DESA MERDEKA SAMPAH KABUPATEN TEGAL Noor Sofiah – Bappeda dan Litbang Kabupaten Tegal
2 Harapannya desa terbebas dari persoalan sampah yang meresahkan. Bukan berarti bebas sampah di rumah, tetapi juga bebas sampah di tong sampah , di TPS dan di TPA Caranya yaitu dengan memaksimalkan usaha mencegah sesuatu yang berpotensi menjadi sampah. Konsepnya adalah bagaimana bisa membudayakan masyarakat bergaya hidup minim sampah
3 “Sebuah gaya hidup positif yang meminimalkan penggunaan bahan yang mencemari lingkungan dan menolak pemakaian bahan sekali pakai. Tujuannya meminimalisir sampah yang akan dikirim ke TPA” Sumber : Buku MRMS halaman 52
4
3 2 Langkah-langkah yang dilakukan 1 Sosialisasi 4 Action Pemahaman mengapa mendasar Pembuatan Komposter, Budidaya magot, tentang sampahku tanggungjawabku lubang biopori, optimalisasi bank sampah 2 Sepakati apa yang akan 5 Pendampingan oleh dilakukan fasilitator Musyawarahkan kegiatan apa yang pertaa kali Fasilitator mendampingi kegiatan warga dalam akan dilakukan untuk mengubah kebiasaan warga pengurangan, pemilahan dan pengolahan sampah terkait pemilahan sampah,dll 3 Timbang Sampah Harian 6 Analisa tiap bulan Penimbangan dilakukan sejak awal mulai program Penimbangan sampah tetap dilakukan selama sebagai tolak ukur seberapa banyak pengurangan program berlangsung dan di evaluasi tiap bulan , dan pengolahan sampah yang berhasil dilakukan analisa juga kebiasaan warga yang berubah The Power of PowerPoint - thepopp.com
Minimal Tabel sebelum Pencegahan 7 hari Menimbang sampah harian Sisa Organik + Sisa anorganik + residu yang dibuang ke tempat sampah (gram) Tabel setelah Pemilahan Minimal 7 hari Sisa Organik ( gram) Sisa anorganik (gram) residu yang dibuang ke tempat sampah (gram) Minimal Tabel setelah Pengolahan 7 hari Sisa Organik ( gram) Sisa anorganik (gram) residu yang dibuang ke tempat sampah (gram) Apa Kebiasaan Yang 1 bulan dirubah Tuliskan kebiasaan minim sampah apa yang bisa dilakukan dari Minggu ke-1 sampai Minggu ke-4
34 Masyarakat berbudaya minim sampah 100% sampah terpilah 90% sampah terkelola 30% saampah terkurangi masuk TPA
35 Sustainable Village Membuat kesepakatan untuk tidak membawa dan menggunakan barang sekali pakai (single use item). Tentunya dengan mencegah dari awal bisa mengurangi biaya, tenaga dan kerepotan mengelola sampah. Meninggalkan sekali pakai bisa dilakukan secara bertahap Membuat Refill point air minum bersama. Communal Refill Point ini bisa diakses semua warga desa dan dikelola bersama. Tujuannya adalah mencegah sampah botol sekali pakai dan membiasakan melakukan isi ulang. Refill Point Air Minum bisa menggunakan alat dispenser dan galon isi ulang air minum. Warung makan di dalam desa menggunakan konsep ramah lingkungan. Misalnya mewajibkan konsumen/warga membeli dengan membawa wadah sendiri dari rumah. Warung tidak menyediakan tissue kertas, sedotan plastik dan berbagai barang Sekali Pakai lainnya. Tujuannya adalah mencegah terjadinya Sampah Sekali Pakai (Single Use Waste). Menghemat biaya operasional bisnis, menghemat biaya pengelolaan sampah, mencegah pencemaran lingkungan dari kesalahan manajemen sampah (seperti sampah yang tertiup angin atau jatuh saat transportasi), dan tentunya kontribusi nyata & tegas terhadap kelestarian lingkungan.
36 Sustainable Village Kebijakan bersama pelarangan membakar sampah organik ataupun sampah non organik. Membakar sampah berbahaya bagi kesehatan dan menyebarkan polusi toxic berbahaya ke lingkungan sekitar. Membakar sampah juga melanggar undang-undang Lingkungan Hidup no 18 tahun 2008. Mewajibkan setiap rumah untuk melakukan komposting sampah organik rumah tangga. Tak hanya dengan biopori tapi juga dengan metode kompos lainnya. Komposting berperan penting karena dengan tanah yang sehat, struktur tanah akan semakin kuat tahan erosi dan mampu efektif menyimpan cadangan air dalam tanah. Mendirikan Fasilitas Komposting Bersama ( Community Composting Facility ). Fasilitas ini dikelola bersama dan bisa bekerja sama dengan pihak Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian & Kehutanan atau universitas Pertanian - Kehutanan setempat. Ataupun dikelola mandiri. Fasilitas tersebut dapat juga berfungsi sebagai tempat belajar informal mengenai komposting, siklus natural nutrisi, siklus air dan tanah - bagi anak-anak, remaja dan semua warga desa.
37 Sustainable Village Membuat kebun di setiap rumah untuk memakai hasil kompos. Tanaman & pohon sangat penting dalam proses alami Siklus Air (Water Cycle) . Porsi dan tipe berkebun bisa disesuaikan kondisi & bidang ruang masing-masing rumah. Pengadaan bibit dan penggandaan tanaman bisa dilakukan bersama dan juga bisa meminta bibit gratis dari Departemen Pertanian-Kehutanan atau Dinas Lingkungan Hidup (UPT) setempat. Menerapkan Mulsa Organik di masing - masing rumah dan di area terbuka sekitar hunian (kompleks - desa). Mulsa Organik akan membantu mencegah penguapan molekul air tanah supaya cadangan air tanah tetap terjaga dan ketika hujan berhenti air tidak cepat menguap (evaporasi). Melakukan Carbon Farming dan - atau kebun bersama jika memungkinkan. Carbon Farming adalah praktek bercocok tanam dengan memilih spesies tanaman yang lebih mampu menyerap dan menyimpan karbon dari pada tanaman lainnya. Saat tumbuh, tanaman akan mengambil karbondioksida dari atmosfir dan menggunakannya dalam proses fotosìntesa untuk membuat batang dan ranting. Salah satu tanaman yang cepat menangkap karbon adalah bambu. Desa/Rt/Rw menjadi Wilayah Sadar Darurat Iklim dan berkontribusi besar terhadap perbaikan lingkungan. Pencemaran udara pun akan berkurang dan dengan kualitas udara yang sehat bisa meningkatkan kecerdasan dan kualitas hidup warga.
38 Sustainable Village Mendirikan Library of Things bersama. Library of things adalah fasilitas yang dibuat, didanai dan dikelola bersama untuk pengadaan berbagai barang - alat kebutuhan sehari - hari. Contoh barang diantaranya ; buku, bor set, gerinda, tangga, kipas angin, dispenser, generator solar PV, kursi+meja, gerobak dorong, dekorasi tanaman hidup, dekorasi inanimate objects (lukisan, patung, instalasi seni, dsb), perkakas makan & minum pakai ulang (sendok, garpu, piring, mangkuk, rantang, dsb), perkakas dapur/memasak (kompor gas, kompor listrik, wajan, tampah, lodong - wadah cemilan/kerupuk berbagai ukuran volume, dsb), perkakas berkebun (pacul, sekop, palu, tang, bor biopori, dsb), dan barang kebutuhan spesifik lainnya. Library of Things ini (atau bisa disebut Perpustakaan Barang ) menghemat jejak karbon karena pembelian & penggunaan dilakukan secara kolektif, menghemat pengeluaran masing-masing warga dan membantu warga yang tak mampu membeli menjadi punya akses terhadap suatu alat/barang yang dibutuhkan.
Noor Sofiah
Search
Read the Text Version
- 1 - 40
Pages: