DAFTAR ISI Abraham Avatar Z. Rarumangkay/01……………………………………………………... 1 Amana Fatima Azzahra Sosronegoro/02…………………………………………………… 2 Arthesia Amelie/03…………………………………………………………………………... 4 Carlsson Susanto/04…………………………………………………………………………. 6 Christopher Adiputra Tansil/05…………………………………………………………… 8 Christophorus Caesario Mancelly/06……………………………………………………... 10 Dionisius Deril Amadio Aji/07 …………………………………………………………….. 11 Fredericus Jackson Stanley Laksana/08………………………………………………….. 13 Gabriel Bryon/09…………………………………………………………………………… 14 Gabriela Aletha Sasikirani/10……………………………………………………………... 15 Gianna Fiorella/11………………………………………………………………………….. 17 Gregory Patrick Junior Pasaribu/12……………………………………………………… 20 Hieronimus Geovando/13………………………………………………………………….. 22 Joanne Kathleen Halim/14………………………………………………………………… 24 Johanes Bagas Prihastomo/15……………………………………………………………... 25 John Michael Yavenue/16………………………………………………………………….. 27 Kevin Kristanto/17…………………………………………………………………………. 29 Keyanna Ramadhina Sekararumy/18……………………………………………………. 30 Kimberlyn Muliauwan/19…………………………………………………………………. 32 Maria Florence Chandraningsih Sulistyo/20……………………………………………... 33 Nadine Manuella Louise Saragih/21………………………………………………………. 34 Pande Komang Palguna Ariyudha/22…………………………………………………….. 37 Phedra Annabelle Nathania Saragih/23…………………………………………………... 39 Rachel Aileen Horo/24……………………………………………………………………... 41 Renata Moirin Simarmata/25……………………………………………………………... 43 Ryan Raphael/26……………………………………………………………………………. 45 Sebastian Alden Novallino/27 47
Sharon Tabitha Axamine/28……………………………………………………………….. 48 Stanislaus Rafael PS/29…………………………………………………………………….. 49 Stheavian Fredianta/30…………………………………………………………………….. 50 Theresa Hervina W/31……………………………………………………………………... 52 Valentinus Cahyo Waskito/32……………………………………………………………… 54
Shirley Gry Moniq Tarumasely, Sang Ibu Petarung Nasib Abraham Avatar Z. Rarumangkay/01 Shirley G. Moniq Tarumasely merupakan seorang ibu kelahiran Surabaya pada 2 Agustus 1968. Beliau sudah dikenal sebagai orang yang tidak kenal takut ataupun bahaya, beliau sejak menduduki SD sudah biasa menggunakan motor ayahnya untuk berbelanja atau untuk membelikan rokok untuk ayahnya. Beliau memulai jenjang pendidikan tingginya di Universitas Wijaya Kusuma .Kemudian mendaftar menjadi pramugari pada tahun 1992, tetapi pada awalnya beliau mendaftarkan diri menjadi pramugari di maskapai penerbangan milik Merpati tetapi juga sekalian mendaftarkan diri ke perusahaan Garuda Indonesia, dan berakhir menjadi kru penerbangan Garuda Indonesia hingga sekarang. Selama pengalamannya terbang selama lebih dari 25 tahun, beliau sudah mengalami berbagai hal pastinya, beliau pada hari pertamanya bekerja sudah langsung menjadi cabin one atau setingkat dengan supervisor, maka dari hal itu, beliau sudah langsung tertempa menjadi pribadi yang tegas dan sangat disiplin. Mundur kembali pada masa beliau masih bersekolah, beliau sangat sering mengikuti event seperti perlombaan 17 Agustus, kegiatan perlombaan yang diselenggarakan oleh gereja, dan juga lomba tingkat kecamatan. Dari sekian banyak perlombaan yang telah diikuti oleh beliau, beliau sangat berbakat terutama dalam bidang seni dan juga bidang fisik, contohnya; balap karung, makan kerupuk, dan juga lomba membaca puisi tingkat kecamatan. Beliau juga senang mengikuti kontes bernyanyi ketika masih kuliah, dan juga beliau pernah menjadi anggota paduan suara dari perusahaan Garuda Indonesia selama kurang lebih selama 10 tahun, beliau sudah sering menjadi penyanyi solo dan juga banyak dari perlombaan yang diikuti selalu mendapatkan penghargaan, itu juga karena pengalaman beliau yang sudah sering bernyanyi depan umum sejak TK. Beliau memiliki seorang anak dan hingga sekarang, beliau masih mendukung anaknya dalam menjalani kegiatan sekolahnya, tak lupa juga beliau selalu mendoakan anaknya agar bisa lulus dengan nilai yang memuaskan.
Soeharmini Mahasiswi Cekoslovakia Amana Fatima Azzahra Sosronegoro/02 Ibu Soeharmini Argadikoesoema atau yang lebih akrab dipanggil Enin Mini. Beliau merupakan seorang arsitektur, sebelum akhirnya pensiun dan menghabiskan waktunya di rumah bersama anak-cucu. Walau saat ini sedang menikmati masa-masa tuanya, beliau sering menceritakan soal apa yang terjadi ketika beliau masih muda. Mulai dari apa yang terjadi ketika ia masih berumur 4 tahun, hingga masa-masa ketika Enin Mini menjadi seorang mahasiswi. Awal Hidup Enin Mini lahir dengan nama panjang Soeharmini Argadikoesoema. Beliau lahir di Magelang pada tanggal 23 Oktober 1946. Enin Mini merupakan anak ke-4 dari 9 bersaudara. Ibu beliau merupakan seorang anak Bupati Cirebon, sedangkan ayahnya bekerja sebagai Kepala Pajak Pemerintah Indonesia. Waktu itu Indonesia baru saja 1 tahun merdeka, namun Sekutu mencoba untuk menjajah kembali Indonesia. Ini tentu sangat mempengaruhi kehidupan awal Enin Mini. Ia beserta keluarganya harus mengungsi ke Jogjakarta, mengikuti Ayahnya yang bekerja di pemerintahan. Pada tahun 1950, tepat ketika beliau berumur 4 tahun, Enin Mini akhirnya kembali lagi ke Jakarta. Disana ia tinggal di Jl. Kawi, Menteng. Sesampainya di Jakarta beliau mulai masuk ke sekolah. Ketika Enin berumur 5 tahun ia masuk TK, setahun setelah itu beliau langsung menduduki bangku Sekolah Dasar selama 6 tahun. Lalu Enin masuk ke SMPN 1 Cikini Raya, dan beliau menghabiskan waktu 3 tahun disana. Kemudian, beliau beranjak ke bangku SMA dan bersekolah di SMAN 3. Kehidupan selama gadis SMA Kehidupannya selama masa-masa SMA bisa dikatakan sebagai kehidupan remaja-remaja tahun 1960 an. Waktu itu, Jakarta belum memiliki banyak hiburan. Jadi satu-satunya cara untuk menghabiskan waktu sebagai seorang gadis remaja adalah mengikuti berbagai macam ekskul, les, dan komunitas. Enin Mini pernah mengikuti Les Balet, Perkumpulan Penyuka Sepatu Roda, serta Ekskul Tenis. Ketika itu Enin Mini juga sering ikut bahkan pernah ditunjuk sebagai perwakilan sekolah di acara-acara pemerintah. Beliau bercerita, waktu itu setiap mendekati Hari Kemerdekaan Indonesia, sema sekolah di Jakarta sering menunjuk beberapa muridnya untuk menyanyikan lagu-lagu kenegaraan di Istana Negara. Dahulu, Enin Mini bersama teman-temannya sering mengikuti acara ini. Selain itu, Enin Mini juga pernah ditunjuk oleh pemerintah untuk menari di acara pembukaan Asian Games 1962. Waktu itu, pemerintah menunjuk beberapa siswi dari SMA-SMA seluruh Indonesia untuk menjadi perwakilan tari. Beliau bercerita bahwa ia diajari oleh Orang Rusia di Lapangan Ikada sebelum Asian Games 1962 mulai.
Seorang Mahasiswi di Eropa Setelah menyelesaikan SMA, Enin Mini lalu beranjak ke dunia perguruan tinggi. Ia masuk ke Akademi Telekomunikasi Nusantara (ATN). Tetapi, beliau hanya bersekolah disana selama satu tahun saja. Karena di tahun berikutnya Enin mengambil beasiswa dari pemerintah untuk belajar di Eropa. Beliau bercerita, waktu itu Pemerintah Indonesia membuka beasiswa untuk mahasiswa-mahasiswi agar bisa bersekolah di Eropa. Negara-negara beasiswa adalah negara-negara Eropa Timur seperti Cekoslovakia, Bulgaria, Rusia, dan sebagainya. Enin merupakan salah satu mahasiswi dari Indonesia yang berhasil mendapatkan beasiswa tersebut. Enin Mini bersama 30 penumpang Indonesia lainnya pergi ke Eropa. Waktu itu kakaknya juga mengambil beasiswa ini, dan sudah lebih dulu pergi ke Eropa. Di sana, Beliau tinggal di sebuah asrama tak jauh dari sekolahnya. Ia sempat merasa rindu dan susah beradaptasi di lingkungan barunya, mengingat bahwa iklim, bahasa, serta gaya hidup orang-orang di sana sangat berbeda dengan apa yang ada di Indonesia. Namun beliau akhirnya bisa beradaptasi di sana. Kehidupannya sebagai mahasiswa di Cekoslovakia sangatlah menarik. Untuk ke sekolah Enin hanya butuh jalan kaki saja. Namun ketika ingin bepergian ke tempat yang lebih jauh, beliau menggunakan trem. Beliau juga bercerita bahwa Pemerintah Cekoslovakia sangat memperhatikan para mahasiswa-mahasiswi. Misalnya, untuk makan pemerintah mengadakan sebuah program bernama Mensa. Para mahasiswa hanya perlu pergi ke Mensa untuk membeli kupon seharga 2½ Koruna, dan kupon itu bisa digunakan untuk membeli makanan. Para mahasiswa bisa menghemat uangnya dengan Mensa ini. Enin menghabiskan waktunya dengan belajar di universitas. Tetapi, ketika libur atau tidak ada kelas Enin Mini bersama teman-temannya sering pergi ke Jerman Barat dan Belanda. Mereka kesana untuk berlibur dan untuk bekerja paruh waktu. Di sana, Enin Mini berteman dengan berbagai macam mahasiswa-mahasiswi dengan latar belakang dan asal yang berbeda. Ada yang berasal dari Indonesia, Yunani, Bulgaria, bahkan Vietnam sekali pun. Pulang Ke Indonesia Pada tahun 1972, Enin Mini balik ke Indonesia. Setahun kemudian ia menikah dengan Dr. Roesdjojo Nitimihardjo. Di tahun yang sama, beliau mendirikan sebuah perusahaan pembangunan bersama kawan-kawan konstruksi beliau. Enin Mini dikaruniai oleh dua orang anak setelah pernikahannya. Seorang putra yang lahir di tahun 1974 bernama Agusrus Minaldi dan seorang putri yang lahir di tahun 1977 bernama Miruna. Kehidupan Enin Mini setelah balik dari Cekoslovakia bisa dikatakan sebagai masa-masa Enin yang paling tenang. Beliau bekerja di perusahaan sendiri, Mengurusi anak-anaknya bersama seseorang yang beliau cintai, dan bisa menghabiskan waktunya di negeri asal beliau.
Kehidupan Sekolah Ave Arthesia Amelie/03 Averina Lizandra Purba, untuk pendeknya dipanggil Ave merupakan siswi SMA Santa Ursula Jakarta. Beliau lahir di Jakarta, 17 Maret 2006. Ave berasal dari keluarga berisi 5, terdapat ayah, ibu, kakak laki-laki, adik laki-laki, dan diriNya. Ayah beliau merupakan seorang wirausaha dan ibu beliau merupakan seorang ibu rumah tangga. Sedangkan untuk kakak laki-lakinya, sedang berkuliah di UI semester 2 dan adik laki-lakinya bersekolah di TK Pangudi Luhur. Kehidupan Dari Kecil Sampai Sekarang : Saat berumur 6 tahun, Ia bersekolah dasar di SD Tarakanita 1. Ave memiliki teman dekat saat kelas 1 sampai kelas 4. Tetapi, saat kelas 5, mereka sudah berbeda circle atau lingkaran pertemanan. Ia memiliki 1 teman dekat lagi saat kelas 3 sampai kelas 4. Teman dari Ave bisa disebut saja Ca. Ave dekat dengan Ca dan beberapa kali juga main ke rumah dia. Ca adalah satu - satunya rumah teman yang pernah saya kunjungi saat aku masih SD. Tetapi, saat kelas 5, Ave dan Ca tidak sekelas. Lalu, seiring berjalannya waktu, hubungan mereka menjadi renggang. Dan tanpa Ave sadari, ternyata Ca sudah tidak bersekolah lagi. Ave mengikuti ujian untuk masuk ke SMP Santa Ursula Jakarta. Beliau sudah lulus semua tes, tetapi karena kendala pada jumlah uang sekolah, Ia tidak bisa masuk kesana. Saat itu, kakak laki-laki beliau masih bersekolah di SMA Colose Canisius, dimana uang sekolahnya juga lumayan mahal. Oleh karena itu, beliau melanjutkan jenjang berikutnya di SMP Tarakanita 5. Menurut beliau, Kelas 7 atau 1 SMP adalah masa-masa paling memalukan dalam hidupnya, karena saat itu Ia masih sangat naif dan norak. Disaat itu Ave juga memiliki 1 teman yang toxic. Tetapi, karena beliau merasakan bahwa mereka sudah memiliki lingkaran pertemanan sendiri. Beliau merasa sungkan untuk mendekati lingkaran pertemanan yang lain. Pada saat kelas 7 Ave pernah ditunjuk menjadi wakil ketua kelas. Lalu, semester 1 Ave juga mendapat ranking 4 dan semester 2 mendapat ranking 5. Saat di kelas 8, Ave tidak sekelas dengan teman toxicnya dan akhirnya Ia dekat dengan 3 orang. Hal tersebut merupakan perubahan dari lingkaran pertemanan saya. Kelas 8 Beliau ditunjuk menjadi ketua kelas. Di semester 1 Ia juga mendapatkan ranking 5 dan di semester 2 Ia mendapat ranking 3. Di kelas 8, beliau merasa bahwa masa tersebut merupakan masa yang menyenangkan karena angkatan beliau melakukan study tour ke Yogyakarta, serta, hubungan beliau dengan teman toxicnya sudah meregang. Kemudian datanglah pandemi,dari pandemi mendukung Ave untuk melepaskan diri dari teman toxicnya. Saat ini Ave sudah tidak berhubungan lagi dengan teman-teman toxicnya dan hal tersebut membuat hidupnya lebih terasa damai. Saat berada di kelas 9, Ave melakukan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) karena kondisi pandemi yang semakin parah. Di masa kelas 9 ini Ave mendapatkan lingkungan pertemanan yang baru dan tidak toxic, pertemanan beliau tersebut masih bertahan sampai sekarang. Di kelas 9 ini, Ave juga ditunjuk sebagai menjadi PJ atau Penanggung Jawab Mata Pelajaran, Ia
ditunjuk bersama 3 teman lainnya. Di masa kelas 9, Ave juga mengikuti tes masuk ke SMA Santa Ursula Jakarta. Beliau berhasil lulus tes masuk dan Ia sekarang bersekolah disana. Sekarang ini, Ave masih dan sedang menempuh pendidikannya di SMA Santa Ursula Jakarta, kelas 10. Di kelas 10 ini, Beliau juga ditunjuk sebagai bendahara kelas selama 4 bulan, mulai dari bulan Oktober sampai bulan Januari. Di saat itu juga Beliau juga ditunjuk sebagai PJ mata pelajaran PKN, Ia ditetapkan sebagai PJ PKN selama 1 tahun. Untuk berangkat ke sekolah dari rumah Ave sangatlah jauh, hal tersebut dikarenakan letak rumahnya yang berada di Gandaria. Untuk pemberangkatan Ave diantar oleh Ayahnya. Untuk pulang dari sekolah Beliau pulang dengan menggunakan transjakarta, namun karena hal tersebut merupakan hal yang baru untuknya, disaat awal-awal Ia sempat kebingungan dan pernah nyasar. Menurut Ave pengalaman Ia tidak sengaja nyasar merupakan pengalaman baru yang unik dan merupakan pelajaran baginya, sekarang Ia sudah tidak lagi kesusahan dan sudah mulai terbiasa. Prestasi : Untuk prestasi, Ave berhasil meraih ranking 5 ke atas dari SD sampai SMP. Beliau juga banyak diikutsertakan oleh guru untuk mengikuti perlombaan seperti lomba mat, ipa, bola basket putri, quiz agama, dan lain-lain saat berada di SMP dan SD. Untuk di SMA Ave berhasil meraih juara membuat pantun di Hari Pramuka angkatan kelas 10. Hal Menarik : Hal menarik dari kehidupan Ave adalah perjuangannya untuk menjauh teman-teman toxicnya dan perjuangannya untuk mencari lingkungan pertemanan yang tidak toxic. Hal menarik lainnya adalah bahwa Ave merupakan sosok siswi yang berprestasi dan berbakat.
Dermawan dan Baik Hati, Seorang Pelajar Bernama Maria Yasintha Ayuningtyas Sekarsari Wahyono Carlsson Susanto/04 Maria Yasintha Ayuningtas Sekarsari Wahyono atau yang biasanya kerap dipanggil Sekar atau kar. Mulai dikenal sejak awal masuk sekolah yaitu saat MIG 2021 karena percaya diri nya yang sangat amat luar biasa dan semangatnya yang sangat membara pada penyelenggaraan MIG yang bukan hanya mengejutkan guru-guru, frater-frater, pater tapi juga murid-murid Gonzaga seangkatan maupun lintas angkatan pada acara MIG itu. Dan sampai sekarang pun Sekar menjadi salah satu murid yang paling dikenal dalam satu SMA Kolese Sekar dengan kekasih nya Deus Gonzaga. Sekar mengaku dirinya adalah seorang pelupa apalagi begitu ia selalu mencoba mengingat hal yang ia harus kerjakan di sekolah pada setiap hari nya dengan seratus sepuluh persen.Ia percaya bahwa seorang harus keluar dari comfort zone mereka agar mereka dapat melakukan yang terbaik untuk diri mereka sendiri atau orang lain yang membutuhkan nya.Sekar lahir pada 11 Juni 2006 di suatu tempat di Semarang. ia sendiri adalah anak tunggal di keluarga nya itu. sebagai anak kecil Sekar sendiri mempunyai masa-masa yang ia sendiri mengaku bahwa saat-saat itu adalah masa-masa kelam atau kurang membahagiakan baginya. salah satu memori yang sangat diingat sampai sekarang adalah masa dimana pada masa SD sampai dengan SMP ia sering diejek maupun dibully oleh seorang siswa sekelas nya yang pada saat itu ia sendiri pun merasa sangat tersakiti pada waktu itu. Namun Sekar menganggap ini adalah sebuah tantangan serta suatu pembelajaran yang ia harus hadapi pada hidupnya “ya Saya sering menangis dulu waktu SMP dan SD karena sering diejek atau dibenci sama satu kelas gitu” kutip Sekar. antara lain Sekar sendiri juga mempunyai masa-masa dimana ia sangat-sangat bahagia salah satu dari memori-memori itu adalah saat-saat ia bermain dengan ayahnya sewaktu masih kecil atau balita dan main bersama boneka-boneka barbie nya yang ia punyai di rumah pada saat itu sering Saya rusakin mainan boneka barbie dan mengotak atik rambutnya kutip Sekar pada saat di wawancara. Satu hal lain yang Sekar sukai adalah waktu-waktu bersama dengan kekasih nya yang sering akrab dipanggil sebagai Deus. Sekar sendiri mengaku bahwa ia sendiri sangat mengapresiasi keberadaan Deus sendiri bukan hanya sebagai kekasih saja namun juga sebagai salah satu teman dekat nya yang selalu menyemangati dirinya dimanapun ia berada dan dengan masalah apa pun yang dihadapinya. Sang kekasih Deus sendiri mengutip bahwa “memang dari pertama kali ketemu gila gitu aura orangnya kayak merasa bagaimana positif nya dan baik nya gitu” Antara lain Sekar juga memiliki berbagai achievements selama belajar hampir genap satu tahun di SMA Kolese Gonzaga dari menjadi ketua kelompok di acara INZAGA sampai dengan salah satu
yang kepilih untuk LKI atau pelatihan kepemimpinan ignasian di kelas sepuluh beserta panitia untuk berbagai macam acara Gonzaga beberapa tahun ini. Dikenal antara 3 angkatan yaitu 33,34,35 yang berada di Gonzaga tahun ini. Sekar bukan hanya menjadi Gonzagawati yang sangat membantu namun juga menjadi Gonzagawati yang sangat bisa dipercaya dalam masalah-masalah setiap hari nya. Beliau menjadi salah satu murid yang paling dikagumi antara guru-guru, murid-murid, frater-frater maupun pater sendiri karena penerapan 4CHS atau Core values Gonzaga nya yang sangat kuat. Antara itu Sekar juga merupakan salah satu murid yang paling aktif dari menjadi lektris saat acara misa sekolah sampai dengan menjadi salah satu anggota guardian of sexuality untuk pekan seksualitas Gonzaga beliau bukan hanya menjadi semacam kartini masa kini namun juga merupakan seorang yang selalu terlibat dalam segala hal dengan menjadi women for and with others yang ada di Gonzaga. Sampai saat ini beliau saja sudah menjadi salah satu murid dari Gonzaga yang sering keluar dari area zona nyaman mereka atau lebih selalu terbuka dan menerima orang lain apa adanya demi mendapatkan lebih banyak pengalaman-pengalaman dan teman-teman baru di dalam sekolah maupun diluar sekolah.
Dionisius Deril, Seorang Pelajar Tangguh Christopher Adiputra Tansil/05 Dionisius Deril Amadio Aji, seorang murid SMA yang biasa dipanggil Dion, ia lahir pada tanggal 9 September 2006. Ia anak terakhir dari 3 bersaudara, karena anak terakhir ia lebih dimanjakan daripada kakak-kakaknya. Dion adalah anak dari sepasang ayah dan ibu yang bekerja sebagai wiraswasta elektronik dan seorang ibu rumah tangga. Ia bangga dengan ayahnya sendiri karena ayahnya mengerjakan sesuatu yang sulit di bidang elektronik sehingga usaha dia bisa sukses pada tahun 2016 - 2017 dan juga, ayahnya sendiri lah yang membangun perusahaannya dari 0. Dion dengan kedua saudaranya cukup dekat sedari kecil, mereka suka bermain bersama, senang senang bersama, sampai sedih bersama. Walaupun begitu, yang namanya saudara pasti ada saja hal yang membuat mereka bertengkar. Tetapi hal tersebut menjadi jalan bagi Dion dan saudara saudaranya untuk menyampaikan perasaan yang tidak bisa diucapkan langsung. Dion, sangat mengagumi kedua kakaknya, meskipun sikap mereka bertiga bisa dibilang sangat berbeda tetapi itu bukan halangan bagi mereka untuk saling bermain dan bekerja sama. Dari masa TK sampai SMP, ia bersekolah di Charitas, sekolah di daerah Jakarta Selatan yang dikelola oleh Suster Fransiskus Charitas yang berpusat di Palembang. Ketika SMP, ia bisa dibilang memiliki teman akrab yang cukup banyak. Dion adalah anak yang mudah bersosialisasi, sehingga ia diterima dengan baik oleh guru, kakak kelas, maupun teman teman seangkatannya. Dion bisa dibilang seorang anak yang aktif di SMPnya, ia senang terlibat dalam acara sekolah, seperti mengikuti kepanitian olahraga dan juga beberapa kali menjadi pemain drum dalam acara musikal. Waktu berjalan begitu cepat, Dion sudah berada di kelas 9 dan harus menentukan masuk ke SMA mana. Setelah mencoba berdiskusi dan mendengarkan rekomendasi dari orang tua, sepupu, serta kedua kakaknya yang dahulu bersekolah di SMA Gonzaga, ia memutuskan untuk masuk ke SMA Gonzaga Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, tahun 2020, perusahaan ayah Dion yang sebelumnya baik baik saja jatuh karena adanya pandemi covid-19. Banyak proyek yang tidak jadi jalan dan juga faktor pandemi serta sisa hutang perusahaan dari tahun 2018. Karena kejadian tersebut ekonomi perusahaan menurun drastis yang juga sangat berdampak dengan ekonomi keluarganya. Pada saat itu pula pendaftaran SMA Gonzaga sedang berlangsung, ia mengetahui kalau SMA Gonzaga bisa dibilang sebagai sekolah swasta yang mematok harga tinggi, terlebih lagi ekonomi keluarganya sedang tidak stabil, tetapi ia selalu mengingat perkataan ibunya “kalo kamu pengen masuk Gonzaga gapapa, tanggungan biaya sekolah kamu sama kakak biar mama sama papa yang urus, gak usah kamu pikirin kamu belajar aja”.
Pada saat itu ia menjadi bimbang karena ia tahu persis bagaimana kondisi keluarganya yang tidak memungkinkan pada saat itu. Tetapi ibunya tetap memaksa karena baginya pendidikan dan karakter adalah yang nomor satu. Selama masa pendaftaran, ia selalu mempelajari kisi kisi yang didapat setiap malam dan juga tidak lupa untuk doa Novena Salam Maria. Hari pengumuman tiba, ia dibangunkan temannya pukul 4 pagi untuk melihat hasil pengumumannya. Rasa sedih dan kecewa pun muncul setelah ia melihat hasil tes yang tidak diterima. Ia langsung memberitahu ibunya. Ibunya memberikan tawaran, antara masuk ke SMA Pangudi Luhur, atau Charitas. Ia pun lebih tertarik masuk PL karena sudah 9 tahun di Charitas dan ingin mencari suasana baru. Di hari itupun juga ia langsung bayar pendaftaran SMA PL karena sudah bulat tekadnya, jika tidak di terima di Gonzaga, yasudah daftar PL saja. Tetapi di saat siang tiba - tiba ada temannya yang menyuruhnya untuk mengecek ulang web pengumuman Gonzaga dan tidak bisa di percaya, ternyata ia diterima masuk ke Gonzaga. Perasaan senang campur aduk dengan perasaan tidak percaya. Senang karena diterima di Gonzaga, tidak percaya karena hasil sebelumnya berkata sebaliknya. Setelah ia konfirmasi lebih lanjut, ia diterima di Gonzaga. Ternyata hasil pengumuman tadi pagi tidak diterima karena adanya kesalahan sistem. Semenjak saat itu, ia berfokus kepada US, karena pada saat itu sekolahnya sedang mengadakan US dan Ujian praktek. Hari kelulusan tiba, Dion cukup puas dengan nilai USnya, meskipun ia tidak juara di angkatan, tetapi baginya yang penting adalah ia lulus dan bisa menempuh jenjang selanjutnya di SMA Gonzaga. Bulan Juni tiba, pada saat itu kondisi pandemi sedang sangat parah. Dari setahun lalu sampai sekarang kondisi ekonomi keluarganya masih belum membaik. Untungnya, ada bantuan dari saudara keluarganya, sehingga perlahan lahan mulai membaik. Dari kejadian ini, ia mengambil kesimpulan untuk selalu rukun dengan kakak kakaknya sebagai saudara yang kompak. Sekarang masa SMA sedang dijalaninya, meskipun Dion merupakan orang yang bisa dibilang introvert dan pendiam, ia selalu berusaha untuk membangun persahabatan dan juga berprestasi pastinya. 3 tahun masa SMA masih berlanjut, sekarang ia masih menjalani masa masa SMA nya sampai sekarang.
Azriel Pedrosa Christophorus Caesario Mancelly/06 Azriel Pedrosa Winardono, lahir pada tanggal 26 Maret 2006 di Jakarta.Ia telah menempuh pendidikan Tk, SD, SMP dan sekarang sedang melanjutkan SMA, ia memiliki hobi bermain bola dan memiliki sejumlah prestasi yang dihasilkan sebagai berikut : Peringkat 2 Kelas 2 SD, Peringkat 3 Kelas 3 SD, Juara 3 Lomba Futsal, Juara 1O2SN. Pedro adalah anak yang sangat aktif dalam masa kecilnya, ia sering beraktifitas seperti berlari-lari dan bermain bola yang mana itu adalah hobinya yang tetap sampai saat ini. Ia tumbuh di keluarga yang berkecukupan, ia memiliki 1 adik yang berjarak 1 tahun lebih muda darinya yang bernama Kiel. Karena perbedaan umur yang tak terlalu jauh membuat Pedro dan adiknya seringkali bertengkar walau hanya sekedar bertengkar kecil. Keseluruhan hidup Pedro dari SD sampai SMA menurut dia sangat sangat seru dan bersyukur karena mendapatkan berbagai pengalaman dari yg buruk hingga baik. SD, jenjang pendidikan pertama yg sangat berkesan untuk Pedro karena mengajarkan artinya persahabatan, hormat kepada guru, dan giat belajar. Pedro bersyukur dapat merasakan live in ataupun camping karena pengalaman tersebut tidak dapat diulang Dan hanya sekali. Banyak kenangan Yang terjadi di SMP. Dan mengajarkan Pedro solidaritas antar persahabatan, hidup sederhana, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. SMA, walaupun baru merasakan sebentar, Pedro merasa jenjang ini adalah tahap yg lebih serius di bidang pendidikan untuk masa depan. Jadi jangan main main Dan Pedro sangat menantikan pengalaman yang akan Pedro dapatkan di masa depan.Dapat disimpulkan Pedro telah bertobat sedikit dan mulai serius menempuh pendidikan agar dapat mewujudkan cita cita yang mulia demi mengharumkan nama keluarga. Pedro adalah orang yang easy going, murah senyum, dapat mengontrol emosi dengan baik, mempunyai kelebihan di bidang olahraga terutama futsal dan untuk kekurangan, Pedro cenderung malas dan jika telah terobsesi suatu biasanya akan berlebihan. Pedro saat ini “Kehidupan saya yang sekarang, menurut saya berangsur membaik karena covid sudah mereda, karena bisa bertemu teman ataupun sparing futsal. Dan di masa sekarang saya bersyukur karena mendapatkan teman baru, sekolah baru, serta kesehatan Yang Masih sangat baik. Dan karena banyak hal baru Yang saya dapatkan, saya berharap dapat menjadi pribadi yg lebih baik” Quotes Pribadi ; “Do Your Best And Leave The Rest To God”
Gibran Giri Dhyaksa, Sang Pemusik Dionisius Deril Amadio Aji/07 Gibran Giri Dhyaksa atau yang biasa dipanggil sebagai Giri, adalah seorang anak SMA dan anak keempat dari empat bersaudara. Nama dia memiliki arti yaitu Giri berarti gunung, dan nama Giri mempunyai arti untuk dia tersendiri yaitu teguh dan kuat untuk menerjang segala rintangan yang diberikan oleh dunia. Giri lahir pada tanggal 22 Juli tahun 2006, dia memiliki orang tua yang hebat bernama Toto Bagiyo dan Siska Andanti. Kenapa saya bisa bilang hebat? ya karena Giri sendiri yang bilang bahwa orang tua dia adalah orang yang hebat. Giri berkata dia tumbuh di bawah bayangan orang-orang hebat, orang tuanya selalu mengajarkan hal-hal yang tidak diajarkan di sekolah atau di tempat lain kepada anak-anaknya seperti cara menjadi manusia yang baik dan rela mengasihi, dan untuk memiliki cara berpikir yang terbuka dan kritis. Selain orang tuanya, Giri juga mengidolakan kakak-kakaknya. Dia mempunyai tiga kakak, dari urutan yang paling tua nama mereka adalah, Risang Seno Sidik, Dhimas Aryo Satwiko, dan Igor Pramono Suryo. Giri mengikuti jejak mereka selama masa hidupnya, dari mengikuti sekolah yang sama, hingga mempunyai kegemaran yang sama. Walaupun dua dari empat kakaknya menghabiskan waktu mereka merantau ke luar negeri, Giri tetap bisa merasakan kehadiran mereka walaupun hanya bertemu sekali setiap dua sampai tiga tahun. Masa kecil Giri, lebih tepatnya umur 2-4 tahun orang tua dia sangat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Karena hal itu Giri merasa sedikit kekurangan karena tidak menghabiskan banyak waktu bersama dan membuat dia merasa tidak begitu dekat dengan orang tuanya. Namun semakin Giri bertambah dewasa, Giri semakin sadar bahwa walaupun dia tidak menghabiskan banyak waktu bersama orang tuanya, mereka selalu membuat setiap momen bersama Giri menjadi momen-momen yang indah. Salah satu contohnya adalah ketika sedang kumpul dengan keluarga atau ketika sedang mengunjungi kakak yang sedang sekolah di Singapura. Pada saat itu mereka terbebas dari pekerjaan dan dia dapat merasakan kasih sayang yang benar-benar tulus. Pada saat dia kelas 6 SD, Giri mengikuti banyak ujian untuk memenuhi kriteria kelulusan. Pada saat itu Ujian Nasional (UN) masih diterapkan di sekolah. Walau sedikit khawatir karena walaupun nilai-nilainya bagus dan dia sendiri siswa yang berprestasi, Giri tidak pernah belajar di rumah. Untuk Giri tersendiri belajar di sekolah sudah cukup dan materi-materi yang saya pelajari sudah dia pahami dan ingat. Tetapi UN itu mencakup materi dari kelas 1-6 SD dan pada saat itu Giri benar-benar diuji, karena dia tidak pernah mempelajari materi ulang di rumah, banyak dari pelajaran-pelajaran di tingkat-tingkat awal yang dia lupakan. Giri pun lulus SD dengan agak kecewa, karena walaupun nilainya bagus tetapi dia tidak berada di peringkat atas di angkatannya. Pada saat itu bukan hanya dirinya sendiri yang kecewa tetapi teman-teman dan guru-guru dia yang mengharapkannya untuk berada di peringkat-peringkat atas juga kecewa Dari situ Giri belajar bahwa bakat atau kemampuan yang sudah ada atau sudah tumbuh di
dalam diri sendiri, bisa dikalahkan oleh kerja keras. Pada saat itu Giri tidak belajar secara maksimal dan dia kalah bersaing melawan teman-temannya yang benar belajar setiap saat dengan giat. Lanjut ke masa SMP, Giri menempuh masa SMP di sebuah sekolah swasta dengan nama SMP Pembangunan Jaya Bintaro. Menurutnya, cerita hidup dia mulai benar-benar menarik di SMP. Ketika masuk SMP, dia hanya sekedar ingin menjadi siswa yang biasa dan lulus. Sekarang dia sadar bahwa itu adalah kesalahan besar yang bisa fatal jika tidak diperbaiki, karena sekolahnya mempunyai banyak program non-akademik dan akademik yang bisa diikuti sesuai minat dan bakat murid tersendiri. Hingga, pada suatu hari, guru musik Giri memaksanya untuk menjadi pengiring musik di sebuah drama musikal. Walaupun dia tidak mahir dalam bidang seni apalagi musik, dia tetap menerima tawaran tersebut walau dengan sedikit berat hati. Giri diberikan posisi pemain angklung toel bersama empat orang lainnya. Dan tidak dia sadari pada saat itu, bahwa tawaran tersebut merubah jalan hidupnya. Setelah berperan di dalam drama musikal tersebut, dia dibanjiri ajakan untuk mengisi acara sekolah dan lomba. Pada titik ini Giri berubah dari seorang siswa biasa yang hanya ingin melewati masa SMP nya dengan tenang menjadi seorang pemain musik yang mahir dan selalu dipercaya oleh sekolah. Sejak saat itu, dia tidak menjalankan hari-hari saya seperti siswa biasa. pulang di waktu yang sangat sore terkadang sampai malam karena harus latihan di sekolah. Saat berangkat sekolah dia pergi di waktu yang sangat pagi agar dapat mengerjakan tugas dan beristirahat untuk menggantikan waktu-waktu yang dikorbankan untuk bermusik. Karena kecintaannya kepada musik, dia ingin belajar mixing dan memutuskan ingin kuliah audio engineering. Karena skill musik Giri yang bisa dikatakan baik, ia terus manggung terus semasa SMP. Di saat-saat itu juga Giri bertemu dengan teman-teman terdekatnya untuk mengerjakan project-project kesenian bersama. Giri berkata karena kemampuan band mereka untuk mencairkan suasana dan menggerakan penonton, mereka dipanggil terus-menerus untuk mengisi acara sekolah sebagai sebuah band. Dan setelah itu terjadilah pandemi covid-19. Pada awalnya, pandemi sangat menjatuhkan Giri, Karena hobinya yang berada di panggung dia merasa kecewa dan tersesat karena tidak tau harus kemana. Dan karena pandemi, dia mempelajari audio engineering untuk membantu bandnya agar bisa tetap berkarya di pandemi ini. Beberapa bulan setelah itu, Giri mendaftarkan diri saya di SMA Kolese Gonzaga. Dia mengejar untuk masuk ke Gonzaga sejak saya SMP. Setelah menyelesaikan proses pendaftaran, tiba proses seleksi yang terdiri dari ujian masuk dan wawancara. Dan pada akhirnya Giri pun keterima di Gonzaga walaupun awalnya ada kesalahan sistem dari webnya. Beberapa minggu di Gonzaga setelah MIG, Gonzaga mengadakan Gonzaga Festival yang diadakan secara daring. Di sana Giri mendaftarkan diri ke dalam panitia Gonzfest lebih tepatnya di bidang Audio Visual. Dia berkata di dalam panitia mendapat banyak pengalaman baru, dia bisa kenal dengan orang-orang baru yang sangat hebat dan berbakat yang membuatnya berpikir “Oh begini anak gonz.” Dia berjuang bersama mereka dari membuat pembukaan MC Opening hingga mengedit Closing Teatrikal. Dan Itu menurut Giri adalah salah satu project paling susah yang pernah dikerjakan, tetapi Giri tersendiri suka dengan hasilnya.
Ratna si Jewel Fredericus Jackson Stanley Laksana/08 Beliau adalah Ratna. Nama lengkap beliau Ernesta Ratna Ismayanti. Beliau lebih suka dipanggil Ratna karena nama itu mempunyai arti yang indah. Ibunya bilang nama Ratna berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya “Jewel”…permata. Beliau lahir di kota kecil yang sangat terkenal dengan beras nya..”bareh Solok” di Solok-Sumatera Barat. Dari kecil, bahkan sejak dalam kandungan hidup beliau sering berpindah pindah mengikuti Ayahnya yang bertugas. Ayah beliau adalah seorang anggota militer yang dalam tugasnya sering berpindah pindah tempat. Mungkin itu yang menyebabkan beliau suka sekali bepergian traveling mengunjungi tempat-tempat menarik di dunia. Beliau memiliki banyak hobi yang rasanya diturunkan dari orang tuanya. Beliau suka olah raga, kuliner, dan mendengarkan music sambil santai di café meminum kopi hitam ,rasanya ini menurun dari ayah beliau. Beliau suka suka menyanyi dan menari, hobby itu menurun dari ibunya. Orang tua beliau mengajarkan banyak nilai-nilai mulia dalam hidup ini. Ayah beliau banyak mengajarkan tentang kesederhanaan , kepedulian pada ‘orang kecil’ juga kedisiplinan. Ibunya banyak mengajarkan tentang kasih sayang, berbagi dan kemandirian. Beliau sangat bersyukur sekali memiliki orang tua yang sangat mulia. Sejak beliau kuliah, beliau sudah mempunyai cita-cita untuk bekerja sebagai consultant. Beliau mendapat inspirasi itu dari adik Ayahnya yang dulu juga bekerja sebagai consultant. sekarang beliau menjalani apa yang beliau cita-citakan dari dulu. Beliau sangat senang dengan pekerjaannya sebagai consultant dengan perannya sebagai Fasilitator. Beliau merasa bekerja sebagai Fasilitator bisa membawanya terbang ke seluruh Indonesia bahkan luar negeri untuk mengajar dan belajar. Beliau merasa senang karena bisa ‘berbagi’ ilmu dan pengalaman kepada para peserta training dimanapun berada. Pekerjaannya membuat beliau bisa menyalurkan hobi traveling dan kulinernya, sekaligus nilai yang diajarkan Ibu beliau, yaitu berbagi, berbagi ilmu, dan berbagi pengalaman. Sebagai penutup ini adalah quotes kesukaan beliau “Not all of us can do great things. But, we can do small things with great Love”. Mother Theresa
Liana Conchita Zaubin, Pembuat Kerajinan Tangan Gabriel Bryon/09 Liana Conchita Zaubin lahir di Plaju, Sumatra, 23 Maret 1970. Ia adalah anak dari Emiliana Maria Zaubin dan Warry Zaubin. Ia adalah anak ketiga dari 3 saudara. Hal yang paling dikenang saat masa kecilnya adalah saat susahnya mencari makan dalam situasi keuangan saat itu, tetapi ayahnya sangat pintar berburu jadi mereka sering makan daging hasil buruan ayahnya. Mereka pergi ke hutan berburu babi, rusa, dll. Hobinya dulu adalah membuat Handycraft seperti box, boneka, dll untuk membuat uang. Tetapi ia meninggalkan hobi ini karena sudah mempunyai anak-anak dan pekerjaan. Saat kecil Ia memulai sekolah di Plaju sampai kelas 5 SD. Ia mengakhiri pendidikan di Plaju karena keluarga akan pindah ke Jakarta. Ia pindah ke Jakarta karena ayahnya mendapat pekerjaan baru, maka ia pindah ke jakarta dan memulai pendidikan lagi di Jakarta. Saat di Jakarta, ia memulai pendidikan dari kelas 5 SD sampai SMP di PSKD, SMA di 70 dan kuliah di UI (Universitas Indonesia) sampai S1. Ia menuju ke jepang untuk pertukaran pelajar selama 1 tahun di Tokyo. Beliau mempunyai banyak kegiatan yang ia senangi sewaktu SMA, salah satunya adalah mengikut kegiatan TLUP (Tata Laksana Upacara), PMR (Palang Merah Remaja), Taekwondo. Profesinya saat ini adalah Karyawan swasta, ia sedang mengerjakan finance/keuangan. Dulu Ia menentukan pilihan karier dengan mengajar bahasa Indonesia ke orang jepang, lalu ada orang yang datang yang melamar pekerjaan di Mitsubishi. Melalui beberapa proses beliau diterima untuk bekerja di sana. Beliau bekerja di sana selama 15 Tahun lalu pindah ke profesi sekarang. Yang membuat ia berhasil di tempat kerjanya sekarang adalah selalu berusaha untuk meningkatkan pengetahuannya dan selalu mencoba mengerjakan apapun untuk belajar hal baru. Saat ini beliau masih melanjutkan profesinya dan menjaga kedua anaknya.
Raphael Rusmadi yang Sudah Berhasil dan Tetap Sederhana Gabriela Aletha Sasikirani/10 Bernama lengkap Raphael Rusmadi, dilahirkan di Jogjakarta pada tanggal 9 September 1932. Merupakan anak dari Aloysius Afandi Martohardjono dan Aloysia Waginem. Beliau merupakan anak ke 2 dari 7 bersaudara. Masa kecil beliau dihabiskan di Yogyakarta. Menghabiskan masa kecil dan remaja di Yogyakarta banyak sekali pengalaman beliau. Beliau dulu menjadi putra altar di gereja St Fransiskus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta. Beliau merupakan orang yang percaya pada kekuatan doa dan selalu berserah kepada kekuatan Tuhan, dan hal itu terbukti dengan peristiwa yang dialami pada saat beliau hanya berumur lima belas tahun. Pada waktu itu Beliau akan pergi ke gereja pada masa kedudukan Belanda, beliau pernah diacungi senjata saat tentara Belanda sedang melakukan patroli. Pada saat itu Beliau hanya diam saja ketakutan sambil berdoa. Rupanya doanya itu terjawab dengan suara tembakan di kejauhan, dan tentara Belanda itu mengalihkan perhatiannya ke suara tembakan-tembakan tersebut. Kejadian itu begitu membekas dan tidak bisa terlupakan. Beliau hanya menempuh pendidikan sampai SMA, dan tidak pernah kuliah. Setelah lulus sekolah di Yogyakarta, beliau merantau ke Jakarta, dan mulai bekerja sebagai pegawai Bank Indonesia (BI). Tidak lama bekerja di BI kemudian beliau bekerja di perusahaan jasa ekspedisi ELTEHA. Merasa tidak betah bekerja di Elteha beliau dan 2 rekannya berpikiran untuk mencari pengalaman baru dan ingin mempunyai usaha. Saat sedang bekerja, beliau pernah membaca sebuah merek perusahaan jasa ekspedisi bernama TIKI, beliau tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang usaha TIKI dan pada akhirnya berhasil menemui pemilik perusahaan tersebut. Beliau dengan 2 rekan kerjanya kemudian membeli sedikit saham TIKI kemudian keluar dari Elteha dan bekerja dengan sungguh-sungguh memajukan dan membesarkan nama TIKI. Setelah TIKI berkembang untuk pasar domestik TIKI berencana mengembangkan usaha jasa untuk internasional, kemudian didirikan anak usaha TIKI yaitu JNE yang rencananya untuk menunjang kemajuan TIKI untuk pengiriman internasional, tetapi pada masa kedepannya berkembang juga untuk pengiriman pasar domestik, dan Beliau sebagai salah satu pemegang saham di JNE. Beliau menikah dengan Yuliana Yopie Sukesi pada tanggal 31 Desember 1966. Kemudian pada tahun 1970 lahirlah putri pertama bernama Th. Nia Handayani, pada tahun 1972 lahir anak kedua laki-laki yang bernama H. Ari Bawono, dan pada tahun 1974 lahir anak ketiga yang bernama M. K. Adhi. Saat ini beliau sudah pensiun dari kegiatan usaha TIKI dan JNE, dan dilanjutkan oleh anak-anaknya. Dan untuk mengisi masa pensiun beiau mendirikan usaha Villa dan restoran di daerah Bogor yang bernama Lenirra Villa And Resto. Kedepannya akan mengembangkan
Glamping yang bisa dipakai untuk acara retret dan kegiatan lainnya. Beliau juga menikmati masa pensiun dengan bercocok tanam dan berternak lele. Sebenarnya beliau memang menyukai bercocok tanam, beliau bertanam buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Jika saat nya panen biasanya beliau mengundang saudara-saudaranya untuk berkumpul dan menikmati hasil panen dari tanaman beliau. Dengan berkumpul dengan saudara akan membuat beliau lebih bahagia.
Janice: Pemimpi Penuh Perjuangan Gianna Fiorella/11 Janice Arashel Tumbelaka adalah seorang siswi SMA Kolese Gonzaga. Ia adalah seseorang yang selama hidupnya sering meraih prestasi. Namun, tidak hanya prestasi dan kemenangan yang ia alami, tetapi kegagalan dan perjuangan pun juga menjadi bagian dari hidupnya. Masa Kecil Janice lahir di Jakarta pada tanggal 23 September, 2005. Ia mempunyai ayah bernama Rene Eugene Tumbelaka dan ibu bernama Elis Sugiarti. Ia juga memiliki dua saudari, Jasmine Abigail dan Naomi Amadea. Janice bertempat di Ciputat Timur, Tangerang. Ketika ia masih di bangku PG hingga SD, Janice masuk ke sekolah Tirta Marta Pondok Indah. Setelah itu, Janice masuk ke SMP Negeri 68 Jakarta Selatan. Sekarang, Janice duduk di bangku kelas 11 di SMA Kolese Gonzaga. Di sekolah-sekolah tersebut, Janice berhasil meraih prestasi kompetisi dan aktif menjadi kepanitiaan organisasi dan acara, seperti acara Gonzaga Festival. Selain prestasi tersebut, Janice juga berhasil menjadi bagian dari organisasi-organisasi di luar sekolah, seperti Space For Youth, Anak EduKasih, dan YourStoryIsHeard. Di masa kecilnya, Janice mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang penemu. Hal tersebut disebabkan oleh buku komik yang sering diberikan kepadanya mengenai para penemu terkenal. Namun, cita-cita tersebut telah berubah. Janice merasa bahwa keterampilan yang dimiliki untuk menjadi seorang penemu masih kurang dan ia merasa lebih mampu di hal-hal public speaking. Peristiwa Membanggakan Walaupun Janice memang seorang siswi yang mempunyai banyak prestasi akademik, ada 3 hal signifikan yang paling membanggakan untuknya. Bisa diterima dan masuk SMA Kolese Gonzaga, bisa mencapai kelas 11 dengan nilai yang memuaskan, dan bisa bertahan sampai titik ini dalam hidupnya. Dalam meraih kebanggaan tersebut, tentunya ada perjuangan yang dilakukan Janice. Dalam perjuangan akademisnya, ia harus melewati rasa keraguan terhadap diri sendiri secara akademis. Janice akhirnya belajar bahwa harus mengikuti arus diri sendiri. Janice sendiri merasakan fokusnya kurang di kelas. Karena itu, ia belajar mandiri dan tidak mengikuti jadwal rutin. Ia sadar bahwa belajar dengan semangat sendiri dan kemauan sendiri lebih efektif. Janice juga mengalami kesulitan dengan kepercayaan dirinya. Walaupun ia mencoba untuk tidak mempedulikan kata-kata orang lain, Janice kadang masih membiarkan komentar orang lain mempengaruhinya. Ia berkata bahwa dirinya adalah people pleaser dan ia khawatir dengan persepsi orang lain terhadapnya. Akhirnya, Janice berjuang untuk melepaskan
pikiran-pikiran tersebut dan ia percaya bahwa tidak peduli seberapa keras kita mencoba untuk mengubah diri sendiri demi orang lain, pasti mereka akan selalu menemukan hal baru dari kita untuk dibenci. Kegagalan Seperti orang lain, Janice pastinya pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya. Salah satu kegagalan yang pernah ia alami adalah ketika ia gagal dalam membela dirinya sendiri. Ia merasa malu karena ia membiarkan mereka mempunyai kekuatan untuk merendahkan dirinya sendiri. Karena itu, rasa keraguan dirinya mulai muncul. Namun, Janice membuat janji dengan dirinya sendiri. Janice berjanji untuk tidak lagi merasakan sakit tersebut dan ia berusaha sebisa mungkin untuk menghindari peristiwa seperti itu terjadi lagi. Secara akademis, Janice merasa gagal karena ia pernah mendapatkan nilai 88 dan 87 di mata pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika. Ia merasa gagal karena ibunya menanyakan kenapa ia mendapatkan nilai yang kurang memuaskan tersebut. Janice merasa sedih karena ibunya lebih memperhatikan nilai yang kurang memuaskan dibanding hasil-hasil yang bagus. Untuk menghindari perasaan dan kejadian tersebut, Janice berusaha untuk fokus pada perjuangan dan hasil yang diperoleh, bukan hanya memikirkan nilai yang kurang memuaskan. Peristiwa Penting Salah satu hal yang membuat Janice memutuskan untuk masuk ke SMA Kolese Gonzaga adalah keinginannya untuk mencari pengalaman baru. Janice ingin memulai dari nol dan ia tidak ingin bertemu dengan para siswa di SMP dulunya. Hal tersebut karena Janice mengalami perundungan ketika ia masih duduk di bangku SMP. Saat ia kelas 7, Janice pernah memposting foto dirinya di Instagram ketika ia pergi ke Singapura. Foto tersebut ia ambil ketika ia pergi ke suatu toko dan mencoba pakaian yang menurutnya lucu. Janice mengambil foto di ruang ganti toko tersebut dan ia posting fotonya ketika ia sudah balik ke hotel. Senior-senior serta teman-temannya melihat foto postingan tersebut dan mulai mengejek Janice. Hal tersebut menjadi awal mula perundungan yang dialami Janice di SMP. Kata-kata buruk dilemparkan kepadanya dan ia pun sering “dilabrak” oleh seniornya. Lama-lama, Janice merasa bahwa ia “pantas mendapatkan perlakuan tersebut”. Janice pun berubah dari perempuan yang percaya diri menjadi perempuan yang selalu meragukan dirinya sendiri. Peristiwa kedua adalah ketika Janice bercerita ke teman-temannya mengenai kejadian perundungannnya. Di saat itu, Janice sering bercerita dan berkata ke mereka bahwa ia sudah lelah, tetapi mereka hanya menganggap bercanda. Bukannya diberi bantuan, teman-teman Janice hanya menyindir dan ikut mengejek. Sekarang, Janice melihat kembali peristiwa tersebut dan ia mempunyai perasaan bercampur. Ketika ia sedang merasa sedih, Janice suka melihat kembali pengalaman buruk tersebut dan berpikir “apakah orang lain berpikir seperti itu?” “apakah aku masih seperti itu?”. Namun, Janice sering menggunakan kedua peristiwa tersebut untuk motivasi dan semangat hidup. Janice bertekad untuk membuktikan bahwa mereka salah. Impian dan Cita-Cita
Sekarang, Janice mempunyai banyak impian dan cita-cita. Janice berencana untuk melanjutkan studi di luar Indonesia. Ia sedang memikirkan negara Singapura atau Jepang untuk tempat studinya karena kedua negara tersebut menawarkan beasiswa khusus untuk murid Indonesia. Janice berencana untuk masuk ke jurusan Hubungan Internasional, Komunikasi, atau Ilmu Politik. Dengan pilihan jurusan-jurusan tersebut, Janice ingin menjadi Diplomat atau spokesperson di ASEAN atau United Nations. Ia juga ingin bekerja di bawah naungan pemerintah, seperti Kementerian Luar Negeri, maupun lembaga independen.
Cibel Bocah Cilik Gregory Patrick Junior Pasaribu/12 Christabel Amadhea yang biasa dikenal sebagai Cibel, lahir pada tanggal 4 Januari 2007, tepatnya di Jakarta. Cibel tinggal di Depok, dari kecil Cibel tinggal bertujuh bersama keluarga besarnya. Cibel merupakan anak tertua dari berdua bersaudara, adiknya bernama niko. Sayangnya Cibel kurang dekat dengan kedua orang tuanya, yang mana Cibel lebih dekat dengan Niko, kakek, dan tantenya. Alasan Cibel kurang dekat dengan Ayahnya karena beliau seringkali bekerja hingga malam dan jarang berbicara, begitu juga dengan Ibunya yang mungkin Cibel kurang dekat, mungkin permasalahanya ada di komunikasi. Kenangan yang diingat Cibel ketika dulu adalah jalan keliling komplek setelah pulang sekolah sambil menangkap jangkrik, bersama kakeknya dan Niko. Lucunya jangkrik yang sudah dibawa pulang, dibunuh oleh Niko yang masih kecil. Sebenarnya Cibel tidak banyak mengingat masa kecil dari sisi tidak menyenangkan, karena memang seram dan tidak enak diingat. Masa SD Cibel kurang banyak keluar rumah, karena memiliki orang tua yang terkesan strict, dan lebih banyak mengisi waktu dengan belajar, sekali bermain lebih sering dengan tetangga dan teman tetangganya yang menjadi salah satu teman pertamanya. Dari kecil Cibel sudah merasa badanya tidak enak karena jarang istirahat dan menjadi mudah terkena penyakit. Merasa senang di SD, karena sekolahnya kecil dan tidak ramai. Satu angkatan adalah satu kelasnya sendiri yang berisi 13 orang. Dekat dengan semua orang di SD membuat Cibel nyaman dan menjadi ekstrovert pada saat itu. Masa-masa SD ini lah yang menjadi kenangan dan kebahagiaan Cibel pada saat itu. Bahasa inggris sudah menjadi bahasa sehari-hari Cibel pada saat SD, karena memang di sekolah tersebut menggunakan bahasa inggris Culture shock mengenai Cibel pada awal masuk SMP, karena dari SD yang berbahasa inggris dan memiliki sedikit murid, langsung pindah ke SMP katolik yang memiliki sekitar 200 an murid setiap angkatannya. Sebenarnya SMP itu seru menurut Cibel, hanya saja ketika kelas 7 Cibel mengingat ketika ditriakin dan diejek oleh anak anak cowo, yang berawal dari cowok yang menyukainya, namun ditolak. Pernah ketika olahraga Cibel diejekin oleh teman-teman cowoknya hingga menangis. Sisi positif dari kejadian itu, Cibel memiliki banyak teman dari kelasnya setelah kejadian. Jadi masa kelas 7 adalah masa-masa adaptasi Cibel ke sekolah barunya. Kelas 8 menjadi kelas paling dikangenin oleh Cibel dan memiliki banyak kegiatan, seperti classmeeting, study tour ke Jogja, pensi, dan konser. Hal tersebut memiliki banyak kenangan dan seru bagi Cibel. 2020 Tidak terlalu seru bagi Cibel, karena awal tahun Cibel mendapat masalah bersama cowo-cowo dan masalah tersebut selesai dalam sebulan. Sayangnya ketika Cibel sudah nyaman dengan sekolah muncullah covid. Ketika covid Cibel
menjadi introvert kembali dan tidak melakukan banyak hal. Masalah pertamanya adalah susah makan, menurut saya hal tersebut terjadi karena tidak banyak aktivitas yang dilakukan Cibel karena covid, hingga kebutuhan makanya kurang dan kekurangan gizi. Cukup sulit, karena Cibel berusaha mencari nafsu makan untuk kembali berisi dan lebih sehat. Orang tua Cibel membantunya dengan mengawasi Cibel makan, untuk tidak memuntahkan atau menyisakan makanannya. Proses ini berujung baik, karena Cibel mengembalikan nafsu makan dan lebih sehat. Tahun 2021 tidak banyak perbedaan, karena Cibel kebanyakan di rumah bersama keluarganya. Kelas 9 menjadi kelas yang terlupakan. Masa menuju SMA telah tiba, opsi pertama Cibel adalah melanjutkan ke Regina Pacis dan Kolese Gonzaga sebagai opsi kedua. Cibel tidak terlalu tertarik pada Gonz, karena dia merasa tidak mungkin diterima. Hal mengejutkan terjadi, cibel keterima Gonz, begitu juga dengan teman-temanya yang mendaftar. Karena hal ini Cibel menjadi bimbang, karena belum tes ke Regina Pacis. Setelah pemikiran matang, Cibel melanjutkan SMA ke Gonz. Cibel cukup terpikirkan karena malas berkenalan dengan orang baru di kota baru, apalagi kondisi pandemi yang memaksakan sekolah online. Untungnya pergaulan di SMA Kolese Gonzaga membuatnya mudah mencari teman walau tidak terlalu banyak dan nyaman di pertemanan sekarang di X IPS 3. Cibel tidak bermasalah dengan temannya yang tidak banyak, namun Cibel berencana mencari teman baru setelah benar benar nyaman di pertemanan yang sekarang. Cibel mengira pelajaran di Gonzaga sulit, namun ternyata mudah bagi Cibel, dirinya yang SMP sering remed menjadi pintar dan rajin di Gonzaga, mungkin hal tersebut terjadi karena sudah bisa dewasa dalam belajar.
Perubahan karena keadaan Hieronimus Geovando/13 Moses Alvin Marcello Panjaitan anak yang lahir pada 13 Oktober 2006 di Jakarta, Rumah Sakit Bunda Menteng pada pukul 15:00 WIB. Ia 3 bersaudara dengan 1 kakak Rafael Albert Renato Panjaitan yang lahir di Jakarta, 12 Oktober 2004 dan 1 adik Julyana Aurelia Ester Panjaitan yang lahir di Jakarta 20 Juli 2013. Ayah Alvin merupakan seorang karyawan swasta dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Saat Alvin kecil ia bersekolah di TK Strada Indriyasana. Alvin kecil memiliki cita cita menjadi seorang dokter. Saat Alvin kecil jika ia sedang marah atau ngambek ia harus makan nasi goreng dan bukan sembarang nasi goreng, ia hanya mau makan nasi goreng yang dibuat oleh mamanya. Alvin kecil juga sempat meraih juara drumband. Alvin semakin bertumbuh dan menginjak Sekolah Dasar di SD Strada Wiyatasana. Alvin saat TK maupun SD merupakan pribadi yang sangat manja, tidak bisa mandiri dan cenderung lebih sensitif. Saat Alvin SD ia pernah mengalami suatu kejadian yang membuat ia trauma. Ia pernah melihat pamannya jatuh dari tangga lalu ia mendengar suara seperti patahan tulang. Semenjak saat itu ia menjadi takut jika mendengar suara tangan saat ditekuk sampai berbunyi “kretek”. Alvin saat SD juga sedikit kurang dalam segi akademik. Alvin sempat mengalami kegagalan yang cukup membuat ia seperti terpuruk. Dimana saat SD ia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapat nilai Ujian Nasional yang baik dan berusaha untuk bisa meraih SMP Negeri impiannya. Namun sayangnya ia masih juga tidak berhasil meraih SMP impiannya karena nilainya yang masih kurang. Saat SMP pula Alvin harus mengurung cita-citanya menjadi dokter, dikarenakan pelajaran biologi yang sangat sulit untuk di ia kuasai. Dari keterpurukan itu Alvin tetap terus semangat dan bangkit. Ia berusaha untuk mengikhlaskan apa yang sudah terjadi, mencoba mencari kegiatan positif lain sebagai distraksi dan juga meminta dukungan orangtua serta sahabat. Alvin pun harus menerima realita bahwa ia harus bersekolah di SMP yang bukan menjadi impiannya. Meski begitu ia tak berhenti berjuang bahwa ia mampu bisa lebih baik. Di SMP, tepatnya SMP Strada Marga Mulia Alvin merupakan pribadi yang telah berkembang, tak hanya secara kecerdasan akademis dan non akademis, secara sikap ia telah jauh berkembang menjadi pribadi yang lebih mandiri dan tidak mudah tersinggung. Pada masa SMP Alvin merupakan siswa yang bisa dibilang cerdas, ia mendapat peringkat kedua dengan perolehan nilai Ujian Sekolah tertinggi di SMP Strada Marga Mulia, ia juga merupakan wakil ketua MPK, anak band, dan juga paskibra. Dari sini bisa terlihat walaupun Alvin sempat terpuruk tetapi ia bisa bangkit dan membuktikan kepada orang orang bahwa dia bisa. Setelah lulus SMP Alvin semakin dewasa dan telah memutuskan apa tujuan hidupnya di masa depan. Alvin saat SMA, di SMA Kolese Gonzaga memiliki cita-cita sebagai Software Engineer, dasar dari menjadi Software Engineer adalah ilmu matematika, oleh karena itu ia
sangat fokus dan giat dalam memahami dan mempelajari matematika. Alvin saat ini adalah pribadi yang santai, easy going dan apa adanya. Bukan berserah pada keadaan namun lebih ke arah berjuang sekuat tenaga dan berikan yang terbaik, untuk masalah hasil ia hanya bisa memasrahkan semua kepadaNya. Prinsip hidup Alvin adalah asalkan dia bahagia dan menyukai apa yang dia lakukan dia akan melakukannya secara sungguh sungguh dan selalu berjuang. Alvin juga sudah menyiapkan Universitas impiannya yaitu Institut Teknologi Bandung, jurusan Teknik Informatika. Tujuan hidup Alvin adalah menjadi orang kaya dan bisa membagi kekayaan itu kepada orang yang lebih membutuhkan.
Ken, Seorang Siswa yang Berprestasi Joanne Kathleen Halim/14 Ken adalah seorang siswa SMA Kolese Kanisius yang telah meraih banyak prestasi dalam bidang basket dan musik. Ia lahir di Jakarta pada tanggal 21 Oktober 2004. Sejak kecil, ia mengisi waktu luang dengan latihan basket dan drum. Ia memiliki cita-cita menjadi pemain basket karena sudah menjadi hobi dan terinspirasi dari pemain NBA. Namun, cita-cita semasa kecilnya itu berubah. Ia pun berhasil menghadapi lika-liku kehidupan yang membentuk dirinya saat ini. Latihan basket sudah menjadi kesehariannya semenjak kecil. Ia sempat bergabung dalam klub SABC dan mengikuti beberapa kejuaraan sehingga menambah pengalamannya dalam dunia basket. Adakalanya ia merasa malas untuk latihan basket karena merasa kurang cocok dengan pelatihnya, tetapi ia sadar bahwa semua orang tidak ada yang sempurna. Latihan basket secara rutin yang dilakukan olehnya, menghasilkan beberapa penghargaan. Ia telah meraih juara 2 SMP Sanmar Cup, juara 2 SMK Sanmar Cup, juara 1 Budi Mulia Cup, juara 1 Theresia Cup, dan Juara 2 St. Laurensia Cup. Keinginannya menjadi pemain basket terhenti saat kelas 10 karena ia harus membagi waktu antara sekolah dan kegiatan lain yang cukup padat, sehingga ia tidak dapat fokus dalam dunia basket. Tidak hanya basket, ia juga berprestasi dalam dunia musik. Ia mulai latihan drum semenjak kecil. Namun, ia sempat merasa kesulitan dan ia berusaha dengan latihan drum secara rutin. Ia juga terlibat aktif dalam band sewaktu SMP, sehingga menambah pengalamannya dalam dunia musik. Usaha yang dilakukan olehnya membuahkan hasil, yaitu ketika ia meraih juara 1 Band CC CUP 2021. Sejak kecil ia bermimpi untuk menjadi seorang pemain basket. Namun, seiring berjalannya waktu cita-cita ia berubah. Ia memiliki cita-cita membuat pabrik makanan karena melihat situasi saat ini. Ia ingin mengembangkan produksi pangan dan membuka lapangan kerja bagi banyak orang. Di Indonesia ia melihat banyak produksi pangan yang kualitasnya kurang, hasil panen juga cepat busuk, dan iklim yang tidak menentu. Keinginannya, yaitu membuat produksi pangan di Indonesia menjadi lebih adaptif terhadap kondisi apapun. Ketika menduduki bangku kelas 12 SMA, sudah saatnya ia untuk menentukan masa depannya. Ia pun memutuskan untuk kuliah di Jepang dan mengambil jurusan sesuai dengan yang diimpikan, yaitu Agricultural and Environmental Engineering. Ia sempat pesimis dengan hasil TOEFL dan SAT. Namun, ia mendapat dukungan dan motivasi dari keluarga, guru, dan teman-teman. Ia juga memiliki back-up plan, yaitu sekolah bahasa terlebih dahulu untuk persiapan masuk universitas. Kehidupan yang dijalani untuk meraih berbagai prestasi tidak mudah. Banyak pengorbanan dan perjuangan yang harus dihadapi. Ia mengorbankan waktu latihan basket untuk fokus dalam kegiatan sekolah. Sosok orang tua yang menjadi panutannya dan teman-teman pun menjadi motivasi dalam kehidupan yang ia jalani.
Sekar Angegari Sang Perempuan Unik dan Berbakat Johanes Bagas Prihastomo/15 Maria Stella Matutina Sekar Angegari yang lebih dikenal dengan nama Sekar Angegari atau biasa dipanggil Sekar, Ia lahir pada tanggal 28 Februari 2006 di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta (RSPI), yang berarti dia sekarang berumur 16 tahun. Sekar adalah anak satu-satunya dari kedua orang tuanya yang bernama Veronica Susilowati sebagai ibunya dan ayahnya yang bernama Fransiskus Bernadus Soegiarnanto, profesi dari kedua orang tuanya adalah dulunya ibu dari Sekar menjadi kepala sekretaris dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) kemudian Ia pensiun di masa-masa awal pandemi dan profesi dari ayahnya Sekar adalah manajer ekspor/impor di bidang kimia. Kini mereka tinggal di Perumahan Wisma Cakra yang berada di Jalan Cakra Asri Blok O No.14 Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat dan mereka juga mempunyai rumah di Grand Matoa Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Jakarta. (Foto diambil saat berada di Kopitagram Cinere) Ia gemar melakukan kegiatan yang membuat dia happy yaitu bermain basket, bermain piano dan menggambar. Sekar saat Play Group (PG) bersekolah di HighScope, lalu lanjut ke tingkat Taman Kanak-kanak (TK) di Citapersada, selanjutnya menuju Sekolah Dasar (SD) di Charitas , Sekar di Charitas dari tingkat SD sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), lalu saat Sekolah Menengah Atas (SMA) dia pindah ke sekolah kita tercinta SMA Kolese Gonzaga. Dari kecil Sekar sudah bercita-cita menjadi dokter karena dia senang membantu orang dan ia semakin terinspirasi ingin menjadi dokter dari film Greys Anatomy, dan makanan favorit Sekar yaitu segala hal yang bersangkutan dengan keju,coklat dan Ia juga suka dengan makanan pedas. Dari usia Sekar yang masih muda sampai sekarang Ia sudah memperoleh banyak prestasi dari bidang akademik maupun non akademik, di bidang akademik yaitu OSN IPA saat masih SMP, MGMP Matematika DKI Jakarta saat masih SMP dan Semifinalis Aritmatika UNS saat SMA. Lalu dibidang non-akademik yaitu menang di beberapa perlombaan bola basket (SD-SMP), lomba model
2009 saat umur 3 tahun, lomba menggambar 2012 saat umur 6 tahun dan lomba Piano (SD-SMP). Sekar bisa memperoleh banyak prestasi karena belajar dan sering berlatih sehingga Ia dapat memperoleh prestasi maupun hasil yang terbaik atau yang diinginkan. Saat Sekar masih kecil Ia memiliki peristiwa yang sangat unik karena Sekar memiliki lebih dari 13 jenis alergi terhadap makanan, dan setelah Ia mengetahui memiliki alergi yang bisa dibilang sangat banyak dan sangat jarang dimiliki oleh manusia lalu Ia mulai aktif untuk sering bepergian ke dokter bahkan sampai kontrol ke dokter di Singapura. Setelah Ia berobat cukup lama bahkan sampai operasi pulang-pergi dari Indonesia ke Singapura akhirnya dokter menyatakan bahwa Sekar sudah sembuh dari semua alergi yang Ia miliki pada saat kelas 5 Sekolah Dasar (SD). Dari sebagian cerita dari hidup Sekar kita bisa melihat Sekar sudah melewatkan banyak sekali rintangan dari yang berhasil sampai yang gagal pun juga ada, dan cara Sekar untuk bisa bangkit dari seluruh kegagalan yang Ia rasakan adalah memotivasi diri sendiri agar menjadi yang terbaik.
Christian, Sang Point Guard asal Jakarta John Michael Yavenue/16 Prasetyawan Christian Dwi Putra atau biasa dipanggil Christian merupakan anak kedua dari kedua orang tuanya. Beliau datang ke dunia pada tanggal 12 Januari 2006 di Jakarta. Ia mempunyai kakak perempuan yang bernama Putri. Sejak awal kehidupannya Ia seringkali dikenalkan dengan bola basket. Christian selama masa kecilnya seringkali diajak bersama dengan keluarganya menonton pertandingan bola basket dari liga indonesia yaitu IBL sampai NBA. Christian memulai pendidikan awal Taman Kanak-Kanak di sekolah Asisi Jakarta Selatan, lalu melanjutkan pendidikan sekolah dasarnya di Asisi. Saat Ia mencapai kelas 3, Ia mulai memiliki ketertarikan bermain bola basket. Karena seringnya menonton pertandingan basket bersama keluarganya Ia kurang lebih sudah paham aturan-aturan dan pola permainan bola basket. Awalnya Ia sering bermain saat sepulang sekolah dengan teman-teman dan kakak kelasnya. Lalu Ia memulai latihan individu dengan melatih shooting, passing, dan dribbling nya. Setelah kelas 4 Christian bergabung dengan sebuah klub yang sering berlatih di dekat rumahnya yaitu Cougar. Di Cougar Ia bisa lebih lagi melatih kemampuan individunya dan melatih bermain sebagai tim dalam bola basket. Christian juga mulai mengikuti berbagai kompetisi kompetisi bola basket. Terinspirasi dari Stephen Curry, Christian setiap hari berlatih agar bisa menjadi seperti beliau. Stephen Curry merupakan pemain berposisi Point Guard di klub besar di NBA yaitu Golden State Warriors. Curry merupakan player pertama di NBA yang berumur 33 tahun untuk memimpin top skor di liga NBA setelah Michael Jordan. Christian sebagai pemain basket ingin meningkatkan kemampuan individu dia agar dapat bermain di posisi Point Guard seperti Curry dan mencetak banyak point untuk tim. Ia bukan hanya melatih basket melainkan dia juga melatih fisik agar mempunyai badan yang memadai untuk bermain secara maksimal dalam basket. Setelah melanjutkan pendidikannya di SMP Asisi Christian mulai aktif dalam ekstrakulikuler basket. Setiap hari Ia selalu bermain dan melatih basket agar bisa menjadi pemain yang lebih baik. Di SMP Asisi Ia mengikuti berbagai kompetisi. Saat Tarakanita Cup Ia merupakan pemain satu-satunya di tim sekolah yang kelas 7. Walaupun dia merupakan pemain termuda di tim Ia dapat mencetak berbagai point-point yang gemilang sehingga dapat membawa Asisi Juara 1 dalam kompetisi tersebut. Saat kelas 8 tian bersama dengan klubnya juga berlatih untuk bersaing di Kejuaraan Nasional atau biasa disebut dengan Kejurnas. Sebelum pergelaran acara Kejurnas
berlangsung Ia bersama dengan klubnya cougar banyak melakukan latihan dan sparing dengan klub-klub lain. Selama latihan tersebut Christian dapat menunjukan kemampuan dia dalam bermain dan mencetak skor-skor yang baik, karena performa dia yang maksimal saat latihan Ia juga dipilih oleh pelatih klub dia sebagai pemain utama dalam roster klub tersebut. Walaupun belum dapat meraih hasil yang maksimal pada tahun itu bersama klubnya Christian sudah bermain gemilang. Passion Christian dalam bermain basket terus mendorong dia untuk selalu menjadi lebih baik. Keinginan Christian untuk terus berkembang dan menjadi pemain yang lebih baik merupakan kunci untuk kesuksesannya dalam basket. Sekarang Ia masih meneruskan hobinya bermain basket dan sedikit lagi sudah ingin masuk SMA sambil meneruskan hobinya yaitu bermain basket.
Riri Ratuain, Pelajar Berprestasi Kevin Kristanto/17 Maria Victoria Yosefani Ratuain, seorang pelajar SMA Kolese Gonzaga yang berumur 15 tahun. Yang lahir di Jakarta pada tanggal 1 Mei 2006 di RS Thamrin, Ia adalah anak dari bapak Natalis Dwi Christanto Adiputera Ratuain dan ibu Cicilia Dessy Kusumawardhani. Ia adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Ia akrab dipanggil Riri. yang memiliki Hobi mendengarkan lagu yang genrenya rnb sama indie rock yang membuat suasana menjadi hidup. Pendidikan diawali dengan masuk ke TK Mini Pak Kasur, yang berada di daerah pasar minggu, awal masuk TK umur 2 tahun dan lulus di umur 5 tahun kurang lebih ia mengenyam pendidikan selama 4 tahun, setelah itu ia masuk ke SD Tunas Global yang berada di Kota Depok ia mengenyam pendidikan selama 6 tahun, lalu masuk ke SMP Tarakanita 1 di jakarta selama 3 tahun, lalu masuk ke SMA Kolese Gonzaga. Ia mendapatkan prestasi akademik yaitu saat SD Rangking satu UN, kelas 7 rangking 10, kelas 8 rangking 9, kelas 9 rangking 9 dan mendapatkan 10 besar di angkatan pada semester 1 di SMA . Ternyata tidak hanya prestasi akademik saja yang diraih melainkan prestasi non akademik juga diraih yaitu juara 1 fashion show saat sd dan juara 1 futsal saat SMP. Tentunya dari prestasi yang didapat memerlukan perjuangan yang besar. Perjuangan yang dilakukan ia yaitu mengerjakan soal soal latihan try out,belajar bareng saat sd, saat masuk ke smp mengatur waktu dan belajar dengan serius. Pastinya didalam perjalanan kehidupan tidak ada yang mulus, dan ada kalanya kita diatas dan dibawah ia pernah mengalami beberapa kegagalan. Saat SD mengikuti OSN IPA, lulus di babak penyisihan tetapi saat final sayang sekali ia gagal, tentunya kita memiliki sekolah sekolah impian saat mau masuk ke jenjang akhir di sekolah dasar. Ia ternyata gagal test SMP St.Ursula, dan akhirnya masuk ke SMP Tarakanita 1 Jakarta. Setelah kegagalan yang dialami mungkin beberapa orang merasakan tidak percaya diri, tetapi bagaimanapun caranya kita harus bisa bangkit kembali. Cara dari Riri biar bisa bangkit dari kegagalan mungkin bisa menjadi contoh yaitu “kita harus belajar dan harus bisa memahami bahwa hidup itu cuma sekali, jika kita gagal itu adalah bagian dari proses dan pastinya semua yang terjadi pasti ada alasannya” dan terakhir Ia ingin berusaha dengan maksimal untuk dorong dan dampingi siswa/siswi yang kurang aktif didalam Gonzaga.
Maria Florence, Perenang Aktif Muda Keyanna Ramadhina Sekararumy/18 Maria Florence Chandraningsih Sulistyo yang biasa dipanggil Florence merupakan seorang pelajar tahun pertama di SMA Kolese Gonzaga. Ia lahir di Jakarta pada 27 Oktober 2006. Florence merupakan anak pertama dari dua bersaudara, adiknya juga merupakan seorang perempuan, namanya Caecilia Alexis Dwijayanti Sulistyo. Alexis saat ini duduk pada bangku SMP, mengikuti jejak kakaknya, di SMP Strada Nawar. Florence dan Alexis merupakan anak dari Domitianus Adi Sulistyo dan Veronica Vany Isnaryanti. Ayahnya adalah seorang wiraswasta, sedangkan ibunya merupakan karyawan swasta. Florence mengatakan hubungan dengan kedua orang tuanya terlampau sangat baik, begitu pula dengan adiknya. Kita sering melihat hubungan adik dan kakak dipenuhi dengan perkelahian, berbeda dengan Florence dan Alexis yang sangat akur menghabiskan waktu berdua. Ia dan keluarganya tinggal di Perum Puri Gading Villa Besakih H16/No. 3, Jati Melati, Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat. Florence menghabiskan waktu dari TK, SD, lalu SMP di Strada Nawar yang terletak di Jl. Raya Hankam No.85, Jatiranggon, Kec. Jatisampurna, Kota Bekasi, Jawa Barat. Selepas lulus SMP, ia sempat bimbang untuk menentukan sekolah lanjutan, antara SMA Tarakanita 1 atau SMA Kolese Gonzaga. Namun, setelah ditimbang berulang kali, ia menjatuhkan keputusannya untuk menjadi siswi SMA Kolese Gonzaga. Florence mengatakan bahwa ia merupakan pribadi yang mudah bersosialisasi dan mengaku bahwa bergaul dengan orang baru bukan hal yang mudah bagi segelintir orang. Tidak dipungkiri bahwa menurutnya kemalasan merupakan hambatan untuk melakukan banyak hal. Tahun pertama SMA-nya ini ia buktikan dengan prestasi akademik yang berhasil menduduki kedudukan Magna Cumme Laude. Tidak hanya memperjuangkan prestasi akademik, nilai dan semua budaya yang berlaku, akan tetapi ia juga mengikuti komunitas yang bisa membantunya untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, yaitu Klub Amnesty dan Gonzaga English Society. Florence gemar membaca buku, salah satu rekomendasinya adalah Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Nyatanya, ia juga pernah mengikuti lomba story telling. Selain hobi membaca, ia juga menjalankan rutinitasnya sebagai perenang. Sebelum menjadi perenang, Florence sempat mencoba cabang olahraga gymnastic. Florence memulai kegemarannya dalam berenang sejak 2020 akhir. Hobi ini dimulai saat ibunya memperkenalkan Florence kepada sebuah klub renang yang beliau ikuti. Klub itu
bernama Pesut Swim Academy. Ia memilih untuk menekuni bidang ini supaya banyak bergerak daripada terlena dengan rasa malas dan mengurung diri dirumah. Florence juga bertujuan untuk menjaga tubuhnya agar tetap sehat dan ideal. Ia terkadang dilanda rasa malas untuk menjalani hobinya ini, namun dengan lapang dada Florence tetap melakukan untuk mencapai tujuannya. Lebih kurang dua tahun ia menjalani rutinitas dan hobinya ini, ia membuktikannya dengan mengikuti time trial yang diadakan oleh klub dan berhasil membawa medali emas dan perak. Ia tentu memiliki hal yang ingin diraih. Untuk saat ini, Florence sangat ingin memperjuangkan prestasi akademiknya supaya lebih memuaskan daripada sebelumnya. Selain itu, ia juga ingin bepergian keliling Indonesia. Florence berpesan kepada semua orang yang masih setia mengejar mimpinya untuk tetap bersemangat dan melakukannya untuk “keagungan Allah yang lebih besar”, sama seperti semboyan yang digunakan SMA Kolese Gonzaga “Ad Maiorem Dei Gloriam”.
Audrey Muliauwan Sang Pebisnis Berbasis Online Kimberlyn Muliauwan/19 Audrey adalah kakak perempuan yang mempunyai nama lengkap dengan Audrey Muliauwan. Dia lahir pada Jakarta, 29 April 1998 dan memiliki orang tua bernama Dina Tunggal dan juga saudaranya bernama Kimberlyn Muliauwan. Audrey adalah lulusan dari Universitas Katolik Parahyangan Jurusan Teknik Sipil di Bandung. Hobi dan minatinya adalah travelling ke luar maupun didalam negeri. Dulu sebelum pandemi harus punya kosan di Bandung tapi sekarang dengan adanya pandemi bisa secara online sehingga ia pun balik ke Jakarta. Ia mempunyai cita-cita ketika masih kecil yaitu menjadi dokter. Cita-cita ini berubah karena seiring pertumbuhan, banyak bertemu dengan orang yang baru sehingga semakin banyak mengetahui tentang ragam dunia kerja. Kejadian mengapa ia memilih cita-cita untuk menjadi dokter karena dapat terlihat keren dan pintar jika menjadi dokter. Ia mempunyai prestasi saat masih bersekolah yaitu juara ke-3 tari tradisional dan juga juara ke-2 paduan suara. Namun saat ingin meraih cita-cita tersebut mengalami tantangan seperti kesulitan untuk melatih kedisiplinan dalam diri sendiri, terdapat banyak godaan melakukan hal-hal seperti nonton film, jalan-jalan, main gadget, dan lain-lain. Sekarang ini prestasi yang sudah ia raih adalah untuk bisa lulus dengan IPK diatas 3.50 dengan tepat waktu dan juga punya kesempatan untuk membuka bisnis sendiri. Prestasi yang bisa diraih atau langkah selanjutnya sudah menjalankan bisnis berbasis online. Dari bisnis basis online ini ia bisa dapat untuk menantang diri sendiri untuk selalu lebih baik lagi dari yang dulu dan belajar hal-hal yang baru. Ketika sudah lulus ia langsung menjalankan bisnis basis online ini, tidak ada pekerjaan yang ia punya waktu itu. Dalam prestasi yang sudah ia raih dan juga bisnis basi online juga dapat mengalami kegagalan seperti kehilangan customer karena pelayanannya yang kurang ramah. Terdapat dampak hidup yang memiliki kesan di dalam hidupnya yaitu kalo kita lagi gagal tidak usah bersedih terlalu larut karena pasti ada pelajaran yang bisa kita ambil dari kegagalan tersebut buat dapat kita perbaiki di untuk kedepannya. Cara ia untuk terus berjuang dalam meraih sesuatu adalah untuk dapat membagi goal besar menjadi goal-goal/step-step kecil yang menuntun ke goal yang lebih besar lagi, supaya kita bisa lakukan satu per satu. Selanjutnya menentukan to-do-list setiap hari apa yang harus dilakukan demi menuju goal kecil yang ada.
Lidwina Kheyra, Passion Nya Dalam Membantu Banyak Orang Maria Florence Chandraningsih Sulistyo/20 Lidwina Kheyra Putri Karo Sekali yang biasa dipanggil Kheyra merupakan seorang pelajar kelas 11 di SMA Kolese Gonzaga. Ia lahir pada tanggal 7 Desember 2005. Berkewarganegaraan Indonesia. Kheyra anak pertama dari tiga bersaudara, nama adik yang pertama adalah Fransesco Xavier Raja Karo Sekali, dan yang kedua adalah Raffael Satria Putra Dermawan Karo Sekali. Ayah dari Kheyra yang bernama Dermawan Karo Sekali, beliau bekerja sebagai polri. Ibu dari Kheyra yang bernama Latersia Lidwina Tarigan, beliau bekerja sebagai ibu rumah tangga. Kheyra mengatakan bahwa dirinya dapat bersosialisasi dengan baik, tidak dipungkiri cepat lelah dan gampang menyerah menjadi salah satu kekurangan yang ada di dalam diri Kheyra. Kheyra selalu menyemangati teman - teman nya. Cita - cita Kheyra semasa dahulu saat masih kecil adalah menjadi seorang dokter atau guru, ia memilih cita - cita tersebut dikarenakan ia ingin membantu orang - orang di sekitarnya, sekarang ia ingin menjadi psikolog, yang masih dapat membantu orang di sekitarnya. Kheyra menyukai hobi bermain basket, ia menyukai basket sejak sd, Kheyra menyukai basket karena menurutnya bermain basket itu seru dan dilakukan bersama teman - teman. Kheyra pernah mendapatkan prestasi saat bermain basket yaitu juara 3 saat masa SMP. Kheyra juga aktif dalam lingkungan sekolah. Ia mengikuti komunitas Amnesty dan menjadi salah satu pengurus disana. Kheyra juga aktif dalam mengikuti kepanitiaan yang ada di dalam lingkungan Gonzaga. Salah satu kepanitiaan yang ia ikuti adalah menjadi mentor saat INZAGA 2021.
Surya Tan Sang Wirausaha Muda Yang Menginspirasi Nadine Manuella Louise Saragih/21 Surya Tan atau yang biasa dipanggil Surya sebagai panggilan akrab yang diberikan kepadanya. Ia merupakan seorang pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) yang sekaligus menjadi seorang wirausaha muda dalam berbisnis Radio Control (RC) dan elektronik. Kehidupan awal Surya Tan lahir di Indonesia, Jakarta pada tanggal 2 Agustus 2006. Di dalam keluarganya, beliau merupakan anak sulung dari dua bersaudara. Pada saat umur empat tahun, Surya Tan memulai langkahnya ke dalam masa-masa awal dimana ia mulai mempelajari banyak hal di jenjang pendidikan, jenjang pendidikan tersebut adalah Taman Kanak-kanak yang menjadi salah satu tempat Surya Tan mulai mempelajari benda, warna, hewan, berhitung, kekreatifitasan dan kehidupan sehari-hari dalam bersosial di luar lingkup keluarga. Surya Tan merupakan seseorang dengan tingkat semangat belajar yang tinggi. Saat Surya tahun berumur tiga tahun dimana ia belum memasuki jenjang taman kanak-kanak, ia sudah ingin belajar dan bersekolah seperti teman-teman dan saudaranya yang sudah memasuki jenjang taman kanak-kanak. Lalu, setahun kemudian, orangtua Surya Tan mewujudkan impiannya untuk bersekolah. Surya Tan memulai jenjang pendidikan pertamanya pada umur empat tahun di TK Kids. Sejak kecil, saat seorang wirausahawan muda yang bernama Surya Tan ini masih duduk dibangku taman kanak-kanak, ia sudah memiliki hobi yang sama dari dulu hingga saat ini. Hobi pertama yang digemari oleh Surya Tan adalah merakit barang. Kegemarannya terhadap merakit barang ini berawal ketika Surya Tan masih balita. Ketika ia berumur kurang dari dua tahun, ia sudah dikenali dengan mainan lego oleh kedua orangtuanya. Lego lah yang menjadi awal kesukaannya terhadap hobinya, merakit barang. Ia sangat gemar dalam merakit lego, berbagai bentuk lego sudah ia bentuk dan ia selesaikan dengan baik. Ia sangat gemar bermain lego sampai ia duduk di bangku Sekolah Dasar kelas tiga. Kehidupan Selama Sekolah Dasar Ketika Surya Tan berumur 6 tahun, ia duduk di bangku kelas satu Sekolah Dasar (SD). Di Sekolah Dasar Surya Tan merupakan seorang murid yang gemar membaca, di sela-sela waktunya ia terkadang membaca majalah dan komik sehingga ia mendapatkan berbagai ilmu yang beragam. Buku yang ia baca salah satunya adalah komik yang bertema sains juga buku yang bertema fiksi. Dan majalah anak yang ia baca adalah majalah Bobo. Lalu saat Surya Tan berumur tujuh tahun ketika ia duduk di bangku kelas dua Sekolah Dasar. Beliau mulai tertarik terhadap suatu hal yang ia jadikan hobi ketiganya setelah
menyusun lego dan membaca buku, hal tersebut adalah robotik. Kedua orangtuanya yang mengetahui hobi baru Surya Tan tersebut pun langsung mendukung beliau. Surya Tan yang semakin lama semakin menggemari dunia robotik pun akhirnya mengikuti les robotik yang membuatnya semakin pandai di dalam dunia robotik. Selama ia mendalami dunia robotik, ia mempelajari banyak hal seperti membuat robot, memprogram suatu mesin, menghitung diameter suatu program robot. Selain mendalami dunia robotik, di umurnya yang ke sembilan tahun ia juga menggemari dunia fotografi. Selain fotografi ia juga tetap melatih kemampuannya di bidang merakit, namun berbeda halnya ketika Surya Tan berumur sembilan tahun, karena saat ini yang ia rakit bukanlah mainan lego lagi melainkan Radio Control (RC). Tetapi Surya Tan lebih memfokuskan mengembangkan kemampuannya di bidang robotik saat itu, sehingga Surya Tan selalu fokus dalam mengembangkan hobi robotiknya. Namun sayangnya, ia harus berhenti belajar dan mengikuti les robotik saat ia duduk di bangku kelas enam Sekolah Dasar. Ia berhenti dalam belajar dan mengikuti les robotik karena ia harus memfokuskan dirinya untuk mempersiapkan Ujian Nasional sehingga ia mendapatkan nilai yang bagus di dalam Ujian Nasionalnya. Kehidupan Selama Sekolah Menengah Pertama Setelah Surya Tan lulus dari pendidikan Sekolah Dasarnya, ia melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertamanya di SMP Strada Marga Mulia. Saat ia duduk di bangku SMP, Surya Tan mulai mengulik lebih dalam hobi fotografinya yang pernah beliau pelajari saat masih duduk di kelas empat Sekolah Dasar. Saat ia masih duduk di bangku kelas empat Sekolah Dasar ia masih mempelajari fotografi menggunakan handphone, dan saat kelas tujuh SMP ia mulai fokus di dunia fotografi dan mulai mempelajari bidang fotografi menggunakan sebuah kamera mirrorless. Setiap harinya Surya Tan gemar berlatih fotografi dalam teknik pengambilan foto dan hunting dalam fotografi. Dalam sehari-harinya ia hampir menghabiskan waktu sekitar empat sampai lima jam untuk mempelajari bidang fotografi meskipun masih menggunakan kamera serta editing foto maupun video. Semakin lama Surya Tan pun semakin mendalami bidang fotografi dan mengikuti lomba-lomba fotografi. Saat kelas tujuh SMP, Surya Tan pernah memenangkan perlombaan fotografi di sekolahnya dan mendapatkan juara satu, selain itu ia juga pernah memenangkan perlombaan fotografi yang diselenggarakan oleh Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur dan mendapatkan juara harapan. Selain fotografi, Surya Tan juga mempelajari bidang editing foto. Hal Menarik Ketika Surya Tan berumur tiga belas tahun, ia mulai memasuki dan mempelajari dunia videografi dan mempelajari bidang coding. Namun tampaknya, setelah Surya Tan mempelajari banyak hobi yang dapat mengembangkan segala kemampuannya, ia jauh lebih tertarik di dalam dunia merakit. Ketertarikannya terhadap dunia merakit, terutama merakit Radio Control (RC) dan alat elektronik lainnya kembali ketika miniatur mobil milikinya saat masih kelas empat SD yang disita oleh ayahnya dikembalikan lagi kepada Surya Tan. Surya Tan pun mulai memainkan miniatur mobil RC yang ia miliki tersebut. Ia begitu asyik memainkan miniatur mobil RCnya hingga ia berpikir untuk merakit miniatur mobil RC ia sendiri. Berkali-kali ia mencoba merakit miniatur mobil RCnya, ia kesal dan hampir putus asa karena tidak berhasil. Namun meskipun ia selalu gagal dan rugi beberapa rupiah untuk
membeli mesin RC tersebut, ia tidak pernah berhenti mencoba hingga akhirnya sekarang ia dapat merakit miniatur mobil RC dengan hasil yang sempurna. Selain merakit RC, Surya Tan juga menyolder. menggerinda bagian dari mesin-mesin tersebut. Setelah ia dapat merakit banyak RC yang ia miliki dengan hasil yang sempurna, ia berpikir untuk menjual belikan hasil rakitan RC yang telah ia buat tersebut. Berkali-kali Surya Tan telah mencoba untuk menjual mesin-mesin serta hasil rakitan RCnya, bukannya keuntungan yang ia terima, justru kerugian lah yang ia peroleh. Namun dengan semangat dan daya juang serta tekad penuh yang ia miliki untuk mengembangkan bakatnya yang begitu besar dapat mengalahkan rasa sedih, lelah, dan putus asa yang ia rasakan akibat kegagalan dan kerugian yang Surya Tan alami. Sehingga saat ini, Surya Tan telah berhasil membangun bisnisnya dengan menjual banyak miniatur mobil RC serta mesin-mesin yang digunakan dalam Radio Control (RC) di e-commerce serta sosial media yang ada saat ini. Salah satu marketplace yang ia gunakan dalam menjalankan bisnis RC nya adalah tokopedia dan facebook seperti komunitas-komunitas Radio Control (RC) yang ada di sosial media facebook. Keuntungan yang diperoleh Surya Tan pun beragam dari ratusan hingga jutaan rupiah. Meskipun saat ini Surya Tan telah sukses dalam menjalankan bisnis RC nya, ia tetap mengutamakan kesehatan dan kewajibannya sebagai seorang pelajar yang saat ini ia menjadi murid kelas sepuluh Sekolah Menengah Atas di SMA Regina Pacis. Menurut Surya Tan keuntungan seperti uang bukanlah segalanya yang berharga di dunia ini, karena waktu dengan keluarga dan teman dekat, kesehatan baik kesehatan raga serta kesehatan mental merupakan hal yang terpenting dan utama di dalam hidupnya.
Khrisna Kakak Saya Pande Komang Palguna Ariyudha/22 Awal hidup Pande Putu Khrisna Ariyudha merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Beliau lahir pada 8 Mei 1997 di Tabanan, Bali. Beliau bekerja di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagai Analis Laporan Keuangan. Tugas beliau di Kemendikbud Ristek adalah memastikan anggaran pendidikan di Indonesia digunakan secara bertanggungjawab, efisien dan dilaporkan dengan memadai sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan di masa depan. Seluruh tahap pendidikan dasar hingga menengah, beliau selesaikan di Bali. Beliau menempuh pendidikan di SD Negeri 1 Dajan Peken, SMP Negeri 1 Tabanan, dan SMA Negeri 1 Tabanan. Setelah menamatkan pendidikan pada bangku sekolah, Khrisna melanjutkan pendidikan ke salah satu kampus kedinasan terfavorit di Indonesia yakni Politeknik Keuangan Negara STAN atau yang dulu dikenal sebagai Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. STAN merupakan salah satu kampus kedinasan yang secara struktur pengelolaan berada di bawah Kementerian Keuangan. Kemudian, beliau menempuh studi tingkat master (strata 2) di Universitas Indonesia dan mengambil jurusan Manajemen Keuangan. Pencapaian Terdapat berbagai pencapaian yang beliau dapatkan selama masa pendidikan. Ketika SMP, Khrisna pernah meraih peringkat 3 Siswa Berprestasi se-Provinsi Bali. Ketika SMA, beliau meraih Juara 2 Olimpiade Ekonomi-Akuntansi tingkat Provinsi Bali yang diadakan oleh Universitas Udayana. Ketika berkuliah di STAN, beliau pernah menjadi perwakilan kampus dalam Kompetisi Akuntansi Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta dan berhasil meraih juara 1 dan mendapatkan beasiswa Chartered Accountant dari Ikatan Akuntan Indonesia. Selama masa pendidikan S2, Khrisna juga penerima Beasiswa Unggulan-Masyarakat Berprestasi dari Kemendikbud Ristek. Beliau juga menuturkan bahwa beliau sangat menyenangi masa-masa untuk berjuang bersama teman-teman dari latar belakang yang beragam. Peristiwa penting yang mengubah sudut pandang belaiau secara signifikan Ketika berkuliah di STAN, beliau berteman dengan teman-teman dari seluruh Indonesia. Melalui pengalaman itu, beliau baru belajar dan merasakan betul bagaimana toleransi sangat diperlukan di negeri ini. Sebelum dapat berkolaborasi secara maksimal, kita harus dapat memupuk toleransi dalam menanggapi perbedaan. Beliau merasakan betul perbedaan suku, agama, pola pikir, sampai intonasi bicara. Beliau mendapati bahwa ternyata kerja sama dalam perbedaan justru lebih efektif dalam menyelesaikan masalah dibanding kerjasama yang dilakukan oleh orang-orang dengan latar belakang yang homogen. Selain itu,
beliau juga belajar mengenai persahabatan sejati. Di STAN ketika para mahasiswanya tidak mampu mencapai indeks prestasi kumulatif tertentu, maka mereka akan dikeluarkan. Oleh sebab itu, beliau merasakan betul bagaimana teman-teman saling mengingatkan untuk belajar, saling mengingatkan untuk menjaga kesehatan, dan saling bahu-membahu agar bisa lulus bersama. Beliau dan teman-temannya paham betul sedihnya melihat kekecewaan orang tua jika melihat anaknya pulang tanpa ijazah. Selain itu, para mahasiswa juga takut mengecewakan rakyat Indonesia yang telah membayar pajaknya untuk menyekolahkan mereka. Kata-kata yang selalu saya ingat ketika mewawancarai beliau adalah “jika berjalan sendiri, kami akan mudah dikalahkan oleh sistem, namun jika berjuang bersama, kami akan lebih kuat dan lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan”, tutur Khrisna. Nilai-nilai Nilai yang beliau pegang teguh sampai saat ini adalah beliau percaya bahwa kerja keras dan kerja cerdas adalah fundamental dari segala kesuksesan. Kerja keras dan kerja cerdas tersebut dikombinasikan dengan persistensi serta kemampuan kolaborasi dan kreativitas. Beliau percaya tidak ada kesuksesan besar yang dapat diraih murni dari usaha sendiri. Pada hakikatnya, setiap manusia harus bersinergi dan bekerja sama sehingga menghasilkan kemampuan ekstra. Beliau juga percaya bahwa setiap kesempatan kecil dapat membawa dampak yang signifikan, sehingga jangan pernah sungkan atau bahkan meremehkan segala kesempatan. Tokoh yang diteladani Tokoh yang beliau teladani merupakan Iman Usman. Tokoh pendiri Ruang Guru ini menginspirasi beliau untuk bekerja keras dan bekerja cerdas serta menganggap kesalahan sebagai sebuah proses pembelajaran yang harus dilalui bukan dihindari.
Syahira Nur Rania – Panutan Para Remaja Phedra Annabelle Nathania Saragih/23 Syahira Nur Rania atau yang juga dikenal dengan nama Anya Rania, adalah siswi yang masih duduk di bangku SMA. Meskipun masih dalam usia yang bisa dibilang sangat muda, ia sudah dapat menginspirasi remaja-remaja dengan berprestasi di bidang English Debate. Selain itu juga, beliau juga sangat berprestasi di sekolah. Ia dapat mencapai penghargaan Summa Cum Laude (nilai rata-rata rapor di atas 90) dari sekolah. Ia juga merupakan Ketua dari Komunitas Bahasa Inggris di sekolahnya dan juga berperan aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan. Berbagai prestasi ini tentunya menjadikan beliau sebagai tokoh yang menginspirasi bagi kalangan remaja. Tidak hanya dalam bidang pendidikan, beliau juga dapat menyeimbangkan kehidupan sosialnya dengan segala tanggung jawab yang Ia miliki. Hal ini dapat dilihat dengan keaktifan beliau dalam media sosialnya dan followers yang ia miliki di akun Instagram-nya. Tidak mudah untuk menyeimbangkan kehidupan sosial dengan pendidikan. Ini menjadi alasan lainnya bagi mereka yang menjadikan Anya sebagai panutan. Kehidupan Awal Anya Rania lahir dengan nama lengkap Syahira Nur Rania. Ia lahir pada tanggal 2 Oktober 2005 di Jakarta. Beliau adalah anak kedua dari Bapak Budi Andika dan Ibu Ken Iskayanti. Anya dikenal sebagai anak yang sangat ramah dan senang bergaul dengan orang-orang baru. Beliau juga memiliki banyak teman saat kecil. Salah satu peristiwa yang membawa perubahan di masa kecil Anya adalah saat beliau baru memasuki Taman Kanak-Kanak. Pada saat itu, beliau bersekolah di Mentari Preschool. Namun, sekolah ini mewajibkan para murid untuk berbahasa Inggris setiap hari. Beliau tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali. Ini mengharuskan beliau untuk belajar hal yang sangat baru dalam usia yang masih sangat muda. Beliau harus dapat beradaptasi dalam waktu yang singkat untuk dapat bersekolah. Salah satu peristiwa yang membawa dampak cukup besar bagi Anya adalah saat kakek beliau harus menikah untuk kedua kalinya dan pindah jauh darinya. Hubungan beliau dengan kakeknya bisa dibilang sangat dekat. Ia menganggap kakeknya sebagai temannya sendiri. Saat kecil, Anya sangat gemar dengan hal-hal yang berhubungan dengan kesenian, seperti menggambar dan bernyanyi. Beliau belajar semua itu dari kakeknya. Dengan kehilangan kontak dengan seseorang yang bisa dianggap sebagai teman dapat sangat berdampak pada kehidupan seseorang. Ini menjadi salah satu peristiwa yang cukup sulit bagi Anya untuk ia alami saat berada di umur yang masih muda. Peristiwa Penting
Menurut Anya, salah satu pencapaian terbesarnya adalah ketika ia diberi kesempatan untuk membentuk suatu komunitas berbahasa Inggris yang disebut dengan ZEST di SMA-nya, SMA Kolese Gonzaga. Beliau merasa sangat bangga karena dapat membentuk komunitas yang ia beserta dengan teman-temannya inginkan dari lama. Beliau juga sangat bangga karena komunitas ini diminati oleh banyak orang. Selain itu juga, pencapaian yang paling membanggakan dari beliau adalah ketika beliau dapat mengikuti suatu acara berskala internasional, yaitu World Scholar’s Cup. Anya berhasil lolos dalam kompetisi terakhir dan mendapatkan kesempatan untuk pergi ke Yale University. Ia juga merupakan bagian dari suatu rangkaian acara yang cukup penting dan besar. Di balik pencapaiannya ini, Anya bersama dengan teman-temannya harus berlatih setiap hari selama berbulan-bulan agar mendapatkan hasil yang maksimal. Beliau juga belajar secara terus-menerus bahkan di luar sekolah sampai sore. Yang menjadi tantangan bagi beliau adalah ketika ia harus bertemu dengan banyak orang yang sangat kompeten. Anya juga didorong untuk berlatih bekerja sama dengan orang-orang baru. Walau tidak mudah sama sekali, beliau menjadikan ini pengalaman dan pencapaiannya yang paling membanggakan. Beliau dapat belajar banyak dari pengalaman ini. Di sisi lain, Anya juga pernah mengalami titik terendah dan terburuknya selama menjadi seorang siswi. Beliau merasa sulit dalam menyeimbangkan segala tugas dan tanggung jawabnya. Di tengah-tengah kesibukan dan kepadatan tugas-tugas yang diberikan di sekolah, ia tetap ingin berpartisipasi secara aktif dalam berkompetisi. Suatu saat, ia bersama dengan teman-temannya merasa kecewa karena kalah dalam kompetisi English Debate. Ini juga disebabkan oleh kesulitan dalam menyeimbangkan kehidupan sekolah dengan pencapaian prestasi. Namun dalam setiap kesulitan yang dia alami, beliau dapat selalu mengandalkan dan bersandar kepada 2 sahabatnya, Sasha dan Jemma. Mereka bertiga sudah berteman sejak TK. Setiap perjuangan mereka lewati bersama. Setiap kesulitan dan masalah mereka atasi bersama. Beliau berpikir bahwa senang rasanya jika selalu ada seseorang yang selalu ada bagi kita. Sesulit apapun itu, seorang teman adalah apa yang kita butuhkan.
Monica Herlina Horo Penggerak masyarakat mengenai keprihatinan sosial lewat Kakak Asuh Rachel Aileen Horo/24 Monica Herlina Horo atau yang lebih dikenal dengan Monic. Merupakan anak pertama dari pasangan Benny dan Siska. Selain anak pertama juga merupakan putri satu-satunya dari dua bersaudara. Monic memiliki adik laki-laki yang bernama David yang sedang menempuh pendidikan di universitas. Monic lahir di Semarang, 13 Juli 1998. Pada saat yang bersamaan digelar piala dunia. Saat itu Prancis vs Brazil yang sedang bertanding. Monic pertama kali menempuh pendidikan TK nya di Pangudi Luhur Semarang. Kemudian melanjutkan tingkat sekolah dasar di SD Pangudi Luhur Semarang juga. Kemudian tahun 2010, Monic pindah ke Bandung. Dikarenakan pekerjaan orang tua yang pindah ke Bandung. Maka keluarganya memutuskan untuk pindah ke Bandung. Saat itu waktunya tepat dimana Monic akan masuk ke SMP. Maka dari itu Monic melanjutkan SMP di Pandu Bandung. Setelah menyelesaikan masa SMP nya, Monic melanjutkan di SMA Santa Maria 3. Ia mengambil jurusan IPA karena berpikiran akan melanjutkan kuliah dengan jurusan yang berkaitan dengan kedokteran. Namun, ternyata keluarganya tidak begitu setuju dengan hal tersebut. Maka, Monic memutuskan untuk mengambil jurusan administrasi publik. Lumayan sulit karena harus “lintas jurusan” dari jurusan IPA ke jurusan yang berkaitan dengan sosial. Monic melanjutkan kuliah di Universitas Parahyangan atau yang lebih familiar dengan UNPAR. Mengambil jurusan administrasi publik yang termasuk dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Bertemu teman-teman baru yang tentunya berbeda dengan masa SMA. Banyak teman baru dari berbagai macam latar belakang dan tidak terbatas dari Bandung saja. Hal tersebut yang disyukuri oleh Monic, dimana dalam masa kuliahnya ia dapat mengenal dan bertemu banyak orang yang berbeda-beda. Memperluas pertemanannya dalam kuliah. Monic dikenal sebagai orang yang gampang berbaur dan bersosialisasi. Makanya Monic senang dan menikmati masa-masa kuliahnya dengan teman-temannya. Berawal dari pertemanan itulah yang menjadi fondasi dalam membangun komunitas ‘Kakak Asuh’. Monic dan teman-temannya memiliki keprihatinan yang sama dalam dunia pendidikan. Sehingga mereka berinisiatif dan membangun komunitas bernama Kakak Asuh. Dalam komunitas ini, anggotanya menjadi sukarelawan dalam mengajar murid-murid yang disebut “adik asuh”. Dimana komunitas ini mengumpulkan orang-orang dengan minat sama agar bisa mengajar anak-anak yang butuh pendidikan lebih lanjut. Komunitas ini sekarang masih berlanjut dan terus berkembang. Bahkan dalam masa pandemi, tetap diberlakukan pembelajaran lewat daring. Tidak hanya menjadi salah satu pendiri “Kakak Asuh”.
Monic juga bergabung dengan himpunan (organisasi mahasiswa/i universitas) dan menjadi bagian pendidikan. Cocok dengan “Kakak Asuh”, dimana Monic menjadi anggota himpunan bagian pendidikan. Monic memang memiliki keterkaitan tersendiri dalam bidang pendidikan. Kemudian selama masa kuliahnya, Monic dan teman-teman pernah mendapat penghargaan terkait program inovasi pembangunan kota Bandung di Universitas. Setelah kurang lebih 4 tahun menempuh pendidikan di Universitas Parahyangan, Monic lulus pada tahun 2020 bulan Maret. Pada saat itu bertepatan satu minggu sebelum libur 2 minggu karena kasus covid pertama. Makanya, Monic masih bisa melakukan wisuda sebelum pandemi. Setelah lulus, Monic langsung mendapat kerja di IFG (Indonesia Financial Group). IFG berpusat di Jakarta lebih tepatnya di Sudirman. Sehingga Monic harus pindah ke Jakarta dari Bandung. IFG merupakan perusahaan BUMN yang menangani holding perasuransian dan penjaminan di indonesia. Monic bekerja di bagian SDM (Sumber Daya Manusia) yang menjaga tata kelola dan kepatuhan di bidang SDM. Saat ini Monic sudah bekerja di IFG selama kurang lebih 2 tahun. Ia merasa senang dalam bekerja karena dapat bertemu banyak orang yang kompeten dalam bidang asuransi, capital market, dan penjaminan. Bisa mengenal orang-orang baru di dunia kerja yang pastinya berbeda dengan masa-masa kuliah. Lingkungan pertemanan baru di dunia kerja yang tentunya membantu dalam bekerja. Dengan bantuan orang-orang yang lebih berpengalaman, membantu Monic untuk bisa bekerja dengan maksimal di IFG. Rasanya tentu berbeda, banyak waktu yang harus “dikorbankan” selama bekerja. Waktu untuk keluarga dan teman-teman yang tentunya berkurang diakibatkan pekerjaan. Berbeda dengan masa kuliah dimana waktu masih bisa diorganisir dengan baik, dalam bekerja sekarang Monic agak kesulitan dalam menyusun waktu dengan baik. Namun, dengan teman-teman di lingkungan pekerjaannya membantu Monic untuk bisa terus bekerja dengan maksimal.
Kevin Kristanto, Pelajar, dan Pengusaha Kopi Renata Moirin Simarmata/25 Kevin Kristanto merupakan seorang pelajar kelas 1 SMA yang kini bersekolah di SMA Kolese Gonzaga. Ia lahir di Jakarta Pusat pada tanggal 21 Juni tahun 2006, dan kini berumur 15 tahun. Kini, Kevin tinggal di Mampang, Jakarta Selatan. Di dalam keluarganya, Kevin merupakan seorang anak tunggal dari Ibu Pricila Agnes Primasari. Riwayat pendidikan Kevin, ia menjalani Taman Kanak-kanak di TK Tarakanita II, SD di SD Tarakanita II, SMP di SMP Tarakanita I dan kini menjalani SMA di SMA Kolese Gonzaga. Kevin di masa kecilnya melakukan kegiatan seperti halnya anak kecil, bermain, mengendarai sepeda, jatuh ke got dan berbagai hal menyenangkan lainnya. Di masa tersebut, Kevin merupakan seorang anak yang pemalu. Hal ini dipengaruhi karena pada kelas 1 SD, Ia sempat dibully oleh teman-teman sebayanya sehingga menumbuhkan rasa malu tersebut. Tetapi seiring berjalannya waktu dan izin Tuhan, Ia mulai berkembang dengan menghilangkan rasa malu dan mulai berani bergaul dengan teman. Di masa SMP, Kevin berhasil lolos seleksi Bali International Choir Festival, disebut sebagai pencapaian terbesar karena mencakup seluruh dunia dan bisa tampil di acara ternama. Dari situ juga mendapat pengalaman untuk berkenalan dengan warga asing di sana. Masa SMA Kevin di SMA Kolese Gonzaga terhalang dengan situasi dunia yang penuh dengan keterbatasan karena adanya pandemi, terjadi juga keterbatasan dalam bersosialisasi. Di SMA Kolese Gonzaga, Kevin mengenal banyak budaya dan hal yang baru, salah satunya budaya sapa menyapa dan pelarangan pemanggilan “kak” kepada kakak kelas karena tidak adanya senioritas di lingkungan Gonzaga. Beradaptasi dengan hal tersebut lumayan sulit untuk diterapkan, namun Kevin berusaha membiasakan diri dengan keadaan. Ia mencoba bersosialisasi di lingkungan baru dengan mengikuti komunitas seperti komunitas musik dan surga dan aktif di kelas. Seiring berjalannya waktu, ia bisa merasakan kekeluargaan dan kenyamanan di SMA Kolese Gonzaga. Sembari mengejar pendidikan, Kevin juga mendirikan suatu usaha bisnis bernama Grego Coffee. Ia tidak pernah membayangkan dirinya menjadi pengusaha kopi seperti sekarang ini. Dahulu, ia bercita-cita sebagai seorang pilot. Namun, seiring berjalannya waktu, Kevin memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha yang bergerak di bidang bisnis, karena bisa memiliki perusahaan sendiri dan bisa mengelolanya sendiri. Ia mengusahakan cita-citanya tersebut dengan mendirikan usaha kopi yang bernama Grego Coffee. Grego Coffee merupakan bisnis online yang ia jalani sendiri. Awal mulanya hanya sekedar bereksperimen, dan Kevin senang membuat kopi maupun membuat resep kopi. Alasan ia mendirikan Grego Coffee adalah karena adanya keinginan untuk mencoba rasa baru bagi lidah anak muda. Dengan modal dan niat, Kevin mendirikan Grego Coffee.
Di masa depan nanti, jurusan impian Kevin adalah Business Analyst di Universitas Udayana. Ia memilih Business Analyst karena ia ingin melanjutkan perusahaan yang sudah didirikan oleh orang tuanya, dengan bisa mengamati dan menganalisa agar tidak terjadi kerugian dan bisa diatasi dengan cara yang tepat. Kevin memilih Udayana agar mendapatkan suasana baru serta berada diluar Jakarta. Mendirikan Grego Coffee dan memiliki jurusan impian Business Analyst merupakan salah satu cara bagi Kevin untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang pengusaha. Sebagai seorang pelajar yang sedang berusaha untuk mengejar segala mimpinya, Kevin tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang murid. Menyesuaikan antara akademik, dan kegiatan di luar akademik memang merupakan sebuah tantangan, tetapi Kevin selalu berusaha untuk menyeimbangkan dua hal tersebut, Ia mendapatkan predikat Cum Laude di tahun pertamanya di SMA. Di tengah jalur kehidupan yang naik-turun, ia selalu berusaha untuk mengembangkan diri setiap harinya.
Gwen: Inspirasi Bagi Sesama Ryan Raphael/26 Gwen Phedra Carmelli Tangke Allo, kerap dipanggil Gwen, adalah siswa berprestasi dari SMA Kolese Gonzaga. Lahir sebagai anak bungsu dari 2 bersaudara, ia lahir pada 15 Desember 2005 di kota Bogor dari pasangan Hendrik Tangke Allo dan Chico Jinny Tholense - Tangke Allo. Gwen memiliki satu kakak perempuan bernama Rayzel Kyla Carmelli Tangke Allo yang berpengaruh besar dalam kehidupannya. Dalam keluarga beranggota 4 ini, terdapat seekor anjing yang dianggap sebagai anggota keluarga kelima. Anjing milik Gwen diberi nama Davina tapi memiliki nama panggilan Delli. Gwen menjalani pendidikan SD di Holy Faithful Obedient hingga tingkat SMP. Kini, Gwen bersekolah di SMA Kolese Gonzaga. Sejak kecil, ia gemar bernyanyi, bermain musik, dan menggambar. Ia sangat berbakat dalam bidang seni dan terus mempelajari serta melatih bakat-bakatnya. Seputar musik, penyanyi dan band yang disukai Gwen adalah 5SOS, One Direction, dan Harry Styles. Harry Styles juga menjadi salah satu idola dan panutan terbesar Gwen. Pengaruh kakaknya sangat besar dan ini dapat dilihat melalui selera Gwen dalam musik dan film. Memang seperti yang orang-orang katakan, kakak perempuan akan selalu berpengaruh dan berdampak besar bagi adiknya. Cita-cita yang dimiliki Gwen masih buram, tetapi ia ingin menekuni pekerjaan dalam bidang fashion. Gwen datang dari latar belakang keluarga yang tidak terlalu religius. Namun, Gwen bersama dengan kakaknya selalu diajarkan oleh kedua orang tua mengenai pentingnya kebaikan dan berbuat baik. Menjadi orang baik tidak pernah merugikan dan akan selalu membawa kebaikan kembali. Sifat keras kepala yang dimilikinya, diturunkan dari kedua orang tua kepada anak-anaknya. Gwen memegang teguh pada prinsip sendiri sebab ayahnya sering sibuk. Dengan kurangnya kehadiran orang tua saat pergi bekerja, Gwen tumbuh dekat dengan kakaknya. Segala kebiasaan dan minat yang dimilikinya, serupa dengan kakaknya. Mereka selalu berdua dan kakaknya menjadi sosok panutan terbesar bagi Gwen walau dia tidak mau mengakuinya. Ia selalu bersaing dengan kakaknya karena ingin membuktikan kepada orang-orang bahwa ia juga mampu dan dapat melakukan segalanya. Persaingan ini malah membuat Gwen sering belajar dan ia menjadi semakin cerdas. Gwen jatuh sedih dan merasa ditinggal saat kakaknya pergi melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat. Ia sadar bahwa selama ini ia sangat bergantung pada kakaknya. Dari situ, Gwen perlahan belajar bahwa hidup harus bisa sendiri dan ia mulai membiasakan diri menjadi lebih mandiri. Selama masa kecilnya, Gwen memiliki kenangan terindah yaitu diajarkan banyak hal seperti berdansa oleh almarhum opanya sebelum kepergiannya. Beliau tidak hanya mengajarkan keterampilan tetapi beliau juga mengajarkan banyak nilai-nilai kehidupan yang tertanam dalam pribadi Gwen hingga sekarang. Seperti nilai bersyukur dan menghargai sesama yang selalu diingat Gwen dalam setiap langkah hidupnya. Melalui ajaran yang diberikan, Gwen mengalami perubahan dalam memandang dunia dan tetap ingat untuk
rendah hati. Tidak salah bila Gwen disebut sebagai anak yang berprestasi karena ia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam bidang akademis maupun non-akademis. Selama SMP, Gwen meraih jabatan ketua OSIS dan juga menjadi Valedictorian, atau murid terbaik yang membawakan pidato perpisahan pada acara kelulusan. Masa SMP menjadi masa yang cukup menyenangkan baginya. Seperti di saat Gwen meraih kemenangan dalam lomba storytelling walau hanya mempersiapkan diri dalam kurun waktu 2 minggu tanpa pengetahuan dan pengalaman dalam storytelling. Fenomena ini menunjukkan bahwa Gwen memiliki bakat alami dalam melakukan segalanya terutama dalam seni. Keaktifan Gwen dalam sekolah dan berorganisasi dimulai dari bergabung dalam organisasi rohkris sebagai penyanyi. Ia kemudian mulai mengiringi acara dengan memainkan piano. Ia memanjat pangkat dan akhirnya menjadi worship leader. Hal ini memicu kegemaran berorganisasi dalam dirinya yang juga didorong oleh rasa ingin tahu dan keinginan untuk mencoba hal baru. Gwen memang senang bertemu dan bekerja dengan orang lain. Di belakang semua ini, ia memiliki cita-cita mulia yaitu untuk membawa dampak dan perubahan dalam kehidupan orang lain melalui organisasi-organisasi yang diikuti. Ia melanjutkan keaktifan dalam organisasi di tingkat SMA sebagai wakil ketua komunitas GENRE dan Panitia Acara GONZ XI FA CAI. Tak hanya di lingkungan sekolah, Gwen juga mengikuti dan mendirikan organisasi TEENPROBLEMS. Banyak sekali pengalaman yang diperoleh saat menjadi Head of Social Media Manager TEENPROBLEMS dan Panitia Webinar TEENPROBLEMS serta Panitia Acara TEENSCARING. Dengan mengikuti begitu banyaknya acara dan organisasi, Gwen belajar untuk mengerti orang lain dan merendahkan ego sendiri, terutama saat bekerja dengan banyak orang. Tentunya, dalam berorganisasi, Gwen belajar untuk harus memiliki pendirian yang kuat. Selain itu, ia juga belajar untuk berkomunikasi, bersosialisasi, mengatur waktu, dan untuk terbuka terhadap pendapat baru. Dalam bekerja, Gwen memiliki motivasi tersendiri. Motivasi tersebut adalah keinginan untuk menghasilkan atau memberi sesuatu yang bermanfaat dari segala yang ia lakukan. Kedepannya, ia berharap dapat lebih berani dalam berbagai hal seperti mencoba hal baru, menyampaikan apa yang terjadi, dan untuk berani berkata “tidak”. Keberanian berkata “tidak” sangat ditekankan dan penting bagi Gwen. Ia pernah menerima sebuah nasihat dari ayahnya yang berkata, “Jangan pernah merasa takut selama hal yang dilakukan baik dan tidak merugikan orang lain. Selama tujuan awalnya benar dan untuk kebaikan dan ada yang menghalangi, tidak usah takut.” Nasihat ini menjadi inspirasi bagi Gwen. Gwen juga memberi nasihat yaitu: “Jadilah diri sendiri serta carilah versi terbaik dalam diri dan tidak perlu takut dengan pendapat atau pengaruh orang lain. Dalam kehidupan pasti akan ada naik turun. Saat turun, tidak perlu larut didalamnya terlalu lama sebab hal tersebut akan menjadi bagian dari proses mencari jati diri.” Cita-cita Gwen yang ingin memberi dampak bagi sesama sedang diwujudkan walau mungkin Gwen sendiri tidak menyadarinya. Ia selalu meradiasikan energi positif kepada teman-teman dan orang di sekitarnya. Kebaikan dari dirinya menjadi suatu kelebihan yang dimiliki yang kemudian diterima dan dialami oleh orang-orang terdekatnya. Ia membawa dampak baik dan manfaat untuk sesama melalui perbuatannya dan kegiatan yang ia lakukan. Dengan segala yang telah diraih dan sekarang sedang dilakukan, Gwen menjadi inspirasi bagi sesama.
Richard Hans Dan Mimpi Besarnya Sebastian Alden Novallino/27 Latar Belakang Richard Hans atau yang lebih akrab dipanggil dengan nama Hans merupakan sosok pelajar yang saat ini bersekolah di SMA CAHAYA SAKTI yang berlokasi di daerah Jakarta Timur. Hans lahir di Jakarta pada tanggal 12 Mei 2005. Saat ini Hans duduk di kelas 2 SMA dan saat ini sedang menekuni bisnis jual beli baju. Hans memiliki banyak prestasi dalam bidang olahraga basket saat ia masih duduk di bangku SD. Pada tahun 2015, Hans bergabung dengan salah satu klub basket ternama di Jakarta Selatan yaitu klub basket Victoria dan sangat sering menjuarai beberapa kompetisi basket di daerah Jakarta Selatan. Selain bergabung dengan klub Victoria, Hans juga merupakan salah satu anggota tim basket di SD nya pada tahun tersebut dan tentunya berpartisipasi dalam berbagai pertandingan antar sekolah sebagai pemain inti dengan posisi Point Guard. Keinginan Menjadi Atlet Hans mengaku mulai tertarik dengan olahraga Basket sejak umur 5 tahun. Awalnya ia secara tidak sengaja menonton pertandingan bola basket di Televisi dan sangat menyukai pertandingan tersebut. Sejak hari itu, Hans memutuskan untuk berlatih basket dengan bola yang dimiliki oleh ayahnya. Awalnya Hans mengira bahwa permainan basket merupakan permainan yang pasti dapat ia kuasai dalam waktu singkat karena ia berpikir kalau memasukan bola kedalam ring merupakan sesuatu yang dapat ia lakukan dengan mudah. Tetapi setelah Hans mencoba bermain 5 lawan 5 dengan temannya ia baru menyadari bahwa permainan basket tidak semudah itu. Hans baru merasakan tekanan yang hebat disaat lawan mulai menyerbunya saat ia memegang bola. Ia juga baru menyadari teknik-teknik yang beragam agar dapat mengecoh lawan saat memegang bola. Pengalaman tersebut tidak membuat seorang Hans menyerah untuk menguasai olahraga basket malahan Hans semakin semangat untuk terus berlatih agar semakin mahir. Semangat dalam berlatih tersebut membuat Hans dapat berkembang dalam permainan basket dan berhasil memasuki klub Victoria pada tahun 2015. Selain mahir dalam permainan basket, Hans juga merupakan sosok pemuda yang mudah bersosialisasi dengan siapapun sehingga ia mampu beradaptasi bersama rekan satu timnya dengan cepat saat awal memasuki klub basket Victoria. Di klub tersebut ia banyak belajar strategi dalam bermain basket dan juga melatih kekompakan dengan rekan satu timnya.
Search