam menjalani ajaran ta sawuf. Tema kelima, akhlak mulia sebagai buah ajaran ta sawuf. Seringkali kita melihat orang-orang yang ber jenggot panjang, berpakaian jubah putih bersih, mengenakan sorban/pakai kopiah, dan menyelem pangkan selendang (ridâ’), seolah-olah mereka adalah penempuh jalan tasawuf. Tapi ternyata ia mudah marah, suka menggunjing dan melecehkan orang lain, pendengki, dan korupsi. Kadang-kadang orang menisbahkan cara hidup seorang sufi dengan pakaian, dengan penampilan fisik. Padahal, esensi tasawuf adalah akhlak, yakni cara kita mengontrol hawa-nafsu. Seorang sufi sepenuhnya mengontrol nafsunya sehingga menjadikan dirinya sabar, bebas dari hasad, dengki, iri hati, marah, bisa mengontrol dorongan untuk populer (riyâ’) serta obsesi terhadap kejayaan duniawi, dan sebagainya. “Tanda kebersihan hati”, kata Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin “adalah ketakwaan dan ketinggian akhlak.” 222 Buku Saku Tasawuf

Belajar dari Nabi Muhammad Saaw., seorang sufi yang baik sama sekali tidak menyangkal kehidupan dunia, melainkan justru menjadikannya wahana untuk bertemu dengan Allah Swt. 223

Tema keenam, seorang sufi yang baik bukan hanya makhluk spiritual, melainkan sekaligus sosial. Belajar dari Nabi Muhammad Saaw., seorang sufi yang baik sama sekali tidak menyangkal kehidupan dunia, me lainkan justru menjadikannya wahana untuk bertemu dengan Allah Swt. Di bawah tajukini ditunjukkan bahwa, jika diperlakukan dengan benar, dunia adalah wahana bagi orang beriman untuk mendapatkan kejayaan di akhirat dan, bukan sebaliknya, menjadi sumber ke burukan. Dalam tema ini terutama dibahas salah satu konsep kunci tasawuf, yaitu zuhd. Dalam tasawuf po sitif, yang tidak kalah penting dari akhlak individual dan kegiatan spiritual adalah amal saleh.[] 224 Buku Saku Tasawuf

22 KESIMPULAN: MEMPROMOSIKAN TASAWUF POSITIF (2) Dalam konsep tasawuf “eksesif”, manusia didorong untuk mengasingkan diri, memencilkan diri di sudut sudut zâwiyah (salah satu bagian dari masjid tradisi onal, biasanya tempat orang berzikir dan sebagainya), dan menutup mata dari hal-hal yang bersifat sosial. Tasawuf positif—yakni, tasawuf yang benar—ingin meyakinkan kita bahwa seorang sufi yang baik adalah yang mementingkan amal-amal saleh, yaitu amal-amal untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup kita. Secara sosial, seorang sufi adalah orang yang punya concern atau keprihatinan sosial yang amattinggi ter hadap kaum dhu‘afâ’dan mustadh ‘afîn. Iasadar bahwa semua ‘ibâdah mahdhah-nya akan tak berarti apa-apa 225

Secara sosial, seorang sufi adalah orang yang punya concern atau keprihatinan sosial yang amat tinggi terhadap kaum dhu‘afâ’ Ia dsaandamrusbtadhhw‘aafsîenm. ua ‘ibâdah mahdhah-nya akan tak berarti apa-apa jika tidak memperhatikan dan memberi makan orang miskin. 226

jika tidak memperhatikan dan memberi makan orang miskin. Lebih dari itu, ia harus secara habis-habisan mengupayakan (yahudhdhu) agar orang lain juga mem berikan perhatian kepada orang-orang papa dan ter tindas seperti ini. Bukankah dalam sebuah hadis qudsi— sebagai banyak juga terungkap dalam suatu hadis lain— Allah Swt. mengatakan “temuilah Aku di kalangan dhu‘afâ” ? Seorang sufi yang benar, paling tidak menurut pa ham tasawuf positif, adalah seorang sufi sehat yang giat bekerja, mencari nafkah, bagi kehidupan dunia nya. Bahkan, ia mungkin mempunyai harta yang banyak. Meskipun demikian, hartanya itu digunakannya secara proporsional untuk sekadar keperluan dirinya dan keluarganya. Selebihnya, kesemuanya itu ia dedikasi kan untuk kegiatan pemberdayaan manusia-manusia sesamanya yang tidak berdaya, yang lemah, yang dhu‘Daaflâ’a,mypaenrgdembusataadnht‘aefnîtna.ng mana yang lebih baik: orang fakir yang sabar, yang menerima kemiskinannya dengan sabar, atau orang kaya tapi bersyukur dan meng gunakan kekayaannya untuk membantu orang-orang yang fakir, keberpihakan tasawuf positif amat tegas. Yang lebih baik adalah orang kaya yang bersyukur dan menggunakan kekayaannya untuk membantu orang Mempromosikan Tasawuf Positif (2) 227

Seorang sufi yang benar, paling tidak menurut paham tasawuf positif, adalah seorang sufi sehat yang giat bekerja, mencari nafkah, bagi kehidupan dunianya. Bahkan, ia mungkin mempunyai harta yang banyak. Meskipun demikian, hartanya itu digunakannya secara proporsional untuk sekadar keperluan dirinya untuk keluarganya. Selebihnya, kesemuanya itu ia dedikasikan untuk kegiatan pemberdayaan manusia-manusia sesamanya yang tidak berdaya, yang lemah, yang dhu‘afâ’, yang mustadh‘afîn. 228

orang yang tidak mampu. Tentu saja tidaklah buruk menjadi orang miskin, kalau ia terpaksa harus menjadi orang miskin, dan ketika miskin ia sabar. Kalau seseorang terpaksa harus menerima kenyataan menjadi orang miskin, bersikap sabar adalah suatu kemuliaan. Tapi lebih baik lagi kalau seseorang bisa mendapatkan ka runia Allah Swt. sebanyak-banyaknya dan mengguna kannya untuk keperluan orang banyak. Seorang sufi yang baik, menuruttasawuf positif, per caya bahwa tolok ukur kebaikan atau kesufian seseorang itu terletak pada sedikit-banyaknya amal saleh yang ia lakukan. Seorang sufi yang individualistis, cuma berzikir tanpa mengurusi masyarakat di lingkungannya, sesung guhnya bukan seorang sufi. Sufi yang baik mungkin bisa ditemui di perusahaan-perusahaan, bahkan mungkin ia adalah eksekutif di sebuah perusahaan besar. Kita mungkin tidak tahu bahwa ia mendapatkan gaji tinggi dan menggunakan sebagian besar gajinya untuk meno long orang-orang yang tidak mampu. Orang seperti ini, menurut tasawuf positif, adalah seorang sufi yang baik, bukan para pengemis yang meminta-minta kepada orang lain. Akhirnya, tasawuf positif ini sebetulnya adalah tasa wuf yang dipahami dengan benar. Bahkan, ia identik dengan agama Islam perse. Kita lekatkan istilah positif Mempromosikan Tasawuf Positif (2) 229

semata-mata untuk menunjukkan bahwa tasawuf ini adalah tasawuf yang ingin menekankan pada apa-apa yang kita anggap lebih sesuai dengan ajaran Islam yang lebih positif. Bukan tasawuf yang akhirnya menyebab kan kaum Muslim mundur, menjadi antidunia, menjadi orang-orang miskin, antirasionalitas, antisains, tidak mengurusi masyarakat, dan hanya menyibukkan diri nya dengan berzikir dan berwirid di pojok-pojok masjid tanpa memedulikan keadaan sekelilingnya. Seorang sufi tentu menekankan zikir, seperti Rasulullah dan para sahabatnya. Mereka dikatakan sebagai rahib di malam hari. Tapi, di siang hari, mereka menjadi kesatria-ke satria, pejuang-pejuang sosial yang melakukan refor masi, untuk memperbaiki kualitas masyarakatnya. Bah kan, seperti Rasulullah, kalau perlu berperang demi membela diri atau membebaskan kaum tertindas. Me mang, bukankah reformasi dalam bahasa Arab berarti ishlâh?Sedangkan ishlâh berarti melakukan amal-amal saleh. Seorang sufi yang benar itu adalah seorang refor mer sejati. Suatu catatan ringkas kiranya perlu diberikan. ‘Irfân atau tasawuf positif yang dipromosikan-kembali ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk dijadikan se macam kecenderungan latah-latahan terhadap aliran New-Age yang belakangan populer terutama di ne 230 Buku Saku Tasawuf

Seorang sufi yang benar itu adalah seorang reformer sejati. Di malam hari, ia menjadi rahib dan di siang hari ia menjadi kesatria-kesatria dan pejuang-pejuang sosial yang melakukan reformasi untuk memperbaiki kualitas masyarakatnya. 231

gara-negara maju. New-Age memang sepintas tampak sebagai manifestasi Barat dari kecenderungan sema cam tasawuf dalam Islam. Pada kenyataannya, sering kali ia hanya mengambil bagian permukaan (superfisial) dari suatu cara hidup autentik yang menghargai kehi dupan keruhanian. Ia malah cenderung seperti gaya hidup (life-style) yang bersifat fashionable saja. Keda laman perenungan rasional dan filosofis—seperti yang mendasari ‘irfân atau tasawuf—atau komitmen pada akhlak—secara individual dan sosial—apalagi pada sistem hukum semacam syariat dan masalah-masalah sosial seperti yang dianjurkan dalam tasawuf positif seringkali absen darinya. Lebih sering lagi, spiritualisme model New-Ageini kosong dari Tuhan. Disiplintertentu— sebagai pengontrol keliaran imajinasi yang mendomi nasi modus pengalaman seperti ini—pun tak mendapat tempat dalam berbagai bentuk kultus yang mewarnai kecenderungan New-Age ini. Akibatnya, gejala-gejala penyimpangan psikologis bisa dipandang sebagai penga laman religius yang autentik. Sehingga, kalau dipahami secara keliru, tasawuf atau ‘irfân bisa kelihatan identik dengan kecenderungan New-Age.[] 232 Buku Saku Tasawuf

INDEKS Aa Gym, fenomenal, 41 Abubakar Al-Shidiq, Abadan, 99 Sayyidina, 96 Abd Al-Rauf Al-Sinkili, 182 Abdul Qadir Al-Jilani, 103 Abu (Ba) Yazid Al-Busthami, Abdul Qadir Al-Suhrawardi, 101, 147, 180 (lihat juga Ba Yazid Al-Busthami) 90 Abdul Quddus, 126 Abu Al-Qasim Al-Junaid Al Abdul-Karim Al-Jili, 157 Baghdadi, 103 Abdullah ibn Umar, 100 Abdurrahman Al-Hujairah, Abu bin Azhim, 124 Abu Dzar Al-Ghiffari, 99 100 Abu Hanifah, Imam, 95 ‘âbid, 89, 139 Abu Hasan ibn Muhammad al-âbidîn, 61 Nuri, 103 233

Abu Najib Al-Suhrawardi, akal ('agl), 210, 202 1 O3 kata – dalam Al Quran, 198, 202 Abu Nashir Al-Thusi, 135 Abu Said Abil-Khair, 129 Al-Akbar, Syaikh, 114, 192 Abu Said Al-Kharraz, 101 (lihat juga Ibn Arab) Abu Sulaiman Al-Darani, Ala' ibn Ziyad, 121, 122 1 OO 'ālam mitsäl, 17O 'Ali ibn Abi Thalib, Imam, 82, Abu Ubaidah Al-Jarrah, 99 Abu Zaid, 1 18 96, 11 O, 11 1 Abul Wahid ibn Zaid, 99 'Ali Zainal Abidin, 84, 85, 96, Abul-Hasan Al-Kharadani, 222 1 8O 'Ali, Imam, 96, 121, 122 adāb, 1 31 (lihat juga Ali ibn Abi Agama Cinta, Agama Masa Thalib) Depan, 35 Allah Swt., Ahadiyyah, 173 aspek-aspek - 172 ahl al-Shuffah, 89 aspek jalal-, 217 ahl al-Zhahir, 162 aspek jamal-, 78 Ahlul-Bait, 95 keimanan kepada —, Ahmad Rifai, 1 O3 Ahmad Tijani, 182 2O9 Ahmad, Imam, 95 ahwāl, 134, 135, 137, 162, al-unskepada-, 135, 187 1 88 konsep —, 132 AltaVista, 26 \"amali, 187 234 Buku Saku Tasawuf

Amerika Serikat, kebutuhan Bani Shufa, 90 spiritualisme di, 23, 24 Bartolini, Georgia, 26 Bawa Muhayyiddin, 29 ‘Amuli, Sayyid Haidar, 141, BBC (British Broadcasting 157, 167-169 perjalanan ruhaniah Corporation), 28 menurut —, 160 Beliefnet.com, 25 Bluefire Consulting, 25 Anak Benua India, 25, 88, Buddhisme (Zen), 34 106 Buddha, 59, 62 Buku Saku Filsafat Islam, 21 Arab Badui, 66 Bukhara, 103 asketisme, 105 (lihat juga Capra, Fritjof, 190 zuhud) Caputo, John D., 35 al-asfâr al-arba‘ah, 192 Cecep Ramly Bihar Anwar, al-asmâ’ al-husnâ, 78 Asy’ari, kelompok, 61 177 ‘Awârif Al-Ma‘ârif, 108 Celestine Prophecy, 28, 29 Ayer’s Rock, perjalanan suci Center for Middle Eastern di, 26 Studies, 16 Chistiyah, Tarekat, 178 Ba Yazid Al-Busthami, 16, 98, Cina, spiritualitas, 32 101 cinta, 76 Bagdad, 81 metode —, 97 Bashrah, 99 orientasi —, 76 bai‘at, 178 gaib, 180, 182 uwaisî, 184 Indeks 235

CNN, 25-27 Fushūsh Al-Hikam, 8O, 1 57 Cordova, 156 Al-Futuhât Al-Makkiyyah, Damaskus, 155 1 57 Dawud Qaisari, 173, 192 Dawud Al-Tha'i, 1 OO ghadhab, 79 dhu 'afā', 225 Ghaib al-ghuyub, 173 Doa Kumail, 82 Al-Ghazali, Imam, 15, 32, The Dome of the Rock, 26 dzât al-wujud, 173 1 O6, 1 O7, 1 15, 1 16, 1 18. dzaū al-‘ainain, 164 141, 198 dzaugi, 187, 202, 222 dzaw al-‘ain, 162 pejalan spiritual me dzaw al-'agl wa al-‘ain, 163 DZU| Nun Al-Mishri, 96, 100 nurut —, 135 The Great Socius, 30, 31 Fadhl Al-Raddasyi, 99 Fadhlullah Haeri, Syaikh, 29 Al-Habsyi. 61 fana , 148, 155, 162, 19O, Al-Hakim Al-Tirmidzi, 1 O1 hal, 38, 132, 133, 137 1 Q5 Al-Hallaj. 16, 96, 101, 118, Fariduddin Al-Atthar, 1 18 147 Fathimah, 156 forma, 204 al-hamidin, 61 Fudhail ibn Iyadh, 95, 100 Hanafi, Imam, 61 Hanbali, Imam, 61 haqiqah, 58, 60, 141 Al-Haram, Masjid, 183 Haramayn, 183 236 Buku Saku Tasawuf

Haritsah ibn Malik ibn IAIN Syarif Hidayatullah, 16 Nu‘man Al-Anshari, 87 ibadah mahdhah, 141 Ibn ‘Arabî, 80, 81, 101, 102, Al-Harits ibn Asad Al-Muha sibi, 98, 101 116, 118, 141, 143, 155, 156, 173, 174 Harun Nasution, Prof., 16 Harvard University, 16 cinta Allah dan manu Hasan Al-Bashri, 96, 98, 99 sia menurut—, 80 Hatim Al-Asham, 128 Hawn, Goldie, 25 kesatuan wujud me al-hikmah al-muta‘âliyah, nurut —, 157 202, 218 (lihat juga Teo konsep-konsep wah sofi Transenden) dah al-wujûd, 151, Hikmah, aliran, 202, 204, 167 Hin2d1u8, 34, 59, 62, 107 muhyi al-dîn, 156 Hinduisme, 23 syaikh al-akbar, 156 hippies, budaya, 23 tasawuf menurut—, hubb, 218 hudhûrî, 205, 220 143 Ibn Al-Faridh, 81 ilmu — murni, 205 Ibn Hanbal, Imam, 95 Al-Hujwiri, 143, 144 Ibn Khaldun, 67 Husain ibn ‘Ali, 84 Ibrahim ibn Adham, 100, hushûlî, 204 122, 123 Idries Shah, 29 ihsân, 89 Iqbal, Muhammad, 15, 88 tentang intuisi, 15 Indeks 237

Ihya’ Ulum Al-Din, 106 jamal, 217, 218 ihsan, 140 jamaliyyah, 78, 153 ||MaN (Indonesian Islamic James, William, 29, 31 Media Network), 16, 17, Jami', 157, 168 21 Jerusalem, 26 ilmu, sifat, 2O5 Jibril, Malaikat, 68, 89, 194, India, 23 1 Q5 spiritualitas —, 32 jihad al-nafs, 53 Indonesia, 30 Al-Jili, 173 al-‘ilm al-hudhuri, 204 Junaid Al-Baghdadi, 100, |ran, 192 1 O1, 1 18 irfan (teosofi), 101, 206, Junaidiyyah, Tarekat, 103 214, 218, 23O, 232 ishlah, 230 Kahmas ibn Al-Hadan Al Islam, spiritualisme, 32, 75 Qais, 99 ‘isyg, 218 Al-Kalabadzi, 135, 141 ithläg, 164 pejalan spiritual me ittihad, 148, 155 nurut –, 1 34 karamah, 188 Ja'far Al-Shadiq, Imam, 90, Kasyf Al-Mahjub, 143 95, 96 Kauniyyah, ayat, 212 Jabir ibn Hayyan, 90, 96 Khadijah, Siti, 68 Jacobson, Bob, 25, 26 al-khauf wa al-raja', 135 jalâl 217 khawāshsh al-khawāshsh, jalâliyyah,78, 153 1 63 238 Buku Saku Tasawuf

khawâshsh, 162 malâmâtî, 143, 144 Khidhir, Nabi, 182 sejati, 144 Khomeini, Imam, 15, 149, Malamatiyah, aliran tasawuf, 192, 193 229 Kimiyaî Sa‘âdah, 107 Kristen, 34, 59, 62 Malik ibn Dinar, 99 Kufah, 99 Maliki, Imam, 95, 96 manusia ladunnî, 220 lâhût, 207, 208 hubungan cinta antara Al-Laits ibn Said, 99 Allah dan —, 78 Al-Lathîf, 78 Leeuw, Van der, 75 menurut tasawuf, 207 Lia Aminuddin, 194, 195 problem — modern, 34 ma‘rifah, 90, 103, 132, 133 Al-Mantiq Al-Thair (Musya Ma‘ruf Al-Karkhi, 100 warah Burung-Burung), Madinah, Kota, 98, 99 Madonna, 25 118 mâfî al-jubbah illâAllâh, 149 maqâm, 38, 137, 143, 171, al-mahabbah, 132, 133, 135 Mahmud Syabistari, 157 172 Makassar, 182 maqâmât, 131, 133-135, Makkah, Kota, 98 137 konsep —, 132 ma‘rifah, 90, 103, 132, 133 Marxis, 190 Massignon, Louis, 65 Maturidi, 61 Mesir, 99, 100 Indeks 239

Mesopotamia, 99 al-mutashaddiqin, 61 mi'raj, 140 mutashawwif. 220 mustashwifin, 144, 2O4, 22O Imistisisme, 65 Muthahhari, Murtadha, 37, mitsäl, 17O Moore, Demi, 25 73 Morris, James W., 156 Muhammad SaaW., Nabi, perbedaan irfan dan 66, 1 16, 1 19, 223, 224 tasawuf menurut —, 37 Mi'raj —, 67, 126 Muhammad Tadi Ja'fari, 215 mysterium fascinum, 75 mysterium tremendum, 75 Muhammad Yusuf Al-Makas Sari, 182-183 Al-Nabawi, Masjid, 183 Nabi SaaW., 49, 53, 68, 79, Muhyiddin Ibn Arabi, 115 (lihat juga Ibn Arab) 8O, 88, 89, 92, 1 O8, 1 1 O, al-mujahadah, 53, 131, 134, 128, 178, 182 (lihat juga Muhammad Saaw) 2O2 kekuatan spiritual —, Al-Munqidz min Al-Dhalâl, 68 199, 2OO pengalaman spiritual al-murāgabah, 135 Murcia, 1 55 —, 67 Musa, Nabi, 68, 126, 127 Nafi', 1 OO mushthalah al-hadits, 61 al-nafsal-ammarah bi al-SU , mustadh afin, 225 al-musyahadah, 135 41, 45, 71, 72, 93 Mu'tazili, Imam, 61 nafs (nafsu), 45, 58 nafs syaithaniyyah, 45 240 Buku Saku Tasawuf

Najib Burhani, 16 Perang Ahzab (Perang Khan Naqsyabandi, Muhammad daq), 53 ibn Muhammad Bahaud perang besar (al-jihâd al din Al-Uwaisi Al-Bukhari, akbar), 53 103 Naqsyabandiyah, Tarekat, 96, perang kecil (al-jihâd al 103, 180 asghar), 53 Nasr, Seyyed Hossein, 16, 192 Peru, 28 nâsût, 207 Persia, 59, 99, 157 Nauseea, 190 nazharî, aspek teoretis, 187, kebudayaan —, 98 188 Phytagoreanisme, 155 New England Monthly, 25 Plato, konsep filsafat, 210 New-Age, 230 Platonik, filsafat klasik, 220 spiritualisme model—, Qadiriyyah, Tarekat, 103 232 qalb (hati), 201, 202 qath‘iyyât, 132 Nicholson, 66, 71 Qawwali, musik sufi, 25 Nuriyyah, Tarekat, 103 Al-Qunawi, 101, 102 Nylen, Robert, 25 Al-Quran, 66 Othman, Ali Issa, 15 membaca —, 212 Otto, Rudolf, 75 Quraniyyah, âyât, 212 al-qurb, 188 Al-Qusyairi, 141 Al-Qusyasyi, 182 Indeks 241

Al-Rabi ibn Khasim, 99 Sa'di, 1 57 Al-Rahim, 78, 79 Said ibn Jubair, 99 Al-Rahman, 78 Said ibn Musayyab, 99 Rabi'ah Al-'Adawiyyah, 81, sair wa suluk, 37 Salafi, Imam, 61 83, 151 Sâlik, 187 Salim ibn Abdullah, 99 munajat —, 82 Salim ibn Attar Al-Tajibi, 100 Rasulullah SaaW., 34, 51, Salman Al-Farisi, 61 Samsara, konsep, 107 55, 61, 62, 71, 87, 1 O6, Sari (as-Sagati), 118 151, 182, 185, 23O Sartre, J.P., 19O Schimmel, Annemarie, 16, Reconstruction of Religious Thought in Islam, 15 41, 76, 77 Al-Shabur, 78 Revolusi Iran, 1 5 ridhā, 132, 133 Shadr Al-Din Al-Syirazi, 202 Rifa'iyyah, Tarekat, 103 Shadra, Mulla, 202 (lihat juga Risalah Qusyairiyyah, 141 riyādhah al-nafs, 55 Shadr Al-Din Al-Syirazi) riyādhah, 41, 91, 92, 131, Hikmah —, 17 1 34, 222 ShahW, 148 ruh, 227 Shahiba, 61 Al-Shahifah Al-Sajadiyyah, menurut Plato, 228 Rumi, Jalaluddin, 25, 157, 96 21 5 Shahih Al-Bukhari, 49 Shahih Muslim, 49 puisi-puisi —, 25 Ruzbihan Badli, 180 242 Buku Saku Tasawuf

Shalih Al-Murri, 99 Suriah, 99, al-Shalihin, 61 Syafi'i. Imam, 61, 95 shufa', 9O Syadiq Al-Balkhi, 122, 123 Shūrah, 204 syariat, 58-60, 141 Spanyol, 155 Syathariyah, Syaikh, 182 The Sufi Orders in Islam, 177 syathhiyyat, 148, 151 Sufi, 143 al-syaug, 135 Syihabuddin 'Umar Al magam —, 146 menurut pengkaji tasa Suhrawardi, 1 O8 Syi'ah, mazhab, 95 Wuf, 148 Syi'iy, 192 paham tasawuf positif, Al-Ta'arruf li Madzhab Ahl 227, 229 Al-Tashawwuf, 141 potret para dalam Al tahanuts, 68 Quran, 69 al-ta ibin, 61 tajalli, 164 sejati, 118 tanzih, 174 Sufisme Kota, 16 The Tao of Physics, 190 Sufyan Al-Tsauri, 98, 99 Tarjuman Al-Asywäg, 157 Sufyan ibn Uyainah, 99 taSaWuf, 57, 65, 84, 115, 197 Suhail Al-Rumi (Lihat juga benih-benih —, 66, 73 Shahiba), 61 ciri utama – positif, Suhrawardi, Isyrâqiyyah, 17 Suhrawardiyyah, Tarekat, 103 1 83 sukr, 148 Suku Badui, 89 dua kelompok—, 187 Suluk, 85, 132 Indeks 243

tasawuf (Lanjutan) tazkiyah al-nafs, 90 esensi —, 58, 60, 221 Teosofi Transenden, aliran, falsafi, 101, 102 konsep kunci —, 224 202 konsep — “eksesif”, Thabathaba’i, Muhammad 225 memiliki dua aspek, 37 Husain, 16 metode —, 217 tharîqah, 58, 59, 60, 139, negatif, 218 perbedaan akhlak de 141, 177, 184, 185 ngan —, 38 Thawus ibn Kisan, 99 perkembangan —, 98 thestandard.com, 25 103 al-thuma‘nînah (perasaan positif, 215, 216, 217, 224, 225, 229, 232 tenteram), 135 promosi —, 33-35 Tijaniyah, Tarekat, 182 sains dalam — positif, TIME, majalah, 24 222 Toffler, Alvin, 24 tsialhsialpah—tarfaelksaafti—, ,110110 Trimingham, J. Spencer, 177 179, 183 tarekat menurut —, 183 Tuhan, konsep, 218 teoretis, 40 ‘ubbâd, 139 tashawwuf, sejarah, 95 Uluru, 26 tasybîh, 174 U.S. News & World Report, tauhîd, 58 tauhîd wujûdi, 158 25 244 Buku Saku Tasawuf

Umar ibn Khaththab, Kha al-Wara’, 45, 51, 90, 1 O7, |ifah, 51 1 35 Umar, Sayidina, 107 wujud, 164 al-Uns, 135, 188 tajalli-, 164 ushū| al-din, 61 'usysyag, 151 Yahudi, 63 Uwais Al-Qarani, 182 yahudhdhu, sikap, 227 al-yagin, 135 The Varieties of Religious yOga, 23 Experience, 30 Yunani, 59 pemikiran -, 62 Wadag (jasad), 210 zakkā, 90 Al-Wadud, 78 Wahabiyyah, 33 Zat Allah, 173 Wahdah al-wujud, 157-159, zawiyah, 225 17O, 173 zuhud (zuhd), 51, 52, 105, Wahidiyyah, 173 1 O7, 224 wajd, 148 konsep —, 105, 106 Waldman, Steven, 25 tahap —, 98-100 Indeks 245


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook