BAGIAN KEDUA PENGETAHUAN ILMIAH UMUM / POPULER MASALAH KESEHATAN JANTUNG Dr.dr. Khalid Saleh, SpPD-KKV, FINASIM, Mkes DIVISI KARDIOLOGI, DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM DEPARTEMEN KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN INSTALASI PUSAT JANTUNG TERPADU (CARDIAC CENTRE) RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO 1|Masalah Kesehatan Jantung, 2021
MAKASSAR, TAHUN 2021 MASALAH KESEHATAN JANTUNG Dr.dr. Khalid Saleh, SpPD-KKV, FINASIM, Mkes (BAGIAN KEDUA) 2|Masalah Kesehatan Jantung, 2021
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena buku digital ini telah selesai disusun. Buku ini disusun agar dapat membantu para mahasiswa dan masyarakat umum untuk mengetahui masalah Kesehatan jantung dimana diharapkan para pembaca dapat mengetahui dan menyimak secara umum dari penyakit penyakit terkait jantung . Perlu diketahui berbagai informasi / tulisan terkait masalah jantung dapat diperoleh dimana saja khususnya di media sosial, media cetak dan elektronik serta buku-buku kesehatan/kedokteran dan majalah lainnya. Sehingga dengan adanya buku digital ini bisa menambah media untuk membacanya, Penulis pun menyadari jika didalam penyusunan buku KE DUA ini merupakan lanjutan bagian pertama mempunyai kekurangan, namun penulis meyakini sepenuhnya bahwa sekecil apapun buku ini tetap akan memberikan sebuah manfaat bagi pembaca. Akhir kata untuk penyempurnaan buku ini, maka kritik dan saran dari pembaca sangatlah berguna untuk penulis kedepannya. Makassar, Februari 2021 Penulis 3|Masalah Kesehatan Jantung, 2021
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……………………………………………………. 3 DAFTAR ISI …………………………………………………………… 4 BAB VI UPAYA UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT JANTUNG KORONER Pendahuluan ………………………………………………… 6 Upaya upaya pencegahan PJK 7 i. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah ….. 7 ii. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) ………… 8 iii. Merokok …………………………………………….. 9 iv. Kencing Manis (Diabetes Melitus = DM) ….. 10 v. Kegemukan …………………………………………. 11 vi. Stres dan kepribadian ……………………………. 12 vii. Kurangnya Latihan Jasmani ………………….. BAB VII MENGENAL GANGGUAN IRAMA JANTUNG (ARITMIA) Pengertian Aritmia ………………………………………….. 14 Gejala Aritmia ………………………………………………….. 14 Penyebab Aritmia …………………………………………….. 15 Diagnosis Aritmia …………………………………………….. 16 Pengobatan Aritmia ………………………………………….. 17 Pencegahan Aritmia …………………………………………. 18 4|Masalah Kesehatan Jantung, 2021
BAB VIII OBESITAS DAN PENYAKIT KARDIOVASKULAR Pendahuluan …………………………………………………… 19 20 Penyebab Obesitas …………………………………….. 20 22 Bagaimana obesitas menyebabkan serangan jantung? 25 25 Efek Berbahaya Obesitas pada Jantung ……………….. Cara mengurangi risiko obesitas dan serangan jantung Penutup ………………………………………………………….. BAB IX PENGARUH FRK NON TRADISIONAL (FOKUS MMP-9 & TNF- α) TERHADAP KEJADIAN ATEROSKELEROSIS PADA PENYAKIT JANTUNG KORONER Pendahuluan …………………………………………………. 26 28 Penyakit Jantung Koroner ……………………………….. 29 35 Faktor risiko non tradisional atherosklerosis .......... Penutup ……………………………………………………. BAB X BEBERAPA ASPEK PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI (HIPERTENSI HEARD DISEASE/HHD) Pendahuluan ……………………………………………………. 37 Etiologi ………………………………………………………….. 38 Epidemiologi …………………………………………………… 39 Anamnesis dan pemeriksaan fisis ………………………. 40 Evaluasi ………………………………………………………….. 43 Penanganan ……………………………………………………. 44 Diagnosis Banding ………………………………………….. 45 Prognosis ……………………………………………………… 46 Komplikasi ……………………………………………………… 47 5|Masalah Kesehatan Jantung, 2021
Pencegahan dan edukasi pasien ……………………….. 47 6 UPAYA UPAYA PENCENGAHAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDAHULUAN Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor satu di Negara yang sudah maju. Di Indonesia, kejadian PJK pada tahun-tahun terakhir ini juga cenderung meningkat . Hal ini erat hubungannya dengan peningkatan taraf hidup masyarakat serta perubahan pola makanan. Penyakit jantung koroner adalah terjadinya penyumbatan sebagian atau total dari satu atau lebih pembuluh darah koroner yang diawali dengan penimbunan lemak pada lapisan-lapisan pembuluh darah tersebut . Penyumbatan pembuluh darah koroner terjadi akibat adanya proses aterosklerosis (perkapuran), proses aterosklerosis sebenarnya sudah dimulai sejak masa kanak-kanak, akan tetapi baru manifes pada usia dewasa, pertengahan atau lanjut. Selain proses aterosklerosis, ada juga proses lain, yakni spasme (penyempitan) pembuluh darah koroner tanpa adanya kelainan anatomis, yang secara tersendiri atau bersama-sama memberikan gejala iskemia. UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN PJK Karena kekerapan kejadian PJK di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat terus dan angka kematiannya cukup tinggi serta banyak didapatkan pada golongan urnur yang produktif (40-60 tahun), lagi pula pengobatannya masih cukup mahal, maka diperlukan upaya-upaya 6|Masalah Kesehatan Jantung, 2021
pencegahannya. Upaya-upaya pencegahan tersebut dibagi atas : 1. Pencegahan primer : yaitu mengendalikan FRK 2. Pencegahan sekunder : Yaitu mencegah timbulnya AP; IKA; IMA dan MM pada mereka yang sudah dikenal sebagai penderita PJK. Pencegahan primer adalah jauh lebih penting dari pada pencegahan sekunder, karena penurunan kekerapan PJK dengan 10% akan menurunkan pula angka kematian dengan 10% pula. Oleh sebab itu dalam makalah ini diutamakan dibahas beberapa pencegahan primer, yang bisa dicegah. 1. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah. Menurut sarjana Cornfield setiap kenaikan 1% dari kadar kolesterol yang normal akan mengakibatkan kenaikan 2,7% resiko terjadap PJK. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mereka dengan kadar kolesterol lebih tinggi dari 260 mg% mempunyai resiko terhadap PJK 3-4 kali lipat dari pada mereka dengan kadar dibawah 220 mg%. Urnur pun ikut berpengaruh, makin muda seseorang menderita hiperkolesterolemia makin besar pula kemungkinannya untuk menderita PJK. Dalam upaya mencegah PJK maka penting sekali untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan diit terutama makanan yang rendah lemak, latihan Jasmani yang teratur disertai dengan penurunan berat badan. Kalau semua usaha ini tidak berhasil juga maka sebaiknya penderita berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan. 2. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) 7|Masalah Kesehatan Jantung, 2021
Hipertensi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena selain angka kekerapannya yang cukup tinggi, juga dapat memperpendek umur penderita. Apalagi lebih dari setengah penderita yang tidak mengetahui bahwa dia sebenarnya menderita hipertensi. Dari penderita-penderita hipertensi yang telah diketahui, hanya 25 % yang berobat dan itupun hanya setengahnya yang mendapat pengobatan yang cukup (adekwat). Makin tinggi tekanan darah makin besar pula resiko untuk PJK. Penelitian Framingham Study, menyimpulkan pengaruh hipertensi terhadap PJK sebagai berikut : Pengaruh tekanan darah sistolik dan diastolik tidaklah berbeda; pengaruhnya pada wanita dan pria sama besarnya; makin lanjut umur makin besar pengaruhnya; dan hipertensi yang labilpun merupakan resiko terhadap PJK. Berdasarkan hal-hal yang disebutkan diatas, maka sudah sepantasnya bila hipertensi itu perlu dicegah dan dikendalikan. Pencegahan dan pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut : diit tanpa garam, penurunan berat badan, olah raga secara teratur (menurut petunjuk dokter) dan kalau perlu memakai obat-obatan dibawah pengawasan dokter. 3. Merokok Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan ternyata merokok sangat membahayakan kesehatan. Bukan hanya siperokok saja yang dirugikan kesehatannya, tetapi juga penghirup-penghirup rokok pasif disekitarnya. Hal ini disebabkan oleh komponen-komponen yang ada dalam rokok yang dapat berperan terhadap terjadinya atherosklerotik yaitu nikotine dan karbon monoksida. 8|Masalah Kesehatan Jantung, 2021
Dikatakan dalam kepustakaan bahwa rokok sigaret yang paling berpengaruh atas terjadinya PJK, sedangkan pipa dan cerutu kurang pengaruhnya. Merokok akan menaikkan risiko PJK dengan 2-6 kali lipat, tergantung umur perokok dan jumlah rokok yang diisap Pada usia muda pengaruh rokok adalah lebih besar bila dibandingkan dengan usia lanjut. Merokok lebih dari 20 batang/hari menambah resiko 3-5 kali lipat, sedangkan merokok lebih dari 40 batang/hari resikonya menjadi 6,5 kali lipat. Bagi mereka yang sudah terlanjut merokok, supaya berusaha untuk menghentikannya. Memang sukar untuk memulainya, narnun yang terpenting adalah kemauan untuk menghentikan kebiasaan yang sangat merugikan ini. Saat yang paling berat hanyalah minggu-minggu pertama, setelah 3-4 minggu keinginan untuk merokok akan hilang sama sekali. Dapat pula dicoba dengan menghentikannya secara berangsur-angsur dengan cara : mematikan / membuang sisa-sisa rokok sepanjang mungkin, menghindari isapan yang terlalu dalam, menghindari menaruh rokok tepat dibibir sambil bekerja, atau membatasi rokok tidak lebih dari 5 batang sehari. 4. Kencing Manis (Diabetes Melitus = DM) Walaupun sudah lama diketahui hubungan yang kuat antara DM dan cepatnya terjadi proses arteriosklerotik, narnun mekanismenya yang tepat belum diketahui. Diduga kadar lemak (lipid) yang sering tinggi pada DM dan faktor kegernukan yang sering menyertai DM tipe II merupakan faktor-faktor yang bertanggung jawab terhadap hubungan tersebut. Dari kepustakaan diketahui bahwa kejadian PJK pada DM jauh 9|Masalah Kesehatan Jantung, 2021
lebih tinggi dari pada non DM, dengan perbandingan 5 : I untuk Indonesia angka kejadian PJK pada DM berkisar antara 8,2 sampai dengan 24,1%, sedangkan untuk luar negeri sekitar 32,8-42%. Dikatakan bahwa makin tua umur dan makin lama menderita DM, makin besar pula kemungkinannya untuk mendapatkan PJK. Narnun demikian tidak jarang dijumpai tanda-tanda PJK pada penderita- penderita DM dengan umur muda. Dengan mengendalikan DM atau dengan kata lain dengan mengobati DM secara teratur, dan berolah raga dengan terprogram, diharapkan kejadian PJK pada penderita DM dapat menurun. 5. Kegermukan Kegernukan adalah keadaan tubuh dengan penimbunan lemak berlebihan dan menyeluruh. Kemajuan-kemajuan dibidang tehnologi dan kemakmuran ekonomi akan memudahkan terjadinya kegernukan. Hal ini disebabkan oleh karena kemajuan dibidang tehnologi mengakibatkan berkurangnya aktifitas sehingga keperluan kalori menjadi kurang. Di pihak lain akibat kemakmuran ekonomi maka makanan menjadi kaya kalori. Pengaruh kegernukan terhadap kejadian PJK barulah jelas bila berat badan penderitya melebihi 20 % dari berat dana ideal. Namun mekanisme yang pasti belum diketahui dengan pasti. Menurut beberapa peneliti kegemukan bukanlah merupakan FRK yang penting bila tidak disertai FRK lainnya. Walaupun demikian sebaiknyalah setiap orang gemuk berusaha menurunkan berat badannya dengan jalan : diit membatasi kalori, olah raga yang teratur dan kalau perlu berkonsultasi dengan ahli gizi. Diit tanpa olah raga atau sebaliknya 10 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
olah raga tanpa diit, tidak akan membawa hasil seperti yang diharapkan. 6. Stres dan kepribadian Dari berbagai definisi/pengertian stres yang ada, oleh sarjana Lubsen (1982) mengatakan bahwa stres adalah sebagai reaksi-reaksi yang timbul pada seseorang bila orang tersebut tidak sanggup menyesuaikan diri dengan kejadian-kejadian dalam lingkungan tetapi juga oleh faktor kepribadian orang itu sendiri, sehingga stres merupakan resultante dari peristiwa dan kepribadian. Friedman & Roseman membagi kepribadian manusia atas 2 tipe tipe A dan tipe B. Menurut penelitian, orang-orang dengan tipe A mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan PJK 3 – 4 kali lipat dari tipe B.\\ Kepribadian tipe A ini dibentuk paling sedikit oleh 3 sindroma kelakuan yaitu : 1. Pekerja-pekerja keras yang sangat memaksakan dirinya, biasanya terlibat dalam beberapa aktivitas dan rupa-rupanya menikmatinya. 2. Mereka dengan tekanan pekerjsaan besar, pemimpin-pemimpin politik, pejabat-pejabat tinggi, pengusaha-pengusaha besar dll. 3. Mereka yang agresif, penuh ambisi, hidup melebihi kapasitasnya. Kepribadian tipe B adalah kebalikan dari tipe A, hidupnya lebih releks dan tenang. Stres merupakan FRK yang sukar dicegah apalagi pada kepribadian tipe A, namun demikian dapatlah dicoba usaha-usaha sebagai berikut ini untuk menghindarinya : Janganlah selalu ngotot untuk “menang” dalam suatu pekerjaan; hubungan sosial maupun 11 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
dalam suatu permainan; hindarilah bekerja terlalu keras, apalagi dengan pekerjaan sekaligus, dan jauhilah perasaan selalu dikejar-kejar waktu; jangan selalu menempatkan pekerjaan jauh lebih penting dari pada keluarga, teman atau hobi; jangan menilai diri sendiri dengan standar yang terlalu tinggi, tetapi berilah juga perhatian kepada mereka dengan status yang lebih rendah; dan perbiasakanlah duduk sejenak dengan santai serta sambutlah hari-hari libur dengan bertamasya gembira bersama keluarga. 7. Kurangnya Latihan Jasmani Sebagai akibat dari kemajuan-kemajuan teknologi maka pekerjaan-pekerjaan manusia menjadi lebih ringan. Pekerjaan- pekerjaan yang tadinya harus dilakukan dengan aktifitas jasmani sudah diganti oleh mesin-mesin. Dari penelitian-penelitian didapatkan bahwa prevalensi PJK lebih tinggi pada orang-orang yang kurang gerak badan. Penyelidikan-penyelidikan bahwa mereka yang tidak aktif bergerak badan, mempunyai kolateral-kolateral (jalan pintas) pembuluh darah koroner yang lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang lebih aktif, sehingga apabila mendapat serangan jantung (IMA) umumnya jarang yang dapat bertahan hidup. Beberapa kegiatan olah raga yang menggembirakan dan dapat meningkatkan kesehatan fisik maupun mental adalah jalan cepat, jogging, bersepeda, tennis, badminton, berenang dan golf. Latihan-latihan hendaknya dilakukan paling kurang 30 menit dan sebanyak 3-5 kali seminggu. Program-program latihan jasmani yang 12 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
digalakkan oleh Yayasan Jnatung Indonesia melalui Klub Jantung Sehat-nya sungguh sangat bermanfaat untuk pencegahan PJK. Sebagai kesimpualan bahwa Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor satu di Negara yang sudah maju. Di Indonesia, kejadian PJK pada tahun-tahun terakhir ini juga cenderung meningkat . Hal ini erat hubungannya dengan peningkatan taraf hidup masyarakat serta perubahan pola makanan. Upaya-upaya pencegahan PJK lebih banyak ditujukan untuk menghindari dan mengendalikan FRK tersebut. Upaya-upaya tersebut adalah upaya dengan : diit rendah garam dan lemak, menghindari atau menghentikan merokok, melakukan olah raga secara teratur, menurunkan berat badan bagi yang gemuk, menghindari faktor-faktor yang menyebabkan stres dan dengan obat-obatan dibawah pengawasan dokter. 13 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
7 MENGENAL GANGGUAN IRAMA JANTUNG (ARITMIA) Pengertian Aritmia Aritmia adalah suatu penyakit yang terjadi karena impuls elektrik yang berfungsi mengatur detak jantung normal tidak bekerja dengan baik atau mengalami gangguan. Beberapa jenis aritmia antara lain: Bradikardia, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat dari normal. Blok jantung, yaitu kondisi ketika jantung berdetak lebih lambat atau tidak teratur, dan dapat menyebabkan pengidapnya kehilangan kesadaran (pingsan). Takikardia supraventrikular, yaitu kondisi ketika jantung berdenyut cepat secara tidak normal. Fibrilasi atrium, yaitu kondisi ketika jantung berdetak cepat dan tidak teratur, bahkan ketika pengidapnya sedang beristirahat. Fibrilasi ventrikel, yaitu jenis aritmia yang dapat menyebabkan pengidapnya kehilangan kesadaran atau kematian mendadak akibat detak jantung yang terlalu cepat dan tidak teratur. Gejala Aritmia Beberapa gejala yang dialami pengidap aritmia antara lain: Rasa berdebar di dada. 14 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
Detak jantung lebih cepat daripada normal (takikardia). Detak jantung lebih lambat daripada normal (bradikardia). Kelelahan dan lemas. Pusing. Sesak napas. Nyeri dada. Pingsan. Penyebab Aritmia Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan aritmia antara lain: Ketidakseimbangan kadar elektrolit dalam darah. Kadar elektrolit seperti kalium, natrium, kalsium, dan magnesium dapat mengganggu impuls listrik jantung, sehingga mengakibatkan aritmia. Penggunaan narkoba. Penggunaan obat-obatan terlarang seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi kerja jantung, sehingga meningkatkan risiko terjadinya aritmia. Efek samping obat-obatan. Beberapa obat batuk dan pilek yang dijual bebas dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami aritmia. Banyak mengonsumsi alkohol. Konsumsi alkohol dalam jumlah yang berlebihan dapat mempengaruhi impuls listrik jantung, sehingga meningkatkan risiko terjadinya aritmia. Banyak mengonsumsi kafein atau nikotin (merokok). Kafein dan nikotin menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dari normal, sehingga mengakibatkan aritmia. 15 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
Gangguan kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid yang terlalu aktif atau kurang aktif mampu meningkatkan risiko terjadinya aritmia. Sleep apnea obstruktif. Pada keadaan ini, pernapasan yang dialami pengidap penyakit ini akan terganggu saat tidur dan dapat meningkatkan risiko aritmia. Diabetes. Diabetes yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, dan aritmia. Hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi dapat menyebabkan dinding bilik kiri jantung menebal dan menjadi kaku, sehingga aliran listrik jantung terganggu. Penyakit jantung koroner, gangguan lain pada jantung, atau riwayat operasi jantung. Penyempitan pembuluh darah arteri jantung, serangan jantung, kelainan pada katup jantung, gagal jantung, dan kerusakan jantung lainnya merupakan faktor risiko dari hampir segala jenis aritmia. Diagnosis Aritmia Selain menanyakan riwayat perjalanan penyakit pengidap dan melakukan pemeriksaan fisik guna melihat tanda-tanda aritmia, umumnya dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang sebagai berikut. Ekokardiogram, untuk mengevaluasi fungsi katup dan otot jantung serta mendeteksi penyebab aritmia dengan bantuan gelombang suara (ultrasound). Elektrokardiogram (EKG), untuk merekam aktivitas elektrik di dalam jantung dengan menempelkan elektroda pada permukaan kulit di dada. 16 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
Uji latih beban jantung, untuk melihat seberapa jauh tingkat keteraturan irama jantung sebelum berubah oleh pengaruh aktivitas fisik tadi. Monitor Holter, untuk merekam aktivitas jantung selama pengidap melakukan rutinitas tiap hari. Studi elektrofisiologi, untuk mengetahui lokasi aritmia dan penyebabnya, dengan menggunakan teknik pemetaan penyebaran impuls listrik di dalam jantung. Kateterisasi jantung, untuk mengetahui kondisi bagian jantung seperti bilik, koroner, katup, serta pembuluh darah, dilakukan dengan bantuan zat pewarna khusus dan X-ray. Pengobatan Aritmia Beberapa langkah yang umumnya dilakukan dokter untuk mengobati aritmia adalah sebagai berikut. Obat-obatan, misalnya obat-obatan penghambat beta untuk menjaga denyut jantung tetap normal dan obat-obatan antikoagulan seperti aspirin, warfarin, rivaroxaban, atau dabigatran untuk menurunkan risiko terjadinya penggumpalan darah dan stroke. Alat picu jantung dan implantable cardioverter defibrillator (ICD) untuk menjaga detak jantung tetap normal pada kasus-kasus aritmia tertentu. Kardioversi. Dokter akan memberikan kejutan listrik ke dada pengidap untuk membuat denyut jantung kembali normal. Prosedur ini dilakukan jika suatu aritmia tidak dapat ditangani dengan obat- obatan. 17 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
Metode ablasi untuk mengobati aritmia yang letak penyebabnya sudah diketahui. Pencegahan Aritmia Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya aritmia, antara lain: Menghindari dan mengurangi stres. Mengonsumsi makanan sehat. Menjaga berat badan ideal. Tidak sembarangan mengonsumsi obat tanpa petunjuk dari dokter, terutama obat batuk dan pilek yang mengandung zat stimulan pemicu jantung berdetak cepat. Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein. Tidak merokok. Berolahraga secara teratur. 18 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
8 OBESITAS DAN PENYAKIT KARDIOVASKULAR Pendahuluan Obesitas adalah kondisi ketika tubuh memiliki lemak yang berlebih. Kondisi ini disebabkan oleh asupan kalori yang lebih banyak dibandingkan aktivitas membakar kalori. Akibatnya, kalori yang berlebih pun menumpuk dalam bentuk lemak. Tubuh bisa disebut terkena obesitas apabila indeks massa tubuh (IMT) adalah 30 kg/m2 atau lebih. Untuk menghitung IMT, Anda bisa membagi berat badan dengan tinggi badan. IMT yang normal adalah 20-25 kg/m2, sementara untuk praobesitas atau overweight adalah 25-29 kg/m2. Kasus pasien dengan obesitas semakin meningkat di dunia, khususnya di Indonesia. Indonesia sendiri menempati posisi ke-10 daftar negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia. Gaya hidup yang kurang baik menjadi alasan utama kasus obesitas di Indonesia semakin tinggi. Oleh sebab itu obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia. Kelebihan berat badan membuat tubuh menjadi stres sehingga memicu serangkaian penyakit berbahaya, termasuk penyakit jantung. Memiliki tubuh yang gemuk sudah pasti menjadi beban bagi kebanyakan orang. Selain membuat penampilan menjadi kurang menarik, kegemukan juga menyebabkan orang menjadi tidak percaya diri. Yang lebih penting lagi, kegemukan atau obesitas membuat orang rentan terhadap sederet penyakit berbahaya termasuk kanker, diabetes, stroke, penyakit jantung koroner hingga serangan jantung. 19 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
Kelebihan berat badan dan obsitas ternyata berhubungan erat dengan peningkatan kejadian penyakit kardiovaskular. Banyak penelitian yang mendukung bahwa obesitas mempengaruhi kesehatan jantung kita. Sebuah studi yang dipublikasikan di European Heart Journal tahun 2018 menemukan orang-orang yang mengalami obesitas memiliki risiko penyakit jantung koroner yang lebih tinggi daripada orang dengan berat badan normal. Penyebab obesitas Mengonsumsi makanan dan minuman berkalori tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup menjadi salah satu penyebab obesitas yang paling umum. Selain itu, nyatanya terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan obesitas. Berikut di antaranya: 1. Efek samping obat-obatan. 2. Penyakit atau kondisi medis tertentu. 3. Kehamilan. 4.Jam tidur yang kurang. Risiko gangguan kesehatan seperti penyakit jantung akan meningkat apabila penumpukan lemak berlebih ini tidak segera diatasi. Hal ini dikarenakan penderita obesitas cenderung memiliki kolesterol yang tinggi, tekanan darah tinggi, dan terserang diabetes. Bagaimana obesitas menyebabkan serangan jantung? Obesitas kini menjadi momok bagi masyarakat modern, terutama masyarakat perkotaan. Berkembangnya ilmu pengetahuan, menyebabkan masyarakat mulai waspada dengan bahaya yang ditimbulkan dari 20 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
kegemukan. Selain penampilan menjadi kurang menarik, ada deratan penyakit yang mengancam di belakangnya. Serangan jantung yang dulu hanya diderita oleh orang-orang tua, kini mulai mengancam generasi muda, yang masih gencar-gencarnya berkreasi dan mengekspresikan diri. Perubahan pola hidup, baik pola makan, aktivitas fisik, dan tingkat stress menjadi penyebab utama kegemukan yang membawa serta serangan jantung yang mematikan. Menurut sebuah artikel yang dimuat pada Obesity Action Community, kelebihan berat badan atau obesitas memang menjadi salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan serangan jantung. Berikut beberapa alasannya: Meningkatkan kadar kolesterol Sebagai contoh, saat berat badan berlebih, kadar kolesterol jahat dan trigliserida pun ikut meningkat. Tidak hanya itu, kadar kolesterol baik di dalam tubuh pun ikut berkurang. Padahal, kadar kolesterol baik (HDL) memiliki peranan penting dalam mengurangi kadar kolesterol jahat (LDL) di dalam tubuh. Hal ini tentu menyebabkan obesitas meningkatkan risiko serangan jantung, karena saat kolesterol meningkat, akan terbentuk plak-plak kolesterol dalam pembuluh darah arteri jantung yang nantinya dapat menyebabkan penyumbatan. Meningkatkan tekanan darah tinggi Obesitas juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi meningkat, yang merupakan salah satu faktor risiko dari serangan jantung. Orang yang mengalami obesitas, memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami pembentukan plak di pembuluh darah, sehingga 21 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
mempersempit pembuluh darah. Hal ini akan membuat jantung harus bekerja lebih keras memompa untuk menyuplai oksigen dan nutrisi lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal tersebut meningkatkan mengubah tekanan darah normal menjadi tinggi.. Dengan begitu, tak heran jika Anda mengalami tekanan darah tinggi. Kondisi yang terjadi karena obesitas ini menyebabkan risiko serangan jantung ikut meningkat. Meningkatkan kadar gula darah Bukan hanya kolesterol dan tekanan darah tinggi saja, kadar gula darah juga dapat meningkat jika Anda mengalami obesitas. Dengan meningkatnya kadar gula darah, risiko Anda mengalami diabetes pun ikut meningkat. Padahal, kondisi yang disebabkan obesitas ini merupakan salah satu kondisi yang menyebabkan risiko serangan jantung meningkat. Menurut American Heart Association, setidaknya 68% dari total lanjut usia yang menderita diabetes, biasanya juga mengalami serangan jantung. Oleh karena itu, jika Anda menderita diabetes tapi belum didiagnosis mengalami serangan jantung, kini saatnya melakukan pencegahan terhadap serangan jantung. Efek Berbahaya Obesitas pada Jantung a. Obesitas meningkatkan faktor risiko penyakit jantung Obesitas meningkatkan risiko seseorang mengembangkan faktor penyebab penyakit jantung lainnya, termasuk hipertensi, kelainan kolesterol dan diabetes tipe2. 22 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
Penyakit-penyakit tersebut meningkatkan peluang orang terkena penyakit kardiovaskular. Kelebihan berat badan juga meningkatkan risiko sindrom metabolik yakni sekumpulan kondisi yang terjadi secara bersamaan seperti tekanan darah tinggi, kadar kolesterol HDL rendah, kadar trigliserida tinggi, kadar gula darah tinggi, dan lingkar pinggang yang besar atau kelebihan lemak di sekitar pinggang. Yang memperburuk keadaan, tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh obesitas mengiritasi plak di arteri dan menyebabkan pembuluh darah pecah sehingga memicu serangan jantung. b. Berat badan meningkatkan risiko mengalami sleep apnea Sleep apnea adalah gangguan tidur serius yang berbahaya karena menyebabkan jalan napas seseorang mengalami sumbatan total atau sebagian, yang terjadi secara berulang pada saat tidur. Sleep apnea tidak hanya mengganggu tidur malam, namun juga merupakan faktor risiko untuk mengembangkan tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. Sebuah penelitian yang diterbitkan pada Februari 2018 dalam jurnal Metabolic Syndrome and Related Disorders menemukan, bahwa orang yang kelebihan berat badan dengan sleep apnea cenderung memiliki sindrom metabolik, hipertensi, pradiabetes dan kelainan kolesterol (terutama trigliserida tinggi). c. Obesitas terkait dengan peradangan yang tersembunyi Peradangan dan faktor-faktor inflamasi yang dilepaskannya meningkatkan risiko aterosklerosis dan penumpukan plak di 23 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
dinding arteri. Obesitas juga melepaskan zat-zat dalam darah yang dapat menumpuk di depan plak dan membuat gumpalan. Jika penggumpalan pecah dan tersendat di bagian pembuluh darah yang menyempit, maka bisa menyebabkan serangan jantung. d. Obesitas meningkatkan komplikasi jantung Obesitas meningkatkan risiko fibrilasi atrium, aritmia atau gejala dari gangguan detak jantung atau irama jantung, yang dapat memicu pembentukan bekuan darah dan menyebabkan stroke, gagal jantung dan penyakit jantung lainnya, demikian menurut American Heart Association. Selain itu, obesitas dapat menyebabkan pembesaran jantung, yang bisa jadi berasal dari hipertensi yang tidak diobati. e. Obesitas menyebabkan jantung bekerja lebih keras Kelebihan berat badan membuat jantung semakin stres, khususnya selama fase diastole atau kondisi relaksasi. Hal ini akan memicu terjadinya gagal jantung. f. Obesitas sentral Menurut American Heart Association, obesitas sentral atau penumpukan lemak di perut berkaitan dengan peningkatan risiko komplikasi pada jantung seperti hipertensi, serangan jantung dan stroke. Obesitas meningkatkan kolesterol total, kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan mengurangi kolesterol HDL (kolesterol baik). Itu sebabnya, selain berat badan keseluruhan, ukuran lingkar pinggang juga sama pentingnya. 24 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
Cara mengurangi risiko obesitas dan serangan jantung Mengingat obesitas dapat menyebabkan risiko serangan jantung meningkat, Anda tentu tidak ingin mengalaminya. Oleh sebab itu, jika Anda masih berada pada berat badan ideal atau normal, pertahankan agar dapat menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh. Namun, apabila Anda telah mengalami obesitas, penting bagi Anda untuk mengontrol berat badan demi mengurangi risiko serangan jantung. Tidak perlu memaksakan diri, Anda bisa memulainya secara perlahan. Sebagai contoh, dengan mengurangi porsi makan dengan porsi makan yang pas. Selain itu, biasakan pola makan sehat demi mencegah serangan jantung. Hindari makanan yang berpotensi meningkatkan berat badan. Jika perlu, baca setiap label makanan kemasan yang hendak Anda konsumsi untuk menghindari makanan yang kurang sehat. Tak lupa untuk rutin berolahraga, sehingga tubuh lebih aktif dalam membakar lemak- lemak. Hal ini juga dapat membantu mengurangi risiko obesitas yang dapat menyebabkan serangan jantung. Penutup Serangan jantung bisa dialami oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan, juga usia muda ataupun lebih tua. Namun, sebagian orang memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami serangan jantung, termasuk orang yang kelebihan berat badan atau obesitas. Obesitas tidak bisa dibiarkan begitu saja. Mulailah menjalani pola hidup sehat agar terhindar dari obesitas dan gangguan kesehatan lainnya. 25 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
9 PENGARUH FRK NON TRADISIONAL (FOKUS MMP-9 & TNF- α) TERHADAP KEJADIAN ATEROSKELEROSIS PADA PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDAHULUAN Penyakit jantung koroner saat ini sudah merupakan masalah kesehatan yang cukup serius diberbagai negara termasuk Indonesia. Di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, sepertiga hingga setengah kematian disebabkan oleh penyakit jantung dan 70% diantaranya disebabkan oleh penyakit jantung koroner.. Di Indonesia, dari survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1993 terlihat kematian akibat penyakit kardiovaskuler mencapai 19,8% dan pada tahun 1998 meningkat menjadi 24,4%. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit progresif akibat plak aterosklerosis yang mengalami erosi, fisur atau ruptur. Penyakit ini muncul dengan berbagai tampilan klinis dari yang asimtomatis, angina stabil maupun sindroma koroner akut sampai kematian jantung mendadak. Sindroma koroner akut (SKA) adalah suatu keadaan klinis tingkat miokard iskemik akut tergantung dari derajat oklusi yang terjadi, dapat berupa angina pektoris tidak stabil (APTS), infark miokard akut non ST elevasi (IMA non-STEMI) atau infark miokard akut ST elevasi (IMA STEMI). Aterosklerosis dapat terjadi pada arteri berukuran kecil dan sedang, seperti arteri koroner, arteri karotis, arteri serebri, aorta dan percabangannya, maupun ekstremitas, yang bermanifestasi sebagai strok, penyakit arteri perifer, dan penyakit jantung koroner (PJK). 26 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
Salah satu usaha untuk menekan angka kematian akibat PJK adalah pengendalian terhadap faktor-faktor risikopenyakit kardiovaskuler (PKV). Faktor risiko tradisional PKV yang dapat dimodifikasi; antara lain diabetes melitus (DM), obesitas, dislipidemia, hipertensi, merokok, dan hiperurikemia; sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain genetik, usia dan jenis kelamin. Saat ini telah terbukti adanya faktor-faktor lain yang merupakan faktor risiko non-tradisional PKV, seperti ET-1, interleukin-6 (IL-6), tumor necrosis factor-α (TNF-α), C- reactive protein (CRP), homosistein dan matrix metalloproteinase (MMP). Matrix metalloproteinase merupakan enzim golongan endopeptidase, yang terdapat pada hampir semua jaringan tubuh manusia dan berperan penting dalam respon sel terhadap lingkungannya, dengan memodulasi interaksi sel-sel dan matriks ekstraselulernya pada proses diferensiasi, migrasi, proliferasi dan survival sel. Peranannya ini berimplikasi pada proses fisiologis maupun patologis, seperti perkembangan organ, penyembuhan luka, inflamasi, malignansi dan aterosklerosis. Tumor necrosis factor- α merupakan salah satu sitokin yang dilaporkan terlibat dalam proses inflamasi aterosklerosis. Tumor necrosis α merupakan sitokin sirkulasi yang multifungsi, berasal dari sel endotel dan sel otot polos, dan juga makrofag pada ateroma koroner . Selain itu TNF- α dilaporkan berperan dalam respon inflamasi mulai dari inisiasi sampai dowregulasi. 27 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
PENYAKIT JANTUNG KORONER Definisi Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu penyakit jantung yang terjadi akibat penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner. Hal ini paling sering disebabkan oleh lesi aterosklerosis pada arteri koronaria. Akibat penyempitan atau penyumbatan maka terjadi ketidakseimbangan antara suplai oleh aliran darah koroner dengan kebutuhan metabolisme miokard. Ketidakseimbangan ini mengakibatkan manifestasi klinis bila kebutuhan miokard melebihi kapasitas arteri koroner untuk mengangkut suplai oksigen. Penyakit jantung koroner disebabkan karena ateroma dan komplikasinya. Aterosklerosis merupakan 99% penyebab PJK, sedangkan penyebab PJK lainnya antara lain adalah emboli arteri koronaria, kelainan jaringan ikat pada arteri koronaria ( penyakit kolagen ), dan spasme arteri koronaria oleh karena peninggian tonus dinding vaskuler Angina Pectoris Stabil Pada pasien angina pektoris stabil oleh karena atherosklerosis, korelasi antara beratnya atau luasnya atherosklerosis dan beratnya simtom angina tidak kuat. Perbedaan antar suplai aliran darah koroner dan kebutuhan metabolik miokard merupakan faktor primer pada penyakit jantung iskemik. Ketidakseimbangan ini akan menimbulkan manifestasi klinis iskemia bila kebutuhan miokard melebihi kapasitas arteri koroner untuk mengangkut suplai oksigen yang cukup. Pada jantung normal dijumpai kelebihan cadangan aliran darah koroner sehingga iskemia tidak terjadi meskipun kerja sangat berlebihan. Penyakit atherosklerosis baik pada arteri koroner epikardial atau pada 28 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
mikrovaskuler koroner dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan meskipun pada tingkat kerja sedang. Patofisiologi Aterosklerosis merupakan suatu keadaan di mana fatty plaque terbentuk pada arteri berukuran besar dan sedang termasuk pembuluh darah jantung sebagai akibat dari deposisi kolesterol, lipid dan sisa sel. Plaque dalam arteri jantung akhirnya menjadi demikian padat sehingga aliran darah ke jantung terbatas. Aliran darah ke jantung yang terbatas menyebabkan sel miokardium mengalami iskemia. Kematian sel miokardium akibat iskemia disebut infark miokard, di mana terjadi kerusakan, kematian otot jantung, dan selanjutnya terbentuk jaringan parut tanpa adanya pertumbuhan kembali dari otot jantung. Infark miokard biasanya disebabkan oklusi mendadak dari arteri koroner bila ada rupture plaque yang kemudian akan mengaktivasi sistem pembekuan. Interaksi antara ateroma dengan bekuan akan mengisi lumen arteri, sehingga aliran darah mendadak tertutup. Infark miokard dapat juga disebabkan karena spasme dinding arteri yang menyebabkan oklusi lumen pembuluh darah. Aterosklerosis berhubungan dengan banyak faktor-faktor risiko, seperti riwayat keluarga, hipertensi, obesitas, merokok, diabetes melitus, stres, serta kadar serum kolesterol dan trigliserid yang tinggi. FAKTOR RISIKO NON TRADISIONAL ATHEROSKLEROSIS Berbagai faktor non tradisional pada penyakit jantung koroner antara lain : 29 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
a. MATRIX METALLOPROTEINASE-9 Matrix metalloproteinase atau matrixin merupakan zinc- dependent endoproteinase yang berperan dalam proses degradasi matriks ekstraseluler. Pada umumnya MMP memiliki sifat-sifat berikut : (1) mendegradasi komponen matriks ekstraseluler; (2) disekresi dalam bentuk laten dan membutuhkan pengaktifan agar dapat melakukan aktifitas proteolitiknya; (3) berikatan dengan Zn2+ pada active site; (4) membutuhkan kalsium untuk stabilitasnya; (5) berfungsi pada pH netral; dan (6) dihambat oleh spesific tissue inhibitors of metalloproteinases (TIMPs). Saat ini telah dikenal 23 jenis MMP pada manusia dan diklasifikasikan dalam lima kelompok berdasarkan struktural dan afinitas substrat : (1)kolagenase interstitial (MMP-1 dan MMP-8, mendegradasi kolagen tipe I dan III); (2) gelatinase (antara lain MMP-2 (gelatinase A) dan MMP-9 (gelatinase B), mendegradasi gelatin dan kolagen IV) ; (3) stromelysin (MMP-3 dan MMP-10, mendegradasi proteoglikan, fibronektin, laminin dan kolagen; (4) the membran-type (MT1-MMP sampai MT6-MMP, berperanan penting dalam tubulogenesis endotel dan neovaskularisasi); dan (5) kelompok MMP lainnya. Matrix metalloproteinase- 9 (gelatinase B, kolagenase tipe IV 92-kDa) memiliki tiga ikatan fibronektin pada katalitik domain, yang berikatan dengan gelatin, kolagen dan laminin. Pada PKV MMP-9 berperan pada remodeling vaskuler, angiogenesis, aterosklerosis dan ruptur plak, restenosis, dan dilatasi aneurisma arteri. Berbagai sitokin, diantaranya IL-1, platelet- derived growth factor (PDGF) dan TNF-α, hormon, growth factors, 30 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
plasminogen, endotelin, shear stress dan stres oksidatif mempengaruhi MMP pada tiga tingkatan : (1) induksi ekspresi gen, (2) aktifasi proenzim laten; (3) inhibisi oleh TIMPs PERANAN MATRIX METALLOPROTEINASE-9 PADA ATEROSKLEROSIS Peranan MMP-9 pada aterosklerosis telah banyak diteliti. Matrix metalloproteinase-9 terlibat pada beberapa tahapan dari aterosklerosis. Degradasi matriks diperlukan dalam penarikan monosit karena migrasi sel melewati endotel membutuhkan penghancuran membran basalis. Peningkatan ekspresi MMP-9 ditemukan pada arteri femoralis yang mengalami jejas dan terbukti meningkatkan interaksi sel monosit-sel endotel pada penelitian secara in vitro. Gambar 1. MMP-9, dari progresi hingga destabilisasi plak Dikutip dari Szmitko PE, Wang C-H, Weisel RD, et al. Circulation. 2003;108:2045 31 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
Di dalam dinding pembuluh darah, sel busa makrofag dan sel otot polos mensekresi MMP-9 sebagai respon terhadap oxLDL, ROS, TNF-α, dan IL-1. Aktivitas MMP-9 menyebabkan degradasi membran basalis di sekitar sel otot polos, yang memungkinkan migrasi sel otot polos dan pembentukan fibrous cap, melalui aktivasi nuclear factor-κB (NF-ϰB). Cho dkk (2002) membuktikan bahwa bila terjadi jejas pada arteri maka peranan MMP-9, bukan hanya pada proses migrasi sel otot polos tetapi juga pada replikasinya. Bukti ini menunjukkan pentingnya peranan MMP-9 pada proses aterosklerosis. Aktifitas proteolitik dari MMP-9 yang berlebihan dapat menyebabkan destabilisasi plak yang akan memicu terjadinya trombosis. Ruptur plak disebabkan pecahnya fibrous cap dan pemaparan dengan faktor-faktor protrombotik. Penelitian menunjukkan adanya overekspresi MMP-9 dan aktivitas degradasi matriks ekstraseluler in situ pada daerah bahu ateroma yang rapuh. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat pengaruh faktor genetik yang berkaitan dengan faktor-faktor risiko PKV, diantaranya MMP-9. Defisiensi gen MMP-9 mengganggu migrasi sel otot polos dan proses remodeling vaskuler. Gen MMP-9 ini berpengaruh baik pada proses degradasi maupun reorganisasi matriks ekstraseluler. Fakta bahwa MMP-9 berperan pada proses aterosklerosis menjadi alasan beberapa penelitian dilakukan untuk mengevaluasi efek terapi pada MMP-9. Telah dibuktikan bahwa sistem renin- 32 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
angiotensin, aspirin, atorvastatin, dan doxycycline menurunkan kadar MMP-9. b. Tumor Necrosis Factor- α dan Penyakit Jantung Koroner Tumor necrosis factor- α merupakan sitokin yang bersifat pleiotropik sebagai proinflamasi dengan efek inotropik negative. Telah dikenal selama ini peranannya dalam pathogenesis sebagian besar penyakit non-infeksi, mulai dri penyakit rematik sampi multiple sklerosis. Sitokin ini juga mempengaruhi jantung, dimana dihasilkan oleh sel-sel imun dan miokardium dalam beberapa penyakit. Peningkatan kadar TNF- α serum ditemukan pada pasien kardiomiopati, infark miokard dan gagl jamtung kronik Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa saat ini aterosklerosis dianggap merupakan suatu penyakit inflamasi kronis, dimana sejak awalnya sampai tahap timbulnya komplikasi utama melibatkan sel sel inflamasi (sel T, monosit, makrofag), protein inflamasi (sitokin, kemokin) dan respon inflamasi dari sel-sel vaskuler/ekspresi molekul adhesi sel endotel Tumor necrosis factor-alfa juga berperan pada terbentuknya eteroma dengan mengaktifasi factor transkirpsi NF-kB melalui pengaruh langsung terhadap fungsi endotel dengan mengurangi bioavaibilitas nitric oxide (NO) dalam sel endotel dan mengganggu vasodilatasi endotel sehingga mencetuskan trjadinya disfungsi endotel. Tumor necrosis factor alfa juga menstimulasi factor pertumbuhan dan factor kemotaktik, dengan menstimulai sintesis molekul adhesi. Pada akhirnya TNF-alfa dapat meningkatkan risiko PJK dengan menpengaruhi proses trombotik dengan menambha 33 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
sktifitas prokoagulan (PAI-1, von Willebrand factor) dan mensupresi jalur antitrombotik protein C dalam sel endothel Hubungan faktor-faktor risiko tradisional PKV dengan kejadian aterosklerosis telah banyak diteliti. Suatu penelitian kohort oleh Oyama dkk (2008)44 terhadap 1763 subyek the Framingham Heart Study yang menjalani Cardiovascular Magnetic Resonance Imaging (CMR) melaporkan bahwa baik pada subyek pria ataupun wanita terdapat peningkatan prevalensi dan volume plak aterosklerosis dengan bertambahnya usia. Penelitian lain oleh Pletcher dkk (2006) terhadap subyek Amerika Afrika dan Amerika Eropa, melaporkan bahwa rokok sigaret menyebabkan kalsifikasi koroner pada kedua etnis. Weiss dkk (2001) melaporkan bahwa hipertensi meningkatkan kejadian aterosklerosis. Multi-Ethnic Study of Atherosclerosis (MESA) pada tahun 2006 melaporkan sindroma metabolik dan DM menyebabkan aterosklerosis dan kalsifikasi katup aorta.47 Penelitian lain dari the Framingham Heart Study yang dilakukan pada tahun 1983-2004 pada subyek tanpa PKV, melaporkan bahwa wanita dengan kadar glukosa darah puasa terganggu berhubungan dengan peningkatan risiko PKV, dimana hal ini tidak didapatkan pada pria. Fox dkk (2007)49 melaporkan bahwa penumpukan lemak abdominal, baik subkutan maupun viseral pada subyek dengan berat badan lebih atau obes terbukti berhubungan dengan meningkatnya risiko PKV, namun lemak viseral menunjukkan hubungan yang lebih kuat. Suatu penelitian kohort prospektif jangka lama oleh Strasak dkk (2008) melaporkan bahwa asam urat serum merupakan faktor risiko PKV yang independen. 34 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
Penelitian oleh Yilridim dkk (2007) terhadap 491 subyek yang menjalani angiografi koroner melaporkan adanya hubungan jumlah faktor risiko koroner tradisional dengan beratnya penyakit jantung koroner. Adanya perbedaan hasil penelitian kami dengan penelitian sebelumnya mungkin disebabkan oleh karena pada penelitian ini kami hanya melihat jumlah faktor risiko tradisional PKV yang dimiliki subyek tanpa mempertimbangkan besarnya pengaruh masing- masing faktor risiko terhadap kejadian PKV, serta perbedaan metode yang digunakan untuk mendeteksi kadar MMP-9 serum. Penelitian ini mengamati interaksi antara kadar MMP-9 serum, jumlah faktor risiko tradisional, dengan jumlah arteri koroner yang mengalami stenosis. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa kadar MMP-9 serum yang tinggi tidak mempengaruhi jumlah arteri yang mengalami stenosis bila dihubungkan dengan faktor risiko tradisional. Hal ini mungkin akibat tingginya kadar MMP-9 serum yang disertai dengan banyaknya faktor risiko koroner tradisional menyebabkan survival rate akan rendah sehingga tidak terjaring pada penelitian kami. Hingga saat ini belum ada penelitian yang mengevaluasi interaksi antara kadar MMP-9 serum, dan faktor risiko tradisional PKV terhadap jumlah arteri koroner yang mengalami stenosis. PENUTUP Proses aterosklerosis merupakan dasar mekanisme utama timbulnya penyakit jantung koroner. Proses ini berlangsung menahun, progresif, secara diam-diam sehingga sulit untuk diketahui sebelum timbulnya gejala klinis. Aterosklerosis merupakan suatu proses penyakit 35 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
yang bersifat multifaktorial karena banyak faktor-faktor yang ikut berperan dalam patogenesisnya yang disebut faktor resiko. Inflamasi memegang peranan penting dalam progresivitas aterosklerosis. Trombosis merupakan faktor yang mendasari manifestasi akut PJK termasuk SKA Matrix metalloproteinase-9 terlibat pada beberapa tahapan dari aterosklerosis. Degradasi matriks diperlukan dalam penarikan monosit karena migrasi sel melewati endotel membutuhkan penghancuran membran basalis. Peningkatan ekspresi MMP-9 ditemukan pada arteri femoralis yang mengalami jejas dan terbukti meningkatkan interaksi sel monosit-sel endotel pada penelitian secara in vitro. Terdapat hubungan antara kadar MMP-9 serum dengan jumlah arteri koroner yang mengalami stenosis. Tumor necrosis factor-alfa juga berperan pada terbentuknya eteroma dengan mengaktifasi factor transkirpsi NF-kB melalui pengaruh langsung terhadap fungsi endotel dengan mengurangi bioavaibilitas nitric oxide (NO) dalam sel endotel dan mengganggu vasodilatasi endotel sehingga mencetuskan trjadinya disfungsi endotel 36 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
10 BEBERAPA ASPEK PENYAKIT JANTUNG 0 HIPERTENSI (HIPERTENSI HEARD DISEASE/HHD) PENDAHULUAN Penyakit jantung hipertensi mengacu pada konstelasi perubahan ventrikel kiri, atrium kiri dan arteri koroner sebagai akibat dari peningkatan tekanan darah kronis. Hipertensi meningkatkan beban kerja pada jantung yang menyebabkan perubahan struktural dan fungsional pada miokardium. Perubahan ini termasuk hipertrofi ventrikel kiri, yang dapat berkembang menjadi gagal jantung. Pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri secara signifikan meningkatkan morbiditas dan mortalitas, tetapi pengobatan saat ini mengikuti pedoman hipertensi standar karena efek farmakoterapi pada regresi hipertrofi ventrikel kiri memiliki manfaat yang tidak jelas. Penyakit jantung hipertensi dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya gagal jantung karena penatalaksanaan gagal jantung memerlukan terapi yang diarahkan pada tujuan secara lebih intensif. Penyakit jantung hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung diastolik, gagal sistolik atau kombinasi keduanya. Pasien seperti itu memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi akut seperti gagal jantung dekompensasi, sindrom koroner akut, atau kematian jantung mendadak. Hipertensi mengganggu sistem endotel yang meningkatkan risiko penyakit arteri koroner dan penyakit arteri perifer dan dengan demikian merupakan faktor risiko yang signifikan untuk pengembangan penyakit 37 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
aterosklerotik. Namun penyakit jantung hipertensi pada akhirnya mencakup semua gejala sisa langsung dan tidak langsung dari tekanan darah tinggi kronis yang meliputi gagal jantung sistolik atau diastolik,konduksi aritmia terutama fibrilasi atrium dan peningkatan risiko penyakit arteri koroner. ETIOLOGI Penyakit jantung hipertensi disebabkan oleh tekanan darah tinggi kronis. Pedoman American Cardiology Association / American Heart Association 2017 saat ini mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah sebagai tekanan darah sistolik yang lebih tinggi dari 120 mm Hg atau tekanan diastolik lebih dari 80mm Hg. Risiko mortalitas kardiovaskular berlipat ganda untuk setiap peningkatan tekanan sistolik 20 mmHg dan diastolik 10 mmHg dibandingkan tekanan darah dasar 115/75. Sebagian besar (90 hingga 95%) pasien hipertensi akan diklasifikasikan sebagai memiliki hipertensi primer atau esensial. Etiologi di balik hipertensi primer kurang dipahami. Namun, kemungkinan itu adalah interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan. Beberapa faktor risiko seperti bertambahnya usia, riwayat keluarga, obesitas, diet tinggi sodium (lebih dari 3g / hari), aktivitas fisik, konsumsi alkohol yang berlebihan memiliki korelasi kuat dan independen dengan perkembangan hipertensi. Hipertensi telah ditemukan sebelum perkembangan gagal jantung rata-rata 14,1 tahun. Penyakit jantung hipertensi bertanggung jawab atas sekitar seperempat dari semua penyebab gagal jantung. Menurut Framingham Heart Study, hipertensi memiliki peningkatan 2 kali lipat dalam pengembangan gagal jantung pada pria dan peningkatan 3 kali lipat untuk 38 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
wanita ketika disesuaikan dengan faktor risiko dan usia tertentu. Percobaan SPRINT 2015 menunjukkan penurunan risiko pengembangan menjadi gagal jantung pada pasien dengan kontrol tekanan darah yang lebih intensif dengan target tekanan darah sistolik 120mmHg (1,3%) dibandingkan dengan 140mmHg (2,1%). Manajemen hipertensi yang tepat berkorelasi dengan penurunan 64% dalam perkembangan gagal jantung. EPIDEMIOLOGI Hipertensi adalah salah satu patologi yang paling umum di Amerika yang mempengaruhi sekitar 75 juta orang dewasa atau satu dari tiga orang dewasa AS. Dari pasien ini yang didiagnosis dengan hipertensi, hanya 54% memiliki kontrol tekanan darah yang memadai. Prevalensi global hipertensi adalah 26,4% yang merupakan 1,1 miliar orang, namun hanya satu dari lima orang yang mengelola tekanan darah secara memadai. Satu studi menemukan bahwa hipertensi yang berkepanjangan akhirnya menyebabkan gagal jantung dengan waktu rata-rata 14,1 tahun. Meta-analisis telah menunjukkan hubungan log-linear antara tekanan darah tinggi dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular yang meningkat secara substansial seiring bertambahnya usia. Pada pasien usia 45-54 tahun - 36,1% pria, 33,2% wanita Pada pasien usia 55-64 - 57,6% pria dan 55,5% wanita Pada pasien usia 65-74 - 63,6% pria dan 65,8% wanita Pada pasien usia 75 atau lebih tua, 73,4% pria dan 81,2% wanita Hipertensi sedikit lebih umum pada wanita dan membawa peningkatan risiko gagal jantung (3 kali lipat) dibandingkan dengan pria (2 kali lipat). Wanita lebih cenderung memiliki tekanan darah yang tidak 39 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
terkontrol dan penelitian terbaru menunjukkan kelas obat antihipertensi tertentu mungkin kurang efektif pada wanita. Kelompok etnis tertentu memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk hipertensi. Prevalensi hipertensi di antara populasi Afrika-Amerika adalah yang tertinggi di antara kelompok etnis mana pun di dunia, yaitu 45,0% untuk pria dan 46,3% untuk wanita. Angka ini adalah 34,5% untuk pria Kaukasia dengan 32,3% untuk wanita dan 28,9% di antara pria Hispanik dengan 30,7% pada wanita. Selain tingkat hipertensi tertinggi, orang kulit hitam Amerika memiliki risiko lebih tinggi mengalami gagal jantung, tekanan darah rata-rata lebih tinggi yang berkembang pada usia lebih dini, dan kurang bisa menerima pengobatan. Semua faktor ini berkontribusi pada peningkatan mortalitas dan beban penyakit yang lebih tinggi. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIS Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan komponen penting dari manajemen penyakit jantung hipertensi karena sebagian besar pasien dengan hipertensi tidak memiliki gejala sampai akhir kursus ketika komplikasi muncul. Pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri tidak menunjukkan gejala; Namun, hipertrofi ventrikel kiri dapat menyebabkan nyeri dada angina / iskemik karena meningkatnya kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh miokardiosit yang hipertrofi. Pasien dapat mengalami nyeri dada aktivitas karena angina atau penyakit arteri koroner. Beberapa pasien pada awalnya mungkin mengalami sesak napas dalam pengaturan gagal jantung akut dekompensasi. Pasien hipertensi berisiko mengalami pengembangan fibrilasi atrium. Pasien dapat 40 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
mengalami anomali konduksi yang mungkin disertai palpitasi, stroke, pusing, sinkop, atau bahkan kematian jantung mendadak. Anamnesis harus fokus pada keparahan, durasi hipertensi dan pengobatan saat ini. Hipertensi adalah salah satu faktor risiko utama untuk pengembangan beberapa penyakit kardiovaskular seperti penyakit arteri koroner, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit serebrovaskular, penyakit arteri perifer, aneurisma aorta, dan penyakit ginjal kronis. Pasien harus menjalani penilaian untuk mengetahui adanya faktor risiko kardiovaskular utama yang dapat dimodifikasi lainnya seperti hiperlipidemia, diabetes, penggunaan alkohol, merokok, penggunaan obat, dan kondisi komorbiditas lain seperti penyakit ginjal kronis atau penyakit paru-paru. Diabetes sangat umum pada populasi pasien ini dan setara dengan kardiovaskular untuk perkembangan penyakit kardiovaskular atau penyakit ginjal kronis. Hemoglobin A1C dapat digunakan untuk menentukan kontrol glikemik. Sleep apnea,obat-obatan tertentu, tembakau, obesitas, dan penggunaan alkohol memperburuk hipertensi dan jika tidak terkontrol dapat menyebabkan hipertensi yang resisten terhadap pengobatan. Riwayat keluarga yang menyeluruh harus selalu dilakukan untuk menilai kematian kardiovaskular prematur, kematian jantung mendadak, penyakit katup, penyakit metabolisme, stroke atau gagal jantung. Pemeriksaan fisik paling sering dilakukan kecuali dalam keadaan penyakit kardiovaskular lanjut. Auskultasi jantung dapat mengungkapkan S3 atau S4. Suara S4 abnormal menunjukkan kaku, ventrikel hipertrofik dan sangat spesifik untuk penyakit jantung hipertensi. S3 abnormal menunjukkan hipertrofi eksentrik yang tipis dan berhubungan dengan gagal jantung sistolik. Pasien yang berisiko penyakit aterosklerotik 41 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
mungkin memiliki bruit karotid atau penurunan pulsa perifer. Pembacaan tekanan darah bilateral harus dilakukan terutama pada pasien dengan penyakit gejala akut untuk mengevaluasi diseksi aorta. Pembacaan tekanan darah harus dinilai pada setiap kunjungan, dan pemantauan tekanan darah rawat jalan dianjurkan. Pemeriksaan oftalmik sering kurang dimanfaatkan dalam praktik klinis tetapi dapat memberikan wawasan tentang luas dan durasi hipertensi. Pemeriksaan mata harus mengevaluasi adanya penyempitan atau pengikisan AV, bintik kapas, eksudat dan perdarahan, dan papilledema. Retinopati hipertensif sering dinilai menggunakan klasifikasi Keith-Wagener-Barker. Grade 1 - Retinopati nonproliferatif ringan: penyempitan ringan atau tortuositas arteriol retina yang mengindikasikan hipertensi ringan tanpa gejala Kelas 2 - Retinopati nonproliferatif sedang: penyempitan atau penyempitan yang pasti dengan pemberian AV nicking atau sclerosis yang sering menunjukkan lebih tinggi tetapi kemungkinan hipertensi kronis asimptomatik Kelas 3 - Retinopati nonproliferatif berat: menunjukkan perdarahan dan eksudatif, bintik-bintik kapas - tekanan darah sering meningkat secara signifikan dan bergejala, tetapi kerusakan organ akhir minimal dan biasanya reversibel Kelas 4 - Retinopati proliferatif berat: tambahan menunjukkan papil edema dan edema retina - tekanan darah terus meningkat, dan pasien akan mengalami gejala seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, malaise, atau dispnea; pasien ini perlu evaluasi segera 42 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
dan tindak lanjut karena mereka memiliki mortalitas kardiovaskular yang signifikan o Retinopati grade 3 dan 4 memerlukan rujukan langsung ke dokter mata untuk evaluasi dan pengobatan penyakit retina EVALUASI Pemeriksaan untuk penyakit jantung hipertensi harus fokus pada evaluasi kemungkinan kerusakan organ akhir, menilai faktor risiko kardiovaskular lainnya, dan evaluasi untuk kemungkinan penyebab sekunder hipertensi jika disarankan oleh gambaran klinis atau pemeriksaan fisik. Pasien harus menjalani evaluasi untuk mengetahui adanya penyakit ginjal dengan kreatinin dasar, diabetes, dan kontrol glikemik, hiperlipidemia, penyakit paru, dan kondisi komorbiditas lainnya. Pasien laki-laki yang obesitas berisiko tinggi mengalami apnea tidur dan harus diskrining menggunakan STOP-BANG dan dirujuk untuk evaluasi apnea tidur jika diperlukan. Semua pasien harus dinilai dengan kalkulator risiko kardiovaskular 10 tahun untuk menghitung risiko kardiovaskular mereka dan menentukan tingkat intervensi yang diperlukan. EKG adalah rekomendasi untuk evaluasi awal penyakit jantung hipertensi - mungkin menunjukkan hipertrofi ventrikel, deviasi aksis kiri, atau abnormalitas konduksi o EKG memiliki spesifisitas tinggi (75 hingga 95%) tetapi sensitivitas rendah (25 hingga 61%) untuk mendeteksi penyakit kardiovaskular Panel metabolisme dasar - natrium, kalium, kalsium, nitrogen urea darah, kreatinin Panel Lipid 43 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
CBC Urinalisis dengan pertimbangan untuk memeriksa rasio albumin protein urin TSH terutama dalam pengaturan fibrilasi atrium Ekokardiogram tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin hipertensi karena keberadaan LVH tidak mengubah manajemen. Ekokardiogram harus dipertimbangkan pada pasien dengan gejala gagal jantung, evaluasi pasien muda di bawah 18 tahun atau pasien dengan hipertensi kronis yang tidak terkontrol. PENANGANAN American Cardiology Association / American Heart Association merevisi rekomendasi JNC8 sebelumnya dan merilis pedoman 2017 yang diperbarui, mengklasifikasikan tekanan darah ke dalam salah satu dari empat kategori: hipertensi normal, tinggi, stadium 1, atau hipertensi tahap 2. Tekanan darah normal didefinisikan sebagai tekanan darah sebagai tekanan darah sistolik di bawah 120 mm Hg dan tekanan diastolik kurang dari 80mm Hg Tekanan darah tinggi terjadi ketika tekanan sistolik berkisar antara 120-129mmHg dengan tekanan diastolik kurang dari 80mm Hg Stadium 1 hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik berkisar antara 130-139mmHg atau tekanan darah diastolik antara 80- 89mmHg Tahap 2 Hipertensi memiliki tekanan darah sistolik lebih besar dari 140mmHg atau tekanan darah diastolik 90mmHg atau lebih tinggi Pengobatan hipertensi melibatkan penggunaan obat antihipertensi: 44 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
Diuretik tiazid terutama klorthalidon adalah lini pertama untuk hipertensi - diuretik diperlukan untuk pasien dengan penyakit hipertensi resisten Angiotensin-converting enzyme inhibitor / angiotensin receptor blockers adalah lini pertama untuk hipertensi terutama pada pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal kronis Blocker saluran kalsium adalah lini pertama untuk hipertensi Beta blocker saat ini bukan rekomendasi untuk digunakan pada hipertensi terisolasi - mereka adalah lini pertama untuk digunakan pada gagal jantung, penyakit jantung iskemik, fibrilasi atrium Vasodilator seperti hydralazine bukan lini pertama dan hanya boleh ditambahkan ketika obat ketiga atau keempat diperlukan untuk mengatasi hipertensi yang sulit dikontrol atau ketika ada kontraindikasi untuk obat lini pertama. Biasanya dua atau lebih antihipertensi untuk kontrol yang memadai terutama pada pasien dengan hipertensi stadium 2. Pasien dengan hipertensi tahap 2 harus dimulai dengan dua antihipertensi kemudian dinilai kembali dalam waktu tiga puluh hari untuk respon terhadap terapi. Dua obat dari kelas yang sama tidak boleh digunakan, seperti penggunaan Ace dan ARB. Sesuai pedoman JNC 8. Manajemen gagal jantung harus sesuai dengan terapi medis yang diarahkan pada tujuan. DIAGNOSIS BANDING Untuk membuat diagnosis penyakit jantung hipertensi, penyebab lain gagal jantung harus disingkirkan terlebih dahulu. Kardiomiopati iskemik adalah penyebab paling umum dari gagal jantung yang 45 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
menyebabkan lebih dari setengah dari semua gagal jantung. Dengan demikian semua pasien dengan gagal jantung onset baru harus memiliki evaluasi perfusi koroner sebelum membuat diagnosis HHD. Kardiomiopati iskemik atau penyakit arteri koroner Kardiomiopati hipertrofik Kardiomiopati karena etiologi lain seperti obat atau infeksi Gangguan katup seperti stenosis aorta Sleep apnea PROGNOSIS Penyakit jantung hipertensi adalah penyakit progresif kronis yang membawa risiko kematian kardiovaskular yang meningkat secara signifikan. Hipertensi adalah salah satu faktor risiko utama untuk pengembangan beberapa penyakit kardiovaskular seperti penyakit arteri koroner, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit serebrovaskular, penyakit arteri perifer, aneurisma aorta, dan penyakit ginjal kronis. Prognosis keseluruhan penyakit jantung hipertensi bervariasi tetapi tergantung pada berbagai faktor seperti manifestasi spesifik penyakit, adanya penyakit kardiovaskular bersamaan atau faktor risiko dan kondisi komorbiditas lainnya. Tersedia kalkulator risiko kardiovaskular, dan pasien harus dikelompokkan menjadi risiko tinggi atau rendah untuk kejadian kardiovaskular.Manifestasi spesifik HHD seperti gagal jantung atau fibrilasi atrium membawa risiko kematian kardiovaskular yang meningkat secara substansial. Pasien dengan gagal jantung diastolik memberikan risiko dan morbiditas yang serupa dengan pasien dengan gagal jantung ejeksi rendah dengan mortalitas 6 bulan diamati setinggi 16%. 46 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
KOMPLIKASI Penyakit jantung hipertensi adalah sindrom komplikasi yang berkaitan dengan komplikasi kardiovaskular yang terkait dengan hipertensi kronis. Hipertensi peringkat sebagai faktor risiko yang paling dapat dimodifikasi yang dapat dimodifikasi untuk penyakit kardiovaskular prematur dan mortalitas kardiovaskular dan memerlukan pengawasan terus-menerus untuk mengidentifikasi komplikasi dan memperlambat perkembangan mereka. Hipertensi yang berkepanjangan menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri yang pada akhirnya akan menyebabkan gagal jantung (baik sistolik dan diastolik). Hipertrofi eksentrik menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen oleh miokardium yang dapat menyebabkan gejala angina atau iskemik. Hipertrofi otot dapat mengganggu jalur konduksi yang merupakan predisposisi fibrilasi atrium yang menyebabkan stroke iskemik. Perubahan akut pada tekanan darah dapat mempengaruhi pasien untuk perdarahan intraserebral atau retinopati. Hipertensi yang berkepanjangan adalah faktor risiko utama untuk pengembangan penyakit jantung termasuk penyakit aterosklerotik, gagal jantung, penyakit katup, fibrilasi atrium serta penyakit serebrovaskular, penyakit ginjal kronis, penyakit retina, dan penyakit metabolisme. Hampir setengah dari stroke dan penyakit jantung iskemik disebabkan oleh hipertensi yang berkelanjutan. PENCEGAHAN DAN EDUKASI PASIEN Hipertensi adalah penyakit progresif kronis yang berkembang selama bertahun-tahun, dan pasien memerlukan pendidikan tentang 47 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
risiko tekanan darah yang tidak terkontrol. Manset tekanan darah otomatis tersedia secara luas dan murah dan harus diresepkan kepada setiap pasien untuk pemantauan tekanan darah di rumah. Pasien harus menyimpan catatan harian tekanan darah mereka; ini sangat penting bagi mereka yang berisiko lebih tinggi terhadap perkembangan penyakit seperti hipertensi yang resisten terhadap pengobatan atau mereka yang memiliki beberapa faktor risiko bersamaan untuk penyakit kardiovaskular. Pengukuran tekanan darah rutin telah terbukti meningkatkan kepatuhan dan memungkinkan keterlibatan lebih banyak pasien dalam pengelolaan penyakit mereka. Sekali lagi, hipertensi peringkat sebagai faktor risiko paling umum yang dapat dimodifikasi untuk penyakit kardiovaskular dini dan sering berdampingan dengan faktor risiko utama lainnya. Manajemen yang tepat membutuhkan pengidentifikasian faktor-faktor risiko ini dan modifikasi untuk memperlambat perkembangan komplikasi. Evaluasi pilihan gaya hidup pasien dengan perhatian khusus pada faktor risiko utama yang dapat dimodifikasi harus dilakukan dengan rekomendasi penghentian tembakau dan penurunan penggunaan alkohol, peningkatan aktivitas fisik (tiga kali seminggu) dan diet rendah sodium (di bawah 2 g / hari) dapat semuanya meningkatkan kontrol tekanan darah. Modifikasi pilihan gaya hidup tertentu seperti penghentian merokok atau penurunan berat badan memberikan manfaat kardiovaskular yang lebih signifikan daripada pengobatan farmakologis saja. Penyakit jantung hipertensi adalah penyakit progresif kronis yang berkembang selama bertahun-tahun. Kampanye keselamatan publik telah mendidik masyarakat umum tentang risiko hipertensi dan perkembangan penyakit kardiovaskular. Namun, sifat asimptomatik dari penyakit ini 48 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
menyebabkan banyak orang tidak menyadari bahwa mereka telah meningkatkan tekanan darah karena penyedia layanan kesehatan termasuk praktisi perawat harus mendorong pemantauan tekanan darah rawat jalan. Pasien harus didorong untuk melakukan perubahan gaya hidup yang diperlukan untuk mengurangi risiko dan perkembangan penyakit kardiovaskular. Menerapkan beberapa modifikasi gaya hidup seperti penurunan berat badan, asupan garam rendah, dan berhenti merokok dapat memberikan peningkatan yang signifikan dalam kontrol tekanan darah mirip dengan memulai farmakoterapi tambahan. Ketika memulai farmakoterapi, diuretik thiazide harus menjadi salah satu obat pertama yang dimulai. Pasien dengan tekanan darah tinggi secara substansial mungkin tidak mencapai kontrol tekanan darah yang tepat tanpa menggunakan diuretik. Diuretik, penghambat saluran kalsium, dan penghambat renin-angiotensin menunjukkan efek sinergis yang memungkinkan kontrol tekanan darah yang lebih baik. Dosis antihipertensi memiliki dampak nonlinier pada tekanan darah. Obat hipertensi diberikan 75% dari efek maksimalnya dengan hanya 50% dari dosis maksimal. Jadi pada pasien yang tekanan darahnya tetap meningkat secara signifikan setelah hipertensi akan mendapat manfaat lebih dengan menambahkan kelas obat lain daripada memaksimalkan dosisnya. Banyak hipertensi memberikan manfaat tambahan yang melampaui efek antihipertensi mereka.Losartan dikenal luas untuk memperlambat pasien penyakit renovaskular dengan diabetes. Namun konsumsi malam hari dapat mengurangi risiko pengembangan diabetes mellitus tipe 2. Kronologis atau pemberian resep hipertensi pada waktu yang berbeda sepanjang malam telah menunjukkan pengurangan komplikasi kardiovaskular. 49 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
50 | M a s a l a h K e s e h a t a n J a n t u n g , 2 0 2 1
Search
Read the Text Version
- 1 - 50
Pages: