POTENSI SENYAWA-SENYAWA FENOLIK DARI TUMBUHAN ARTOCARPUS YANG MEMILIKI AKTIVITAS ANTIKANKER DAN ANTIMALARIA Prof. Dr. Tati Suhartati, M.S. Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Tetap Bidang Kimia Organik Fakultas MIPA Universitas Lampung 2 Maret 2011 I. PENDAHULUAN Tumbuh-tumbuhan, khususnya tumbuhan tingkat tinggi, banyak digunakan sebagai salah satu sumber bahan pangan, sandang, papan, atau obat-obatan. Indonesia, sebagai salah satu negara kepulauan dengan iklim tropika, diperkirakan memiliki 30.000 spesies tumbuhan tinggi dari lebih 250.000 spesies tumbuhan di dunia (Achmad, 1995). Pada hakekatnya tumbuhan mengandung berbagai senyawa-senyawa organik. Berdasarkan kekayaan alam ini, Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya dengan sumber senyawa-senyawa organik yang tidak akan pernah habis. Dari segi kandungan senyawa organik, setiap famili tumbuhan tingkat tinggi mempunyai kespesifikan senyawa organik tertentu. Misalnya, famili Lauraceae mangandung senyawa alkaloid, famili Pinaceae mengandung senyawa terpenoid, sedangkan famili Moraceae mengandung senyawa fenol. Famili Moraceae terdiri dari 75 genus, dua genus di antaranya, Morus dan Artocarpus, termasuk genus utama, banyak mengandung senyawa fenol, di antaranya sebagai senyawa stilben, flavonoid, dan santon yang mempunyai bioaktivitas tertentu,
seperti antileukemia dan antikanker payudara (Fujimoto, 1990; Nomura, 1998). Genus Artocarpus terdiri dari 50 spesies, 30 spesies di antaranya tumbuh di Indonesia tersebar di berbagai daerah, mengandung banyak senyawa fenol, yang utama adalah flavonoid. Flavonoid yang berasal Artocarpus mempunyai karakteristik tertentu, yaitu sebagai flavon yang terprenilasi pada C-3, yang merupakan marker taksonomi untuk genus Artocarpus famili Moraceae (Venkataraman, 1972). Gugus hidroksi pada C-2’, 4’ atau C-2’, 4’, 5’ memungkinkan senyawa flavon dari Artocarpus dapat membentuk berbagai kerangka karbon yang unik. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian senyawa kimia terhadap spesies Artocarpus yang ada di Indonesia perlu dilanjutkan. Pada penelitian ini telah dilakukan pengkajian terhadap Artocarpus rotunda (Houtt.) Panzer, A. kemando Miq., A. rigida, A. dadah, A. elasticus, dan A. altilis. II. ARTOCARPUS 2.1. Taksonomi Tumbuhan Artocarpus adalah salah satu genus utama dari famili Moraceae, tersebar di Asia, di negara-negara Sri Lanka, India, Pakistan, Indonesia, dan Cina (Lemmens, 1995). Tumbuhan Artocarpus umumnya berupa pohon tinggi, bergetah putih di seluruh bagian, mempunyai buah berukuran kecil hingga besar, berkayu keras, dan berakar tunggang. Batang tumbuhan ini oleh masyarakat banyak digunakan sebagai bahan bangunan. Buah segar dapat langsung dimakan bila sudah masak atau dimasak berupa sayur, terutama buah dari A. heterophyllus, A. champeden, dan A. communis. Beberapa bagian dari tumbuhan Artocarpus oleh masyarakat dimanfaatkan pula sebagai ramuan obat tradisional, misalnya bunga A. communis digunakan untuk 2
menyembuhkan sakit gigi, abu dari daunnya untuk sakit kulit, dan akarnya untuk menghentikan pendarahan; kulit batang A. elastica digunakan untuk mencegah kehamilan, daunnya untuk obat tuberkulosis, dan getahnya untuk mengobati penyakit disentri (Heyne, 1987); sedangkan akar A. heterophyllus digunakan untuk demam dan malaria, daunnya untuk bisul, dan bijinya untuk diare (Anonim, 1995). Famili Moraceae, termasuk dalam ordo Urticales, subklas Hammamelidae, klas Magnoliopsida (Dicotyledone), subdivisio angiospesmae, dan divisio Magnoliophyta. Famili ini terbagi dalam enam tribe, yaitu Ficeae, Dorsteneae, Brosemeae, Moreae, Olmedeae, dan Artocarpeae (Jones, 1987; Konchummen, 1987; Samuel, 1987; Willis, 1973), dan terdiri dari 75 genus (Hutchinson, 1967). Artocarpus termasuk dalam tribe Artocarpeae. Di Indonesia sekitar 30 spesies Artocarpus tersebar di berbagai tempat, 17 spesies berada di Sumatera, 23 spesies di Kalimantan, 6 spesies di Sulawesi, 4 spesies di Jawa, 8 Spesies di Maluku, dan 3 spesies di Nusa Tenggara (Lemmens, 1995). A. rotunda tumbuh di Myaanmar, Malaysia, dan Indonesia. Di Indonesia tumbuhan ini terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan pada ketinggian 900 m dan ditanam sebagai pohon buah (Lemmens, 1995). Pohonnya berukuran sedang hingga besar dengan daun yang hijau lestari, tinggi pohon mencapai hingga 45 m dengan garis tengah batang dapat mencapai 115 cm. Tumbuhan ini di Indonesia dikenal dengan nama tempuni, kundang, atau peusar (Jawa Barat), purian (Sumatera), dan cempedak air (Bengkulu). Kayunya digunakan sebagai keledang, untuk tiang, balok, perabot, dan perahu. Buahnya dapat dimakan dan rasanya enak tetapi bila dimakan terlalu banyak dapat menyebabkan sakit mulut (Verheij, 1992), dan bijinya juga dapat dimakan. Getahnya digunakan sebagai salep dalam kedokteran hewan, bila dicampur dengan malam dapat digunakan untuk membatik. A. kemando tumbuh di Malaysia dan Indonesia, khususnya di Sumatera dan Kalimantan, dan sering ditemukan di daerah berpaya-paya 3
pada ketinggian 150-450 m (Lemmens, 1995). Tumbuhan ini merupakan pohon besar dengan tinggi hingga 40 m dan diameter mencapai 75 cm. Tumbuhan ini dikenal dengan nama daerah antarodan (Sumatera), Puduk Pereti (Kalimantan), temedak ayer (Bangka), kemando (Lampung), dan cempedak ayer (Semenanjung Malaysia). Kayu tumbuhan ini digunakan sebagai terap atau keledang untuk perabot rumah tangga dan bingkai pintu. Dalam jumlah sedikit getahnya digunakan untuk pengganti susu, karena rasanya seperti santan. Setelah diuapkan getah tumbuhan ini dapat digunakan untuk menangkap burung atau untuk pembuatan lilin bila dicampur dengan parafin. Buah masak tumbuhan ini dapat dimakan (Heyne, 1987). A. dadah lebih dikenal oleh masyarakat dengan nama dadah suloh merupakan tumbuhan berbatang kayu keras, bergetah, kadang- kadang ditumbuhi duri, daun berbentuk jarum, tersebar dan terikat pada ranting (Zhekun dan Gilbert, 2003), berbunga telanjang atau dengan tenda bunga, berkelamin tunggal, buah berupa buah keras, seringkali terkumpul merupakan buah majemuk atau buah semu (Tjitrosoepomo, 1994). Tumbuhan ini memiliki tinggi pohon 25 - 50 m. Batangnya berbentuk bulat panjang, berkayu keras dan tumbuhnya lurus dengan diameter 0,5 – 2,5 m, seperti terlihat pada Gambar 1. Kulit batang tanaman dadah suloh agak tebal dengan tekstur yang kasar dan berwarna keabu – abuan. Kulit batang A. dadah menghasilkan serat yang biasanya dimanfaatkan untuk pembuatan tali, daunnya dapat digunakan untuk makanan ternak. Tumbuhan A. dadah sudah jarang ditemukan dan buahnya tidak dikonsumsi oleh masyarakat, karena rasanya yang masam, sepat, berbuah kecil dan daging buah berwarna merah (Gambar 2). Sedangkan getahnya untuk mengobati bisul dan biasanya digunakan sebagai pulut untuk menangkap burung (Naiola, 1986). Tumbuhan A. dadah memiliki kayu yang keras dan awet. Batang dari tumbuhan ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan bangunan dan furnitur. 4
Gambar 1. Pohon tumbuhan Artocarpus dadah Miq. 5
Gambar 2. Buah A. dadah (Anonim, 2008) A. rigida merupakan tumbuhan hutan, mempunyai batang yang kokoh, tingginya dapat mencapai 20 m dan berkayu keras. Buahnya yang masih muda berwarna kuning pucat, apabila buah tersebut sudah masak menjadi berwarna lembayung. Buah ini dapat dimakan tetapi memiliki rasa kurang enak. Tumbuhan ini sudah mulai sulit ditemui karena itu tumbuhan ini termasuk dalam tumbuhan langka. Buah ini dikenal di masyarakat dengan nama yang berbeda-beda. Pohon dan buah ini dikenal juga dengan nama mandalika. Di Sukoharjo Tanggamus buah ini dikenal dengan kenangkan karena memiliki ciri-ciri yang sifatnya mirip dengan nangka (Gambar 3). 6
Gambar 3. Pohon dan buah tumbuhan kenangkan (Artocarpus rigida) A. altilis merupakan tumbuhan hutan dengan tinggi mencapai 20 m, saat ini sudah dibudidayakan masyarakat karena dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan bahan obat, dikenal dengan nama sukun. Tanaman ini berkayu ringan dan lunak dengan serat kasar. Buahnya berbentuk bulat berwarna hijau dan tidak berbiji, dikonsumsi sebagai makanan ringan. Daun tumbuhan ini lebar menjari dan berbulu halus, dan digunakan dalam pengobatan penyakit kuning. Bunga tumbuhan ini terdiri dari dua jenis, yang berbentuk tongkat merupakan bunga jantan, disebut ontel, setelah dikeringkan dimanfaatkan sebagai obat anti nyamuk (Sunarjono, 2000). 7
A. elasticus Reinw ex Blume, di Indonesia dikenal dengan beberapa nama, yaitu benda, bendo (Lampung), teureup (Sunda dan Jawa), atau mengko (Sumatera). Kayu tumbuhan ini digunakan untuk bahan bangunan, buahnya dimakan walaupun rasanya kurang enak dan berbau menyengat, bijinya dapat dimakan, dan getahnya untuk menangkap burung. Secara tradisional, kulit batang A. elasticus sering digunakan untuk mencegah kehamilan, daunnya untuk tuberkulosis, dan getahnya untuk penyakit disentri (Heyne, 1987). 2.2. Beberapa Senyawa Organik dari Artocarpus Golongan senyawa organik yang telah diisolasi dari tumbuhan Artocarpus meliputi senyawa terpenoid, steroid, calkon, flavan, stilben, adduct Diels-Alder, dan yang paling banyak ditemukan pada tumbuhan Artocarpus adalah fenol terutama turunan flavon. Senyawa flavon dari tumbuhan ini dapat dibagi dalam tiga jenis berdasarkan jumlah gugus fungsi oksigen yang terdapat pada cincin B. Jenis pertama adalah senyawa flavon yang mengandung satu gugus hidroksi (1), sedangkan jenis kedua adalah yang teroksigenasi pada C-2',4' dan tidak mengandung gugus isoprenil pada C-3 (2), atau mengandung gugus isoprenil pada C-3 (3). Gugus prenil pada C-3 ini dapat membentuk berbagai variasi kerangka molekul, yaitu flavon dengan prenil bebas di C-3 (4), piranoflavon (5), oksepinoflavon (6), dan oksosinoflavon (7). Pada jenis kedua ini, juga terdapat satu senyawa flavon yang mengandung gugus hidroksi pada C-3 (8). 8
OH OH OH OH HO O MeO O MeO O OH OH O OH O OH O 1 2 3 MeO O OH HO O OH MeO OH OH O O OH O O OH OH O 5 OH O 4 6 Senyawa flavon jenis ketiga adalah teroksigenasi pada C-2',4',5' (9) dan terprenilasi pada C-3. Dengan adanya gugus prenil pada C-3, jenis ini dapat membentuk molekul yang lebih beraneka ragam, seperti flavon terprenilasi atau tergeranilasi di C-3 (10), piranoflavon (11), oksepinoflavon (12), dihidrobenzosanton (13), furanodihidrobenzosanton (14), dan piranodihidrobenzosanton (15). Selain itu terdapat pula turunan kuinonoflavon (16) dan beberapa turunan santon lainnya (17). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor pendorong bagi terjadinya penganekaragaman struktur senyawa flavon dari tumbuhan Artocarpus ialah adanya gugus prenil pada C-3 dan adanya gugus fungsi oksigen pada C-2',4',5' pada cincin B yang lebih bersifat oksidator, hal ini merupakan keunikan dari senyawa flavon dari tumbuhan Artocarpus. 9
OH OH OH OH MeO OO HO O OO OH O OH OH O OH OH 9 7 OH O 8 OH OH HO OH OH OH HO O HO O OO O OH O OH O OH O OH O 10 11 12 HO O HO OH HO O O MeO O OH OH O 14 OH O 13 HO OH O OMe O HO O OO O COOCH3 O OH O OH OH O OO OH 15 16 OH O 17 Tumbuhan Artocarpus digunakan sebagai obat tradisional, di antaranya untuk demam dan malaria. Berdasarkan hal tersebut Nomura (1998), menguji beberapa senyawa flavonoid yang telah diisolasi dan telah melaporkan mengenai pengaruh beberapa senyawa flavonoid yang berasal dari Artocarpus terhadap arahidonat 5-lipoksigenase. Dilaporkan bahwa, aktivitas inhibisi spesifik dari flavonoid ini disebabkan oleh 10
adanya sistem katekol dari cincin B dan adanya substituen alkil pada posisi C-3. Dari tujuh senyawa flavonoid yang mengandung tiga gugus fungsi oksigen dan satu senyawa flavonoid yang mengandung dua gugus fungsi oksigen pada cincin B, artonin E (2) menunjukkan efek inhibisi yang paling kuat terhadap arachidonat 5-lipoksigenase (IC50 = 0,36 M). Seperti ditunjukkan oleh nilai IC50, senyawa-senyawa yang mengandung 4',5'-visinal diol pada cincin B menunjukkan nilai IC50 yang lebih rendah. Hal ini berarti bahwa visinal diol merupakan faktor yang penting untuk efek inhibisi 5-lipoksigenase. Efek inhibisi artonin E (2) lebih kuat dibandingkan dengan sirsiliol (137), hal mana sesuai dengan laporan bahwa keaktifan inhibisi sirsiliol terhadap 5-lipoksigenase ditingkatkan dengan adanya gugus alkil lipofilik pada posisi C-3 dari kerangka flavon (Yamamoto, 1990). Aktivitas sitotoksik dari flavonoid Artocarpus, artonin E, A, B, H, heterofilin, dan sikloheterofilin terhadap sel-sel kanker tikus L-1210 (sel leukemia) dan colon 38 telah dilaporkan (Nomura, 1998). Semua senyawa yang diuji menunjukkan aktivitas sitotoksik pada kedua sel kanker tersebut. Sifat sitotoksik dari heterofilin, artonin B, dan E lebih kuat dari pembanding, TFU (Gambar 4). 11
OO OH OH HO OH OH O OH OH OO OH OO OH OH Artonin E OH O L-1210: 2,2 g OH O kolon 38: 1,9 g Artonin B Heterofilin L-1210: 2,3 g L-1210: 2,3 g kolon 38: 1,3 g kolon 38: 1,4 g OH HO OH HO OH OH HO O OH OO O OH O OO OH O O Sikloheterofilin Artonin H OH O L-1210: 4,7 g L-1210: 8,8 g Artonin A kolon 38: 4,6 g kolon 38: 3,5 g L-1210: 8,8 g kolon 38: 14,3 g O L-1210: 2,9 g F TFU N kolon 38: 3,9 g ONO H Gambar 4. Aktivitas sitotoksik (IC50:g/mL) terhadap sel L-1210 dan kolon 38 (Nomura, 1998) Beberapa senyawa prenilflavonoid juga dilaporkan mempunyai sifat antiplatelet (Tabel 1). Siklomorusin dan artomunosanton menunjukkan efek inhibisi pada agregasi platelet yang diinduksi oleh PAF (Lin, 1993). Telah dilaporkan pula bahwa sikloartokarpin A dan sikloheterofilin menunjukkan inhibisi agregasi platelet dengan IC5018,5 dan 10,9 M yang diinduksi oleh asam arahidonat. 12
Tabel 1. IC50 dari senyawa prenilflavon pada agregasi platelet yang diinduksi oleh asam arahidonat (AA) dan kolagen (Nomura, 1998) Senyawa AA IC50 (M) Kolagen Siklomorusin >300 113,4 Dihidroisosikloartomunin 44,1 72,8 Artomunosanton 180,1 - Siklokomunol 57,3 63,5 Siklomulberin 67,1 128,2 Siklokomunin 12,5 14,4 Selain itu telah dilaporkan pula bahwa prenilflavonoid, artokarpin dan artokarpesin menginhibisi pertumbuhan bakteri kariogenik primer pada 3,11 - 12,5 g/mL. Kedua senyawa ini juga menginhibisi pertumbuhan Streptococci pembentukan-plaq. Dari sifat ini diharapkan bahwa kedua senyawa ini merupakan senyawa-senyawa yang baik untuk melindungi karies pada gigi. Uji sitotoksisitas dari beberapa prenilflavonoid yang berasal dari Artocarpus terhadap sistem sel murine leukaemia P388 juga memperlihatkan aktivitas sitotoksik yang tinggi, antara lain untuk artokarpin, sikloartokarpin, kudraflavon A, artoindonesianin A, dan artoindonesianin B masing-masing dengan IC50 1,8; 12,3; 8,3; 21,0; dan 3,9 g/mL (Hakim, 1999). 13
MeO O OH MeO O OH OH OH O OO OH O OH O O OH O Artokarpin Sikloartokarpin Kudraflavon A OH HO OH MeO O OO O OOH O OH O OH O Artoindonesianin B Artoindonesianin A Data ini memperkuat dugaan Yamamoto (1990) yang menyatakan bahwa senyawa flavon yang mempunyai gugus prenil bebas pada C-3, mempunyai aktivitas tinggi sebagaimana terlihat pada artokarpin. Bila gugus prenil pada C-3 mengalami siklisasi, seperti pada sikloartokarpin dan kudraflavon A, aktivitas sitotoksik berkurang. Adanya gugus peroksi pada molekul flavon, seperti pada artoindonesianin B, meningkatkan aktivitas sitotoksik. III. ISOLASI DAN PEMURNIAN SENYAWA FENOLIK Isolasi senyawa dari jaringan tertentu tumbuhan Artocarpus (specimen telah diidentifikasi di “Herbarium Bogoriense”, Bogor), yang diambil dari berbagai tempat di Indonesia, dilakukan dengan cara yang lazim, yaitu dengan cara maserasi yang dilakukan terhadap bagian tumbuhan yang telah dihaluskan dengan pelarut metanol; kemudian dilanjutkan dengan tahap pemisahan secara kromatografi yang meliputi kromatografi cair vakum (KCV), kromatografi kolom (KK), atau kromatografi kolom flash menggunakan berbagai pelarut organik dari n- heksana, diklorometana (DCM), etil asetat, aseton, sampai dengan metanol, baik dalam dalam bentuk campuran dengan perbandingan 14
tertentu atau tanpa campuran pelarut. Senyawa yang telah diisolasi selanjutnya dimurnikan secara kristalisasi menggunakan pelarut yang sesuai atau dikromatografi kolom. Kemurnian masing-masing senyawa ditentukan secara kromatografi lapis tipis (KLT) sebanyak tiga kali dengan menggunakan sistem eluen yang berbeda. Penentuan Struktur Penentuan struktur senyawa murni hasil isolasi ditentukan secara fisika dan spektroskopi, yang meliputi titik leleh, KLT dan analisis terhadap spektra UV-VIS, IR, NMR, dan MS. Uji bioaktivitas terhadap senyawa murni Uji bioaktivitas yang dilakukan meliputi uji aktivitas sitotoksik dari senyawa mengikuti metode Alley et al. (1988). Uji aktivitas sebagai antibakteri (Barry, 1980; Bauer et al., 1966; Berghe and Vlientinck, 1991) dan antijamur (Bauer, 1966). Uji antiplasmodium in vitro (Trager dan Jensen, 1976; Ljungström et al., 2004). Uji antiplasmodium in vivo pada mencit galur Swiss yang diinfeksi P. Berghei (Janse dan Waters, 2006; Ajaiyeoba et al., 2006; Wijayanti, 1996; Hadianto, 1994). IV. SENYAWA-SENYAWA HASIL ISOLASI 4.1. Senyawa-senyawa Fenolik Dari A. rigida telah diisolasi berbagai senyawa flavonoid (Suhartati, 2007; Suhartati dkk., 2001a, 2001b), yaitu artoindonesianin L, artonin E (Suhartati dkk., 1999b), artonin M (Suhartati dkk., 2005), artonin O, dan sikloartobilosanton (Suhartati dkk., 1999a). Artoindonesianin L merupakan senyawa baru, berupa kristal jarum berwarna kuning, t.l. 226-228°C. Struktur molekulnya telah ditentukan secara spektroskopi spektra UV-VIS, IR, NMR, dan MS. Data spektrum 15
MS dan NMR dari artoindonesianin L dapat dilihat pada Gambar 5-10 dan beberapa korelasi HMBC yang penting dari artoindonesianin L pada Gambar 11. Gambar 5. Spektrum EIMS artoindonesianin L Spektrum massa (EIMS) artoindonesianin L (Gambar 5) menunjukkan ion molekul M+ pada m/z 504, sedangkan spektrum massa resolusi tinggi (HR FABMS) (Gambar 6) menunjukkan ion (M + H)+ pada m/z 505,220 yang sesuai untuk rumus molekul C30H33O7. Sinyal 1H- dan 13C-NMR artoindonesianin L dapat dinyatakan secara rinci dengan bantuan spektrum NMR dua dimensi (2D), yaitu spektrum korelasi heteronuklir 1H-13C COSY kuantum rangkap (HMQC) dan spektrum korelasi heteronuklir jarak jauh (HMBC) (Gambar 11). Spektrum 1H-NMR dari artoindonesianin L (Gambar 7) memperlihatkan sinyal-sinyal proton untuk gugus geranil pada δ 1,40 (3H, s), 1,53 dan 1,54 (masing-masing 3H, s), 1,87 (2H, m), 1,93 (2H, m), 3,12 (2H, d, J = 7 Hz), 5,02 (1H, t, J = 7 Hz), 5,08 (1H, t, J = 7 Hz). Spektrum 1H-NMR juga menunjukkan adanya sinyal-sinyal untuk cincin 2,2-dimetilkromen 16
pada δ 1,43 (6H, s), 5,67 (1H, d, J = 10 Hz), 6,68 (1H, d, J = 10 Hz), dan tiga singlet untuk tiga proton aromatik pada δ 6,27; 6,44; dan 6,65 (masing-masing 1H) yang menunjukkan bahwa cincin B dari Gambar 6. Spektrum HR-FABMS artoindonesianin L artoindonesianin L tersubstitusi pada posisi-2`, 4`, dan 5`, sebagaimana lazimnya flavonoid yang berasal dari tumbuhan Artocarpus. Selanjutnya spektrum 1H-NMR artoindonesianin L tidak menunjukkan adanya sinyal singlet pada δ 6,3 yang mencirikan proton pada posisi C-3 senyawa flavon, hal ini memperkuat kesimpulan adanya substituen pada C-3. Pada spektrum massa EI artoindonesianin L (Gambar 5), selain puncak ion molekul M+ pada m/z 504, terdapat juga puncak-puncak lain yang bermakna pada m/z 489 [M+ - CH3]+, 435 [M+ - C5H9]+, dan 379 [M+ - C9H17]+. Fragmen-fragmen ini menyarankan bahwa pada C-3 terdapat gugus geranil dan pada cincin A terdapat cincin 2,2- 17
Gambar 7. Spektrum 1H-NMR artoindonesianin L: (I) spektrum normal, (II) diperbesar dimetilkromen (Takayama, 1992). Penempatan sinyal-sinyal proton metilen (C-9) dari gugus geranil dikonfirmasi dengan percobaan 18
dekopling (Gambar 8). Bila sinyal proton pada δ 3,12 diiradiasi, sinyal triplet pada δ 5,08 berubah menjadi singlet, begitu juga dengan iradiasi sinyal pada δ 1,93 menyebabkan perubahan pada δ 1,87 dan 5,02 dari triplet menjadi singlet, dan iradiasi sinyal pada δ 1,87 menyebabkan perubahan pada δ 1,93 dari multiplet menjadi doblet. Strereokimia relatif karbon metin dan metilen pada gugus geranil ditetapkan dengan spektrum NOE (Gambar 9). Iradiasi sinyal proton metin pada δ 5,08 menyebabkan perubahan sinyal proton metilen (- 6,1) pada δ 1,87. Dari spektrum ini disimpulkan bahwa proton metin dan metilen posisinya berdekatan dalam ruang, yaitu terdapat pada satu rantai geranil, hal ini memperkuat dugaan adanya gugus geranil pada artoindonesianin L. Gambar 8. Spektrum dekopling artoindonesianin L: I tanpa iradiasi II iradiasi pada δ 3,12 III iradiasi pada δ 1,93 IV iradiasi pada δ 1,87 ppm 19
Gambar 9. Spektrum NOE artoindonesianin L, iradiasi pada δ 5,08 ppm Berdasarkan 1H-NMR di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa artoindonesianin L adalah turunan flavon yang teroksigenasi pada posisi 5,7,2`,4`,5` yang mengandung gugus geranil pada C-3, dan cincin 2,2- dimetilkromen pada cincin A yang kemungkinan berstruktur linier pada kerangka flavon. Kesimpulan ini didukung oleh spektrum 13C-NMR artoindonesianin L (Gambar 10) yang menunjukkan ada 30 atom karbon, termasuk enam atom karbon oksiaril pada δ 139,4; 149,9; 157,3; 159,0; dan 160,5; tiga karbon metilen δ 24,7; 27,7; dan 40,8; dua atom karbon metin alifatik pada δ 122,6 dan 125,4; dua atom karbon vinil pada δ 116,3 dan 129,3; dan tiga atom karbon metin aromatik pada δ 95,6; 104,7; dan 117,3 (Fukai, 1996; Agrawal, 1981). Adapun posisi relatif gugus geranil dan cincin 2,2-dimetilkromen pada kerangka flavon dibuktikan lebih lanjut dengan bantuan spektrum HMBC (Gambar 11). Dari spektrum HMBC terlihat adanya korelasi jarak jauh antara proton 20
pada δ 3,12 (H-9) dengan karbon pada δ 163,4 (C-2) dan 183,8 (C-4, karbon karbnil), yang menunjukkan bahwa gugus geranil terikat pada C- 3. Tambahan pula proton vinil pada δ 6,68 (H-19) mempunyai korelasi jarak jauh dengan karbon kuaterner pada δ 78,9 (C-21) dan C157,3 (C- 5). Sedangkan proton pada δ 6,27 (H-8) memperlihatkan korelasi jarak jauh dengan karbon pada δ 160,5 (C-8a), 159,0 (C-7), dan 106,0 (C-6). Data ini menunjukkan bahwa cincin 2,2-dimetilkromen terlebur pada C-6 dan C-7 yang linier terhadap kerangka flavon. Adanya sinyal karbon metin aromatik pada δ 95,6 juga menunjukkan bahwa cincin 2,2- dimetilkromen terlebur dengan cincin A dari kerangka flavon artoindonesianin L. Berdasarkan data di atas disarankan bahwa artoindonesianin L adalah senyawa baru. Gambar 10. Spektrum 13C-NMR artoindonesianin L 21
Gambar 11. Beberapa korelasi HMBC yang penting dari Artoindonesianin L Dari A. kemando telah diisolasi artoindonesianin D, sikloartobilosanton, norartokarpetin, artokarpin, sikloartokarpin, siklomulberokromen, caplasin (Suhartati, 2006; Suhartati dkk., 2002; 2000a; 2000b). Dari A. rigida telah diisolasi artonin E (Suhartati dkk., 2008), sikloartobilosanton (Suhartati dkk., 2007), artokarpin, dan sikloartokarpin; dari A. dadah telah diisolasi morusin, turunan stilben, oksiresveratrol, afzelecin-3-O-α-L-ramnosida, dan katecin; dari A. altilis (Suhartati, 2004) telah diisolasi artokarpin, sikloartokarpin, siklomulberokromen, dan sikloartobilosanton. sedangkan dari A. elasticus telah diisolasi sikloartokarpin dan siklomulberokromen (Suhartati dkk., 2003). Struktur molekul dari senyawa-senyawa yang telah diisolasi dapat dilihat pada Gambar 12. 22
HO 4' OH OH OH O 2' B 5' O OH O HO OH A OO OH OO OH O OH O OH O Artoindonesianin L Artonin E Artoindonesianin D HO OH HO OH O OH OO OO HO O O O O OH O OH O OH O Sikloartobilosanton Artonin M Artonin O OH OH OH HO O OH MeO O OH O OH MeO O O OH O OH O OH Norartokarpetin Artokarpin Caplasin OH OH 18 15 OH O O 14 MeO O OO 17 O 8 O2 B 4' OH O 1' A 2' OH O 6 3 OH 5 49 OH O 10 12 11 Sikloartokarpin Siklomulberokromen Morusin 13 OH OH OH HO OH HO O O OH 6` 4` 27 O HO O OH OH 3 1 8 1` 2` 3` OH OH CHO3 H Katecin OH HO 4 6 5 Afzelecin-3-O-a-L-ramnosida Oksiresveratrol (2,4,3`,5`-tetrahidroksistilben) Gambar 12. Struktur senyawa-senyawa hasil isolasi dari A. rotunda, A. kemando, A. rigida, A. dadah, A. altilis, dan A. elasticus 23
4.2. Uji Bioaktivitas Beberapa senyawa fenolik yang telah diisolasi menunjukkan aktivitas yang tinggi pada uji sitotoksisitas, antiplasmodium, antibakteri, dan antijamur. Pada uji sitotoksisitas menggunakan sel murine leukemia P-388, artoindonesianin L, artonin E, sikloartobilosanton, artonin O, artokarpin, morusin, dan oksiresveratrol menunjukkan aktivitas yang tinggi dengan IC50 0,6; 0,06; 4,6; 0,9, 1,9; 3,1; dan 13,8 g/mL secara berturut-turut, sedangkan afzelecin-3-O-α-L-ramnosida dan katecin kedua senyawa menunjukkan aktivitas sitotoksik menengah pada sel murine leukemia P-388, IC50 > 100 μg/mL. Keaktifan yang tinggi dari tujuh senyawa ini kemungkinan karena adanya dua/tiga gugus hidroksi pada cincin B dan satu gugus prenil bebas atau tersiklisasi atau satu gugus geranil bebas pada C-3 (Suhartati, 2001). Pada uji antimalaria in vitro dari sikloartobilosanton dan oksiresveratrol menunjukkan aktivitas yang tinggi terhadap plasmodium masing-masing dengan nilai IC50 2 x 10-7 dan 5 x 10-5 mg/mL, sedangkan artonin E aktivitasnya lebih rendah, IC50 2 x 10-4 mg/mL, selain itu oksiresveratrol juga menunjukkan aktivitas yang tinggi pada uji in vivo antiplasmodium dengan ED50 sebesar 10,255 mg/kg BB. Pada uji antibakteri, menggunakan E. coli dan B. subtillis, oksiresveratrol juga menunjukkan aktivitas seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Gambar 13. Tabel 2. Aktivitas antibakteri dari senyawa-senyawa hasil isolasi Senyawa µg Diameter zona inhibisi (mm) Oksiresveratrol /disk B. subtillis E. coli Ekstrak kasar fraksi etilasetat/DCM 280 18 19 Sikloartobilosanton Streptomisin sulfat, standard 810 10 15 360 7 13 540 35 32 24
Gambar 13. Uji aktivitas antibakteri B. subtillis dan E. coli dari oksiresveratrol (1), ekstrak kasar fraksi etilasetat-DCM (2), streptomisin sulfat (3), aseton (4) Begitu pula dengan uji antijamur terhadap F. oxysporum dan R. oligosporus, oksiresveratrol juga menunjukkan aktivitas sebagaimana terlihat pada Tabel 3 dan Gambar 14. Tabel 3. Aktivitas antijamur dari senyawa-senyawa hasil isolasi Senyawa µg /disk Diameter zona inibisi (mm) F. oxysporum R. oligosporus Oksiresveratrol 590 Ekstrak kasar fraksi 40 20 etilasetat-DCM 4300 Sikloartobilosanton 360 25 14 Clotrimazol, standard 3,7 00 14 12 25
Gambar 14. Uji aktivitas antijamur R. oligosporus dan F. oxysporum dari oksiresveratrol (1), ekstrak kasar fraksi etilasetat-DCM (2), sikloartobilosanton (3), clotrimazol (4), metanol (5) V. KESIMPULAN Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tumbuhan Artocarpus merupakan salah satu sumber alam untuk memperoleh senyawa yang selain berpotensi sebagai antikanker juga berpotensi sebagai antimalaria. DAFTAR PUSTAKA Achmad, S.A., E. H. Hakim, L. D. Juliawaty, L. Makmur, S. Kusuma, dan Y. M. Syah (1995), \"Eksplorasi Kimia Tumbuhan Hutan Tropika Indonesia: Beberapa Data Mikromolekuler Tumbuhan Lauraceae sebagai Komplemen Etnobotani\", Seminar Nasional Etnobotani II, Yogyakarta, 24-25 Januari 1995. Ajaiyeoba, E., M. Falade, O. Ogbole, L. Okpako, D. Akinboye (2006), In Vivo Antimalarial and Cytotoxic Properties of Annona senegalensis Extract. Afr. J. Trad. CAM., 3(1), 137-141. 26
Alley, M.C., Scudiero, D.A., Monks, A., Hursey, M.L., Czerwinski, M.J., Fine, D.L., Abbott, B.J., Mayo, J.G., Shoemaker, R.H., Boyd, M.R. (1988), Feasibility of drug screening with panels of human tumor lines using a microculture tetrazolium assay, Cancer Res., 48, 589-601. Anonim (2008), A. dadah. http://www.mdpi.org. Diakses 23 Maret 2008. 19:30 WIB. Anonim (1995), Medicinal Herb Index in Indonesia, 2nd ed., PT Eisay, 137-138. Barry, A.L. (1980), Procedures for testing antimicrobial agents in agar media, In: antibiotic in laboratory medicine (V. Lorian Ed.) Williams and Wilkin Co., Baltimore, USA, 1-23. Berghe, DAV and A.J. Vlientinck (1991), Screening methods for antibacterial and antiviral agents from higher plants, In: Assays for Bioactivity (Hostettmann K. Ed) Vol 6, Methods in plant Biochemistry (Dey P.M. and J.B. Harborne Ed), Academic press, London, 47. Bauer, A.W., W.M.M. Kirby, J.C. Sherris, and M. Truck (1966), Antibiotic susceptibility testing by a standard disc. Am. J. Clin. Pathol., 45, 493-496. Fujimoto,Y., X. Zhang, M. Kirisawa, J. Uzawa, and M. Sumatra (1990), New Flavones from Artocarpus communis Forst, Chem. Pharm. Bull., 38 (6), 1787-1789. Hadianto, T. (1994), Pengaruh Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica) terhadap Plasmodium berghei pada Mencit. Tesis S-2, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 27
Hakim, E. H., A. Fahriyati, M. S. Kau, S. A. Achmad, L. Makmur, E. L. Ghisalberti, dan T. Nomura (1999), Artoindosianin A and B, Two New Prenylated Flavones from The Root Bark of Artocarpus champeden, J. Nat. Prod., 62, 613-615. Heyne, K. (1987), Tumbuhan Berguna Indonesia II, Departemen Kehutanan, Jakarta. Hutchinson, J. (1967), The Genera of Flowering Plants (Angiospermae), Volume II, Oxford University Press, London. Janse, C. and A. Waters (2006), The Plasmodium berghei Research Model of Malaria. Available from : http://www.lumc.nl/1040/research/malaria/model.html [diakses 8 April 2006]. Jones, S.B., A.E. Luchsinger (1987), Plant Systematics, 2nd ed.,McGraw- Hill Book Co., New York, 477-478. Kochummen, K.M. (1987), Moraceae in Tree Flora of Malaya, Vol. II, Forest Research Institut, Kepong. Lemmens, R.H.M.J., I. Soerianegara, and W.C. Wong (Ed) (1995), Plant Resources of South-East Asia 5, (2) Timber Trees: Minor Commercial Timbers, Bogor, 59-70. Lin, C.N., W.L. Shieh, F.N. Ko, C.M. Teng (1993), Antiplatelet Activity of Some Prenyl Flavonoids, Biochem. Pharmacol., 45(2), 509-512. Ljungström, I., H. Perlmann, M. Schlichtherle, A. Scherf, and M. Wahlgren (2004), Methods in Malaria Research. 4th ed. Manassas: MR4 / ATCC. 28
Naiola, B.P. (1986), Tanaman Budidaya Indonesia, Yasaguna, Bogor, 27. Nomura, T., S. Hano, and M. Aida (1998), Isoprenoid-Substituted Flavonoid from Artocarpus Plants (Moraceae), Heterocycles, 47(2), 1179-1205. Samuel, B. and Jones Jr. (1987), Plants Systematic, Second edition, Mc- Graw Hill Book Company, New York. Suhartati T., Yandri A.S., Jhons F.S., and Sutopo Hadi (2010), In vitro and in Vivo Antiplasmodia Activity of Oxyresveratrol and Artonin E Isolated from Two Artocarpus Plants in Indonesia, OJC, 26(3), 825-830. Suhartati, T., Yandri A.S., Jhons F.S., and Sutopo Hadi (2009a) Morusin, a Bioactive Compound from the root leather of Artocarpus dadah, European Journal of Scientific Research, 38(4), 643-648. Suhartati, T., Yandri A.S., and Sutopo Hadi (2009b), The Bioactivity Test of Oxyresveratrol, a Bioactive Compound, Isolated from the Root Wood of Artocarpus dadah, IJPAC, 4(3), 223-229. Suhartati, T., Yandri A.S., and Sutopo Hadi (2008), The bioactivity of artonin E from the bark of Artocarpus rigida Blume, European Journal of Scientific Research, 23(2), 330-337. Suhartati, T. dan Yandri A.S. (2007), Sikloartobilosanton dari kulit batang dan flavonoid dalam beberapa bagian tumbuhan Artocarpus dadah yang tumbuh di Lampung, J. Sains MIPA, Edisi Khusus, 13(2), 82-86. Suhartati, T. (2004), Isolasi senyawa flavonoid dari Artocarpus altilis yang tumbuh di Lampung, Prosiding Seminar ilmiah hasil-hasil 29
penelitian, Universitas Lampung, Bandar Lampung 16-17 September, 159-162. Suhartati, T., F. Aminah, S. Bahri, A. Setiawan (2003), Dua Senyawa flavonoid dari Artokarpus elasticus Reinw ex. Blume, Prosiding Seminar ilmiah hasil-hasil penelitian, Universitas Lampung, Bandar Lampung 19- 20 September, 31-34. Suhartati, T., S.A Achmad, N. Aimi, E.H. Hakim, M. Kitajima, H. Takayama, and K. Takeya (2001a), Artoindonesianin L, A New Prenylated Flavone with Cytotoxic Activity from Artocarpus rotunda, Fitoterapia, 72, 912-918. Suhartati, T. (2001b), Senyawa Fenol Beberapa Spesies Tumbuhan Jenis Cempedak Indonesia, Disertasi, ITB.,Bandung. Sunarjono, H. (2000), Prospek Berkebun Buah, Penebar Swadaya, Jakarta, 81-86. Takayama, M., T. Fukai, Y. Hano, and T. Nomura (1992), Mass Spectrometry of Prenylated Flavonoids, Heterocycles, 33 (1), 405-434. Tjitrosoepomo, Gembong (1994), Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Trager, W. and J.B. Jensen (1976), Human Malaria Parasites in Continous Culture. Science, 193, 673-5. Wijayanti, M.A. (1996), Peranan Makrofag dalam Imunitas terhadap Infeksi Malaria: Kajian Kemampuan Fagositosis dan Sekresi ROI 30
Makrofag Peritoneum Mencit yang Diimunisasi dan Tidak Diimunisasi in vitro. Tesis S-2, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Willis, L.J.C. (1973), A Dictionary of The Flowering Plants and Ferns, 8nd ed, The University Press, Cambridge. Yamamoto, S, N. Ueda, T. Harada, and T. Horie (1990), Flavonoids in Biology and Medicine III: Current Issues in Flavonoid Research (ed. By N.P. Das), National University of Singapore, 435. Venkataraman, K. (1972), Wood Phenolics in The Chemotaxonomy of The Moraceae, Phytochemistry, 11, 1571-1586. Verheij, E.W.M. and R.E. Coronel (Ed.) (1992), Plant Resources of South-East Asia 2, Edible Fruits and Nuts, Bogor, 80. Zhekun, Zhou and M. G. Gilbert (2003), Moraceae, J. Flo. of China, 5, 21-73. 31
UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Pemurah yang telah memberikan kesehatan, keselamatan, dan kekuatan kepada penulis untuk terus belajar, beramal, dan bekerja. Penulis menyadari tanpa kebesaran dan kemurahan-Nya semua tidak berarti apa-apa. Semua yang telah dicapai oleh penulis sehingga dikukuhkan menjadi guru besar tidak lepas dari peran orang-orang yang telah berjasa terhadap penulis. Untuk itu dengan keterbatasan kemampuan dan ilmu yang dimiliki oleh penulis, penulis menghaturkan terima kasih kepada Ibunda S. Suratmi dan Ayahanda S. Hadi Subroto (almarhum) tercinta yang telah membesarkan dan mendidik ananda dengan penuh kasih sayang. Begitu juga kepada Nenek tercinta Mbah Jaenah (almarhumah) yang ikut berjuang membesarkan dan mendidik cucunda dengan do’a dan kesabaran, kakak Agus Sujono (almarhum), adik-adik tercinta Yaniwati (almarhumah), Tri Mulyowati, Saptawati (almarhumah), Dwi Cahyani, dan Pamungkas yang memberikan motivasi dan dukungan yang yang luar biasa. Terima kasih juga kepada suami Dr. Ir. Yandri A.S., M.S. dan Latifah Nurrahmah atas kesabaran mereka dengan kesibukan penulis selama menuntut ilmu dan bekerja, juga kepada Ibu mertua Bunda H. Nurma Khatib, Pamanda H. Drs. Mukhlis Khatib dan Tante Dra. Amna, kanda Drs. Helmi A.S. (almarhum), kanda Drs. Emizon A.S. dan Uni Eli, Kanda Ir. Affiar A.S. dan Uni Ir. Ratna Dalimi serta keponakan- keponakan tercinta (Teguh Karsa M. Syifa, Soraya Khodijah, Ahmad Muhammad, Shaqeel Alif, dan Marsyabila Bafa). Terima kasih tak terhinggapun kami sampaikan kepada Guru-guru penulis dari TK, hingga Perguruan Tinggi S1, S2, dan S3 di Institut Teknologi Bandung, kepada pembimbing disertasi Prof. Dr. Sjamsul Arifin Achmad, Ko-promotor Prof. Dr. Euis Holisotan Hakim dan Prof. Dr. Norio Aemi. 32
Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan Nasional atas kepercayaan yang telah diberikan kepada penulis sebagai Guru Besar Tetap FMIPA Unila sejak 1 Desember 2010. Selanjutnya rasa hormat dan terima kasih yang mendalam juga kami sampaikan kepada Rektor Unila (Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto), para pembantu rektor (Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., Ir. Sulastri Ramli, M.P., Prof. Dr. Sunarto, S.H., M.H.), Senat Unila, Dekan FMIPA Unila (Dr. Sutyarso, M.Biomed.), para pembantu dekan FMIPA Unila, Senat FMIPA Unila, Ketua Lembaga Penelitian Unila, Ketua Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Unila, dan Ketua Jurusan Kimia (Dr. Andi Setiawan, M.Sc.), Tim Evaluasi Makalah (Prof. Dr. John Hendri, M.S., Dr. Andi setiawan, dan Prof. Dr. Nunuk Hariani Soekamto) yang telah mendukung dalam proses pencapaiaan Guru Besar hingga pengukuhan saat ini. Dengan rasa hormat yang mendalam juga, saya mengucapkan terima kasih kepada Ir. Siti Sujalmi, M.S., Prof. Dr. Ida Farida Rivai, dan Prof. Dr. Ir. Tirza Hanum yang telah mendorong dan merekomendasi untuk menempuh studi lanjut ke ITB. Terima kasih juga kepada Prof. Yana M. Syah, Dr. Lia D. Juliawaty, Drs. Lukman Makmur, Dr. Didin Mujahidin, M.Si., dan Susan atas bantuannya selama penelitian di ITB. Terima kasih juga kepada teman-teman dosen Jurusan Kimia, Dra. Huryati (almarhumah), Dr. Maizar Syafar, M.S. (almarhum) dan Dra. Verita Yudi, M.S. (almarhumah), Prof. Dr. John Hendri, M.S., Dr. Andi Setiawan, M.Sc., Ir. Fifi Martasih, M.S., Dra. Zipora Sembiring, M.S., Dr. Hardoko Insan Qudus, M.S., Dr. Rudi Stumeang, M.Sc., Dr. Wasinton Simanjuntak, M.Sc., Dra. Aspita Laila, M.S., Drs. Jhoni Asmi, M.S., Drs. Supriyanto, M.S, Dra. Ilim, M.S., Dra. Nurul Utami, M.Sc., Prof. Dr. Irwan Ginting Suka, M.Eng., Dr. Buhani, M.Si., Prof. Dr. Suharso, Prof. Dr. Sutopo Hadi, M.Sc., Dr. Mulyono, Heri Satria, M.Si., Syaiful Bahri, M.Si., Dr. Suripto Dwi Yuwono, Dr. Cik Arifin (Alm), Noviani, M.Si., Nurhasanah, M.Si., Mita Rilyanti, M.Si., Dian Herasari, M.Si., Rinawati, M.Si, Yuli Ambarwati, M.Si, dan Kamisah DP, M.Si., Dian Septiani P., M.Si., dan Ni Luh G. Ratna J., M.Si. atas kerjasamanya selama ini. 33
Terima kasih juga saya sampaikan kepada kawan-kawan dari FMIPA dan FP: Dr. Ir. Mintarsih Adimiharja, M.Sc., Dr. Mustofa Usman, M.A., Dr. Herawati Soekardi, M..S., Dr. Warsito, D.E.A., Dr. Warsono, Dra. Tunjung Tripeni, M.S., Dr. Rochmah Agustrina, M.S., Dr. Wamiliana, M.Sc., Dr. Endang Linirin, Dr. Nismah, M.S., Dra. Emantis Rosa, M.S., Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., Dra. Endah Setianingrum, M.Si. Terima kasih yang tulus juga disampaikan kepada bagian kepegawaian FMIPA Unila (Alm. Amrul, S.H., Drs. Mustamar, Rani Ginting, S.E., Aryanto, S.E., Eka, dan Yusuf) dan bagian kepagawaian Unila (Dirson, S.E., M.M., Nurmansyah, S.Pd., Sarono, Suwandi, Riswantoro, Amd.), Kepala Biro Kepegawaian Unila (A. Bustomi, S.H.), serta Kepala Biro Akademik (Damanhuri Warganegara, S.H., M.H.) atas kesabarannya selama penyusunan angka kredit. Akhirnya kepada seluruh panitia pengukuhan ini dan kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, dengan rendah hati saya ucapkan terima kasih dan mohon ma’af yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah memberikan kebaikan. Amiiin..... 34
RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS DIRI 1. Nama Lengkap : Prof. Dr. Tati Suhartati, M.S. 2. Jabatan Fungsional : Guru Besar (Angka kredit 905,5) 3. NIP/NIK/No. identitas lainnya : 19540510 198803 2001 4. Tempat dan Tanggal Lahir : Batujajar, 10 Mei 1954 5. Alamat Rumah : Jl. Cendana No. 312 Blok E 6. Nomor Telepon/Fax Bataranila Rajabasa 35144 7. Nomor HP Lampung Selatan 8. Alamat Kantor : (0721)781429/- : 081379032232 9. Nomor Telepon/Fax : Jurusan Kimia FMIPA Universitas 10. Alamat e-mail Lampung 11. Suami : (0721) 701609 Ext. 706/(0721) 12. Anak : [email protected] 13. Bapak : Dr. Ir. Yandri A.S., M.S. 14. Ibu : Lathifah Nurrahmah : S.H. Subroto : S. Suratmi II. RIWAYAT PENDIDIKAN Pendidikan Dasar dan Menengah No Pendidikan Kota/Negara Tahun Lulus 1 SD Cimahi/Indonesia 1966 2 SLTP Cimahi/Indonesia 1969 3 SMF Bandung/Indonesia 1973 35
Pendidikan Sarjana dan Pasca Sarjana 1 Program: S1 S2 S3 2 Nama PT Institut Institut Institut Teknologi Teknologi Teknologi Bandung Bandung Bandung 3 Bidang Ilmu Kimia Kimia Organik Kimia Organik 4 Tahun Masuk 1976 1983 1996 5 Tahun Lulus 1983 1986 2001 6 Judul Skripsi/ Isolasi Zat Sintesa Senyawa Tesis/Disertasi Warna dari Beberapa Fenol Tumbuhan Senyawa Beberapa Caesalpinia Turunan Asam Spesies sappan, L. Benzoat Tumbuhan Jenis Cempedak Indonesia 7 Nama Pembim- Prof. Dr. Prof. Dr. Prof. Dr. bing/ Promotor Sjamsul Arifin Sjamsul Arifin Sjamsul Achmad Achmad Arifin Achmad III. JABATAN FUNGSIONAL DAN PANGKAT Jabatan Pangkat Institusi Tahun Fungsional Asisten akhli Penata Muda (IIIa) Jurusan 1989 – 1994 Madya Kimia 1994 - 1996 Penata Muda Tk.I FMIPA Unila Asisten akhli (IIIb) Jurusan Kimia 36
Lektor Penata (IIIc) FMIPA Unila 1996 – 2003 Jurusan 2003 - 2004 Lektor Kepala Penata Tk.I (IIId) Kimia 2006-2010 FMIPA Unila 2010 Lektor Kepala Pembina (Iva) Jurusan Kimia Guru Besar Pembina (Iva) FMIPA Unila Jurusan Kimia FMIPA Unila Jurusan Kimia FMIPA Unila IV. PENELITIAN No. Tahun Judul Penelitian Sumber Dana 1 2010 Isolasi dan Identifikasi Senyawa- Penelitian 2 2010 senyawa Bioaktif Antimalaria dari Strategis Beberapa Tumbuhan Artocarpus Nasional DIKTI 3 2009 (Ketua Peneliti) Hibah Peningkatan Kestabilan -Amilase Kompetensi dari Bakteri Lokal Bacillus subtilis DIKTI ITBCCB148 Dengan Modifikasi Kimia Untuk Produksi Sirup Hibah Glukosa dari Pati (Anggota Peneliti) Kompetitif Isolasi dan Identifikasi Senyawa- Penelitian senyawa Bioaktif Antimalaria dari Sesuai Prioritas Beberapa Tumbuhan Artocarpus Nasional DIKTI (Ketua Peneliti) 37
4 2009 Peningkatan Kestabilan Enzim α- Hibah Strategis 5 2009 Amilase dari Bakteri Lokal Bacillus Unila DIKTI subtilis ITBCCB148 dengan Proses 6 2008 Amobilisasi untuk Produksi Sirup Hibah 7 2008 Glukosa dari Pati (Anggota Peneliti) Kompetitif 8 2007 The Chemical Modification of Penelitian Untuk 9 2007 Protease Isolated from Locale Publikasi 10 2007 Bacteria Isolate, Bacillus subtilis Internasional ITBCCB148 with DIKTI Nitrophenolcarbonate-Polyethylene Glycol (NPC-PEG) (Anggota Fundamental Peneliti) DIKTI Isolasi Senyawa Bioaktif dari Artocarpus dadah yang Tumbuh di Hibah Bersaing Lampung (Ketua Peneliti) DIKTI Peningkatan Kestabilan Enzim Protease dari Bakteri Isolat Lokal Fundamental Bacillus subtilis ITBCCB148 DIKTI dengan Modifikasi Kimia.(Anggota Peneliti) Hibah Bersaing Isolasi Senyawa Bioaktif dari DIKTI Artocarpus dadah yang Tumbuh di Lampung (Ketua Peneliti) Program Peningkatan Kestabilan Enzim Insentif Riset Protease dari Bakteri Isolat Lokal Dasar Bacillus subtilis ITBCCB148 Kementrian dengan Modifikasi Kimia (Anggota Riset dan Peneliti) Teknologi Sintesis C-metil-4,10,16,22- tetrametoksi kalik [4] arena dan peranannya sebagai inhibitor pembentukan kerak kalsium karbonat (CaCO3) Sintesis C-metil- 4,10,16,22-tetrametoksi kalik [4] 38
11 2003 arena dan peranannya sebagai DIPA Unila inhibitor pembentukan kerak kalsium karbonat (CaCO3) (Anggota Peneliti) Isolasi senyawa flavonoid dari Artocarpus altilis yang tumbuh di Lampung. (Ketua Peneliti) V. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Sumber Dana Masyarakat 1. 2009 Pelatihan Pengenalan Prinsip-prinsip, Mandiri Manfaat, dan Ancaman Teknologi Bahan Kimia Sintesis Bagi Guru-SD, MI, SMP, dan MTs 2. 2009 Penyuluhan Pengamanan Bahan Kerjasama Berbahaya: Toksikologi Bahan Kimia dengan BPOM Lampung 3. 2008 Tingkatkan Pemahaman Ilmu Kimia Jurusan Kimia Melalui Kompetisi FMIPA 4. 2007 Pelatihan Analisis Air Sumur Gali DIPA Unila dan Sumur Bor (PDAM) di Kompleks Perumahan Bataranila Desa Hajimena Kecamatan Natar Lampung Selatan 5. 2003 Pelatihan peningkatan matapelajaran Mandiri Kimia Industri yang berkaitan dengan Kimia Organik dan Biokimia bagi para guru SMTI Tanjung Karang 39
VI. PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL NASIONAL DAN INTERNASIONAL No. Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/ Nama Nomor Jurnal 1 2010 In vitro and in Vivo 26(3): Oriental Antiplasmodia Activity of 825-830 Journal of Oxyresveratrol and Chemistry Artonin E Isolated from Two Artocarpus Plants in Indonesia 2 2010 The increase of thermal 07(2): Biosciences, stability of α-amylase from 713-718 Biotechnolo- locale bacteria Isolate gy Research Bacillus subtilis Asia ITBCCB148 by chemical modification with dimethyladipimidate 3 2010 Purification and 39 (1): 64- European Characterization of 74 Journal of Extracellular -Amilase Scientific Enzyme from Locale Research Bacteria Isolate Bacillus subtilis ITBCCB148 4 2010 Immobilization of - 7(1): 123- Material Amilase Enzyme from 128 Science Locale Bacteria Isolate Research Bacillus subtilis India ITBCCB148 with diethylaminoethyl cellulose (DEAE- Cellulose) 40
5 2009 Morusin, a Bioactive 38 (4): European Compound from the Root 643-648 Journal of Bark of Artocarpus dadah Scientific Research 6 2009 The Bioactivity Test of 4(3): 223- International Oxyresveratrol, a 229 Journal of Bioactive Compound, Pure & Isolated from Root Wood Applied of Artocarpus dadah Chemistry 7 2008 The bioactivity of artonin 23(2): European E from the bark of 330-337 Journal of Artocarpus rigida Blume Scientific Research 8 2009 The Effect of Chemical 7(2):68-75 Nature and Modification on the Science Thermal Stability of Protease from Local Isolate Bacteria, Bacillus subtilis ITBCCB148 9 2008 The chemical modification 23 (1): European of protease enzyme 177-186 Journal of isolated from locale Scientific bacteria isolate, Bacillus Research subtillis ITBCCB148 with cyanuric chloride- polyethylenglycol. 10 2009 The Chemical Accepted Applied Modification of Protease Biochemistry Isolated from Locale And Bacteria Isolate, Bacillus Microbiology subtilis ITBCCB148 with Nitrophenolcarbonate- 41
Polyethylene Glycol (NPC-PEG) 11 2009 The Role of C-Methyl- 9 (2): 206- Indonesian 4,10,16,22-Tetramethoxy 210 Journal of Calix[4]Arene as Inhibitor Chemistry of Calcium Carbonate (CaCO3) Scale Formation 12 2007 Sikloartobilosanton dari 13 (2): 82 Jurnal Sains Kulit Batang dan – 86 MIPA, Edisi Flavonoid dalam Beberapa Khusus Bagian Tumbuhan Artocarpus dadah yang Tumbuh di La1mpung, Jurnal Sains MIPA, Edisi Khusus 13 2007 Isolasi, Pemurnian Dan 13 (2): 100 Jurnal Sains Karakterisasi Enzim – 106 MIPA, Edisi Protease Termostabil Dari Khusus Bakteri Isolat Lokal Bacillus subtilis ITBCCB148 14 2005 Artonin M, turunan flavon 5(1): 23- Bull. Soc. tergeranilasi dari 27 Nat. Prod. Artocarpus rotunda Chem. (Indonesia) 15 2004 Isolasi senyawa flavonoid 159-162 Prosiding dari Artocarpus altilis Seminar yang tumbuh di Lampung ilmiah hasil- hasil penelitian, Universitas Lampung, Bandar Lampung 16- 42
16 2003 Dua Senyawa flavonoid 31-34 17 September dari Artocarpus elasticus Prosiding Reinw ex. Blume Seminar ilmiah hasil- 17 2002 Suhartati, T (2002), hasil penelitian, Beberapa Senyawa Flavon Universitas Lampung, Terisoprenilasi Bioaktif Bandar Lampung, dari Artocarpus kemando 19-20 September Miq. J. Science and Technol. 18 2001a Artoindonesianin L, A 72: 912- Fitoterapia New Prenylated Flavone 918 Proceeding with Cytotoxic Activity International Seminar on from Artocarpus rotunda Natural Products 19 2001b Cytotoxic Phenolic 197-203 Chemistry and Compounds from Utilization of Natural Artocarpus rotunda Resources, Jakarta 5-7 20 2000a Isolasi Senyawa Flavonoid 55-64 Juni. Proceeding 43
dari Artocarpus kemando Seminar The Miq. 4th ITB- UKM Joint 21 2000b Some Flavonoids from 94-99 Seminar on Chemistry, Artocarpus kemando Miq. Jogja 12-13 April Proceeding International Seminar on The Role of Chemistry in Industry and Environment, Padang 30- 31 August VII. PENULISAN BUKU BUKU AJAR/MONOGRAF No. Tahun Judul Buku Jumlah Penerbit Halaman Jurusan 1 2007 Karakterisasi Beberapa 314 (Hal. Kimia Unila: Senyawa Kimia Flavonoid 1-14) ISBN 978- 979- Trioksigenasi o, m, dan p 15222-1-2 Pada Cincin B dari Tumbuhan Artocarpus Secara Spektrofotometri UV-VIS , Analisis dan Karakterisasi Senyawa Kimia, Suatu Seri Monograf, Jurusan Kimia FMIPA Universitas 44
Lampung, (Editor S. Hadi dan S. Widiarto) 2 2006 Analisis Spektrofotometri 212 (hal Jurusan UV-VIS terhadap Beberapa 23-31) Kimia Senyawa Flavonoid dari Unila: Tumbuhan Artocarpus, ISBN 979- Aplikasi dan Metode Analisis 15222-0-0 Kimia, Suatu Seri Monograf, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung(Editor S. Hadi dan S. Widiarto). VIII. PESERTA KONFERENSI / SEMINAR / LOKAKARYA / SIMPOSIUM Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara 1989 Latihan Uji Cita Rasa Kopi. Balai Penelitian 1990 Perkebunan Bogor 1991 dan Asosiasi 1991 Eksportir Kopi Indonesia 1992 Penataran Calon Penerjemah dan Universitas Lampung Penyunting Buku Ajar. Penataran Metodologi Pengabdian Universitas Lampung Kepada Masyarakat. Lokakarya Penyempurnaan Silabus Universitas Sumatera dan Penulisan SAP Mata Kuliah Utara dan HEDS Kimia dan Biologi Dasar Bidang Project MIPA. Seminar of Teaching Metodology Universitas of Mathematic and Natural Lampung, HEDS Science. Project, USAID dan 45
1992 Penataran Pelaksanaan Pedoman JICA dan Penghayatan Pancasila (P-4) BP-7 Daerah Tingkat 1993 Pola 120 jam (Pola Calon Penatar) I Lampung 1993 Tingkat Propinsi. Penataran Program Peningkatan BP- 7 Pusat 1994 Penatar P-4 Daerah di Propinsi 1994 Tingkat I Lampung Angkatan VI. Universitas Lokakarya Penyusunan Program Bengkulu, HEDS 1994 Praktikum Kimia Dasar. Project, USAID dan JICA 1994 Workshop on The Management Universitas Riau dan 1995 Chemistry Laboratories. HEDS Project Seminar on “ Research Proposal Universitas 1995 Writing.” Lampung,HEDS 1995 Project, USAID dan Completion of General Chemistry JICA Laboratory Manual Workshop. Univ. HKBP Nonmensen, IKIP Lokakarya dan Penataran Medan,HEDS Kurikulum Project, USAID dan Workshop of Organic Chemistry JICA Universitas Lampung Workshop on Improving The Teaching and Learning in General Universitas and Organic Chemistry Sriwijaya, HEDS Short Course on Laboratory Project, USAID dan Instruments JICA Universitas Sumatera Utara, HEDS Project, USAID dan JICA Universitas Lampung, HEDS 46
1995 Pelatihan Singkat Luar Negeri Project, USAID dan 1998 untuk Dosen Senior Basic JICA Sciences. Georgia Institute of 1998 Seminar Sehari MIPA-ITB dengan Tecnology, Atlanta 1999 tema: Menumbuhkembangkan USA 2000 kegiatan antar bidang ilmu MIPA FMIPA, ITB 2000 sebagai pendorong kemajuan 2001 pengetahuan, industri dan FMIPA, Universitas 2003 kebudayaan. Lampung Seminar Regional se-Sumatera ke 2003 1 Bidang Matematika dan Ilmu Universitas Indonesia 2003 Pengetahuan Alam. dan UNESCO 2004 Seminar Nasional Kimia Bahan Jurusan Kimia Alam. FMIPA ITB Seminar Kimia Bersama ITB - Jurusan Kimia, UKM Keempat. FMIPA, Universitas Internasional Seminar on The Role Andalas of Chemistry in Industry and Universitas Indonesia Environment. dan UNESCO The International Seminar on Natural Product Chemistry and Himpunan Kimia Utilization of Ntural Resources Bahan Alam Simposium Nasional Kimia Bahan Indonesia dan Alam XIII. Universitas Pajajaran Himpunan Kimia Pertemuan Ilmiah Himpunan. Bahan Alam Indonesia Seminar Ilmiah Dies Natalis Unila Universitas Lampung Ke-38. Seminar Nasional Kimia. Jurusan Kimia, 47
2004 Simposium Nasional Kimia Bahan FMIPA, Universitas 2004 Alam. Lampung 2005 Himpunan Kimia 2005 Dewan Juri Lomba KIR. Bahan Alam Indonesia 2006 Seminar dan Rapat Tahunan BEM FMIPA 2007 (SEMIRATA). Universitas Lampung Badan Kerjasama 2007 Dewan Juri Lomba KIR. PTN Wilayah Barat 2008 Universitas Jambi Lokakarya Manajemen Himpunan 2008 Laboratorium. Mahasiswa Kimia Fourier Trasform-Nuclear FMIPA Universitas Magnetic Resonance 500 MHz; Lampung Standarisasi/Kalibrasi Peralatan FMIPA Universitas Ukur. Lampung Seminar Nasional Sains dan LIPI dan Lembaga Teknologi Penelitian Unila Basic Training on Student Assessment & Basic Training on Lembaga Penelitian Tutorial. Unila Persiapan Fakultas Seminar dan Rapat Tahunan Kedokteran (SEMIRATA) Universitas Lampung dan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Badan Kerjasama PTN Wilayah Barat Bidang Ilmu MIPA Universitas Bengkulu 48
2009 Peneliti Penyaji Terbaik untuk Departemen Seminar Hasil Penelitian Pendidikan Nasional, 2009 Fundamental. Direktorat Jenderal 2010 Pendidikan Tinggi 2010 Seminar Nasional Sains MIPA dan FMIPA Universitas 2010 Aplikasinya. Lampung 2010 Peningkatan Mutu Bahan Ajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas 2010 Peningkatan Mutu Proses Lampung Pembelajaran Jurusan Kimia FMIPA Universitas Pengayaan Silabi Mata Kuliah Lampung Jurusan Kimia Seminar Nasional Himpunan FMIPA Universitas Kimia Indonesia (SNHKI). Lampung Himpunan Kimia Seminar Nasional Sains MIPA dan Indonesia (HKI) dan Aplikasinya. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin FMIPA Universitas Lampung IX. PENGHARGAAN/PIAGAM Pemberi Tahun Bentuk Penghargaan Universitas Lampung 1990 Piagam Universitas Lampung 1991 Piagam BP-7 Daerah Tingkat I 1992 Piagam Lampung BP-7 Pusat 1993 Piagam 49
2000 Piagam Himpunan Kimia Bahan 2003 Alam Indonesia 2003 Piagam Penghargaan 2004 Himpunan Kimia Bahan Piagam Penghargaan Alam Indonesia 2009 FMIPA Universitas Piagam Tanda Kehormatan Lampung Presiden Republik Indonesia: Presiden Republik Satyalancana Karya Sapta 10 Indonesia Tahun Peneliti Penyaji Terbaik untuk Departemen Pendidikan Seminar Hasil Penelitian Nasional, Direktorat Fundamental. Jenderal Pendidikan Tinggi X. ORGANISASI PROFESI/ILMIAH Tahun Organisasi Jabatan 2000-Sekarang Himpunan Kimia Bahan Ketua Cabang Alam Indonesia Lampung 50
Search
Read the Text Version
- 1 - 50
Pages: