Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore AKSI NYATA MELATIH REGULASI DIRI

AKSI NYATA MELATIH REGULASI DIRI

Published by Yuly Sugianingsih sugiman, 2022-12-05 07:17:36

Description: AKSI NYATA MELATIH REGULASI DIRI

Search

Read the Text Version

Aksi Nyata Topik : Melatih Regulasi diri Disusun Oleh : Juli Sugianingsih,S.Pd. Guru SDN Oro Oro Ombo Kota Madiun

Regulasi Diri Regulasi Diri merupakan suatu usaha dalam meningkatkan kualitas Individu atau termasuk kedalam self management/manajemen diri, hal ini sangat berpengaruh kepada kehidupan seseorang yang menerapkan sistem regulasi diri dalam kehidupannya. Aspek Regulasi diri dari Bandura, Schunk, dan Zimmerman (dalam Ormrod, 2012) meliputi : 1. Menetapkan standar dan tujuan (setting standards and goals) 2. Observasi diri (self-observation) 3. Evaluasi diri (self-evaluation) 4. Reaksi diri (self-reaction) 5. Refleksi diri (self-reflection) Santrock (2007) menyebutkan adanya regulasi diri dalam belajar akan membuat individu mengatur tujuan, mengevaluasi-nya dan membuat adaptasi yang diperlukan sehingga menunjang dalam prestasi. Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa regulasi diri dalam belajar mempunyai peranan yang besar dalam pencapaian prestasi akademik seseorang (Zimmerman, 1990; Moltalvo & Torres, 2004; dan Cheng, 2011). Komponen regulasi diri dalam belajar pada pembelajaran sendiri menurut Pintrich (2004) terdiri dari : 1.Kontrol kognitif danregulasikognitif merupakan aktivitas kognitifdan metakognitif 2.Regulasi motivasimencakup upayauntuk mengatur berbagaikeyakinanmotivasi. 3.Regulasi perilaku merupakan aspek regulasi diri yang melibatkan upaya individu untuk mengontrol perilaku sendiri. 4.Regulasi terhadap konteks merupakan upaya untuk mengontrol konteks dalam menghadapi pembelajaran di kelas. Bentuk-bentuk Regulasi dii dalam belajar : 1. Regulasi Kognitif. Regulasi ini berhubungan dengan pemrosesan suatu informasi yang berkaitan dengan berbagai macam jenis kegiatan kognitif 2. Regulasi Emosi. Proses pengendalian emosi yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar yang bertujuan agar ekspresi emosi yang ditunjukan sesuai dengan lingkungan disekitar.

3. Regulasi Motivasi. Sebagai pola regulasi motivasi berdasarkan jenis motivasi yang dimiliki individu yang diindikasikan melalui proses-proses regulasi yang relevan 4. Regulasi Perilaku Kemampuan seseorang untuk mengatur perilaku dan emosinya sendiri, yang berakibat pada timbulnya keinginan untuk mencapai target yang mereka inginkan. 5. Regulasi Konteks. Ditemukan dalam penelitian ini lebih mengacu kepada bentuk regulasi dengan mengatur konteks mahasiswa itu sendiri dalam menghadapi lingkungan yang kurang kondusif menjadi lebih kondusif sehingga tuntutan belajar maupun keberhasilan dalam suatu pem belajaran dikelas dapat dicapai dengan baik. Manajemen waktu (manajemen kehidupan) adalah pencapaian sasaran utama kehidupan sebagai hasil dari menyisihkan kegiatan-kegiatan tidak berarti yang sering kali justru banyak memakan waktu (Taylor, 1990). Penelitian yang dilakukan oleh Macan et al., (1990) dilakukan untuk mengembangkan sebuah pengukuran bagi perilaku manajemen waktu. Alat ukur ini disebut sebagai Time Management Behavior Scale (TMBS). Hasil analisis faktor pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku manajemen waktu terdiri atas empat faktor, yaitu: 1. Menetapkan tujuan dan prioritas (setting goals and priorities). Menetapkan tujuan dan prioritas meliputi kegiatan penetapan tujuan yang diinginkan, kebutuhan yang ingin dicapai, dan memprioritaskan berbagai tugas untuk mencapai tujuan ini. 2. Mekanis– perencanaan dan penjadwalan (mechanics–planning and scheduling). Mekanis– perencanaan dan penjadwalan merupakan perilaku yang identik dengan mengatur waktu, misalnya membuat daftar, merencanakan, dan menjadwalkan. 3. Kesukaan terhadap pengorganisasian (preference for organization). Kesukaan terhadap pengorganisasian mengacu pada kecenderungan umum seseorang untuk menerapkan keteraturan, baik dalam lingkungan pekerjaan maupun pendekatan terhadap tugas. 4. Persepsi kontrol atas waktu (perceived control of time). Persepsi kontrol atas waktu merefleksikan keyakinan seseorang mengenai kemampuannya memengaruhi waktu yang dihabiskan.

Aspek-aspek Manajemen waktu Menurut Macan (1990) menemukan tiga aspek manajemen waktu yang dipakai dalam pengembangan pengukuran tugas atas manajemen waktu yaitu : 1.Menetapkan tujuan dan prioritas, yaitu apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan seseorang untuk diselesaikan dan bagaimana individu dapat menempatkan kebutuhan sesuai prioritas tugas yang diperlukan untuk mencapai sasaran. 2.Teknik atau mekanika manajemen waktu, yaitu cara-cara yang digunakan dalam mengelola waktu seperti membuat daftar, jadwal dan rencana kerja. Kontrol terhadap waktu, yaitu berhubungan dengan perasaan dapat mengatur waktu dan pengkontrolan terhadap hal-hal yang dapat mempengaruhi penggunaan waktu Faktor -faktor yang mempengaruhi Manajemen waktu Rahardi (2009) menjelaskan beberapa faktor yang menentukan tercapainya proses manajemen waktu, antara lain: 1. Faktor dalam diri yang melakukan kesalahan. Faktor ini menjadi faktor utama. Setiap manusia belajar dari kesalahan hidupnya. Dengan manajemen, manusia meminimalisir kesalahan dimasa lampau. 2. Faktor pandangan hidup. Faktor ini mampu memacu motivasi individu. Seperti, untuk apa berkuliah, setelah lulus apa yang akan dilakukan? Dengan pandangan hidup yang jelas, tergambar dalam benak sebuah masa depan. 3. Faktor lingkungan Pada dasarnya lingkungan menjadi barometer kreativitas individu. Dengan fasilitas sekitar atau lingkungan yang memadai, individu mampu mengembangkan kreativitasnya dan memperbaiki management waktu Strategi manajemen waktu Ada beberapa strategi manajemen waktu. Seseorang dapat meluangkan waktu kira-kira 10 s.d. 15 menit untuk mengelola jadwal kegiatan. 1. Membiasakan diri untuk menyiapkan daftar. Daftar ini berisi segala sesuatu yang butuh untuk dilakukan dan memprioritaskan menurut tingkat kepentingannya. 2. Merencanakan kegiatan tertentu dilakukan pada waktu yang tertentu pula. Hal ini diperlukan disiplin diri. 3. Menemukan waktu bekerja yang optimal. Masing-masing orang memiliki waktu optimal untuk bekerja. Waktu yang dimiliki tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas secara maksimal. 4. Memprioritaskan tugas-tugas berdasarkan tingkat kepentingannya seperti vital, penting, harus dilakukan hari ini atau dapat dilakukan besok. 5. Pengorganisasian. Seseorang perlu memilih atau mengatur lingkungan dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini, mungkin diperlukan suasana atau lingkungan yang dipersyaratkan, misalnya harus

bebas dari material yang tidak diperlukan, mengurangi gangguan (telepon atau kehadiran orang lain) atau interferensi lingkungan (musik, kebisingan) 6. Pendelegasian. Seseorang perlu menentukan tugas- tugas atau kegiatankegiatan yang memungkinkan untuk dapat dikerjakan oleh orang lain. 7. Membedakan antara “segera” dan penting”. Untuk membedakan hal ini dapat dilihat pada Matrik Pengelolaan Waktu berikut ini : Hubungan Management waktu dengan self Regulated learning Zimmerman (1989: 329) yang mengatakan bahwa individu yang mempunyai self regulated learning tinggi adalah individu yang efektif menggunakan potensinya untuk memonitor, mengatur dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilakunya dalam proses belajar. Manajemen waktu merupakan perencanaan dan pengaturan waktu yang digunakan dalam melaksanakan aktivitas setiap hari sehingga individu dapat menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Manajemen waktu adalah menggunakan dan memanfaatkan waktu sebaik- baiknya, seoptimal mungkin melalui perencanaan kegiatan yang terorganisir dan matang. Dengan manajemen waktu seseorang dapat merencanakan dan menggunakan waktu secara efisien dan efektif sehingga tidak menyia-nyiakan waktu dalam kehidupannya. Perencanaan ini bisa berupa jangka panjang, menengah atau pendek (Leman 2007: 24). Contohnya pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi memiliki motivasi yang tinggu untuk segera menyelesaikan tugasnya. Motivasi dalam self regulated learning mengungkap tentang aktivitas yang penuh tujuan dalam memulai, mengatur atau menambahkan kemauan untuk memulai, mempersiapkan tugas berikutnya atau menyelesaikan aktivitas tertentu sesuai dengan tujuan. Faktor yang paling mendasar dari self regulated learning adalah keinginan untuk mencapai tujuan, kesadaran akan penghargaan terhadap diri sendiri, keinginan untuk mencoba, komitmen, manajemen waktu, kesadaran akan

Zimmerman (1989: 329) yang mengatakan bahwa individu yang mempunyai self regulated learning tinggi adalah individu yang efektif menggunakan potensinya untuk memonitor, mengatur dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilakunya dalam proses belajar. Manajemen waktu merupakan perencanaan dan pengaturan waktu yang digunakan dalam melaksanakan aktivitas setiap hari sehingga individu dapat menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Manajemen waktu adalah menggunakan dan memanfaatkan waktu sebaik- baiknya, seoptimal mungkin melalui perencanaan kegiatan yang terorganisir dan matang. Dengan manajemen waktu seseorang dapat merencanakan dan menggunakan waktu secara efisien dan efektif sehingga tidak menyia-nyiakan waktu dalam kehidupannya. Perencanaan ini bisa berupa jangka panjang, menengah atau pendek (Leman 2007: 24). Contohnya pada mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi memiliki motivasi yang tinggu untuk segera menyelesaikan tugasnya. Motivasi dalam self regulated learning mengungkap tentang aktivitas yang penuh tujuan dalam memulai, mengatur atau menambahkan kemauan untuk memulai, mempersiapkan tugas berikutnya atau menyelesaikan aktivitas tertentu sesuai dengan tujuan. Faktor yang paling mendasar dari self regulated learning adalah keinginan untuk mencapai tujuan, kesadaran akan penghargaan terhadap diri sendiri, keinginan untuk mencoba, komitmen, manajemen waktu, kesadaran akan Aspek manajemen diri Maxwell (Prijosaksono, 2001) mengemukakan aspek-aspek yang terdapat dalam manajemen diri antara lain: 1. Pengelolaan waktu. Waktu merupakan hal utama dalam manajemen diri. Seperti halnya kehidupan yang harus dikelola dan dikendalikan, waktu juga harus dikelola dan dikendalikan dengan sebaikbaiknya agar dapat mencapai sasaran dan tujuan dalam kehidupan dan pekerjaan secara efektif dan efisien. Selama ini pengertian mengelola waktu hanya diartikan sebagai cara mengalokasikan waktu secara efektif dan efisien. 2. Hubungan antar manusia. Hubungan antara merupakan pilar utama dalam manajemen diri, karena individu selalu berhubungan dengan orang lain dalam hampir semua aspek kehidupan. Hubungan personal yang erat dapat menjadi sumber kekuatan dan pembaruan yang terus menerus. Efektif tidaknya hubungan seseorang dengan orang lain sangat mempengaruhi pencapaian hal-hal terbaik dalam kehidupan, dan dalam mengembangkan kehidupan yang lebih bermakna baik itu di tempat kerja atau dalam kehidupan tinggal. Cara berhubungan dengan orang lain merupakan kunci sukses utama kesuksesan. Dalam hidup seseorang membutuhkan teman, sahabat, kekasih, rekan kerja, maupun mitra bisnis, juga membutuhkan orang yang dapat diajak berbagai keceriaan, kesedihan, ketakutan, kegagalan, dan keberhasilan. Interaksi ini menyentuh dan membangun seseorang pada tingkat kehidupan yang terdalam. 3. Perspektif diri. Perspektif diri terbentuk jika individu dapat melihat dirinya sama dengan apa yang dilihat orang lain pada dirinya. Individu yang dapat melihat dan menilai dirinya sama dengan apa yang dilihat dan dipikirkan oleh orang lain pada dirinya berarti individu tersebut jujur dan nyata dalam menilai dirinya sehingga individu tersebut memiliki penerimaan diri yang lebih luas yang pada akhirnya akan mempermudah individu dalam manajemen diri, tetapi jika individu tidak dapat melihat dirinya seperti yang dilihat oleh orang lain secara jujur dan sesuai kenyataan maka akan mengarah pada suatu kebohongan pada diri sendiri dan individu tersebut akan menciptakan cermin diri yang semu sehingga individu tidak dapat menerima kenyataan dirinya.

Bentuk -bentuk manajemen diri didambakan. Suatu motivasi akan kuat kalau timbul dalam diri sendiri tanpa dorongan dari orang lain atau hal luar. 2. Penyusunan Diri (self-organization). Ini ialah pengaturan sebaik-baiknya terhadap pikiran, tenaga, waktu, tempat, benda, dan semua sumber daya lainnya dalam kehidupan seseorang sehingga tercapai efisiensi. Efisiensi pribadi adalah perbandingan terbaik antara setiap kegiatan hidup pribadi individu dengan hasil yang diinginkan. Pada pokoknya penyusunan diri atau pengorganisasian diri adalah merencanakan, mengatur, dan mengurus agar segala hal dalam diri sendiri atau yang menyangkut diri pribadi dapat berlangsung secara tertib, lancar, dan mudah. 3. Pengendalian diri (self-control). Ialah perbuatan membina tekad untuk mendisiplin kemauan, memacu semangat, mengikis keseganan, dan mengerahkan energi untuk benar-benar melaksanakan apa yang harus dikerjakan. Melatih kontrol diri itu harus sungguh-sungguh diusahakan dari waktu ke waktu oleh setiap individu. Self-control merupakan salah satu persyaratan yang tidak kalah pentingnya ketimbang self-motivation dan self- organization untuk mencapai sukses dalam studi. 4. Pengembangan diri (self-development). Ini adalah perbuatan menyempurnakan atau meningkatkan diri sendiri dalam berbagai hal. Pengembangan diri yang lengkap dan penuh mencakup segenap sumber daya pribadi dalam setiap individu. 2 Manajemen diri mencakup sekurang-kurangnya 4 bentuk perbuatan yang berikut (Gie, 1995: 188- 191) yaitu: pendorongan diri (self-motivation), penyusunan diri (self - organization), pengendalian diri (self- control) dan pengembangan diri (self- development). 1. Pendorongan Diri (self-motivation). Merupakan dorongan psikologis dalam diri seseorang yang merangsangnya sehingga mau melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang didambakan. Suatu motivasi akan kuat kalau timbul dalam diri sendiri tanpa dorongan dari orang lain atau hal luar

Faktor yang mempengaruhi manajemen diri Gie (1996) berpendapat bahwa ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi manajemen diri: 1. Motivasi diri, yang merupakan suatu dorongan psikologis yang timbul dari dalam diri yang merangsang individu untuk melakukan suatu hal dalam rangka untuk mencapai tujuan yang sudah diharapkan. 2. Pengorganisasian diri, yang merupakan sebuah pengaturan yang baik terhadap pikiran, waktu, energi, tempat, benda dan sumber daya lainnya. 3. Pengendalian diri, berbagai usaha yang dilakukan individu untuk menetapkan niat, meminimalisir keseganan, memacu semangat dan mencurahkan energi untuk melaksanakan tugas-tugas yang menjadi kewajibannya guna mencapai tujuan yang diinginkan

Karateristik individu dengan manajemen yang baik : Menurut Ormrod (2009: 54) dalam sebuah jurnal ada beberapa karakteristik individu yang memiliki kemampuan regulasi diri yang baik: 1. Menetapkan standar dan tujuan yang ditetapkan, menunjukkan adanya standar dan tujuan tertentu yang dianggap bernilai dan yang menjadi arah dan sasaran perilaku. Locus OF Control Dari segi istilah locus diartikan dengan tempat, sedangkan control adalah kendali, jadi locus of control bermakna tempat kendali. (dalam Ikhsan, 2005) menyatakan bahwa locus of control adalah drajat dimana individu memandang peristiwa- peristiwa dalam kehidupannya sebagai konsekuensi perbuatan- perbuatannya. (Rotter, 1966) seorang ahli berpendapat bahwa locus of control merupakan salah satu dari veriabel kepribadian yang kemudian diartikan sebagai keyakinan dari individu terhadap kemampuan atau bahkan ketidak mampuan untuk mengontrol nasib sendiri.

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Hasyr : 18) Sesuai firman Allah dalam Q.S. Al-Hasyr ayat 18 tersebut menekankan adanya perencanaan yang baik dalam diri manusia atas segala tindakan selama di dunia, sehingga ia akan mendapatkan keselamatan di akhirat nanti. Manusia sepanjang hidupnya harus introspeksi memperhatikan apa-apa yang telah diperbuatnya untuk kebaikan masa depan, dengan kata lain berarti manusia harus memiliki rencana, sehingga manusia hidupnya terarah dan tidak terjerumus ke lubang yang sama

TERIMA KASIH tidak ada kata terlambat untuk belajar introspeksi diri agar jadi pribadi yang lebih baik


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook