Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Tim AGB_Kesayanganku_Nolilita

Tim AGB_Kesayanganku_Nolilita

Published by Noli lita, 2021-03-20 04:50:16

Description: Tim AGB_Kesayanganku_Nolilita

Search

Read the Text Version

KESAYANGANKU Sumber Google.com Aku hanyalah seekor itik yang memiliki dua ekor anakyang tinggal di sebuah kandang. Aku sangat menyayangi mereka. Anak pertamaku begitu aku banggakan dan paling aku sayang. Ia begitu sangat menurut dengan perintahku, ia tak pernah mau menolak setiap perintahku,anakku yang pertama bernama Caca. Caca sangat sayang dengan adiknya. Anak kedua kuberi namanya Cici. Cici sangat berbeda dengan kakaknya, dia cengeng dan sedikit temperamen. Namun aku sangat bahagia dengan dua malaikat kecilku.

Caca sering bermain dengan teman-temannya. Ia sangat akrab dengan siapa saja, siapapun dekat dengannya pasti akan senang. Caca begitu banyak teman, berbeda dengan Cici yang selalu menyendiri. Terkadang aku marah karena di selalu bersembunyi ketika bermain. Cici bukanlah anak itik yang cacat, ia sangat manis dan lucu, apalagi dengan kondisi badan yang terbilang gemuk, siapapun pasti geram melihatnya. Tapi, cici lebih asyik dengan dunianya. Cici adalah anakku yang terkadang sering aku banding dengan kakakknya. Cici tak pernah marah ataupun benci yang penting aku sebagai ibunya masih menyayanginya. “ Cici... kenapa kamu tidak mau bermain dengan mereka di belakang kandang?” tanyaku. “ Aku lebih suka dikandang ini,Bu.” “Aku lelah dengan permainan yang mereka mainkan, kakiku selalu sakit jika aku berlarian.”tambah Cici. Aku baru menyadari kekurangan anakku. Gadis kecilku pernah sakit dengan panas yang tinggi. Berbagai cara aku lakukan agar Cici

sembuh, untunglah pemilikku tau akan kondisi Cici, ia membawa Cici kerumah untuk diobati. Dan aku selalu bersyukur anakku masih dipelukanku. “ Sayang, bermainlah walupun sebentar, agar kamu selalu punya teman”, ujarku membujuknya.Dengan sedikit memelas Cici pun beranjak pergi, akupun tersenyum melihat Cici masih mendengarkan bujukanku. Matahari mulai kembali ke peraduannya, aku belum nampak anakku pulang. Ada apakah gerangan? Cemas hatiku. Akupun melangkah mencari mereka. Aku menelusuri setiap tempat mereka bermain, tapi tidak ada yang dapat aku jumpai. Aku terus berdoa agar mereka baik-baik aja. Tangisku tumpah saat aku melihat Caca. “ Nak, kenapa engkau bermain sejauh ini?’ “Apa yang kalian lakukan ?” Caca memelukku erat, ada isak tangis yang aku dengar disela bibirnya. “ Cici pergi,Bu. Aku sudah menahannya agar ia tak pergi, tapi ia tetap pergi. Maafkan aku, Bu” ujar Caca sambil terus terisak. Aku tau, caca pasti takut aku marah karena tidak menjaga adiknya. Akupun

memeluknya erat. Semoga anakku masih dalam lindungan-Mu. Aku terus berdoa didalam hati. Aku masih berjalan setiap jalan yang pernah aku lalui bersama, aku terus berharap agar segera menjumpainya. Tak satu itikpun melihat anakku. Mereka sibuk dengan anak-anak mereka. Hatikupun mulai resah. Kemana anakku. Caca masih mengenggam tanganku. Caca masih ketakutan. Ia hanya melihat cici melewati sungai kecil di belakang kandang tempat mrerka bermain. Ketika ia berusaha menahan agar Cici tidak pergi, Cici memarahinya dan memukulnya. Akupun menyesal menyuruhnya untuk bermain, alngkah baiknya ia dikandang saja tadi batinku. Terkadang akupun tidak paham dengan sikap Cici, ntah apa yang membuat Cici memiliki sifat seperti itu. Sumber Google.com

Ada bayangan kecil di sudut sungai. Aku berlari menghampirinya. Cacapun ikut berlarian dan berharap itu adalah Cici. Dan benar, itu adalah Ciciku. Ia kedinginan dan kelaparan. Ia menatapku tanpa bersalah. Banyak binatang buas yang mulai menunjukkan taringnya. Aku membawa kedua anakku dengan berlari secepatnya. Aku tak mau anakku terluka. Caca terus memegang aku dan Cici. Dia begitu bahagia akhirnya Cici bisa ditemukan. Cici masih terisak karena takut. Aku terus berlari sampai kembali ke kandangku. Rintik hujan mulai menyapa ketika aku sampai di kandang. Ku peluk dua kesayanganku. Aku tak ingin berpisah dengan mereka. Aku sadar selama ini tidak begitu memperhatikan Cici. Cici merasa ia selalu merepotkan dan ibu membencinya. Aku lebih menyayangi Caca karena caca lebih darinya. Makanya Cici memilih kabur dari kandang agar aku tidak sering ngomel dan marah. Ku peluk Cici dengan deraian air mata. Maafkan ibu

sayang. Hanya kalian yang ibu punya. Walaupun terkadang ibu lupa kalian mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Aku memeluk mereka kembali dengan erat. Hujanpun mulai reda. Sereda hatiku memeluk kesayanganku.

BIONARASI Penulis adalah guru SMP Negeri Binaan Khusus Kota Dumai. Penulis mengajar Mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penulis ingin generasi muda banyak membaca agar menambah kosakata dan pilihan kata.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook