TUGAS 3.1.A.8 KONEKSI ANTAR MATERI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN
PENDIDIKAN CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 7 KABUPATEN BULELENG-BALI Fasilitator Pengajar Praktik I Dewa Gede Putra Astika I Gede Arta Pertama CGP Ayu Desy Mardani Mandala
Tujuan Pembelajaran Khusus CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media. CGP dapat melakukan refleksi bersama fasilitator untuk mengambil makna dari pengalaman belajar dan mengadakan metakognisi terhadap proses pengambilan keputusan yang telah mereka lalui dan menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan yang dilakukannya.
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert Makna Kutipan Saya menegrti bahwa tidaklah perlu banyak menuntut kepada murid, namun perlu mengajarkan nilai-nilai yang akan tertanam dalam diri murid sebagai bekal mengarungi masa depannya nanti. Semua itu akan berdampak pada perilaku dan karakter karena manusia beradab lebih baik dari orang berilmu. Ilmu yang baik dilandasi oleh karakter baik sehingga murid dapat menjalankan kehidupan dengan Bahagia dan keselamatan setinggi-tingginya. Begitupun bagi seorang guru, jika guru tersebut memiliki nilai-nilai kebajikan yang menghiasi hidupnya maka keputusan yang diambil akan berpihak pada yang benar dan berpihak pada murid. Guru sebagai pemimpin pembelajaran, harus mampumeberikan Tauladan pada murid-muridnya agar tersirami dalam qalbunya dengan nilai-nilai kebajikan universal. Tentu hal ini dapat dilakukan dengan memberikan tauladan di tengah-tengah murid, baik ketika di dalam kelas maupun di lingkungan lainnya
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert DARI KUTIPAN DI ATAS, APA KAITANNYA DENGAN PROSES PEMBELAJARAN YANG SEDANG ANDA PELAJARI SAAT INI? Dalam pengambilan keputusan berbasis nilai- nilai kebajikan universal sebagai pemimpin, kita mengutamakan proses dalam setiap pengambilan keputusan, bukan hanya mempertimbangkan hasil akhir dari sebuah keputusan namun keputusan yang diambil berdasarkan pada nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam diri guru yang akan membimbing dan memotivasi guru untuk melakukan pengambilan keputusan yang benar dan tepat sasaran. Seringkali kita juga mengalami dilema etika pada proses pembelajaran, apa kita harus mengedepankan materi atau nilai-nilai dari sebuah materi melalui pendidikan karakter. Maka adri itu sebagai pendidik harus mampu berkontribusi bagi peserta didik, setiap keputusan yang kita ambil harus berpihak kepada murid dengan dilandasi nilai-nilai kebajikan. Pendidik berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran dan keteladanan.
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert BAGAIMANA NILAI-NILAI ATAU PRINSIP-PRINSIP YANG KITA ANUT DALAM SUATU PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAPAT MEMBERIKAN DAMPAK PADA LINGKUNGAN KITA? Nilai-nilai yang saya pegang teguh dalam melakukan pengambilan keputusan adalah nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid serta pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dengan prinsip dan nilai tersebut keputusan yang saya ambil akan memberikan dampak positif untuk lingkungan sekolah yaitu terciptanya lingkungan yang nyaman, rasa saling menghormati, saling percaya dan selalu berkolaborasi untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert BAGAIMANA ANDA SEBAGAI SEORANG PEMIMPIN PEMBELAJARAN DAPAT BERKONTRIBUSI PADA PROSES PEMBELAJARAN MURID, DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ANDA? Pengambilan keputusan dalam proses pembelajaran murid harus mengutamakan prinsip keberpihakan pada murid dengan mengutamakan kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional dengan memperhatikan kesiapan belajar murid, minat belajar dan profil belajarnya merupakan dasar dalam pengambilan keputusan
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert MENURUT ANDA, APAKAH MAKSUD DARI KUTIP AN INI JIKA DIHUBUNGKAN DENGAN PROSES PEMBELAJARAN YANG TELAH ANDA ALAMI D I MODUL INI? JELASKAN PENDAPAT ANDA. Pembelajaran pada model ini memberikan pengetahuan bagaimana untuk mengambil sebuah keputusan yang berupa dilema etika atau bujukan moral dengan memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal , tanggung jawab, berpihak pada murid. Kutipan tersebut merupakan dilema etika yang dapat diputuskan melalui 9 langkah pengambilan keputusa.
Education is the art of making man ethical. Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis. ~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~ MENURUT ANDA, APAKAH MAKSUD DARI KUTIP AN INI JIKA DIHUBUNGKAN DENGAN PROSES PEMBELAJARAN YANG TELAH ANDA ALAMI DI MODUL INI? JELASKAN PENDAPAT ANDA. Meberikan makna bahwa berprilaku yang etis merupakan salah satu hasil dari sebuah pendidikan. Perilaku ini merupakan produk pendidikan yang akan memberikan pengaruh yang besar terhadap lingkungan dan keberlangsungan proses pembelajaran yang bermartabat. Dengan belajar terkait etika, ke depannya akan semakin memahami penerapannya di lapangan. Pada akhirnya perilaku etis ini akan menjadi nilai dan budaya positif disekolah. Termasuk didalamnya terkait dengan proses pembelajaran berpihak pada murid. Pembelajaran dalam modul ini memberikan pengetahuan bagaimana untuk mengambil keputusan dimana situasi yang terjadi merupakan dilema etika atau bujukan moral, dalam pengambilan keputusan harus memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal, tanggung jawab dan senantiasa berpihak pada murid dengan berpedoman pada 4 paradigma dalam pengambilan keputusan yang mengandung 3 prinsip dan Sembilan langkah untuk menguji sebuah keputusan.
RANGKUMAN KESIMPULAN PEMBELAJARAN (KONEKSI ANTARMATERI) BERIKUT SAYA PAPARKAN KONEKSI ANTAR MATERI BERDASARKAN PERTANYAAN- PERTANYAAN DIBAWAH INI
1. BAGAIMANA FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA DENGAN PRATAP TRILOKA MEMILIKI KAITAN DENGAN PENERAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI SEORANG PEMIMPIN? Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip- prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai- nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar. Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
3. BAGAIMANA MATERI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERKAITAN DENGAN KEGIATAN ‘COACHING’ (BIMBINGAN) YANG DIBERIKAN PENDAMPING ATAU FASILITATOR DALAM PERJALANAN PROSES PEMBELAJARAN KITA, TERUTAMA DALAM PENGUJIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG TELAH KITA AMBIL? APAKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERSEBUT TELAH EFEKTIF, MASIHKAH ADA PERTANYAAN- PERTANYAAN DALAM DIRI KITA ATAS PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERSEBUT? HAL-HAL INI TENTUNYA BISA DIBANTU OLEH SESI ‘COACHING’ YANG TELAH DIBAHAS PADA SEBELU Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching dengan alur TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil. Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.
3. BAGAIMANA MATERI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERKAITAN DENGAN KEGIATAN ‘COACHING’ (BIMBINGAN) YANG DIBERIKAN PENDAMPING ATAU FASILITATOR DALAM PERJALANAN PROSES PEMBELAJARAN KITA, TERUTAMA DALAM PENGUJIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG TELAH KITA AMBIL? APAKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERSEBUT TELAH EFEKTIF, MASIHKAH ADA PERTANYAAN- PERTANYAAN DALAM DIRI KITA ATAS PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERSEBUT? HAL-HAL INI TENTUNYA BISA DIBANTU OLEH SESI ‘COACHING’ YANG TELAH DIBAHAS PADA SEBELU TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk menunjukan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will. Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari : T : Tujuan I : Identifikasi R : Rencana aksi TA: Tanggung jawab
4. BAGAIMANA KEMAMPUAN GURU DALAM MENGELOLA DAN MENYADARI ASPEK SOSIAL EMOSIONALNYA AKAN BERPENGARUH TERHADAP PENGAMBILAN SUATU KEPUTUSAN KHUSUSNYA MASALAH DILEMA ETIKA? Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.
5. BAGAIMANA PEMBAHASAN STUDI KASUS YANG FOKUS PADA MASALAH MORAL ATAU ETIKA KEMBALI KEPADA NILAI-NILAI YANG DIANUT SEORANG PENDIDIK? Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai- nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai- nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.
7. BAGAIMANA PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG TEPAT, TENTUNYA BERDAMPAK PADA TERCIPTANYA LINGKUNGAN YANG POSITIF, KONDUSIF, AMAN DAN NYAMAN. Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
8. APAKAH TANTANGAN-TANTANGAN DI LINGKUNGAN ANDA UNTUK DAPAT MENJALANKAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP KASUS-KASUS DILEMA ETIKA INI? ADAKAH KAITANNYA DENGAN PERUBAHAN PARADIGMA DI LINGKUNGAN ANDA? Jawaban saya yaitu iya, kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Yang kedua tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Yang ketiga keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan. Seharusnya seluruh stakeholder sekolah saling berkolaborasi untuk mewujudkan tujuan bersama. Dalam benturan antar kelompok sangat berkaitan dengan pradigma dilema etika disekolah yaitu : individu vs kelompok rasa keadilan vs rasa kasihan kebenaran vs kesetian jangka pendek vs jangka panjang
9. BAGAIMANA SEORANG PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN DAPAT MEMPENGARUHI KEHIDUPAN ATAU MASA DEPAN MURID-MURIDNYA? Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi orang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang nantinya akan menentukan masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi- pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya. Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan datang. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.
10. APAKAH KESIMPULAN AKHIR YANG DAPAT ANDA TARIK DARI PEMBELAJARAN MODUL MATERI INI DAN KETERKAITANNYA DENGAN MODUL-MODUL SEBELUMNYA? Kesimpulan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah : Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.
11. SEJAUH MANA PEMAHAMAN ANDA TENTANG KONSEP-KONSEP YANG TELAH ANDA PELAJARI DI MODUL INI, YAITU: DILEMA ETIKA DAN BUJUKAN MORAL, 4 PARADIGMA PENGAMBILAN KEPUTUSAN, 3 PRINSIP PENGAMBILAN KEPUTUSAN, DAN 9 LANGKAH PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN KEPUTUSAN. ADAKAH HAL-HAL YANG MENURUT ANDA DI LUAR DUGAAN? Pemahaman terhadap materi tentang konsep-konsep yang telah dipelajari pada modul ini yaitu : 1.Penerapan 4 Paradigma Pengambilan Keputusan 2.3 prinsip pengambilan keputusan 3.9 langkah pengambilan keputusan (dilema etika atau bujukan moral Sebuah kasus dikatakan dilema etika apanila (Benar vs Benar), sedangakan dikatakan bujukan moral apabila (Salah vs Benar). Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan Selama ini saya berpikir terlalu cepat dan reaktif sehingga keputusan yang saya ambil perlu ditinjau kembali agar tidak merugikan banyak orang
12. SEBELUM MEMPELAJARI MODUL INI, PERNAHKAH ANDA MENERAPKAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN DALAM SITUASI MORAL DILEMA? BILAMANA PERNAH, APA BEDANYA DENGAN APA YANG ANDA PELAJARI DI MODUL INI? Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika. Namun tidak mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil biasanya hanya dari dua hal yang pertama sesuai dengan regulasi dan tidak merugikan orang lain. Tidak melalukan uji benar vs benar. Dalam modul ini saya belajar Langkah-langkah pengambilan keputusan dengan tepat dan akurat karena ada 5 uji benar vs benar. Setelah saya mempelajari modul ini , dalam mengambil sebuah keputusan dengan kasus dilema etika harus melalui 9 langkah pengambilan keputusan dan penguji keputusan, agar keputusan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan dengan baik.
13. BAGAIMANA DAMPAK MEMPELAJARI KONSEP INI BUAT ANDA, PERUBAHAN APA YANG TERJADI PADA CARA ANDA DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN SEBELUM DAN SESUDAH MENGIKUTI PEMBELAJARAN MODUL INI? Konsep yang saya pelajari memberikan dampak luar biasa bagi pola pikir saya. Sebelum bertemu dengan modul ini saya berpikir bahwa pengambilan keputusan hanya berdasarkan regulasi saja. Ternyata banyak hal yang menjadi dasar, ada 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Serta konsep pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga saya lebih yakin dengan apa yang sudah saya tetapkan sebagai satu keputusan. Saya berencana akan mengimplementasikan dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam ikut serta pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi yang saya ikuti. Saya berharap pengambilan keputusan yang saya lakukan akan selalu berpihak pada murid.
14. SEBERAPA PENTING MEMPELAJARI TOPIK MODUL INI BAGI ANDA SEBAGAI SEORANG INDIVIDU DAN ANDA SEBAGAI SEORANG PEMIMPIN? Bagi saya materi pada modul 3.1 sangat penting dan bermakna. Di lingkungan sekolah guru sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai warga sekolah banyak keputusan yang akan dikeluarkan menghasilkan kebijakan - kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Guru harus memiliki keterampilan pengambilan keputusan untuk dapat mewujudkan itu semua. Sebagai seorang pemimpin dimana sebuah keputusan yang diambil harus berdasarkan beberapa pertimbangan sehingga keputusan yang ada dapat dipertanggung jawabkan dan tidak salah langkah atau bahkan merugikan salah satu pihak yang anntinya akan menimbulkan kekacauan dan ketidaknyamana Dengan mempelajari modul ini kedepannya dalam mengambil keputusan agar sesuai dengan apa yang ada di modul agar tidak merugikan dan lebih bijak dalam mengambil keputusan sebagai pendidik atau pemimpin nantinya.
TERIMAKASIH OM SANTI, SANTI, SANTI OM WWW.REALLYGREATSITE.COM
Search
Read the Text Version
- 1 - 25
Pages: