SriwKeraijajaan ya
Nama Penyusun: Diana Surya N (09)
1.LETAK KERAJAAN SRIWIJAYA A. Dimana Pusat Kerajaan Sriwijaya Arkeolog Bambang Budi Utomo menyebut, perkembangan lokasi Palembang sebagai pusat pemerintahan Sriwijaya lebih masuk akal dengan banyak faktor pertimbangan. Seperti jaringan komunikasi dan kegiatan lalu-lintas, tukar- menukar informasi dan bahan dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk lebih dahulu dan sudah berhasil mendorong manusia setempat untuk maju. Lalu, lokasi Palembang di muara sungai-sungai Kramasan, Ogan, dan Komering, menjadikan Palembang sebagai pasar tempat memasarkan komoditi perdagangan dari daerah pedalaman. Lewat sungai-sungai itu komoditi perdagangan dibawa ke Palembang.
Dia mengatakan, setelah nama Sriwijaya muncul sebagai nama sebuah kerajaan maritim yang lahir dan berkembang pada abad ke-7 hingga 12 Masehi, banyak pakar sejarah dan arkeologi secara intensif melakukan penelitian di daerah-daerah yang diduga kuat merupakan bekas wilayahnya. Hasil penelitian para ilmuwan ini menyimpulkan bahwa wilayahnya terutama terletak di pantai timur Sumatera dan menguasai Selat Malaka. Dikatakannya, sebagian sejarahwan dan purbakalawan menduga bahwa pusat Sriwijaya ada di Palembang dan sebagian lagi mensinyalir ada di Jambi. Pendapat serjana-sarjana ini tentu saja dianut oleh masyarakat setempat yang fanatik kedaerahan.
B. Mengapa kerajaan Sriwijaya disebut sebagai pengendali jalur perdagangan India Tiongkok Masyarakat Sriwijaya sebagian besar hidup dari perdagangan dan pelayaran. Letaknya strategis, yaitu berada di jalur perdagangan antara India dan Tiongkok. Hal ini menjadi salah satu faktor Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan maritim yang penting di Sumatra, bahkan menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok.
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar China untuk dapat berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasi urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India.
Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan selalu mengawasi dan jika perlu memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya. Keperluan untuk menjaga monopoli perdagangan inilah yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung Melaya adalah beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam lingkup pengaruh Sriwijaya.
Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin perdagangan dengan tanah Arab. Disebutkan dalam catatan sejarah Champa adanya serangkaian serbuan angkatan laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa pelabuhan di Champa dan Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud adalah armada Sriwijaya, karena saat itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari mandala Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya Sriwijaya untuk menjamin monopoli perdagangan laut di Asia Tenggara dengan menggempur bandar pelabuhan pesaingnya Disisi lain,Penguasaan dan pemindahan ibu kota ke Palembang dimaksudkan agar Sriwijaya mudah menguasai daerah-daerah sekitarnya, seperti Bangka, Jambi Hulu, dan Jawa Barat (Tarumanagara). Oleh karena itu, pada abad VII, Sriwijaya berhasil menguasai jalur-jalur kunci perdagangan, seperti Selat Sunda, Bangka, Selat Malaka, dan Laut Jawa.
2. PERKEMBANGAN EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA DAN AGAMA A. Mengapa agama Buddha berkembang pesat di Kerajaan Sriwijaya? Hal ini ditandai dengan adanya catatan perjalanan bhiksu dari Cina, Yi Jing yang menjelaskan banyaknya para bhiksu yang belajar ajaran agama di Kerajaan Sriwijaya. Perkembangan agama Buddha di Kerajaan Sriwijaya dapat berjalan pesat karena didukung pula oleh pihak pemerintahan. Pemerintah kerajaan melakukan pembinaan kehidupan umat beragama dan raja-raja Sriwijaya juga selalu tampil sebagai pelindung agama Buddha. Raja Balaputradewa dari Sriwijaya meminta Raja Dewapaladeva di India untuk menyediakan tanah sebagai pembangunan asrama bagi pelajar agama Buddha dari Sriwijaya.
Isi prasasti ini menjadi bukti bahwa Raja Sriwijaya menaruh perhatian sangat besar terhadap pengajaran dan pendidikan agama Buddha, bahkan mendukung rakyatnya yang belajar hingga ke luar negeri. Selain itu, Prasasti Nalanda juga menyebut bahwa lima desa di Calcutta Kalkutta (sekarang Kolkata), India, dibebaskan dari pajak untuk keperluan misi agama Buddha Kerajaan Sriwijaya. Adapun setelah kembali dari India, para pelajar tersebut akan meneruskan ilmunya dengan mendirikan pusat pendidikan dan pengajaran agama Buddha di Sriwijaya.
3.Masa Kerajayaan Sriwijaya Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya sendiri adalah saat dipimpin oleh raja Balaputradewa pada abad ke 9.raha Balaputradewa menaiki tahta pada tahun 860 asehi Balaputradewa atau yang bergelar resmi Sri Maharaja Balaputradewa merupakan anggota Wangsa Sailendra dari Kerajaan Medang atau Mataram Kuno. Balaputradewa merupakan keturunan Jawa yang kemudian berkuasa di Sumatera. Dalam Prasasti Nalanda disebutkan bahwa Balaputradewa masih cucu seorang raja Jawa bernama Dharanindra yang berjuluk Wirawairimathana. Ayah Balaputradewa bernama Samaragrawira dan ibunya bernama Dewi Tara dari Wangsa Soma. Dalam beberapa catatan disebutkan bahwa Samaragrawira merupakan Samaratungga, yaitu salah satu raja Kerajaan Medang.
MASA PEMERINTAHAN BALAPUTRADEWA Sebagai keturunan Wangsa Syailendra, Balaputradewa berhasil menjadi raja di Sriwijaya. Pada masa kejayaannya, daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, dan sebagian Jawa. Selain itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha Mahayana di Asia Tenggara. Raja Balaputradewa juga menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Benggala dari India yang kala itu dipimpin oleh Raja Dewapala Dewa. Raja ini menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk mendirikan asrama bagi para pelajar dan siswa yang sedang belajar di Nalanda. Hal tersebut menandakan Balaputradewa memerhatikan ilmu pengetahuan bagi generasi mudanya.
4. KEMUNDURAN KERAJAAN SRIWIJAYA A. Apa sebab-sebab berakhirnya kekuasaan Sriwijaya. - SEBAB SEBAB BERAKHIRNYA KEKUASAAN SRIWIJAYA - 1. Raja yang Tidak Dapat Memimpin Dengan Baik Penyebab runtuhnya kerajaan Sriwijaya yang pertama adalah karena setelah Raja Balaputradewa tidak ada raja lain yang mampu memimpin dengan baik. Setelah kejadian wafatnya Raja Balaputradewa pada tahun 835 M, Kerajaan Sriwijaya hampir tidak menemukan lagi sosok raja yang mampu memimpin kerajaan tersebut dengan adil dan juga bijaksana. Penyebab ini secara perlahan-lahan menyebabkan turunnya kepercayaan dari masyarakat terhadap suatu kepemimpinan raja yang saat itu berkuasa, ditambah lagi adanya faktor atau kejadian lain seperti serangan dari kerajaan lain serta terjadi suatu pemberontakan menyebabkan Kerajaan Sriwijaya semakin terpuruk.
2. Jauhnya Letak Kota Palembang dari Lautan Selain karena faktor internal kerajaan, faktor letak kota palembang yang semakin menjauh dari laut juag menjadi penyebab berikutnya. Adanya proses pengendapan lumpur yang terjadi di muara sungai musi, menyebabkan proses pendangkalan dasar sungai pada sungai musi semakin cepat. Sungai musi yang dangkal menyebabkan kapal-kapal dagang yang beraktifitas tidak bisa lagi singgah untuk melakukan transaksi ataupun kegiatan perdagangan di pusat kota. Hal ini membuat pendapatan dari Kerajaan Sriwijaya menjadi sangat menurun. Padahal pendapatan dari pajak pedagang yang bertransaksi di pusat kota merupakan sumber pendapatan paling besar bagi kerajaan sriwijaya, dimana dana tersebut digunakan untuk menjalankan roda pemerintahan pada saat itu.
3. Kurangnya Aktivitas Perdagangan Pebabkan runtuhnya kerajaan sriwijaya yang selanjutnya adalah karena kurangnya aktivitas kapal dagang yang singgah sehingga membuat perekonomian kerajaan kian menurun dan membuat kesejahteraan masyarakat juga kian terpuruk yang mempengaruhi hampir semua sektor kerajaan. Hal ini disebabkan oleh semakin jauhnya kota palembang dari posisi laut yang menyebabkan daerah tersebut menjadi tidak strategis lagi, karena hal tersebut kapal- kapal dagang lebih tertarik untuk singgah di tempat yang lain. Hal ini sangat berdampak bagi runtuhnya kerajaan sriwijaya, dimana karena adanya faktor ini kegiatan perdagangan berkurang serta pendapatan keraOjpasaionnadla: Preirhkaensaillkpaanjak menjadi turun ataupun berkurang. kosakata baru atau fakta unik di sini
4. Sektor Militer Melemah Penyebab runtuhnya kerajaan sriwijaya yang berikutnya adalah karena melemahnya kekuatan kerajaan Sriwijaya di sektor militer, lemahnya sektor militer ini diakibatkan karena adanya konflik faktor internal dalam kerajaan Sriwijaya. Melemahnya kekuatan militer ini membuat banyak wilayah yang telah ditaklukan, satu persatu mulai melepaskan diri. Melemahnya militer kerajaan juga membuat kerajaan lain berani untuk menyerang Kerajaan Sriwijaya hingga membuat mereka semakin melemah.h .
5 . Banyak Wilayah Kekuasaan Melepaskan Diri Banyaknya wilayah kekuasaan yang melepaskan diri menjadi penyebab runtuhnya kerajaan Sriwijaya yang selanjutnya. Selain karena melemahnya militer, faktor lainnya adalah banyaknya wilayah kekuasaan dari kerajaan sriwijaya yang melepaskan diri akibat dari lemahnya perekonomian yang disebabkan oleh menipisnya pendapatan dari pajak serta kurang baiknya pemimpin dari kerajaan sriwijaya. Selain itu kekuatan militer serta kontrol dari kerajaan sangatlah lemah sehingga wilayah- wilayah yang pada asalnya merupakan taklukan Kerajaan Sriwijaya bergerak dan menjadi kerajaan sendiri. Salah satu kerajaan dari salah satu wilayah Kerajaan Sriwijaya yang melepaskan diri yaitu Jambi, Klantan, Pahang serta Sunda. Hal ini membuat keadaan ekonomi dari kerajaan sriwijaya menjadi semaOkpiknsoiospanakaralat:haP,ebrakreunaatlakuan dimana biasanya kerajaan-kerajaan tersebut memberikan setoran pajak, seftaekltaahunik di sini melepaskan diri setoran pajak tersebut tidak didapatkan lagi oleh Kerajaan Sriwijaya.
TERIMAKASIH
Search
Read the Text Version
- 1 - 18
Pages: