Email [email protected] Instagram lisan_official.bkj Youtube LisanTVc Facebook
banyak pelajaran
Ada kegiatan yang berbeda dalam pelaksanaan ujian semester genap tahun ini, Tentunya kegiatan yang bermanfaat dan sangat-sangat luar biasa, Kegiatan?? Yaa, kegiatan Kelas Motivasi yang di kemas dalam bentuk pelatihan ESQ yang langsung di bina oleh pakarnya, Bapak Abi Ali Roli, S.Pd.I,C.Ht. Peserta kegiatan ini siswa-orang tua siswa. Unik bukan??? Pastinya! Dalam kesempatan tersebut trainer kegiatan berhasil menciptakan suasana yang penuh haru biru antara anak dan orang tua, mereka larut mengikuti serangkaian kegiatan sampai selesai. Kegiatan ini sendiri di harapkan berdampak pada motivasi siswa dan orang tua yang mendukung terbentuknya karakter yang positif bagi siswa dan untuk orang tua sendiri di harapkan mendapatkan referensi dalam pola asuh yang baik yang nantinya akan di terapkan dalam keluarga. Karena bukankah pendidikan yang pertama itu adalah pendidikan dalam keluarga??
Semoga Ujian.nya Menyenangkan, Di Mudah-Kan Dalam Menjawab Soal-Soal Dan Harus Percaya Diri Tentunya, AamiinYaMujib
Meski Ujian sudah di laksanakan secara tatap muka di sekolah Alhamdulillah pada ujian kali ini ini bisa di laksanakan kembali di LAB TIK, setelah di se- mester berikutnya siswa di haruskan mengerjakan ujian dengan mengunakan HP an- droid, tentunya berbeda dalam pengerjaannya yang lebih nyaman di laksanakan dengan mengunakan computer yang langsung di damping oleh Teknisi Proktor dan pengawas ujian. Ujian berlangsung selama 6 hari mulai dari tanggal 06-11 Juni 2022 Siswa mengikuti ujian dengan antusias, mengingat ujian yang mereka ikuti merupakan ujian kenaikan kelas.
Salah satu lomba classmeeting yang super-duper keren di semester ini “Lomba Literasi Pustaka” Lomba ini di inisiasi langsung oleh tim Pustaka dan Pustakawan sekolah. Tentunya sangat bermanfaat dan bisa memberikan semarak lomba yang bener-bener educative dan pastinya menjadi wadah siswa dalam berkompetensi dalam tulis menulis. Lomba yang di selenggarakan meliputi : 1. Lomba Resensi Buku 2. Lomba Karya Tulis Ilmiah 3. Lomba Pojok Baca dan Mading Kelas Dengan harapan untuk ke depannya siswa menjadi lebih bersemangat untuk mengasah kemam- puan diri dalam bidang tulis menulis. Dan menyemarakan literasi dalam kelas dengan di adakan dan tersedianya Pojok baca (pustaka mini kelas) dan Mading dalam kelas, “SMANSAMEMBACASMANSABERPRESTASI”
VOLLY BALL PUTRA PEMENANG RESENSI BUKU SENAM 1. Wilda (X MIPA 2) 2. Gubrina Tiara 3. Gubrina Tiara PEMENANG LITERASI KELAS 1. XI ISOS 1 2. X MIPA 2 3. X MIPA 4 PEMENANG KARYA TULIS ILMIAH 1. Wilda Nur Febriani (X MIPA 2) 2. Siska Atika (XI MIPA 3) 3. Gubrina Tiara (XI ISOS 1)
Selamat Kepada Juara Piket Lingkungan Terbaik Juara KSN-K Juara Umum Akademik Juara Class Meeting Juara Literasi Pustaka Semester 2 T.P 2021/2022
ALHAMDULILLAH
Alhamdulillah menjelang akhir tahun penutup TP.2021/2022 siswa SMAN 1 Blangkejeren berhasil membuat bangga sekolah dengan peroleh prestasi mereka dalam Kompetensi Sain Nasional (KSN) Tngkat kabupaten tahun 2022 : 1. Gubrina Tiara (Kelas XI ISOS 1) Meraih Juara 2 Mapel Ekonomi 2. Anita (X MIPA 2) Meraih Juara 2 Mapel Biologi 3. Rike Aulia (X MIPA 1) Meraih Juara 4 Mapel Astronomi
1. Nadin Alya Pratiwi (X MIPA 1) I 2. Mulya Afni (X MIPA 2) I Rike Aulia (X MIPA 1)
1. Kintani (X ISOS 4) I 2. Maulida Fitri (X ISOS 3) I Erisa (X ISOS 2)
1. Puan Maharani (XI MIPA 1) I 2. Melisa Febriani (XI MIPA 3) I Siska Atika (X MIPA 3)
1. Gubrina Tiara (X ISOS 1) I 2. Azmi Basri (X ISOS 2) I Hidayatun Nisa (XI ISOS 1)
SEMARAK CLASSMEETING PENUTUP TP 2021/2022 SaSmEaBseUpeArtHi diAseJmAeNsteGr sPebEeRlumLOnyMa, sBetAelAahNpelaksanaan Ujian Semester, Osis SMA Negeri UNTUK MENGEKSPRESIKAN SEMANGAT DAN TALENTA SISWA 1 Blangkejeren menyelenggarakan kegiatan ClassMeeting. Kegiatan ini bertujuan untuk menjalin keakraban antar siswa, baik kelas X,XI dan XII, melatih solidaritas dan sportifitas siswa dan menjadi ajang penyaluran semangat, bakat dan minat siswa dan pastinya kegiatan ini untuk menyalurkan kegembiraan siswa setelah berjuang menghadapi ujian semester.
Hingar binger gemuruh sorak sorai siswa menyambut pelaksanaan kegiatan ClassMeeting Pada semester 2 mengisi waktu menjelang hari H pembagian raport semester. Ada banyak kegiatan yang di adakan oleh OSIS maupun Pustaka sekolah. Classmeeting Program OSIS Lo1.m2.3bK.aaRrLeMysiaateedTnriunsailgsiBsidupIalkmunusiPatahokjoRakemBaacjaa Kelas 1. Tarik tambang 2. Futsal 3. Volly Putra&Putri 4. Tata Boga 5. Hafidz Qur’an 6. PKWU Meski kegiatan tergolong singkat (3 hari), Alhamdulillah serangkai kegiatan berjalan tertib dan sesuai dengan harapan .
Pengambilan Video Classmeeting Asmaul Husna Salah satu lomba classmeeting yang pal- ing di gemari oleh siswa “Futsal” dalam pelaksanaanya cukup menegangkan dengan support-support luar biasa dari masing-masing kelas. Tampil sebagai Juara semester ini : 1. Juara 1 Kelas XI MIPA 3 2. Juara 2 Kelas XI MIPA 1 3. Juara 3 Kelas XI MIPA 4
Pengambilan Video Classmeeting Asmaul Husna Jenis olahraga yang satu ini cukup menengangkan, meski berdurasi sangat singkat, tergolong sederhana hanya ber- modalkan tali, tapi serunya itu be OKAY. Tampil sebagai Juara semester ini : 1. Juara 1 Kelas XI ISOS 2 2. Juara 2 Kelas XI ISOS 1 3. Juara 3 Kelas X ISOS 4
Pengambilan Video Classmeeting Asmaul Husna “Volly ball” salah satu lomba yang selalu di selenggarakan, banyak siswa yang ge- mar dengan olah raga yang satu ini, di samping membuat tubuh sehat, pasti- nya sangat seru dan menyenangkan
Pengambilan Video Classmeeting Asmaul Husna Semester ini lomba Hafidz Qur’an dilaksanakan secara tatap muka dengan, masing-masing pe- serta di uji oleh juri untuk melafadzkan surat yang di pilih secara acak dan menyambung ayat dalam surat yang di pilih. Tampil sebagai Juara semester ini : 1. Siti Halimah ( XI MIPA 4) 2. Zam Zam Insan (XI ISOS 1) 3. Andrayani (X MIPA 3)
Pengambilan Video Classmeeting Asmaul Husna “Tata Boga”, pastinya sangat di gemari oleh mereka yang hoby memasak, kali ini bahan dasar tata boga “buah pisang” Tampil sebagai Juara semester ini : 1. Juara 1 Kelas XI ISOS 1 2. Juara 2 Kelas X ISOS 4 3. Juara 3 Kelas XI MIPA 4
Pengambilan Video Classmeeting Asmaul Husna Semester ini lomba Hafidz Qur’an dilaksanakan secara tatap muka dengan, masing-masing pe- serta di uji oleh juri untuk melafadzkan surat yang di pilih secara acak dan menyambung ayat dalam surat yang di pilih. Tampil sebagai Juara semester ini : 1. Juara 1 Kelas XI ISOS 1 2. Juara 2 Kelas X MIPA 1 3. Juara 3 Kelas X MIPA 3
PENGHARGAAN PELAKSANA PIKET LINGKUNGAN TERBAIK TAHUN 2022 Kesendirian di senja itu Angin berhembus tersayup-sayup Terhampar laut dihadapanku Terliput kenangan di peluput mataku Ohh.... dapatkah aku menyanyikan sebuah lagu Ohh ...dapatkah aku merajut mimpiku Jelang malam meghampiriku Kugantungkan cinta dan amanahmu
Semakin tinggi kamu mencintai, maka semakin jauh pula kamu terhempas. Lalu, seberapa sanggup kamu merelakan? Win membuka mata dan menyadari bahwa hari ini akan tetap sama. Seperti kemarin yang dia lalui dengan helaan napas berat dan hati gulana. Diliriknya undangan pernikahan berwarna pink yang sejak minggu lalu berada di atas meja kerja bututnya, masih dalam keadaan terbuka. Tak berubah dari posisi semula karena Win segera berlari meninggalkan kamar begitu tahu nama mempelai wanita yang tertulis di sana. Belangi Tawarniate. Wanita yang menjadi kekasihnya selama delapan tahun ini. Nama wanita itu bersanding atas bawah dengan nama calon suaminya, yang tentu saja bukan Win. Setiap hendak keluar masuk kamar, Win melewati meja kerja tersebut dan mau tak mau undangan itu selalu terlihat olehnya. Dia merasa dirinya sudah gila ketika berharap nama calon mempelai wanita di undangan itu berubah saja menjadi nama orang yang tak perlu dia kenal. Nama siapa pun boleh asal jangan nama lengkap Bella, begitulah panggilan sayangnya untuk perempuan itu. Sudah seminggu ini pula Win tak ke kantor dan tiada seorang pun yang mencarinya, antara ikut berempati akan kesedihannya atau turut bersuka cita karena Ama1-nya Bella adalah pejabat teras di kantor itu. Yang dia lakukan hanyalah mengitari kabupaten ini dengan sepeda motornya, sejauh jarak yang dia bisa lalui, selelah perjalanan yang tubuhnya mampu menerima. Sekarang dia kembali memacu motor sport-nya di atas jalan berbukit di Gayo Lues, pergi ke sembarang arah tanpa perlu khawatir tersesat. Dialah sebujang asli yang sangat mengenal kabupaten ini sampai ke celah terdalamnya. Pepohonan pinus yang berbaris rapi, sawah dan sungai terhampar bersebelahan, bukit bersusun dan jurang terbentang, semua menyimpan misteri bagi siapa pun yang mencoba menantang. Namun tidak baginya. Di kepalanya, misteri sepanjang masa adalah Bella yang tiba-tiba menikah. Pertemuan terakhir mereka dua minggu lalu. Setiap adegannya masih jelas bermain dalam ingatan Win. Bella terlihat seperti biasa, tatapannya kepada Win tetap, sama sebagaimana mereka baru memadu asmara sewindu silam. Tatapan itu lalu dibalas Win dengan penuh kasih. Mereka duduk berdua sore-sore di Bukit Cinta, sebutan kaum muda di sini untuk landmark favorit menghabiskan waktu bersama. Keduanya bertukar cerita tentang bagaimana hari-hari yang dilewati ketika mereka sibuk sendiri-sendiri. Win dengan kesibukannya di kantor dan Bella dengan aktivitasnya sebagai tenaga kesehatan. Bahkan malamnya, di hari yang sama, mereka makan malam berdua ke Tali Sanubari, resto paling hits di Gayo Lues untuk menikmati live music malam minggu, duduk bersepi-sepi dalam keramaian yang dibatasi protokol kesehatan. Selebihnya, mereka bertukar chat mesra dari WhatsApp dan Telegram. Yah, selain intensitas pertemuan yang agak berkurang karena pandemi memang menyita perhatian Bella, tidak ada yang berubah. Baik itu chat, telponan, maupun kedalaman cinta mereka. Intinya, hubungan mereka baik-baik saja. Pikiran Win menyortir kenangan demi kenangan, mencari tahu apa yang salah, apa yang telah dia lakukan sehingga dia pan- tas diperlakukan seperti ini. Tapi tetap saja, jawaban yang diinginkannya nihil. Seolah kepingan ingatan itu tak pernah ada. Justru, pertanyaan itu berganti dari “apa” menjadi “
mengapa”. Dan saat pertanyaan itu beralih, saat itu pula air matanya menetes. Pertahanannya runtuh karena hati yang sudah terlalu lelah meratap. Bella, oh Bella. Nama panggilan yang indah. Begitu pula nama panjangnya yang berarti si cantik penawar hati. Namun, Dia yang du- lunya penghilang nyeri kini menjadi penebar luka. Dahulu parang, sekarang besi. Dahulu sayang, sekarang? Win menggeleng. Dia sadar betul, hanya kepada Bella dia tak mampu untuk membenci. Dia dihempas tiba-tiba sejauh mungkin. Lalu, delapan tahun ini artinya apa? Sedingin apa hati Bella ketika mengiyakan lamaran orang lain tanpa memutuskan hubungan mereka? Senyenyak apa tidur Bella ketika Win terjaga sampai pagi setelah menerima undangan pernikahan gadis itu? Andai Bella tahu, setiap malam yang dilalui sungguh sangat menyiksa. Terkadang Win tertidur setelah kuman- dang azan isya, tapi dia dibangunkan sang sepertiga malam, seakan memaksanya meratap usai sujud di rakaat terakhir. Wahai Tuhan sang pemilik hati, perasaan Bella sudah jauh berpaling lalu kenapa cintanya masih bertahan di sini? Sempat berkelebat bisikan agar dia pergi saja menemui Bella agar semua “mengapa” itu terjawab. Buru-buru ditepisnya ide gila itu. Bella mungkin saja sedang dipingit. Atau barangkali sedang dikelilingi sepupu-sepupunya. Karena ketika dulu sepupu-sepupunya akan menikah, Bella pun turut menemani mereka di rumah, melakukan ritual perawatan wanita dan semacamnya. Gadis itu, Bella, tak punya teman selain dirinya, Galih, dan Bas. Mereka berempat berteman sejak tahun terakhir mereka ber- seragam putih abu-abu. Ketika Win, Galih, dan Bas mendeklarasikan diri mereka sebagai tiga kesatria, Bella memaksa untuk menjadi yang keempat. Mereka pun menjadi empat sahabat yang selalu bersama ke mana-mana. Tapi yang paling diingat Win adalah per- temuan pertamanya dengan Bella. pindahan dari kabupaten sebelah yang ada danaunya. Dia meninggalkan tempat kelahirannya itu demi memulai hidup baru bersama sang ibu beberapa waktu setelah sang ayah tiada. Win menangis di kelas, ketika dikiranya dia sedang sendirian, mengingat kelas se- dang kosong karena jam istirahat. “Hei, kamu masih sedih?” Suara anak perempuan itu lirih menyapanya, namun intonasinya tegas. Dia muncul dari luar kelas be- gitu saja. Tanpa menunggu Win menjawab, Bella terus nyerocos, “Uangku ketinggalan. Padahal aku udah pesen jajan. Maaf ya, kamu jadi terganggu.” Lalu pergi setelah merogoh tasnya. Anak itu tampak mencolok karena caranya berbicara. Tidak semua gadis seusianya ngomong pakai “aku-kamu”. Itu sebabnya dia di- anggap aneh sehingga tak punya teman selain Galih dan Bas. Itu pun mereka kompak karena Bella yang selalu mengekor ke mana- mana. Setelah lulus pun, mereka berempat tetap bersahabat. Win menjadi segelintir dari putra Gayo Lues yang berhasil menaklukkan Insti- tut Teknologi Bandung. Ibunya agak berat melepasnya kala itu karena beliau jadi sendirian dan mereka kurang biaya. Tapi, Win be- rusaha gigih selama kuliah sampai dia mendapat beasiswa penuh sehingga sang ibu tak perlu repot-repot mengirim biaya hidup dari kampung. Bella dan Galih yang tak ingin berpisah dengan Win, berkuliah di Universitas Pasundan. Meski swasta, yang penting masih satu provinsi, kilah mereka kala itu. Bas tetap tinggal di Blangkejeren, tak bisa menyusul karena kurang cerdas dan bukan dari ka- langan mampu. Dia mau tak mau harus membantu keluarganya menggarap kebun kopi yang tak seberapa luas. “Aku juga masih nggak percaya Galih sejahat itu, Win.” Bas membuka suara. Win bertandang ke kediamannya suatu sore segera setelah Bas memintanya datang. “Padahal rasanya baru kemarin kita jalan-jalan berempat terus duduk di sini sampai sore.” Mereka berdua sedang duduk di pondokan kecil dekat kebun kopi milik Bas. Win tersenyum getir sembari meneguk kopinya. Galih adalah na- ma mempelai pria yang tertulis di undangan pernikahan Bella. Belangi Tawarniate dengan Bayu Renggali. Hatinya makin teriris nyeri. Mendadak datang lagi “mengapa” yang baru. Mengapa harus dengan Galih? Rasanya Win lebih baik mati saja. ***
Win baru saja akan tidur ketika Android bututnya berdering. Panggilan dari Patar, sahabatnya semasa kuliah. Setelah menimbang- nimbang sejenak, dia akhirnya memutuskan mengangkatnya. “Halo!” sapanya enggan. “Loe tuh ya, Win. Udah kaya anak presiden aja. Susah banget angkat telepon gue.” Suara bariton pria di seberang sana setengah men- gomelinya. “Tawaran itu lagi?” tebak Win. “Iyalah. Apalagi, coba?” “Kalo orang lain bisa, kenapa harus gue?” “Karena loe mampu. Gue aja yakin sama loe. Kenapa loe sendiri ga yakin? Ini penawaran terakhir. Kelarin CV loe, kirim ke email gue paling lama besok sore. Gue ga mau denger alasan apa pun lagi dari loe. Loe kirim CV, loe bakalan di-interview sama Ari, temen gue, dan interview itu cuma formalitas. Kalo loe sampe nggak kirim CV loe besok, gue ga akan mau temenan sama loe lagi.” Kalimat tera- khir jelas-jelas ultimatum dari Patar. Win menatap langit-langit setelah percakapan mereka selesai. Sudah setengah tahun ini Patar mengejar-ngejarnya untuk bergabung sebagai data scientist di kantor tempat pria itu bekerja. Dan sudah selama itu pula Win menolak. Dia bimbang. Dulu dia kuliah di Ban- dung selama empat tahun, meninggalkan sang ibu hidup sendirian di kampung halaman. Jika dia menyanggupi tawaran Patar, berarti dia akan merantau tanpa tahu kapan akan kembali. Sama seperti ketika dia meninggal- kan Takengon saat makam ayahnya masih basah. Jika dia bekerja di Jakarta, satu kantor dengan Patar, maka dia lagi-lagi akan meninggalkan sang ibu di kampung halaman. Bedanya, sudah setahun ini sang ibu berbaring di bawah nisan dan gundukan. Sendirian. Win akhirnya terlelap setelah tenggelam dalam kebimbangan. Meskipun demikian, dia berharap sang sepertiga malam kali ini me- nyentakkannya dari peraduan, membantunya menentukan pilihan. TAMAT Win menggengam sebuah amplop kecil berwarna pink. Amplop pink berisi surat dari Bella yang dititipkan melalui Sri, istri Bas. Sri dan Bella masih sepupu jauh. Itu sebabnya waktu itu Bas setengah memaksa menyuruhnya datang. Ternyata Sri ingin memberi surat itu kepada Win. Perasaan Win campur aduk. Dia berharap mendapat jawaban dari semua “mengapa” yang selama ini menyesakkan rongga dadanya. Namun, dia takut isi surat itu malah membuatnya semakin terpuruk. Ah. Dirinya memang sepengecut itu. Surat titipan Bella ini pun baru berani dibukanya sekarang, sejam sebelum pen- erbangannya ke Jakarta. Dia akhirnya memutuskan menerima tawaran Patar. Pergi meninggalkan tempat ini bukan berarti dia langsung berhasil membunuh kenangannya dengan Bella. Tapi sejauh ini, pergi merantau adalah keputusan paling realis- tis yang dapat diambil. Teringat olehnya masa-masa naik turun hidupnya dan Bella yang selalu ada. Ketika ibunya meninggal, Bella selalu memberinya dukungan. Bella satu-satunya alasan baginya untuk terus bertahan. Bella adalah segalanya yang dia punya dan sepeninggal gadis itu, tak ada lagi yang tersisa di tempat ini. Tempat ini telah membelenggu dua wanita yang paling dia cintai dalam hidupnya, membuatnya tersisih dan merasa perlu memulai bab kehidupannya di tempat baru. Win lalu terhenyak tersadar. Akhirnya dia paham alasan ibu membawanya pindah dari kota yang ada makam ayahnya. Kare- na tak ada lagi yang tersisa. Kadangkala, kenangan bersama orang yang dicinta terus berputar-putar di kepala ketika kita be- rada di tempat yang sama saat mereka tiada. Dan ternyata itu menyakitkan. Padahal waktu itu dia sempat membenci sang ibu yang membawanya pindah.
Jawaban yang baru dia temukan membuatnya yakin membaca surat Bella. Dari tadi surat itu sudah dibuka tapi belum di- baca. Tubuh Win serasa limbung membaca kalimat pembuka di surat itu. “Hei, kamu masih sedih?” Kalimat itu sama persis dengan kalimat Bella di pertemuan pertama mereka. Dia menarik napas panjang, menguatkan hati, dengan mata yang mulai basah, dia lanjut membaca. “Maafkan aku, Win. Kamu berhak marah. Kamu berhak benci. Tapi aku memilih ini semua bukan karena aku benci kamu. Pili- hanku akan selamanya membuatku membohongi semua orang, terutama Galih. Tapi ini pilihan yang paling masuk akal yang bisa kuambil. Kamu terlalu terlena di zona nyamanmu. Berapa kali sih, aku ajak kamu diskusi soal kita? Kamu selalu menge- lak ketika kita membahas hal-hal berat yang pasti akan kita lalui ketika kita lebih ‘serius’. Maka, biarkan saja perasaan tetap di situ, tapi pikiranku harus tetap maju. Sekali lagi, maaf, Win.” Terjawab sudah semua “mengapa itu”. Hal yang terasa jelas bukan berarti tak menyakitkan. Tapi hati yang lepas dari tanda tanya adalah awal dari kebebasan. Hari ini semua misteri dari dua wanita yang dicintainya terpecahkan. Mengenai Bella, Win akhirnya paham, selain karena dirinya yang dulu tak berani keluar dari zona nyaman, dia sadar alasan Bella berpaling adalah karena dia selalu “ada”. Terlalu sering “ada” sampai-sampai perempuan itu lupa bagaimana rasanya merindu Ketika hatinya mulai menerima, hari ini menjadi awal baru dari sebuah perjalanan. Sebuah perjalanan yang bernama melupakan. TAMAT Epilog. “Tuh, gebetanmu lagi mau take-off sejam lagi,” ujar Patar kepada Ari, mengejek. “Akhirnya dia mau dong, ke Jakarta, dan abis kamu interview, dia langsung kerja di sini. Kamu puas sekarang?” “Sangat puas,” Ari tersenyum penuh percaya diri. “Kamu suka sama Win cuma karena liat postingan-ku di Instagram, padahal itu story Instagram cuma nge-posting ulang peringatan wisuda kami yang udah tiga tahun lalu? Dan gara-gara itu kamu pengen dia kerja bareng kita?” Patar masih tak percaya ada perempuan yang berani sejauh ini demi perasaan. Dan perempuan itu memegang posisi penting di kantornya. “Terus kenapa? Kan nggak ada yang bisa ngelarang aku. Lagian kantor kita emang lagi butuh data scientist kok.” Senyum Ari makin melebar. Manis sekali sampai Patar gelagapan. Ditatapnya cincin kawin di jari manis kirinya, sengaja agar imannya kembali ke kepala. “Tapi kamu mainnya yang halus, ya, Ariana. Win agak konservatif. Dia nggak suka cewek agresif,” Patar mewanti-wanti. “Siap, Kapten. Aku tau kok, jodoh itu nggak harus dikejar. Jodoh juga harus dijebak-jebak.” Ari menyibakkan rambut panjang ikalnya yang cokelat. Saat itu pula, Patar langsung tahu bahwa perempuan ini benar-benar mabuk cinta. Blangkejeren, 13 Februari 2021 “Nuraisyiah, S.Pd)”
Ibuku Sekolah Pertamaku
Search
Read the Text Version
- 1 - 34
Pages: