Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Kepompong Pandemi

Kepompong Pandemi

Published by Retno Purwaningsih, 2021-10-26 08:47:20

Description: Sebuah kisah metamorfosis seorang guru di masa pandemi coved 19 yang terjadi diawal tahun 2020

Search

Read the Text Version

Kepompong Pandemi Pagi itu 16 Maret 2020, suasana mencekam seperti semua kehidupan telah mati. Tak ada yang berlalu lalang, jalanan sepi, sekolah pun sepi. Aku dan Bu Rina  menangis di  depan pintu ruang guru, karena hari itu kami yang terjadwal piket untuk ke sekolah, setelah semalam kita ramai mengatur jadwal di grup WA guru, sekolah tercinta tempat aku mengabdikan diri membersamai anak-anak belajar di kelas IV. Di otakku hanya ketakutan yang mencekam, \"Bu Rina, kita menyapu halaman dulu yuk...\", Sambil aku menyeka air mataku yang terus saja mengalir. \"Ayuh Bu...jangan biarkan sekolah kita kotor, sudah jangan menangis.\" jawab Bu Rina sambil meletakkan tas diatas kursi kesayangannya. Setelah selesai menyapu aku pun membersihkan diri lalu masuk ke ruang guru bersama Bu Rina. \"Bu kita mau kasih materi apa ya ke anak\" tanya Bu Rina. \"Iya bu sesuai petunjuk ibu kepala sekolah kita sementara memanfaatkan grup WA kelas untuk memberikan informasi, anak-anak membaca modul dan sedikit evaluasi, agar tidak memberatkan peserta didik.\" jawabku kembali mengingatkan Bu Rina. Kami berdua pun sibuk dengan grup WA kelas kita masing-masing untuk memberikan informasi kepada peserta didik melalui modul dan voice note untuk menjelaskan pembelajaran hari itu. Siang itu pembelajaran telah diakhiri tapi kegiatan belajar tidak berhenti sampai disitu banyak wali murid menyampaikan kesulitan yang dialami peserta didik di rumah, ini adalah pengalaman pahit bagi mereka wali murid dan peserta didik untuk belajar dari rumah. Demikian juga yang aku alami sampai malam ini pun aku masih melayani peserta didik dan wali murid yang japri satu persatu. Hari berganti hari membuat suasana semakin oleng bagi orang tua yang mendampingi putra-putrinya untuk belajar dari rumah. Banyak protes yang dilontarkan oleh wali murid, salah satu WA japri yang sangat menohok adalah \"Senang ya jadi guru, kasih tugas lewat WA dan yang pusing orang tua, guru makan gaji buta, tiap bulan cair dan sertifikasi tetap mengalir.\" Air mataku deras mengalir, tak kuasa membaca tulisan itu, dan protes lainya seperti, \"HP hanya satu bu, HP rusak bu, susah sinyal bu.\" Malam ini aku teringat Rika, ia adalah yatim-piatu di kelasku. Tadi siang dia mengirimkan sepucuk surat kepadaku, yang ia titipkan lewat kakeknya. Kakeknya yang renta tergopoh-gopoh ke sekolah, \"Permisi Bu, mau ketemu Bu Retno guru kelas IV. \" \"Mari pak silahkan, sebentar ya saya panggil Bu Retno.\" jawab ibu kepala sekolah dengan ramah. Aku yang sedang di dapur waktu itu segera bergegas menemui kakek Rika. \"Nggih Mbah, pripun? 1

kula Bu Retno.\" \"Niki ibu, wonten titipan serat saking Rika, kula mboten gadah HP dados Rika ken nyerat kemawon.\" jawaban kakek Rika dengan sopan. \"Nggih Mbah, matur nuwun, salam kagem Rika nggih Mbah, ken semangat belajar.\" begitu aku mengakhiri pertemuan dengan kakeknya Rika. \"Yang tercinta ibu Retno di sekolah. Assalamualaikum, mohon maaf Rika menulis surat untuk ibu guru, karena mbahnya Rika tidak punya HP. Rika sangat kangen untuk belajar dan bermain sama ibu. Rika sangat sayang sama ibu, seperti Rika menyayangi ibu dan bapak Rika yang telah tiada. Cukup sekian ya surat dari Rika. Terima kasih. Wassalamu'alaikum.\" Tangisku pecah, dan membuat kaget ibu kepala sekolah dan Bu Rina yang sedang fokus pada kegiatan online masing-masing. Berulang kali surat itu aku baca dan dada ini sesak sekali. Surat itu pendek tapi sangat menyentuh kalbu. Bagaimana kondisi Rika yang hidup serba kekurangan di masa pandemi covid ini. Ia tinggal bersama kakeknya yang sudah jompo, untuk makan sehari-hari saja hanya mengandalkan belas kasih tetangga, guru-guru dan dari saudara jauhnya. Keuangan sekolah mengandalkan BSM dan surat keterangan tidak mampu dari desa. \"Oh Rika, semoga Allah selalu melimpahkan Rahmat-Nya kepadamu sekeluarga.\" Doaku dalam hati. Setiap hari kakek Rika selalu mengantar dan ambil tugas dari sekolah, atau bila ada kesempatan sesekali aku yang menyempatkan untuk mengantar tugas untuk Rika. Rumah kakek Rika tidak terlalu jauh dari sekolah, di seberang jalan setapak, rumah paling belakang diantara rumah-rumah gedong tetangga kakek Rika. Walaupun tinggal di rumah reyot dan serba kekurangan tapi kakek Rika selalu menanamkan karakter, religius, kasih sayang, gotong royong, pantang menyerah dan kaya hati kepada cucunya. Sehingga Rika tumbuh menjadi gadis cilik yang sholehah, cerdas, lembut dan selalu bersyukur atas karunia-Nya. Di masa pandemi ini semangat belajar Rika juga tidak menurun bahkan nilai Rika tetap stabil dibanding teman-teman lain yang bisa dibilang hidupnya selalu berkecukupan. Senin pagi yang cerah saat aku baru masuk ke ruang guru, aku dikagetkan oleh ketukan pintu dari ujung ruang, \" Assalamualaikum...\" \"Waalaikumsalam...\" Jawabku sambil bergegas menuju ujung ruang untuk membuka pintu, \" Eh...bunda Nanda, mari bun...\" Sambil aku persilahkan bunda Nanda untuk duduk. \"Terima kasih bu guru, mau anter tugas mbak Nanda dan maafkan saya bu guru....\" suara bunda Nanda terdengar parau...\"Kenapa bun...?\" Tanyaku tak sabar. Tiba tiba dari balik tembok ruang guru berlarilah Nanda seraya menangis, memelukku. \"Nanda sehat bu guru, bu guru jangan takut, Nanda kangen banget sama bu guru.\" Tangisan kami pecah dalam hening. \"Iya mbak Nanda, bu guru juga kangen, bersabarlah.\" Tak selang lama mereka berpamitan karena khawatir akan mengundang 2

kerumunan terlalu lama, padahal hal ini sangat dilarang. Pandemi tak membuat kami gentar untuk selalu belajar dan melakukan pembelajaran kepada peserta didik, tak cukup hanya di grup WA kelas, voice note dan video call. Alhamdulillah ada kebijakan pemerintah memperbolehkan kunjungan belajar kelompok kecil. Para guru membuat kelompok kecil yang beranggotakan maksimal lima peserta didik dan membuat jadwal kunjungan. Kelas IV mempunyai enam kelompok kecil yaitu kelompok mawar, melati, anggrek, matahari, kenanga dan dahlia. Saat pertemuan kelompok pun tiba, aku dan teman guru yang lain siap melaksanakan tugas. Cukup rempong memang, aku bawa papan tulis kecil, buku-buku literasi, alat peraga dan media pembelajaran lainnya, namun antusias peserta didik dan wali murid sangat luar biasa, rindu membuncah sedikit terobati dapat bertemu dengan peserta didik walau kami harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat, seperti jaga jarak, memakai masker, tidak bersalaman, sering mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer, tapi hati ini sungguh bahagia. Teh hangat dan jajan pasar, mereka selalu menyediakan dan tak jarang oleh-oleh juga disertakan. Terharu dan tak bisa menolak, hanya doa yang bisa aku panjatkan semoga rezeki yang barokah selalu berlimpah untuk wali muridku. Hikmah luar biasa dibalik pandemi ini, silaturahmi dengan peserta didik dan wali murid tambah lengket dan selalu tercipta kerinduan baru, karena terbatasnya waktu, maksimal dua jam dan sehari hanya satu kelompok. Geografis desa yang naik turun dan berkelok, berbatu wadas dan bahkan licin saat hujan tiba, pernah aku tergelincir saat berkunjung ke kelompok matahari, roda motorku masuk ke parit kecil, alhasil motorku rubuh dan bajuku juga basah. Walaupun begitu tidak menyurutkan niatku untuk mendampingi mereka belajar. Hari hari cukup melelahkan, disamping aku harus bertemu dengan kelompok belajar aku juga harus melayani belajar peserta didik yang daring melalui grup WA kelas, dalam hati aku berkata, \" Ilmuku harus ditambah dalam bidang IT dan aku juga ingin membuat video pembelajaran sendiri.\" Tidak selang beberapa lama, beredarlah flayer diklat pembuatan video pembelajaran yang diselenggarakan pegiat pendidikan komunitas Matematika Nusantara yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten di kotaku. Diklat daring selama tujuh hari, \"Wah ini pasti keren, aku harus ikut diklat ini.” Aku dan beberapa teman guru mendaftar untuk mengikuti diklat tersebut. Tujuh hari berlalu, alhamdulillah kompetensi kami bertambah dengan ilmu baru dan  kemampuan luar biasa sebagai guru, bahkan aku dan teman-teman berkomitmen untuk setiap hari membuat video pembelajaran yang akan diunggah ke YouTube sehingga ilmu kami bisa bermanfaat bagi teman guru, wali murid dan peserta didik lain di seluruh negeri tercinta ini. Hingga sampai sampai saat ini aku 3

masih aktif sebagai YouTubers. Pandemi masih belum hengkang dari bumi pertiwi, tapi semangatku terus membara untuk selalu memberikan yang terbaik bagi peserta didik, dari diklat daring ke diklat daring aku asah kompetensiku menambah pengetahuan dan berusaha mencari platform belajar yang paling nyaman untuk peserta didik di masa pandemi ini, hingga aku menemukan platform yang paling tepat untuk belajar di lingkungan peserta didik. \"Terima kasih Bu Retno, dengan satu link aku bisa belajar banyak hal.\" Begitu kata Nanda dalam keterangan foto yang dikirim melalui unggahan di platform belajar itu. Aku terharu, dan tak terasa sudah deras air mata membasahi  ujung hijab merah muda yang aku kenakan. Pulasan krayon gambaran Nanda yang mencerminkan kerinduan di ujung tangan yang tak bisa merengkuh dan berpelukan. \"Mbak Nanda, Ibu juga kangen banget, semoga pandemi segera berakhir, kita bisa berkumpul, belajar dan bermain bersama.\" Begitu balasan yang aku unggah untuk Nanda. Sabtu senja awal September 2021 yang ceria, satu setengah tahun kami melewati pandemi ini, kabar baik muncul di permukaan kotaku.  Kebijakan pemerintah yang memperbolehkan pembelajaran tatap muka terbatas dengan protokol kesehatan ketat mulai diberlakukan mengingat zona pandemi di kotaku sudah mencapai level tiga, sungguh keberhasilan luar biasa dari pemerintah kota untuk menggencarkan vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan. Alhamdulillah, walau pertemuan terbatas aku bisa bertemu kembali dengan peserta didik untuk belajar, mengukir prestasi demi menggapai mimpi untuk mengisi kemerdekaan negeri tercinta ini. Biodata Penulis : : Retno Purwaningsih, S.Pd.SD Nama : SD Negeri Sawangan 02 Kecamatan Jeruklegi Asal Sekolah : Jalan Cemara 1 RT. 02 RW. 04 Desa Tritih Lor Kec. Jeruklegi Alamat Rumah : 081510029829 Nomor HP. 4


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook