seperti itu. “Dedek kenapa tidak pakai celana, nanti di gigit semut,” anak yang belum mengerti hanya terdiam dan memandang heran. Mungkin sudah banyak yang memberikan saran agar anak dipakaikan celana. Akhirnya sayapun penasaran dan mempertanyakan, “Kanapa tidak dipakaikan celana, Bu?” “Anak saya gemuk, kasihan jika dikasih celana.” Akan menimbulkan ruam‐ruam di kulitnya. Jawabannya tidak memuaskan menurut saya, sama halnya disaat bertanya mengapa anak dibiarkan bermain handphone dan menonton TV dalam rentang waktu yang lama. Ia menjawab bahwa itu sudah kebiasaan di usianya, nanti juga akan berubah saat semakin besar. Menurut saya sedikit terasa aneh. Kekhawatiran yang berlebihan akan ruam yang ditimbukan oleh celana membuat ibu membiarkan anaknya. Padahal apa yang difikirkan ibu salah. Karena menggunakan celana mengajarkan anak untuk memiliki rasa malu, membuat anak mengenal auratnya. bukan itu saja, jika anak buang air besar atau air kecil saat menggunakan celana pastilah menimbulkan ketidaknyamanan pada anak. Sehingga ia akan merengek meminta digantikan. Dengan begitu anak terbiasa untuk menyampaikan sesuatu. anak membangun komunikasi dengan orangtua setiap menemukan masalah atau kendala. Sampai usia 5 tahun lebih, anak yang tidak dipakaikan celana sepanjang waktu, hanya sesekali saja jika ada tamu atau ingin ke luar rumah. Si anak setiap kali buang air besar hanya di semabarangan tempat saja di rumahnya. Orang tua dan neneknya tidak pernah mengajarkan dan berusaha membuat anak terbiasa ke kamar mandi. Kondisi sepertu itu membuat orang tua makin mengisolasi diri. Orang tua tidak Lembaran Putih Para Jundullah | 43
pernah bersedia menerima membuat jamuan di rumah, meskipun ia mendapat giliran acara arisan desanya. Bunda, anak kita adalah mahluk yang cerdas mereka bukanlah bayi kecil yang tidak tau apa‐apa, maka ajarkanlah. Saya memiliki teman, panging saja Tiara. Ia adalah seorang karyawan sebuah kantor, ia memiliki seorang anak lelaki dan perempuan. Umur anak pertama dan kedua terpaut dua tahun. Boy 4 tahun dan cantika 2 tahun. Didalam rumah itu ada Tiara, suami, ibu mertua dan kedua anaknya. Tiara biasa meninggalkan anak pada ibu mertuanya saat ia dan suaminya pergi bekerja. Ia malas untuk mengajak anak‐anak berbicara lebih banyak menggunakan kata larangan ketimbang menjelaskan apalagi bercerita, miskin komunikasi. Televisi hidup hampir seharian, jika listrik mati maka anak akan marah dan menangis. Untuk mewaspadai kondisi itu, orangtuapun memberikan anaknya Handphone untuk bermain. Tidak banyak pembicaraan antara anak dan orang tua. Anak lebih sering berinteraksi dengan media visual. Anak‐anakpun hanya bermain di rumahnya saja, orangtua merasa kewalahan membawa anak bermain di luar rumah, karena anak akan berlari‐lari kian kemari, masuk kerumah tetangga, ia merasa kesulitan mendampingi. Anak‐anak hanya akan melihat anak lain bermain dari teralis pagar rumah mereka. Cukup memilukan jika melihat hal itu. Ingin rasanya membawa anak‐anak itu bermain keluar. Namun, kekhawatiran kita tidak menjadi keresahan bagi orang tuanya. Akhirnya lambat lain tampak keanehan dari si anak, anak tidak mampu berkomunikasi dengan baik, perkataannya tidak 44 | Wulan Sari
mudah untuk dimengerti. Hingga sekarang si anak sudah berusia 6 tahun, bila berkeinginan dan tidak dipenuhi, ia akan berteriak‐teriak seperti bayi kecil. Seolah tak banyak kondisi yang ia pahami. Di panggil namanya pun ia hanya sibuk bicara sendiri, atau bermain tanpa mampu berinteraksi dengan lingkungan. Ia berteriak dan mengucapkan celotehan yang masih belum begitu jelas. Tersenyum, bicara sendiri saat berdiri di pagar rumah sambil melihat suasana di luar. Sangat memprihatinkan. Padahal seharusnya umur 6 tahun sudah mampu berinteraksi dengan baik bersama teman temannya, ia sudah bisa bekerja sama dengan kelompok permaian. Bicaranya sudah jelas, mudah dimengerti. Mampu mengungkapkan keinginannya dengan baik, tanpa harus didahului dengan teriakan. Ia sudah mulai mampu mandiri, memilih baju yang akan digunakan, memakai sepatu dan membawa barang yang ia sukai. Akhirnya Tiara harus memasukkan anaknya dalam Pendidikan anak khusus, dimana sekolah memberikan bimbingan khusus untuk Boy. Ia mulai diajarkan menggunakan motorik dan melafalkan kata‐kata dengan benar. Gurunya berpesan supaya orang tua mengurangi anak berinteraksi dengan TV maupun HP, mengintenskan berkomunikasi dengan anak, setiap hari orang tua harus bercerita. Nasehat para tetangga dan orang‐orang sekitar yang selama ini dibaikan, akhirnya dilakukannya juga. Keterlambatan dan tidak mau melakukan nasehat orang lain membuat ia kehilangan masa berharga anak‐anaknya. Lembaran Putih Para Jundullah | 45
Banyak tahapan‐tahapan perkembangan anak yang terabaikan. Dimulai memperkenalkan anak dengan benda‐ benda yang ada di sekitarnya. Menceritakan kisah‐kisah, membacakan buku dan melakukan aktivitas bersama anak sembari menjelaskan adalah hal baik yang harus dilakukan. Belajar itu di mulai dengan memperkenalkan Sesutu. Sebagaimana Nabi Adam AS diperkenalkan tentang benda‐ benda yang ada di surga oleh Allah SWT. Sebagaimana yang terdapat dalam surah Al Baqarah ayat 33: Artinya: ”Dia Allah berfirman ‘wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama‐nama itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama‐ namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah akau katakana kepadamu, bahwa aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan.” Dari keilmuan nabi Adam as memberikan keutamaan beliau atas makhluk ciptaan lainnya. Manusia akan dijadikan sebagai khalifah di bumi, ilmu adalah keharusan yang mutlak dimiliki oleh manusia karena mereka adalah pemimpin di bumi. Dapatlah kita pahami bahwa mengajarkan adalah 46 | Wulan Sari
memberitahukan, menjelaskan maksud dan kegunaan akan sesuatu. Ada proses komunikasi yang di ajarkan oleh Allah pada Nabi Adam. Dimana setelah Allah memberitahukan, beliau diminta untuk memaparkannya di depan malaikat dan iblis. Pengetahuan nabi membuat malaikat kagum dan membenarkan keutamaan ilmu. Saat Allah memerintahkan malaikat dan iblis bersyujud untuk mengakui kemuliaan Nabi Adam, maka malaikatpun patuh namun iblis menolaknya. Dalam hati iblis tersembunyi, pembangkangan, ketidaksukaan dan menolak apa yang telah ia lihat. Kesombongan iblis akan pengetahuan dan kebaikan penciptaanya membuat ia tidak dapat menerima. Allah mempersiapkan hal itu karena Nabi Adam akan menjadi seorang khalifah penaggungjawab atas generasi berikutnya. Allah tidak mengajarkan hal itu pada malaikat begitu juga dengan iblis. Hal ini telah dipaparkan dalam hadis nabi : Artinya :”Dari ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan dari nabi shallallhu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda:” Lembaran Putih Para Jundullah | 47
Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang orang yang dipimpin. Seorang Amir (pemimpin Negara) adalah pemimpin dan ia akan ditanyakan tentang rakyatnya. Seorang lelaki/suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan di Tanya tentang mereka. Budak seseorang adalah pemimpin terhadap harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang orang yang dipimpinnya.” (HR. Al‐Bukhari no 5200, 7138 dan muslim no. 4701 dari Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhuma) Dari dua hadis diatas dapatlah kita pahami bahwa mengajarkan sesatu yang baru dimulai dengan memperkenalkan dan menjelaskan apa yang ada di sekitar. Orang tua bertanggungjawab membesarkan anak, memberikan tempat berteduh, makan, minum dan pendidikan. Namun kebanyak orang tua hanya mengkhawatirkan makanan saja, tanpa memperhatikan bagaimana pendidikan akhlak dan perkembangan jiwa anak. Kita sangat berusaha memilihkan menu yang sehat, namun kita lalai menanamkan nilai ibadah, kita berupaya agar anak hidup bersih namun tidak untuk nilai kedisiplinan, kita mempersiapkan anak juara tapi tidak mempersiapkan anak mandiri dan bertanggungjawab. Kecenderungan perhatian orang tua hanya masalah kesehatan dan kepintaran saja. Tanpa memberikan pendidikan agamanya. Pendidikan agama 48 | Wulan Sari
merukan kewajiban yang harus diberikan dan menjadi hak setiap anak. Hal yang pertama yang harus kita ajarkan kepada anak adalah bagaimana menanamkan keimanan yang kuat dalam hati. Anak sedari kecil dikenalkan akan Allah dan dipaparkan bagaimana keagungan‐Nya. Mengembangkan pemahaman anak dengan memperhatikan alam dan asal usul penciptaan serta bagaimana penjagaannya. Yang kedua adalah pendidikan moral, yaitu bagaimana anak harus mengembalikan semuanya pada Allah, anak memiliki rasa takut hanya pada Allah, sedih peduli, tolong menolong, mampu berinteraksi dengan adab yang baik. Anak digambarkan tentang prilaku yang diutamakan seperti halnya kejujuran, menjaga rahasia, menempati janji dan taat akan ajaran agama islam. Dengan begitu anak mampu membedakan mana yang baik dan tidak untuk dilakukan. Tanggungjawab orangtua yang ketiga adalah, membentuk fisik yang kuat. Anak diberikan makanan dan minuman yang halal dan thoyyiban. Anak diajarkan bagaimana menjaga tubuh agar sehat dan kuat. Membiasakan anak untuk bekerja keras, tidak lemah dan manja. Tidak berlalai‐lalai dalam kenikmatan dan fasilitas dari orang tua. Membuat anak berusaha untuk berolah raga menguatkan otot tangan dan kaki dengan cara berjalan, berlari dan melompat. Hal ini sesuai dengan hadis: Lembaran Putih Para Jundullah | 49
Artinya : “Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu alayhi Wassalam bersabda: ‘orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah, namun pada masing‐masing (dari keduanya) ada kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal‐hal yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah menjadi lemah. Jika kamu ditimpa sesuatu, janganlah berkata seandainya aku berbuat begini, maka akan begini dan begitu, tetapi katakanlah Allah menakdirkan, dan kehendak oleh Allah pasti dilakukan. Sebab kata ‘seandainya’ itu dapat membuka perbuatan setan.’” (HR. Muslim). Hal ini memberikan gambaran bahwa muslim yang kuat lebih utama dari muslim yang lemah. Dari kisah Thalut yang di pilih oleh Allah untuk menjadi pemimpin bani Israel, mengalahkan Jalut juga bisa kita ambil ibrohnya. Thalut di pilih bukanlah karena ia keturunannya, bukan Karena harta yang dimilikinya. Akan tetapi ia di pilih karena kesholehan dan kekuatan fisiknya diantara yang lain. Yang terakhir adalah memberikan pendidikan untuk kecerdasan anak. Carikanlah anak guru yang baik untuk 50 | Wulan Sari
memahami keilmuan. Mengasah wawasan dan tingkat kritis anak. Arine adalah ibu yang sangat perhatian sekali dengan apa yang di konsumsi oleh anaknya. Ia berusaha menyiapkan makanan anak di rumah. Anak di larang untuk makan sembarangan. Tidak ada MSG tidak ada makanan pengawet, semuanya terjaga dengan baik. Beberapa tahun kemudian anak memasuki usia sekolah. Di sekolah, makanan anak telah di siapkan pada pukul 10.00 WIB. Sekolah meminta biaya tambahan dari itu. Aktifitas itu sudah berjalan selama 3 bulan. Tidak ada yang mempermasalahkan karena itu sesuai dengan musyawarah pihak sekolah dan wali murid. Suatu ketika anak Arine bercerita, bahwa ia telah menghabiskan makanan yang di siapkan guru. Sang ibu merasa senang mendengarnya. Namun, saat anak menjelaskan ia diberi sup bakso, arine kaget. Ia sudah sejak lama menjauhkan bakso dari anaknya. Banyak informasi buruk yang ia terima dari bakso yang di jual, baik dari cara pengolahannya, maupun bahan dan bumbu yang digunakan. Akhirnya tanpa piker panjang ia men‐chat guru si anak pada grup wali murid. Lembaran Putih Para Jundullah | 51
“Bu guru tolong anak saya jangan di kasih makanan bakso, saya sudah lama menjaganya dari itu.” Ia berharap guru memberikan tanggapan. Sesuai dengan keinginannya, guru yang bertugas memasah makanan anakpun menjawab “Maaf bunda, saya memasak dengan bahan yang baik, baksonya terbuat dari daging ayam, sedikit tepung, garam dan perasa secukupnya.” Begitulah guru memberikan penjelasan. Namun, ada lagi wali murid yang lain menanggapi “Tapi apakah bu guru bisa memastikan ayam yang digunakan baik, apakah bagian ayam yang diguanakan tidak terkena suntik.” Ibu ini tanpa menyadari sedikitpun bahwa apa yang ia ucapkan lebih menyinggung perasaan pihak sekolah. Masuk lagi chat yang baru, “Bagaimana kalau kita pertimbangkan lagi soal makan yang di sediakan sekolah.” Pesan masuk nyaris tak ada jeda. Tak ada tanggapan lagi dari pihak sekolah. Masih saja pesan yang tidak mengenakkan hati ini muncul kembali dengan bahasa yang berbeda, namun masih dengan tujuan yang sama. Takkah terfikir oleh kita bahwa Guru adalah orang tua anak‐anak kita di sekolah. Mereka adalah orang yang kita percayai dalam memdidik, menjaga dan memberikan perhatian untuk perkembangan anak kita. Jika kita menyerahkan anak, seharusnyalah kita memberikan wewenang bagi pihak sekolah bagaimana cara dan upaya mereka. Hargailah apa yang telah dilakukan. Semakin tua masa ini sepertinya nilai‐nilai penghargaan terhadap pendidik semakin terkikis. Tidak ingatkah kita di saat kecil, guru boleh memarahi kita, menghukum bahkan memukul jika kita 52 | Wulan Sari
melakukan kesalahan. Saat menyampaikan pengaduan di rumah justru hukuman yang bertambah dan orang tua meminta maaf pada guru atas sikap anak yang salah. Bagaimana dengan hari ini, Bunda guru adalah gerbang cahaya kebaikan. Memuliakannya adalah membuka pintu pintu ilmu. Maka seharusnya kita berdoa agar para guru bisa sabar mendidik anak kita selama di sekolah. Semoga Allah berikan karunia yang banyak pada guru, sehingga keberkahan itu dapat ia salurkan pada anak didiknya. Bukan justru menyudutkan posisinya. Semoga kita kembali membenahi pemahaman kita. Belajar dari para shalafussaleh, bagaimana mereka memuliakan para guru. Menjadikan diri sebagai pelayan para guru mereka. Agar rasa keridho’an guru pada anak didik membuat ilmu mudah untuk dipahami. 9. Lembar Aktifitas Bersama Anak Pada lembaran ini kami akan memrikan beberapa media yang bisa Bunda jadikan sebagai salah satu referensi dalam membimbing anak di rumah. Memudahkan untuk bermain sambil belajar bersama balita di rumah. Jika sering melakukan kegiatan bersama anak, baik itu membacakan buku cerita, bermain sambil memberikan pemahaman, menggunting, memperkenalkan huruf dan angka dengan menyenangkan lamnbat laun Bunda akan merasakan perkembangan yang positif pada anak. Kami sarankan agar bunda menemani anak saat menggunakan media ini sembari memberikan penjelasan dan jika ingin memperkenalkan huruf dan angka dengan cepat, sebaiknya dengan memberikannya Lembaran Putih Para Jundullah | 53
berupa cerita yang menarik. Sesuai dengan huruf atau angka yang dikenalkan. Media ini berisi maze yang berbentuk huruf tersedia dari huruf A sampai dengan huruf J sampai huruf K, pengenalan angka, mencocokkan gambar dengan aktifitas, mencari perbedaan gambar, membuat baling‐baling sederhana, buku cerita POPUP dan permainan Jual Beli. Semoga bermanfaat. a. Mengenal Huruf. Kenalkanlah huruf pada anak sambil bermain, jika anak lelaki ia lebih suka menjadikan mobil‐mobilan sebagai sabjek ceritanya. Misalnya dengan memaparkan, Mobil kita akan menuju Rumah, Rumah kita berada di R. nah ini huruf R. Parkirkan mobil di R. anak akan memberhentikan mobil di huruf R. lalu kita akan jalan‐jalan ke Pantai, pantai berasa di huruf P, ayo berhenti di huruf P. begitu seterusnya. Buatlah anak mengenal huruf sambil bermain, gantilah ceritanya jika ingin memulai di hari berikutnya. 54 | Wulan Sari
b. Mengenal Angka. Memperkenalkan angka sama halnya dengan memperkenalkan huruf. Bantu anak dengan cerita yang menarik perhatiannya. Terkadang meminta anak melingkari angka‐angka yang di sebutkan. “adek coba kurung C, suruh masuk kamar, bobok dan minum susu, jangan lupa untuk berdoa ya C” Lembaran Putih Para Jundullah | 55
c. Bermain Maze Huruf Maze dapat menjadi media bermain sewaktu anak mulai merasa jenuh untuk diperkenalkan huruf atau angka. Jika saat anak sudah mulai bosan ajaknya bermain maze untuk mengembalikan semangatnya. 56 | Wulan Sari
Lembaran Putih Para Jundullah | 57
58 | Wulan Sari
Lembaran Putih Para Jundullah | 59
60 | Wulan Sari
Lembaran Putih Para Jundullah | 61
62 | Wulan Sari
Lembaran Putih Para Jundullah | 63
64 | Wulan Sari
Lembaran Putih Para Jundullah | 65
66 | Wulan Sari
d. Mengenalkan bentuk‐bentuk Perkenalkan anak dengan berbagai bentuk bidang. Dan ceritakan benda‐benda yang memiliki sisi yang sama dengan bidang yang dimaksud. Agar anak dapat dengan mudah mengerti, sebaiknya ada benda yang memiliki sisi sama yang dapat dilihat serta disentuh oleh anak secara langsung. Lembaran Putih Para Jundullah | 67
e. Memperkenalkan Peralatan dan kegiatan yang digunakan Berikan arahan pada anak agar mampu memahami perintah dari lembaran aktifitas ini. Biasanya dengan menjelaskan sedikit dari gambar, anak sudah mampu menentukan mana alat yang dibutuhkan untuk suatu kegiatan. Bunda bisa mencoba dengan mengkalisikasikan peralatan ke pantai, berkemah, bertani dan lain sebagainya. 68 | Wulan Sari
f. Melengkapi Gambar yang belum Sempurna Mencocokkan gambar ini dapat melatih kemampuan daya visual anak, dapat mencona untuk berkonsentrasi dan membandingkan bagian‐bagian yang mungkin membuat gambar yang utuh. Biarkan anak mencoba melakukannya sendiri dan berilah pujian atas kemampuannya. Bunda dapat membuat berbagai sketsa sendiri di rumah Lembaran Putih Para Jundullah | 69
g. Menentukan angka dan jumlahnya Upayakan untuk mengajar anak dengan pola yang sama dalam berhitung. Ksearriennga d bilaihliatat mbiaaskaa mituelnayhi myapnagn a skeasnu adtiugu dnaalakman bseanattu mk eimneamjinuaksai.n A mpaas yaalanhg atau soal. Pola titik berbaris lima berjejer misalnya, jika kita seringg menggunkan pola ini saat menghitung bilangan, lambat laun anak akan ingat dan menggunakan pola itu dalam operasional anggka dan bilangan yang ia temui. Meskipun nanti saat usia sekolah ia menemukan pembagian maka dengan mudah ia bisa membayangkan pembagian lima, dan mendekatkan soal yang lainnya dengan jejeran pola lima itu. 70 | Wulan Sari
h. Menemukan perbedaan Gambar Banyak buku latihan anak menampilkan media seperti ini, melatih kemampuan viasual dan konsentrasi anak. Bunda perlu mengarahkan anak untuk memperhatikan gambar dengan seksama. Anak akan mencoba menganalisa sendiri, dan membuat kesimpulan berupa perbedaan yang ditemuinya. Ini juga dapat melatih kemampuan mata anak, apakah baik atau tidak dalam membedakan wakna. Lembaran Putih Para Jundullah | 71
i. Mewarnai Gambar 72 | Wulan Sari
j. Mengajarkan Anak Bermain Berjualan. Permainan ini akan menjadi salah satu permainan yang paling disukai oleh balita, dimana anak diajarkan mengambil peran sebagai pembeli maupun penjual. Mereka mempersiapkan barang jualannya dan uang untuk bertransaksi. Proses transaksi saat member dan saat menerima uang menjadi hal yang menarik bagi anak begitu juga sebaliknya jika perannya berganti. Dibawah ini berupakan contoh main berjualan bersama anak saya dirumah. Bunda cukup membuat gambar benda atau produk yang akan dijualkan, lalu menempelkannya pada media kertas yang lain. Jangan lupa untuk memberikan harga pada produknya. Buatkanlah uang dari kertas seharga barang. Dan ajarkan anak mengenali angka serta bagaimana cara memberikan kembalian uangnya. Lembaran Putih Para Jundullah | 73
Toko Bunda Toko Balita Biasanya permainan ini akan memakan waktu yang lama, akan lebih menyenangkan jika bunda mengajarkan anak untuk mempersiapkan kotak bungkusan produk. Sehingga anak akan sibuk bermain peran. Janganlah lupa memberikan pujian atas produk yang kita beli atau menanyakan bagaimana produk kualitas produk yang kita jual pada anak. Silahkan bunda mencoba produk yang lain, kreatifitas bunda dalam mencari produk yang disukai anak sangat menentukan permainan. Karena biasanya anak lelaki berbeda kesukaan produknya dibandingkan dengan anak perempuan. 74 | Wulan Sari
k. Membuat Buku Cerita Berbentuk Popup. Pada kegiatan ini, bunda akan membuat cerita bersama anak yang berbentuk POPUP. Popup biasanya menarik bagi anak, karena ia dapat dimunculkan dalam tampilan 3 dimensi. Apalagi jika cerita yang kita ambil berkaitan dengan aktifitas yang dilakukan oleh anak selama di rumah ataupun sekolah. Alat dan bahan : ‐ Gunting ‐ Kertas warna polos ‐ Gambar objek ‐ Lem ‐ Alat tulis Sediakanlah gambar yang akan kita jadikan objek cerita. Bunda bisa membuatnya sendiri atau dengan menggunakan gambar‐ gambar yang sudah ada pada majalah atau diambil dari internet Lembaran Putih Para Jundullah | 75
Buatlah penampang seperti disamping. Lipat kertas menjadi dua bagian. Sisi yang di gunting merupakan tempat menempelkan gambar. Semakin dalam dusut digunting, maka gambar yang akan di temple akan semkain menjorok ke sisi depan. Begitupula sebaliknya. Ukuran disesuaikan dengan kebutuhan. Sediakanlah beberapa penampang. Untuk lembaran‐lembaran berikutnya. Karena lembaran penampang ini akan ditempelkan satu sama lain. Sehingga membentuk lembaran buku. 76 | Wulan Sari
Tempelkan gambar atau objek yang akan menjadi bagian dari cerita. Tuliskanlah kisah yang anda paparkan pada sisi‐sis yang kosong. Biasanya dibuat pada bagian sisi yang tegak dan tidak tertutup oleh gambar. Seperti pada gambar disamping ini. Lembaran Putih Para Jundullah | 77
Ini adalah lembaran kedua dari cerita. Pohon dan sekolah ditempelkan pada penampangnya 78 | Wulan Sari
Begitujuga dengan lembaran yang ketiga ini. Kreatifitas bunda dalam memadukan gambar dan warna untuk menguatkan cerita menjadi penentu dalam media ini. Media ini selain menarik kita bisa menyampaikan pesan atau nilai‐nilai kebaikan pada anak secara menarik. Bunda bersama dengan anak dapat belajar mengembangkan cerita dari kesehatian yang dilalui. Semakin banyak anak mendengarkan cerita semakin banyak kosa kata yang dapat dimengerti oleh anak. Semakin banyak ia menerima kisah yang baik. Maka akan semakin mudah nilai‐ nilai itu tertanam dalam hati dan fikirannya Lembaran Putih Para Jundullah | 79
Berikut Ini Adalah Saat Lembaran Popup Sudah Disatiukan, Menjadi Sebuah Cerita Pendek Kisah Anak Saya Yang Baru Masuk Sekolah PAUD. Ia Sangat Senang Sekali Saat Melihat Gambar Dan Tulisan Yang Saya Bacakan. Untuk Kover Buku Cerita Popup Ini Saya Menggunakan Kertas Undangan Yang Hard. Sehingga Tampilan Lebih Menarik Dan Tahan Lama. Selamat Mencoba Bunda 80 | Wulan Sari
l. Membuat Baling‐Baling Sederhana. Pertama sediakan alat dan bahan berupa : Gunting, pensil, kertas warna dan penggaris Setelah kertas dipotong dengan ukuran yang sama. Lipatlah ketiga kertas potong sama besar. Lalu masukkan lipatan kertas dalam lipatan kertas kuning, seperti terlihat pada Lembaran Putih Para Jundullah | 81
gambar di samping Pada sisi ujung kertas kuning yang terbuka. Tutupilah dengan lipatan kertas merah. Posisi pangkal dan ujung kertas merah berlawanan dengan kertas hijau. 82 | Wulan Sari
Masukkan ujung ujung kertas merah pada panggal kertas hijau, sehingga saling mengikat. Tariklah untuk menguatkan hingga membentuk baling‐baling Hasil akhir seperti gambar di samping Lembaran Putih Para Jundullah | 83
. Bisa dimainkan sambil berlari. Atau dijatuhkan dari tempat yang tinggi. 84 | Wulan Sari
Profil Penulis Nama Wulan Sari, Lahir di Padang 21 januari 1985, berdarah minang. Aktifitas sekarang adalah seorang guru produktif di SMKN 2 Pariaman. Sudah mengajar selama kurang lebih 10 tahun. Memiliki 3 orang anak, 2 lelaki dan 1 perempuan berumur 8 tahun, 7 tahun dan 4 tahun. Bersama ketiga buah hati banyak pengalaman yang didapatkan. Begitu juga dengan banyaknya kasus dan masalah yang dialami oleh ibu‐ibu muda dalam mendidik anak. Semua kisah membuat penulis tertarik untuk menawarkan solusi dan berbagi pengalaman. Buku perdana ini diharapkan mampu memotifasi penulis untuk dapat menyelesaikan buku yang kedua. Dan menjadikan kegiatan menulis sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan nasehat yang baik pada orang lain. Menambah ilmu dan berbagi pada yang lain Lembaran Putih Para Jundullah | 85
86 | Wulan Sari
Search