Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore 3. PROFIL PELAJAR PANCASILA

3. PROFIL PELAJAR PANCASILA

Published by MOKO'S DIGI LIBRARY, 2021-11-15 06:29:21

Description: 3. PROFIL PELAJAR PANCASILA

Search

Read the Text Version

Bahan Ajar Oleh : Tim Pengembang LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROPINSI JAWA TENGAH 2021 Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi singkat Bahan ajar ini memberikan gambaran mengenai konsep Profil Pelajar Pancasila, landasan yuridis, konsep karakter, keterkaitan program Penguaatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan Karakter Pelajar Pancasila, strategi implementasi penguatan karakter Pelajar Pancasila, teknik penilaian karakter, dan rapor karakter Pelajar Pancasila. Bahan ajar ini disusun untuk membantu pendidik dan sekolah dalam mengimplementasikan penguatan pendidikan karakter peserta didik dengan tujuan memantau, mngembangkan dan menguatkan karakter untuk mewujudkan lulusan yang memiliki karakter sesuai Profil Pelajar Pancasila. Oleh karena lingkup karakter yang luas, dalam bahan ajar ini diharapkan memberi referensi bagaimana upaya yang dilakukan sekolah menjadi efektif dan tepat. Sekolah dapat menggunakan contoh yang diberikan dalam materi ini atau mengembangkan dan menyusun pedoman implementasi Penguatan Pendidikan Karakter menuju Profil Pelajar Pancasila yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan situasi sekolah. B. Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi dalam bahan ini yaitu : a. Konsep Profil Pelajar Pancasila, b. Landasan Yuridis Karakter Pelajar Pancasila c. Konsep karakter, d. Kaitan Penguaatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan Karakter Pelajar Pancasila, e. Strategi implementasi penguatan karakter Pelajar Pancasila, f. Teknik penilaian karakter, Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

g. Instrument penilaian karakter dan h. Rapor karakter Pelajar Pancasila. i. Rencana aksi implementasi penguatan karakter Pelajar Pancasila. C. Tujuan Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta memiliki kemampuan dalam : a. Memahami konsep Profil Pelajar Pancasila, b. Menelaah landasan yuridis Karakter Pelajar Pancasila c. Menganalisis berbagai konsep karakter, d. Mengorelasikan program Penguaatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan Karakter Pelajar Pancasila, e. Menganalisis strategi implementasi penguatan karakter Pelajar Pancasila, f. Menentukan teknik penilaian karakter, g. Menyusun instrument penilaian karakter dan h. Membuat rapor karakter Pelajar Pancasila. i. Menyusun rencana aksi implementasi penguatan karakter Pelajar Pancasila. D. Hasil yang diharapkan Hasil yang diharapkan adalah : a. dipahaminya konsep Profil Pelajar Pancasila, b. dipahaminya landasan yuridis Karakter Pelajar Pancasila c. teranalisisnya berbagai konsep karakter, d. dipahaminya keterkaitan program Penguaatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan Karakter Pelajar Pancasila e. teranalisisnya strategi implementasi penguatan karakter Pelajar Pancasila, f. dipahaminya teknik penilaian karakter, g. tersusunnya instrument penilaian karakter dan h. dibuatnya rapor karakter Pelajar Pancasila. Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

i. tersusunnya rencana aksi implementasi penguatan karakter Pelajar Pancasila. Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

BAB II PROFIL PELAJAR PANCASILA A. Dimensi Karakter Pelajar Pancasila Pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah kebutuhan dalam proses berbangsa, karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat akan menjadi bangsa yang besar dan bermartabat. Oleh sebab itu pembangunan karakter bangsa yang diimplementasikan di sekolah dalam bentuk pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu peserta didik mengenal, menyadari dan menghayati aspek-aspek sosial, moral, etika, yang dapat dijadikan acuan dalam bersikap dan berperilaku. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pemerintah telah menetapkan implementasi pendidikan karakter sejak tahun 2011, yang terus diintensifkan dengan terbitnya Perpres No. 87 Tahun 2017, tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Sejalan dengan pelaksanaan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran di sekolah, diperlukan bahan yang memberi wawasan kepada pendidik dan sekolah dalam melakukan penilaian karakter. Profil Pelajar Pancasila memiliki enam dimensi utama yaitu: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) Mandiri, 3) Bernalar Kritis, 4) Kreatif, 5) Bergotong-royong, dan 6) Berkebinekaan global. Enam dimensi tersebut kemudian dirangkum dalam satu rangkaian profil yang tidak terpisahkan, sebagai berikut: “Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.” Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

SDM yang unggul merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila (Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana StrategisKemendikbud). 1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia a. Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan YME. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehiaduan sehari-hari. Elemen kuncinya yaitu ; b. akhlak beragama; c. akhlak pribadi; d. akhlak kepada manusia; e. akhlak kepada alam; f. akhlak bernegara. 2. Berkebinekaan global Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Dengan elemen kunci ; a. mengenal dan menghargai budaya, b. kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman c. kebinekaan. 3. Bergotong royong Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Indicator kunci kolaborasi, kepedulian, dan berbagi. Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

4. Mandiri Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya, indikatornya kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri. 5. Bernalar kritis Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya indikatornya memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil keputusan 6. Kreatif Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Indikatornya menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal. B. Landasan Yuridis Karakter Pelajar Pancasila Pemerintah sangat berkepentingan dan memiliki perhatian yang sangat serius untuk membekali generasi Indonesia menghadapi berbagai perubahan dinamis masa depan tersebut. Perhatian tersebut dirumuskan melalui pembangunan karakter sebagai “fondasi dan ruh utama” penyelenggaraan pendidikan di seluruh tingkat dan jenjang pendidikan. Mengapa pendidikan karakter sangat diperlukan untuk membekali anak-anak kita di masa depan? Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

Hal tersebut sesuai dengan berbagai kebijakan nasional, yaitu: 1. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 2. Pasal 3: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 3. Agenda Nawacita 8: “Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air”. 4. Trisakti: “Berdaulat di Bidang Politik, Berdikari dalam Bidang Ekonomi, Berkepribadian dalam Kebudayaan”. 5. Permendikbud Nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti 6. Arahan Khusus Presiden kepada Mendikbud untuk memperkuat pendidikan karakter, melalui Perpres Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. 7. Permendikbud Nomor 20 tahun 2018 tentang Penguatan pendidikan karakter pada satuan pendidikan formal 8. Permendikbud Nomor 22 tahun 2020 tentang rencana strategis Kementerian Pendidikan Nasional (Memuat Karakter Profil Pelajar Pancasila). Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

C. Konsep karakter Karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual mengenai keadaan moral seseorang. Secara umum 'karakter' dapat diartikan sebagai suatu kualitas moral dan perilaku pribadi seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain (Homiak, 2007).Kevin Ryan dan Karen Bohlin (2000) memandang karakter sebagai kebiasaan atau kecenderungan seseorang ketika memberi respon perilaku terhadap keinginan, tantangan, dan kesempatan yang dihadapi. Hal yang sama juga diungkapkan Jack Corley dan Thomas Phillip dalam Samami (2017) yang menyatakan bahwa karakter sebagai sikap, kebiasaan, dan seseorang yang memungkinkan dan memudahkan tindakan moral. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bersikap maupun bertindak. Thomas Lickona (2005) menyatakan bahwa karakter yang baik terbentuk dari pengetahuan tentang kebaikan, keinginan terhadap kebaikan, dan berbuat kebaikan. Untuk membangun karakter yang baik, diperlukan pembiasaan dalam pemikiran, pembiasaan dalam hati, dan pembiasaan dalam tindakan. Proses pembiasaan ini dapat dilakukan sejak masa anak-anak hingga dewasa. Mengacu pada berbagai pengertian karakter di atas, karakter dapat dimaknai sebagai kecenderuangan respon seseorang baik berupa sikap maupun perilaku terhadap suatu kondisi yang dihadapi dan berkaitan dengan kualitas moral seseorang serta dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk membangun karakter yang baik diperlukan pembiasaan sejak masa anak-anak hingga dewasa dalam pemikiran, hati, dan perilaku. Karakter merupakan ciri, gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan (Doni Koesoema,2007). Perkembangan karakter dapat dilihat dari perilaku peserta didik yang diungkapkan dalam bentuk cara berpikir, ucapan, dan perbuatan. Dalam cara berpikir Cara berpikir peserta didik dapat dilihat ketika berbicara dalam Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

komunikasi biasa, dalam menjawab atau menulis jawaban atas suatu pertanyaan. Dalam bentuk ucapan Setiap saat ketika peserta didik menggunakan kata-kata dan kalimat (lisan atau tulisan) yang mencerminkan aspek atau sikap tertentu. Dalam bentuk perbuatan terlihat pada mimik ketika berbicara, dalam gerakan ketika melakukan sesuatu, dan dalam tindakan ketika berkomunikasi atau bekerja sama dengan teman, pendidik, pegawai administrasi dan orang lain yang ada di sekolah. Karakter yang disurvei dalam hal ini dimaknai sebagai kecenderuangan respon seseorang baik berupa sikap maupun perilaku terhadap suatu kondisi yang dihadapi dan berkaitan dengan kualitas moral peserta didik. Perkembangan karakter tersebut diawali dengan keyakinan (belief) yang menjadi landasan untuk berkembangnya kesadaran (awareness), yang selanjutnya kesadaran ini membangun sikap (attitude) atau pandangan hidup, dan tindakan/perbuatan (action). Hasil dari tindakan tersebut kembali akan mempengaruhi keyakinan orang tersebut, yang selanjutkan akan Kembali mengembangkan kesadaran, sikap, dan perilakunya. Perkembangan ini terus berulang dan berkembang, seperti spiral. Memahami bahwa karakter Pancasila berkembang seperti spiral, maka pendidikan memiliki peran penting dalam menguatkan dan mengembangkan karakter yang sama, misalnya menjadi pelajar yang mandiri, secara konsisten sejak dini terus hingga anak memasuki usia dewasa. Hal ini juga selaras dengan fungsi pendidikan yang dinyatakan dalam UU Sisdiknas Pasal 3, bahwa pendidikan nasional memiliki fungsi untuk “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak”, atau kompetensi dan karakter. D. Kaitan Penguaatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan Karakter Pelajar Pancasila Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional, seperti tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. Pemerintah juga mengintensifkan peran sekolah dalam pembangunan karakter dengan Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

menerbitkan Perpres No. 87 Tahun 2017, tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Penguatan Pendidikan Karakter merupakan gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Program PPK didasari oleh filosofi pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara, yang berkaitan dengan olahhati (etik), olah pikir (literasi), olah rasa (estetik), dan olahraga (kinestetik). Olah hati meliputi kerohanian mendalam; olah pikir meliputi keunggulan akademis sebagai hasil pembelajaran dan pembelajar sepanjang hayat; olah rasa meliputi integritas moral, rasa berkesenian, dan berkebudayaan; dan olahraga meliputi sehat dan mampu berpartisipasi aktif sebagai warga negara. Penguatan Pendidikan Karakter dilaksanakan dengan menerapkan nilai- nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungiawab. Delapan belas nilai tersebut dapat dikristalisasi menjadi lima nilai utama karakter yaitu: (1) religius, (2) nasionalis, (3) mandiri, (4) integritas, dan (5) gotong royong. Karakter Profil Pelajar Pancasila tertuang dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020 tentang Renstra Kemendikbud 2020 – 2024, sebagai penggambaran sumber daya manusia yang unggul yang merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Profil Pelajar Pancasila, merupakan jawaban dari pertanyaan penting: “karakter serta kemampuan esensial apa yang perlu dipelajari dan dikembangkan terus-menerus oleh setiap individu warga negara Indonesia, sejak pendidikan anak usia dini hingga mereka menamatkan sekolah menengah atas. Profil Pelajar Pancasila merupakan cita-cita, tujuan besar pendidikan, dan komitmen penyelenggara pendidikan dalam membangun sumber daya manusia Indonesia. Profil lulusan adalah representasi karakter serta kompetensi yang diharapkan terbangun utuh dalam diri setiap pelajar Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

Profil Pelajar Pancasila merupakan luaran pendidikan (student outcomes) yang menjadi arah tujuan dari segala upaya peningkatan kualitas pendidikan nasional dengan merujuk kepada karakter mulia bangsa Indonesia dan tantangan pendidikan abad 21. Profil Pelajar Pancasila memiliki enam dimensi utama yaitu: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) Mandiri, 3) Bernalar Kritis, 4) Kreatif, 5) Bergotong-royong, dan 6) Berkebinekaan global. Enam dimensi tersebut kemudian dirangkum dalam satu rangkaian profil yang tidak terpisahkan, sebagai berikut: “Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.” Karakter dan kemampuan ini adalah perwujudan dari nilai-nilai Pancasila. Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

E. Strategi implementasi penguatan karakter Pelajar Pancasila. Pendidikan karakter merupakan proses pembiasaan yang membutuhkan waktu lama, berkesinambungan, terpadu, dan komprehensif di dalam kelas dan kegiatan ekstrakurikuler (Kirschenbaum, 1995:8). Oleh karena itu, pendidikan karakter seharusnya memadukan unsur hidden curriculum dengan academic curriculum. Hidden curriculum meliputi keteladanan pendidik, hubungan peserta didik dengan pendidik/staf sekolah/peserta didik lain, hubungan pendidik dengan staf sekolah, keberagaman peserta didik, proses pembelajaran, penilaian pembelajaran, pengelolaan lingkungan sekolah, dan kebijakan disiplin. Sementara itu, academic curriculum meliputi berbagai mata pelajaran dan program-program ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Prinsip dalam pelaksanaan PPK adalah: a) berorientasi pada berkembangnya potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu, b) keteladanan dalam penerapan pendidikan karakter pada masing-masing lingkungan pendidikan; dan c). berlangsung melalui pembiasaan dan sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari. Upaya pembentukan karakter yang sesuai dengan budaya bangsa dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar dan melalui pembiasaan (habituasi) dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Pendidikan karakter difokuskan pada lima nilai utama karakter yang merupakan kristalisasi dari nilai- nilai karakter. Karakter yang terbentuk pada peserta didik diharapkan dapat menumbuhkan semangat belajar dan mengoptimalkan potensi dirinya, mencintai bangsanya, dan mampu menjawab tantangan zaman di era global ini. Sekolah memiliki peranan penting dalam pengembangan pendidikan karakter karena sekolah merupakan pusat pembudayaan yang strategis dalam pembentukan karakter positif peserta didik. Untuk mendukung proses pendidikan karakter, pendidik dan warga sekolah memberikan contoh konkret dan keteladanan nilai-nilai dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas dalam lingkungan sekolah, melalui proses pembelajaran dan diskusi, pengamatan perilaku model, dan praktik-praktik pemecahan masalah yang menyertakan serta mempertimbangkan nilai-nilai Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

tersebut. Gerakan PPK dilaksanakan dengan 3 (tiga) basis utama, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat/ komunitas (Albertus, 2015). 1. PPK Berbasis Kelas a. Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran b. Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi Pengajaran. c. Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah. 2. PPK Berbasis Budaya Sekolah a. Menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian Sekolah b. Menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan pendidikan. c. Melibatkan seluruh ekosistem pendidikan di sekolah. d. Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap potensi siswa melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. e. Memberdayakan manajemen dan tata kelola sekolah. f. Mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah. 3. PPK Berbasis Masyarakat a. Memperkuat peranan Komite Sekolah dan orang tua sebagai pemangku kepentingan utama pendidikan. b. Melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumber pembelajaran seperti keberadaan dan dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri. c. Mensinergikan implementasi PPK dengan berbagai program yang ada dalam lingkup akademisi, pegiat pendidikan, dan LSM. d. Mensinkronkan program dan kegiatan melalui kerja sama dengan pemerintah daerah, kementerian dan lembaga pemerintahan, dan masyarakat pada umumnya. Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

Mengapa dinamakan Profil Pelajar Pancasila? Penamaan Profil Pelajar Pancasila bertujuan untuk menguatkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam diri setiap individu pelajar. Pancasila adalah satu kata yang paling sesuai untuk merangkum seluruh karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk dimiliki setiap pelajar Indonesia. Sebagai acuan, Profil Pelajar Pancasila dimaksudkan untuk penguatan karakter bangsa, menyiapkan generasi masa depan yang unggul dan mampu menjawab tantangan masa kini dan masa yang akan datang. Selain itu profil pelajar Pancasila adalah penentu arah perubahan dan petunjuk bagi segenap pamangku kepentingan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. Profil Pelajar Pancasila kemudian dirumuskan menjadi: “Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.” Pernyataan ini memuat tiga kata kunci: pelajar sepanjang hayat, kompetensi global, dan pengamalan nilai-nilai Pancasila. Bagaimana Profil Pelajar Pancasila diterapkan di sekolah ? Penerapan Profil Pelajar Pancasila di sekolah. Profil Pelajar Pancasila adalah karakter dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu pelajar melalui budaya sekolah, pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Latar Belakang projek penguatan Profil Pelajar Pancasila ; 1) Penting bagi siswa belajar lintas matapelajaran berbasis projek. Namun demikian, pembelajaran berbasis projek saat ini belum menjadi kebiasaan di kebanyakan sekolah di Indonesia, sehingga perlu dukungan kebijakan pusat. 2) Projek penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah terjemahan dari pengurangan beban belajar di kelas (intrakurikuler) agar siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk belajar di setting yang berbeda (less formal, less structured, more interactive, engaged in community) 3) Beban kerja guru perlu dipertahankan (tidak dikurangi) sehingga alokasi waktu 1 mata pelajaran “terbagi” 2, intrakurikuler dan kokurikuler (projek penguatan PPP) Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

Semua mapel wajib di SD dan SMP serta mapel fondasi di SMA terdiri dari dua kegiatan utama Kegiatan yaitu pembelajaran regular (intrakurikuler) ditambah Projek Profil Pelajar Pancasila (ko-kurikuler). Projek Profil Pelajar Pancasila adalah unitpembelajaran terintegrasi, bukan tematik. Unit Pembelajaran Integrasi (seperti jus) Pengetahuan dan keterampilan (kompetensi) yang dipelajari dari setiap mata pelajaran berpadu dan melebur, tidak dipisahkan lagi mana yang merupakan bagian dari mapel Agama, PPKn, Bahasa Indonesia, dsb. Apa saja yang perlu disiapkan untuk dapat menerapkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila? 1. Guru a. Pengelolaan jam pelajaran dan kolaborasi guru b. Pengaturan agar alokasi jam mengajar guru tetap sama 2. Pengelolaan waktu dan kegiatan a. Menyiapkan sistem dari perencanaan hingga penilaian b. Sistem pendokumentasian projek untuk dapat digunakan sebagai portofolio c. Kolaborasi dengan narasumber pengaya projek: masyarakat, komunitas, universitas, praktisi. 3. Waktu dan Durasi Pelaksanaan a. Menentukan durasi pelaksanaan untuk setiap tema projek yang dipilih dapat disesuaikan dengan pembahasan tema. b. Durasi dapat dipilih antara dua minggu sampai 3 bulan, tergantung tujuan dan kedalaman eksplorasi tema. Jika sekolah bertujuan untuk memberikan dampak sampai pada lingkungan di luar sekolah maka bisa jadi durasi pelaksanaan projek membutuhkan waktu yang lebih lama. c. Sekolah diharapkan dapat mengatur jadwal belajar yang membuka ruang untuk kolaborasi mengajar antar guru dari mata pelajaran yang berbeda. E. Penilaian Karakter Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

Pada hakikatnya pendidikan karakter bertujuan menanamkan nilai-nilai dan mengembangkan sikap dan perilaku yang baik untuk membentuk karakter peserta didik di sekolah. Dalam pelaksanaannya melibatkan seluruh warga sekolah dengan dukungan keluarga peserta didik untuk penerapan di luar sekolah. Oleh karena itu, tujuan penilaian karakter yang utama bukan untuk memberi nilai terhadap karakter peserta didik, tetapi untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan karakter peserta didik sehingga usaha untuk pengembangan atau penguatan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan tepat . Perkembangan karakter dapat dilihat dari perilaku peserta didik yang diungkapkan dalam bentuk ucapan, cara berpikir, dan perbuatan. 1. Dalam bentuk ucapan Setiap saat ketika peserta didik menggunakan kata-kata dan kalimat (lisan atau tulisan) yang mencerminkan aspek atau sikap tertentu. 2. Dalam cara berpikir Cara berpikir peserta didik dapat dilihat ketika berbicara dalam komunikasi biasa, dalam menjawab atau menulis jawaban atas suatu pertanyaan. 3. Dalam bentuk perbuatan Bentuk perbuatan terlihat pada mimik ketika berbicara, dalam gerakan ketika melakukan sesuatu, dan dalam tindakan ketika berkomunikasi atau bekerja sama dengan teman, pendidik, pegawai administrasi dan orang lain yang ada di sekolah. Sejalan dengan hal tersebut karakter peserta didik dapat dinilai dari ucapan, ekspresi, dan tindakan yang dilakukan peserta didik ketika proses pembelajaran di kelas dan kegiatan lain di sekolah. Pendidik perlu langsung memberikan respon terhadap perilaku menonjol peserta didik: koreksi untuk perilaku peserta didik yang tidak pantas perlu disampaikan kepada peserta didik secara individual; penghargaan atau pujian perlu diberikan untuk perilaku yang baik atau prestasi yang dicapai peserta didik. Pendidik atau wali kelas hendaknya mempunyai catatan tiap peserta didik sebagai rekaman perkembangan peserta didik. Catatan tersebut berupa informasi perilaku yang tampak/menonjol dari peserta didik, baik yang positif maupun yang Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

negatif. Informasi tersebut dapat berasal dari hasil observasi guru, laporan pendidik lain, pegawai sekolah atau peserta didik lain. Pendidik dapat mengkaji dan melihat perkembangan perilaku peserta didik sehingga usaha untuk membina atau mengarahkan peserta didik sesuai dengan kondisi masing-masing dapat dilakukan. Peserta didik yang menonjol pada suatu aspek dapat diarahkan atau diberi kepercayaan untuk suatu tugas atau mengikuti suatu kegiatan yang sesuai. Peserta didik yang belum menunjukkan perilaku yang diharapkan dapat diberi pembinaan yang sesuai. Rubrik penilaian menggambarkan empat tahapan, yaitu : 1. Memerlukan Bimbingan à MB, 2. Mulai Berkembang à MBK, 3. Berkembang à B, dan 4. Membudaya à M). Tahapan yang menjadi tujuan adalah Membudaya, yang menunjukkan kematangan untuk suatu karakter. Peserta didik yang belum mencapai tahap Membudaya, perlu mendapat perhatian dan perlakuan untuk pembinaan agar mencapai tahapan tersebut. Prinsip penilaian karakter sebagai berikut: 1. Terintegrasi dengan aktivitas belajar peserta didik sehari-hari dalam pembelajaran, baik di kelas maupun di lingkungan sekolah. 2. Dilakukan untuk keberhasilan proses pembelajaran, penilaian sebagai dan untuk pembelajaran (Assessment as learning and for learning). 3. Multidata, menggunakan banyak cara untuk mendeskripsikan karakter peserta didik serta berbagai sumber informasi, baik primer maupun sekunder. 4. Lintas mata pelajaran, memandang karakter peserta didik sebagai satu kesatuan utuh sebagai pengalaman belajar lintas mata pelajaran. 5. Edukatif, memiliki fungsi mendidik, membina, mengembangkan karakter positif peserta didik, dan tidak bersifat menghukum. 6. Bersistem, terpadu dengan program sekolah, melibatkan semua unsur satuan Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

pendidikan, yaitu tenaga pendukung (satpam, petugas kebersihan, dll) pendidik, peserta didik, kepala sekolah, dan orang tua. 7. Berkesinambungan, merupakan hasil belajar yang terus dikembangkan Untuk dapat melakukan penilaian perlu ditentukan karakter apa yang akan dibangun dan aspek/nilai apa yang sesuai untuk mewakili karakter tersebut. Sekolah dapat menetapkan karakter yang menjadi fokus pengembangan atau penguatan karakter di sekolah. Karakter yang dipilih ini menjadi misi sekolah pada periode waktu tertentu. Karakter yang dipilih kemudian dijadikan program pendidikan karakter yang terpadu. Untuk menilai tahapan perkembangan peserta didik, perlu adanya penentuan indikator perilaku dan kategori capaian. Contoh Analisis Pemetaan Nilai Karakter dan indicator perilaku No Dimensi Profil Sub Nilai Pelajar Karakter Indikator Indikator Soal Pertanyaan/Pernyataan Pancasila Pancasila Perilaku Disajikan Agus merupakan siswa kelas VIII sebuah cerita, SMP Merah Putih. Sudah tiga hari 1 Beriman, Cinta damai Kekerabatan di siswa dapat berlangsung, Agus tidak masuk kelas penuh menunjukkan sekolah tanpa keterangan. selaku bertakwa kasih sayang sikap yang ketua kelas Budi melaporkan kepada Tuhan tepat untuk kepada wali kelasnya dan mencari YME, dan menciptakan informasi ke rumah Agus secara berakhlak mulia suasana langsung. Ternyata rumah Agus kekeluargaan mengalami kebakaran yang menghabiskan seluruh isi rumah termasuk peralatan sekolahnya. Mengetahui hal tersebut, Apa yang harus dilakukan Budi? A. Melaporkan kondisi Agus kepada pengurus OSIS B. Melaporkan kondisi Agus kepada wali kelas C. Mengumpulkan bantuan dari teman satu kelas D. Melakukan musyawarah untuk mengatasi kondisi Agus Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

2 Berkebhinekaan Demokratis Mengambil Disajikan Perhatikan ilustrasi di bawah ini global suatu sebuah dengan seksama ! kesimpulan atas ilustrasi “Dalam suatu rapat, setiap peserta berbagai musyawarah, rapat pasti memiliki pemikiran yang pendapat siswa dapat berbeda beda dan oleh pimpinan dalam suatu membuat rapat, setiap peserta rapat diberi musyawarah kesimpulan kesempatan untuk menyampaikan yang tepat pendapatnya. Pendapat peserta atas ilustrasi rapat pada dasarnya memiliki tersebut. informasi yang bermuara/bertujuan satu/sama“ Apa tindakan yang tepat atas ilustrasi tersebut? A. Membuat kesimpulan atas pendapat yang bermacam- macam. B. Memberikan kesempatan kepada peserta rapat untuk berpendapat. C. Menghargai pendapat yang berbeda-beda dari peserta rapat. D. Menerima seluruh pendapat peserta rapat dengan penuh tanggung jawab; 3 Bergotong Peduli Peduli terhadap Disajikan Anton adalah teman sebangku Rudi. royong sosial lingkungan ilustrasi, Anton sering diejek teman-teman sosial peserta didik sekolahnya karena badannya kecil dapat dan kulitnya hitam. Teman- menunjukkan temannya sering memanggil dengan sikap peduli panggilan “Si Hitam”. Rudi merasa terhadap kasihan pada Anton, Namun ia takut teman. untuk membela Anton, kawatir diajuhi teman-temannya yang lain. Apa yang seharusnya dilakukan Rudi? A. Tetap berteman dengan Anton namun tidak perlu membelanya B. Berusaha membela Anton meskipun ia kemungkinan akan dijauhi teman lain C. Menyampaikan kepada guru tentang apa yang dialami Anton. D. Meminta kepada teman- temannya untuk tidak mengejek Anton. 4 Mandiri Disiplin Disiplin Disajikan Intan adalah siswa SMP yang dikenal ilustrasi, rajin di sekolahnya. Jarak rumah peserta didik degan sekolahnya cukup jauh tapi dapat Intan terbiasa berjalan kaki menentukan berangkat ke sekolah. Suatu hari, Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

sikap yang karena harus menyelesaikan tugas menujukkan pekerjaan rumahnya, Intan tidur kedisiplinan terlalu malam. Akibatnya Intan dalam bangun kesiangan. Intan pun melakukan menjadi cemas, kalau berangkat sesuatu. seperti biasanya dengan jalan kaki pasti terlambat. Kebetulan di rumahnya ada sepeda motor. Walaupun masih SMP, Intan sudah bisa mengendarai sepeda motor. Apa yang harus dilakukan Intan? A. Meminta ibunya untuk mengantarkan ke sekolah agar tidak terlambat. B. Meminta izin kepada ibunya untuk membawa sepeda motor ke sekolah. C. Tetap berangkat dengan berjalan kaki, dan menyampaikan alasan mengapa terlambat. D. Berangkat ke sekolah dengan berlari supaya tidak terlambat.. 5 Bernalar Kritis Gemar Saling Tukar Disajikan SMP Perintis merupakan salah satu Membaca Bacaan ilustrasi SMP di daerah tertinggal. Akses ke tentang Murni kota jauh, jaringan internet belum yang ada dan sarana prasarana sekolah kekurangan masih sangat kurang, termasuk sumber sarana perpustakaan. Di sisi lain bacaan, peserta didik sangat bersemangat, peserta didik rajin dan aktif membaca. Mereka dapat sangat haus akan sumber bacaan. menunjukkan Murni salah satu siswa di SMP sikap gemar tersebut. membaca Apakah yang akan dilakukan Murni dengan untuk memenuhi sumber bacaan? bertukar A. Membaca buku yang dipinjam bacaan dari perpustakaan. B. Mengusulkan pemasangan jaringan internet. C. Saling bertukar buku bacaan yang ada. D. Menunggu buku bacaan dari perpustakaan keliling. 6 Kreatif Komunikatif Berkata dan Disajikan Galih dan Heru adalah siswa kelas IX bertindak ilustrasi Heru SMP Permata. Mereka berteman secara benar yang sejak kelas VII, mereka juga mencontek bertetangga sehingga hampir setiap Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

pekerjaan berangkat dan pulang sekolah selalu Galih dalam bersama. Kebetulan nomor absen PAS, peserta mereka adalah berurutan, sehingga didik dapat pada saat kegiatan Penilaian Akhir menunjukkan Semeter (PAS) mereka duduk sikap dalam berdekatan. Pada suatu saat, ketika berkata dan mengerjakan PAS Heru berusaha bertindak mencontek pekerjaan Galih dengan secara benar cara meminta lembar jawab Galih. Perbuatan tersebut ketahuan pengawas ruang dan keduanya dipanggil ke ruang pengawas. Kemudian pengawas meminta klarifikasi atas kejadian tersebut. Bagaimanakah sikap Heru yang baik? A. Heru minta maaf kepada pengawas atas kejadian tersebut. B. Heru minta maaf kepada Galih atas kejadian tersebut. C. Heru berkata jujur dan minta maaf kepada pengawas atas kejadian tersebut. D. Heru berkata jujur dan minta maaf kepada Galih atas kejadian tersebut. Teknik penilaian karakter Penilaian karakter dapat menggunakan berbagai teknik, yaitu ; dengan observasi, penilaian diri, penilaian antar peserta didik, serta jurnal. Instrument penilaian karakter menyesuaikan dengan teknik dan dimensi karakter yang akan dinilai. Skala penilaian karakter lazimnya berupa kumpulan pernyataan-pernyataan positif (favorable) dan negatif (unfavorable) tentang suatu objek karakter. Respon individu terhadap skala penilaian yang dibuat menunjukkan arah dan intensitas karakternya. Terdapat beberapa model skala pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur karakter (Arikunto 2009: 180 - 181), yaitu: Skala Likert, Skala Thurstone, Skala Guttman, dan , Skala Beda Semantik, dan Skala pilihan ganda. Skala Likert, merupakan skala penilaian dengan pernyataan positif dan negative dengan beberapa opsi jawaban dari tingkat yang sangat setuju (strongly Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

agree) sampai tidak sangat setuju (strongly disagree). Skala ini digunakan sebagai penskalaan respon kesesuaian karakteristik individu pada pernyataan. Skala Thurstone, hampir serupa dengan skala Likert. Perbedaanya terletak pada opsi jawaban yang berupa interval dalam suatu rentangan mulai dari yang sangat disukai sampai pada yang tidak disukai. Opsi interval jawaban biasanya dalam jumlah banyak. Contoh : Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan sangat relevan. Contoh : Nilai : Kerjasama (Berpartisipasi dalam kegiatan kelompok untuk menyelesaikan sebuah tugas dengan cara yang efektif dan harmonis) Indikator Perilaku : Menjalin kerjasama dengan teman-teman dalam tugas kelompok. Pernyataan : Tugas kelompok sebaiknya dikerjakan dengan cara menjalin kerjasama dengan teman dalam kelompok. Skala : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Skala Guttman, Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu ya atau tidak, Setuju atau tidak setuju, benar atau salah, pernah atau tidak, positf atau negatif, dan lain-lain (pertentangan). Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Contoh : Karakter : Nasionalis Nilai : Cinta Tanah Air (Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa) Indikator Sikap/Perilaku : Bergaya hidup sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Pernyataan : Saya mengajak teman untuk bergaya hidup sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

a. Ya b. Tidak Skala beda semantic, meletakkan suatu rentangan diantara dua kata atau ide yang berlawanan (bipolar). Dua kata yang saling berlawanan dipisahkan oleh beberapa sel untuk diisi subjek sesuai dengan perasaannya. Semakin dekat sel dengan kata tersebut menunjukkan subjek cenderung setuju pada kata tersebut. Contoh : Penggunaan skala Semantik Diferensial mengenai kegiatan kerja bakti di lingkungan tempat tinggal. Mengikuti kerja bakti di lingkungan tempat tinggal. Penting 76 54321 Tidak penting Skala pilihan ganda, berbentuk seperti soal pilihan ganda yang terdiri dari sejumlah pertanyaan dan sejumlah alternatif jawaban. Pilihan jawaban menunjukan grade tahapan perkembangan moral yang disusun secara acak, sehingga terjadi persebaran kualitas karakter dilihat dari moral reasoning yang terdapat pada pilihan jawaban. Contoh : Hanifah dan Alisa adalah teman satu sekolah di sebuah SMP di Ungaran. Keduanya juga teman satu pondokan di kota tersebut. Karena situasi pandemi covid 19, merekapun sudah 1 tahun lamanya tidak bersemuka, karena mengikuti pembelajaran jarak jauh dari tempat tinggal masing-masing. Alisa yang sudah 5 bulan mengikuti orang tuanya di Jakarta, menyatakan kerinduannya kepada Hanifah sahabatnya, dan iapun mengungkapkan maksudnya untuk berkunjung dan berlibur beberapa hari ke rumahnya. Sementara orang tua Hanifah mengungkapkan kekhawatirannya karena masih di stituasi pandemic covid. Apa yang sebaiknya Hanifah katakan kepada Alisa ? A. Menolak keinginan Alisa untuk berkunjung ke rumahnya, karena takut dimarahi oleh ayahnya B. Menerima keinginan Alisa untuk berkunjung ke rumahnya, dengan harapan jika suatu saat Hanifah ke Jakarta diijinkan untuk singgah di rumah Alisa Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

C. Dengan terpaksa menerima keinginan Alisa berkunjung ke rumahnya, karena khawatir jika menolak Alisa akan menganggap bahwa Hanifah bukan teman yang baik D. Menerima keinginan Alisa untuk berkunjung ke rumahnya, tetapi menyarankan agar ia rapid tes terlebih dahulu demi kenyamanan bersama Salah satu cara menilai karakter dapat dilakukan dengan survey. Survei karakter bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan karakter peserta didik agar usaha untuk pengembangan atau penguatan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan tepat (bukan untuk memberi nilai terhadap karakter peserta didik). Survei Karakter mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter murid sebagai hasil belajar emosional yang mengacu pada Profil Pelajar Pancasila dimana pelajar Indonesia memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Sebuah survey, tentu akan menggunakan instrument. Terlepas dari apa pun bentuk instrument yang kemungkinan akan digunakan, yang terpenting adalah pemahaman bahwa respon peserta didik terhadap fenomena atau situasi yang dihadapkan, menunjukan kualitas moral anak yang sejatinya bukan tentang benar dan salah, namun tentang standar nilai yang diyakini baik. Dalam hal ini, untuk menyatakan respon dalam bentuk pemikiran, perkataan/ucapan, dan tindakan seperti tuntutan instrument maka moral reasoning (Kohlberg dalam Glover, 1997), mendefinisikan penalaran moral sebagai penilaian nilai, penilaian sosial, dan juga penilaian terhadap kewajiban yang mengikat individu dalam melakukan suatu tindakan. Penalaran moral dapat dijadikan prediktor terhadap dilakukannya tindakan tertentu pada situasi yang melibatkan moral. Menurut Kohlberg (1981) penalaran moral adalah suatau pemikiran tentang masalah moral. Pemikiran itu merupakan prinsip yang dipakai dalam menilai dan melakukan suatu tindakan dalam situasi moral. Penalaran moral dipandang sebagai suatu struktur bukan isi. Jika penalaran moral dilihat sebagai isi, maka sesuatu dikatakan baik atau buruk akan sangat tergantung pada lingkungan sosial budaya tertentu, sehingga sifatnya akan sangat Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

relatif. Tetapi jika penalaran moral dilihat sebagai struktur, maka apa yang baik dan buruk terkait dengan prinsip filosofis moralitas, sehingga penalaran moral bersifat universal. Penalaran moral adalah konsep dasar yang dimiliki individu untuk menganalisa masalah sosial-moral dan menilai terlebih dahulu tindakan apa yang akan dilakukan atau yg tidak dilakukan. Penalaran moral inilah yang menjadi indikator dari tingkatan atau tahap kematangan moral. Dalam perkembangannya Kohlberg juga menyatakan adanya tahapan- tahapan yang berlangsung sama pada setiap kebudayaan. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang dari segi proses penalaran yang mendasarinya. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam stadium perkembangan dengan tiga tahapan yang teridentifikasi. Tahapan perkembangan moral menurut Kohlberg yaitu : 1) Tahap Punishment And Obedience Orientation. Secara umum anak menganggap bahwa konsekuensi yang ditimbulkan dari suatu tindakan sangat menentukan baik-buruknya suatu tindakan yang dilakukan, tanpa melihat sisi manusianya, 2) Tahap Instrumental-Relativist Orientation Atau Hedonistic Orientation. Tindakan dikatakan BAIK apabila mampu memenuhi kebutuhan untuk diri sendiri maupun orang lain, tidak merugikan. Hubungan antar manusia digambarkan sebagaimana hubungan timbal balik dan sikap terus terang yang menempati kedudukan yang cukup penting. 3) Tahap Interpersonal Concordance atau Good-Boy/Good-Girl Orientation, pandangan anak pada tahap ini, tindakan yang bermoral adalah tindakan yang menyenangkan, membantu, atau tindakan yang diakui dan diterima oleh orang lain. Jadi, setiap anak akan berusaha untuk dapat menyenangkan orang lain untuk dapat dianggap bermoral. 4) Tahap Law and Order Orientation. Pada tahap ini, pandangan anak selalu mengarah pada otoritas, pemenuhan aturan-aturan, dan juga upaya untuk memelihara tertib sosial. Tindakan bermoral dianggap sebagai tindakan yang mengarah pada pemenuhan kewajiban, penghormatan terhadap suatu otoritas, dan pemeliharaan tertib sosial yang diakui sebagai satu-satunya tertib sosial yang ada. 5) Tahap Social-Contract, Legalistic Orientation Pada tahap ini tindakan yang dianggap bermoral merupakan tindakan- Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

tindakan yang mampu merefleksikan hak-hak individu dan memenuhi ukuran-ukuran yang telah diuji secara kritis dan telah disepakati oleh masyarakat luas. Seseorang yang berada pada tahap ini menyadari perbedaan individu dan pendapat. Oleh karena itu, tahap ini dianggap tahap yang memungkinkan tercapainya musyawarah mufakat. Tahap ini sangat memungkinkan seseorang melihat baik dan tidak sebagai suatu hal yang berkaitan dengan nilai-nilai dan pendapat pribadi seseorang. Pada tahap ini, hukum atau aturan juga dapat dirubah jika dipandang hal tersebut lebih baik bagi masyarakat. 6) Tahap Orientation of Universal Ethical Principles . Pada tahap yang tertinggi ini, moral dipandang Baik, disamping adanya hukum atau aturan dari kelompok sosial atau masyarakat. Namun berkaitan dengan kesadaran manusia dengan dilandasi prinsip-prinsip etis, dari nurani. Prinsip-prinsip tersebut dianggap jauh lebih baik, lebih luas dan abstrak dan bisa mencakup prinsip-prinsip umum seperti keadilan, persamaan HAM, dan sebagain. Contoh Indikator Perilaku dan Kategori Tahapan Perkembangan Karakter untuk Kejujuran NILAI KEJUJURAN Perilaku dan ucapan dapat dipercaya/tidak Perilaku yang diamati berbohong/berpura-pura. Mengakui kesalahan. Kategori Indikator Bila melakukan kesalahan bersedia mengakui dengan Membudaya M sukarela (tanpa ditanya). Mengakui kesalahan dengan meminta dukungan dan Berkembang B perantaraan orang lain (teman atau orang tua). Mau mengakui kesalahan setelah ditanya oleh Mulai MBK pendidik. Berkembang MB Tidak mau mengakui kesalahan yang dlakukannya Memerlukan Bimbingan Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

. F. Rapor karakter Pelajar Pancasila. Hasil penilaian karakter dilaporkan kepada orang tua dengan tujuan memberi informasi perkembangan peserta didik untuk karakter yang menjadi fokus sekolah dan karakter atau capaian secara umum. Laporan dapat disusun dalam tabel yang memuat informasi mengenai karakter yang dibangun, perilaku yang diamati dan capaian peserta didik. Selain itu ditambahkan catatan yang memuat penjelasan atau elaborasi dari karakter yang dinilai dan keterangan mengenai capaian atau perkembangan khusus peserta didik di luar karakter yang menjadi fokus penilaian sekolah. Adanya pengakuan capaian atau prestasi peserta didik dapat meningkatkan kepercayaan diri peserta didikdan meningkatkan motivasi peserta didik untuk berprestasi lebih baik lagi.pelaporan hasil penilaian karakter juga disajikan berdasarkan empat tahapan capaian. Perubahan atau penyesuaian dapat dilakukan sesuai dengan kondisi atau kebutuhan sekolah. Laporan perkembangan karakter peserta didik tersebut tidak saja berguna untuk sekolah tetapi juga untuk orang tua agar mengetahui perkembangan karakter anak, sehingga usaha untuk mengembangkan atau menguatkan karakter lebih terarah dan intensif. Laporan perkembangan karakter merupakan catatan perilaku/karakter peserta didik di dalam dan atau di luar satuan pendidikan, berisi kelebihan dan atau keunikan peserta didik dan atau memotivasi peserta didik untuk penguatan karakter dan atau kompetensi. Laporan berisi nilai-nilai karakter berupa kelebihan dan keunikan peserta didik. Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

Sumber informasi untuk catatan karakter dapat diperoleh dari catatan (jurnal) guru dan atau dokumen portofolio (dokumen keikutsertaan, piagam, sertifikat kegiatan) peserta didik di dalam dan atau di luar satuan pendidikan. Laporan berbentuk narasi (maksimal 1 halaman) yang ditulis dalam kalimat positif. Pada bagian atas laporan, ditulis identitas peserta didik dan dapat dilengkapi dengan foto keunikan aktivitas peserta didik. Laporan perkembangan karakter disiapkan dan ditandatangani oleh wali kelas setiap akhir semester. Contoh Penulisan Rapor Karakter Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

BAB III REFLEKSI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI A. Refleksi Keterlaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter. Implementasi penguatan pendidikan karakter meliputi rangkaian kegiatan yang mencakup : 1) berbasis kelas, 2) berbasis budaya sekolah, dan 3) berbasis masyarakat. Keterlaksanaan berbagai strategi pembentukan karakter, sesuai dengan keberagaman dan tingkat kesenjangan setiap satuan pendidikan yaitu di perkotaan, sub-perkotaan, sampai daerah 3T dengan mempertimbangkan keterbatasan prasarana dan sarana sekolah, serta aksesibilitas ke sekolah (jalur lembah, hutan, sungai, dan laut), diupayakan lebih efektif dan tepat untuk mewujudkan terbentuknya Karakter Profil Pelajar Pancasila. Menyikapi kebijakan survey karakter, saat ini tepat kiranya untuk merefleksi, sebagai bahan untuk menyusun rencana aksi yang akan dilakukan oleh sekolah. 1) Penguatan Pendidikan Karakter yang diintegrasikan dalam pembelajaran, sudahkah sampai pada membangun moral reasoning ? 2) Budaya sekolah yang dilaksanakan dalam bentuk pembiasaan, rutin, terprogram, dan keteladanan, serta program terkait dilaksanakan berdasarkan pemetaan karakter yang merepresentasikan sikap-sikap Pelajar Pancasila ? 3) Berbagai program kemitraan baik dengan orang tua siswa, tokoh masyarakat, pemerintah daerah, pelaku seni/budayawan, organisasi profesi, praktisi/pegiat pendidikan, DUDI dsb., berkontribusi dan terpantau pada pembentukan karakter peserta didik ? 4) Dari setiap program penguatan Karakter, apakah telah dilakukan penilaian menggunakan teknik dan instrumen yang sesuai dan melibatkan semua pihak serta dilakukan analisis serta tindak lanjut untuk membangun Karakter ke tingkat karakter yang lebih baik ? Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

B. Rencana Aksi BAB IV PENUTUP Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

Pembangunan Karakter merupakan Kewajiban Bersama Terselenggaranya pembangunan karakter bangsa, meliputi seluruh warga sekolah dan semua unsur stake holder agar segenap sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan seluas-luasnya untuk kepentingan pendidikan karakter. Terwujudnya komitmen dan dukungan regulasi terkait dengan ; 1) Revitalisasi peran Kepala Sekolah sebagai Manager; 2) Revitalisasi kewajiban 8 jam guru di sekolah; 3) Implementasi Permendikbud No. 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah sebagai badan gotong royong dan partisipasi masyarakat; 4) Kegiatan pembelajaran jarak jauh ; 5) Penguatan dan perluasan kegiatan di sekolah dan luar sekolah (seni budaya, keagamaan, ekstra dan kokurikuler, literasi). 6) Memperhatikan Keberagaman dan Tingkat Kesenjangan Dan hasil survey yang akan dilaksanakan nanti, menuntut sekolah untuk merefleksi dan berupaya menerapkan teaching at the right level serta fokus membangun kompetensi serta karakter murid yang mencerminkan Profil Pelajar Pancasila. Karakter peserta didik perlu dikembangkan dan dikuatkan. Dalam pelaksanaannya perlu melibatkan seluruh warga sekolah dengan dukungan keluarga peserta didik untuk penerapan di luar sekolah. Tujuan penilaian karakter yang utama untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan karakter peserta didik dalam rangka pengembangan atau penguatan karakter peserta didik. Penilaian karakter bukan untuk memberi nilai atau melabel peserta didik. REFERENSI Sri Hartati_LPMP Jateng@2021

Albertus, Doni Koesoema. 2015. Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta: Kanisius. Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press. Effendy, Muhadjir. 2016. Arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam Pelatihan Pengembangan Kapasitas untuk Penguatan Pendidikan Karakter di Hotel Santika, Jakarta, 27 September 2016. (transkrip rekaman Kemdikbud). Ki Hadjar Dewantara. 1962. Bagian I Pendidikan. Jogjakarta: Majelis Luhur Taman Siswa. Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter Tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. 2016. Jakarta: Kemdikbud Sri Hartati_LPMP Jateng@2021


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook