42 Tabel 5.4 Menunjukkan bahwa pada variabel persepsi terhadap penyakit pada indikator persepsi tentang dampak penyakit hampir separuh yaitu 46,9 reponden kurang dalam persepsinya dibandingkan dengan indikator yang lain. 5.1.2.4 Diskripsi Variabel Respon Emosional Diskripsi frekuensi variabel respon emosional pada pasien kanker payudara lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.5 Tabel 5.5 Tabel Distribusi frekuensi variabel Respon Emosional pada pasien kanker payudara di wilayah kabupaten Sidoarjo Indikator/Parameter Frekuensi Persentase Cemas Ringan 28 28.5 Sedang 45 45.9 Berat 25 25.6 Distress Ringan 13 13.5 Sedang 58 59.1 Berat 27 27.4 Marah Ringan 13 13.3 Sedang 53 54.1 Berat 32 32.6 Menerima Tidak menerima 28 28.5 Sedikit menerima 55 56.2 Sedang Menerima 15 15.3 Menerima Tabel 5.5 menunjukkan bahwa pada variabel respon emosi pada indikator distress separuh lebih yaitu 59.1 % responden mengalami distress sedang, hal ini lebih tinggi dari indikator lainnya. Sedang kan pada indikator menerima sebanyak 28.5 % responden tidak bisa menerima merupakan respon emosional yang lebih tinggi dibanding yang lain. 5.1.2.5 Diskripsi Variabel Koping Diskripsi frekuensi variabel persepsi penyakit pada pasien kanker payudara dapat dilihat pada tabel 5.6 Tabel 5.6 Tabel Distribusi frekuensi variabel koping pada pasien kanker payudara di wilayah kabupaten Sidoarjo Indikator/Parameter Frekuensi Persentase 123 Problem fokus Kurang 24 24.5 Cukup 56 57.1
43 1 2 3 Baik 18 18.4 Emosional Fokus Kurang 29 29.6 Cukup 55 56.1 Baik 14 14.3 Spiritual Koping Kurang 38 38.6 Cukup 45 45.1 Baik 18 18.3 Tabel 5.6 menunjukkan bahwa pada variabel koping separoh lebih yaitu 56 % pada kategori cukup di indikator problem fokus koping, sedangkan indikator spiritual koping nilai kurang yaitu 18.3 % lebih tinggi dibandingkan indikator lain. 5.1.2.6 Diskripsi Variabel Kualitas hidup Diskripsi frekuensi variabel kualitas hidup pada pasien kanker payudara dapat dilihat pada tabel 5.7 Tabel 5.7 Tabel Distribusi frekuensi variabel kualitas hidup pada pasien kanker payudara di wilayah kabupaten Sidoarjo Indikator/Parameter Frekuensi Persentase 1 23 Fisik Kurang 24 24.5 Cukup 55 56.1 Baik 19 19.4 Indikator/Parameter Frekuensi Persentase Psikologis Kurang 23 23.5 Cukup 55 56.1 Baik 20 20.4 Sosial Kurang 24 24.5 Cukup 55 56.1 Baik 19 19.4 Spiritual Kurang 22 22.4 Cukup 55 56.1 Baik 21 21.4
44 Tabel 5.7 menunjukkan pada variabel endogen kualitas hidup semua indikator hampir semua memiliki distribusi frekuensi yang seimbang yaitu separoh lebih responden berada pada kualitas yang sedang dan pada indikator spiritual pada kualitas yang baik lebih tinggi dibandingkan yang lain yaitu 21.4 %. 5.2 Tahap Satu analisis Model 5.2.1 Evaluasi Model Struktural (Inner Model) Gambar 5.1 Nilai T-Statistik terhadap indikator pada pemodelan regulasi spiritual diri dalam upaya peningkatan kualitas hidup Pasien Kanker Payudara. Berdasarkan gambar 5.1 diketahui semua nilai T-statistik pada diagram jalur (Pengaruh faktor eksogen terhadap faktor endogen) yang dibandingkan dengan nilai T-tabel adalah signifikan, Hasil pengujian koefisien parameter jalur dari model regulasi spiritual diri pasien kanker payudara sebagai berikut. Tabel 5.8. Hasil uji signifikansi model struktural (inner model ) No Hubungan Kausalitas Koefisien T- Pengaruh Statistik 1. (X1) Dukungan sosial (X3) Persepsi 0,590 5,729 Signifikan penyakit
45 12 3 4 5 6 2. (X1) dukungan sosial (X4) Respon 0,382 7,104 Signifikan emosional 3. (X1) Dukungan sosial (X5) koping 0,181 2,108 Signifikan 4. (X2) Spiritualitas (X3) Persepsi 0,384 3,687 Signifikan 5. (X2) Spiritualitas penyakit 0,373 2,607 Signifikan 6. (X2) Spiritualitas (X4) Respon 0,237 3,807 Signifikan emosional (X5) Koping 7. (X3) Persepsi penyakit (X4) Respon 0,544 4,639 Signifikan Emosional 0,251 8. (X3) Persepsi penyakit (X5) Koping 0,337 2,616 Signifikan 0,936 4,052 Signifikan 9. (X4) Respon (X5) Koping 0,952 emosional 63,907 Signifikan (Y1) Regulasi 10. (X5) Koping spiritual diri 58,853 Signifikan (Y2) Kualitas 11. (Y1)Regulasi spiritual hidup diri Table 5.8 diketahui bahwa beberapa hubungan antar variabel dalam model regulasi spiritual diri terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara. Adapun pola pengaruh secara komprehensif dapat diidentifikasi melalui besaran koefisien tahap pertama penelitian ini yang meliputi : 1) Hipotesis 1 terjawab yaitu H1 diterima, artinya dukungan sosial meningkatkan persepsi penyakit pasien kanker payudara. 2) Hipotesis 2 terjawab yaitu H1 diterima, artinya dukungan sosial meningkatkan respon emosional pasien kanker payudara. 3) Hipotesis 3 terjawab yaitu H1 diterima, artinya dukungan sosial meningkatkan koping pasien kanker payudara. 4) Hipotesis 4 terjawab yaitu H1 diterima, artinya spiritualitas meningkatkan persepsi penyakit pasien kanker payudara. 5) Hipotesis 5 terjawab yaitu H1 diterima, artinya spiritualitas meningkatkan respon emosional pasien kanker payudara. 6) Hipotesis 6 terjawab yaitu H1 diterima, artinya spiritualitas meningkatkan koping pasien kanker payudara. 7) Hipotesis 7 terjawab yaitu H1 diterima, artinya persepsi penyakit meningkatkan respon emosional pasien kanker payudara.
46 8) Hipotesis 8 terjawab yaitu H1 diterima, artinya persepsi penyakit meningkatkan koping emosional pasien kanker payudara. 9) Hipotesis 9 terjawab yaitu H1 diterima, artinya respon emosional meningkatkan koping pasien kanker payudara. 10) Hipotesis 10 terjawab yaitu H1 diterima, artinya koping meningkatkan regulasi spiritual diri pasien kanker payudara. 11) Hipotesis 11 terjawab yaitu H1 diterima, artinya regulasi spiritual diri meningkatkan secara significant terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara. 5.2.2 Hasil Diskusi kelompok dan konsultasi pakar. Berdasarkan hasil analisis pada tahap satu, selanjutnya dilakukan diskusi kelompok terfokus. Adapun hasil diskusi kelompok dan konsultasi pakar adalah sebagai berikut : 1. Dukungan sosial Dukungan informasi adalah dukungan yang masih belum maksimal pada pasien kanker payudara. Kurangnya dukungan informasi yang valid dan akurat yang di sampaikan pasien terutama saat pasien belum mendapatkan informasi dan support dari tenaga kesehatan dan dari komunitasnya. Dukungan emosional yang baik sangat membantu pasien dalam merespon penyakit dan dampaknya. Dukungan sosial secara maksimal dirasakan sangat membawa dampak adalah dukungan sosial yang diberikan oleh peergroup dan orang terdekat responden. Responden sangat membutuhkan dukungan spiritual untuk mengatasi respon terhadap penyakit, dampak dan penatalaksaannya. Untuk itu disarankan pentingnya dukungan sosial keluarga, tenaga kesehatan dan komunitas baik, emosional, informasi, penilaian dan instrumen pada pasien kanker payudara. Dibutuhkan media komunikasi yang meningkatkan akses komunikasi, informasi dan evaluasi bagi pasien kanker payudara. Perlunya sebuah komunitas pasien kanker agar dapat menjadikan wadah berbagi pengalaman dalam menghadapi masalah yang dihadapi akibat kanker. Selanjutnya perlu juga diidentifikasi dan diberikan dukungan spiritual pada pasien kanker payudara. 2. Spiritualitas Identifikasi riwayat spiritualitas pasien sangat penting untuk menentukan faktor yang berpengaruh terhadap respon emosional,
47 persepsi penyakit dan koping individu. Tingginya indikator harapan responden terhadap spiritualitas yang diikuti dengan self transenden berdampak pada respon pasien terhadap emosional, persepsi penyakit dan mekanisme kopingnya. Makna dan tujuan hidup pasien kanker payudara menjadi menurun ketika mereka memaknai bahwa menderita sakit kanker sangat mengganggu kehidupannya. Membangkitkan harapan dalam diri responden untuk menerima dan berupaya positif terhadap segala hal yang terjadi merupakan proses yang membutuhkan keyakinan, waktu, pengalaman dan kepasrahan pada Tuhan. Menempatkan harapan seseorang kepada Tuhan adalah energi untuk mencari solusi dengan baik dalam menyelesaikan masalah. 3. Persepsi Penyakit Pasien kanker memahami dan menilai gejala berdasarkan pengalaman mereka, selain itu informasi tentang penyakit diperoleh oleh pasien dari lingkungan sosial (keluarga, teman, tetangga, media). Persepsi terhadap gejala penyakit mempengaruhi bagaimana pasien menafsirkan penyakit. Hal itu berpengaruh terhadap respon emosional dan mekanisme koping pasien dalam menghadapi masalah akibat kanker payudara. Pasien kanker terkadang tidak menerima informasi tentang kemungkinan dari suatu penyakit melalui jalur yang benar sehingga menurut teori pemecahan masalah (problem solving) pasien tersebut tidak termotivasi untuk kembali pada keadaan normal. Karena menganggap keadaannya sudah tidak berarti lagi. Pentingnya memberikan informasi yang benar dengan cara dan media serta informan yang tepat berpengaruh terhadap persepsi pasien terhadap kanker payudara. 4. Respon emosional Respon emosional pasien terhadap diagnosis kanker payudara yang mereka alami sebagian besar mereka cemas, distress, marah hingga ada yang menerima kondisi tersebut. Respon emosional tersebut menyebabkan perbedaan responden dalam melakukan mekanisme koping yang dalam menghadapi masalah kanker payudara. Perlunya dukungan sosial, peningkatan spiritualitas di saat yang tepat dengan cara yang kondusif sangat membantu pasien melalui tahapan menuju respon menerima dengan baik. Menerima merupakan respon emosional yang positif yang akan menjadi energi bagi responden untuk aktif mencari alternatif solusi bagi masalahnya.
48 5. Koping Mekanisme koping yang dilakukan oleh pasien kanker payudara belum secara aktif mencari penyelesaian masalah yang konstruktif untuk menyelesaikan masalah akibat kanker payudara. Peningkatan strategi atau mekanisme koping yang konstruktif melalui pelatihan, pengalaman dan dukungan untuk menggunakan spiritual koping pada pasien kanker payudara diharapkan dapat menjadi alternatif solusi yang mendasari terbentuknya regulasi spiritual diri. 5.2.3 Pengembangan Model Regulasi spiritual diri Berdasarkan telaah proses riset hingga masukan pakar tentang model regulasi spiritual diri, maka disusunlah modul yang digunakan sebagai panduan dan acuan dalam mengembangkan model regulasi spiritual diri dalam upaya peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara. Adapun proses dalam pengembangan model regulasi spiritual diri dipengaruhi oleh koping. Koping dipengaruhi oleh dukungan sosial, spiritualitas, persepsi penyakit dan respon emosional. Indikator regulasi spiritual diri adalah self kognitif, self motivation, self behavior dan self spiritual. Indikator self spiritual merupakan indikator yang paling dominan dalam regulasi spiritual diri. Identikasi, dukungan dan intervensi spiritualit pada pasien kanker payudara sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara. 5.3 Tahap Kedua Implementasi Model Tahap kedua adalah tahap penerapan model regulasi spiritual diri. 5.3.1 Kualitas hidup pasien kanker payudara Kualitas hidup pasien kanker payudara sebelum dan setelah dilakukan pelatihan model regulasi spiritual diri sebagai berikut: Tabel 5.9 Nilai statistik dan korelasi kualitas hidup, kesejahteraan fisik pasien kanker payudara Std. Error Sig Mean Std. Deviation Mean kelompok N Kualitas intervensi 20 70.4000 11.91814 2.66498 0.011 Hidup 20 60.0000 12.71551 2.84327 Fisik kontrol
49 Tabel 5.9 di atas menujukkan bahwa pada kelompok intervensi pada indikator kesejahteraan fisik nilai rata-rata 70.4 sedangkan pada kelompok kontrol 60. Nilai Sig.(2-tailed) adalah 0,011 artinya Ho ditolak, berarti rata- rata hasil kelompok intervensi dam kelompok kontrol berbeda (tidak sama). Tabel 5.10 Nilai statistik dan korelasi kualitas hidup, kesejahteraan psikologis pasien kanker payudara Std. Std. Error Sig Kelompok N Mean Deviation Mean Kualitas Intervensi 20 71.4500 12.20214 2.72848 0.009 2.84094 Hidup Kontrol 20 60.5500 12.70505 Psikologs Tabel 5.10 di atas menujukkan bahwa pada kelompok intervensi pada indikator kesejahteraan psikologis nilai rata-rata 71.45 sedangkan pada kelompok kontrol 60.55. Nilai Sig.(2-tailed) adalah 0,009 artinya Ho ditolak, berarti rata- rata hasil kelompok intervensi dam kelompok kontrol berbeda (tidak sama). Tabel 5.11 Nilai statistik dan korelasi kualitas hidup, kesejahteraan sosial pasien kanker payudara. Std. Std. Error Sig Kelompok N Mean Deviation Mean Kualitas Intervensi 20 70.5500 11.90080 2.66110 0.010 20 60.1500 12.44049 2.78178 hidup Sosial Kontrol Tabel 5.11 di atas menujukkan bahwa pada kelompok intervensi pada indikator kesejahteraan sosial nilai rata-rata 70.55 sedangkan pada kelompok kontrol 60.15. Nilai Sig.(2-tailed) adalah 0,010 artinya Ho ditolak, berarti rata- rata hasil kelompok intervensi dam kelompok kontrol berbeda (tidak sama). Tabel 5.12 Nilai statistik dan korelasi kualitas hidup pada kesejahteraan spiritual pasien kanker payudara. Std. Std. Error Sig Kelompok N Mean Deviation Mean Kualitas Intervensi 20 71.5500 12.25379 2.74003 hidup 20 60.7000 12.90084 2.88471 Spiritual Kontrol
50 Tabel 5.12 di atas menujukkan bahwa pada kelompok intervensi pada indikator kesejahteraan spiritual nilai rata-rata 71.55, sedangkan pada kelompok kontrol 60.15. Nilai Sig.(2-tailed) adalah 0,010 artinya Ho ditolak, berarti rata- rata hasil kelompok intervensi dam kelompok kontrol berbeda (tidak sama). Tabel 5.13 Nilai statistik dan korelasi kualitas hidup pasien kanker payudara. Std. Std. Error Sig Deviation Mean Kelompok N Mean Kualitas Intervensi 20 71.240 12.0924 2.7039 0.009 Hidup 20 60.390 12.6882 2.8372 Kontrol Tabel 5.13 menunjukkan kelompok intervensi pada kualitas hidup nilai rata ratanya 71.240, sedangkan pada kelompok kontrol 60.395. Nilai Sig.(2-tailed) adalah 0,009 artinya Ho ditolak, berarti rata- rata hasil kelompok intervensi dam kelompok kontrol berbeda (tidak sama). Ada perbedaan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.
51 BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Hubungan antar Variabel 6.1.1 Dukungan sosial terhadap persepsi penyakit Hasil penelitian didapatkan bahwa ada pengaruh signifikan dukungan sosial terhadap persepsi penyakit dengan nilai T statistik sebesar 5,729 pada model regulasi spiritual diri pasien kanker payudara. Dukungan sosial yang baik berpengaruh positif terhadap persepsi pasien tentang penyakitnya mulai dari gejala kanker payudara, penyebab, dampak penyakit, persepsi lama penyakit kanker payudara dan kesembuhan kanker payudara juga baik. Faktor indikator dukungan sosial yang paling tinggi nilainya adalah dukungan emosional dengan nilai loading faktor 0,855. Dukungan emosional pasien kanker payudara merupakan dukungan yang utama yang diberikan oleh orang terdekat responden ketika mereka pertama kali didiagnosis kanker payudara oleh tenaga kesehatan dan selanjutnya saat pasien mengalami berbagai perubahan baik fisik, psikologis, sosial dan spiritual akibat kanker payudara. Dukungan sosial yang masih belum maksimal adalah dukungan informasi yang diberikan oleh orang terdekat pasien, bahkan oleh tenaga kesehatan. Data ini menunjukkan bahwa masih hamper separoh yaitu 42,9 % dukungan informasi kurang. Kondisi ini menyebabkan pasien berusaha mencari informasi sendiri lebih detail tentang kanker payudara, yang seringkali justru hal itu membuat pasien menjadi salah dalam mempersepsikan penyakitnya. Dalam penelitian ini mereka yang persepsinya kurang baik terhadap penyakitnya adalah responden yang kurang dari 1 tahun didiagnosis kanker payudara sejumlah 59,2 %, dan terjadi pada mereka dengan pendidikan yang rendah sebesar 42, 8 %. Faktor lama nya sakit merupakan indikator yang paling dominan yaitu pada variabel persepsi penyakit. Hal ini diantaranya karena ketika responden didiagnosis kanker payudara persepsi penyakitnya bahwa kanker payudara adalah penyakit yang mematikan dan akan mengakhiri hidup dengan segera. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dukungan sosial yang juga sangat berpengaruh terhadap terhadap mereka adalah dukungan sosial dari sesama pasien dan penyintas kanker payudara. Dukungan informasi dari tenaga kesehatan yang tepat dan valid sangat dibutuhkan untuk membentuk persepsi penyakit yang akurat. Pasien mengatakan bahwa dukungan dari peer group sangat
52 mereka butuhkan karena mereka lebih memiliki satu rasa, pengalaman yang nyata. Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa dukungan sosial berpengaruh dengan persepsi penyakit. Semakin banyak dukungan sosial yang di terima oleh pasien semakin positif persepsi terhadap penyakit(Kaptein et al., 2007). Penelitian lain yang mendukung tentang pentingnya dukungan sosial pada pasien kanker terutama dukungan keluarga pada pasien kanker payudara post mastektomi(Anggraeni & Ekowati, 2010). Pentingnya dukungan sosial baik dari keluarga, orang terdekat pasien, tenaga kesehatan, peer group bagi individu dalam menghadapi masalah sesuai dengan teori yang tentang ketidakpastian tentang penyakit bahwa pesan dan dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap persepsi penyakit(Mishel, H, 1988). Dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang didapatkan karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima. Dukungan sosial mengacu pada memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya atau menghargainya. Dukungan sosial dapat berupa pemberian infomasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial akrab yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai yang dapat merubah perilaku penerima(Ute Goerling, 2018). 6.1.2 Pengaruh dukungan sosial terhadap respon emosional. Ada Pengaruh signifikan dukungan sosial terhadap respon emosional dalam model regulasi spiritual pasien kanker payudara. Hal ini dibuktikan dengan nilai T statistik 7,104 dan indikator yang dominan pada respon emosional adalah menerima dengan nilai loading faktor 0,828. Dukungan sosial pada indikator dukungan emosional merupakan dukungan yang lebih dominan dibandingkan dengan dukungan yang lain. Dukungan emosional yang baik dan kondusif berpengaruh pada mempercepat proses respon emosional penerimaan pasien kanker payudara. Dukungan sosial merupakan dukungan yang utama yang diberikan oleh orang terdekat responden, keluarga dan tenaga Kesehatan ketika mereka mengalami dampak perubahan psikologis dan respon emosional akibat kanker payudara dan penatalaksanaanya. Dukungan sosial yang baik dan respon emosional yang positif pada pasien kanker payudara sehingga bisa
53 pada tahap menerima adalah pada responden yang terdiagnosis kanker payudara lebih dari 1 tahun, pada usia lansia awal ( 46 – 55), hal ini sesuai dengan teori bahwa kanker payudara banyak terjadi diusia lansia awal(Lesley Fallowfield, 2002) dan Sebagian besar mereka tergabung dalam komunitas penyintas kanker payudara. Penelitian lain yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian yang menunjukkan bahwa persepsi positif pasangan dengan dukungan emosioal pada pasangan berpengaruh pada perubahan psikologis yang positif pada pasien kanker payudara(Brusilovskiy & Mitstifer, 2009). Respon emosional individu merupakan hasil dari penilaian terhadap situasi yang dihadapinya yang dipengaruhi oleh dirinya dan orang lain. Individu yang menilai situasi yang dihadapi sebagai sesuatu yang positif akan mengembangkan respon emosi yang positif pula, sebaliknya individu yang memberikan penilaian negatif terhadap situasi yang dihadapi akan mengembangkan emosi negatif pula (Zahra, et al, 2017). Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional, dukungan penilaian, dukungan instrumen serta dukungan informasi berdampak pada respon psikolososial individu dalam menghadapi masalah. Mempersepsikan stressor secara positif akan berdampak pada respon emosional yang positif terhadap situasi yang dihadapi sehingga individu dapat mencari alternatif solusi bagi permasalahan yang dihadapi(Ogden, 2012). Diperlukan dukungan sosial untuk meningkatkan respon emosional pasien melalui pendekatan personal, peer group dan komunitas dalam menyelesaikan permasalahannya. 6.1.3 Pengaruh dukungan sosial terhadap koping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan dukungan sosial terhadap koping dengan nilai T statistik 2,108 dalam model regulasi spiritual diri. Dukungan sosial yang komprehensif berpengaruh pada strategi koping dipilih oleh pasien kanker payudara. Spiritual koping merupakan indikator paling tinggi dalam variabel koping dengan nilai loading factor 0,858. Hasil penelitian ini menunjukkan spiritual koping dilakukan oleh responden yang memiliki status spiritualitas sebelumnya yang baik, pada responden usia lansia awal, yang terdiagnosis kanker payudara lebih dari 1 tahun, dan mendapatkan dukungan sosial yang baik. Hasil wawancara dengan responden mengatakan bahwa dukungan sosial sangat mereka butuhkan dalam proses mereka menghadapi kanker payudara dan dampaknya.
54 Penelitian yang mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian oleh Dragest bahwa dukungan sosial dan demografi berpengaruh terhadap koping kanker payudara (Drageset & Lindstrøm, 2005), (Kim, J., Yeob, J., Shaw, B., McTavish, F., & Gustafson, 2010), ada pengaruh mekanisme koping dengan dukungan sosial pada wanita Hungarian dengan kanker payudara(Németh et al., 2011). Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa dukungan sosial yang diperoleh seseorang, maka semakin rendah ketegangan psikologis pada orang tersebut, sehingga dapat menciptakan penyesuaian diri yang positif(Kim et al., 2010). Diagnosis kanker dan penatalaksanaannya berdampak pada perubahan bio, psiko,sosial dan spiritual pasien. Kondisi itu membutuhkan mekanisme koping. Secara psikologis, penderita kanker payudara memiliki perubahan berkomunikasi, dan berfikir yang nantinya akan sangat mengganggu fungsi peran penderita. Perubahan fisik membuat mereka merasa terasing dari orang orang dan mereka memiliki persepsi bahwa dirinya tidak berguna lagi. Kondisi tersebut dirasakan sebagai suatu bentuk kekecewaan atau krisis yang dialami oleh penderita. Penderita merasa kehilangan tujuan hidupnya merasa jauh dengan teman, dan kehilangan kesehatan fisik secara menyeluruh(Ute Goerling, 2018). Perubahan psikologis mengganggu proses pengobatan secara medis sehingga akan semakin tinggi pula resiko psikologis yang dihadapi oleh penderita. Oleh karena itu, srategi koping akan muncul atau dilakukan ketika ada tuntutan yang dirasa oleh penderita menantang atau membebani (Lazarus dan Folkman, 1984), yang tujuannya adalah untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan atau tekanan baik dari dalam maupun dari luar penderita kanker payudara. Strategi koping atau pengelolaan tekanan yang dimunculkan penderita dapat berupa tindakan positif maupun tindakan negatif. Bentuk positif pengelolaan ini dapat berupa penerimaan keadaan, lebih siap dan pasrah Dukungan antar individu dalam komunitas yang sama bersifat timbal balik, sangat berdampak pada perilaku pasien kanker payudara dimana lingkungan mempengaruhi individu dan individu mempengaruhi perkembangan lingkungan dengan saling berbagi empati dan peduli serta informasi(Junghyun Kim, Jeong Yeob Han, Bret Shaw, Fiona Mctavish, 2010). Sehingga kemampuan koping seorang penderita kanker payudara akan sangat memerlukan input dari luar individu, yaitu dari lingkungan sosialnya atau berupa dukungan sosial.
55 Bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh lingkungan sosial dapat berupa kesempatan untuk bercerita, meminta pertimbangan, bantuan nasehat, atau bahkan tempat untuk mengeluh. Dukungan sosial akan sangat diperlukan oleh penderita kanker payudara. Dukungan sosial akan mengurangi ketegangan psikologis dan menstabilkan kembali emosi para penderita kanker payudara. Perlunya dukungan spiritual untuk di telaah dan dikembangkan pada penelitian lebih lanjut mengingat mekanisme koping salah satunya adalah koping spiritual yang dipengaruhi oleh dukungan sosial. 6.1.4 Pengaruh spiritualitas terhadap persepsi penyakit Pengaruh secara langsung spiritualitas terhadap persepsi penyakit Menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan antara spiritualitas terhadap persepsi penyakit dalam model regulasi spiritual pasien kanker payudara. Indikator Harapan pada spiritual sangat berkaitan dengan lama penyakit. Pasien yang memiliki spiritualitas yang baik akan memberikan respon yang positif dalam mempersepsikan penyakit. Responden yang memiliki spiritualitas yag baik adalah yang sudah mengalami sakit kanker lebih dari 1 tahun, sudah dilaksankan terapi dan mendapatkan informasi yang akurat serta dukungan sosial yang baik juga. Spiritualitas akan membuat seseorang memiliki semangat, harapan dan kesadaran diri yang kuat akan kondisinya. Spiritualitas yang baik akan senantiasa mendasari kognitif, perilaku dalam memandang suatu masalah, bahwa tidak ada yang bisa terjadi tanpa kehendakNya. Penelitian lain yang menunjukkan pentingnya spiritualitas dalam menghadapi kondisi sakit terutama pasien kanker payudara adalah penelitian yang dilakukan oleh Bodek bahwa spiritualitas sangat berpengaruh terhadap respon pasien terhadap penyakitnya dan sangat dibutuhkan para perawatan paliatif(Bodek, 2010), penelitian lain adalah dilakukan pada wanita Afrika tentang religiusitas, spiritualitas yang berpengaruh terhadap persepsi dan pemilihan pelayanan kesehatan (Dessio et al., 2004), ada pengaruh spiritualitas dengan kesehatan individu (George et al., 2000). Berdasarkan hasil penelitian hal ini sesuai dengan konsep cara pandang pasien secara holistic komprehensif biopsikososial spiritual, bahwa respon dan dampak sakit sangat berpengaruh pada semua aspek kehidupan pasien. Kebutuhan akan spiritualitas bagi individu membawa dampak pada sikap dan perilaku individu dalam merespon penyakitnya(Sulmasy, 2002). Kebutuhan spiritual pasien adalah kebutuhan akan makna dan tujuan, kebutuhan akan
56 cinta dan hubungan yang harmonis, kebutuhan akan pengampunan, kebutuhan akan sumber pengharapan dan kekuatan, kebutuhan akan kreativitas, kebutuhan akan kepercayaan, kebutuhan untuk mengekspresikan keyakinan pribadi, kebutuhan untuk mempertahankan praktek spiritual, dan keyakinan pada Tuhan(A Narayanasamy, 2007). Spiritualitas yang baik akan membawa perubahan pada persepsi individu menjadi positif. Karena individu meyakini bahwa semua yang terjadi adalah kehendak dan ketentuannya. Pentingnya spiritualitas dalam memahami penyakit perlu diintegrasikan dalam memberikan pelayan kesehatan. Dalam penelitian ini peneliti hanya membuat indikator 4 indikator yaitu, makna hidup, bersyukur, harapan dan self transenden. Menurut Syukur ada banyak indikator dalam memaknai spiritual healing atau sufi healing, diantaranya adalah taubat, wara, zuhud, sabar, qonaah, ridha, tawakkal, ikhlas, muqorabah, muraqabah, khawf dan raja(Syukur, 2012). Selanjutnya indikator spiritualitas itu dapat dilakukan untuk penelitian lebih lanjut agar lebih menyempurnakan indikator spiritualitas dalam upaya peningkatan kualitas hidup pada penelitian selanjutnya. 6.1.5 Pengaruh spiritualitas terhadap respon emosional Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh spiritualitas terhadap respon emosional pasien kanker payudara. Indikator spiritualitas yang paling tinggi adalah harapan. Sedangkan respon emosional yang paling tinggi adalah indikator menerima. Responden yang memiliki harapan yang tinggi akan kesembuhan penyakitnya mereka akan berespon positif secara emosional, sehingga menghasilkan sikap dan perilaku yang positif untuk mendukung ke penyelesian masalah yang dihadapi. Responden yang memiliki spiritualitas yang baik adalah yang usia lansia awal, sudah menderita kanker diatas 1 tahun, dukungan sosial yang baik dari keluarga dan orang terdekat serta group komunitasnya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa spritualitas sangat berpengaruh terhadap emosional seseorang dalam menghadapi penyakitnya(Bodek, 2010), penelitian lain adalah dilakukan pada wanita Afrika tentang religiusitas, spiritualitas yang berpengaruh terhadap persepsi dan pemilihan pelayanan kesehatan (Dessio et al., 2004), ada pengaruh spiritualitas dengan kesehatan individu (George et al., 2000).
57 Individu yang memiliki emosional yang terkontrol, sabar, tenang, menerima, ikhlas, pasrah adalah individu yang senantuiasa menerapkan konsep spiritualitas secara komprehensif dalam kehidupannya(Syukur,2012). Untuk itu diperlukan pendekatan spiritualitas sejak awal dalam merespon penyakit dan dalam menghadapi permasalahan yang timbul agar individu dapat mengendalikan respon emosional yang negatif. Spiritualitas tidak hanya menawarkan penanganan masalah tetapi juga menawarkan promosi prevensi dalam upaya peningkatan Kesehatan individu(McClain, et al., 2003). 6.1.6 Pengaruh spiritualitas terhadap koping Pengaruh secara langsung spiritualitas terhadap koping Menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan antara spiritualitas terhadap koping dalam model regulasi spiritual pasien kanker payudara. Spiritualitas tidak hanya menyangkut metakognitif pada pasien kanker tetapi hadirnya motivasi dan pikiran positip akan mempengaruhi proses penyelesaian masalah yang dihadapi pasien kanker payudara. Penderita kanker payudara yang mempunyai spiritualitas yang kurang cenderung mengatasi masalah dengan koping yang maladaptif. Spiritualitas yang baik akan mendasari pola pikir, perilaku dan sikap dalam proses mekanisme koping. Ketika responden menyadari bahwa semua kehidupan adalah kehendak dan kuasa Tuhan, maka responden akan lebih menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada penyelesaian masalah dan spiritual koping. Mereka mengatasi berdasarkan apa yang mereka pahami benar, berdasarkan keyakinan,makna hidup yang diyakini serta penuh berharap dengan menyandarkan pada Tuhan(Narayanasamy, 2007). Beberapa penelitian juga menunjukkan hal yang sama yaitu spiritualitas, kebutuhan spiritual berpengaruh terhadap mekanisme koping pasien kanker((Taylor-Johnston, 2003),(McClain, etall.,2003),(Miller, et all., 1988). Pentingnya penanaman spiritualitas dalam diri pasien akan berdampak pada mekanisme koping yang positif dan kualitas hidup yang baik. 6.1.7 Pengaruh persepi penyakit terhadap respon emosional Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan persepsi penyakit dengan respon emosional pasien kanker payudara. Persepsi penyakit kanker payudara indikator yang paling dominan adalah
58 tentang lama dan dampaknya kanker payudara. Sebagian besar responden sebelum mendapatkan informasi yang valid dan akurat dari tenaga Kesehatan memiliki persepsi penyakit yang kurang baik, hal ini terjadi pada responden yang baru atau kurang dari 1 tahun terdiagnosis, kurangnya dukungan informasi, atau pada mereka usia lansia lanjut dan usia dengan Pendidikan yang kurang. Persepsi penyakit berpengaruh pada respon emosional sesuai dengan hasil penelitiannya(Kaptein et al., 2007) yang menyatakan bahwa persepsi penyakit yang positif berdampak pada respon emosional yang positif, demikian juga sebaliknya. Persepsi individu akan suatu obyek berdampak pada respon emosional individu terhadap obyek tersebut. Dukungan informasi, media dan srana yang kondusif berpengaruh pada peningkatan persepsi individu( Leventhal, 2003). Untuk itu perlu dukungan sosial, informasi yang tepat agar dapat memberikan persepsi penyakit yang akurat dan respon emosional yang positif. 6.1.8 Pengaruh persepsi penyakit terhadap koping Pengaruh secara langsung persepsi penyakit terhadap Koping Menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan antara persepsi penyakit terhadap koping dalam model regulasi spiritual diri pasien kanker payudara. Koping seseorang sangat dipengaruhi oleh bagaimana penderita menilai penyakitnya. Persepsi terhadap penyakit, dampak, lama sakit, kekambuhan, serta penatalaksanaannya akan menyebabkan perubahan kognitif dan perilaku sehingga akan berdampak pada mekanisme yang digunakan oleh penderita. Waktu yang diperlukan untuk beradaptasi masing pasien berbeda lamanya, semakin lama pasien menjalani pengobatan maka berpengaruh pada cara adaptasi pasien semakin baik karena pasien telah mendapat pendidikan kesehatan atau informasi yang diperlukan semakin banyak dari petugas kesehatan. Semakin lama pasien menjalani pengobatan (kemoterapi), maka semakin patuh pasien tersebut karena pasien sudah mencapai tahap accepted (menerima) dengan adanya pendidikan kesehatan dari petugas kesehatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hidupnya(Taylor, 2003). Seperti dijelaskan oleh Mishel, (dalam Albertsen, 2009) beberapa faktor yang mempengaruhi dalam persepsi penyakit yang di alami oleh pasien adalah dalam ketidakjelasan mengenai operasi bagi dirinya, ketidakjelasan mengenai kondisi penyakit yang tidak jelas dan sering berubah,
59 kompleksitas dan kerumitan mengenai operasi, prosedur dan perawatan operasi bagi dirinya. Informasi yang kurang akurat, yang mengenai penyakitnya dan penatalaksanaanya, serta kemampuan pasien untuk memprediksikan mengenai hasil operasi dan memprediksikan gejala penyakit. Sejumlah penelitian telah melaporkan dampak negatif dari ketidakpastian terhadap psikologis, ditandai dengan berbagai kecemasan, depresi, putus asa dan tekanan psikologis. Ketidakpastian juga telah terbukti berdampak negatif terhadap kualitas hidup ((Leventhal, Brissette, & Leventhal, 2003), kepuasan dengan hubungan keluarga , kepuasan dengan layanan kesehatan, dan pemeliharaan pemberi perawatan keluarga untuk aktivitas perawatan diri sendiri(Ghislain et al., 2016). Untuk itu sangat penting informasi yang akurat, tepat dan diberikan oleh ahli yang tepat sangat berpengaruh bagi mekanisme koping pasien kanker payudara. 6.1.9 Pengaruh respon emosional terhadap koping Pengaruh respon emosional terhadap koping menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan antara respon emosional terhadap koping dalam model regulasi spiritual pasien kanker payudara. Pada penelitian ini respon emosional pasien yang positif, menerima dan koping yang konstruktif pada spiritual koping terjadi pada responden yang sudah lama menderita kanker payudara, yang terdiagnosis lebih dari 1 tahun, yang sudah menikah, yang dukungan sosialnya baik dan spiritualitasnya baik. Terjadi pada responden diusia lansia awal. Kondisi terjadi karena pengalaman, lamanya terpapar, dukungan pasangan, berdampak pada respon emosional pasien. Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan oleh individu untuk beradaptasi terhadap stres, menyelesaikan masalah, penyesuaian diri terhadap perubahan, dan respon terhadap situasi yang mengancam jiwa (Stuart dan Sundeen, 2008). Mekanisme koping bersifat konstruktif ketika ansietas digunakan sebagai tanda peringatan dan individu menerimanya sebagai tantangan untuk meyelesaikan masalah. Dalam meningkatkan mekanisme koping dibutuhkan pemikiran yang positif dan dukungan emosional oleh keluarga. Koping yang efektif akan membantu individu terbebas dari stres yang berkepanjangan. Setiap individu menggunakan koping berbeda untuk menghadapi masalah yang melibatkan perubahan dalam masyarakat dan sistem hidup dari kondisi yang dianggap tidak memuaskan kepada suatu keaadan yang lebih baik(Ogden, 2012).
60 Diperlukan dukungan sosial, kondisi dan informasi yang akurat, spirituallitas yang baik agar pasien kanker payudara memiliki respon emosional yang positif dalam menghadapi penyakit kanker payudara dan dampaknya. 6.1.10Pengaruh koping terhadap regulasi spiritual diri Pengaruh koping terhadap regulasi spiritual diri menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan antara koping terhadap regulasi spiritual diri dalam model regulasi spiritual pasien kanker payudara. Pengaruh paling kuat adalah indikator self spiritual spiritual terhadap regulasi spiritual diri. Spiritual koping merupakan indikator yang dominan dalam variabel koping. Responden yang memiliki spiritual koping yang baik berdampak pada proses meregulasi spiritual diri yang baik juga. Kondisi ini dipengaruhi oleh respon emosioanl yang positif, persepsi penyakit yang baik, spiritualitas yang baik dan dukungan sosial yang baik. Responden yang lebih lama terdiagnosis kanker payudara memiliki regulasi spiritual diri yang baik dariapada yang baru atau kurang dari 1 tahun terdiagnosis, wanita yang kawin, yang sudah menikah, yang sudah terapi kemoterapi memiliki regulasi spiritual yang baik. Hal ini disebabkan regulasi spiritual diri adalah suatu proses membangun kemampuan individu dalam menggerakkan kognitif, sikap, perilaku melalui proses self kognitif, self motivation, self behavior dan self spiritual dipengaruhi oleh pengalaman, support system, riwayat spiritualitasnya, informasi, koping yang dilakukan oleh individu. Mekanisme koping bersifat konstruktif ketika ansietas digunakan sebagai tanda peringatan dan individu menerimanya sebagai tantangan untuk meyelesaikan masalah. Dalam meningkatkan mekanisme koping dibutuhkan pemikiran aspek positif dan dukungan emosional oleh keluarga. Koping yang efektif akan membantu individu terbebas dari stres yang berkepanjangan. Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Penekanan pada pengajarannya adalah untuk mencari alternatif, menentukan tujuan yang realistis dan mendukung pencapaian yang benar dan pencapaian yang kecil. Strategi koping yang positif dengan adanya spiritual koping berpengaruh dalam regulasi diri individu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Narayanasamy, 2002) strategi spiritual digunakan pada pasien
61 dengan penyakit kronis. dimana metode ini memang lebih sesuai untuk mengatasi stress yang disebabkan oleh kondisi yang tidak dapat dirubah ataupun dengan kondisi yang dapat dirubah namun dalam jangka waktu yang cukup lama. Strategi koping penderita pasca kanker payudara baik dengan Emotional Focused Coping ataupun dengan Problem Focused Coping dan spiritual koping tidak terbentuk secara otomatis . Regulasi spiritual diri yang baik terbentuk melalui proses pencarian informasi untuk membangun kognitif individu, meningkatkan motivasi, perubahan perilaku, dan membangun spiritualitas diri sehingga individu dapat mengoptimalkan kemampuan dirinya untuk bersikap, berperilaku dan mencari alternatif solusi yang konstruktif dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Regulasi spiritual diri yang baik akan menghasilkan upaya promotive preventif meningkatkan kesehatan individu. Untuk itu penting memberikan pelatihan pada pasien dan petugas tentang regulasi spiritual diri dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. 6.1.11.Pengaruh regulasi spiritual diri terhadap kualitas hidup. Pengaruh secara langsung regulasi spiritualitas diri terhadap peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara, Menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan dan positif antara regulasi spiritualitas diri terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara. Hal ini di tunjukan dari nilai T statistic regulasi spiritual diri sebesar 58,853 dengan koefisien 0,952. Kualitas hidup pasien kanker payudara yang indikatornya meliputi kesejahteraan fisik, kesejahteraan psikologis, social dan spiritual menjadi singkron apabila intervensi yang diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup juga memiliki komponen spiritualitas. Kualitas hidup responden yang baik dipengaruhi oleh kemampuan meregulasi spiritual diri yang baik. Faktor yang mempengaruhi gambaran kualitas hidup pasien adalah sosiodemografi, dukungan social, spiritualitas, persepsi penyakit, respon emosional, koping dan regulasi spiritual diri. Proses regulasi spiritual diri pasien kanker payudara melalui proses yang tidak instan, karena dibutuhkan pengalaman, dukungan, pelatihan. Responden yang memiliki spiritualitas yang baik, mekanisme koping yang baik memiliki proses yang baik dalam meregulasi spiritual dirinya. Regulasi spiritual diri dalam penelitian ini berkaitan dengan komponen spiritualitas dan koping spiritual yang indikatornya masih
62 terbatas pada 4 indikator yaitu, makna hidup, bersyukur, harapan dan self transenden dengan koping spiritual dan 4 indikator pada regulasi spiritual diri mampu meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara. Pentingnya pemenuhan spiritualitas secara komprehensif diharapkan mampu mengatasi masalah psikologis pasien kanker payudara yang berdampak pada masalah fisik dan lainnya. Konsep terapi spiritual atau sufi healing yang diungkapkan oleh Syukur menjadi indikator yang meliputi taubat, wara, zuhud, sabar, qonaah, ridha, tawakkal, ikhlas , muraqabah, muqorabah, khawf dan raja akan menjadikan individu menjadi lebih bahagia, tenang, sejahtera, damai, penuh cinta, penerima, sabar dan ikhlas akan lebih menyempurnakan individu dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraanya (Syukur,2012). Untuk itu diharapkan indicator dapat dilakukan sebagai bahan dan kajian pada penelitian lebih lanjut. 6.2 Temuan baru hasil penelitian Temuan hasil penelitian model Regulasi spiritual diri pada awal penelitian sampai ketahap uji coba model dapat dijelaskan bahwa regulasi spiritual diri berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara. Regulasi spiritual diri yang dibangun melalui tahap interpretasi spiritualiats, appraisal yang meliputi koping spiritual dan terbentuk regulasi spiritual diri mampu meningkatkankualitas hidup pasien kanker payudara. hasil penelitian maka ditemukan pola hubungan yang baru dan lebih memiliki nilai yang kaut dalam membentuk pola koping yang akan digubakan dalam meregulasi spiritual diri bagi pasien kanker payudara dimana spiritual memegang hubungan yang kuat dalam menghasilkan mekanisme koping baik koping yang berpusat pada masalah, koping yang berpusat pada kondisi emosional dan khususnya koping yang berhubungan langsung dengan spiritual pasien kanker payudara. Model Regulasi Spiritual diri ini menggambarkan pemecahan masalah dalam tiga tahap, pertama Interpretasi (merasakan adanya masalah spiritual ). Interpretasi dimulai dengan adanya stimuli situasional dan spiritualitas. Kedua adalah pemilihan koping(mengatasimasalah untuk mendapatkan kembali keeadaan keseimbangan). Terutama dengan menggunakan spiritual koping religious memberikan dampak yang besar terhadap perubahan spiritualitas menghadapi masalah penyakit yang
63 dideritanya. Ketiga adalah appraisal (menilai seberapa berhasil tahapan koping yang telah dijalani). Tahapan tersebut tercermin dalam indikator self kognitif, self motivation, self behavior dan self spiritual. Hasil penelitian ini ditemukan hubungan antara dukungan sosial, spiritualitas, persepsi penyakit, dan respon emosional mempengaruhi secara langsung kepada koping. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan koping sangat dibutuhkan dalam proses regulasi diri yang mendukung meningkatkan kualitas hidup. Regulasi spiritual diri yang mengadopsi teori regulasi diri dari Leventhal dan model biopsikososial spiritual dari Sulmasy yang mengintegrasikan konsep spiritual dalam regulasi diri. 6.3. Kontribusi Penelitian Kontribusi dari penelitian ini adalah memberikan model Regulasi spiritual diri ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup pasien kanker dan dapat dijadikan rekomendasi bagi semua pihak yang terkait dengan perawatan dan penanganan pasien dengan kanker untuk membuat regulasi spiritual diri. Regulasi spiritual diri dapat diintegrasikan sebagai bentuk perawatan paliatif ke dalam penatalaksanaan kanker terpadu telah lama dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia( WHO), seiring dengan terus meningkatnya jumlah pasien kanker sebagai akibat dari meningkatnya usia harapan hidup manusia. Pasien dengan kondisi tersebut mengalami penderitaan yang memerlukan pendekatan spiritual secara terintegrasi berbagai disipilin ilmu agar pasien tersebut memiliki kualitas hidup yang baik dan pada akhir hayatnya meninggal secara bermartabat. Hal ini merupakan kebutuhan penting bagi kemanusiaan terutama untuk pasien dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Regulasi Spiritual diri adalah pendekatan yang efektif bagi pasien yang untuk mengurangi penderitaan dan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarganya. Meminimalkan dampak dari progresifitas penyakit sehingga pasien dapat berfungsi semaksimal mungkin sesuai dengan kondisinya sebelum akhirnya meninggal. Regulasi spiritual diri juga dapat digunakan sebagai upaya promotif preventif dalam meningkatkan derajat Kesehatan individu dan masyarakat. Regulasi Spiritual diri memberdayakan kemampuan diri pasien dalam mengambil peran yang penting dalam membuat keputusan
64 yang akan diambil tentang kondisinya. Tujuan regulasi spiritual diri bagi setiap pasien berbeda dan dibuat dengan memperhatikan hal yang ingin dicapai oleh pasien bila memungkinkan meningkatkan kualitas hidup, memberikan dukungan psikososial dan spiritual serta memberikan dukungan kepada keluarga selama pasien sakit dan selama masa dukacita. Regulasi spiritual diri juga dapat dilakukan untuk tindakan promotif rehabilitatif dalam mencegah, meminimalkan dan memperbaiki kondisi kanker payudara. Model regulasi spiritual diri juga dapat diterapkan untuk penyakit lain. 6.4. Keterbatasan penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah yang berkaitan dengan model regulasi spiritual diri membutuhkan komitmen pasien dalam membuat rencana sehingga membutuhkan penelitian pendahuluan yang berkaitan dengan pemahaman pasien terhadap spiritual yang dialami pasien. Komponen kualitas hidup menunjukkan suatu konsep dari paduan multidimensional, yang secara umum telah ditetapkan sebagai kebahagiaan atau kepuasan hidup. Kualitas hidup dapat digunakan untuk mengevaluasi kehidupan individu, sebagai perspektif pasien akan apa yang telah mereka lakukan, bagaimana mereka melakukannya, dan bagaimana perasaan mereka mengenai kondisi hidup mereka. Penilaian kualitas hidup seseorang adalah suatu yang sangat kompleks dan fluktuatif yang di pengaruhi oleh banyak faktor, untuk itu perlu kontrol dan mekanisme khusus untuk meminimalkan bias penilaian responden terhadap tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Keterbatasan domain spiritualitas dengan 4 indikator, diharapkan dapat melakukan penelitian dengan menggunkan indicator yang lebih kompleks sehingga dapat memaksimalkan output atau perubahan kualitas hidup pasien kanker payudara. Penelitian ini mempunyai karakteristik sampel yang perlu mempertimbangkan suku, budaya dan generalisasi dengan area dan populasi yang terbatas sesuai dengan jumlah penderita kanker. Desain ini lebih menekankan pada pembatasan jumlah responden berdasarkan kriteria tertentu, sehingga responden terpilih merupakan responden yang ditentunkan berdasarkanpertimbangan peneliti, perlu dilakukan penelitian pada area dan populasi yang berbeda. Pada Penelitian selanjutnya journey lebih diutamakan untuk menggali lebih dalam regulasi spiritual diri dengan indikator yang lebih kompleks dan juga digunakan sebagai uapaya tindakan preventif promotife juga tidak hanya pada pasien kanker payudara.
65 BAB 7 PENUTUP Sebagai akhir penelitian ini akan dijelaskan kesimpulan dan saran. Adapun kesimpulan dan saran dalam penelitian ini sebagai berikut : 7.1 Simpulan 7.1.1 Dukungan sosial berpengaruh signifikan dalam peningkatan persepsi penyakit pasien kanker payudara. 7.1.2 Dukungan sosial berpengaruh signifikan dalam peningkatan respon emosional penyakit pasien kanker payudara. 7.1.3 Dukungan sosial berpengaruh signifikan dalam peningkatan koping pasien kanker payudara. 7.1.4 Spiritualitas berpengaruh signifikan dalam peningkatan persepsi penyakit kanker payudara. 7.1.5 Spiritualitas berpengaruh signifikan dalam peningkatan respon Persepsi penyakit berpengaruh signifikan dalam peningkatan respon emosional pasien kanker payudara. 7.1.6 Spiritualitas berpengaruh signifikan dalam peningkatan koping pasien penyakit kanker payudara. 7.1.7 Persepsi penyakit berpengaruh signifikan dalam peningkatan respon emosional pasien kanker payudara. 7.1.8 Persepsi penyakit berpengaruh signifikan dalam peningkatan koping pasien kanker payudara. 7.1.9 Respon emosional berpengaruh signifikan dalam peningkatan koping pasien kanker payudara. 7.1.10 Koping berpengaruh signifikan dalam peningkatan regulasi spiritual diri pasien kanker payudara. 7.1.11 Regulasi spiritual diri berpengaruh signifikan dalam peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara. 7.2 Saran 7.2.1. Bagi Pasien dan Keluarga Hendaknya meningkatkan dukungan sosial bagi pasien kanker payudara melalui dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan penilaian pada pasien kanker payudara. Membantu pasien
66 aktif mencari sumber yang valid, akurat dan bergabung dalam komunitas penyintas kanker payudara. Perlu juga dukungan spiritual pada pasien kanker payudara. 7.2.2. Bagi Tenaga Kesehatan 1. Memberikan dukungan sosial melalui dukungan informasi dapat diberikan secara lebih persuasif, terapeutik dan komprehensif tentang kanker payudara. Memfasilitasi pasien untuk mendapatkan dukungan emosional, penilaian dan instrumen lebih ditingkatkan oleh pasangan dan keluarga. Perlu mengidentifikasi dukungan spiritual pasien kanker payudara dan memberikan dukungan spiritual pada pasien kanker payudara. 2. Melibatkan pasien dalam komunitas kanker payudara serta mensosialisasika atau menggerakan komunitas pendamping pasien kanker payudara. 3. Menggunakan pendekatan spiritualitas dalam melayani pasien kanker payudara sebagai salah satu alternatif solusi pemecahan masalah psikososial dan peningkatan kualitas hidup pasien kanker payudara. 4. Meningkatkan kerjasama yang konsisten antara pasien, pasangan, keluarga, komunitas, pemberi pelayanan dan pembuat kebijakan agar kualitas hidup pasien kanker payudara meningkat dan dampak akibat kanker dapat diatasi secara berkesinambungan diantaranya dengan model regulasi spiritual diri. 5. Perlu adanya media yang mudah diakses oleh pasien kanker payudara untuk dapat melatih kemampuan dirinya dalam mengembangkan regulasi spiritual diri secara kontinyu dan dinamis. 6. Menerapkan regulasi spiritual diri sebagai upaya promotife preventif dalam peningkatan derajat kesehatan individu dan masyarakat. 7.2.3. Peneliti lanjut Melakukan penelitian lebih lanjut tentang spiritualitas dengan indikator yang lebih kompleks dan metode yang lebih komprehensif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara yang fluktuatif dan lebih dinamis serta untuk meningkatkan derajat kesehatan pada umumnya.
67 DAFTAR PUSTAKA Ai, et al., (2017). Changing trends and influencing factors of the quality of life of chemotherapy patients with breast cancer. Chinese Nursing Research, 14. https://doi.org/10.1016/j.cnre.2017.03.006 Aiiegbola, Mo. (2004). Spirituality and Quality of Life in Chronic Illness. The Fournal of Theory Construction & Testing, 10(2), 42–47. Almutairi, K. M., Mansour, E. A., & Vinluan, J. M. (2016). A cross-sectional assessment of quality of life of breast cancer patients in Saudi Arabia. Public Health, 136, 117– 125. https://doi.org/10.1016/j.puhe.2016.03.008 American Cancer Society. (2011). What You Need to Know - NOW. In Breast Cancer: What You Need to Know-NOW. Anderson, M. D. (2008). Breast cancer. In Springer. https://doi.org/10.1016/j.mpmed.2015.10.002 Anggraeni, M. D., & Ekowati, W. (2010). Peran Keluarga dalam memberikan dukungan terhadap pencapaian integritas diri pasien kanker payudara post radikal mastektomi. Jurnal Keperawatan Soedirman, 5(2), 105– 114. Awadalla, A. W., Ohaeri, J. U., Gholoum, A., Khalid, A. O. a, Hamad, H. M. a, & Jacob, A. (2007). Factors associated with quality of life of outpatients with breast cancer and gynecologic cancers and their family caregivers: a controlled study. BMC Cancer, 7, 102. https://doi.org/10.1186/1471-2407-7-102 Balboni, T. A., Vanderwerker, L. C., Block, S. D., Paulk, M. E., Lathan, C. S., Peteet, J. R., & Prigerson, H. G. (2007). Religiousness and Spiritual Support Among Advanced Cancer Patients and Associations With End-of-Life Treatment Preferences and Quality of Life. Journal of Clinical Oncology, 25(5), 555–560. https://doi.org/10.1200/JCO.2006.07.9046 Bandura, A. (1977). Social Learing Theory. In Psychology (Vol. 03, Issue 10). https://doi.org/10.4236/psych.2012.310138 Barbara Kozier, Glenora Erb, Audrey Berman, S. S. (2007). Fundamental of nursing (8th ed.). Prentice Hall.
68 Bodek, H. (2010). Spirituality in Palliative & End of -Life Care Spirituality in Palliative & End of - Life Care Spirituality in Palliative & End End- of -Life Care. 1–21. Brédart, A., Kop, J. L., Griesser, A. C., Fiszer, C., Zaman, K., Panes-Ruedin, B., Jeanneret, W., Delaloye, J. F., Zimmers, S., Berthet, V., & Dolbeault, S. (2013). Assessment of needs, health-related quality of life, and satisfaction with care in breast cancer patients to better target supportive care. Annals of Oncology, 24(8), 2151– 2158. https://doi.org/10.1093/annonc/mdt128 Brien, M. E. O. (2011). Spirituality in Nursing: Standing on Holy Ground (4th ed.). Jones & Bartlett Learning. Brien, M. E. O., & Brien, M. E. O. (2011). Spirituality in Nursing in Nursing Fourth Edition. Brusilovskiy, E., & Mitstifer, M. (2009). Perceived Partner Adaptation and Psychosocial Outcomes for Newly Diagnosed Stage I and Stage II Breast Cancer Patients. 42–58. https://doi.org/10.1080/07347330802614774 Büssing, A., & Koenig, H. G. (2010). Spiritual Needs of Patients with Chronic Diseases. Religions, 18–27. https://doi.org/10.3390/rel1010018 Cameron LD, Leventhal H, editors. T. S. of H. and I. B. L. R. 2003. (2009). Handbook of Personality and Self- regulation. In Handbook of Personality and Self- Regulation. https://doi.org/10.1002/9781444318111 Carver, C. S., & Scheier, M. F. (2003). Series in Social Psychology. Catane, R., Hashomer, T., Kloke, M., Tanneberger, S., & Schrijvers, D. (2006). European Society for Medical Oncology Handbook of Advanced Cancer Care Edited by. Charles Swanton, S. R. D. J. (2011). Handbook of Metastatic Breast Cancer (2nd ed.). Informa,Healtcare. Cordella, M., & Poiani, A. (2014). Behavioural Oncology. In Behavioural Oncology. https://doi.org/10.1007/978-1- 4614-9605-2 Corry, D. A. S., Tracey, A. P., & Lewis, C. A. (2015). Spirituality and Creativity in Coping, Their Association and Transformative Effect: A Qualitative Enquiry. 499– 526. https://doi.org/10.3390/rel6020499 Cummings-winfield, C., Con, C., Mushani-kanji, T., & Chpcn,
69 C. (2008). Exercise and quality of life. Access, 12(6), 31– 40. Dehkordi, A., Heydarnejad, M. S., & Fatehi, D. (2009). Quality of Life in Cancer Patients undergoing Chemotherapy. Oman Medical Journal, 24(3), 204–207. https://doi.org/10.5001/omj.2009.40 DeLaune, S. C., & Ladner, P. K. (2002). Fundamentals of Nursing : Standards & Practice. In Nursing (2nd ed.). Thomson Learning, Inc. Dessio, W., Wade, C., Chao, M., Kronenberg, F., Cushman, L. E., & Kalmuss, D. (2004). Religion, spirituality, and healthcare choices of African-American women: results of a national survey. Ethnicity & Disease, 14(2), 189–197. http://europepmc.org/abstract/MED/15132203 Dossey, A.M., Keegan, L., Guzeeta, & CE. (2005). Holistic Nursing a Handbook for Practice (Fourth Edi). Jones and Bartlet Publisher Inc. Massachusetts. Drageset, S., & Lindstrøm, T. C. (2005). Coping with a possible breast cancer diagnosis: Demographic factors and social support. Journal of Advanced Nursing, 51(3), 217–226. https://doi.org/10.1111/j.1365- 2648.2005.03495.x Endiyono, & Herdiana, W. (2016). Hubungan dukungan spiritual dan dukungan sosial dengan kualitas hidup pasien kanker payudara di RSUD prof. dr. margono soekarjo purwokerto. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, 14(2), 16–23. https://doi.org/10.1093/qjmed/hcy106/5003054 Fajariyah, isnanini et all. (2013). Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Kanker Rumah Singgah Melalui Pendampingan Keluarga Pasien Di Yayasan Kanker Indonesia (Yki) Cabang Jawa Timur. 1–6. Fowler, J. W. (1991). Stages in faith consciousness. New Directions for Child and Adolescent Development, 1991(52), 27–45. https://doi.org/10.1002/cd.23219915204 Gall, T. L., & Bilodeau, C. (2017). “Why me?”–women’s use of spiritual causal attributions in making sense of breast cancer. Psychology and Health, 32(6), 709–727. https://doi.org/10.1080/08870446.2017.1293270 George, L. K., Larson, D. B., Koenig, H. G., & McCullough,
70 M. E. (2000). Spirituality and health: What we know, what we need to know. Journal of Social and Clinical Psychology, 19(1), 102–116. https://doi.org/10.1521/jscp.2000.19.1.102 Ghozali, & I. (2016). Konsep, Tehnik dan Aplikasi menggunakan Program SMARTPLS 3.0. Penerbit Universitas Diponegoro. Globocan. 2012. (2012). No TitleEstimatedCancer Incidence, Mortality,Prevalence and Disability-adjusted life years (DALYs) Worldwide in 2008. Gonçalves, J. P. B., Lucchetti, G., Menezes, P. R., & Vallada, H. (2015). Religious and spiritual interventions in mental health care: a systematic review and meta-analysis of randomized controlled clinical trials. Psychological Medicine, 45(14), 2937–2949. https://doi.org/10.1017/S0033291715001166 Green, M. R., Emery, C. F., Kozora, E., Diaz, P. T., & Make, B. J. (2011). Religious and Spiritual Coping and Quality of Life Among Patients With Emphysema in the National Emphysema Treatment Trial. 1514–1521. https://doi.org/10.4187/respcare.01105 Haddou Rahou, B., El Rhazi, K., Ouasmani, F., Nejjari, C., Bekkali, R., Montazeri, A., & Mesfioui, A. (2016). Quality of life in Arab women with breast cancer: a review of the literature. Health and Quality of Life Outcomes, 14(1), 64. https://doi.org/10.1186/s12955- 016-0468-9 Hamid, A. Y. . (2008). Bunga rampai: Asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC. Hasnani, F. (2012). Spiritualitas dan Kualitas Hidup Penderita Kanker Serviks. Jurnal Poltekkes, 123–132. http://www.poltekkesjakarta1.ac.id/ Hawari, D. (2002). Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Jakarta: FKUI. Hoyle, R. H. (2010). Handbook of Personality and Self- Regulation Edited by. Hunter, M. S., Grunfeld, E. a, & Ramirez, A. J. (2003). Help- seeking intentions for breast-cancer symptoms: a comparison of the self-regulation model and the theory of planned behaviour. British Journal of Health Psychology, 8(Pt 3), 319–333.
71 https://doi.org/10.1348/135910703322370888 Husni, M., Romadoni, S., & Rukiyati, D. (2012a). Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien kanker payudara di instalasi rawat inap bedah rsup dr . Mohammad hoesin Palembang 2012. 2(2355), 77–83. Husni, M., Romadoni, S., & Rukiyati, D. (2012b). hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien kanker payudara di instalasi rawat inap bedah rsup dr . mohammad hoesin palembang tahun 2012 abstrak pendahuluan Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal , yaitu , tumbuh sangat . 2(2355), 77–83. Jewell, A. (2004). Ageing, Spirituality andWell-being (A. Jewell (ed.)). Jessica Kingsley Publishers. Jo Barber and Maddy Parkes. (2015). spiritual care in mental illness (2nd ed.). Birmingham and Solihull Mental Health NHS Foundation Trus. Kaptein, Ad A, Schoones, J. W., Fischer, M. J., Thong, M. S. Y., Kroep, J. R., & Hoeven, K. J. M. Van Der. (2015). Illness Perceptions in Women with Breast Cancer — a Systematic Literature Review. 117–126. https://doi.org/10.1007/s12609-015-0187-y Kaptein, Adrian A, Helder, D. I., Scharloo, M., Kempen, G. M. J. Van, Weinman, J., & Van, H. J. C. (2007). Illness perceptions and coping explain well-being in patients with Huntington ’ s disease. October 2014, 37–41. https://doi.org/10.1080/14768320500456947 Khalili, N., Farajzadegan, Z., Mokarian, F., & Bahrami, F. (2013). Coping strategies, quality of life and pain in women with breast cancer. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research, 18(2), 105–111. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23983738 Kim, J., Yeob, J., Shaw, B., McTavish, F., & Gustafson, D. (2010). The Roles of Social Support and Coping Strategies in Predicting Breast Cancer Patients’ Emotional Well-being: Testing Mediation and Moderation Models. Journal of Health Psychology, 15(4), 543–552., 15(4)(The Roles of Social Support and Coping Strategies in Predicting Breast Cancer Patients’ Emotional Well-being: Testing Mediation and
72 Moderation Models.), 543–552. https://doi.org/https://doi.org/10.1177/135910530935533 8 Kim, J., Jeong Yeob Han, Shaw, B., McTavish, F., & Gustafson, D. (2010). The roles of social support and coping strategies in predicting breast cancer patients emotional well-being: Testing mediation and moderation models. Journal of Health Psychology, 15(4), 543–552. https://doi.org/10.1177/1359105309355338 Koenig, H. G. (2012). Religion, spirituality, and health: The research and clinical implications. International Scholarly Research Network Psychiatry, 2012, 1–33. https://doi.org/10.5402/2012/278730 Kozier, E. B. S. (2004). (2004). Fudamental of nursing: Concepts, process, and practice. (Seventh Ed). New Jersey : Pearson Education. Inc. Kroenke, C. H., Kwan, M. L., Neugut, A. I., Ergas, I. J., Wright, J. D., Caan, B. J., Hershman, D., & Kushi, L. H. (2013). Social networks, social support mechanisms, and quality of life after breast cancer diagnosis. Breast Cancer Research and Treatment, 139(2), 515–527. https://doi.org/10.1007/s10549-013-2477-2 Kröz, M., Reif, M., Bartsch, C., Heckmann, C., Zerm, R., Schad, F., & Girke, M. (2014). Impact of autonomic and self-regulation on cancer-related fatigue and distress in breast cancer patients - a prospective observational study. Journal of Cancer Survivorship, 8(2), 319–328. https://doi.org/10.1007/s11764-013-0314-6 Kuntoro. (2013). Dasar Filosofis Metodologi Penelitian. Pustaka Melati Lavdaniti, M. (2015). Nursing and Care Quality of Life in Cancer Patients- A Nursing Perspective. 4(2). Lavdaniti, M., & Tsitsis, N. (2015). iMedPub Journals Definitions and Conceptual Models of Quality of Life in Cancer Patients Theoretical Models Used in Quality of Life Research for Cancer Patients. 1–5. Lesley Fallowfield, A. C. (2002a). Breast cancer (Ray Fitzpatrick and Stanton Newman (ed.)). This edition published in the Taylor & Francis e-Library, 2002. Lesley Fallowfield, A. C. (2002b). Breast cancer The Experience of Illness Series (R. F. and S. Newman (ed.)).
73 Tavistock/Routledge London and New York. Leventhal, H., Brissette, I., & Leventhal, E. A. (2003). The common-sense model of self-regulation of health and illness. The Self-Regulation of Health and Illness Behaviour, November, 42–65. https://doi.org/10.1093/rheumatology/kem060 Leventhal, H., Leventhal, E. A., & Contrada, R. J. (2014). Self- regulation , health , and behavior : A perceptual- cognitive approach SELF-REGULATION , HEALTH , AND BEHAVIOR : A PERCEPTUAL-COGNITIVE APPROACH. October 2014, 37–41. https://doi.org/10.1080/08870449808407425 Mann, T., & Ridder, D. De. (2013). Self-Regulation of Health Behavior : Social Psychological Approaches to Goal Setting and Goal Striving. 32(5), 487–498. https://doi.org/10.1037/a0028533 Matos, T. D. de S., Meneguin, S., Ferreira, M. de L. da S., & Miot, H. A. (2017). Quality of life and religious-spiritual coping in palliative cancer care patients. Revista Latino- Americana de Enfermagem, 25(July). https://doi.org/10.1590/1518-8345.1857.2910 McClain, C. S., Rosenfeld, B., & Breitbart, W. (2003a). Effect of spiritual well-being on end-of-life despair in terminally-ill cancer patients. The Lancet, 361(9369), 1603–1607. McClain, C. S., Rosenfeld, B., & Breitbart, W. (2003b). Effect of spiritual well-being on end-of-life despair in terminally-ill cancer patients. Lancet, 361(9369), 1603– 1607. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(03)13310-7 Mishel, H, M. (1988). Uncertainty in Illness. In Journal of Nursing Scholarship (Vol. 20, Issue 4). https://doi.org/10.1111/j.1547-5069.1988.tb00082.x Monique Boekaert, Paul R.Pintrich, M. Z. (2000). Handbook of self-regulation. Academic Press, An Imprint of Elsevier. Montazeri, A. (2008). Health-related quality of life in breast cancer patients: a bibliographic review of the literature from 1974 to 2007. Journal of Experimental & Clinical Cancer Research : CR, 27(1), 32. https://doi.org/10.1186/1756-9966-27-32
74 Narayanasamy, A. (2006). Spiritual Care and Transcultural Care Research. Quay. https://books.google.co.id/books?id=bcwKAQAAMAAJ Narayanasamy, A. (2007). “Palliative Care and Spirituality.” Indian Journal of Palliative Care, 13(2), 32–41. Narayanasamy, Aru. (2002). Spiritual coping mechanisms in chronically ill patients. October. Németh, K., Kállai, J., Istvan, T., Mangel, L., Farkas, S., Dér, A., Balazs, P., Szabó, I. P., & Pakai, A. (2011). The relationship of coping mechanisms and social support among hungarian women suffering from malignant breast cancer. New Medicine, 2011, 26–29. Nurachmah, E. (1996). Dampak Kanker Payudara dan Pengobatannya Terhadap Aspek Bio-psiko-spiritual Klien yang Berpartisipasi Dalam Kelompok Pendukung Elly Nurachmah. . Nuraeni, A., Padjadjaran, U., Mirwanti, R., Padjadjaran, U., & Nuraeni, A. (2016). Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker Spiritual Needs of Patients with Cancer Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker. January 2015. Oetami, F., M.Thaha, I. L., & Wahiduddin. (2014). Analisis Dampak Pasikologis Pengobatan Kanker Payudara Di RS DR. Wahidin Sudirohusodo Kota Makassar. Ogden, J. (2012). Health Psychology. 589. https://doi.org/10.1097/00001504-199212000-00017 Oktarinda, R. L. D., & Surjaningrum, E. R. (2014). Hubungan antara Persepsi Penyakit dengan Manajemen Diri pada Penderita Diabetes yang Memiliki Riwayat Keturunan. Jurnal Psikologi Klinis Dan Kesehatan Mental, 3(1), 25– 32. https://doi.org/10.1002/ejoc.201200111 Pargament, K. I., Koenig, H. G., & Perez, L. M. (2000). The Many Methods of Religious Coping : Development and Initial Validation of the RCOPE. 56(4), 519–543. Perry, AG & Potter, P. (2005). Fundamental of Nursing (P. Sby (ed.); 6th ed.). Elsevier Ltd. Petrie, K. J., Broadbent, E., & Meechan, G. (1997). Self- regulatory interventions for improving the management of chronic illness. 1. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental
75 keperawatan: konsep, proses, dan praktik (P. D. Yulianti, M. Ester, Penyunt., Y. Asih, M. Sumarwati, D. Evriyani, L. Mahmudah, E. Panggabean, Kusrini, et al. (ed.); 4th ed.). EGC. Pradana, I. P. W. (2012). Hubungan Kualitas Hidup Dengan Kebutuhan Perawatan Paliatif Pada Pasien Kanker Di Rsup Sanglah Denpasar. Preedy, V.R., Watson, R.R. (2010). Handbook of Disease Burdens and Quality of Life Measures. Springer. Rabin, E. G., Heldt, E., Hirakata, V. N., & Fleck, M. P. (2008). Quality of life predictors in breast cancer women. European Journal of Oncology Nursing, 12(1), 53–57. https://doi.org/10.1016/j.ejon.2007.06.003 Rahayu Winarti, U. D. (2016). Pengaruh penerapan asuhan keperawatan spiritual terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang tesis. Saverinus Suhardin, Kusnanto, I. K. (2007). Acceptance and commitment therapy ( act ) meningkatkan kualitas hidup pasien kanker ( Acceptance and Commitment Therapy Improve the Quality of Life Patients Suffering Cancer ) Saverinus Suhardin *, Kusnanto *, Ilya Krisnana * Program Studi Pendidikan Ners. Selman, L., Harding, R., Agupio, G., & Fox, P. (2010). Spiritual care recommendations for people receiving palliative care in sub-Saharan Africa. With Special Reference To. https://www.kcl.ac.uk/lsm/research/divisions/cicelysaun ders/attachments/Spiritual-care-Africa-Full-report.pdf Shaheen, G., Arshad, M., Shamim, T., Arshad, S., Akram, M., & Yasmeen, Z. (2011). Study Design Breast cancer patients referred to BINO were eligible to take part in the study . Base line demographic information was obtained on age , diagnosis ; length of time since diagnosis and effects of treatment on physical and psychological health. 1, 236–243. Solberg, L., Carlson, C. R., Crofford, L. J., Leeuw, R. De, & Segerstrom, S. C. (2010). Self-regulatory deficits in fibromyalgia and temporomandibular disorders. Pain, 151(1), 37–44. https://doi.org/10.1016/j.pain.2010.05.009 Stanton, A. L., Danoff-burg, S., Cameron, C. L., Bishop, M.,
76 Collins, C. A., Kirk, S. B., Sworowski, L. A., Twillman, R., Collins, C. A., Kirk, S. B., & Sworowski, L. A. (2000). Emotionally Expressive Coping Predicts Psychological and Physical Adjustment to Breast Cancer. 68(5), 875– 882. https://doi.org/10.1037//0022-006X.68.5.875 Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Alfabeta. Syukur, M. A. (2012). Sufi Healing: Terapi Dalam Literatur Tasawuf. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 20(2), 391. https://doi.org/10.21580/ws.2012.20.2.205 Taylor-Johnston, E. (2003). Spiritual Needs of Patients With Cancer and Family Caregivers. Cancer Nursing, 26(4). Taylor, E. J. (2001). Spirituality, culture, and cancer care. Seminars in Oncology Nursing, 17(3), 197–205. https://doi.org/10.1053/sonu.2001.25949 Ute Goerling. (2018). Psycho- Oncology (Anja Mehnert (ed.); Second Edi). Springer. Vance, D. L. “. (2001). Nurses’ Attitude Towards Spirituality and Patient Care.” Medical Surgical Nursing. 264-268. Victoria Harmer. (2011). Breast Cancer Nursing Care and Management (Second). Blackwell Publishing Ltd Blackwell, A John Wiley & Sons, Ltd., Publication. Weihs, K. L., Menehan, K., Politi, M., & Lincoln, J. (2005). Chapter 38 – Needs of Breast Cancer Patients and Their Families: Psychosocial Adaptation. In Breast Cancer (Second Edi). Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/B978- 0-443-06634-4.50041-8 WHO. (1998). WHOQOL: measuring quality of life. Psychol Med, 28(3), 551–558. https://doi.org/10.5.12 WHO, I. A. F. R. on C. (2002). IARC Handbooks of Cancer Prevention Breast Cancer Screening (7th ed.). IARC Press. Yan, B., Yang, L. M., Hao, L. P., Yang, C., Quan, L., Wang, L. H., Wu, Z., Li, X. P., Gao, Y. T., Sun, Q., & Yuan, J. M. (2016). Determinants of quality of life for breast cancer patients in Shanghai, China. PLoS ONE, 11(4), 1– 14. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0153714 Yoo, G. J., Levine, E. G., Aviv, C., Ewing, C., & Au, A. (2010). Older women, breast cancer, and social support. Supportive Care in Cancer : Official Journal of the
77 Multinational Association of Supportive Care in Cancer, 18(12), 1521–1530. https://doi.org/10.1007/s00520-009- 0774-4 Yusuf, A., Nihayati, H. E., Iswari, M. F., & Okviasanti, F. (2017). Kebutuhan Spiritual: Konsep dan aplikasi dalam Asuhan Keperawatan. May, 1–326. Zahra Nikmanesh, mahmoud Shirazi, F. farazinezad. (2017). Examining the Predictive Role of Emotional Self- Regulation in Quality of Life and Perception of Suffering among. Middle East Journal of Cancer; April 2017; 8(2): 93-101 Examining, 8(April), 93–101. Zou, Z., Hu, J., & McCoy, T. P. (2014). Quality of life among women with breast cancer living in Wuhan, China. International Journal of Nursing Sciences, 1(1), 79–88. https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2014.02.021
78 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : MASRUROH Jenis kelamin : Perempuan Tempat dan Tanggal lahir : Gresik, 28 Juni 1973 Bidang Keahlian : Keperawatan Maternitas dan No Hp Komplementer Alamat : 081331349657 : Wangkal, RT 12 RW 06 Institusi Krembung Sidoarjo 61275 Email : FIK Unipdu Jombang Kompleks Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang : [email protected] [email protected] 1. Riwayat Pendidikan Perguruan Tinggi No Jenjang Universitas Tahun lulus 1. Diploma III AKPER Darul ‘Ulum 1994 Keperawatan Jombang 2003 2. S1 Keperawatan PSIK- FK 2011 dan Profesi Universitas Brawijaya 2021 3. S2 KIA FKM Universitas Airlangga 4. S3 Kesehatan FKM Masyarakat Universitas Airlangga 2. Pengalaman Penelitian Tahun Keterangan 2015 APBH No Judul Ristekdikti 1. Pengaruh psikoedukasi 2015 2016 PJT terhadap kualitas hidup Litbang Kemenkes pasien gagal ginjal kronis 2017 PJT 2. Riset Pembiayaan Kesehatan 2018 Litbang Kemenkes 3. Riset Penyakit tidak menular PJT ( kanker payudara dan Ca Litbang Kemenkes Cerviks) PJT Litbang Kemenkes 4. Riset Tenaga Kesehatan (Risnakes) 5. Riset kesehatan dasar (Riskesdas)
79 6. Pengaruh family 2018 PDP Ristekdikti psikoedukasi terhadap Unipdu peningkatan self care dalam PJT merawat anak thalassemia Litbang Kemenkes PJT 7. Obesitas sebagai faktor risiko 2018 Litbang Kemenkes PJT terjadinya pre eklamsi Litbang Kemenkes 8. Riset Fasilitas Kesehatan 2019 9. Survey Status Gizi Indonesia 2020 ( SSGI) 10. Survey Status Gizi Indonesia 2021 (SSGI) 3. Publikasi artikel Ilmiah Volume/ tahun Jurnal/Prosidin g No. Judul Vol 15 no 1 Indian Januari / 2021 Journal of 1. Neonatal Death Incidence in Halaman 1265 Forensic Healthcare Facility in Medicine & Indonesia: Does Antenatal Care January-March Toxicology Matter? 2021, Vol. 21, Medico-legal No. 1 1 (vol 21, Update 2. The Determinant of Coping no 1), 1738 Mechanisms among Breast Vol 21 (1) Medico-legal Cancer Patients in Sidoarjo /2021 Update Regency, Indonesia 688-693 3. Smoking Behavior among Female Worker in Indonesia Does Education Matter? 4. The Barrier to Access Health Vol 21 (2), 926- Medico Legal Insurance for Maternity Care: 932/ 2021 Update Case Study of Female Workers in Indonesia 5. Does Contraception Used Vol 11 (11), Systematic Better In Urban Areas?: An 1892-1897/ Reviews in Analysis Of The 2017 Idhs 2020 Pharmacy (Indonesia Demographic And Health Survey) 6. Determinants of Teenage Vol 14 (3)/ Indian Journal Pregnancy in Indonesia. 2020 of Forensic Medicine & Toxicology 7. Obesity as a Risk of Pre Vol 2 (2), 420- Prociding Eklamsia 423/ 2019 the 2nd Joint International Conferences 8. Pengaruh Family Psikoedukasi Vol 5 no 1/ Jurnal Ners dan terhadap Peningkatan Self Care 2018 Kebidanan
80 dalam Merawat Anak (Journal of Ners Thalasemia and widwifery) jnk.phb.ac.id 9. Program Psikoedukasi Vol 1 no 1/ Jurnal Eduhealth Terhadap Peningkatan Kualitas 2018 Hidup Pasien Gagal Ginjal hal 47 -56 Kronik 4. Buku Tahun Penerbit /ISBN No Judul 2009 Merkid Press 1. Panduan lengkap kebidanan 2012 dan keperawatan Penerbit bangkit 2. Etika Keperawatan 2012 ISBN 978-602-18792- 5-2 3. 245 masalah kehamilan 2014 Tora Book 2019 ISBN 978-602-99724- 4. Buku ajar keperawatan 6-7 komplementer 2019 Unipdu 5. Modul regulasi spiritual diri untuk penyintas kanker payudara 6. Modul regulasi spiritual diri untuk fasilitator 5. Hak Kekayaan Intelektual Tahun 2021, Panduan lengkap kebidanan keperawatan, No 000236193 6. Keanggotaan Organisasi a. Anggota Persatuan Perawat Nasional Indonesia ( PPNI ) ( 2016 s.d sekarang) b. Pengurus Ikatan Perawat Maternitas Indonesia ( IPMI) ( 2017 s.d sekarang) c. Pengurus Himpunan Perawat Holistik Indonesia ( HPHI) ( 2018 s.d sekarang )
Search