Renungan Harian GPI MAMRE - Batu Aji Periode Tanggal: 01 Feb 2021 – 06 Feb 2021 Rumah di Atas Batu Senin, 01/02/2021 Baca: Matius 7:24-29 | Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 14-15 Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. –Matius 7:24 Sebanyak 34.000 rumah di salah satu negara bagian Amerika Serikat berisiko ambruk karena fondasinya yang cacat. Tanpa disadari, perusahaan beton menggunakan bebatuan dari tambang yang bercampur suatu bahan mineral yang setelah beberapa lama menyebabkan betonnya retak dan hancur. Fondasi dari sekitar enam ratus rumah sudah hancur, dan besar kemungkinan jumlah tersebut akan bertambah dengan pesat seiring berjalannya waktu. Yesus menggunakan gambaran pembangunan rumah di atas dasar yang rapuh untuk menerangkan bahaya yang jauh lebih besar dari tindakan kita membangun hidup di atas dasar yang mudah goyah. Dia menjelaskan bagaimana sebagian dari kita membangun hidup di atas batu yang kukuh, sehingga dapat dipastikan bahwa kita akan tetap tegak saat menghadapi badai yang dahsyat. Namun, sebagian lagi membangun hidup di atas pasir, sehingga ketika angin kencang menyerang, hidup kita ambruk dan ―hebatlah kerusakannya‖ (Mat. 7:27). Perbedaan antara membangun di atas fondasi yang kukuh dan dasar yang rapuh terletak pada apakah kita ―melakukan‖ perkataan Kristus atau tidak (ay.26). Pertanyaannya bukan apakah kita mendengar firman-Nya atau tidak, melainkan apakah kita melakukannya sesuai dengan kesanggupan yang diberikan-Nya. Ada banyak hikmat yang ditawarkan dunia kepada kita—belum lagi banyak nasihat dan bantuan—dan sebagian besar di antaranya baik dan bermanfaat. Akan tetapi, masalah pasti timbul apabila kita mendasarkan hidup kita pada landasan apa pun selain daripada ketaatan dalam kerendahan hati kepada kebenaran Allah. Di dalam kekuatan-Nya, melakukan apa yang Allah firmankan merupakan satu-satunya jalan untuk memiliki kehidupan yang dibangun di atas dasar yang kukuh. Hikmat, wawasan, atau pendapat siapakah yang paling Anda dengarkan? Bagaimana Anda dapat semakin baik dalam membangun dasar hidup dengan melakukan perkataan Tuhan? Ya Allah, banyak hal yang aku alami terasa tidak menentu dan begitu sementara, bagaikan hidup yang dibangun di atas pasir. Aku ingin hidup yang pasti dan kukuh. Tolonglah aku untuk taat kepada-Mu. Aku ingin hidup yang pasti dan kukuh. Tolonglah aku untuk taat kepada-Mu. Oleh Winn Collier Wawasan Matius 7:24-29 mencantumkan kata-kata penutup dari Khotbah di Bukit yang diberikan Yesus—yang pertama dari lima amanat besar-Nya kepada khalayak umum dalam Injil Matius. Khotbah ini membuka pelayanan Kristus kepada umum, dan sedari awal pesan-Nya pasti sangat mengena di hati orang-orang Yahudi yang menjadi pendengar-Nya. Khotbah ini dibuka dengan serangkaian ―ucapan bahagia‖ yang semuanya dimulai dengan kata ―berbahagialah‖ (5:1-11). Orang Yahudi yang mendengarkan-Nya pasti segera menyambungkan ide tersebut dengan pembukaan Mazmur 1:1, yang juga dimulai dengan kata ―berbahagialah.‖ Apa artinya ―berbahagia‖? Para ahli Alkitab, seperti Raymond Brown dan Kenneth Bailey, menjelaskan bahwa kata berbahagia (Yunani makarios; Ibrani `asIr) tidak berarti ―berharap-harap‖ atau ―memohon berkat‖, melainkan berarti ―menyadari suatu kondisi kebahagiaan atau keberuntungan yang sudah ada. . . . [kata ini] meneguhkan realitas saat ini atau menunjukkan kondisi rohani yang memang sudah ada.‖ –Bill Crowder Disadur dari: https://santapanrohani.org/2021/2
Renungan Harian GPI MAMRE - Batu Aji Periode Tanggal: 01 Feb 2021 – 06 Feb 2021 Dipangkas agar Semakin Berbuah Selasa, 02/02/2021 Baca: Yohanes 15:1-12 | Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 10-12 Setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. –Yohanes 15:2 Ketika memperhatikan seekor lebah hinggap pada tanaman Russian sage, saya dibuat kagum oleh rimbunnya daun dan bunga-bunga yang berwarna ungu terang. Warna bunga itu memikat mata saya dan juga memikat lebah. Namun, pada musim gugur lalu, saya sempat mengira tanaman itu tidak akan berbunga lagi. Ketika mertua saya memangkas tanaman tersebut hingga tersisa batangnya, saya kira mereka hendak memusnahkannya. Namun, sekarang saya menyaksikan indahnya hasil pemangkasan yang awalnya terlihat brutal itu. Keindahan mengejutkan yang dihasilkan dari proses pemangkasan mungkin menjadi salah satu alasan Yesus memilih gambaran itu untuk menjelaskan karya Allah di tengah umat-Nya. Dalam Yohanes 15, Dia berkata, ―Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah‖ (ay.1-2). Kata-kata Yesus mengingatkan kita bahwa pada masa susah maupun senang, Allah selalu bekerja di dalam diri kita untuk menghasilkan pertumbuhan rohani dan buah yang banyak (ay.5). Selama masa ―pemangkasan‖ yang bisa berupa penderitaan atau kekeringan jiwa, mungkin kita bertanya-tanya apakah kita akan kembali merasakan kelimpahan. Akan tetapi, Kristus mendorong kita untuk tetap tinggal di dalam Dia: ―Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku‖ (ay.4). Sambil terus menerima asupan rohani dari Tuhan Yesus, keindahan dan lebatnya buah yang dihasilkan-Nya dalam hidup kita (ay.8) akan menunjukkan kepada dunia bahwa Allah itu baik. Berdasarkan pengalaman Anda, bagaimana Allah telah memakai pergumulan hidup untuk menghasilkan pertumbuhan dan buah yang lebat dalam diri Anda? Bagaimana perjalanan waktu akan menolong kita untuk dapat melihat karya Allah dalam hidup kita? Bapa, tolonglah aku untuk memercayai-Mu di saat-saat yang sulit dalam hidupku, karena aku tahu Engkau berkarya untuk mendatangkan keindahan dan pertumbuhan dalam hidupku. Pada masa susah maupun senang, Allah selalu bekerja di dalam diri kita. Oleh Adam R. Holz Wawasan Pengajaran Yesus dalam Yohanes 15 diucapkan tidak lama sebelum pengadilan dan penyaliban-Nya—ini merupakan kesempatan terakhir-Nya untuk memperingatkan para murid agar tidak menjadi seperti Yudas, melainkan mereka harus teguh di dalam iman dan terus berbuah. Kesuburan pokok anggur (tanaman yang umum di Israel pada masa itu) mengindikasikan kerohanian yang berbuah. Ilustrasi ini pasti sangat dikenal oleh mereka yang akrab dengan Perjanjian Lama (Mazmur 80:9; 128:3; Yesaya 5:1-7). Penekanan utama Yohanes 15:1-17 adalah pesan untuk ―tinggal‖ di dalam Dia—yang ditunjukkan dengan diulangnya kata ―tinggal‖ sebanyak sepuluh kali: ―Barangsiapa tinggal di dalam Aku . . . ia berbuah banyak‖ (ay.5). –Alyson Kieda Disadur dari: https://santapanrohani.org/2021/2
Renungan Harian GPI MAMRE - Batu Aji Periode Tanggal: 01 Feb 2021 – 06 Feb 2021 Menantikan Berkat Rabu, 03/02/2021 Baca: Habakuk 1:12–2:4 | Bacaan Alkitab Setahun: Meskipun tampaknya masih lama, tetapi tunggu saja! –Habakuk 2:3 (BIS) Sebuah restoran yang terkenal di Bangkok, menyajikan sup dengan kuah kaldu yang sudah direbus selama empat puluh lima tahun dan isinya ditambahkan sedikit-sedikit setiap hari. Sama seperti beberapa makanan ―sisa‖ yang terasa lebih enak setelah disimpan beberapa hari, waktu memasak yang panjang itu memadukan dan menciptakan rasa yang unik. Restoran itu pun telah meraih sejumlah penghargaan untuk kategori kaldu terlezat di Thailand. Hal-hal baik sering membutuhkan waktu untuk tiba, tetapi sebagai manusia, kita kerap merasa tidak sabar. Pertanyaan ―berapa lama?‖ sering muncul dalam Alkitab. Salah satu contoh yang memilukan adalah pengalaman Nabi Habakuk, yang memulai kitabnya dengan pertanyaan, ―Berapa lama lagi, Tuhan, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar?‖ (Hab. 1:2). Habakuk (yang namanya berarti ―penggenggam‖) menubuatkan penghakiman Allah atas negerinya (Yehuda) melalui penyerbuan Kerajaan Babel yang kejam, dan ia sulit memahami mengapa Allah mengizinkan orang-orang korup menjadi makmur dengan memeras sesamanya. Namun, Allah menjanjikan datangnya pengharapan dan pemulihan pada waktu yang sudah ditetapkan-Nya: ―Apa yang Kunyatakan kepadamu pasti akan terjadi. Meskipun tampaknya masih lama, tetapi tunggu saja! Saat itu pasti akan datang dan tak akan ditunda‖ (2:3 bis). Pembuangan di Babel berlangsung selama tujuh puluh tahun. Menurut perhitungan manusia itu adalah waktu yang sangat lama, tetapi Allah selalu setia dan menepati janji-Nya. Berkat-berkat terbaik yang disediakan Allah mungkin tidak segera datang. Meskipun tampak masih lama, tetaplah berharap kepada Dia! Dia menyediakan setiap berkat dengan hikmat dan perhatian yang sempurna— dan Dia selalu layak untuk dinantikan. Berkat apa saja yang sedang Anda nantikan dari Allah? Bagaimana Anda akan tetap menyembah-Nya, meskipun berkat-berkat itu belum datang juga? Abba, Bapa, terima kasih untuk kebaikan dan kesetiaan-Mu di setiap musim dan berkat dalam hidupku. Tolonglah aku untuk senantiasa menantikan-Mu sebagai yang terutama. Allah selalu setia dan menepati janji-Nya. Oleh James Banks Wawasan Nubuat Habakuk sudah berusia lebih dari 2.600 tahun, tetapi sang nabi berbicara mewakili kita semua ketika ia bertanya kepada Allah, ―Masakan Engkau tahan melihat begitu banyak pelanggaran?‖ (1:3 BIS). Habakuk menyadari bahwa orang-orang Yehuda harus dihakimi karena telah menolak Allah, tetapi orang-orang Babel, yang menjalankan penghakiman tersebut, lebih buruk daripada Yehuda. Mengapa Allah memakai mereka? Allah melihat segala kejahatan dan akan mengadilinya. Dia menyebut Babel ―bersalah dengan mendewakan kekuatannya‖ (ay.11). Allah mengingatkan umat-Nya bahwa ―orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya‖ (2:4). Menolak pilihan yang membawa hidup ini akan berujung kepada keputusasaan. –Tim Gustafson Disadur dari: https://santapanrohani.org/2021/2
Renungan Harian GPI MAMRE - Batu Aji Periode Tanggal: 01 Feb 2021 – 06 Feb 2021 Investasi Iman Kamis, 04/02/2021 Baca: Ulangan 11:18-20 | Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 13-15 Kamu harus mengajarkan—perkataanku kepada anak-anakmu. –Ulangan 11:19 Pada hari Natalnya yang kedua belas, seorang anak lelaki dengan bersemangat menunggu saatnya membuka hadiah-hadiah yang diletakkan di bawah pohon Natal. Ia ingin sekali mendapat sepeda baru, tetapi harapannya pupus—hadiah terakhir yang ia buka adalah sebuah kamus. Pada halaman pertamanya tertulis pesan, ―Untuk Charles dari Ibu dan Ayah, 1958. Teriring kasih dan harapan besar untuk keberhasilanmu di sekolah.‖ Sepanjang satu dekade berikutnya, Chuck menjadi anak yang berprestasi di sekolah. Ia lulus dari perguruan tinggi dan kemudian lulus dari pelatihan penerbangan. Ia bekerja sebagai pilot di luar negeri dan meraih cita-citanya untuk membantu orang-orang yang membutuhkan dan membagikan kabar baik tentang Tuhan Yesus kepada mereka. Sekarang, kira-kira enam puluh tahun setelah menerima hadiah tersebut, ia meneruskan kamus yang sudah usang itu kepada cucu-cucunya. Bagi Chuck, kamus itu telah menjadi simbol investasi kasih orangtua untuk masa depannya, dan Chuck sangat menghargainya. Namun, ia jauh lebih bersyukur untuk investasi iman yang ditanamkan orangtuanya setiap hari lewat pengajaran tentang Allah dan Alkitab. Ulangan 11 berbicara tentang pentingnya memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak, ―Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun‖ (ay.19). Bagi Chuck, nilai-nilai kekekalan yang ditanamkan sejak masih kanak-kanak itu bertumbuh menjadi pengabdian seumur hidup bagi Sang Juruselamat. Dengan kesanggupan dari Allah, entah berapa banyak buah yang dihasilkan dari investasi kita dalam pertumbuhan rohani orang lain. Siapa saja yang berinvestasi dalam kehidupan rohani Anda sejak Anda kecil hingga dewasa? Bagaimana Anda dapat mengarahkan hati anak-anak Anda kepada hikmat yang terdapat dalam Alkitab? Bapa Mahakasih, tolonglah aku lebih sungguh mencari hikmat Alkitab, supaya aku dapat bertumbuh dalam pengenalanku akan Engkau dan membagikannya kepada orang lain—termasuk kepada anak-anak. Bapa Mahakasih, tolonglah aku lebih sungguh mencari hikmat Alkitab. Oleh Cindy Hess Kasper Wawasan Dalam Alkitab Ibrani, kitab-kitab dinamakan berdasarkan kata-kata pembukanya. Kitab Ulangan dinamakan Devarim (―perkataan-perkataan‖), mewakili frasa pembuka Ulangan 1:1: ―Inilah perkataan-perkataan yang diucapkan Musa.‖ Dalam Alkitab kita, kitab-kitab sering kali dinamakan berdasarkan tujuannya. Karena itu dalam bahasa Inggris, kitab Ulangan disebut Deuteronomy (―hukum kedua‖). Kitab Ulangan mencatat penuturan hukum Musa untuk kedua kalinya, dan ini penting karena dua alasan. Pertama, umat yang memasuki tanah Kanaan adalah generasi yang berbeda dari yang menerima hukum tersebut di Gunung Sinai empat puluh tahun sebelumnya. Generasi tersebut meninggal di padang gurun karena pemberontakan mereka. Kedua, umat tersebut telah hidup bersama selama empat dekade sebagai sebuah komunitas suku yang besar. Ketika mereka memasuki tanah Kanaan, mereka akan hidup terpisah di tanah yang telah ditentukan untuk masing-masing suku. Realitas yang signifikan ini membuat penuturan kembali hukum Musa sangat diperlukan untuk menyiapkan umat untuk cara hidup yang berbeda dari yang telah mereka jalani di padang gurun selama ini. –Bill Crowder Disadur dari: https://santapanrohani.org/2021/2
Renungan Harian GPI MAMRE - Batu Aji Periode Tanggal: 01 Feb 2021 – 06 Feb 2021 AKU Jumat 05/02/2021 Baca: Keluaran 3:1-15 | Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 16-18 Firman Allah kepada Musa: ―Aku adalah Aku.‖ –Keluaran 3:14 Penamaan adalah urusan penting—entah menamai anak, perusahaan, atau binatang peliharaan. Para orangtua, pengusaha, dan keluarga memutar otak untuk memilih nama yang pas. Dari berusaha memilih nama yang berbobot sampai nama yang unik, kebanyakan orang biasanya memilih nama yang mengandung makna penting. Nama Mandarin saya, contohnya, mengandung harapan orangtua saya. Mereka berharap saya akan menjadi orang yang bijaksana. Pada zaman Alkitab, nama juga sangat penting. Musa tahu arti penting sebuah nama. Ketika Allah menjumpainya di semak duri yang menyala dan memberinya misi untuk membebaskan bangsa Israel dari tangan Firaun yang berkuasa, ia bertanya kepada Allah, ―Bagaimana tentang nama-(Mu)?‖ (lihat Keluaran 3:13). Allah menjawab, ―Aku adalah Aku.‖ (ay.14). ―Aku adalah Aku‖ berbicara tentang Allah yang keberadaannya kekal, tidak membutuhkan apa pun juga, sudah ada sebelum segala sesuatu, ada dari diri-Nya sendiri, mencakup segala sesuatu, dan tidak terbatas. Dialah satu-satunya Pribadi berdaulat di alam semesta yang tidak bergantung pada apa pun untuk keberadaan-Nya. Dia tetap sama kemarin, hari ini, dan sampai selama-lamanya. Tidak ada yang dapat membuat-Nya bertindak di luar karakter-Nya atau menodai integritas-Nya. Nama Allah adalah dasar yang teguh bagi keyakinan kita pada kesetiaan-Nya yang tidak pernah berakhir. Memahami nama Allah akan menolong kita memercayakan keseharian kita kepada-Nya dan menunaikan tanggung jawab kita sebagai umat-Nya. Itu karena kita tahu bahwa ―Aku adalah Aku‖ yang tidak terbatas terus menyertai kita, dan Dia tidak berubah. Dengan cara apa Anda mungkin telah mengecilkan keberadaan Allah dalam hidup Anda? Bagaimana memahami nama Allah ―Aku adalah Aku‖ memberi dampak terhadap penyembahan Anda kepada-Nya dan cara Anda menjalani hidup? Ya Tuhan, tiada yang seperti Engkau. Kuasa-Mu tak terbatas, kemuliaan-Mu mengagumkan, dan Engkau tetap sama sampai selama-lamanya. Tolonglah aku mengenal-Mu lebih dekat lagi hari ini! Nama Allah adalah dasar yang teguh bagi keyakinan kita pada kesetiaan-Nya yang tidak pernah berakhir. Oleh Sim Kay Tee Wawasan ―AKU ADALAH AKU‖ adalah salah satu penyingkapan dan pernyataan yang paling awal dari Allah dalam Kitab Suci tentang diri-Nya sendiri (Keluaran 3:14). Tentang nama Allah ini, penafsir Alkitab Warren Wiersbe berkata, ―Dialah Pribadi yang selalu ada pada diri-Nya sendiri, sejak masa lalu, pada masa kini, hingga masa mendatang, Allah yang setia dan dapat diandalkan‖.* ―AKU‖ adalah ungkapan Keallahan. Ratusan tahun kemudian, Yesus menggunakan Nama ilahi yang sama untuk menyebut diri-Nya sendiri: ―Akulah roti hidup‖ (Yohanes 6:35,48), ―Akulah terang dunia‖ (8:12), ―Akulah pintu‖ (10:7), ―Akulah gembala yang baik‖ (10:11), ―Akulah kebangkitan dan hidup‖ (11:25), ―Akulah jalan dan kebenaran dan hidup‖ (14:6), dan ―Akulah pokok anggur yang benar‖ (15:1). Lewat ketujuh pernyataan ―Akulah‖ ini, Yesus menyingkapkan karakter Allah yang sejati pada diri-Nya. *Sumber: Keluaran 3:13 (Warren Wiersbe, BE Series Commentary) Disadur dari: https://santapanrohani.org/2021/2
Renungan Harian GPI MAMRE - Batu Aji Periode Tanggal: 01 Feb 2021 – 06 Feb 2021 Bagaimana Anda Dikenal? Sabtu 06/02/2021 Baca: Efesus 5:8-14 | Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 19-21 Sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang. –Efesus 5:8 Dalam berbagai kejuaraan olahraga tingkat SMA, Ted dikenal sebagai penonton dengan badan paling tinggi dan suara paling nyaring di bangku penonton. Sebelum menderita penyakit degeneratif yang mematikan, Ted memiliki tinggi badan hampir dua meter dan berat 130 kilogram. Dengan yel-yel ―Blue!‖ (dari warna sekolahnya) yang membangkitkan semangat penonton dan aksi menghambur-hamburkan permen di berbagai pertandingan sekolah membuat Ted dikenal dengan nama ―Big Blue.‖ Namun, di tengah komunitasnya, Ted bukan hanya dikenal sebagai pemandu sorak. Bukan juga sebagai bekas pecandu alkohol di masa mudanya. Sebaliknya, ia akan dikenang karena kasihnya kepada Allah dan keluarganya, serta karena kemurahan dan kebaikan hatinya. Dalam ibadah penghiburan yang berlangsung empat jam untuk mengenang hidup Ted, satu demi satu orang maju untuk bersaksi tentang cara hidup serupa Kristus yang pernah dijalani oleh seseorang yang telah diselamatkan dari kegelapan oleh kuasa Yesus melalui Injil. Di Efesus 5:8, Paulus mengingatkan orang percaya bahwa mereka ―dahulu adalah kegelapan‖ tetapi langsung disambung, ―sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang.‖ Itulah panggilan bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Banyak yang bisa dilakukan oleh anak-anak terang, seperti Ted, bagi sesama mereka yang hidup dalam dunia yang gelap. ―Perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa‖ harus dijauhi (lihat ay.3-4,11). Orang-orang di sekitar kita dan di seluruh dunia membutuhkan kesaksian hidup yang cemerlang dan berbeda dari mereka yang telah diterangi cahaya Kristus (ay.14). Seberapa jelas bedanya? Sejelas perbedaan terang dari gelap. Apa saja hal yang membuat Anda enggan untuk lebih aktif membagikan terang Kristus kepada dunia ini? Tempat mana saja di sekeliling Anda yang membutuhkan terang-Nya? Ya Bapa, ampuni aku yang selama ini pasif dalam menjadi terang. Pimpin dan pakailah aku untuk menerangi tempat-tempat yang gelap di dunia ini. Hiduplah sebagai anak-anak terang. Oleh Arthur Jackson Wawasan Dalam kitab Efesus, Paulus tidak menyebutkan nama-nama dari jemaat maupun situasi tertentu seperti yang dilakukannya dalam surat-surat yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa surat ini kemungkinan besar ditujukan kepada semua orang percaya di wilayah Asia Kecil. Namun, kitab ini mungkin dinamakan sesuai dengan tempat tujuan pertama surat ini. Dalam Efesus 5:8-14, Paulus mengacu kepada seluruh orang percaya ketika ia menjelaskan bahwa sebelum mengikut Kristus, mereka dahulu adalah kegelapan (ay.8). Kegelapan merupakan bagian dari diri mereka, bukan hanya sebuah kondisi hidup. Kemudian, ia menjelaskan bahwa hidup ―sebagai anak-anak terang‖ berarti hidup dalam ―kebaikan dan keadilan dan kebenaran‖ (ay.8-9). Masing-masing kata tersebut menggambarkan perbuatan praktis, dan ini menunjukkan bahwa orang-orang percaya perlu memperhatikan kesejahteraan orang lain, mematuhi standar Allah, mengikuti kebenaran Alkitab, dan menolak mengikuti cara-cara dunia. –Julie Schwab Disadur dari: https://santapanrohani.org/2021/2
Renungan Harian GPI MAMRE - Batu Aji Periode Tanggal: 01 Feb 2021 – 06 Feb 2021 Memperoleh Kembali yang Hilang Minggu, 07/02/2021 Baca: 1 Samuel 30:1-6, 18-19 | Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 22-24 Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Allahnya. –1 Samuel 30:6 Di sebuah toko ponsel, pendeta muda itu menabahkan dirinya untuk menerima kabar buruk. Ponsel pintar miliknya tidak sengaja jatuh saat kelas pendalaman Alkitab, dan ia khawatir ponsel itu akan rusak total. Ternyata tidak. Pegawai toko berhasil menyelamatkan semua data dalam ponsel itu, termasuk video dan foto- foto yang dibutuhkannya untuk pelayanan. Ia juga memperoleh kembali ―semua foto yang pernah 'ku hapus,‖ katanya. Toko itu bahkan ―mengganti ponselku yang rusak dengan ponsel baru.‖ Katanya, ―Aku mendapatkan kembali semua yang pernah hilang, bahkan lebih dari itu semua.‖ Daud pernah memimpin suatu misi penyelamatan setelah kaumnya diserang oleh orang Amalek. Sesudah ditolak oleh para panglima orang Filistin, Daud dan pasukannya pulang dan mendapati orang Amalek telah menyerbu dan membakar habis kota mereka, Ziklag. Musuh juga menawan ―perempuan-perempuan dan semua orang yang ada di sana,‖ termasuk semua istri dan anak-anak mereka (1Sam. 30:2-3). ―Lalu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia itu dengan nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis‖ (ay.4). Para tentara itu begitu marah terhadap Daud hingga mereka merencanakan untuk ―melempari dia dengan batu‖ (ay.6). ―Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Allahnya‖ (ay.6). Sesuai dengan janji Allah, Daud mengejar orang Amalek dan ―melepaskan semua apa yang dirampas oleh orang Amalek itu . . . Tidak ada yang hilang pada mereka, dari hal yang kecil sampai hal yang besar, sampai anak laki-laki dan anak perempuan, dan dari jarahan sampai segala sesuatu yang telah dirampas mereka; semuanya itu dibawa Daud kembali‖ (ay.18-19). Ketika menghadapi serangan rohani yang membuat kita kehilangan harapan, kiranya kepercayaan kita kepada Allah kembali dikuatkan. Dia akan menyertai kita dalam menghadapi setiap tantangan kehidupan. Serangan rohani atau kehilangan apa yang sedang Anda alami? Saat berpaling dari keputusasaan kepada harapan di dalam Allah, kekuatan baru apa yang Anda rasakan di dalam Dia? Ya Allah, tolonglah aku kembali berharap kepada-Mu ketika aku harus menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Allah akan menyertai kita dalam menghadapi setiap tantangan kehidupan. Oleh Patricia Raybon Wawasan Ketika Daud dimampukan Allah untuk menyelamatkan orang-orang terkasihnya yang diculik (1 Samuel 30:1-20), keberhasilannya dibandingkan dengan kegagalan Saul dalam menolong keluarganya. Saul meminta pertolongan Allah ketika ia kalah jumlah dari tentara Filistin, tetapi ia tidak menerima jawaban (28:4-6). Dalam keputusasaannya, ia berpaling kepada seorang pemanggil arwah untuk memanggil penasihatnya yang setia, Samuel, kembali dari kematian (ay.7-9). Samuel memang muncul, tetapi ia mengatakan hal yang tidak ingin didengar oleh Saul: Keesokan harinya tentara Israel akan dikalahkan dan Saul, bersama dengan anak- anaknya, akan mati (ay.16-20). Saul dan Daud sama-sama menunjukkan kebutuhan kita akan seorang Raja lain, yang dengan menghancurkan belenggu dosa dan kematian, akan datang menolong setiap orang, tak terkecuali musuh-musuh-Nya. –Mart DeHaan Disadur dari: https://santapanrohani.org/2021/2
Search
Read the Text Version
- 1 - 7
Pages: