Nama : Candra Rahmat Akbar NIM : 18040284110 Kelas : 2018 C Tugas Matakuliah : Pembelajaran Inovatif I THE LEARNING PROCESS OF STUDENT’S SELF-IMPROVEMENT : SELF-DIRECTION LEARNING AND SELF-REGULATION LEARNING Self-Improvement Learning atau dalam bahasa Indonesia berarti, “peningkatan mandiri“ merupakan bentuk proses peningkatan yang dilakukan oleh siswa secara mandiri. Siswa melakukan hal ini untuk mengembangkan diri mereka sendiri ( self-development ) untuk menjadi yang lebih baik dibandingkan yang dulu. Self-Improvement ini bisa dibedakan menjadi dua, self- direction learning dan self regulation learning. Berikut penjelasanya : 1. SDL Self-Direction Learning Self-Direction Learning atau “ pengarahan diri “, merupakan suatu proses dimana siswa berusaha untuk meningkatkan kemampuanya untuk menjadi lebih baik dari segi keterampilanya ( skills ), kemampuanya ( abilities ) & pengetahuanya ( knowledge ) dengan menggunakan berbagai macam cara metode yang mereka kembangkan sendiri. Dalam hal ini, mereka akan berusaha mencari cara dalam meningkatkan daya belajarnya. Dalam pengembangan diri, self-direction learning sangat penting dalam pembelajaran, tidak hanya meningkatkan proses belajarnya saja, tetapi juga prestasi mereka. Proses pengarahan diri, membuat siswa secara inisiatif akan menyadari atas segala akibat & konsekuensi ( cause & consequence ) yang ia peroleh jika tidak melakuakan peningkatan diri. Selain itu, mereka juga akan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi atas segala tindakanya ( high responsibility ). Dengan begitu mereka akan melakukan pengarahan diri tanpa ketergantungan dengan orang lain, seperti belajar mandiri dengan caranya sendiri,
membaca & berlatih dengan metodenya sendiri Terdapat berbagai macam faktor yang menimbulkan terjadinya melakukan pengarahan diri atau self-direction learning : a. Ceramah inspiratif guru ( Inspirational Lecture ) Guru menjadi hal yang paling utama di dalam pembelajaran di kelas dan menjadi landasan pertama siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Guru yang memiliki kisah inspiratif biasanya dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Sebagian siswa yang menyukai mata pelajaran yang ia sukai & bertemu denga guru yang menjadi pengampu mata pelajaran tersebut, siswa pasti akan merasa senang oleh guru yang mengajarinya. Disaat tahap guru memberikan ceramah di kelas ( class-lecturing stage ) siswa yang senang akan kehadiranya akan mendengarkan dengan seksama dan mulai termotivasi untuk melakukan self-direction. b. Bakat yang dimiliki siswa ( The Talents ) Setiap siswa memiliki bakat masing-masing. Siswa yang memiliki bakat, biasanya lebih cepat dalam proses self-direction. Bakat dapat mempengaruhi gaya belajar siswa dalam pembelajaran dimana mereka akan mengoptimalkan kemampuan mereka di bidang yang mereka minati. Tetapi, siswa yang memiliki bakat yang berbeda hanya akan meningkatkan proses belajarnya disaat waktu & kondisi yang tepat, terutama disaat mata pelajaran yang sesuai dengan mereka minati. Hal ini cenderung bersifat individualistik dimana mereka hanya meningkatkan proses belajarnya secara kondisional. Meskipun begitu, mereka tetap bisa menyesuaikan bakat mereka dengan hal yang lain dengan cara mereka sendiri hingga akhirnya akan berkembang sendiri menjadi sesuatu yang baru bahkan lebih kompleks c. Peristiwa & Pengalaman ( Events & Experience ) Peristiwa yang dilihat & pengalaman yang dialami juga dapat menjadi dasar siswa untuk melakukan self-direction learning. Substansi terpenting dalam hal ini, terkadang juga menjadi pijakan siswa untuk mengembangkan berbagai hal yang ia miliki, dan hal itu tidak hanya di dalam kehidupan mereka di rumah tetapi juga di sekolah & disekitarnya. Peristiwa yang dilihat siswa akan terus diingat & menjadi hikmah paling penting yang dapat memberikan pelajaran hidup bagi dirinya & dapat memotivasinya untuk melakukan self-direction. Begitu juga dengan
pengalaman yang dialami, dimana akan menjadi momentum paling penting dalam hidupnya & bahkan menjadi landasan dasar dirinya untuk maju secara mandiri. 2. SRL Self-Regulation Learning Self-Regulation Learning atau “ pengendalian diri “, merupakan proses dimana siswa berusaha mengendalikan dirinya dari segi pikiran ( mind ), perilaku ( attitude ) & perasaan ( emotions ) dalam menghadapi berbagai situasi pembelajaran yang variatif. Proses pengendalian diri ini juga disebut sebagai proses penyesuaian diri ( self-adjusment ), dimana siswa dalam melakukan pembelajaran, mereka berusaha beradaptasi segala hal bentuk yang mereka temui dengan sesuai kondisi yang ada. Disini, mereka akan menyesuaikan kondisi lingkungan mereka di rumah dengan lingkungan di sekolah. Lingkungan di rumah juga mempengaruhi gaya belajar mereka, begitu juga dengan di sekolah. Dengan hal ini mereka dapat mengurangi kegiatan kebiasaan mereka di rumah & mulai mengimbanginya dengan melakukan kegiatan belajarnya seperti mengerjakan tugas rumah yang diberikan guru atau melakukan literasi / membaca buku sekolah di rumah. Siswa yang memiliki kemampuan self-regulation learning yang baik dapat memperoleh kesuksesan di dalam proses belajar. Hampir sama dengan siswa yang memiliki self-direction, siswa yang memiliki self-regulation dapat mengimbangi segala hal yang berbeda dan biasanya relatif stabil dari segi ukuran. Terdapat macam karakteristik siswa yang memiliki Self-Regulation Learning, berikut adalah penjelasanya : 1. Selalu mencari informasi & referensi ( Seeking Information & References ) . Memang pada dasarnya dalam mengerjakan tugas memang dibutuhkan referensi atau informasi sebagai pijakan teori dari jawabanya & referensi juga sebagai faktor penentu apakah hal tersebut merupakan bentuk dari interpretasi siswa sendiri ataukah hasil plagiasi. Siswa yang memiliki self-regulation biasanya cenderung akan mencari informasi & referensi sebanyak- banyaknya demi mencapai keberhasilan dalam tugasnya dan berusaha mencapai standar kelulusan yang telah berlaku.
2. Mengevaluasi diri ( Self-Evaluating ) Siswa yang memiliki self-regulation, secara inisiatif akan melakukan evaluasi diri, dimana mereka melihat dan memeriksa segala kemajuan proses belajarnya di dalam pembelajaran di kelas. Disini mereka juga akan menentukan apakah kemajuan belajarnya sesuai dengan standar yang diberikan, jika tidak mereka akan mengulanginya & mulai mengatur cara belajarnya untuk menjadi lebih baik dalam mencapai standar 3. Memiliki perencanaan & strategi ( Planning & Strategy ) Perencanaan yang teliti & strategi yang baik merupakan kunci kesuksesan dalam mengemban sebuah tujuan. Siswa yang memiliki self-regulation yang baik cenderung akan memiliki perencanaan yang baik & strategi yang akurat. Biasanya, di dalam pembelajaran atau penugasan, siswa yang memiliki pengendalian / pengaturan yang baik dapat mengerjakan tugas tepat pada waktunya atau mungkin lebih cepat dibandingkan dengan waktu yang seharusnya. Selain itu, dengan memiliki strategi yang baik, dapat mengimbangi dalam mengemban tugas dari sekolah serta kegiatan rumah. PEDAGOGI, ANDRAGOGI & HEUTAGOGI SERTA IMPLIKASINYA DI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 1. Pedagogi Secara etimologi, pedagogi berasal dari bahasa Yunani, yang disebut “Paidagogeo”. Pai berarti, “anak“ dan Agogeo berarti, “membimbing”. Jika disambungkan berarti “membimbing anak”. Dalam bahasa Inggris disebut Pedagogy yang berarti memberi pengajaran kepada anak- anak atau memberi ilmu pengetahuan kepada siswa di dalam pembelajaran. Membimbing atau (guidance) juga dapat diartikan menuntun atau mengarahkan anak ke jalan yang benar. Pedagogik lebih terkonsentrasi terhadap pengembangan metode mengajar (teaching methods), etika mengajar (teaching ethics), & cara mengajar (teaching ways) guru. Karena guru merupakan sosok figure pemberi ilmu terhadap siswanya (transfer of knowledge).
2. Andragogi Secara etimologi, andragogi berasal dari bahasa Yunani, yang disebut, “Andragogeo”. Andra berarti, “manusia dewasa” dan Agagogo, “membimbing/memimpin”. Jika disatukan berarti, “membimbing manusia dewasa”. Dapat dijelaskan bahwa Andragogi merupakan bentuk ilmu pengajaran kepada orang dewasa atau bagaimana cara membimbing orang tua dalam belajar ( adult learning ). Dalam dunia pendidikan, manusia dewasa tidak hanya dipandang ke kaum muda saja ( khususnya 16 – 20 tahun atau 20 - 40 tahun ) tetapi juga bagi kaum lanjut usia ( 40 – 60 tahun ). Selain itu, manusia dewasa dianggap memiliki rasa tanggung jawa tinggi, memiliki motivasi & minat yang besar hingga dianggap memiliki self-regulation yang tinggi 3. Heutagogi Heutagogi merupakan lanjutan dari Andragogi. Heutagogi dipandang sebagai bentuk pendalaman di ruang lingkup Andragogi. Bisa dijelaskan bahwa Andragogi merupakan bentuk pengajaran atau membimbing manusia dewasa di dalam pembelajaran sedangkan Heutagogi lebih mengedepankan kemampuan kepada manusia dewasa itu sendiri dibandingkan oleh pembimbing ( Instructor-Centered ). Di dalam dunia pendidikan, Andragogi masih bersifat terfokus pada pembimbing layaknya Teacher-Centered Learning, sedangkan Heutagogy mulai mendalam terhadap manusa itu sendiri atau layaknya Student-Centered Learing.
Search
Read the Text Version
- 1 - 5
Pages: