Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Pemahaman Umum Mengenai IQ, EQ, AQ, CQ, dan SQ

Pemahaman Umum Mengenai IQ, EQ, AQ, CQ, dan SQ

Published by Hamidah Nurrochmah, 2022-06-19 09:45:56

Description: Materi untuk Tugas Media Bimbingan dan Konseling

Search

Read the Text Version

MATERI PEMBELAJARAN BIMBINGAN DAN KONSELING XII MIPA 1 - SMAN 01 BOUGENVILLE Oleh : Hamidah Nurrochmah PENGETAHUAN UMUM MENGENAI IQ, EQ, AQ, CQ, DAN SQ Dalam suatu pembelajaran, baik IQ, EQ, AQ, CQ, dan SQ juga memiliki pengaruh atau keterlibatan dan mencapai suatu keberhasilan dalam proses belajar. Berikut penjelasannya : PENJABARAN MATERI IQ (Intellegence Quotient) IQ (Intelligence Quotients) merupakan kemampuan seseorang untuk menalar, memecahkan masalah, belajar, memahami gagasan, berpikir, dan merencanakan sesuatu. Kecerdasan ini digunakan untuk memecahkan masalah yang melibatkan logika. Kecerdasan intelektual adalah syarat minimum dalam suatu kompetensi. Intelegensi sendiri diartikan sebagai keseluruhan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif (Marhten Pali, 1993). Alfred Bined (1964), yang merintis konsep intelegensi pertama kali, mempercayai bahwa kecerdasan itu bersifat tunggal dan dapat diukur dalam satuan angka yang mana akhirnya disebut dengan Intelegence Quotient (IQ). Berdasarkan pendapat Gardner (1994), terdapat 8 kecerdasan yang siap berkembang pada setiap anak. Diantaranya : 1. Kecerdasan Linguistik (Word Smart = Cerdas Berbahasa) 2. Kecerdasan Matematik-Logis (Number Smart = Cerdas Angka) 3. Kecerdasan Spasial (Cerdas Gambar) 4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani (Body Smart = Cerdas Tubuh) 5. Kecerdasan Musikal (Cerdas Music = Nada Suara) 6. Kecerdasan Interpersonal (Self Smart = Cerdas Diri) 7. Kecerdasan Intrapersonal (People Smart = Cerdas Bergaul) 8. Kecerdasan Naturalis (Cerdas Alam) Selain itu, terdapat pula tingkatan IQ pada manusia yaitu : • 69 ke bawah: Intellectual Disability (sangat rendah) • 70-79: Borderline (batas fungsi intelektual)

• 80-89: Low Average (rata-rata rendah) • 90-109: Average (rata-rata) • 110-119: High Average (rata-rata tinggi) • 120-129: Superior (di atas rata-rata) • 130 ke atas: Very Superior (cerdas) Dalam konsep intelligence ini, para murid dikatakan tidak ada yang bodoh karena setiap anak memiliki kecerdasan-kecerdasan tertentu yang menonjol dan tiap anak tidaklah sama semua. EQ (Emotion Qoutient) Penelitan mutakhir menjelaskan bahwa kecerdasan intelektual belumlah cukup karena untuk IQ sendiri hanya menyumbangkan 20% dari keberhasilan dan 80%-nya berada pada EQ atau kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi dengan baik dan dalam berhubungan dengan orang lain. Berdasarkan pendapat dari Daniel Goldman, EQ dikembangkan menjadi 5 kategori dengan point-point sebagai berikut : 1. Kesadaran diri Kesadaran emosi diri menilai peribadi dan percaya diri. 2. Pengaturan diri Pengendalian diri, sikap dapat dipercaya, waspada, adaptif dan inovatif. 3. Motivasi Dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif dan optimism 4. Empati Memahami orang lain, pelayanan, membantu pengembangan orang lain, menyikapi perbedaan dan kesadaran politis 5. Keterampilan Sosial Pengaruh persuasi keterampilan berkomunikasi, kepemimpinan, katalisator dan perubahannya, manajemen konflik, keakraban, kerjasama dan kerja tim. AQ (Adversity Quotient) Mengapa banyak orang yang gagal membuktikan potensi dirinya padahal jelas-jelas mereka cerdas atau berbakat? Ada berapa banyak siswa yang memiliki IQ tinggi tetapi malah

gagal dalam meraih suatu prestasi belajar? Dan sebaliknya, tidak sedikit orang yang justru lebih unggul dalam prestasi belajar padahal tidak memiliki IQ yang tingg. Pada umumnya, ketika dihadapkan pada kesulitas dan tantangan hidup kebanyakan manusia menjadi tidak ada semangat dan tidak berdaya. Jadi, banyak dari mereka yang berhenti berusaha sebelum kemampuannya benar-benar teruji. Nah, mereka inilah yang dimaksudkan pada kepemilikan akan AQ (Adversity Qoutient) yang rendah.. AQ (Adversity Qoetient) adalah kemampuan atau kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Berdasarkan penelitiannya, Paul G. Stoltz yang merupakan penemu teori AQ ini menyebutkan bahwa terdapat tingkatan-tingkatan dalam AQ, diantaranya : 1. Tingkat Quitters (Orang-Orang yang Berhenti) Quitters adalah orang yang memiliki AQ paling rendah. Ketika menghadapi berbagai kesulitan hidup, mereka akan berhenti dan langsung menyerah. Mereka akan memilih untuk tidak mendaki, mereka keluar, mundur dan menghindar dari kewajiban atau tugas-tugas dalam hidup serta tidak memanfaatkan peluang, potensi dan kesempatan dalam hidup. Contohnya adalah dimana seorang individu yang tidak berkutik dan hanya bisa mengeluh ketika ditimpa kondisi buruk seperti penderitaan, kemiskinan dan kebodohan dan lain-lain. 2. Tingkat Campers (Orang yang Berkemah) Campers adalah orang yang memiliki AQ di tingkat sedang. Awalnya mereka akan giat mendaki dan berjuang menyelesaikan tantangan kehidupan. Namun, ditengah perjalanan, mereka akhirnya akan berhenti juga. Dalam kondisi ini, mereka merasa jenuh dan bosan, merasa sudah cukup, hingga memutuskan untuk mengakhiri pendakian dengan mencari tempat yang data dan nyaman. Contohnya adalah ketika seorang individu yang mengira bahwa sukses itu adalah yang penting sudah naik kelas atau lulus, meskipun pas-pasan saja atau ketika seorang individu sudah merasa cukup ketika sudah memiliki harta dan mendapatkan jabatan baru sudah cukup sukses di dunia. 3. Tingkat Climbers (Orang yang Mendaki) Climbers disini adalah pendaki sejati dimana seseorang memiliki AQ yang tinggi. Dalam hal ini, mereka paham dan sadar bahwa sukses itu bukan hanya dimensi fisik material, tetapi seluruh dimensi seperti fisik, moral, sosial, spiritual dan lainnya. Mereka adalah orang yang selalu mencari hakikat hidup, hakikat manusia yang

diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna dan akan kembali kepada Sang maha Pencipta. Mendaki hidup abadi, yang jauh lebih panjang. CQ (Creativity Qoutient) Creativity atau kreatifitas adalah potensi atau kemampuan seseorang untuk memunculkan sesuatu yang merupakan penemuan-penemuan baru dalam berbagai bidang, seperti bidang IPTEK, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, Guil Ford mendiskripsikan ciri-ciri kekreatifitasan menjadi : 1) Kelancaran atau Kefasihan Kemampuan memproduksi banyak ide. 2) Keluwesan Kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam pendekatan jalan pemecahan masalah. 3) Keaslian Kemampuan untuk melahirkan gagasan yang orisinal sebagai hasil pemikiran sendiri. 4) Penguraian Kemampuan menguraikan sesuatu secara terperinci. 5) Perumusan Kembali Kemampuan untuk mengkaji kembali suatu persoalan melalui cara yang berbeda dengan yang sudah lazim. Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa cara untuk memunculkan gagasan kreatifitas, diantaranya : 1) Kuantitas Gagasan Gagasan pertama sebagai cara untuk mendapatkan gagasan yang lebi baik yang mana pemilihan gagasannya dari berbagai gagasan yang ada. 2) Brainstorming Untuk menambah gagasan yang telah ada, untuk mendapat gagasan yang orisinil. 3) Sinektik Membuat yang asing menjadi akrab menggunakan analogi dan metafora. 4) Memfokuskan Tujuan Membuat seolah-olah apa yang diinginkan akan terjadi besok

SQ (Spritual Qoutient) Berdasarkan hasil penelitian dari ratusan perusahaan dan kalangan eksekutif bisnis menunjukkan bahwa spirit itu sungguh penting. Spirit merupakan salah satu faktor penentu sukses yang salah satu contohnya adalah keyakinan bahwa bisnis itu bermakna besar bagi diri, keluarga dan masa depan umat manusia. Sebaliknya keringnya spirit akan meruntuhkan seseorang atau perusahaan. Perlu diketahui bahwa spiritual merupakan inti dari pusat diri sendiri. Menurut Agus Nggermanto (2010), Spiritual Qoutient (SQ) adalah sumber yang mengilhami, melambangkan semangat dan mengikat diri seseorang kepada nilai-nilai kebenaran tanpa bata waktu. Lalu, M. Zuhri menambahkan bahwa SQ merupakan kecerdasan yang digunakan untuk “berhubungan” dengan Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Dimitri Mahayana, ciri-ciri orang yang memiliki SQ tinggi adalah sebagai berikut : 1. Memiliki prinsip dan visi yang kuat. 2. Mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman. 3. Mampu memaknai setiap sisi kehidupan. 4. Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan. Cara Melatih IQ, EQ, AQ, SC dan SQ Melatih IQ, EQ, AQ, CQ dan SQ sekaligus, sangat menajamkan indera kita dalam menangkap materi pelajaran, menajamkan pikiran dalam memahami intisari dari setiap pokok bahasan serta memberikan dorongan kepada akal untuk menghindarkan diri dari gangguan pada diri individu. Akhirnya konsentrasi kita akan lebih fokus dan daya tangkap kita akan lebih cemerlang. Memori-memori yang disimpan dalam penyimpanan di otak pun menjadi aman, tidak rusak dan tidak hilang, serta dapat digunakan pada waktunya sesuai kebutuhan. Berikut beberapa contoh cara melatih setiap kecerdasan di atas sebagai berikut : ❖ Intelegence Quotient (IQ) Belajar dengan cara yang benar, banyak membaca, sering latihan, selalu mengerjakan PR dan tugas-tugas, menghafal dengan rutin. Lalu, jika terdapat hal-hal yang tidak bisa dimengerti dapat ditanyakan pada teman atau guru kemudian dicoba sendiri sampai bisa. ❖ Emotional Quotient (EQ) Belajar dengan tekun, mulai dari yang mudah dulu, terus bertahap kepada yang sulit. Jangan cepat menyerah, yang sabar. Jika sudah bisa mengerjakan soal yang biasa, lalu tingkatkan dengan soal-soal baru yang lebih sulit dan menantang untuk melatih

kreatifitas. Tapi hati-hati kalau sudah pintar jangan terlalu bangga dengan kemampuan sendiri, sebaiknya tetap rendah hati dan tidak meremehkan tugas. ❖ Creativity Quatient (CQ) Dalam belajar, harus kreatif menemukan cara-cara yang efektif dan efisien agar semangat belajar bangkit terus dari mulai cara menyenangi suatu pelajaran, menata ruang belajar, dan lain sebagainya. ❖ Adversity Quatient (AQ) Dalam proses belajar, pasti akan menemukan banyak kendala atau kesulitan. Harus selalu memiliki sikap dan pikiran positif untuk meraih prestasi belajar dengan menjadikan kesulitan sebagai motivasi untuk lebih giat belajar. ❖ Spiritual Quotient (SQ) Selalu berdo’a sebelum dan sesudah belajar, selalu ingat kepada Tuhan, kewajiban beribadah jangan ditinggalkan.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook