Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore KESEHATAN JIWA REMAJA -Sofwan Indarjo

KESEHATAN JIWA REMAJA -Sofwan Indarjo

Published by fauliamuthmainah, 2022-04-12 13:09:11

Description: KESEHATAN JIWA REMAJA

Search

Read the Text Version

KEMAS 5 (1) (2009) 48-57 Jurnal Kesehatan Masyarakat http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas KESEHATAN JIWA REMAJA Sofwan Indarjo Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Abstrak Sejarah Artikel: Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan biologis, psikologis maupun sosial. Diterima 3 Maret 2009 Tetapi umumnya proses pematangan sik terjadi lebih cepat dari proses pema- Disetujui 23 April 2009 tangan kejiwaan (psikososial). Manusia selalu dilihat sebagai satu kesatuan utuh Dipublikasikan Juli 2009 dari unsur badan, jiwa, sosial, tidak hanya dititikberatkan pada penyakit tetapi pada peningkatan kualitas hidup, terdiri dari kesejahteraan dari badan, jiwa dan Keywords: produktivitas secara sosial ekonomi. Beberapa jenis gangguan jiwa yang ban- Mental health yak terjadi pada masa remaja berbagai stresor yang ada, dapat timbul berbagai Adolescent kondisi negatif seperti cemas, depresi, bahkan memicu munculnya gangguan Physical maturation psikotik. Kesehatan jiwa remaja merupakan hal penting dalam menentukan kualitas bangsa. Remaja yang tumbuh dalam lingkungan kondusif dan men- dukung merupakan sumber daya manusia yang dapat menjadi aset bangsa tidak ternilai. Abstract In adolescence, there have been changes of biological, psychological and social. But generally, the physical maturation process occurs more rapidly than the process of psychological maturation. Humans always seen as a uni ed whole of elements of the body, soul, social, not only emphasis on disease but on improving the quality of life, consisting of well-being of body, soul and productivity of social economy. Some types of mental disorders which are prevalent in adolescence namely a variety of stressors that can arise various negative conditions such as anxiety, depression, and even trigger the emergence of psychotic disorders. Adolescent mental health is important in determining the quality of the nation. Teens who grow up in a sup- portive environment conducive and human resources that can be an invaluable national asset. © 2009 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196 Gedung F1, Lantai 2, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 Email: [email protected]

Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57 Pendahuluan menjadi fokus utama tiap upaya peningkatan sumber daya manusia, mengingat anak dan Masa remaja menurut World Health remaja merupakan generasi yang perlu disiap- Organitation (WHO) merupakan suatu fase kan sebagai kekuatan bangsa indonesia. Jika perkembangan antara masa kanak-kanak dan ditinjau dari proporsi penduduk, 40 % total masa dewasa; berlangsung antara usia 10 sam- populasi terdiri dari anak dan remaja berusia pai 19 tahun. Masa remaja terdiri pada masa 0 – 16 tahun, tiga belas persen dari jumlah po- remaja awal (10-14 tahun), masa remaja, (14- pulasi adalah anak dibawah lima tahun (balita), 17 tahun). Pada masa remaja, banyak terjadi Ternyata populasi anak dan remaja mengalami perubahan biologis, psikologis, maupun sosial. gangguan kesehata jiwa, termasuk antara lain Tetapi umumnya proses pematangan sik terja- anak dengan tunagrahita, ganguan perilaku, di lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan kesulitan belajar dan hiperaktif. Sebanyak 13,5 (Psikososial) (Huang et al., 2007). Seorang % balita merupakan kelompok anak berisiko anak remaja tidak lagi didapat sebagai anak tinggi mengalami gangguan perkembangan, kecil, tetapi belum juga dianggap sebagai orang sementara 11,7 % anak prasekolah berisiko me- dewasa. Disatu sisi ia ingin bebas dan mandiri, ngalami gangguan perilaku. Prevalensi ganggu- lepas dari pengaruh orang tua, disisi lain pada an kesehatan jiwa anak dan remaja cenderung dasarnya ia tetap membutuhkan bantuan, du- akan meningkat sejalan dengan permasalahan kungan perlindungan orang tuanya (Guzmdn kehidupan dan kemasyarakatan yang makin et al., 2004). komplek, oleh karena itu memerlukan pela- yanan kesehatan jiwa yang memadai sehingga Orang tua sering tidak mengetahui atau memungkinkan anak dan remaja untuk men- memahami perubahan yang terjadi sehing- dapatkan kesempatan tumbuh kembang se- ga tidak menyadari bahwa anak mereka telah maksimal mungkin (Walker, 2002). tumbuh menjadi seorang remaja, bukan lagi anak yang selalu dibantu (Fellinge et al., 2009). Bagian Inti Orang tua menjadi bingung menghadapi labi- litas emosi dan perilaku remaja, sehingga ti- Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 dak jarang terjadi konflik diantara keduanya. pasal 1 ayat 1 tentang kesehatan dikatakan bah- Adanya konflik yang berlarut-larut merupakan wa ”kesehatan adalah keadaan sejahtera dari ba- stresor bagi remaja yang dapat menimbulkan dan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap berbagai pemasalahan yang komplek baik fisik, orang hidup produktif secara sosial dan ekono- psikologik maupun sosial termasuk pendidi- mis”. Atas dasar de nisi tersebut maka manusia kan. Kondisi seperti ini apabila tidak segera di selalu dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh atasi dapat berlanjut sampai dewasa dan dapat (holistik) dari unsur badan (organobiologi), jiwa berkembang ke arah yang lebih negatif. Antara (psikoedukatif), sosial (sosiokutrural), yang ti- lain dapat ditimbulkan masalah maupun gang- dak hanya dititik beratkan pada penyakit tetapi guan kejiwaan dari yang ringan sampai berat. pada peningkatan kualitas hidup yang terdiri Apalagi pada kenyataannya perhatian masya- dari kesejahteraan dari badan, jiwa dan sosial rakat lebih terfokus pada upaya meningkatkan ”produkti tas secara sosial ekonomi”. Keseha- kesehatan fisik semata, kurang memperhatikan tan jiwa mental health (dalam undang-undang faktor non fisik (intelektual, mental emosional nomor 23 tahun 1992 pasal 24,25,26 dan 27) dan psikososial). Pada hal faktor tersebut me- adalah suatu kondisi mental yang sejahtera rupakan penentu dalam keberhasilan seorang yang memungkinkan hidup harmonis dan pro- remaja di kemudian hari (Lilian et al., 2008). duktif sebagai bagian yang utuh dari kaulitas hidup seseoarang dengan memperhatikan se- Prevalensi kesehatan jiwa di Indonesia mua segi kehidupan manusia. Ciri-ciri orang adalah 18,5 %, yang berarti dari 1.000 pendu- yang sehat jiwa yaitu:1) Menyadari sepenuhnya duk terdapat sedikitnya 185 penduduk dengan kemampuan jiwa, 2) Mampu menghadapi stres gangguan kesehatan jiwa atau setiap rumah kehidupan yang wajar, 3) Mampu bekerja seca- tangga terdapat seorang anggota keluarga men- derita gangguan kesehatan jiwa. Khusus untuk anak dan remaja masalah kesehatan jiwa perlu 49

Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57 ra produktif dan memenuhi kebutuhan hidup- akan pelayanan dapat meningkat nya, 4) Dapat berperan serta dalam lingkungan Menurut WHO masa remaja ádalah usia hidup, 5) Menerima dengan apa yang ada pada dirinya, 6) Merasa nyaman dengan orang lain 10 – 19 tahun. Pada fase tersebut terjadi peru- bahan yang amat pesat baik dalam fase biologis Keputusan Menteri kesehatan Repu- dan hormonal, maupun bidang psikologis dan blik Indonesia Nomor 574/Menkes/SK/ sosial. Dalam proses dinamika ini dapat dike- IV/2000 ditetapkan visi dan misi serta strategi mukakan ciri remaja yang normal adalah se- baru pembangunan kesehatan. Visi baru, yaitu bagai berikut: 1) Tidak terdapat gangguan jiwa Indonesia sehat 2010 akan dicapai melalui (psikopatologi) yang jelas atau sakit sik yang berbagai program kesehatan yang tercantum parah, 2) Dapat menerima perubahan yang dalam undang-undang nomor 25 tahun 2000 dialami, baik sik maupun mental dan sosial, tentang Program Pembangunan Nasional 3) Mampu mengekpresikan perasaanya de- (Propenas). Dalam rencana pembangunan ngan luwes serta mencari penyelesaian terhadap kesehatan menuju Indonesia Sehat ditetapkan masalahanya, 4) Remaja mampu mengenda- ada tujuh program pembangunan kesehatan. likan diri sehingga dapat membina hubungan Program-program pembangunan kesehatan yang baik dengan orang tua, guru, saudara, dan tersebut salah satunya adalah lingkungan sehat, teman-temannya, 5) Merasa menjadi bagian perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat. dari satu lingkungan tertentu dan mampu me- Program perilaku sehat dan pemberdayaan mainkan perannya dalam lingkungan tersebut. masyarakat bertujuan untuk memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat dalam bi- Dengan demikian kesehatan jiwa remaja dang kesehatan agar dapat memelihara, me- meliputi: 1) Bagaimana perasaan remaja terha- ningkatkan dan melindungi kesehatan sendiri dap dirinya sendiri (dapat menerima diri apa dan lingkungannya menuju masyarakat yang adanya), 2) Bagaimana perasaan remaja ter- sehat, mandiri dan produktif. Adapun sasa- hadap orang lain (dapat menerima orang lain rannya adalah: 1) Meningkatnya perwujudan apa adanya), 3) Bagaimana kemampuan remaja kepedulian perilaku hidup bersih dan sehat mengatasi persoalan hidup sehari-hari. dalam kehidupan bermasyarakat, 2) Menurun- nya prevalensi perokok, penyalahgunaan Napza Masa remaja dapat dibagi 3 (tiga) ta- di sekolah, di tempat kerja dan tempat umum, pan yaitu masa remaja awal, remaja pertenga- 3) Menurunnya angka kecacatan akibat persali- han, dan remaja akhir. Ciri yang paling nyata nan/kelahiran, kecelakaan, dan rudapaksa, 4) dari masa remaja ádalah mereka cepat tinggi. Menurunnya prevalensi dan dampak gangguan Selama masa kanak-kanak, anak perempuan, jiwa, 5) Meningkatnya keterlibatan dan tang- dan laki-laki secara sik tampak mirip kecuali gung jawab laki-laki dalam kesehatan keluarga, hanya perbedaan genetalia. Perkembangan re- 6) Berkembangnya sistem jeringan dukungan maja terdiri secara sik, psikososial, dan moral. masyarakat, sehingga kebutuhan masyarakat Sigmund freud menyebutkan masa re- maja sebagai periode di mana libido atau e- nergi seksual, yang tetap laten selama bertahun- Tabel 1. Perkembangan Fisik Remaja Normal Perempuan Laki-Laki Pertumbuhan pesat (10 – 11 tahun) Pertumbuhan pesat (12 – 13 tahun) Perkembangan payudara (10 – 11 tahun) Testis dan skrotum (11 – 12 tahun) Rambut pubis (10 – 11 tahun), rambut ketiak Penis (12 – 13 tahun) dan badan (12 – 13 tahun) Ejakulasi (13 – 14 tahun) Pengeluaran sekret vagina (10 – 13 tahun Rambut pubis (11 – 12 tahun), rambut ketiak Produksi keringat ketiak (12 – 13 tahun) dan badan (13 – 15 tahun), kumis, cambang Mentruasi (11 – 14 tahun) dan jenggot (13 – 15 tahun) Perkembangan kelenjar keringat ketiak (13 – 15 tahun) Suara pecah dan membesar (14 – 15 tahun) 50

Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57 tahun masa para remaja, dihidupkan kembali. trampilan kompetensi ego yang perlu dimiliki Dorongan seksual dicetuskan oleh androngen oleh semua anak untuk menjadi dewasa yang tertentu, seperti testoteron yang mempunyai ka- kompeten menurut Strayhorn: 1) Menjalin dar lebih tingi selama masa remaja dibanding- hubungan dekat yang penuh percaya, 2) Me- kan dengan masa manapun di dalam hidupnya. ngatasi perpisahan dan keputusan yang mandi- Puncak dorong dorongan seksual pada laki-laki ri, 3) Membuat keputusan dan mengatasi kon- terjadi antara usia 17 dan 18 tahun. Masa re- maja awal melepaskan dorongan libido paling ik interpersonal secara bersama, 4) Mengatasi sering melakukan mantrubasi, statu cara mele- frustasi dan kejadian yang tidak menyenang- paskan implas seksual (Pastor et al., 2009). kan, 5) Menyatakan perasaan senang dan me- rasakan kesenangan, 6) Mengatasi penundaan Menurut Jean Piaget, pada awal masa re- kepuasan, 7) Bersantai dan bermain, 8) Proses maja pikiran menjadi absatrak, konseptual, dan kognitif melalui kata-kata, simbol dan citra berorientasi pada masa depan; ia menyebutkan (image), 7) Membina perasaan ada if terhadap masa ini sebagai stadium operasi formal. Pada arah dan tujuan. saat ini remaja banyak menunjukkan kreati tas yang sangat luar biasa yang mereka ekspresikan Perilaku remaja sangat rentan terhadap dalam menulis, musik, seni, dan puisi. Menurut pengaruh lingkungan, salah satu bagian per- Erik Erikson, tugas utama masa remaja adalah kembangan masa remaja yang tersulit adalah untuk mencapai identitas ego yang ia de nisi- penyesuaian terhadap lingkungan sosial, rema- kan sebagai kesadaran siapa dirinya dan kema- ja harus menyesuaiakan diri dengan lawan jenis na tujuannya. Erikson menggambarkan sebagai dalam hubungan interpersonal yang awalnya perjuangan normal masa remaja sebagai identi- belum pernah ada, juga harus menyesuaikan tas lawan kebingungan peran. Identitas adalah diri dengan orang dewasa di luar lingkungan perasaan diri yang kuat. Kebingungan juga di- sekolah dan keluarga (Cederblad, 1999). sebut difusi identity adalah kegagalan mengem- bangkan diri yang bersatu atau kesadaran diri Keluarga merupakan lingkungan perta- (Pastor et al., 2009). ma dan utama bagi perkembangan anak. Umur 4 – 6 tahun dianggap sebagai titik awal proses Untuk sebagian besar orang, mengem- identi kasi diri menurut jenis kelamin, peranan bangkan rasa moral yang baik adalah suatu ayah dan ibu atau orang tua penganti (nenek, pencapaian yang besar pada masa remaja akhir kakek, dan orang dewasa lainnya) sangat besar. dan dewasa. Moralitas dide nisikan sebagai Masa remaja merupakan pengembangan iden- persesuaian pada standar, hak, dan kewajiban titas diri, dimana remaja berusaha mengenal bersama. Piaget menggambarkan moralitas se- diri sendiri, ingin orang lain menilainya, dan bagai perkembangan secara bertahap, dalam mencoba menyesuaikan diri dengan harapan kesatuan perkembangan kognitif. Dalam sta- orang lain. dium pra operasinal, anak semata-mata mengi- kuti aturan-aturan yang dihentikan oleh orang Pola asuh keluarga mempengaruhi tuanya dalam stadium kongret anak menerima proses sosialisasi yaitu: a) Sikap orang tua yang aturan-aturan tetapi menunjukkan ketidak- otoriter akan sangat berpengaruh pada perkem- mampuan untuk penolakan dan dalam stadium bangan kepribadian remaja. Ia akan menjadi operasi formal anak mengenali aturan dalam seorang penakut, tidak memiliki rasa percaya istilah apa yang baik dalam masyarakat banyak. diri, merasa tidak berharga sehingga proses sosialisasi merasa terganggu. b) Sikap orang Teori psikologi ego yang menjembatani tua yang ”permisif ” akan me-numbuhkan si- psikoanalisis dengan psikologi perkembangan kap ketergantungan dan sulit menyesuaiakan ini mengunakan pendekatan struktural untuk diri dengan lingkungan sosial keluarga. c) Si- memahami individu dengan berfokus pada ego kap orang tua yang memban-dingkan anak- atau diri sebagai unsur mandiri. Ilmuwan yang anaknya akan menumbuhkan persaingan tidak mendukung teori ini berkeyakinan bahwa ego sehat dan saling curiga antar saudara. d) Sikap dan unsur rasional yang menentukan pencapa- orang tua yang berambisi dan terlalu menun- ian intelektual dan sosial terdiri dari sumber tut anaknya akan berakibat anak cenderung energi, motif, dan rasa tertarik. Sembilan ke- mengalami frustasi, takut gagal, dan merasa tidak berharga. e) Orang tua yang demokra- 51

Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57 tis kondisi ini akan menimbulkan keseim- mah bersama dengan teman sebaya. Jadi dapat bangan antara perkembangan individu dan dimengerti bahwa sikap, pembicaraan, minat sosial sehingga anak memperoleh suatu kondisi penampilan serta perilaku teman sebaya lebih mental yang sehat. Kondisi keluarga hubungan besar pengaruhnya daripada keluarga. orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap Adanya hambatan dalam tahap perkem- perkembangan kepribadian anak. Pendidikan bangan, dapat menimbulkan masalah kese- moral keluarga adalah upaya menanamkan hatan jika bila tak terselesaikan dengan baik. nilai-nilai akhlak atau budi pekerti kepada anak Masalah tersebut berasal dari remaja sendiri, dirumah. Pengertian budi pekerti mengandung hubungan orang tua dan remaja, atau akibat nilai-nilai: a) Keagamaan, pendidikan agama interaksi sosial di luar lingkungan keluarga. diharapkan dapat menumbuhkan sikap anak Sebagai akibat lanjutnya dapat terjadi masalah yang mampu menjauhi hal-hal yang dilarang kesehatan perilaku remaja dengan manifestasi dan melaksanakan perintah agama. Menanam- bermacam-macam, antara lain kesulitan be- kan norma agama dianggap besar peranananya lajar, kenakalan remaja, dan masalah perilaku terutama dalam menghadapi situasi globalisasi seksual. yang berakibat bergesernya nilai kehidupan. Remaja yang taat norma agama akan terhindar Kesulitan belajar adalah suatu keadaan atau mempu bertahan terhadap pengaruh bu- (kondisi) dimana remaja tidak menunjukkan ruk dilingkungannya. b) Kesusilaan, meliputi prestasi sesuai dengan kemampuan yang dimi- nilai-nilai yang berkaitan dengan orang lain, likinya. Untuk membantu mengatasi kesulitan misalnya sopan santun, kerjasama, tenggang relajar pada remaja perlu mengetahui faktor rasa, saling menghayati, saling menghormati, yang dapat mempengaruhi terjadinya kesulitan menghargai orang lain. c) Kepribadian, memi- relajar tersebut. Ada tiga faktor yang mempe- liki nilai yang berkaitan dengan pengembangan ngaruhi kesehatan jiwa remaja yaitu:1) Biologik diri, misalnya keberanian, rasa malu kejujuran, dan bawaan: adanya penyakit, kurang gizi, kele- kemandirian. lahan, taraf kecerdasan kurang, gangguan pe- musatan perhatian (sulit berkonsentrasi), gang- Pengaruh yang cukup kuat dalam per- guan perkembangan sik. 2) Psikologik dan kembangan remaja adalah lingkungan sekolah. pendidikan: cara orang tua dan guru yang tidak Umumnya orang tua menaruh harapan yang tepat dalam pengajaran. 3) Lingkungan sosial besar pada lingkungan pendidikan di sekolah dan budaya: situasi keluarga yang tidak kon- (Pastor et al., 2009). Suasana sekolah, prasyarat dusif, tidak ada keharmonisan, perilaku orang terciptanya lingkungan kondusif bagi kegiatan tua dan saudara yang sering mempermalukan belajar mengajar adalah di suasana sekolah. anak, anak dibandingkan dengan remaja lain, Suasana sekolah sangat berpengaruh terhadap saudara atau temannya, beban pekerjaan yang perkembangan jiwa remaja yaitu: 1) Kedisi- berlebihan dan tersisihkan dari teman pergaul- plinan, sekolah yang tertip dan teratur akan an sebaya. membangkitkan sikap dan perilaku disiplin pada siswa. Sebaliknya sekolah yang kacau dan Kenakalan remaja ádalah tingkah laku disiplin longgar akan berisiko, bahwa siswa yang melampui batas toleransi orang lain dan dapat berbuat semaunya dan terbiasa dengan lingkungannya. Tindakan ini dapat merupakan hidup tidak tertib, tidak memiliki sikap saling perbuatan yang melanggar hak azasi manusia menghormati, cenderung brutal dan agresif, 2) sampai melanggar hukum. Kenakalan remaja Kebiasaan belajar, suasana sekolah yang tidak yang umum, antara lain: melawan orang tua, mendukung kegiatan relajar mengajar akan tidak melaksanakan tugas, mencuri, merokok, berpengaruh terhadap minat dan kebiasaan be- naik bus tanpa bayar, membolos, lari dari se- lajar, 3) Pengendalian diri, suasana bebas di se- kolah, mengompas, dan lain-lain. Kenakalan kolah dapat mendorong siswa sesukanya tanpa remaja yang membahayakan antara lain: mem- rasasegan terhadap guru. Hal ini akan beraki- bongkar rumah, mencuri mobil, memperkosa, bat siswa sulit untuk dikendalikan. menganiaya, membunuh, merampok, atau tin- dakan kriminal lainya. Remaja lebih banyak berada di luar ru- Meningkatnya kadar hormon testosteron pada remaja akan mempengaruhi dorongan 52

Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57 seksual, seiring dengan meningkatnya doro- pi aib bagi diri dan keluarga serta menggangu ngan seksual timbul kon ik karena upaya untuk kelanjutan pendidikan sekolahnya. Mereka da- mengendalikan nya harus sesuai nilai dan nor- pat mengalami kom ik batin merasa berdosa, ma yang dianut. Bentuk tingkah laku seksual depresi, takut bergaul tidak percaya pada pria, dapat mulai dari perasaan tertarik, berkencan, takut tidak akan menikah karena kehilangan bercumbu, sampai bersenggama. Obyek seksu- kegadisannya. Arbosi dilarang oleh peraturan/ al bisa berupa orang lain, hanya dalam khaya- undang-undang maupun agama. lan atau diri sendiri. Tingkah laku ini bisa ber- dampak cukup serius seperti perasaan tegang, Apabila remaja tidak dapat mengatasi bingung,perasaan bersalah dan berdosa, sedih, berbagai stresor yang ada, dapat timbul berba- marah, dan lain lain: 1) Masturbasi: Merupa- gai kondisi yang negatif seperti cemas, depresi, kan perbuatan untuk merangsang diri sendiri bahkan dapat memicu munculnya gangguan guna mencapai kepuasan seksual. Anggapan psikotik. Dampak yang dapat terjadi pada re- bahwa masturbasi dapat melemahkan syah- maja dalam kondisi seperti di atas adalah tim- wat atau mempengaruhi kemampuan untuk bulnya berbagai permasalahan yang kompleks, mendapakan keturunan dapat menimbulkan baik sik, emosi maupun sosial termasuk pen- perasaan takut atau perasaan berdosa. 2) Seks didikan misalnya dapat timbul berbagai kelu- pranikah: Ada pro dan kontra dalam menyi- han sik yang tidak jelas sebabnya ataupun kapi hubungan seks pranikah. Dipandang dari berbagai permasalahan yang berdampak sosial, sudut norma normal maupun agama, tentunya seperti malas sekolah, membolos, ikut perkela- hubungan seksual tersebut merupakan suatu hian antar pelajar, menyalah gunakan Narkoti- ungkapan dari bahasa cinta yang dapat dilaku- ka, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA), dan kan oleh suami isteri dalam ikatan perkawinan. lain-lain. Apabila tidak segera di atasi, kondisi Jadi bila dari sudut pandang moral dan agama, tersebut dapat berlanjut sampai masa dewasa, tentunya hubungan seks pranikah mengarah dan akan lebih berkembang lagi ke arah yang kepada ungkapan nafsu seksual, yang dapat lebih negatif seperti terbentuknya kepribadian menodai keluhuran cinta serta kesucian perni- anti sosial maupun kondisi psikotik yang kro- kahan, bahkan terbuka kemungkinan untuk nis. Diperlukan deteksi dini dan intervensi dini melahirkan anak di luar nikah. Banyak yang pada remaja yang mengalami gangguan jiwa. kurang menyadari bahwa hubungan seks pra- nikah sebenarnya hanya didorong oleh kebutu- Cemas (ansietas) adalah perasaan geli- han dan kenikmatan sik/biologik sesaat saja, sah yang dihubungkan dengan suatu antisipasi yang dapat menimbulkan rasa bersalah bila terhadap bahaya, ini berbeda dengan rasa ta- tidak dilanjutkan dengan pernikahan. Hubu- kut, yang merupakan bentuk respon emosional ngan seks pranikah belum tentu dilakukan oleh terhadap bahaya yang obyektif, walaupun ma- pasangan yang saling mencintai selain melang- nifestasi siologik yang ditimbulkannya sama gar norma umumnya secara psikis berdampak, cemas merupakan suatu bentuk pengalanan yaitu menimbulkan rasa bersalah menyesal yang umum, tapi dapat ditemui dalam bentuk kecewa terutama di pihak wanita. Penilaian yang berbeda pada gangguan psikiatrik dan dari sudut etis maupun moral terhadap hubu- gangguan medis. Diagnosis mengenai cemas ngan seks pranikah tersebut dapat memberikan ditegakkan apabila gejala cemas mendominasi dampak sebagai berikut: 1) Aspek biologis: ke- dan menyebabkan distres (rasa tertekan) atau mungkinan menjadi hamil di luar nikah yang gangguan yang nyata. sering berakhir dengan aborsi, 2) Aspek mental emosional: kemungkinan timbul rasa bersalah, Dalam perkembangan normalpun se- kecewa, menyesal, bahkan hidupnya menjadi orang remaja mempunyai kecenderungan tidak tenang, 3) Aspek personal: merendahkan untuk mengalami depresi. Oleh karena itu sa- martabat manusia, 4) Aspek sosial: penilaian ngatlah penting untuk membedakan secara je- negatif dari masyarakat di sekitarnya. las dan hati-hati antara depresi yang disebabkan oleh gejolak mood yang normal pada remaja Pengguguran kandungan akibat kehami- (adolescent turmoil) dengan depresi yang pa- lan di luar nikah umumnya berdalih menutu- tologik. Akibat sulitnya membedakan antara kedua kondisi di atas, membuat depresi pada remaja sering tidak. Terdiagnosis, bila tidak di- 53

Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57 tangani dengan baik, gangguan psikiatrik pada harus dipertimbangkan sebagai salah satu fak- remaja sering kali akan berlanjut sampai masa tor penyebabnya. Membolos, menunda menye- dewasa. Carlson, seperti yang dikutip oleh lesaikan tugas, perilaku yang mudah tersing- sha i, membagi depresi pada remaja menjadi gung di dalam kelas, tidak peduli terhadap hasil tipe primer dan sekunder. yang dicapai dan masa depan, dapat merupa- kan gejala awal dari depresi pada remaja. Tipe primer: bila tidak ada gangguan psikiatrik sebelumnya, dan tipe sekunder: bila Pada remaja, kondisi depresi mem- gangguan yang sekarang mempunyai hubu- perkuat perasaan rendah diri. Rasa putus asa ngan dengan gangguan psikiatrik sebelumnya. dan rasa tidak ada yang menolong dirinya Pada gangguan depresi yang sekunder biasanya makin merendah kan hatga diri. Pada satu saat lebih kacau, lebih agresif, mempunyai lebih remaja yang depresi mencoba untuk melawan banyak kelehan sometik, dan lebih sering ter- perasaan rendah dirinya dengan penyangkalan, lihat mudah tersinggung, putus asa, mempu- fantasi, atau menghindari kenyataan realitas nyai ide bunuh diri, problem tidur, penurunan dengan menggunakan NAPZA. prestasi sekolah, harga diri yang rendah, dan tidak patuh (Cederblad, 1999). Membolos, mencuri, berkelahi, sering mengalami kecelakaan, yang terjadi terutama Depresi kronis yang dialami sejak masa pada remaja yang sebelumnya mempunyai ri- remaja awal, kemungkinan akanmengalami wayat perilaku yang baik, mungkin merupakan kelambatan pubertas, terutama pada depresi indikasi adanya depresi. yang disertai dengan kehilangan berat badan dan anoreksia. Remaja yang mengalami depresi Kebanyakan remaja yang depresi cende- lebih sulit menerima atau memahami tanda- rung menyalahgunakan NAPZA, misalnya tanda pubertas yang muncul. Perubahan hor- ganja, obat-obat yang meningkat mood (amfe- monal yang disertai stres lingkungan, dapat tamin), yang menurunkan mood (barbiturat, memicu timbulnya depresi yang dalam dan tranquilizer, hipnotika) dan alkohol. Akhir- kemungkinan munculnya perilaku bunuh diri. akhir ini banyak digunakan heroin, kokain, dan Mimpi basah dan mimpi yang berhubungan derivatnya, serta halusinogen. dengan incest (hubungan seksual antar anggota keluarga), dapat menambah beban rasa ber- Secara umum remaja yang mengalami salah pada remaja yang depresi. Periode men- depresi tidak menunjukkan minat untuk ken- struasi pada remaja wanita yang mengalami can atau mengadakan interaksi heteroseksual. depresi, mungkin terlambat, tidak teratur, atau Namun ada juga remaja yang mengalami de- disertai dengan timbulnya rasa sakit yang hebat presi menjadi berperilaku berlebihan dalam dan perasaan tidak nyaman. Mood yang disforik masalah seksual, atau menjalani pergaulan be- sering nampak pada periode pramenstrual. Re- bas, sebagai tindakan defensif untuk melawan maja wanita yang mengalami depresi mungkin depresinya. Beberapa remaja menginginkan merasa murung (feeling blue), sedih (down in kehamilan sebagai kompensasi terhadap objek the dump), menangis tanpa sebab, menjadi se- yang hilang atau rasa rendah dirinya. Rema- bal hati (sulky and pouty), mengurung diri di ja yang mengalami depresi ada kemungkinan kamar, dan lebih banyak tidur. kawin muda untuk menghindari kon ik da- lam keluarga. Seringkali perkawinan ini malah Disorganisasi fungsi kognitif pada re- memperkuat depresinya. maja yang bersifat sementara, menjadi lebih nyata pada kondisi depresi. Pada remaja awal Remaja yang mengalami depresi, tampak yang mengalami depresi, terdapat keterlam- pucat, lelah, dan tidak memancarkan kegembi- batan perkembangan proses pikir abstrak yang raan dan kebugaran. Seringkali mereka mem- biasanya muncul pada usia sekitar 12 tahun. punyai banyak keluhan sik, seperti sakit kepa- Pada remaja yang lebih tua, kemampuan yang la, sakit lambung, kurang nafsu makan, dan baru diperoleh ini akan menghilang atau me- kehilangan berat badan tanpa adanya penyebab nurun. Prestasi sekolah sering terpengaruh bila organik. Remaja yang mengalami depresi bi- seorang remaja biasanya mendapat hasil baik di asanya tidak mengekspresikan perasaannya sekolah, tiba-tiba prestasinya menurun, depresi secara verbal, namun lebih banyak keluhan sik yang diutarakan, sehingga hal ini biasanya merupakan satu-satunya kondisi yang mem- 54

Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57 bawanya datang ke dokter. Sensitivitas dari ring terdapat anxietas dan depresi yang nyata se- sang dokter dalam menemukan mood yang dis- hingga memerlukan terapi khusus fungsi dalam forik ataupun depresi akan dapat mencegah ke- keluarga dan masyarakat terganggu, berkaitan mungkinan terjadinya bunuh diri pada remaja. dengan sifat keluhan dan dampak pada pe- rilakunya. Lebih sering terjadi pada wanita Penurunan berat badan yang cepat dapat dan biasanya muncul pada usia remaja akhir merupakan indikasi adanya depresi. Harga diri / dewasa muda, dapat pula ditemukan pada yang rendah dan kurangnya perhatian pada pra-pubertas. Ketergantungan atau penyalah- perawatan dirinya, atau makan yang berlebihan gunakan obat-obatan (biasanya sedativa dan dapat menyebabkan obesitas, merupakan tanda analgetika) terjadi akibah seringnya menjalani dari depresi. rangkaian pengobatan. Termasuk gangguan psikosomatik multipel. Remaja yang mengalami depresi mem- punyai kerentanan tinggi terhadap bunuh diri. Gangguan hipokondrik, ciri utama ada- Penelitian di kentucky, Amerika Serikat, me- lah preokupasi yang menetap akan kemungki- nyebutkan sekitar 30 % dari mahasiswa ting- nan menderita satu atau lebih gangguan sik kat persiapan dan pelajar sekolah menengah yang serius dan progresif. Pasien menunjukkan atas pernah berpikir serius tentang percobaan keluhan somatik yang menetap atau preokupa- bunuh diri dalam satu tahun terakhir saat si terhadap adanya deformitas atau perubahan diteliti, 19 % mempunyai rencana spesi k un- bentuk / penampilan. Perhatian biasanya hanya tuk melakukan bunuh diri, dan 11 % telah men- terfokus pada satu atau dua organ / sistem tu- coba melakukan bunuh diri (Fellinge, 2009). buh. Tidak mau menerima nasihat atau pen- jelasan dari beberapa dokter bahwa tidak dite- Gangguan somatoform (psikosoma- mukan penyakit atau abnormalitas sik yang tik). Gangguan ini lebih dikenal di masyarakat melandasi keluhannya. Sering disertai depresi umum sebagai gangguan psikosomatik. Ciri dan anxietas yang berat gangguan hipokondrik utama dari gangguan somatoform adalah ada- ditemukan pada laki-laki maupun wanita sama nya keluhan gejala sik yang berulang, yang banyaknya. disertai dengan dengan permintaan pemerik- saan medis, meskipun sudah berkali-kali ter- Disfungsi otonomik somatoforn, kelu- bukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan han sik yang ditampilkan pasien seakan akan oleh dokter bahwa tidak ditemukan kelainan merupakan gejala dari sistem saraf otonom, misalnya sistem kardiovaskuler (cardiac neu- sik yang menjadi dasar keluhannya. Pasien rosis), gastrointestinal (gastric neurosis dan ner- biasa-nya menolak adanya kemungkinan pe- vous diarrhoea), atau pernafasan (hiperventilasi nyebab psikologis, walaupun ditemukan gejala psikogenik dan cegukan). Gejala yang nampak anxietas dan depresi yang nyata. dapat berupa tanda objektif rangsangan oto- nom, seperti palpitasi berkeringat, muka panas Gangguan somatisasi: ciri utama adanya / merah ( ushing), dan tremor. Selain itu dapat gejala sik yang bermacam-macam, berulang pula berupa tanda subjektif dan tidak khas, dan sering berubah-ubah. Biasanya sudah ber- seperti perasaan sakit, nyeri, rasa terbakar, rasa langsung bertahun-tahun (sekurang-kurang- berat, rasa kencang, atau perasaan badan seper- nya 2 tahun), disertai riwayat pengo-batan ti mengembang. Juga ditemukan adanya bukti yang panjang dan sangat kompleks, baik ke pe- stes psikologis atau yang nampaknya berkaitan layanan kesehatan dasar maupun spesialistik, dengan gangguan ini. Tidak terbukkti adanya dengan hasil pemeriksaan atau bahkan operasi gangguan yang bermakna pada struktur atau yang negatif hasilnya (‘doctor’ shopping). Kelu- fungsi dari sistem atau organ yang dimaksud. hannya dapat mengenai setiap sistem atau ba- gian tubuh yang manapun, tetapi yang paling Gangguan nyeri somatoform menetap. lazim adalah keluhan gangguan gastrointes- Keluhan yang menonjol adalah nyeri berat, tinal (perasaan sakit perut, kembung, berda- menyiksa dan menetap, yang tidak dapat dije- hak, mual, muntah, dan sebagainya), keluhan laskan sepenuhnya atas dasar proses siologis perasaan abnormal pada kulit (perasaan gatal, maupun adanya gangguan sik, nyeri timbul rasa terbakar, kesemutan, baal, pedih dan seba- berkaitan dengan adanya kon ik yang ber- gainya) serta bercak-bercak pada kulit, keluhan mengenai seksual dan haid sering muncul. Se- 55

Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57 dampak emosional atau problem psikososial kebesaran kecemburuan, curiga, atau adanya yang cukup jelas, yang berdampak mening- keyakinan bentuk tubuhnya abnormal/ada katnya perhatian dan dukungan, baik personal yang salah. Awitan (onset) biasanya muncul maupun medis untuk bersangkutan. pada usia pertengahan, tetapi kadang-kadang pada kasus yang berkaitan dengan keyakinan Gangguan psikotik adalah suatu kondisi tentang bentuk tubuh yang salah, dijumpai terdapatnya gangguan yang berat dalam ke- pada usia dewasa muda/remaja akhir. Waham mampuan menilai realitas, yang bukan karena tersebut harus sudah ada sedikitnya 3 bulan retardasi mental atau gangguan penyalahgu- lamanya dan harus bersifat pribadi (personal), naan NAPZA. Terdapat gejala: waham, halusi- bukan subkultural. nasi, perilaku yang sangat kacau, pembicaraan yang inkoheren (kacau), tingkah laku agitatif Gangguan mental organik dengan gejala dan disorientasi. Yang termasuk gangguan psikotik. Yang termasuk gangguan ini antara psikotik antara lain: lain: delirium: suatu sindrom yang etiologinya tidak khas, ditandai oleh gangguan kesadaran Skizofrenia pada masa kanak dan remaja yang bersamaan dengan menurunnya perha- dide nisikan sama dengan skizofrenia pada tian, persepsi, proses pikir, daya ingat, perilaku masa dewasa, dengan gejala psikotik yang khas, psikomotor, emosi dan siklus tidur (sleep– seperti adanya de sit pada fungsi adaptasi, wa- wake–cycle), Kondisi ini dapat terjadi pada se- ham, halusinasi, asosiasi yang melonggar atau mua usia. inkoherensi ( isi pikir yang kacau ), katatonia, afek yang tumpul atau tidak dapat diraba-raba- Penyalahgunaan Napza di Indonesia kan. Gejala ini harus ada selama paling sedikit dalam beberapa tahun terakhir ini semakin 1 bulan atau lebih. De sit pada fungsi adaptasi meningkat. faktor risiko yang dapat diidenti- yang terdapat pada skizofrenia masa kanak dan remaja, muncul dalam bentuk kegagalan kasi pada remaja penyalahguna NAPZA: 1) mencapai tingkat perkembangan sosial yang Kon ik keluarga yang berat, 2) Kesulitan Aka- diharapkan atau pun hilangnya beberapa keter- demik, 3) Adanya komorbiditas dengan gang- ampilan yang telah dicapai. guan psikiatrik lain, seperti gangguan tingkah laku dan depresi, 4) Penyalahgunaan NAPZA Gangguan mood/afektif yang disertai oleh orang –tua dan teman, 5) Impulsivitas, 6) dengan gejala psikotik. Pada mania dengan Merokok pada usia terlalu muda. gejala psikotik, gambaran klinisnya lebih berat dari pada mania tanpa gejala psikotik. Harga Semakin banyak faktor risiko yang ada, diri yang membubung dan gagasan kebesaran semakin besar kemungkinan seorang remaja dapat berkembang menjadi waham kebesaran akan menjadi pengguna NAPZA. Menurut Pe- dan kegelisahan serta kecurigaan menjadi wa- doman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan ham kejar. Aktivitas yang terus menerus dapat Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) 1993, gang- menjurus kepada agresi dan kekerasan. Pada guan yang berhubungan dengan zat termasuk depresi berat dengan gejala psikotik, gambaran gangguan: ketergantungan, penyalahgunaan, klinisnya lebih berat dibandingkan dengan intoksikasi, dan keadaan putus zat. Penyalah- depresi berat tanpa gejala psikotik. Biasanya gunaan zat adalah penggunaan NAPZA secara disertai dengan waham, halusinasi atau stupor patologis (di luar tujuan pengobatan), yang su- depresif (mematung). Wahamnya melibatkan dah berlangsung selama paling sedikit satu bu- ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka lan berturut-turut dan menimbulkan gangguan yang mengancam. Halusinasi auditorik atau ol- dalam fungsi sosial, sekolah, atau pekerjaan. faktorik biasanya berupa suara yang menghina Penyalahgunaan NAPZA dapat menimbulkan / menuduh atau tercium bau kotoran atau da- ketergantungan. Ketergantungan zat mengacu ging membusuk. Retardasi psikomotor yang kepada satu kelompok gejala kognitif, perilaku, berat dapat menuju pada stupor. dan siologis yang mengindikasikan seseorang secara terus menerus menggunakan NAPZA Kelompok gangguan waham ini ditan- dengan teratur dan dalam jangka waktu pan- dai secara khas oleh berkembangnya waham jang. Gejala ketergantungan ini dapat berben- yang umumnya menetap dan kadang bertahan tuk ketagihan secara sik atau psikilogis, tole- seumur hidup waham beraneka ragam isinya, ransi, keadaan putus zat, pemakaian yang lebih sering berupa waham kejaran, hipokondrik, besar dari yang dibutuhkan, kegagalan untuk 56

Sofwan Indarjo / KEMAS 5 (1) (2009) 48-57 menghentikan atau mengontrol penggunaan Penutup dan mengurangi aktivitas sosial/pekerjaan ka- rena penggunaan NAPZA. Sebagai tambahan, Kesehatan jiwa remaja merupakan hal pengguna NAPZA mengetahui bahwa zat ter- yang penting dalam menentukan kualitas bang- sebut mengakibatkan gangguan yang nyata, te- sa. Remaja yang tumbuh dalam lingkungan tapi tidak dapat menghentikannya. Intoksikasi kondutif dan mendukung merupakan sumber zat mengacu kepada perkembangan yang re- daya manusia yang dapat menjadi aset bangsa versibel, sindrom zat yang spesi k, yang dise- yang tidak ternilai. Untuk menciptakan remaja babkan oleh penggunaan suatu zat. Harus ada berkualitas perlu dilakukan berbagai upaya tin- perilaku maladaptif atau perubahan psikilogis dakan nyata dengan cara mempersiapkan gene- yang nyata secara klinis. Keadaan putus zat rasi muda yang kuat dan tahan dalam meng- mengacu kepada sindrom zat spesi k yang di- hadapi berbagai macam tantangan hidup. Agar sebabkan oleh penghentian atau pengurangan dapat melalui masa remajanya dengan baik, penggunaan NAPZA jangka panjang. Sindrom sangat penting peran orang tua, guru, tokoh ini menyebabkan distres atau hambatan yang masyarakat dan masyarakat sekitarnya dalam nyata secara klinis dalam fungsi sosial, sekolah memberikan bimbingan dan teladan. atau pekerjaan. Da ar Pustaka Beberapa indikasi adanya penggunaan NAPZA pada remaja, prestasi akademik yang Cederblad, M. 1999. Mental Health in International menurun: sering membolos atau meninggalkan Adoptees as Teenagers and Young Adults. An sekolah, sering membuat masalah dengan te- Epidemiological Study. J. Child Psychol. Psy- man, guru atau murid sekolah lain, sering me- chiat. 40 (8): 1239-1248 makai uang sekolah, mencuri, berhutang atau mengompas penyakit sik ringan yang tidak Fellinge, J., Holzinger, D., Beitel, C., Laucht, C., spesi k, perubahan sikap dalam hubungan Goldber, D.P. 2009. e Impact of Language dengan anggota keluarga lain, juga dalam ke- Skills on Mental Health in Teenagers with lompok temannya, lekas marah, tersinggung, Hearing Impairments. Acta Psychiatr Scand, sikap kasar, tidak sabar dan egois, perubahan 120: 153–159 dalam penampilan, perawatan / kebersihan diri, wajah murung, loyo mengantuk, kurang ber- Guzmdn, R.M.A., V. Nelly Salgado de Snyder; gairah, acuh tak acuh, sering melamun, disiplin Romero, M. and Mora, M.E.M. 2004. Pater- dan sopan santun menurun, pakaian kotor dan nal Absence And International Migration: lusuh, cara bicara lamban, tak jelas, kadang-ka- Stressors And Compensators Associated dang cadel, serta banyak merokok. Banyak dari With e Mental Health Of Mexican Teen- indikator di atas yang terkait dengan awitan agers Of Rural Origin. Adolescence, 39 (156) (onset) dari depresi, penyesuaian sekolah, atau prodromal dari gangguan psikotik.yang harus Huang, Z.J., Wong, F.Y., Ronzio, C.R. and Yu, S.M. diperhatikan adalah tetap menjaga komunikasi 2007. Depressive Symptomatology and Men- yang terbuka dengan remaja yang diduga meng- tal Health Help-Seeking Patterns of U.S.- and -gunakan NAPZA. Disini terdapat hubungan an- Foreign-Born Mothers. Matern Child Health tara penggunaan NAPZA dengan perilaku risi- J, 11: 257–267 ko tinggi, termasuk penggunaan senjata tajam, perilaku bunuh diri, pengalaman seksual yang Lilian Coelho de Oliveira; Clarissa de Rosalmeida dini, mengemudikan mobil dengan risiko ting- Dantas; Renata Cruz Soares de Azevedo and -gi, menyukai musik keras (heavy metal), dan Banzato, C.E.M. 2008. Counseling Brazilian pemujaan/ritual agama yangmenyimpang, wa- Undergraduate Students: 17 Years of a Cam- laupun tidak ada hubungan langsung dengan pus Mental Health Service. Journal of Ameri- penggunaan NAPZA, namun adanya perilaku can College Health, 57 (3) seperti di atas patut diwaspadai. Pastor, P.N. and Reuben, C.A. 2009. Emotional/ Behavioral Di culties and Mental Health Service Contacts of Students in Special Edu- cation for Non–Mental Health Problems. Journal of School Health, 79 (2) Walker, Z. 2002. Health Promotion for Adolescent in Primary Care: Randomised Controled Trial. BMJ, 325 57


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook