Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore BUKU 70 TAHUN RSO

BUKU 70 TAHUN RSO

Published by wikkursos, 2021-09-20 06:21:02

Description: BUKU 70 TAHUN RSO

Keywords: 70 tahun RSO

Search

Read the Text Version

Pasien dapat pulih dengan sendi buatan dari logam tersebut. Pasien tetap bisa menekuk lutut dan tidak merasakan nyeri. Dr. Tangkas menjelaskan perkembangan alat yang semakin sederhana dan tipis memungkinkan pasien bisa menekuk tulang hingga 90 derajat. Selain itu, pasien bisa sedikit memutar bagian kaki. Pasien yang menjalani operasi harus opname selama sepekan. Satu hari pertama atau selama 24 jam setelah penggantian tulang rawan berbaring 24 jam. Hari kedua menggerakkan lutut. Dan pasien pulang dapat menekuk bagian kaki 90 derajat. Dr. Tangkas menyarankan pasien boleh menekuk asal latihan dengan baik. Pasien juga disarankan berlatih bersama fisioterapis. Menurut dr. Tangkas, rekonstruksi pada pasien dewasa terus mengalami kemajuan atau perkembangan dengan kemampuan sendi buatan yang bisa memutar dan tersedia sendi buatan khusus perempuan. Sendi berbahan logam tersebut dapat bertahan 10 tahun sampai 15 tahun pemakaian. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 85

Waspadai Nyeri Punggung, Indikasi Gangguan Tulang Belakang dr. Romaniyanto, Sp.OT NYERI punggung bisa menjadi salah satu (K) Spine tanda dari gangguan tulang belakang. Meski demikian, tidak semua nyeri punggung selalu mengarah ke sana. Misalnya nyeri pada saat haid dan orang dengan masalah ginjal. Nyeri punggung yang disebabkan dari tulang belakang dapat disebabkan adanya kelainan pada struktur tulang belakang, bantalan tulang belakang, sendi tulang belakang, ligamen dan otot-otot di tulang belakang, serta saraf tulang belakang. Dokter spesialis ortopedi Rumah Sakit (RS) Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, dr. Romaniyanto, Sp.OT(K) Spine, mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan sakit punggung. Di antaranya adalah proses degenerasi atau usia yang bertambah, infeksi tulang belakang, trauma yang mencederai tulang belakang, adanya tumor, dan kelainan bentuk dari tulang belakang. 86 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Ilustrasi nyeri punggung Pada proses degenerasi dapat disebabkan oleh tulang yang sudah mulai rapuh yang sering disebut osteoporosis (pengeroposan tulang), atau dikarenakan bantalan tulang belakang yang sudah mulai menipis sehingga menekan ke dalam saraf tulang belakang yang mempersarafi ke kedua kaki. Untuk pengeroposan tulang biasanya disebabkan karena bertambahnya umur seseorang. Sedangkan bantalan tulang belakang yang menipis dapat terjadi pada usia muda. Kerusakan bantalan ini dapat disebabkan oleh beban yang berat terhadap tulang belakang yang berlangsung lama serta terus menerus, hal ini banyak terjadi pada seseorang yang sering mengangkat beban berat, misalnya pekerja tambang, petani, kuli panggul, namun tidak jarang juga pada seseorang yang banyak duduk dengan posisi tidak ergonomis dan terlalu lama. Pada saat pandemi Covid-19, banyak aktivitas yang harus dilakukan dari rumah mulai dari bekerja maupun belajar secara daring. Kondisi ini memaksa seseorang harus duduk berjam-jam di depan komputer, laptop, ponsel. Posisi duduk yang tidak ergonomis selama berjam-jam ini dapat mempercepat proses degenerasi. Sebagai akibatnya dapat menimbulkan nyeri leher sampai ke punggung. Untuk mencegahnya, perlu beberapa pembatasan dan pengaturan. Screen time menggunakan komputer, laptop, ponsel sembari menunduk harus dikurangi. Posisi monitor harus diatur sejajar dengan pandangan. Seseorang juga harus relaksasi setelah duduk selama tiga jam. Tak kalah penting, pemilihan tempat duduk yang tepat dan posisi duduk yang benar secara RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 87

Foto MRI pasien yang mengalami maaslah pada pinggang. ergonomis, cara mengangkat beban secara benar, Selain itu, kendalikan berat badan. Berat badan berlebih atau obesitas membikin kerja tulang belakang makin berat. Gangguan tulang belakang oleh karena infeksi disebabkan paling banyak karena TBC tulang belakang (spondylitis tuberculosa) dimana infeksi ini bisa merusak saraf maupun tulang sehingga tulang belakang bisa menjadi bongkok, nyeri dan apabila menekan saraf bisa terjadi kelumpuhan, Adapun Infeksi ini dapat mengenai mulai dari anak-anak sampai pada orang tua. Di RS Ortopedi kasus ini cukup banyak yang sudah ditangani dengan cara operasi. Karena pada umumnya pasien datang dalam kondisi sakit yang sudah berat, dikarenakan tidak terdeteksi secara dini di fasilitas kesehatan sebelumnya. Faktor berikutnya adalah trauma atau cedera. Seseorang bisa mengalami gangguan tulang belakang akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian. Risiko ini makin besar manakala seseorang terjatuh dengan posisi duduk. Sebab, bisa memicu terjadi patah tulang belakang. 88 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Patah tulang belakang dengan tingkat keparahan ringan biasanya tidak disertai dengan kelumpuhan. Sebaliknya, pada tingkat keparahan yang berat, penderita bisa memiliki indikasi kelemahan pada kaki, sampai terjadi kelumpuhan. Gangguan buang air besar maupun buang air kecil. Tak hanya itu, gangguan tulang belakang juga bisa dipicu oleh kelainan bentuk atau deformitas. Salah satu contoh gangguan ini misalnya skoliosis. Skoliosis bisa terjadi sejak bawaan lahir, misalnya ada satu ruas tulang belakang yang tidak tumbuh. Dan juga bisa terjadi pada masa pertumbuhan yang umumnya terjadi pada perempuan usia 10-20 tahun. Penanganan skoliosis bisa dengan cara konservatif dan operasi. Apabila lengkungan terjadi di bawah 20 derajat, hanya dilkaukan observasi serta latihan untuk mencegah jangan sampai bertambah kurvenya sedangkan apabila kurvenya 20-40 derajat selain latihan juga perlu menggunakan badan yang dapat mengurangi atau menghambat penambahan kurve bengkok pada tulang belakang, apabila kuvenya lebih dari 40 derajat dan penambahannya cepat sudah merupakan indikasi untuk dilakukan koreksi tulang belakangnya dengan cara rekonstruksi dan koreksi kurvenya dengan cara operasi. Terakhir, gangguan ini bisa terjadi lantaran muncul tumor tulang belakang. Tumor ini dapat berasal dari tulang atau dari saraf yang ada didalam tulang belakang dan penyebaran tumor dari tempat lain. Dalam menentukan semua kelainan tersebut diatas selain dari riwayat penyakit, gejala yang muncul, pemeriksaan fisik yang dilakukan perlu pemeriksaan penunjang yaitu dari darah serta pemeriksaan dengan alat bantu foto rontgen, myelografi, CT Scan serta Magnetic Resonance Imaging (MRI). Penanganan Penanganan kelainan tulang belakang didasarkan atas diagnosa penyakitnya, umur pasien, manifestasi klinis yang ada, adakah penyakit penyertanya. Namun secara garis besarnya terdapat dua cara yaitu: konservatif (non operatif) bed rest, obat-obatan , terapi fisik (fisioterapi), pemakaian brace, injeksi dengan cara blok saraf. Namun, apabila sudah dengan gejala berat dan dengan cara konservatif gagal seperti terjadi kelemahan pada kaki sampai terjadi kelumpuhan, nyeri yang sangat mengganggu aktivitas normal sehari-hari atau juga sudah terjadi gangguan buang air kecil dan air besar memerlukan tindakan pembedahan (operasi). RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 89

Tetap Menabung Tulang Sejak Dini di Masa Pandemi, Investasi di Masa Nanti DENGAN meningkatnya populasi lansia di dunia, angka penyandang keropos tulang atau osteoporosis terancam meningkat. Diperlukan strategi sejak dini, bagaimana para lansia dapat menjalani masa tuanya secara berkualitas tanpa dihantui ketakutan akan tulangnya yang rapuh dan mudah patah. Tentu saja “investasi” tulang sejak dini sangat diperlukan. Dr. dr. Retno Setianing, Sp. KFR (K) 90 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Osteoporosis atau keropos tulang memiliki karakteristik menurunnya kepa- datan tulang dan adanya gangguan mikroarsitektur tulang. Akibatnya, tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis bisa mengenai laki-laki maupun perempuan, meskipun lebih sering pada perempuan, apalagi setelah menopause. Di Australia dilaporkan bahwa 22,8% wanita berumur 50 tahun ke atas mengalami osteoporosis dengan biaya kesehatan yang sangat tinggi untuk pengobatan yang diakibatkan karena patah tulang. Osteoporosis harus dicegah dan ditangani dengan baik karena mengakibatkan penurunan mobilitas, menurunkan kualitas hidup dan meningkatkan risiko kematian setelah patah tulang karena osteoporosis. Untuk menjamin kesejahteraan kita di masa lanjut usia, ternyata tidak cukup hanya dengan menabung materi. Demi kesehatan dan kualitas hidup yang lebih baik di ujung usia kita, menabung tulang semenjak dini sangatlah penting. Mengapa begitu? Kejadian keropos tulang atau osteoporosis, yang seringkali dialami para lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tercapainya puncak massa tulang di usia 30 tahunan. Selain juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pajanan yang singkat terhadap sinar matahari, aktivitas, gaya hidup, merokok, konsumsi alkohol, obat-obatan maupun faktor hormonal. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 91

Apa yang dimaksud dengan puncak massa tulang? Yaitu saat dimana tulang mencapai kepadatan yang tertinggi. Puncak massa tulang tidak sama diantara semua tulang. Misalnya tulang punggung mencapai puncak massa tulangnya pada usia kira-kira 20 tahun, sedangkan tulang panjang misalnya tungkai lebih lambat. Apakah semua orang mencapai puncak massa tulangnya? Ternyata tidak, hal tersebut tergantung dari berbagai faktor seperti telah disebut di atas. Mengapa harus menabung tulang? Tujuan utamanya adalah mencapai puncak massa tulang, sehingga pada masa lanjut usia dimana proses remodeling atau pembentukan tulang baru sudah mulai menurun maka tabungan tulang kita yang akan membantu dari cepatnya laju pengeroposan atau osteoporosis. Bagaimana caranya menabung tulang? Mengingat bahwa tulang dibentuk dalam kandungan mulai trimester ketiga kehamilan, maka tabungan tulang wajib dimulai sejak di dalam kandungan. Untuk perkembangannya, tulang membutuhkan vitamin D dan kalsium yang cukup, maka jangan diabaikan konsumsi vitamin D dan kalsium yang memadai selama kehamilan dan diteruskan saat menyusui si bayi. Perkembangan tulang dari masa kanak-kanak sampai dewasa muda untuk 92 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

ukuran tulang, sedangkan aktivitas fisik yang dilakukan pada masa kanak-kanak sangat berhubungan dengan kepadatan tulang, yang merupakan salah satu faktor dalam menentukan perkembangan linier tulang yang 95% dicapai pada usia 18 tahun. Pada usia remaja, pencegahan osteoporosis dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup yang sehat. Yang dimaksud dengan gaya hidup sehat disini adalah: 1. Tidak merokok, karena nikotin yang terkandung didalamnya akan mengganggu pembentukan tulang dengan mempengaruhi peran penting hormon estrogen dan testosteron. 2. Tidak mengkonsumsi alkohol, karena alkohol yang berlebihan dapat mengganggu penyerapan kalsium. Selain itu konsumsi kopi, teh dan soda yang berlebihan harus diikuti dengan tambahan kalsium, agar kebutuhan kalsium tetap terpenuhi. Misalnya dengan menambahkan susu. 3. Aktivitas fisik yang cukup dengan lebih banyak bergerak dan melakukan olahraga minimal tiga kali seminggu. Saat ini ada kecenderungan para remaja mengisi waktu luang dengan kegiatan yang didominasi oleh alat permainan pasif seperti video game, komputer maupun lebih banyak menonton televisi. Selain itu pada masa pandemi Covid-19 kegiatan fisik diluar rumah sangat terbatas, karena sekolah juga dilaksanakan secara daring, dan tidak ada tugas berolahraga dari sekolah. Di satu sisi, para remaja juga dituntut untuk berprestasi baik dalam bidang akademik, sehingga tidak jarang jadwal pelajaran tambahan maupun berbagai kursus diikuti diluar jam sekolah, juga dilakukan secara daring. Hal tersebut membuat anak dan remaja cenderung duduk lebih lama. Untuk itu sudah semestinya bila para remaja mulai melakukan latihan yang bersifat pembebanan (weight bearing exercise), yaitu semua aktivitas fisik yang dilakukan dalam posisi menumpu pada tanah/ lantai, sehingga kerangka tubuh menunjang berat badan terhadap gaya gravitasi bumi misalnya jalan kaki, jogging, lari, senam aerobik, dsb. Dimulai dengan intensitas ringan sesuai kemampuan. Tentu saja olahraga yang dilakukan tetap berpegang pada protokol kesehatan. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 93

4. Jagalah asupan gizi yang seimbang, tidak hanya kalsium tetapi juga vitamin dan mineral yang lain, yang secara alami juga terdapat dalam makanan dan minuman. Hindari terlalu banyak mengkonsumsi makanan siap saji tinggi kalori yang dapat mengakibatkan kegemukan. Untuk para remaja yang ingin terlihat langsing, jangan melakukan diet yang sangat ketat. Usahakan berat badan berada dalam kondisi ideal. 5. Jangan lupakan paparan sinar matahari untuk membantu mendapatkan vitamin D yang membantu penyerapan kalsium. Kebanyakan remaja putri menginginkan kulit yang lebih putih, sehingga menghindari paparan sinar matahari, hal tersebut tentu saja merugikan. Paparan sinar matahari antara pukul 09.00-13.00, selama 15-30 menit, diharapkan cukup untuk membantu mendapatkan vitamin D. Untuk mengetahui kecukupan vitamin D, semestinya dilakukan dengan pemeriksaan darah secara berkala. Pencegahan osteoporosis harus dilanjutkan pada masa dewasa. Osteoprotective behavior harus dikembangkan dengan baik. Perilaku anti osteoporosis tersebut meliputi: (1) suplementasi vitamin D (2) melakukan konsultasi kesehatan, (3) melakukan pemeriksaan tes kepadatan tulang/ BMD ( Bone Mineral Densitometri) dan (4) melakukan pengobatan bila terdeteksi terjadi osteoporosis Tulang merupakan sesuatu yang aktif. Jadi tulang dewasa masih dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Apabila di masa kanak-kanak maupun remaja telah menjalankan gaya hidup yang sehat maka hendaknya dilakukan dengan konsisten sampai dengan masa dewasa maupun lanjut usia, agar tulang tetap kuat dan padat. Dengan menabung tulang, anda juga dapat menabung biaya pengobatan osteoporosis yang cukup tinggi serta menikmati masa tua yang lebih berkualitas. Pandemi Covid-19 bukan halangan untuk tetap menabung tulang. 94 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Asa bagi Penderita Tangan Keple (Brachial Plexus Injury) BRACHIAL plexus injury atau cedera pleksus brakialis merupakan gang- guan pada anyaman saraf di leher. Gangguan ini biasanya terjadi akibat cedera di leher yang mengakibatkan kelumpuhan dan tidak berfungsinya anggota gerak atas. Pleksus brakialis merupakan anya- man saraf tepi yang mempersarafi anggota gerak mulai dari bahu, siku, pergelangan tangan, hingga tangan dan jari. Selain itu, juga memberikan kemam- puan perabaan. dr. Tito Sumarwoto, Sp.OT (K), M.Kes RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 95

Cedera ini biasanya menimpa pada korban kecelakaan lalu lintas dan terutama anak muda dengan mobilitas tinggi. Data Rumah Sakit Ortopedi (RSO) Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, menunjukkan sejak April 2013 hingga Juni 2021, ada 365 pasien brachial plexus injury menjalani penatalaksanaan di rumah sakit tersebut. Sebanyak 60-70 persennya terjadi akibat kecelakaan lalu lintas dan hampir 80 persen merupakan kecelakaan kendaraan roda dua. Jumlah kasus ini terus bertambah dari tahun ke tahun. Peningkatan kasus ini berbanding lurus dengan kemudahan kepemilikan kendaraan roda dua di Indonesia. Dokter spesialis ortopedi Rumah Sakit (RS) Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, dr. Tito Sumarwoto, Sp.OT(K), M.Kes, mengatakan ini sebagai tantangan yang harus diselesaikan. Penanganan cedera saraf tepi menjadi hal yang menantang di bidang ortopedi, dikarenakan jaringan saraf tepi merupakan jaringan yang sulit mengalami regenerasi. Sebagai gambaran misalnya, pasien patah tulang dengan penanganan yang tepat bisa sembuh dalam 6-7 bulan. Namun, hal ini belum tentu untuk pasien brachial plexus injury atau cedera saraf tepi. Kini, berkat riset dan kemajuan teknologi pembedahan, RSO memiliki dokter ortopedi yang bisa menangani penyakit ini. Ada secercah harapan bagi penderita brachial plexus injury, meski tindakan tersebut harus diakui belum sangat memuaskan. Selain dengan teknik pembedahan, saat ini sedang dilakukan penelitian menggunakan sel punca untuk memperbaiki cedera saraf tepi. Gangguan Tangan Gangguan anggota gerak lain yang menjadi perhatian dr. Tito Sumarwoto, Sp.OT (K)M.Kes, adalah tangan. Meski kecil, tangan memiliki susunan yang kompleks dan rumit. Di dalamnya terdapat banyak tulang, tendon, urat, sendi dan saraf. Yang menjadi tantangan dokter spesialis ortopedi Rumah Sakit Ortopedi (RSO) Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta tersebut adalah saat seseorang mengalami trauma atau cedera di tangan. Hal ini membutuhkan kecermatan dan ketelitian yang tinggi. Ini diperlukan untuk memberikan diagnosis dan penanganan yang tepat apakah yang terkena itu urat, saraf, tendon sendi tulangnya. Biasanya yang sering terjadi adalah trauma yang berdampak pada semua elemen tadi. 96 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Pasien tangan keple pada bayi Pasien tangan keple pada dewasa Tangan merupakan jendela dunia. Hal ini membuat manusia tidak bisa lepas dari fungsi tangan meski hanya sedetik. Akan tetapi, fungsinya yang penting ini membuat tangan mengalami gangguan atau cedera akibat aktivitas. Gangguan ini salah satunya ditunjukkan oleh rasa nyeri. Nyeri menjadi semacam penanda atau alarm bahwa tangan mengalami cedera. Gangguan pada tangan yang sering adalah carpal tunel syndrome (CTS). CTS ditandai dengan nyeri dan kesemutan pada tangan sehingga kalau kondisi berat bisa sampai mengganggu istirahat pasien. Gangguan lainnya yakni clicking finger atau trigger finger. Gejalanya bisa berupa jarinya kerasa cekluk-cekluk pada sendi. Hal ini berakibat pada jari kesulitan untuk dikembalikan ke posisi lurus. Pada kondisi akhir,sering pasien datang kondisinya tidak bisa diluruskan kembali. Penanganan pada tahap ini biasanya dengan pembedahan. Terakhir, de quervain syndrome, ditandai rasa kemeng di daerah pergelangan tangan. Sakit ini sangat mengganggu terutama saat lengan digerakkan seperti orang memukul palu. Gangguan ini juga terjadi akibat tangan overuse sehari-hari. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 97

98 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

BAB V REKAMAN LENSA DALAM kurun waktu beberapa tahun terakhir, RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta mengalami peningkatan pengembangan yang signifikan. Menghadapi perubahan zaman RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta menjawab tuntutan ke arah yang terus bertumbuh dan bergerak dinamis. Pengembangan di RS plat merah yang ada di Sukoharjo, Surakarta ini tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dunia kesehatan dan masyarakat. Setiap inchi pembangunan adalah saksi bisu, seberapa jauh dan panjangnya RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta berkembang hingga sekarang. Ketika zaman semakin modern, potret-potret lawas bangunan, ruangan dan fasilitas ini makin menarik untuk dikulik. Pun tidak akan cukup dengan tulisan saja untuk mengumpulkan setiap potret pengembangan di RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Melalui foto ini, kami membuka kembali memori tentang potret pengembangan yang ada di RS Ortopedi. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 99

LANDSCAPE RS ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA 100 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 101

Gerbang masuk lama pada tahun 2012. Gerbang masuk baru pada tahun 2021. 102 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Gedung auditorium lama pada tahun 1993 Gedung auditorium lama yang kini menjadi gedung IGD, rawat inap dan kamar operasi. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 103

Gedung joglo lama pada tahun 1993 Gedung joglo baru pada 2021 104 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Ruang Perawatan Dewasa (Anggrek) lama pada 1994. Ruang Perawatan Dewasa (Anggrek) baru pada 2021. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 105

Ruang perawatan VIP lama pada tahun 1994. Ruang perawatan VIP baru pada 2018. 106 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Pelayanan farmasi di RSO pada tahun 1994 Pelayanan farmasi yang di RSO pada 2021 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 107

Gedung Pelayanan Terpadu RSO. Foto Gedung rehabilitasi medik lama, kemudian dibangun diambil pada 2021. menjadi gedung pelayanan terpadu. Gedung Pelayanan Terpadu RSO Foto diambil pada 2021. 108 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Lapangan di sekitar bangunan joglo, dulu digunakan untuk upacara pada tahun 1993. Lapangan di sekitar bangunan joglo, sekarang digunakan untuk parkir dan upacara pada tahun 2021. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 109

Kamar operasi lama pada tahun 1998. Kamar operasi baru pada tahun 2020. 110 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Laboratorium lama pada tahun 2000. Laboratorium baru pada tahun 2021. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 111

Ruang okupasi terapi lama Ruang okupasi terapi baru 112 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Gymnasium lama Gymnasium baru RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 113

Central Sterile Supply Departement lama pada tahun 1993 Central Sterile Supply Departement baru pada tahun 2021 114 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

PERALATAN REHABILITASI MEDIK TERKINI Alat semirobotic melatih melatih gerakan halus jari-jari. Rehabilitasi anggota gerak atas dan latihan untuk kognitif yang sangat menarik dengan cara touchscreen. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 115

DBC (Documentation Based Care) adalah suatu konsep rehabilitasi aktif (otot pasien dituntun bergerak secara aktif) yang komprehensif dengan pendekatan perilaku kognitif menggunakan alat yang dirancang berdasarkan penelitian dan telah digunakan di klinik dan rumah sakit di berbagai negara. Program latihan DBC berada di bawah pengawasan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi dan Fisioterapis yang telah mendapat sertifikasi pelatihan sistem DBC. 116 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Alat balance platform untuk melatih keseimbangan. Body Compotition Tracking System. Alat canggih untuk melacak komposisi tubuh, seperti lemak tubuh, massa bebas lemak, hingga mengukur volume gas toraks. Alat yang bekerja dengan sistem komputer ini bisa digunakan untuk orang dewasa dan anak-anak. Tes lengkap hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit dan memberikan hasil tes yang sangat akurat, aman, nyaman, dan cepat. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 117

Teknik pemeriksaan USG muskuloskeletal memang bukan teknologi baru. Namun, seiring dengan perkembangannya, USG kini tidak hanya digunakan untuk melihat kondisi rahim pada ibu hamil atau organ-organ lainnya di dalam perut, tetapi juga dapat digunakan untuk memeriksa struktur jaringan yang berada di permukaan. Sehingga dapat berfungsi sebagai stetoskop pada kelainan ligamen, otot dan sendi. 118 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Terapi inovatif Super Inductive System (SIS) didasarkan pada medan elektromagnetik intensitas tinggi, yang secara positif mempengaruhi jaringan manusia. Dengan Super Inductive System, Anda dapat menghilangkan rasa sakit, meredakan penyumbatan sendi, mendukung proses penyembuhan patah tulang, merilekskan atau memperkuat otot. Super Inductive System merupakan terapi yang sempurna untuk kondisi nyeri pada sistem neuromuskuler dan sendi-rangka. Rentang frekuensi yang luas memastikan bahwa Super Inductive System dapat diaplikasikan pada semua tahap kondisi yang menyakitkan, menjadi solusi pengobatan yang valid untuk: carpal tunnel syndrome, regenerasi saraf, perbaikan pernapasan, slipped disc,patellar tendinopathy, impingement syndrome, pengurangan spastisitas, mobilisasi tulang belakang, pencegahan atrofi otot, patah tulang dan banyak lagi. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 119

Mikroskop digital bedah saraf. Pengaplikasian mikroskop digital dalam proses pembedahan. 120 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Intra Operative Monitoring (IOM) adalah suatu prosedur yang dapat memonitor secara aktual berbagai fungsi saraf pada saat proses pembedahan, sehingga dapat mendeteksi dan mencegah secara dini setiap risiko yang mungkin terjadi. Cavitron Ultrasonic Surgical Aspirator (CUSA) adalah suatu instrumen. Teknik pembedahan dengan frekuensi ultrasonik yang dipopulerkan oleh seorang ahli di Valhalla, New York, John Hodgson, membuat terobosan baru dalam pengangkatan sel tumor dengan cara yang lebih aman dan terkontrol. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 121

RUANG OKUPASI TERAPI ANAK-ANAK 122 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 123

PERALATAN CANGGIH DI INSTALASI RADIOLOGI Alat CT Scan atau Computerized Tomography Scan yang ada di RS Ortopedi. Dengan CT Scan bisa menghasilkan gambar organ, tulang, dan jaringan lunak di dalam tubuh. Magnetic resonance imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik. Pemer- iksaan ini memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. Gambar dari hasil MRI dapat membantu dokter mendiagnosis berbagai masalah seputar kesehatan. 124 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Alat rontgen mobile yang bisa digerakan atau dipindahkan Sistem Direct Radiography (DR) adalah system baru pada pesawat rontgen digital yang berkembang saat ini dimana image atau gambar hasil expose dari objek radiografi diubah kedalam format digital secara real time dengan menggunakan sensor berupa flat panel atau Charge Coupled Devices (CCD), jadi tak perlu meng- gunakan cassette reader untuk mendapatkan gambar secara digital. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 125

X ray yang dipakai untuk pemeriksaan konvensional yang diolah menggu- nakan Computer Radiografi. C Arm adalah salah satu alat radiologi yang biasanya digunakan dalam proses operasi. Mesin ini cukup besar serta memiliki bentuk seperti huruf C. Alat radiologi ini digunakan untuk melihat gambar atau objek dari pasien yang dilihat langsung dengan cara fluoroskopi dengan bantuan layar monitor. 126 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Panoramic merupakan foto Rontgen yang digunakan dalam kedokteran gigi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat gigi dan jaringan lunak. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 127

KUNJUNGAN KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN RI Almarhum Prof. Dr. dr. Achmad Sujudi, M.H.A yang saat itu menjadi Menteri Kesehatan RI menghadiri acara hari ulang tahun emas RS Ortopedi yang ke-50 pada 28 Agustus 2001. 128 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Dr. dr. Pamudji Utomo, Sp.OT(K) (kiri) Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) yang saat itu menjabat yang saat itu menjabat Wakil Direktur sebagai Menteri Kesehatan RI meresmikan Gedung Rawat Pelayanan RSO mendampingi Dr. Jalan dan Perkantoran RS Ortopedi pada 9 Desember 2004. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) saat mengunjungi RSO pada 2004. Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI mengunjungi ruang rawat inap RS Ortopedi pada 9 Desember 2004. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 129

Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M (K) saat itu menjabat Menteri Kesehatan RI meresmikan Gedung Pelayanan Terpadu RSO pada 14 Juli 2018. 130 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

dr. Bambang Wibowo, Sp.OG(K), MARS yang saat itu masih menjabat Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, menjadi pembina upacara saat Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 2019 di RSO. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 131

Letjen TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K) saat masih menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI, mengunjungi RS Ortopedi. Letjen TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K) saat masih menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI, dalam kesempatan yang lain mengunjungi lagi RS Ortopedi. 132 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti

Menteri Kesehatan RI, Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC, CLU, melakukan kunjungan kerja ke RS Ortopedi Prof.Dr.R. Soeharso Surakarta. Menkes memantau pelaksanaan vaksin dan penanganan pasien di RSO, Kamis, 5 Agustus. RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti 133

RAPAT DEWAN PENGAWAS RS ORTOPEDI Ir. H. Joko Widodo memimpin rapat Dewan Pengawas RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta pada 2009. Foto bersama Dewan Pengawas RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta pada 2009. 134 RS ORTOPEDI Dulu, Kini dan Nanti


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook