merasakan kehebatan biola Stradivarius di tangan yang benar-benar bisa memainkannya, walau dengan cara yang nggak aku harapkan, tapi aku cukup puas,” lanjut Rivi. ”Kamu ke sini cuman untuk liat permainan Angel?” ”Engg… itu…” ”Kamu emang bodoh,” ujar Angel. ”Kamu juga. Gaya rambut kamu tuh norak banget. Kayak bule kesasar.” ”Emangnya kamu kira kamu jadi lebih cakep kalo di- potong pendek gitu?” balas Angel nggak mau kalah. Kok tiba-tiba malah jadi ribut soal rambut sih? Rivi cuman diam, tapi seulas senyum terlihat di bibirnya. ”Sejak kapan, Riv? Sejak kapan kamu suka ama Angel?” tanya Angel lagi. ”Entahlah. Mungkin sejak aku tahu kamu juga mau belajar main biola. Kalo kamu? Sejak kapan kamu suka aku?” ”Hmmm… Nggak tau juga. Mungkin sejak Angel bisa main biola.” Rivi dan Angel bertatapan, seolah mencoba memahami isi hati masing-masing ”Jadi, kamu cuman bilang kamu sayang ama Angel, lalu pergi ninggalin Angel?” tanya Angel dengan suara bergetar. Matanya mulai berkaca-kaca lagi. ”Maafkan aku. Andai bisa kukatakan lebih cepat.” ”Lalu, kenangan tentang kita akan berakhir begitu aja?” ”Nggak akan. Lagu kamu tadi bagus. Aku akan selalu mengingatnya di Sana. Kamu juga akan selalu mengingat kenangan tentang kita, kan?” ”Tentu aja.” Rivi menarik Angel ke dalam pelukannya. Pelukan 250
mereka yang pertama, juga yang terakhir. Angel nggak bisa lagi membendung perasaan yang dari tadi di- tahannya. Tangisnya meledak di dalam pelukan Rivi. ”Jangan pergi, Riv! Angel butuh kamu,” ujar Angel di sela-sela isak tangisnya. ”Tapi aku harus pergi.” ”Rivi…” ”Aku tahu, kamu telah melalui berbagai banyak masa- lah dan cobaan belakangan ini. Tapi percayalah, cobaan itu akan membuat kamu menjadi orang yang tegar. Kamu akan jadi penyanyi yang besar, asal kamu nggak menyia-nyiakan bakat kamu. Aku yakin itu.” ”Angel nggak mau jadi penyanyi terkenal Angel cuman pengin hidup bersama orang yang Angel sayangi dan cintai.” ”Jangan khawatir, aku akan selalu hidup dalam hati kamu…” *** ”ANGEEEL!!” Itu teriakan Vera, Mbak Dewi, dan beberapa orang yang mencari Angel. Sekilas Angel melihat cahaya lampu senter yang menuju ke arahnya. Rivi melepaskan pelukannya, dan mengusap air mata Angel dengan tangannya. Angel memejamkan mata, se- akan menikmati sentuhan tangan Rivi yang nggak mung- kin akan dirasakannya lagi. ”Tujuanku udah tercapai. Sekarang aku harus pergi...” ”Jangan pergi, Riv! Angel mohon...” ”Aku juga nggak ingin ninggalin kamu, tapi aku nggak 251
bisa. Aku harus pergi…” Rivi mulai mundur, menjauh dari Angel. ”Selamat tinggal, Angel…,” kata Rivi, lalu dia berbalik, dan berjalan cepat ke arah bagian tribun yang gelap, hingga bayangannya menghilang ditelan kegelapan ma- lam. ”Rivi!” Angel mengejar Rivi. Tapi sesampainya di bagian bayangan Rivi menghilang, dia nggak melihat apa-apa. Sia-sia Angel berputar-putar di sekitar situ, karena dia nggak bisa lagi menemukan Rivi. Rivi benar-benar udah menghilang. Selamat jalan Rivi, dan terima kasih untuk semuanya! batin Angel. Seketika itu juga pandangannya jadi gelap. Dan Angel pun nggak ingat apa-apa lagi. 252
Bintang yang Bersinar ANGEL butuh waktu lama untuk dapat menerima ke- nyataan bahwa orang yang dicintainya udah pergi me- ninggalkan dirinya. Tapi setelah bisa menerima semua itu, Angel seperti mendapat suatu kekuatan baru, se- mangat baru dari Rivi. Kini dia lebih optimis meng- hadapi hidup, dan nggak lagi terlalu cuek dengan bakat- nya yang luar biasa itu. Lagunya yang kemudian diberi judul Nyanyian Bida- dari ternyata sukses besar. Lagu yang dimasukkan ke album kedua Angel yang diproduksi ulang (atau istilah- nya Re-Package) mampu menyihir jutaan orang yang mendengarkannya. Bahkan kepopuleran lagu Nyanyian Bidadari bergema hingga ke Amerika Serikat yang merupakan pusatnya industri rekaman musik dunia. Seorang produser film di negeri Paman Sam itu lalu menjadikan lagu Nyanyian Bidadari—dengan lirik yang diubah ke bahasa Inggris dan judul yang diubah menjadi Angel’s Heart—sebagai 253
soundtrack utama sebuah film drama romantis. Dan yang bikin Angel surprise, film yang memakai lagunya sebagai soundtrack itu dibintangi oleh Orlando Bloom, aktor idolanya. Besok Angel akan pergi ke Los Angeles. Dia diundang di pemutaran perdana film yang memakai lagunya. Angel akan ketemu para penyanyi lain yang juga menyumbang lagu di film tersebut seperti yang rata-rata udah ngetop dan mendunia seperti Celine Dion dan Avril Lavigne. Juga dengan para pendukung film itu, termasuk Orlando! Vera tentu aja ribut begitu tahu Angel bakal ketemu Orlando dan para selebriti Hollywood lainnya. Dia jadi maksa pengin ikut! Angel sih nggak keberatan Vera ikut, asal jangan malu-maluin aja ntar di sana. Lagi pula Vera bisa nemenin Angel selama di sana, bersama Mbak Dewi. Saking ngebetnya ikut, Vera nggak peduli walau harus bolos sekolah selama hampir seminggu. Dia nggak minat menyetor surat izin ke sekolah seperti Angel. ”Sekolah kan setiap hari, sedang ketemu Orlando mungkin cuman sekali dalam hidup gue,” begitu alasan Vera saat ditanya ortunya. Ortunya dengan berat hati terpaksa mengizinkan keinginan putri mereka itu. Dari- pada Vera ngambek? Kan gawat… Mulai kemaren, begitu semua urusan visa dan tiket selesai, Vera sibuk buka-buka kamus dan buku pelajaran bahasa Inggris-nya. Sibuk memperlancar bahasa Inggris- nya yang katanya masih amburadul. Daripada di sana ntar cuman jadi patung karena nggak ngerti dan nggak bisa ngomong.... Tadinya Angel minta mamanya juga ikut. Itung-itung 254
sekalian ngajak mamanya jalan-jalan ke luar negeri. Tapi mamanya ternyata nggak bisa meninggalkan butiknya yang makin berkembang. Butik mamanya belakangan memang buka cabang di Jakarta. Malam hari sebelum berangkat, Angel nggak bisa tidur. Bukan nervous karena bakal ketemu para selebriti kelas dunia, tapi karena dia merasa udara di kamarnya panas banget, meskipun udah pake AC. Angel membuka jendela kamar. Angin malam berembus saat jendela kamar di- buka, membelai rambutnya yang udah panjang dan dicat hitam lagi, dan mengingatkannya kembali pada kejadian enam bulan yang lalu, saat perpisahannya dengan Rivi. Angel jadi mendapat pelajaran berharga mengenai keber- samaannya dengan Rivi yang menurutnya sangat singkat: Walau hanya semenit atau sedetik saja, tapi jika bisa bersama orang yang kita cintai, kita akan bahagia. Dan kebahagiaan itu akan menjadi kenangan yang nggak akan terlupakan selama hidup! Ternyata kamu benar, Riv! Angel nggak boleh menyia- nyiakan bakat yang dikaruniakan Tuhan pada diri Angel. Terima kasih telah membuat Angel sadar akan hal itu! batin Angel. Angel memandang langit yang cerah dan penuh bin- tang bersinar cerah. Dia seolah melihat Rivi di sana. Rivi yang sedang memainkan biolanya, seakan mengiringi nyanyian para bidadari di surga. 255
“Jangan jadi orang terkenal kalau tidak sanggup menghadapi risikonya.” Ungkapan ini pas banget untuk Angel. Di saat kariernya sebagai penyanyi remaja mulai naik dan dia punya banyak fans, masalah mulai mendatanginya. Mulai dari kerepotannya mengatur waktu antara sekolah dan profesinya sebagai penyanyi, disirikin cewek lain yang merasa kalah populer, dimusuhin teman-teman satu sekolah gara-gara batal tampil di pensi sekolah, sampai kerepotan menghadapi wartawan gosip yang mencari tahu tentang kehidupan pribadi dan masa lalu keluarganya. Semua itu bikin dia stres! Tapi masalah Angel yang terbesar adalah masalah “hati”. Dia penasaran banget sama Rivi, cowok misterius di sekolah yang gayanya kayak preman terminal tapi ternyata pintar main biola. Cowok itu kadang-kadang bersikap baik dan penuh perhatian pada Angel, tapi nggak jarang juga bikin Angel bete dan kesal setengah mati! Website: www.novelku.com E-mail: [email protected] Facebook: www.facebook.com/luna.torashyngu Twitter: www.twitter/luna_torashyngu Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Kompas Gramedia Building Blok I, Lantai 5 Jl. Palmerah Barat 29-37 Jakarta 10270 www.gramediapustakautama.com
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154
- 155
- 156
- 157
- 158
- 159
- 160
- 161
- 162
- 163
- 164
- 165
- 166
- 167
- 168
- 169
- 170
- 171
- 172
- 173
- 174
- 175
- 176
- 177
- 178
- 179
- 180
- 181
- 182
- 183
- 184
- 185
- 186
- 187
- 188
- 189
- 190
- 191
- 192
- 193
- 194
- 195
- 196
- 197
- 198
- 199
- 200
- 201
- 202
- 203
- 204
- 205
- 206
- 207
- 208
- 209
- 210
- 211
- 212
- 213
- 214
- 215
- 216
- 217
- 218
- 219
- 220
- 221
- 222
- 223
- 224
- 225
- 226
- 227
- 228
- 229
- 230
- 231
- 232
- 233
- 234
- 235
- 236
- 237
- 238
- 239
- 240
- 241
- 242
- 243
- 244
- 245
- 246
- 247
- 248
- 249
- 250
- 251
- 252
- 253
- 254
- 255
- 256
- 257
- 258