["Keanekaragaman Flora CRITRICALY ENDANGERED Jenis dengan status konservasi tinggi memiliki tantangan masing-masing. Alocasia macrorhiza Krombang Untuk jenis komersial ancaman utama berasal dari pencurian dan ilegal loging. Alocasia plumbea Krombang sabrang Upaya penanganan dilakukan melalui kegiatan perlindungan baik dari internal Aquilaria malaccensis Garu polisi kehutanan maupun kerjasama dengan instansi lain. Fraxinus americana Gabutan Raffeslia sp. Raflesia ENDANGERED Anisoptera costata Kitenjo Castanopsis arganteae Saninten Castanopsis tungurrut Kihiur Coffea arabica Kopi arabika Cycas javana Pakis haji Dipterocarpus hasseltii Palahlar Dipterocarpus retusus Kruingan Eucalyptus urophylla Eukaliptus Lithocarpus crassinervius Pasang Jawa Lithocarpus sundaicus Pasang batoe Pterocarpus indicus Anggrit Pterocymbium javanicum Serewet kutil Kayu Sonokeling (Dalbergia latifolia) Endemik Status : Vulnerable - Appendix II CITES Shorea javanica Meranti VULNERABLE NEAR THREATENED Agathis dammara Damar Aegle marmelo Mojo Artocarpus anisophyllus Nowo Cycas rumphii Cekaklak Dalbergia latifolia Sonokeling platycladus orientalis Kayu Ireng Khaya anthotheca Mahoni Afrika Hopea spp. Merawan Pinus merkusii Pinus Pholidota chinensis Kemaduan Reutealis trisperma Kemiri Sunan Semecarpus heterophyllus Rengas Saurauia bracteosa Lotrok Sonchus arvensis Rempuyung Shorea laevis Bengkereh Sonneratia ovata Bogem Swietenia macrophylla Mahoni Swietenia mahagoni Mahoni daun kecil Biodiversity of Perum Perhutani 50","Keanekaragaman Flora Distribusi Jenis Flora Endangered di Kawasan Perhutani Keterangan : Anisoptera costata Kitenjo Herbarium jenis tanaman penghasil minyak Castanopsis arganteae Saninten atsiri, dipamerkan pada museum Rumah Atsiri, Castanopsis tungurrut Kihiur sebagai daya tarik wisata edukasi Rumah Atsiri. Coffea arabica Kopi arabika Cycas javana Pakis haji Kab. Karanganyar, Jawa Tengah Dipterocarpus hasseltii Palahlar Dipterocarpus retusus Kruingan Eucalyptus urophylla Eukaliptus Lithocarpus crassinervius Pasang Jawa Lithocarpus sundaicus Pasang batoe Pterocarpus indicus Anggrit Pterocymbium javanicum Serewet kutil Shorea javanica Meranti Jawa Untuk jenis tumbuhan dengan kategori kritis, merupakan tumbuhan bawah dan jenis epifit. Dikarenakan jenis tersebut memiliki sebaran yang sangat terbatas perlu dilakukan validasi di lokasi perjumpaan untuk menyusun rencana pengelolaan yang sesuai. Jenis -jenis tumbuhan endangered (terancam) perlu mendapat perhatian karena jenis ini berada satu level dibawah kritis. Jenis tumbuhan tersebut selain memiliki persebaran terbatas, umumnya mengalami penurunan populasi baik karena perubahan habitat, pembukaan hutan maupun proses regenerasi alami yang sulit. Pendataan jenis tumbuhan dalam kategori terancam maupun rentan perlu didukung dengan buku panduan identifikasi serta pelatihan personil untuk pengambilan herbarium maupun dokumentasi. Hasil herbarium dapat digunakan sebagai materi penunjang identifikasi bahkan wisata edukasi. Biodiversity of Perum Perhutani 51","Keanekaragaman Flora Distribusi Jenis Flora Vulnerable di Kawasan Perhutani Keterangan : Damar Buah Kemiri sunan ( Reutealis trisperma) Nowo salah satu tumbuhan kategori Endangered Agathis dammara Sonokeling Artocarpus anisophyllus Mahoni Afrika di Perhutani Dalbergia latifolia Pinus Khaya anthotheca Kemiri Sunan Pinus merkusii Lotrok Reutealis trisperma Bengkereh Saurauia bracteosa Mahoni Shorea laevis Swietenia macrophylla Visualisasi distribusi jenis vulnerable (rentan mengalami kepunahan) Perhutani kami bagi menjadi tiga, pertama untuk jenis-jenis dengan persebaran terbatas dan dua sisanya untuk jenis Mahoni dan Pinus yang kami sajikan pada halaman berikutnya. Jenis yang masuk dalam kategori vulnerable terdiri dari 9 jenis tanaman engan persebaran yang beragam. Untuk jenis Damar memiliki distribusi pada 11 KPH. Kemudian jenis Sonokeling yang merupakan salah satu jenis kayu andalan kami, distribusinya tercatat di 19 KPH pada 3 divisi regional. Jenis lainnya yang masuk dalam kategori ini merupakan jenis yang dijumpai di Hutan Lindung antara lain Nowo, Mahoni Afrika, Kemiri Sunan, Lotrok dan Bengkereh. Jenis Nowo dijumpai di 2 KPH di Jawa Timur, sedangkan empat jenis lainnya hanya tercatat pada 1 KPH. Mahoni Afrika dan Kemiri Sunan tercatat di KPH Bandung Utara, Lotrok tercatat di KPH Banyumas Barat dan Bengkereh hanya tercatat di KPH Pati. Upaya eksplorasi yang lebih jauh diutuhkan Perhutani untuk menambah daftar jenis tumbuhan di kawasan Hutan Lindung, terutama untuk jenis Tumbuhan endemik, Langka dan berstatus konservasi tinggi, Biodiversity of Perum Perhutani 52","Keanekaragaman Flora Mahoni (Swietenia macrophylla) Pinus (Pinus Merkusii) Meskipun masuk dalam kategori vulnerable (rentan mengalami kepunahan) Pinus dan Mahoni memiliki persebaran merata pada seluruh KPH yang membudidayakan. Pinus (Pinus merkusii) yang merupakan tanaman pokok penghasil getah yang merupakan bahan baku produk kosmetik, perekat dan senyawa kimia pencampur perlengkapan manusia. Jenis ini ditanam pada Kesatuan Pemangkuan Hutan dengan lokasi pegunungan. Sedangkan Mahoni (Swietenia macrophylla) tersebar di seluruh kawasan pengelolaan Perhutani. Jenis tersebut merupakan jenis kayu komersial yang cocok dibudidayakan di semua lokasi baik sebagai tanaman pokok maupun tanaman pelengkap (tepi\/pengisi). Dalam hal ini Perhutani patut diapresiasi karena keberlanjutan jenis terancam punah tersebut didukung melalui upaya budidaya. Tercatat sejumlah 3,7 juta pohon Pinus dan 2,9 juta pohon Mahoni ditanam pada tahun 2021. Pemungutan Getah Pinus di kawasan perhutani sebagai bahan baku Gondorukem\/ Gumrosin Biodiversity of Perum Perhutani 53","Keanekaragaman Flora 54 Pengelolaan sumberdaya hutan khususnya jenis-jenis tumbuhan memiliki tantangan tersendiri. selain jenis tumbuhan yang memiliki nilai komersial untuk konstruksi maupun tanaman hias, banyak jenis tumbuhan yang memiliki seenyawa kimia alami yang bermanfaat untuk pengobatan kecantikan bahkan manfaat lain yang menunjang kehidupan manusia. Diketahui bahwa dari 25.000 jenis tumbuhan yang ada di ekosistem Indonesia, baru 30% yang telah diketahui memiliki manfaat pengobatan, dari 30% tersebut hanya 4% yang sudah dibudidayakan. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (dalam Gunawan dan Mukhlisi, 2014), jumlah tumbuhan obat di Indonesia mencapai 7.500 jenis atau sekitar 10% dari tumbuhan obat yang ada di dunia. Tingginya potensi tersebut menyebabkan banyak industri farmasi dari negara maju memiliki minat untuk melakukan eksplorasi lebih jauh guna mencari sumber obat baru. KLH (2014) mencatat bahwa potensi nilai farmakokimia dari tumbuhan obat yang ada di Indonesia mencapai hingga 14,6 miliar USD, atau lebih dari 150 triliun rupiah. Negara maju, seperti Amerika Serikat, setidaknya telah memproduksi sekitar 45 jenis obat yang berasal dari tumbuhan di hutan hujan tropis, yang 14 jenis di antaranya berasal dari Indonesia (KMNLH-KONPHALINDO, 1995 dalam Gunawan dan Mukhlisi, 2014). Catatan tersebut menunjukkan meningkatnya risiko kehilangan jenis tumbuhan di indonesia terutama jenis-jenis yang secara konservasi semakin menurun populasinya. Ditambah perkembangan teknologi saat ini telah mampu memproduksi senyawa kimia sintesis yang artinya kehilangan jenis tumbuhan yang telah teridentifikasi oleh pihak -pihak lain merupakan kerugian negara. Biodiversity of Perum Perhutani","Keanekaragaman Flora Tidak dapat dipungkiri bahwa daya tarik Indonesia di dalam berbagai kasus pencurian keanekaragaman hayati ataupun pengetahuan lokal yang melekat dengannya adalah kenyataan bahwa Indonesia, dengan keanekaragaman ekosistem terrestrial dan maritimnya, menjadi pusat bagi keanekaragaman hayati dan genetik dunia. ditambah lagi kekayaan keanekaragaman hayati tersebut juga didukung dengan keanekaragaman budaya dari lebih dari 300 suku dan kelompok etnis di Indonesia, yang masing- masing menyimpan kekayaan pengetahuan tentang pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya hayati. Berkurangnya kearifan lokal berkorelasi dengan kelangkaan jenis tumbuhan tertentu yang memiliki peran terhadap masyarakat, begitupula sebaliknya, hilangnya jenis tertentu mempengaruhi perubahan budaya dan kekayaan intelektual negara. Hal-hal yang disampaikan di atas memberikan penekanan yang kuat akan pentingnya Indonesia untuk tidak hanya menjaga keanekaragaman hayati dan kearifan lokal yang terkait dengannya, tapi juga memanfaatkannya secara lestari untuk kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan hidup. Di tengah semakin berkurangnya hutan, keanekaragaman ekosistem dan keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya, cara-cara baru di dalam mengangkat nilai tambah dari keanekaragaman hayati menjadi penting dan mendesak untuk dikembangkan. Perhutani sebagai pengelola hutan tertua di Indonesia mengambil peran dalam pelestarian herbal lokal untuk menunjang produk-produk obat. Kawasan hutan lindung 55 Perhutani Banyumas Timur. Tutupan hutan yang masih baik dengan jenis tumbuhan yang ada pada tiap strata hutan memungkinkan untuk mendapatkan sumberdaya genetik yang bermanfaat untuk manusia. Perlu adanya penelitian-penelitian penunjang untuk menemukan potensi tersembunyi dari kawasan hutan Perhutani Biodiversity of Perum Perhutani","Keanekaragaman Flora Proyeksi semacam ini perlu ditingkatkan melalui pengembangan riset dan penelitian yang mengarah pada bisnis-bisnis berkelanjutan agar kejadian tahun 1999 tidak terulang kembali. Pada tahun tersebut tanpa diketahui oleh masyarakat Indonesia, perusahaan asal jepang, Shiseido telah mematenkan sembilan pengetahuan tradisional terkait tumbuhan obat dan rempah, yang di antaranya meliputi Kayu rapet (Parameria laevigata), Kemukus (Piper cubeba), Beluntas (Pluchea indica), Mesoyi (Massoia aromatica), Pule (Alstonia scholaris), Pulowaras (Alycia reindwartii), dan Sintok (Cinnamomum sintoc), seluruhnya masuk dalam kategori bahan anti penuaan (anti- aging). Beruntung, melalui tuntutan dari lembaga swadaya masyarakat di Indonesia, perusahaan ini akhirnya membatalkan permohonan registrasi panen untuk pengetahuan tradisional tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa konservasi tumbuhan dapat dilakukan searah dengan pemanfaatan HHBK, dan masih terdapat potensi besar pemanfaatan HHBK di kawasan Perhutani. Konsep pemanfaatan HHBK yang lestari dapat juga diterapkan melalui pemanfaatan langsung, seperti Kopi Luwak, pemanenan tanaman hias dari hasil budidaya alami, ataupun pemungutan buah, daun atau bunga selama tidak mengganggu pertumbuhan jenis tersebut. Unidentified Exotic Species Nepenthes sp. tanaman hias dilindungi Kopi luwak : Kopi hasil fermentasi hewan Luwak (Paradoxurus hermaphroditus)","Risiko Gangguan dan Penanganan Pengelolaan keanekaragaman hayati tidak terlepas dari potensi ancaman dan gangguan baik yang bersumber dari pengelolaan hutan yang dilakukan oleh Perhutani maupun sumber-sumber gangguan dari luar. Perhutani memetakan potensi gangguan untuk melakukan kegiatan pengendalian dan minimalisasi dampak baik pada kawasan bernilai konservasi tinggi maupun keanekaragaman hayati. Adapun potensi gangguan dari kegiatan internal Perum Perhutani meliputi : Kegiatan tebangan, kegiatan sadapan dan agroforestry. Kegiatan tersebut merupakan agenda yang intens dilakukan di kawasan hutan maupun penggunaan bahan-bahan anorganik pendukung untuk meminimalkan dampak pengelolaan terhadap keanekaragaman hayati. Perhutani merancang proses produksi\/pemanenan tidak merusak kawasan bernilai konservasi tinggi. Pemastian keberadaan risiko yang perlu ditangani, dilaksanakan melalui kegiatan inspeksi pra tebangan untuk memastikan keberadan jenis flora fauna dilindungi, kondisi topografi dan mitigasi risiko yang perlu dilakukan kemudian dilengkapi dengan inspeksi pasca tebangan untuk mengevaluasi dampak, menentukan tindakan perbaikan yang perlu dilakukan paska kegiatan tebangan. Sedangkan untuk kegiatan agroforestri dan sadapan dilakukan pemantauan lingkungan secara rutin untuk mengetahui dampak bahan-bahan pembantu\/pendukung yang terindikasi menimbulkan pencemaran dan berisiko mengganggu kualitas habitat dan perairan yang digunaka oleh satwa liar. Selain itu Perhutani mendesain kawasan perlindunggan setempat (KPS) selain berfungsi sebagai area konservasi tanah dan air, diharapkan juga dapat berfungsi sebagai koridor penghubung habitat satwa liar maupun jalur pelarian ketika terdapat ancaman maupun gangguan. Hal nini Monitoring pasca tebangan pada audit berdasarkan kondisi KPS yang sebagian besar PHPL Kementerian LHK, (KPH Pekalongan merupakan KPS Sungai yang terhubung dengan areal produksi maupun kawasan Barat , 2020) perlindungan. Biodiversity of Perum Perhutani 57","Risiko Gangguan dan Penanganan Survey dan monitoring biodiversity selain menghimpun identifikasi beragam tumbuhan dan satwa liar, juga menghimpun data potensi gangguan eksternal yang dapat berdampak pada keanekaragaman hayati juga ditemukan. Informasi potensi gangguan eksternal yang ditemukan antara lain, perambahan di dalam kawasan hutan lindung, pencurian\/ illegal logging, perburuan satwa liar, bencana alam, aktivitas wisata dan penggunaan kawasan diluar sektor kehutanan. kondisi tersebut bervariasi pada setiap KPH bergantung pada kondisi sosial dan bentang lansdkap kawasan hutan. Setelah dilakukan identifikasi setiap KPH melaksanakan tindakan penanganan dan pencegahan dimana efektifitasya akan dievaluasi pada monitoring biodiversity tahun selanjutnya. 5.1. Perambahan Hutan Kawasan hutan pegunungan yang dikelola Perhutani terutama pada kawasan hutan lindung memiliki risiko kegiatan perambahan hutan lindung. Umumnya dilakukan perambahan hutan untuk alih fungsi lahan menjadi perkebunan tanaman campur dan perkebunan kopi seperti di Cikuray dan Girimukti. Pada beberapa kasus terdapat kondisi dimana masyarakat sengaja membakar lantai hutan untuk dijadikan lahan perkebunan. Gangguan keamanan hutan berupa bibrikan dan perusakan hutan terjadi karena tingginya kebutuhan masyarakat untuk untuk memanfaatkan kawasan hutan sebagai lahan pertanian. Penanganan yang dilakukan berupa sosialisasi pemahaman pada masyarakat terkait kerugian dan akibat kegiatan pembukaan lahan, fungsi dan manfaat hutan serta pelarangan aktivitas masyarakat. Untuk lokasi yang terlanjur ditanami kopi, dilakukan pengkayaan tanaman hutan sebagai sebagai tanaman naungan untuk memperkaya Gangguan berupa perambahan hutan dan pencurian keragaman tanaman. Sedangkan pohon di kawasan Perhutani untuk perambahan dilokasi Biodiversity of Perum Perhutani 58","Risiko Gangguan dan Penanganan perlindungan dilakukan pemerisksaan dan BAP penutupan lokasi. 5.2. Pencurian \/Illegal logging Risiko pencurian dan perusakan tanaman terjadi pada lokasi lokasi rawan yang telah dipetakan oleh masing-masing KPH. Penanganan risiko dilakukan melalui tindakan pencegahan seperti pendekatan masyarakat dan peningkatan ekonomi serta penindakan represif dan pengusutan perkara pencurian pohon\/illegal logging. Selama tahun 2021 upaya penanganan yang dilakukan Perhutani dapat menurunkan tingkat pencurian sebanyak 32% dari tahun 2020. 5.3. Bencana Alam Pengelolaan kawasan habitat tumbuhan dan satwa liar tidak lepas dari risiko bencana yang terjadi di kawasan hutan. Gangguan bencana alam di kawasan hutan Perum Perhutani terdapat risiko bencana kebakaran, banjir, longsor, angin puting beliung dan kekeringan. Penanganan yang dilakukan meliputi mitigasi kebakaran dengan pengamatan Fire Danger index, sedangkan untuk risiko banjir dilakukan pengamatan curah hujan dan debit sungai. Risiko bencana alam dipetakan dalam peta kerawanan bencana pada masing-masing Kesatuan Pemangkuan Hutan. 5.4. Aktivitas Wisata Pemanfaatan kawasan hutan untuk kegiatan wisata memiliki risiko dampak berupa : kepadatan pengunjung, vandalisme, perubahan tutupan lahan, perubahan tutupan lahan, risiko kepadatan tanah dan sampah pengunjung. Risiko dari dampak pengelolaan wisata dimitigasi melalui proses perencanaan pembangunan wisata yang mempertimbangkan risiko terhadap lingkungan. Penanganan yang dilakukan meliputi, minimalisasi pengurangan jumlah pohon, pemantauan dampak terhadap air dan Wisata berisiko gangguan di kawasan Perhutani : tanah pada wisata berisiko seperti a. Jeep wisata, b. Pendakian Gunung Biodiversity of Perum Perhutani 59","Risiko Gangguan dan Penanganan wisata berisiko seperti off road dan trail, pemasangn larangan buang sampah sembarangan dan bersih sampah di lokasi wisata. Pembatasan pendakian gunung (jadwal buka tutup) dilakukan untuk memberi jeda bagi kawasan wisata gunung melakukan pemulihan ekologi. Sekaligus dilakukan pembersihan sampah. Sampah yang dihasilkan oleh pengguna jalur yang akan melakukan pendakian berisiko memberikan dampak dampak pada keanekaragaman satwa liar secara langsung, khususnya untuk kelompok mamalia. Sisa makanan yang terdapat pada tumpukan sampah dapat dimakan oleh beberapa jenis mamalia yang dalam jangka panjang, kondisi ini akan mempengaruhi perilaku dan kebiasaan satwa. 5.5. Perburuan dan perdagangan satwa liar Aktivitas perburuan satwa tidak terlepas dari maraknya pehobi satwa liar. Gangguan yang teramati didominasi oleh ancaman perburuan burung menggunakan jaring. Perburuan burung dengan jaring, tidak hanya mengancam populasi burung di alam melainkan juga berdampak pada kualitas habitat. Aktivitas pemasangan jaring selalu diikuti dengan penebangan pohon disekitar area perangkap agar tidak menghalangi burung terperangkap ke jaring.D alam jangka panjang, pembiaran terhadap aktivitas ilegal ini dapat berdampak pada penurunan populasi burung secara signifikan, terutama bagi jenis burung terancam punah yang saat ini ditemukan dengan tingkat perjumpaan yang rendah. Penanganan yang dilakukan Perhutani meliputi kegiatan preventif, Patroli rutin Risiko perburuan : Jerat burung, pengamanan kawasan, sosialisasi terkait yang ditemui di kawasan KPH Garut. perburuan dan penangkapan satwa dan tumbuhan di kawasan perlindungan, dok. Burung Indonesia pemasangan tanda larangan berburu di pintu-pintu masuk hutan, pemasangan papan informasi jenis tumbuhan dan satwa liar dilindungi yang ada di kawasan hutan. Tindakan represif dilakukan dengan bentuk pembinaan masyarakat yang melakukan kegiatan perburuan tumbuhan dan satwa liar. Biodiversity of Perum Perhutani 60","Review dan Rekomendasi Pengelolaan keanekaragaman hayati Perhutani telah dilakukan dengan cukup baik. Serangkaian tahapan dilaksanakan sesuai dengan proses kelola kehati meliputi tahap perencanaan, survey lapangan, analisis data serta pengelolaan dan perlindungan keanekaragaman hayati yang dijumpai di kawasan Perhutani. Proses pelaporan juga telah dilakukan secara rutin dan tersedia untuk publik jika diperlukan. Upaya yang dilakukan Perum Perhutanidalam pengelolaan keanekaragaman hayati meliputi : 1) Monitoring dan evaluasi keragaman biodiversity dan KBKT berbasis Kawasan 2) Pengkayaan dan rehabilitasi Hutan Lindung dan Kawasan Perlindungan 3) Kolaborasi dengan komunitas biodiversity bersama masyarakat dan stakeholder 4) Penerapan RIL (reduce impact logging) untuk mengurangi dampak kegiatan penebangan terhadap kerusakan habitat 5) Kerjasama dengan Instansi Pemerintah dan privat sector untuk konservasi DAS 6) Kegiatan patroli dan perlindungan keanekaragaman hayati 7) Sosialisasi dan peningkatan awarness masyarakat Upaya dan proses yang dilakukan tentu tidak lepas dari kendala. Berbagai tantangan dan kendala menjadi batasan implementasi Perhutani dalam penyempurnaan pengelolaan keanekaragaman hayati di kawasan pengelolaan, antara lain : 1) Data-data penelitian pihak eksternal belum terhimpun dengan baik 2) Keterbatasan kemampuan identifikasi dan validasi jenis teridentifikasi 3) Keterbatasan perlengkapan pengamatan dan pengambilan dokumentasi jenis 4) Minimnya publikasi dan campaign yang menarik untuk generasi muda dan masyarakat luas sehingga awarness publik tentang kegiatan konservasi Perhutani meningkat 5) Belum ada penelitian bidang biodiversity secara mendalam dan berbasis spesies 6) Belum tersedia strategi konservasi berbasis spesies serta minimnya resource pendanaan dalam skala besar untuk kegiatan-kegiatan yang berfokus pada upaya konservasi spesies Biodiversity of Perum Perhutani 61","Review dan Rekomendasi KEGIATAN MONITORING Perhutani menerapkan strategi yang berbeda DAN EVALUASI untuk pengelolaan di kawasan produksi dan BIODIVERSITY kawasan lindung\/ perlindungan. Deferensiasi ini dilakukan karena terdapat perbedaan fungsi, PERENCANAAN pengelolaan operasional dan pola interaksi masyarakat dengan kawasan hutan. Deferensiasi ini \u2022 Penetapan Objek dan Metode juga dimaksudkan agar output yang dihasilkan lebih \u2022 Penetapan Lokasi sesuai dengan tujuan pengelolaan maisng-masing \u2022 Tata waktu & Perode pengamatan \u2022 Perlengkapan PENGAMBILAN DATA kawasan. Kawasan Lindung (HL, HAS dan KPS) \u2022 Pencatatan perjumpaan 1. Penanaman\/ pengkayaan vegetasi asli untuk \u2022 Identifikasi Jenis perbaikan habitat sampai dengan mendekati kondisi hutan alam. PENGOLAHAN DATA 2. Rehabilitasi kawasan terbuka \/ rusak bersama \u2022 Komposisi & Struktur Tumbuhan dengan stakeholder dan masyarakat \u2022 Keanekaragaman jenis TSL 3. Identifikasi jenis-jenis vegetasi sumber pakan satwa \u2022 Kepadatan Populasi interest. \u2022 Status Konservasi dan perlindungan 4. Pengkayaan jenis-jenis vegetasi sumber pakan satwa ANALISA DATA interest sesuai dengan hasil identifikasi. 5. Identifikasi jenis-jenis vegetasi sumber pakan dan \u2022 Analisis Keragaman dan Kelimpahan tempat bersarang satwa RTE. 6. Pengkayaan jenis-jenis vegetasi sumber pakan satwa \u2022 Analisis Vegetasi RTE sesuai dengan hasil identifikasi. 7. Pemasangan informasi jenis dilindungi dan larangan EVALUASI berburu. \u2022 Evaluasi dampak pengelolaan 8. Patroli rutin pengamanan hutan. 9. Penyuluhan dan sosialisasi kepada stakeholder & RENCANA & STRATEGI masyarakat PENGELOLAAN 10. Pelarangan aktivitas budidaya masyarakat dari dalam BIODIVERSITY kawasan Beberapa hal yang perlu ditambahkan dalam 11. Pemasangan tanda memasuki kawasan lindung dan proses monitoring dan evaluasi biodiversity larangan berburu maupun melakukan aktivitas ditampikan pada halaman selanjutnya budidaya Biodiversity of Perum Perhutani 62","Review dan Rekomendasi KEGIATAN MONITORING Kawasan Lindung (HL, HAS dan KPS) DAN EVALUASI 12. Himbauan pengelolaan sampah di lokasi wisatawan BIODIVERSITY PERENCANAAN 13. Pemasangan fire danger index untuk meningkatkan awareness pada masyarakat yang beraktivitas di \u2022 Penetapan Objek dan Metode hutan lindung \u2022 Penetapan Lokasi \u2022 Tata waktu & Perode pengamatan \u2022 Perlengkapan Kawasan Produksi PENGAMBILAN DATA 1. Identifikasi jenis-jenis vegetasi sumber pakan dan \u2022 Pencatatan perjumpaan tempat bersarang satwa RTE. \u2022 Identifikasi Jenis 2. Pengkayaan jenis-jenis vegetasi sumber pakan satwa RTE sesuai dengan hasil identifikasi. PENGOLAHAN DATA 3. Pemasangan informasi jenis dilindungi dan \u2022 Komposisi & Struktur Tumbuhan \u2022 Keanekaragaman jenis TSL larangan berburu. \u2022 Kepadatan Populasi 4. Patroli rutin pengamanan hutan. 5. Tidak menebang pohon yang teridentifikasi tempat \u2022 Status Konservasi dan perlindungan bersarang satwa RTE. 6. Larangan penggunaan B3 untuk budidaya di ANALISA DATA kawasan produksi 7. Pemasangan fire danger index untuk meningkatkan \u2022 Analisis Keragaman dan Kelimpahan awarness masyarakat yang beraktivitas \u2022 Analisis Vegetasi EVALUASI Poin penting dalam rangkaian pengelolaan \u2022 Evaluasi dampak pengelolaan biodiversity ini adalah adanya evaluasi dampak pengelolaan terhadap kondisi kawasan bernilai RENCANA & STRATEGI konservasi tinggi maupun jenis tumbuhan dan satwa PENGELOLAAN liar yang ada di kawasan tersebut. BIODIVERSITY Beberapa hal yang perlu ditambahkan dalam proses monitoring dan evaluasi biodiversity ditampikan pada halaman selanjutnya Biodiversity of Perum Perhutani 63","Review dan Rekomendasi Review tahapan pengelolaan biodiversity KEGIATAN MONITORING DAN Peningkatan dalam proses perencanaan EVALUASI BIODIVERSITY dapat dilakukan dengan menambahkan 1. Rekomendasi dari hasil monitoring PERENCANAAN \u2022 Penetapan Objek dan Metode tahun sebelumnya, \u2022 Penetapan Lokasi 2. Umpan balik dari stakeholder dan \u2022 Tata waktu & Perode 3. Temuan baru diluar hasil lokasi pengamatan pengamatan rutin yang perlu \u2022 Perlengkapan ditindaklanjuti. Tata waktu perlu dilakukan peyesuaian jika PENGAMBILAN DATA terdapa jenis-jenis tertentu terutama jenis \u2022 Pencatatan perjumpaan prioritas yang hanya dijumpai pada waktu- \u2022 Identifikasi Jenis waktu khusus, misal jenis migran yang hanya uncul pada bulan september - PENGOLAHAN DATA desember, amfibi yang terpengaruh \u2022 Komposisi & Struktur Tumbuhan keberadaan genangan yang hanya muncul \u2022 Keanekaragaman jenis Flora dan di musim penghujan, dll, sehingga fungsi- fungsi ekosistem yang mendukung dapat Fauna teridentifikasi dengan baik \u2022 Kepadatan Populasi \u2022 Status Konservasi dan perlindungan Proses pengambilan data telah dilaksanakan dengan baik, namun perlu adanya ANALISA DATA peningkatan dalam hal -hal berikut : \u2022 Perlengkapan Pengamatan EVALUASI \u2022 Jumlah personil pengamat (sebagai RENCANA & STRATEGI validasi jenis teramati dan support PENGELOLAAN BIODIVERSITY pengapmatan pada blindspot) \u2022 Kemampuan identifikasi \u2022 Pengambilan dokumentasi dan spesimen \u2022 Penggalian informasi sekunder lain Biodiversity of Perum Perhutani 64","Review dan Rekomendasi Review tahapan pengelolaan biodiversity KEGIATAN MONITORING DAN Proses pengolahan data perlu peningkatan EVALUASI BIODIVERSITY dalam hal -hal berikut : PERENCANAAN \u2022 Validasi hasil pengolahan data \u2022 Kemampuan identifikasi dan validasi PENGAMBILAN DATA jenis \u2022 Pengambilan dokumentasi dan spesimen PENGOLAHAN DATA Analisa yang dapat ditambahkan beberapa \u2022 Komposisi & Struktur Tumbuhan analisa lain seperti : \u2022 Keanekaragaman jenis Flora dan \u2022 Analisis spasial untuk mengetahui : Fauna \u2022 Distribusi dan pola jelajah anual \u2022 Kepadatan Populasi \u2022 Risiko kerawanan becana dan \u2022 Status Konservasi dan perlindungan ancaman lain \u2022 Irisan sebaran dengan rencana ANALISA DATA operasional \u2022 Analisis Spasial : \u2022 Analisis tren populasi\/perjumpaan untuk \u2022 Dinamika Satwa menunjang prioritas konservasi jenis \u2022 Dinamika Vegetasi \u2022 Analisis Kerawanan Evaluasi yang dilakukan saat ini terbatas \u2022 Analisis Keragaman & Kelimpahan pada evaluasi pengelolaa hutan berdasarkan \u2022 Analisis Vegetasi data keragaman hayati. Beberapa hal yang EVALUASI \u2022 Evaluasi kondisi Habitat dapat ditambahkan dalam evaluasi meliputi \u2022 Evaluasi dampak pengelolaan \u2022 Analisis Risiko evaluasi habitat dan dampak pengelolaan, \u2022 Peluang pengembangan analisis risiko berdasarkan tren dan rencana operasional hingga rumusan-rumusan yang perlu dilakukan pada tingkat habitat\/kawasan maupun tingkat jenis. RENCANA & STRATEGI 65 PENGELOLAAN BIODIVERSITY Biodiversity of Perum Perhutani","Review dan Rekomendasi A. Analisis SWOT Kelola Biodiversity Perhutani Untuk mengengetahui arah pengembangan pengelolaan keanekaragaman hayati dan kawasan bernila konservasi tinggi di Perhutani, perlu dilakukan pemetaan kekuatan, kelemahan dan peluang serta ancaman yang ada. Pemetaan ini penting dapat dilakukan lebih mendalam oleh bidang terkait. 1. Menyimpan setidaknya 65% 1. Data-data penelitian pihak eksternal Keanekaragaman hutan Jawa dan belum terhimpun dengan baik jenis endemik Jawa 2. Keterbatasan kemampuan identifikasi 2. Sistem Monitoring rutin setiap tahun dan validasi jenis teridentifikasi 3. Keberadaan ekosistem yang 3. Keterbatasan Sarpra monitoring ditunjang jaringan koridor satwa 4. Minimnya publikasi dan campaign 4. Rumah bagi Burung Migran 5. Belum ada penelitian dan strategi 5. Mengelola 52% kawasan penting konservasi berbasis spesies ekologi burung di Pulau Jawa Strength SW Weakness Oportunities O T Threat 1. Menyimpan setidaknya 65% 1. Kebutuhan lahan tinggi di Pulau Jawa Keanekaragaman hutan Jawa dan jenis 2. Pola Kelola Hutan yang mengalami endemik Jawa perubahan 2. Banyak stakeholder dengan visi 3. Kebijakan pembagian kewenangan lingkungan pengelolaan hutan Jawa 3. Regulasi Net Sink Folu yang memuat 4. Interaksi masyatakat yang tinggi rencana operasional Kelola 5. Terdapat beberapa stakeholder Keanekaragaman hayati dan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi dengan kepentingan berbeda 4. Meningkatnya kesadaran lingkungan masyarakat 5. Merupakan bagian dari Cagar Biosfer dan Kawasan Ekosistem Esensial Biodiversity of Perum Perhutani 66","Review dan Rekomendasi Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan, Perum Perhutani memiliki potensi yang cukup tinggi dalam konservasi keanekaragaman hayati indonesia terutama di Jawa. Modal utama keberadaan kehati endemik dan terancam, diperkuat dengan regulasi pemerintah yang memasukkan upaya kelola kehati sebagai bagian dari tujuan net sink sektor FOLU. Dengan potensi yang dimiliki, Perhutani harus berupaya lebih mengolah informasi-informasi kelola kehati didalamnya menjadi sesuatu yang \u201cseksi\u201d dan menjadi concern stakeholder. Hal tersebut tentu dapat dilakukan dengan catatan dilakukannya perbaikan-perbaikan pada kelemahan yang diidentifikasi. Pemenuhan gap kompetensi tidak selalu harus diselesaikan secara internal. Melalui sinergi stakeholder diharapkan menjadi batu lompatan untuk mengisi gap kemampuan sekaligus membuka jalan untuk mengatasi tantangan utama pengelolaan yaitu manajemen kolaboratif kelola kehati bersama stakeholder lain dimana memungkinkan stakeholder memiliki prioritas berbeda dalam kelola keanekaragaman hayati. B. Meningkatkan Kualitas Pemantauan Pemantauan dampak lingkungan pada kawasan Perum Perhutani sebagian besar terbatas pada kegiatan rutin pengelolaan kawasan hutan, saat ini Perhutani telah mengembangkan pola bisnis multiusaha dimulai dengan meningkatnya pengelolaan wisata alam, disusul agroforestri dan pengembangan bisnis lain berbasis lahan. Tentunya perlu dilakukan kegiatan pengukuran dampak lingkungan serta kondisi tumbuhan dan satwaliar pada area-area tersebut. Terlebih lagi jika pada kawasan wana wisata, agro maupun bisnis baru yag dikembangkan terdapat jenis-jenis yang terancam punah ataupun dilindungi. Melalui peningkatan kualitas pemantauan diharapkan dampak dari kegiatan diluar sektor kehutanan tersebut dapat diminimalkan dan menjadi penunjang keberlanjutan bisnis tersebut. Kerangka dan acuan peningkatan kualitas pemantauan dikembangkan oleh bidang pengelolaan lingkungan dan didistribusikan pada unit kerja untuk dilakukan justifikasi sesuai kriteria operasional bisnis kemudian di implementasikan oleh pengelola. Adapun proses peningkatan kualitas pemantauan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : Biodiversity of Perum Perhutani 67","Review dan Rekomendasi Kerangka dan acuan peningkatan kualitas pemantauan dikembangkan oleh bidang pengelolaan lingkungan dan didistribusikan pada unit kerja untuk dilakukan justifikasi sesuai kriteria operasional bisnis kemudian di implementasikan oleh pengelola. Adapun proses peningkatan kualitas pemantauan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : Menentukan Identifikasi Menyusun Monitoring Justifikasi dampak Prioritas lokasi dampak Parameter Parameter dan dan Penyusunan potensial pemantauan analisis hasil rencana pengelolaan yang perlu pemantauan pengamatan lanjutan Perhutani perlu melakukan identifikasi potensi dampak dan merumuskan parameter yang perlu dilaksanakan pada pengelolaan wisata atau bisnis lain diluar operasional pengelolaan hutan yang memiliki risiko berbeda. Standard dan kerangka pengendalian dampak tersebut terutama sangat perlu disampaikan pada unit unit bisnis yang dikelola oleh mitra, karena akses terhadap pengendalian dampak lingkungan berada sepenuhnya pada mitra kelola. Wisata alam misalnya, value wisata alam dibandingkan wisata lain adalah nilai dan kualitas lingkungan seperti : iklim mikro, kesegaran udara dan kualitas oksigen, lanskap hutan\/pantai\/gunung, suara satwa, trek lereng dan sungai natural. Bergantungnya value wisata alam dengan kualitas lingkungan, dampak penurunan kualitas lingkungan akan berpengaruh pada keberlanjutan bisnis yang dibangun. Beberapa Kegiatan wisata yang memiliki potensi risiko dampak terhadap keanekaragaman hayati Biodiversity of Perum Perhutani 68","Review dan Rekomendasi C. Meningkatkan Fungsi dan Kualitas Kawasan C.1 Menetapkan spesies kunci yang reliable Indikator ekologi kunci merupakan aspek dari sebuah target biodiversitas (mewakili keanekaragaman hayati dalam suatu kawasan) yang apabila hilang ataupun terabaikan akan berdampak pada hilangnya target biodiversitas tersebut. Indikator-indikator ekologi dapat digunakan untuk menilai kondisi lingkungan sebagai early warning atas perubahan lingkungan, sehingga pemilihannya sebaiknya mewakili informasi utama atas ukuran, fungsi dan komposisi sistem ekologis (Dale and Beyeler 2001). Umumnya, spesies yang dapat dipilih sebagai indikator ekologis oleh KPH merupakan spesies yang memiliki peran ekologis penting, sayangnya jenis tersebut tidak selalu reliable dalam proses monitoring keberadaan, populasi dan faktor-faktor pendukung lainnya contohnya Macan tutul, Rusa Jawa dan Trenggiling. Untuk case semacam ini terdapat alternative, beberapa spesies lain yang memiliki nilai konservasi cukup tinggi dan memiliki ukuran, kondisi dan konteks landskap yang relative mudah diukur antara lain Lutung Kelabu, Owa Jawa atau Elang Jawa ataupun jenis lain berstatus sebagai Endangered (EN) menurut IUCN yang memiliki risiko gangguan cukup tinggi. Monitoring jenis Macan tutul kurang reliable untuk dilakukan. hanya dijumpai kotoran (atas) untuk menandai perjumpaan. Jenis lain yang dapat dijadikan sebagai key spesies ; Kukang Jawa (tengah), Lutung Budeng (bawah) atau paok Pancawarna (kedua bawah) Biodiversity of Perum Perhutani 69","Review dan Rekomendasi Beberapa saran yang dapat dipertimbangkan Perhutani dalam pemilihan sepesies kunci\/prioritas : 1. Mempertimbangkan karakter lokal termasuk jenis -jenis local concern yang memungkinan meningkatnya dukungan oleh stakeholder local. 2. Mekanisme monitoring dan evaluasi species indicator kunci disesuaikan dengan parameter yang perlu digali dari jenis tersebut misalnya : Spesies Primata dilakukan pendataan jumlah individu dan sex ratio; Spesies Burung ditambah pendataan jumlah individu, distribusi sarang, relung aktivitas . Sehingga data hasil memonitor populasi dan habitat species kunci dapat memerikan informasi yang lebih komperhensif 3. Pengambilan data komponen habitat aspek biotik (vegetasi, tutupan tajuk, tinggi pohon, ada tidaknya pohon pakan, dsb) dan non-biotik (suhu, kelembaban, dll) untuk meningkatkan hasil analisis habitat dan menjadi masukan dalam rencana kelola habitat jika terdapat perluasan maupun dijumpai spesies serupa di KPH lain. C.2 Meningkatkan fungsi koridor satwa Peran utama koridor adalah menghubungkan antar sub-populasi yang membentuk satu meta-populasi (Morrison et al. 2006), sehingga design koridor sebaiknya species-specific, menyesuaikan kebutuhan species terpilih untuk melakukan pergerakan, khususnya dispersal dalam rangka bertahan hidup dan melakukan reproduksi. Bentuk koridor dapat bervariasi baik berupa koridor yang bersambungan ataupun stepping stones. Namun koridor yang baik merupakan koridor yang bersambungan satu sama lainnya, memiliki lebar koridor yang relatif luas, menjaga konektivitas koridor yang alami dan sebanyak mungkin koridor disediakan bagi target spesies. Berdasarkan Perdirjen KSDAE No. P.8 tahun 2016, koridor satwa adalah areal atau jalur bervegetasi yang cukup lebar baik baik alami ataupun buatan yang menghubungkan dua atau lebih habitat atau ruang terbuka dan sumberdaya lainnya, yang memungkinkan terjadinya pergerakan atau pertukaran individu antar populasi satwa atau pergerakan faktor-faktor biotik. Dalam hal ini, koridor satwa yang ditentukan KPH umumnya merupakan jaringan yang menghubungkan satu sama lainnya dengan karakter utama berupa sempadan sungai. Biodiversity of Perum Perhutani 70","Review dan Rekomendasi 71 Namun diluar koridor satwa yang telah ditentukan terdapat kawasan perlindungan yang juga membentuk jaringan dari satu wilayah ke wilayah lainnya baik dalam bentuk KPS maupun kawasan lindung lainnya seperti KPKh maupun LDTI. Beberapa catatan yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan koridor satwa adalah sebagai berikut: a. Salah satu fungsi utama keberadaan koridor adalah fungsi penghubung antar kawasan lindung. Untuk Hutan Lindung, HAS maupun KPS yang memiliki lokasi terpisah \/ jarak yang sangat jauh dengan lainnya. Design koridor satwa dapat memanfaatkan kawasan perlindungan yang dapat bersifat stepping stone, bukan jaringan yang kontinyu. b. Keberadaan vegetasi di dalam kawasan koridor perlu dimonitor terus menerus, untuk memastikan bahwa koridor dapat berfungsi sebagai cover dan penyediaan pakan bagi spesies-spesies yang terpilih sebagai indikator ekologis kunci. c. Selain monitoring kondisi vegetasi, monitoring keberadaan species ekologis kunci juga perlu dilakukan pada kawasan- kawasan koridor. Hal tersebut dimaksudkan agar fungsi koridor sebagai penghubung bagi spesies-spesies terpilih dapat benar-benar berperan di lapangan. d. Monitoring spesies tersebut perlu juga dilakukan pada lokasi-lokasi yang telah dipilih sebagai koridor satwa untuk mengetahui kualitas koridor dan validasi daya dukung koridor satwa yang telah dibangun. e. Menyusun Peta jaringan konservasi biodiversity dan Biodiversity Management Plan untuk persiapan operasional Net Sink FOLU 2030 Kondisi eksisting Kawasan Perlindungan Setempat Perhutani Atas - bawah : kondisi sungai di KPS KPH Bandung selatan; Tumbuhan Rotan KPS KPH Jatirogo; Hutan Produksi berbatasan KPS KPH Ngawi Biodiversity of Perum Perhutani","Peluang Pengembangan Untuk meningkatkan implementasi pengelolaan keanekaragaman hayati di Perum Perhutani perlu dilakukan pengembangan-pengembangan agar informasi dan analisis yang dilakukan lebih komperhensif dan berdampak pada kelestarian keanekaragaman hayati. Berdasarkan analisis potensi yang dilakukan, pengembangan dapat dilakukan pada masing-masing mata rantai pengelolaan keanekaragaman hayati di Perhutani seperti kegiatan pengamatan, peningkatan kapabilitas, implementasi pengelolaan spesies, hingga pembangunan habitat dan penelitian lanjutan. Pengembangan yang dilakukan dapat dibagi menjadi jangka panjang dan jangka pendek. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan dalam jangka waktu dekat meliputi: 1. Peningkatan kedalaman analisa reporting eksisting untuk mempertajam informasi kontribusi konservasi dan komitmen minimalisasi dampak berdasarkan data 2. Penyusunan Biodiversity Report tingkat Corporate dilanjutkan dengan menyusun Biodiversity Management Plan, Sustainability Report & ESG Report, 3. Penyusunan Buku Panduan identifikasi serta Pembuatan Koleksi 4. Integrasi data spasial distribusi dan sebaran tumbuhan dan satwaliar \u2022 Untuk prioritas monitoring gangguan \u2022 Untuk penentuan koridor, area penyangga habitat \u2022 Penetapan strategi kelola biodiversity dan aspek lingkungan lain \u2022 Review kegiatan pra dan pasca tebangan \u2022 Analisa spasial distribusi satwa liar dan area bernilai konservasi tinggi 5. Pengembangan Dashboard monitoring TSL yang tersambung dengan control room 6. Minimalisasi biaya pengelolaan melalui pengembangan jejaring dengan komunitas pemerhati tumbuhan dan satwa liar, NGO, serta Institusi Pendidikan dan Penelitian Biodiversity of Perum Perhutani 72","Peluang Pengembangan Apa yang dapat dibangun untuk meringankan biaya kelola Kehati? Peningkatan Penelitian Kerjasama denga komunitas- melalui penyediaan tema- komunitas lokal; kelompok studi mahasiswa, institusi pendidikan, tema penelitan untuk dalam program-program rutin ditawarkan kepada Institusi maupun magang pendidikan dan penelitian Penawaran Program konservasi dengan support pendanaan sebagai CSR Perusahaan lain. Program rehabilitasi DAS, Perhutani. Konservasi habitat jenis tertentu, penangkaran\/habituasi jenis TSL Memasukkan project-project tertentu, Project Monitoring jenis konservasi kepada lembaga RTE, dll donor untuk mendapatkan pendanaan bekerjasama Pengembangan Sustainability dengan NGO untuk project- Bussiness yang mendukung project konservasi konservasi biodiversity seperti: Pengembangan Wisata Konservasi, Taman buru, Carbon offset Taman kehati, penangkaran, Camping ground, Kopi Owa, Rumah Atsiri dll. Karena biaya pengelolaan lingkungan Perhutani cukup tinggi, Perhutani perlu memikirkan skenario, bagaimana membuat pengelolaan lingkungan terutama biodiversity dapat membiayai diri sendiri, melalui berbagai mekasinme yang memungkinkan. Jadi upaya pengelolaan keanekaragaman hayati di perusahaan bukan lagi sebagai cost center namun dapat dikembangkan sebagai profit center dengan margin minimal. karena yang diutamakan adalah valui kawasan dan keberlanjutan biodiversity Perhutani. Biodiversity of Perum Perhutani 73","Peluang Pengembangan End Stage Kelola Peningkatan KPeonlgaebloolaraantif Benefit Pengembangan Peningkatan value partisiatif yang Perbaikan & Kemitraan program, menjadi mampu Penataan Peningkatan kualitas Penguatan peran peluang bisnis yang memberikan monitoring dan stakeholder terkait bergantung pada benefit ekologi dan evaluasi pengelolaan dan menempatkan kelestarian jenis ekonomi tanpa keanekaragaman aktor-aktor kunci tumbuhan dan eksploitasi hayati dan lingkungan, serta pembangunan dalam program- satwa liar. berlebih. departemen program yang Mekanisme sustainability dikembangkan peningkatan perusahaan ekonomi pada stakeholder terdampak Pengelolaan keanekaragaman hayati di kawasan Perhutani tentu harus dilaksanakan dengan kolaborasi multi pihak. Mengapa? Pertama tumbuhan dan satwa liar tidak mengenal batas administratif maupun pengelolaan. Tumbuhan dan satwa lliar hidup pada bentang ekologi yang memiliki kecocokan dengan persyaratan hidup jenis masing-maisng. Kedua, Pulau Jawa merupakan pulau terpadat di Indonesia, sehingga interaksi manusia dengan hutan tentu sangat tinggi dibandingkan kawasan lain. dengan adanya 1\/3 kepadatan penduduk indonesia di Pulau Jawa, maka kebutuhan akan lahan menjadi risiko berkurangnya habitat dan keanekaragaman hayati di Pulau Jawa. Ketiga, hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani merupakan jembatan ekosistem dari keberadaan Taman Nasional yang terpisah satu sama lain. Saat ini beberapa kawasan dengan bentang alam Taman Nasional telah ditetapkan sebagai Biodiversity of Perum Perhutani 74","Peluang Pengembangan Cagar Biosfer maupun area buffer seperti Cagar Biosfer Blambangan dan Cagar Biosfer Semeru-Arjuna, kemudian beberapa lagi dinyatakan sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) dan Area Bernilai Konservasi Tinggi (ABKT). Untuk itu, dengan mengedepankan tujuan bersama kelestarian keanekaragaman hayati perlu kolaborasi yang baik antar stakeholder yang ada di sekitar kawasan pengelolaan Perhutani. Terakhir, Perlunya dikembangkan bisnis berbasis kelestarian keanekaragaman hayati agar benefit yang dirasakan nyata dan sekaligus mampu membiayai model-model pelestarian kehati karena memberikan dampak finansial bagi pegiat konservasi dan pengelola. Cagar Biosfer Blambangan. Kawasan Ekosistem Esensial Taman Kili-Kili Merah merupakan kawasan taman Nasional, Trenggalek, Warna hijau Hutan Lindung, Warna Kuning Hutan Produksi Hijau merupakan Kawasan Perhutani Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) adalah kawasan yang bernilai ekosistem penting yang memiliki nilai konservasi tinggi di luar Kawasan Suaka Alam (KSA), Kawasan Pelestarian Alam (KPA) dan Taman Buru (TB) yang secara ekologis menunjang kelangsungan kehidupan melalui upaya konservasi keanekaragaman hayati. Biodiversity of Perum Perhutani 75","Peluang Pengembangan A. Pembentukan Sustainability Departement\/Division Dengan perkembangan terkini dalam aspek lingkungan hidup Perhutani dirasa perlu Menyusun membentuk sustainability department sebagaimana Sustainability perusahaan di sektor agro pada umumnya (PTPN, Sinarmas). Dept. Sustainability akan mengkoordinir Roadmap kinerja lingkungan dan sertifikasi pada Perum Perhutani, sehingga seluruh informasi dan Deployment implementasi kontribusi lingkungan akan dapat implementasi terhimpun dengan baik dan tersampaikan pada kepada segenap pihak-pihak yang berkepentingan. Penjabaran alur divisi teknis pekerjaan Dept. Sustainability sebagai berikut : 1. Penyusunan Sustainability Roadmap Bussiness Dept. menyusun peta jalan kelola lingkungan process harmonization secara luas dengan merancang indikator dan tahapan kegiatan serta program-program prioritas tahunan Monitoring yang dilengkapi dengan target pencapaian. seperti : progres indikator konservasi mata air, Perbaikan dari catatan sertifikasi, Penambahan sertifikasi, Institusi yang implementasi menjadi target kerjasama, Prioritas pengelolaan satwa, Kawasan perlu rehabilitasi, Atribut pengelolaan situs Update budaya, Detailing program dekarbonisasi, Rencana regulasi dan corporate imaging dll. Dalam penyusunan roadmap unit kerja ini melakukan analisis dari data dan evaluasi informasi terbaik yang didapatkan. implementasi 2. Deployment Rencana Implementasi Corporate Peta jalan di-breakdown berdasarkan divisi teknis Reporting & Publication maupun unit kerja yang melakukan implementasi, kemudian disampaikan pada masing-masing pelaksana untuk ditindaklanjuti penganggaran biaya, Komunikasi dengan mitra, breakdown pada unit kerja dibawahnya maupun hal hal teknis lain. Biodiversity of Perum Perhutani 76","Peluang Pengembangan 3. Bussiness process harmonization Menyusun Melakukan harmonisasi mekanisme Sustainability implementasi dengan standar sertifikasi maupun regulasi yang ada, melalui penataan prosedur Roadmap kerja dan bussiness process analyze serta melakukan sertifikasi yang diperlukan Deployment implementasi 4. Monitoring Progres kepada segenap Memantau progres implementasi masing- divisi teknis masing unit kerja, berdasarkan tata waktu dan Bussiness regulasi (untuk parameter yang ditetapkan process regulasi), kemudian memastikan kesesuaiannya harmonization dengan kesiapan sertifikasi 5. Update Regulasi dan Evaluasi Melakukan update regulasi dan melakukan Monitoring update pada SOP serta pemastian kesesuaian progres maupun kendala implementasi. menindaklanjuti bottleneck permasalahan tingkat corporate. implementasi 6. Corporate Reporting & Publication Update Menghimpun data dan informasi dari masing masing regulasi dan unit kerja kemudian melakukan analisis dan evaluasi menyajikannya sebagai report corporate, materi implementasi publikasi corporate maupun atribut lain yang digunakan sebagai informasi publik (jurnal, poster, Corporate panduan, buku dll). Menyusun Biodiversity Reporting & Management Plan, Sustainability Report dan ESG Publication report. Unit kerja ini akan mengkoordinir semua kegiatan operasional untuk menunjang kontribusi lingkungan perusahaan meliputi mengelola informasi lingkungan hidup, performa kinerja lingkungan dalam sektor agro meliputi pemantauan dan pelaporan RKL RPL, pengelolaan keanekaragaman hayati, termasuk upaya adaptasi-mitigasi iklim, Implementasi HSE (tentative karena di beberapa perusahaan seperti tambang misalnya, K3 ditempatkan pada unit kerja terpisah), keikutsertaan sertifikasi berkaitan dengan lingkungan, serta pengelolaan publikasi berkaitan dengan lingkungan hidup meliputi ESG, Proper dan Sustainability Report. Biodiversity of Perum Perhutani 77","Peluang Pengembangan Dalam melaksanakan tugasnya Dept. Sustainability terbagi atas Bagian pengelolaan & pengembangan Sertifikasi akan bertugas mengelola sertifikasi di Perhutani dan anak perusahaan meliputi PHPL, SVLK, FSC, ISO 9001, ISO 14001, ISO 45001, ISO 26001, CER Karbon, Proper, CDP, Ecovadis dan segala Environmental Disclosure yang diperlukan perusahaan. Bagian Pengembangan Sistem Manajemen bertugas melakukan harmonisasi mekanisme implementasi dengan standar sertifikasi maupun regulasi untuk Induk dan anak perusahaan, menindaklanjuti catatan sertifikasi, update regulasi yang dilanjutkan dengan revisi prosedur kerja, melakukan analisa proses bisnis, ISO Officer, ESG Scoring dan penyusunan report corporate . Bagian EHS & Sustaniability bertugas memastikan implementasi K3 pada seluruh unit kerja*, memantau dan menyusun analisa corporate untuk aspek lingkungan KPH (Biodiversity, KBKT, PKL RPL, dekarbonisasi) dan Industri (emision decrease, RKL RPL, Waste Management) ESG dan Sustainability Reporting. Harapannya dengan dibentuk dept. sustainability dapat meringkas organisasi di head office sekaligus menyinergikan implementasi kelola lingkungan di Perhutani. B. Penguatan Kerjasama antar Stakeholder Untuk meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan perlu peningkatan kolaborasi antar Akademisi stakeholder dalam kelola konservasi. Pemastian & Peneliti peran masing-masing stakeholder dapat dirumuskan pada sustainability roadmap dan Pemerin Masyara rencana kelola tahunan yang akan t ah k at diimplementasikan pada masing-masing unit Hutan kerja. Kolaborasi tidak terbatas pada proses implementasi \/ kegiatan konservasi yang NGO Privat dilakukan, pola kolaborasi dapat diterapkan Sector pada setiap aspek pengelolaan keanekaragaman hayati di Perhutani. Kerjasama yang dilakukan Perhutani dapat melalui berbagai skema seperti; skema nirlaba (Hibah, Sponsorship, Gerakan masyarakat), skema bisnis (Bisnis baru misal karbon, penangkaran), maupun skema penggunaan jasa dan kolaborasi kegiatan. Biodiversity of Perum Perhutani 78","Peluang Pengembangan B. Penguatan Kerjasama antar Stakeholder Survey Lapangan Dalam kegiatan survey apang beberapa Monitoring & Identifikasi kendala yang ditemui meliputi kemampuan identifikasi, jumlah personil Analisis Data dan Review dan tata waktu pelaksanaan sehingga Kondisi dapat dilakukan kerjasama dengan Analisis dan review kondisi akademisi melalui skema : dilakukan per site 1. Praktek Lapang Kampus Merdeka (KPH\/Industri) dan divalidasi 2. Kerjasama \/ Sponsorship kegiatan berdasarkan data-data eksplosrasi keanekaragaman hayati pendukung. Hasil analisis dituangkan dalam rencana 3. Hibah skripsi bertema pengelolaan setahun kedepan keanekaragaman hayati dan program yang diusulkan Penyusunan Strategi Untuk meningkatkan kualitas hasil Konservasi Analisis dan review kondisi keanekaragaman hayati maupun Penyusunan Strategi Konservasi ekosistem di KPH, Perhutani dapat dilakukan pada skala corporate mengembangkan kemitraan seperti: berdasarkan report unit kerja, 1. NGO\/Konsultan hasil analisis kondisi dan umpan balik stakeholder , untuk Sebagai konsultan pakar untuk menentukan program-program memvalidasi informasi dan analisis besar yang akan dilakukan yang dilakukan KPH. masing-masing unit kerja. 2. Institusi Pendidikan dan Penelitian penyusunan rencana dapat Peningkatan kemampuan dan melibatkan akademisi maupun pengetahuan melalui support informasi konsultan jika diperlukan. dan diklat. Implementasi Strategi Potensial Mitra : Akademisi; Pakar\/Profesional ; Lembaga Konservasi, Review dan penentuan NGO Survey lapang selanjutnya Biodiversity of Perum Perhutani 79","Peluang Pengembangan Penguatan Kerjasama antar Stakeholder Survey Lapangan Monitoring & Dalam implementasi strategi Perhutani dapat Identifikasi melakukan pengembangan kerjasama baik beneficiary maupun nirlaba dengan pihak Analisis Data dan Review berikut : Kondisi 1. Komunitas Hijau, Penyusunan Strategi Konservasi Program Campaign, Pendampingan masyarakat, program-program yang Implementasi Strategi bersifat teknis, support data dan informasi, Implementasi Strategi 2. NGO, Penyusunan baseline, Pendampingan Konservasi dilakukan pada masyarakat, support data dan informasi, kolaborasi konservasi. tingkat KPH ataupun Divisi 3. Institusi Pendidikan dan Penelitian Penelitian spesifik, rekomendasi rencana Regional berdasarkan program- kelola spesifik, rekomendasi baseline, suport SDM, support informasi dan program yang telah disusun kapabilitas. 4. Instansi Pemerintah dalam rencana strategi. Program Rehabilitasi, Pelepasliaran, kolaborasi kelola ekosistem, support Implementasi dilakukan melalui anggaran negara, perizinan, update regulasi, pelatihan. berbagai mekanisme seperti 5. Perusahaan Kolaborasi CSR, Support pendanaan, TJSL, Mandiri, Kemitraan dll. Kolaborasi project, Pengembangan bisnis hijau. Review dan penentuan Survey 6. Lembaga Masyarakat lapang selanjutnya Kolaborasi project konservasi, support ketersediaan SDM, target implementasi Review dilakukan berkala project. bersama dengan manajemen KPH dan stakeholder terkait Biodiversity of Perum Perhutani 80","Peluang Pengembangan B. Pengembangan Bisnis Berbasis Keanekaragaman Hayati 1. Wisata Berkelanjutan Wisata berkelanjutan dibangun untuk menyelesaikan permasalahan dan mengurangi dampak lingkungan maupun social yang mungkin terjadi dalam pengelolaan wisata. Dalam hal ini permasalahan pengelolaan biodiversity coba diselesaikan melalui pendekatan bisnis yang nilai revenue- nya lebih besar daripada bentuk revenue dari bisnis wisata konvensional. Melalui bisnis ini kontribusi Perhutani dalam pemberdayaan dan peningkatan financial masyarakat akan lebih terlihat. Hal tersebut memungkinkan lembaga donor \/ grant konservasi masuk dan mendukung kegiatan seperti USAID, AUSAID dan lainnya. Dengan demikian akan terbentuk hubungan sosial di destinasi yang memberikan keuntungan untuk pengurangan risiko konflik dan meningkatkan kinerja destinasi pariwisata secara keseluruhan. Tidak hanya membangun kembali, tetapi juga untuk menciptakan destinasi yang lebih tangguh dengan ekonomi melingkar, inovasi, dan diversifikasi. Mengapa mengembangkan Wisata berkelanjutan? karena terlepas dari potensi pariwisata sebagai pendorong perubahan positif, harus diakui, pertumbuhan pariwisata yang cepat atau tidak terencana dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif. Sehingga perlu dikembangkan skema pengelolaan yang meminimalkan dampak baik dari sisi lingkungan dan sosial. Biodiversity of Perum Perhutani 81","Peluang Pengembangan Bisnis canvas model Wisata Berkelanjutan Key Partners Key Activities Value Proposition \u2022 Kementerian \uf0a7 Penandaa lokasi Memberikan kepastian Pariwisata perjumpaan perjumpaan jenis jenis \u2022 Komunitas peneliti \uf0a7 Upaya restorasi habitat yang ingin diamati dengan \uf0a7 Minimalisasi gangguan guide yang mumpuni dan Biodiversity fasilitas yang memadai \u2022 Pengelola Kawasan dan perlindungan SDA \u2022 Penyedia Sarpra Memberikan kepastian Key Resources keberlanjutan kawasan Wisata (akomodasi, \u2022 Kekayaan \/ Kekhasan dan kelestarian transport) \u2022 Biodiversity biodiversitiy yang \u2022 Human Resources disupport oleh funding \u2022 IT Management KPH Relationship Customer Segment \u2022 Kemudahan Layanan \u2022 Wisatawan Mancanegara peminat \u2022 Kepastian pertemuan dengan jenis pengematan biodiversity (Burung- yang ingin diamati Herpetofauna-Tanaman Langka) \u2022 Sekolah Alam Channels \u2022 Masyarakat Umum \u2022 Newsletter \u2022 Internationale Tourismus Borse \u2022 Social Media Boosting \u2022 Marketplace Toko Perhutani Cost Structure Revenue Streams \u2022 Biaya Pengelolaan Biodiversity \u2022 Donasi satwa \/ pohon asuh \u2022 Biaya Pemeliharaan Sarpra \u2022 Bagi hasil dengan mitra wisata \u2022 Biaya Kemitraan \u2022 Kompensasi Karbon\/Emisi dari \u2022 Biaya Perkantoran dan Marketing Perusahaan Sponsor Biodiversity of Perum Perhutani \u2022 Penjualan Paket Wisata 82","Peluang Pengembangan 2. Project adaptasi dan mitigasi perubahan iklim Project adaptasi dan mitigasi perubahan iklim memasuki babak selanjutnya di era bisnis hijau indonesia. Pengelola project adaptasi-mitigasi dapat memonetisasi programnya dengan insentif maupun menjual offset karbonya kepada pihak pihak yang berwenang. Dalam rencana operasional Net sink FOLU 2030 (KLHK , 2022), pengelolaan HCVF, pelestarian biodiversity dan implementasi harvesting rendah karbon menjadi salah satu program yang dilaksanakan. Perhutani perlu setidaknya menyusun spatial distribution untuk aksi mitigasi pada sektor FOLU di pulau Jawa. Bisnis juga dapat dikembangkan untuk kontribusi konservasi perusahaan lokal maupun internasional. Bussiness Chain Carbon Provider From Perum Perhutani sebagai Conservation Action perusahaan yang bergerak dibidang kehutanan menyadari Biaya kompensasi bahwa Ancaman pemanasan karbon footprint Kontrak Konsumen global dan dampak perubahan kepemilikan Carbon iklim semakin nyata. Squestration aera Squestration Pemerintah melalui monthly report pemilihan jenis Certificate Kementerian Lingkungan tanaman dan of having keterlibatan carbon CRM hidup dan kehutanan telah srtakeholder Carbon Provider menetapkan target penurunan Penyedia emisi di berbagai sektor. IOT Kawasan Kelola Dibanding sektor lain, sektor Mandiri kehutanan memiliki porsi Material Kawasan terbesar didalam target Kelola Mitra penurunan emisi GRK sebesar 59,76% di tahun 2030. Perhutani sebagai holding BUMN Kehutanan indonesia mengelola kawasan hutan seluas 3,4 jt ha harus segera menyadari peran penting tersebut, dan perlu menginisiasi penetrasi pada sektor-sektor bisnis yang mendukung pencapaian Net Sink FOLU. Perhutani terus berusaha menemukan jalan, bagaimana karbon dari kawasan hutan yang dikelola oleh Perhutani dapat dimonetisasi, sehingga kedepan Perum Perhutani dapat menduplikasi bisnis karbon pada kawasan lainnya. Biodiversity of Perum Perhutani 83","Peluang Pengembangan Bisnis canvas model Project adaptasi dan mitigasi perubahan iklim Key Partners Key Activities Value Proposition \u2022 Penyedia Lahan \u2022 Penyedia Bibit & \uf0a7 Penghitungan emisi \u2022 Monthly reporting \uf0a7 Pencarian Lahan untuk NBS \u2022 Monitoring realtime Benih \uf0a7 Penghitungan serapan dan \u2022 Perhitungan NBS secara \u2022 Lembaga sertifikasi pemantauan program NBS cepat dan mudah Karbon \uf0a7 Pemantauan \u2022 Jaminan Pengelolaan oleh \u2022 Industri Kayu \u2022 Mitra monitoring Keanekaragaman hayati & Perhutani ABKT \u2022 Standar dan Metodologi biodiversity Key Resources Perhitungan yang Jelas dan Transparan \u2022 Asset Biologis \u2022 Teregister pada Informasi \u2022 Biodiversity Publik KLHK \u2022 Land Bank \u2022 Kehati yang tinggi Relationship Customer Segment \u2022 Perusahaan yang berupaya \u2022 Layanan Kelola Lahan \u2022 News Letter untuk mengkompensasi emisi \u2022 Edukasi\/ Training dengan NBS \u2022 Monthly Report \u2022 Perusahaan yang belum mampu membuat program penurunan Channels emisi \u2022 Perusahaan yang belum mampu \u2022 Aplikasi menghitung emisi \u2022 News Letter \u2022 Perusahaan yang ingin \u2022 Social Media Branding berkontribusi di dalam pengurangan emisi karbon Cost Structure Revenue Streams \u2022 Biaya Penanaman \u2022 Fee Perhitungan Karbon dan \u2022 Biaya Pengelolaan \u2022 Biaya Sewa Lahan Rencana NBS \u2022 Biaya Harvesting \u2022 Margin Profit kegiatan NBS \u2022 Biaya Sertifikasi \u2022 Bagi Hasil Penjualan Karbon \u2022 Penjualan Kayu Biodiversity of Perum Perhutani 84","Peluang Pengembangan 85 3. Memaksimalkan Potensi Bioprospeksi Bioprospeksi merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mencari dan menemukan senyawa bioaktif baru melalui eksplorasi keragaman hayati. Bioprospeksi dilaksanakan melalui upaya penelusuran sistematik, penelitian mendalam, dan teknologi yang mutakhir, dapat diangkat untuk kemaslahatan masyarakat dalam kaitannya dengan obat- obatan, sumber pangan, kosmetik dan material baru yang dapat memecahkan berbagai masalah di masyarakat. hal ini tentu bukanlah sesuatu yang asing dan baru, konsep ini diusung berdasarkan kenyataan bahwa keanekaragaman hayati memiliki nilai tersembunyi. Untuk masuk dalam skema ini, tentu penguatan di bidang penelitian harus dilakukan. dimula dari pendokumentasian hasil-hasil penelitian, baik domestik maupun internasional, tentang nilai potensial berbagai keanekaragaman hayati, hingga pengembangan penelitian berbasis spesies dan kearifan lokal dala pemanfaatan keanekaragaman hayati. Pengembangan bioprospeksi di Perhutani diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Pengembangan kemampuan dan transfer teknologi, 2. Peningkatan finansial yang langsung dapat digunakan untuk konservasi, di samping royalti, 3. Keterlibatan lembaga dan perorangan multilayer 4. Peningkatan prospeksi dan pertumbuhan industri 5. Pengamanan dari tindak Biopiracy pada sumberdaya hutan Pengembangan bioprospeksi dilaksanakan melalui tahapan yang cukup panjang, perlu sumberdaya dan komitmen yang kuat dari segenap pihak yang terkait. berikut adalah tahapan bioprospeksi yang dapat diimplementasikan di Perhutani. Adapun tahapan bioprospeksi ditunjukkan dalam bagan dibawah ini. Biodiversity of Perum Perhutani","Peluang Pengembangan Tahapan Bioprospecting (disadur dari: Bhatia & Chugh, 2015) \u2022 Inventarisasi \u2022 Identifikasi & isolasi pengetahuan lokal senyawa aktif \/ informasi genetis \u2022 Eksplorasi sumberdaya hayati \u2022 Karakterisasi dan produksi senyawa spesifik \u2022 Koleksi spesimen Tahapan Bioprospeksi Pengembangan produk Screening dan konfirmasi dan pengujian aktivitas biologis \u2022 Komersialisasi produk Perkembangan bioprospeksi di Indonesia sendiri tidak terbatas pada tumbuhan dan satwa liar, dalam 10 tahun terakhir terdapat mikroba yang bermanfaat bagi masyarakat untuk ketahanan pangan dan ekonomi, yang ditemui di kawasan hutan antara lain: 1. Bakteri Lysinibacilus fusiformis yang merupakan baktri pemicu pertumbuhan akar atau yang dikenal sebagai Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) 2. Bakteri Pseudomonas syiringae, baketri ini dapat melindungi tanam dari frost sehingga tanaman tahan terhadap embun yang membeku (es) pada tanaman yang mengalami frost seperti di Dieng (Kawasan Perhutani), Bromo (Kawasan Taman Nasional) dan daerah lainnya. 3. Cendawan Lecanicilium sp merupakan cendawan patogen serangga hama, khususnya kelompok wereng dan kutu-kutuan. Biodiversity of Perum Perhutani 86","Peluang Pengembangan C. Pengembangan TJSL untuk pembangunan berkelanjutan pilar lingkungan Pengelolaan Keanekaragaman hayati dan faktor-faktor pendukungnya dapat dilakukan melalui optimalisasi pengelolaan biaya TJSL, sekaligus mendukung upaya pemerintah mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan pada 5 Pilar Sustainable Development Goals (SDGs) bidang lingkungan dengan matriks sebagai berikut. Kriteria Pilar Bentuk OUTPUT Sasaran Lokasi dan SDGs Kegiatan Opsi KPH Air Bersih Konservasi Terjaganya catchment KPH dengan Lokasi dan Sanitasi sumber daya air area dan keterlibatan mata air penting: yang layak (Mata Air) peran masyarakat 1. Seluruh desa di dalam konservasi di daerah hulu kawasan mata air Gunung di Jawa DAS, pengkayaan sehingga pemenuhan 2. Kabupaten di Hulu tanaman pada kebutuhan air bersih sempadan mata masyarakat desa DAS air sekitar hutan 3. Kawasan Mata Air terjamin yang dimanfaatkan masyarakat Semua KPH Perhutani, Kategori Rehabilitasi Perbaikan kawasan Kawasan DAS Prioritas Penerima DAS prioritas DAS prioritas serta Pemulihan Nasional di yang perbaikan kualitas Pulau Jawa : Masyarakat dilindungi mata sungai dilihat dari 1. Citarum airnya parameter biofisik 2. Cisadane Lembaga yang terukur. 3. Bengawan Solo Pengelola AIR Bersih sungai, 4. Ciliwung Bersih (PAM pembangungan Terjaganya 5. Brantas Desa) fasilitas irigasi ekosistem riparian 6. Serayu untuk dan konservasi Komunitas Perbaikan koridor satwaliar Opsi KPH : KPH Bogor, Lingkungan Kualitas air serta pemulihan KPH Bandung Selatan, sungai, jenis tumbuhan KPH Bandung Utara, BUMDES\/Lem lokal KPH Surakarta, KPH baga Desa Lawu Ds, KPH Kediri, KPH Malang, KPH Biodiversity of Perum Perhutani Pasuruan, KPH Kedu Utara, KPH Banyumas Timur, KPH Pekalongan barat, KPH Purwakarta 87","Peluang Pengembangan Kriteria Pilar Bentuk OUTPUT Sasaran Lokasi dan SDGs Kegiatan Opsi KPH Air Bersih Pembuatan Peningkatan daya Kawasan perkotaan dan Sanitasi sumur serap lahan dan yang berdampingan yang layak resapan berkurangnya risiko dengan Hutan : erosi maupun banjir Kategori Pembangunan 1. Bandung Penerima Prasarana dan Penyediaan sarpra 2. Bogor layanan yang layak untuk 3. Madiun Masyarakat sumber air fasilitas sumber air 4. Semarang Lembaga minum minum, baik berupa 5. Surakarta Pengelola AIR masyarakat bak tampungan 6. Magelang Bersih (PAM maupun penataan 7. Malang Desa) Pembangunan saluran air bersih. 8. Batu Komunitas Prasarana 9. Pasuruan Lingkungan Sanitasi Peningkatan 10. Tasikmalaya BUMDES\/Lem masyarakat sanitasi masyarakat 11. Banjar baga Desa yang berdampak ke 12. Pekalongan perbaikan kesehatan Opsi KPH : Seluruh KPH di Perhutani Konservasi Terjaganya catchment Semua KPH Perhutani, sumber daya air area dan keterlibatan (Mata Air) peran masyarakat KPH dengan Lokasi dalam konservasi mata air penting: di daerah hulu kawasan mata air DAS, pengkayaan sehingga pemenuhan 1. Seluruh desa di tanaman pada kebutuhan air bersih Gunung di Jawa sempadan mata masyarakat desa air sekitar hutan 2. Kabupaten di terjamin Hulu DAS 3. Kawasan Mata Air yang dimanfaatkan masyarakat Biodiversity of Perum Perhutani 88","Peluang Pengembangan Kriteria Pilar Bentuk OUTPUT Sasaran Lokasi dan SDGs Kegiatan Opsi KPH Pengelolaan Pemulihan lahan Perbaikan kondisi Seluruh Kabupaten Ekosistem terdegradasi kawasan dan kota yang Daratan dan tanah kritis, perlindungan, memiliki isu peningkatan peran ekosistem : Kategori Perlindungan masyarakat dalam Penerima dan Konservasi konservasi 1. Kawasan Urban spesies yang kawasan, dan dengan untuk Masyarakat terancam peningkatan recovery ekosistem Komunitas punah. awarness Pegiat masyarakat tentang 2. Recovery habitat di Lingkungan jenis terancam kabupaten\/Kota Lembaga Desa punah di hutan untuk konservasi Akademisi terdekat dan di flora dan fauna NGO sekitar mereka identitas Lingkungan (untuk masyarakat Lembaga Desa urban). Kota Bandung Kota Batu Kota Malang Kota Bogor Kota Surakarta Kota Serang Kota Pekalongan Kota Kediri Kota Tangerang Selatan Pengelolaan Terpantaunya a. Kawasan Burung Migran Situs penting jenis-jenis tertentu kehati di situs penting b. Kawasan Bertelur Penyu pegunungan kehati meliputi : dalam jenis endemik, c. Cagar Biosfer dan Jenis migran dan kawasan Jenis terancam Koridorya lindung punah. d. Habitat Khusus Flora Endemik Jawa e. Hutan Pegunungan Habitat : 1. Owa Jawa; Peningkatan Terupdatenya data 2. Elang Jawa; populasi dan populasi dan studi perbaikan tapak peningkatan 3. Macan Tutul Jawa; habitat 25 jenis populasi dengan satwa terancam kegiatan 4. Surili punah prioritas pengelolaan nasional habitat yang Opsi KPH : KPH Bogor intensif. KPH Malang KPH Pasuruan KPH Bandung Selatan KPH Banten KPH Banyumas Timur KPH Lawu Ds KPH Pekalongan Timur KPH Surakarta KPH Banyumas Barat KPH Pati KPH Kedu Utara KPH Pasuruan KPH Banyuwangi Utara Biodiversity of Perum Perhutani 89","Peluang Pengembangan Kriteria Pilar Bentuk OUTPUT Sasaran Lokasi dan SDGs Kegiatan Opsi KPH Pengelolaan Pemanfaatan Peningkatan Kegiatan produktif Ekosistem keaneka manfaat ekonomi Non Eksploitatif : Daratan ragaman hayati baik langsung 1. Penangkaran secara (Kehati menjadi Kategori berkelanjutan objek) dan tidak jenis-jenis Penerima melalui : langsung (Kehati dilindungi : menjadi subjek Burung endemik, Masyarakat \u2022 Sustainable pendukung) Rusa timor, dll Komunitas tourism sehingga 2. Wisata minat Pegiat pengelolaan khusus Lingkungan \u2022 Bioprospeksi lingkungan dapat Lembaga Desa dibiayai secara Opsi KPH : Akademisi \u2022 Bioextraction mandiri dari KPH Ngawi NGO benefit yang KPH Parengan Lingkungan \u2022 Budidaya & dihasilkan KPH Bandung Selatan Lembaga Desa penangkaran KPH Bandung Utara KPH Surakarta Pengurangan Perbaikan kualitas KPH Kedu Utara pencemaran biofisik KPH Pekalongan Timur terestrial, lingkungan, melalui pengurangan KPH dengan kriteria kegiatan polusi dan lokasi: berbasis sampah. 1. Terdapat kawasan lahan seperti : Gunung 2. Terdapat kawasan \u2022 Bersih Gunung Sungai yang mengalir melalui \u2022 Bersih desa Sungai 3. Kawasan urban dengan risiko \u2022 Pembuata polusi udara n jalur 4. Berbatasan dengan hijau atau kawasan taman perkotaan\/industri kota. Semua KPH Perhutani Biodiversity of Perum Perhutani 90","Peluang Pengembangan Kriteria Pilar Bentuk OUTPUT Sasaran Lokasi dan SDGs Kegiatan Opsi KPH Pengelolaan Pengembangan Terbentuknya Kawasan ekosistem Ekosistem Sustainable kolaborative esensial di pulau Jawa : Daratan Bussiness di management pada kawasan KEE dengan unit \u2022 KEE Teluk Pangpang Kategori ekosistem bisnis hijau yang Penerima esensial berorientasi \u2022 KEE Pantai Taman Kili- kelestarian kawasan Kili Masyarakat Kampanye ekosistem : Komunitas dan edukasi \u2022 KEE Mangrove Muara Pegiat penyelamatan \u2022 Desa wisata burung Kali Lingkungan Lembaga Desa \u2022 Kopi Owa \u2022 ABKT Petungkriyono Akademisi \u2022 Herbal NGO \u2022 Budidaya alami \u2022 ABKT Gunung Ungaran Lingkungan Lembaga Desa burung kicau \u2022 ABKT Karst Ciamis \u2022 Budidaya edelweis \u2022 KEE Karst Tasikmalaya \u2022 Offset Carbon \u2022 Cagar Biosfer Arjuno Peningkatan awarness Opsi KPH : KPH Kedu Utara masyarakat terkait KPH Banyuwangi Utara KPH Kediri konservasi KPH Bandung Selatan KPH Malang biodiversity, KPH Banyumas Timur KPH Banyumas pelestarian KPH Pekalongan Timur lingkungan dan branding Kawasan kota yanng Perhutani dalam beririsan dengan kawasan upaya konservasi kutan dengan kriteria : keanekaragaman hayati a. Kawasan Burung Migran b. Kawasan Bertelur Penyu c. Cagar Biosfer dan KEE d. Habitat Khusus Flora Endemik Jawa e. Hutan Pegunungan Habitat : 1. Owa Jawa; 2. Elang Jawa; 3. Macan Tutul Jawa; 4. Surili Opsi KPH : KPH Malang KPH Bogor KPH Bandung Selatan KPH Pasuruan KPH Banyumas Timur KPH Banten KPH Pekalongan Timur KPH Lawu Ds KPH Banyumas Barat KPH Surakarta KPH Kedu Utara KPH Pati KPH Banyuwangi Utara KPH Pasuruan Biodiversity of Perum Perhutani 91","Peluang Pengembangan Kriteria Pilar Bentuk OUTPUT Sasaran Lokasi dan SDGs Kegiatan Opsi KPH Pengelolaan Pengurangan Perbaikan kualitas Kawasan Pesisir yang Ekosistem pencemaran laut, biofisik merupakan desa sekitar Lautan melalui kegiatan lingkungan, hutan ataupun daerah mekanis atau pengurangan penyangga hutan : Kategori kegiatan berbasis polusi laut dan Penerima lahan seperti : sampah di 1. Kawasan Mangrove Masyarakat perairan. Komunitas \u2022 Bersih Pantai 2. Kawasan Budidaya Lingkungan perikanan air Payau Pengelola \u2022 Bersih Laut Mangrove 3. Kawasan wisata Nelayan Tambak \u2022 Pembangunan pantai di sekitar TPS Pantai Hutan 4. Konservasi Penyu dan terumbu karang 5. Kawasan Ekosistem Esensial Opsi KPH : KPH Indramayu KPH Sukabumi KPH Banten KPH Malang KPH Kediri KPH Jember KPH Ciamis KPH Madura KPH Kedu Selatan KPH Banyumas Barat KPH Banyuwangi Selatan Pengembangan Peningkatan nilai Kawasan Pesisir yang bisnis perikanan benefit pada merupakan desa sekitar berkelanjutan : kawasan hutan hutan ataupun daerah pantai berkelanjutan penyangga hutan : 1. Pengembangan silvofishery dan Kontribusi pada 1. Kawasan mangrove budidaya ketahanan pangan perairan terutama budidaya 2. Kawasan budidaya berorientasi perairan dan perikanan air payau konservasi pelestarian kawasan pantai dan 3. Kawasan konflik mangrove untuk pesisir hasil yang lebih besar Opsi KPH : KPH Indramayu KPH Sukabumi KPH Bogor KPH Malang KPH Banten KPH Madura KPH Banyumas Barat Biodiversity of Perum Perhutani 92","Peluang Pengembangan Kriteria Pilar Bentuk OUTPUT Sasaran Lokasi dan SDGs Kegiatan Opsi KPH Pengelolaan 2. Pengembangan Pengembangan Kawasan Pesisir yang Ekosistem blue karbon bisnis baru dan merupakan desa sekitar Lautan kontribusi hutan ataupun daerah pencapaian NDC penyangga hutan : Indonesia melalui pengurangan emisi 1. Kawasan mangrove dan peningkatan serapan karbon di 2. Kawasan budidaya sektor perikanan perikanan air payau Kategori 3. Pengembangan Rehabilitasi Kawasan Hutan Penerima dengan objek berupa Pariwisata kawasan dengan : Masyarakat \u2022 Kawasan Hutan berkelanjutan yang tujuan Komunitas berorientasi Pantai\/ Mangrove Lingkungan pengembangan konservasi di \u2022 Kawasan Pengelola wisata Ekosistem Mangrove kawasan pesisir. berkelanjutan yang Esensial Nelayan Tambak dapat diambil \u2022 Konservasi Penyu dan terumbu manfaat ekonomi karang dari hasil-hasil Opsi KPH : KPH Banyuwangi Utara bukan kayu, wisata KPH Banyuwangi Selatan maupun KPH Banyumas Barat KPH Kedu Selatan sumberdaya lain KPH Indramayu KPH Kediri yang bernilai jual KPH Malang KPH Ciamis seperti : KPH Madura KPH Bogor \u2022 Buah mangrove \u2022 Ketam \u2022 Benih dan bibit \u2022 Pewarna alami dari daun dan kulit mangrove \u2022 Kopi mangrove Biodiversity of Perum Perhutani 93","Peluang Pengembangan Kriteria Pilar Bentuk OUTPUT Sasaran Lokasi dan SDGs Kegiatan Opsi KPH Pengelolaan 4. Pengemban-gan Penurunan risiko Kawasan Hutan dengan Ekosistem Perikanan kerusakan sumberdaya objek berupa : Lautan tangkap laut melalui support berkelanjutan sarpra perikanan \u2022 Kawasan Hutan Kategori tangkap. Pantai\/ Mangrove Penerima 1. Pembangunan \u2022 Kawasan Ekosistem menara Suar Esensial 2. Bantuan teknologi \u2022 Konservasi Penyu dan Permesinan ramah terumbu karang lingkungan Opsi KPH : 3. Bantuan alat tangkap ramah KPH Banyuwangi Utara KPH Kediri lingkungan KPH Banyuwangi Selatan KPH Malang 4. Pendidikan Konservasi laut KPH Banyumas Barat KPH Ciamis perikanan tangkap KPH Kedu Selatan KPH Madura KPH Indramayu Masyarakat Pelestarian Perbaikan kondisi Kawasan Hutan dengan kawasan pesisir kawasan perlindungan, objek berupa : Komunitas dan laut, peningkatan peran Lingkungan termasuk masyarakat dalam Kawasan Mangrove rehabilitasi konservasi kawasan, dan Pengelola mangrove peningkatan awarness 1. Kawasan wisata pantai Mangrove masyarakat tentang jenis di sekitar Hutan Perlindungan terancam punah di Nelayan Tambak dan Konservasi hutan terdekat dan di 2. Konservasi Penyu, spesies yang sekitar mereka dan terumbu karang dan terancam peningkatan populasi potensial biota punah. (dalam pada lingkup minimal perairan hal ini terbatas habitat Pantai dan pada penyu dan pesisir: 3. Kawasan Ekosistem flora fauna Esensial hutan pantai 1. Rehabilitasi Terumbu dan air payau) karang Opsi KPH : 2. Survey Biota Laut & KPH Banyuwangi UtaraKPH Kediri Hutan pantai KPH Banyuwangi SelataKnPH Malang 3. Monitoring dan konservasi Penyu KPH Banyumas Barat KPH Ciamis 4. Monitoring Burung KPH Kedu Selatan KPH Madura Air Migran KPH Indramayu KPH Bogor Biodiversity of Perum Perhutani 94","Peluang Pengembangan Kriteria Pilar Bentuk OUTPUT Sasaran Lokasi SDGs Kegiatan dan Opsi KPH Penanganan Peningkatan 1. Publikasi Seluruh Kabupaten Perubahan kesadaran komitmen dan kota yang memiliki iklim masyarakat terkait greenlifestyle isu ekosistem : perubahan iklim : Perhutani Masyarakat 1. Kawasan urban Komunitas Pegiat 1. Pendidikan 2. Meningkatkan dengan untuk Lingkungan mitigasi, awarness recovery ekosistem adaptasi, masyarakat dan isu polusi perubahan iklim sekitar hutan di sekolah dasar, 2. Kawasan dengan sekolah 3. Membentuk kesadaran menengah dan keterikatan menengah usia perguruan masyarakan dan produktif pada isu tinggi. kelestarian perubahan iklim hutan 3. Kawassan urban Lembaga Desa dengan isu lingkungan tinggi : Akademisi \u2022 Kota Bandung NGO Lingkungan \u2022 Kota Malang \u2022 Kota Surakarta Lembaga Desa \u2022 Kota Pekalongan \u2022 Kota Batu \u2022 Kota Bogor \u2022 Kota Serang \u2022 Kota Kediri \u2022 Kota Tangerang\/ Tanggerang Selatan Program adaptasi Menumbuhkan Seluruh KPH Perhutani \/ mitigasi Perubahan Iklim : kemandirian dengan kriteria lokasi 1. Program masyarakat dalam salah satunya: Kampung melaksanakan Iklim 1. Belum memiliki adaptasi perubahan 2. Program Desa program kampung Mandiri iklim, termasuk Pangan iklim menjaga nilai-nilai 3. Pembangunan kearifan tradisional 2. Terdapat peternakan atau lokal yang dapat komoditas pangan berkelanjutan mendukung upaya yang dapat penanganan dikembangkan perubahan iklim Biodiversity of Perum Perhutani 95","Peluang Pengembangan Kriteria Pilar Bentuk OUTPUT Sasaran Lokasi SDGs Kegiatan dan Opsi KPH Penanganan Program adaptasi 1. Bersinergi dengan Seluruh KPH Perhutani Perubahan \/ mitigasi program dengan kriteria lokasi iklim Perubahan Iklim : pemerintah salah satunya: kampung iklim Masyarakat 1. Program Desa dan kampung 1. Terdapat Risiko Komunitas Pegiat Sadar Bencana siaga bencana Bencana Lingkungan Lembaga Desa 2. Peningkatan 2. Pemberdayaan 2. Terdapat Risiko Akademisi Kesehatan masyarakat Bencana penyakit Masyarakat dengan benefit akibat perubahan yang yang lain iklim diakibatkan dampak 3. Mendukung 3. Memiliki perubahan kebijakan ketergantungan iklim pemerintah untuk pada energi yang konversi energi kurang ramah 3. Kemandirian terbarukan lingkungan Energi\/ Konversi 4. Membentuk pasar energi wood pellet terbarukan rumah tangga masyarakat NGO Lingkungan Aksi mitigasi dan 1. Publikasi Seluruh Kabupaten Lembaga Desa adaptasi komitmen green dan kota yang memiliki perubahan iklim : lifestyle isu ekosistem : Perhutani 1. Upaya 1. Kawasan dengan penurunan 2. Meningkatkan komunitas emisi GRK\/ awarness lingkungan yang karbon masyarakat aktif foortprint sekitar hutan serta 2. kawasan dengan 2. Green lifestyle masyarakat permasalahan urban sampah 3. olah sampah organik, 3. Menerapkan 3. Kawassan urban green lifestyle dengan isu 4. pembuatan masyarakat lingkungan tinggi Biopori sekitar hutan 5. Pemanfaatan biogas di di rumah tangga Biodiversity of Perum Perhutani 96","Peluang Pengembangan Kriteria Pilar Bentuk OUTPUT Sasaran Lokasi SDGs Kegiatan dan Opsi KPH Kota dan Peningkatan Membangun Seluruh KPH pemukiman kualitas kawasan kota yang Perhutani dengan berkelanjutan pemukiman ramah lingkungan, kriteria lokasi salah masyarakat: menyediakan satunya: Kategori suplai oksigen dan Penerima 1. Penyediaan perbaikan kawasan 1. Belum memiliki Masyarakat ruang terbuka urban ruang terbuka hijau Komunitas hijau di (Hutan Kota\/ Pegiat kawasan Membangun Kecamatan\/ Lingkungan Kecamatan\/ kesadaran bencana Kabupaten) Desa kepada masyarakat dan membentuk 2. Kawasa n Kota yang 2. Pembuatan culture berbatasan dengan kebun tanaman pengamanan hutan dan obat bencana dengan terdampak meminimalkan transportasi 3. Penyediaan dampak potensial angkutan produksi layanan bencana alam kesehatan 3. Desa sekitar hutan dengan layanan Lembaga Desa Strategi kesehatan minimal pengurangan Akademisi Seluruh KPH Perhutani risiko bencana : dengan kriteria lokasi NGO salah satunya: Lingkungan 1. Sosialisasi tanggap 1. Terdapat Risiko bencana Bencana alam seperti Kebakaran, Angin, 2. Pembangunan Banjir dan longsor dan pengadaan sarpra mitigasi 2. Memiliki bencana alam ketergantungan pada energi yang kurang ramah lingkungan Biodiversity of Perum Perhutani 97","Peluang Pengembangan Kriteria Pilar Bentuk OUTPUT Sasaran Lokasi SDGs Kegiatan dan Opsi KPH Kota dan Pengembangan Mendukung Seluruh KPH pemukiman dan kebijaan Perhutani dengan berkelanjutan pemerintah untuk kriteria lokasi salah penerapan pengelolaan satunya: Kategori green waste sampah dan 1. Belum ada Penerima management : limbah yang lebih Masyarakat baik Pengelolaan waste Komunitas 1. Pengelolaan kegiatan Produksi Pegiat bank sampah Memperbaiki Perhutani Lingkungan infrastruktur dan 2. Memiliski Lembaga Desa 2. Usaha memberikan permasalahan Akademisi produktif dukungan waste management NGO recycle pemulihan 3. Memiliki potensi Lingkungan sampah masyarakat pasca organic waste yang bencana dapat dioptimalkan 3. Pembuatan mendjadi energi sumber nenergi Seluruh KPH terbarukan Perhutani dengan dari sampah kriteria lokasi salah satunya: Recovery pasca 1. Terdampak bencana : bencana alam dan 1. Pembangunan mengalami Infrastruktur kerugian materiil terdampak 2. Berbatasan dengan bencana kawasan 2. Penanganan masa transisi bencana (pembangunan shelter, koordinasi relawan, SAR) 3. Pembangunan Infrastruktur pelayanan dasar masyarakat Biodiversity of Perum Perhutani 98","Potential Icon of Perhutani Biodiversity Burung Gelatik Jawa merupakan burung endemik Indonesia dan di alam ditemukan di hutan padang rumput, sawah dan lahan budidaya di Pulau Jawa dan Pulau Bali. Pada awalnya Burung Gelatik Jawa keberadaannya dianggap sebagai hama, kemudian berubah menjadi spesies yang dilindungi karena populasinya menurun akibat berkurangnya habitat dan perburuan. Jenis burung ini cukup banyak dijumpai di Pusdikbang Madiun (Sekarang Perhutani Forestry Intitute) dimana saat ini kawasan tersebut menjadi area konservasi burung Kota Madiun seluas kurang lebih 4,5 Ha. Gelatik Jawa Perilakunya senang berkelompok dan cepat berpindah-pindah. Pakan utama burung ini adalah bulir padi atau beras, juga biji-bijian lain, buah, dan serangga. Spesies ini merupakan salah satu burung yang paling diminati oleh para pemelihara burung. Penangkapan liar, hilangnya habitat hutan, serta terbatasnya ruang hidup burung ini menyebabkan populasi Gelatik Jawa menyusut pesat dan terancam punah di habitat aslinya dalam waktu singkat. Sekarang telah sulit untuk menemukan Gelatik di persawahan atau ladang. Gelatik Jawa dievaluasi rentan pada IUCN Red List serta didaftarkan dalam CITES Appendiks II. Biodiversity of Perum Perhutani 99"]
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174