HikayatBayan Budiman Cerita Rakyat Disadur oleh: Ekawati [email protected] Berdasarkan Tulisan: Haniah
Hikayat Bayan BudimanPenyadur : EkawatiPenyunting : Dony SetiawanIlustrator : EorGPenata Letak: Asep Lukman & Rizki ArdevaDiterbitkan ulang pada tahun 2016 oleh:Badan Pengembangan dan Pembinaan BahasaJalan Daksinapati Barat IVRawamangunJakarta TimurHak Cipta Dilindungi Undang-UndangIsi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyakdalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam halpengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah. 2
Kata Pengantar Karya sastra tidak hanya rangkaian kata demi kata, tetapi berbicara tentang kehidupan,baik secara realitas ada maupun hanya dalam gagasan atau cita-cita manusia. Apabilaberdasarkan realitas yang ada, biasanya karya sastra berisi pengalaman hidup, teladan, danhikmah yang telah mendapatkan berbagai bumbu, ramuan, gaya, dan imajinasi. Sementaraitu, apabila berdasarkan pada gagasan atau cita-cita hidup, biasanya karya sastra berisi ajaranmoral, budi pekerti, nasihat, simbol-simbol filsafat (pandangan hidup), budaya, dan lainsebagainya yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Kehidupan itu sendiri keberadaannyasangat beragam, bervariasi, dan penuh berbagai persoalan serta konflik yang dihadapi olehmanusia. Keberagaman dalam kehidupan itu berimbas pula pada keberagaman dalam karyasastra karena isinya tidak terpisahkan dari kehidupan manusia yang beradab dan bermartabat. Karya sastra yang berbicara tentang kehidupan tersebut menggunakan bahasasebagai media penyampaiannya dan seni imajinatif sebagai lahan budayanya. Atas dasarmedia bahasa dan seni imajinatif itu, sastra bersifat multidimensi dan multiinterpretasi.Dengan menggunakan media bahasa, seni imajinatif, dan matra budaya, sastra menyampaikanpesan untuk (dapat) ditinjau, ditelaah, dan dikaji ataupun dianalisis dari berbagai sudutpandang. Hasil pandangan itu sangat bergantung pada siapa yang meninjau, siapa yangmenelaah, menganalisis, dan siapa yang mengkajinya dengan latar belakang sosial-budayaserta pengetahuan yang beraneka ragam. Adakala seorang penelaah sastra berangkat darisudut pandang metafora, mitos, simbol, kekuasaan, ideologi, ekonomi, politik, dan budaya,dapat dibantah penelaah lain dari sudut bunyi, referen, maupun ironi. Meskipun demikian,kata Heraclitus, “Betapa pun berlawanan mereka bekerja sama, dan dari arah yang berbeda,muncul harmoni paling indah”. Banyak pelajaran yang dapat kita peroleh dari membaca karya sastra, salah satunyamembaca cerita rakyat yang disadur atau diolah kembali menjadi cerita anak. Hasil membacakarya sastra selalu menginspirasi dan memotivasi pembaca untuk berkreasi menemukansesuatu yang baru. Membaca karya sastra dapat memicu imajinasi lebih lanjut, membukapencerahan, dan menambah wawasan. Untuk itu, kepada pengolah kembali cerita ini kamiucapkan terima kasih. Kami juga menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasihkepada Kepala Pusat Pembinaan, Kepala Bidang Pembelajaran, serta Kepala Subbidang Moduldan Bahan Ajar dan staf atas segala upaya dan kerja keras yang dilakukan sampai denganterwujudnya buku ini. Semoga buku cerita ini tidak hanya bermanfaat sebagai bahan bacaan bagi siswa danmasyarakat untuk menumbuhkan budaya literasi melalui program Gerakan Literasi Nasional,tetapi juga bermanfaat sebagai bahan pengayaan pengetahuan kita tentang kehidupan masalalu yang dapat dimanfaatkan dalam menyikapi perkembangan kehidupan masa kini dan masadepan. Jakarta, 15 Maret 2016 Salam kami, Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa I
Sekapur Sirih Salah satu cara untuk melestarikan khazanah sastra danbudaya masyarakat Indonesia adalah dengan mengangkat kembalicerita rakyat. Dalam cerita rakyat banyak ditemukan nilai-nilaibudaya. Nilai budaya yang bisa menunjang pembangunan, diantaranya, adalah nilai budaya yang mendorong untuk selalu giatberusaha, bersyukur, sabar, cinta tanah air, jujur, suka menolong,dan nilai-nilai luhur lainnya. Nilai-nilai tersebut perlu diwariskankepada generasi muda penerus bangsa. Bayan Budiman merupakan salah satu cerita rakyat yangsarat dengan nilai-nilai luhur, seperti imbauan atau ajakan untukselalu berbuat kebaikan dan unsur keagamaan. Cerita ini berlatarnegeri Hindustan yang ditulis dengan bahasa Melayu Klasik. Cerita ini termasuk cerita berbingkai, sebagaimanacerita klasik pada umumnya. Judul aslinya adalah Hikayat BayanBudiman yang ditransliterasi oleh Hani’ah. Cerita Hikayat BayanBudiman ini digarap dengan sedikit perubahan sehingga dapatmenjadi bahan bacaan siswa sekolah menegah atas. Ekawati II
Daftar IsiKATA PENGANTAR........................................................................ ISEKAPUR SIRIH............................................................................ IIDAFTAR ISI..................................................................................... III1. Burung Bayan ................................................................................... 12. Bayan Ditangkap Orang Tua Penjual Burung ..................... 23. Burung Bayan Dipelihara Saudagar ....................................... 54. Saudagar Pergi Berlayar .............................................................. 135. Bayan Bercerita tentang Istri yang Salihah ........................ 246. Putra Raja Datang ke Rumah Khoja Maimun ..................... 417. Bayan Bercerita tentang Seorang Istri Durhaka .............. 458. Bayan Bercerita tentang Saudara yang Berkhianat ........ 56BIODATA.......................................................................................... 61 III
BURUNG BAYAN Dalam cerita ini disebutlah nama Bayan yang budiman.Bayan adalah nama burung yang dapat berbicara, baik hati, danmemiliki sifat-sifat terpuji seperti layaknya manusia. Ia punpandai bercerita tentang segala hal yang mengandung hikmahbagi siapa pun yang mendengarnya. Isi ceritanya biasanya berupanasihat yang bermanfaat, khususnya bagi manusia, seperti ceritatentang anak yang harus berbakti kepada kedua orang tuanya,istri yang harus setia kepada suaminya, dan manusia yang harusselalu berdoa memohon pertolongan Allah, Tuhan semesta alamini. Ia tidak mau berbuat jahat, keji, dan berbicara yang tidak adamanfaatnya. Oleh karena itulah, ia disebut burung bayan yangbudiman. Pada suatu hari sekawanan burung bayan asyikberterbangan dengan bebas. Mereka berkejar-kejaran danhinggap di satu pohon dan berpindah ke pohon yang lain dengansukacitanya. Namun, kebebasan mereka tiba-tiba terhenti karenaketika mereka hinggap di salah satu pohon yang sangat besar,sayap-sayap mereka lengket di daun dan ranting pohon itusehingga mereka pun tidak dapat lagi terbang ke sana kemari. Kawanan burung bayan itu berjumlah seratus ekor,salah satunya adalah Raja Bayan. Sebagai pemimpin, Raja Bayanmenyampaikan idenya kepada bayan-bayan yang lain, “Kawan-kawan, ketahuilah bahwa kita terkena jebakan manusia, tetapikita harus tetap tenang. Hari sudah malam dan besok pagimanusia yang menjebak kita pasti datang. Ketika dia datang, kitasemua harus berpura-pura mati. Tahan napas kalian dan jangansampai ada yang bergerak. Dia pasti akan mengambil kita satu persatu dan menjatuhkan kita ke tanah. Siapa pun di antara kita yangterlebih dahulu dijatuhkan ke tanah harus tetap diam dan janganlangsung terbang sebelum semuanya jatuh ke tanah.” Bayan-bayan yang lain pun mengerti dan berjanji akan menaati perintahraja mereka. 1
BAYAN DITANGKAP ORANG TUA PENJUAL BURUNG Disuatunegeri,hiduplahseorangtuabersamakeluarganya.Pekerjaan orang tua itu sehari-hari adalah menangkap burung danayam di hutan. Ayam dan burung hasil tangkapannya lalu dijual dipasar. Uang hasil menjual ayam dan burung itulah yang dipakaiuntuk menghidupi keluarganya. Seperti biasanya, pada pagi hari orang tua itu bergegaspergi ke hutan. “Aku ikut, Ayah,” pinta anak orang tua itu. “Jangan, Nak!,” jawab orang tua itu. “Aku ingin membantu Ayah menangkap ayam dan burung,”kata anaknya. Orang tua itu tersenyum sambil mengelus kepala anaknyayang sudah remaja itu, lalu berkata, “Kau di rumah saja menemaniibumu. Ayah hanya pergi sebentar saja karena ayah tidak lagimencari-cari burung atau ayam yang akan ditangkap. Kali iniayah pergi ke hutan hanya untuk mengambil burung-burung yangsudah melekat di dahan-dahan dan ranting pohon.” “Maksud Ayah burung-burung itu sudah pasti ada dipohon itu?” tanya si anak. Ayahnya menjawab, “Ya, Nak. Kemarin siang ayah sudahmengolesi daun dan ranting dengan lem perekat di pohon yangpaling besar. Burung-burung itu sekarang pasti sudah lengket dipohon itu. Jadi, pagi ini ayah tinggal mengambilnya saja.” ”Wah, pasti banyak burung yang Ayah bawa pulang nanti”,kata anaknya dengan mata berbinar-binar. “Ya, kita lihat nanti. Sekarang ayah berangkat dulu, ya?” 2
Ketika sampai di hutan, orang tua itu langsung menujusebuah pohon yang paling besar. Dilihatnya banyak burung bayanmenempel di daun-daun dan ranting pohon itu. Ia segera melepasbajunya, lalu sambil membawa golok ia memanjat pohon besar itu.Sesampai di atas, ia melihat burung-burung itu diam seperti sudahtak bernyawa, lalu diambilnya satu per satu dan dijatuhkannya ketanah. Dalam waktu yang tidak lama, sudah ada 99 ekorburung bayan yang dijatuhkannya ke tanah. Ia melihat tinggalseekor lagi yang belum diambilnya karena burung yang satu itumenempel pada dahan yang lebih tinggi. Tatkala orang tua ituakan menjangkau burung itu, tiba-tiba golok yang dia selipkan dicelananya terjatuh. Burung bayan yang sudah berada di tanah mengira yangjatuh itu adalah temannya yang tinggal seekor lagi. Lalu, sesuaidengan rencana apabila sudah genap seratus yang dijatuhkan ketanah, burung-burung bayan itu segera terbang bersama-sama.Bayan yang berjumlah 99 itu tidak tahu bahwa suara benda jatuhitu adalah sebuah golok, bukan temannya. Alangkah terkejutnya orang tua itu mendengar danmelihat burung-burung bayan yang berjumlah 99 itu tiba-tibaberhamburan terbang menjauh. Ia merasa telah diperdaya olehkawanan burung itu. Tinggallah seekor burung lagi yang masihmenempel di daun. Karena tidak ingin tertipu lagi, burung bayanitu tidak dijatuhkannya ke tanah. Burung itu terus digenggamnyasampai ia turun dari pohon besar itu. Sesampainya di bawah, ia berkata kepada burung itu,“Bangunlah, wahai, burung! Aku tahu kau hanya berpura-puramati.” Burung yang tinggal seekor itu ternyata Raja Bayan. Burungitu membuka matanya tanpa berkata apa pun. Dalam perjalanan pulang, orang tua penangkap burungitu sedih hatinya karena membayangkan wajah anak dan istrinyayang kecewa akan hasil tangkapannya hari ini. Ia hanya dapatmembawa pulang seekor burung. Padahal, burung yang terkenajebakannya sangat banyak. 3
Sesampainya di rumah, ia disambut anak istrinya. Benardugaannya, anak dan istrinya tampak keheranan melihatnyapulang dengan hanya membawa seekor burung. Diperlihatkannyaburung itu kepada anaknya. “Bagus sekali burung ini, Ayah! Janganlah dijual burungini. Lebih baik kita pelihara saja,” pinta anaknya. Orang tua itu berkata, “Burung itu akan kita bawa ke pasaruntuk dijual. Kita tidak bisa memeliharanya. Untuk makan kitasehari-hari saja tidak cukup.” Keesokan harinya dibawanya burung itu ke pasar. Tiba-tiba ada seorang saudagar menghampirinya, lalu berkata, ”Berapakaujual burung itu?” “Terserah berapa saja Tuan menghargainya,” jawab orangtua itu. Saudagaritumerogohsakunyadanmengeluarkanbeberapakeping uang tanpa dihitungnya, lalu diserahkannya kepada orangtua itu. Setelah itu, saudagar itu pergi meninggalkannya sambilmembawa burung itu. Orang tua itu kemudian menghitung uangyang diterimanya dari saudagar itu. Ia sangat terkejut dan hampirtak percaya pada sejumlah uang yang ada dalam genggamannya.“Enam ratus dinar. Wah, banyak sekali,” bisiknya dalam hati.Kemudian, dengan perasaan gembira, ia bergegas pulang. 4
BURUNG BAYAN DIPELIHARA SAUDAGAR Saudagar yang membeli burung bayan di pasar itu bernamaKhoja Maimun. Saudagar itu membeli burung bayan tidak karenaia senang memelihara burung, tetapi karena rasa kasihannyakepada binatang yang terus dikurung. Biarlah burung itu bebasterbang, begitu pikirnya. Oleh karena itu, dalam perjalanan pulangke rumahnya, Khoja Maimun melepas burung itu. Namun, burung itu keluar dari sangkarnya dan terbangrendah mengiringi langkah-langkah saudagar itu. Tentu sajahal itu membuat Khoja Maimun merasa heran. Terus diusirnyaburung itu, tetapi burung itu tetap terus terbang dekat dengannya.Khoja Maimun mengusirnya kembali. Burung itu lalu terbangmenghilang dari pandangan Khoja Maimun. Tak lama kemudian saudagar itu sampai di rumahnya.Belum sampai membuka pintu, ia dikejutkan oleh suara,“Assalamualaikum, Tuan.” Khoja Maimun melihat di sekelilingnya tidak ada manusia.“Lalu siapakah yang mengucapkan salam kepadaku?” bisiknyadalam hati. “Assalamualaikum, Tuan,” suara itu kembali terdengar. Khoja Maimun mencari asal suara itu dan ia melihatke atas pohon. Betapa lebih terkejutnya ia ketika di dahan ituia melihat burung yang tadi dilepasnya dan telah diusirnya kiniberada di dahan pohon di pekarangan rumahnya. Ia pun hampirtidak percaya karena burung itu bisa berbicara seperti layaknyamanusia. Raja Bayan terbang mendekat sambil berkata, “Tuan, maafhamba telah mengejutkan Tuan. Perkenalkan nama hamba Bayan.Hamba ingin Tuan bisa menerima hamba untuk tinggal di rumahTuan.” 5
“Hai, Bayan. Aku senang berkenalan denganmu. Akantetapi, bukankah aku sudah melepaskanmu dan menyuruhmuterbang bebas? Mengapa kau kemari dan tidak terbang bersamateman-temanmu?” tanya Khoja Maimun heran. “Izinkan hamba mengabdi kepada Tuan. Tuan adalah orangyang baik hati karena telah membebaskan hamba. Hamba sangatberterima kasih kepada Tuan. Sebagai ungkapan rasa terima kasihitu, hamba ingin mengabdikan diri hamba kepada Tuan.” Khoja Maimun tersenyum sambil tangannya membelaiburung itu. Ia benar-benar terharu mendengar permohonanburung itu. Ia membuka pintu rumahnya dan menyuruh burungitu masuk. Burung itu diperkenalkannya kepada istrinya. Istri Khoja Maimun tampak keheranan melihat suaminyapulang bersama seekor burung. Keheranannya pun bertambahlagi ketika mengetahui burung itu bisa berbicara seperti layaknyamanusia. Khoja Maimun dan istrinya sangat senang dengankedatangan burung bayan itu. Burung bayan itu lalu bercerita di hadapan suami-istri itu.“Tuanku berdua, ketahuilah bahwa hamba adalah burung yangselain bisa berbicara, juga mempunyai perasaan seperti manusia.Tuanku perempuan belum tahu asal mula hamba ingin mengabdikepada Tuanku berdua di sini. Izinkan hamba bercerita, Tuankuperempuan.” Khoja Maimun dan istrinya bertambah rasa senangnyakarena akan mendapat cerita dari burung bayan itu. Istri khojaMaimun berkata, “Hai, Bayan, rasanya sudah tak sabar lagi akumendengar ceritamu. Cepatlah ceritakan kepada kami perasaanmuitu.” Burung bayan itu memulai ceritanya, “Tuanku berdua,ketahuilah bahwa mulanya hamba tidak sendirian seperti ini.Hamba bersama teman-teman hamba yang berjumlah seratusekor hidup bebas. Namun, kami terperangkap dalam jebakanseorang penangkap burung. Kemudian, teman-teman hamba 6
yang berjumlah 99 ekor bisa meloloskan diri dan terbang entahke mana. Tinggallah hamba sendiri yang berhasil ditangkap olehorang itu. Keesokan harinya orang itu menjual hamba di pasardan Tuan laki-laki inilah yang membeli hamba. Setelah membelihamba, Tuan laki-laki ini membebaskan hamba. Ia mengeluarkanhamba dari sangkar. Namun, hamba bukanlah termasuk burungyang tidak tahu berterima kasih kepada orang yang telah berbuatbaik kepada hamba. Hamba sangat berterima kasih kepada Tuanlaki-laki. Sebagai ungkapan rasa terima kasih hamba, izinkanhamba mengabdi kepada Tuan berdua.” Istri Khoja Maimun terharu bercampur senang mendengarcerita burung bayan. Lalu ia berkata, “Tuan Bayan, kami sangatsenang kamu mau tinggal bersama kami di rumah ini. Rumah inisepi. Kebetulan kami tak mempunyai anak. Jadi, keberadaanmubisa meramaikan rumah ini.” Khoja Maimun berkata, “Bayan, kau burung yang baik.Kami senang kau tinggal di sini. Jarang ada burung sepertimu.Mudah-mudahan kau nyaman tinggal bersama kami.” “Wahai, Tuanku laki-laki. Hamba adalah burungbayan yang berbeda dengan burung-burung yang lain, burungcemperling, misalnya. Hamba mempunyai cerita tentang burungcemperling, Tuan. Maukah Tuan berdua mendengarkan ceritahamba ini?” tanya Bayan. “Tentu saja kami mau mendengarkannya, Bayan.” kataKhoja Maimun. Bayan pun mulai bercerita. Ada anak raja sedang berjalan-jalan ke hutan bersamapara dayangnya. Di sana anak raja itu belajar berburu. Di sana punbanyak anak-anak bermain. Mereka saling berkejar-kejaran. Anak raja itu sangat senang. Pada saat ia sedangmemandang anak-anak berlarian, tiba-tiba jatuh di hadapannyaanak burung yang masih sangat kecil. Anak raja itu pun menyuruhpara dayangnya untuk mencari di mana sarang burung itu. 7
“Tuanku, sarang burung itu tak jauh dari sini. Itu, dekatpohon besar itu,” kata dayangnya. Hai, Dayang, mengapa jauh sekali anak burung ini jatuhdari sarangnya?” tanya anak raja itu. Dayangnya menjawab, “Tuanku, anak-anak itu memanjatpohon beramai-ramai sehingga pohon pun bergoyang danjatuhlah anak burung itu. Hamba sudah menemukan sarangnyadan ternyata yang ini hanya salah satu anaknya.” “Jadi, ada berapa anak burung lagi di dalam sarangnya,Dayang?” tanya anak raja itu. Dayangnya menjawab, “Hamba melihat ada satu lagi anakburung yang masih berada di dalam sarangnya, Tuan.” Anak raja itu merasa kasihan kepada anak burung itu, laludisuruhnya para dayangnya untuk mengambil anak burung yangmasih berada di sarangnya. Anak raja itu ingin membawa pulangkeduanya untuk dipelihara. Salah seorang dayang segera memanjat pohon danmengambil satu lagi anak burung yang berada di dalam sarang.Setelah itu, anak raja itu mengajak para dayangnya pulang kembalike istana karena khawatir anak-anak burung itu mati jika terlalulama tidak diberi makan. Di istana, Raja dan Permaisuri sangat gelisah menantikedatangan putranya. Raja bertanya kepada dayang istana,“Dayang, apakah sudah ada kabar dari anakku kapan ia akanpulang? Aku sudah sangat merindukannya.” “Siap, Paduka. Akan hamba tanyakan kepada dayang-dayang yang lain,” jawab dayang itu. Tak lama kemudian dua orang dayang datang menghadapraja memberi kabar bahwa putranya akan segera tiba di istana.Raja dan Permaisuri bergegas berjalan menuju pelataranmenyambut kedatangan putranya. Ketika melihat putranya dari 8
kejauhan, Permaisuri tidak kuasa menahan gejolak rindunya. Iapun berlari menuju putranya lalu mendekapnya serta menciumikedua pipinya. Anak raja itu menghadap ayahandanya dengan diiringiibunda permaisuri. Sampai di hadapan ayahandanya, ia berlututmemberi hormat. “Anakku, ayah sudah sangat rindu kepadamu. Ke manakahkau pergi bermain, Nak?” tanya Raja. “Ayah, ananda bermain sampai ke gunung dan di sanaananda belajar berburu.” “Adakah hasil buruanmu, Nak?” tanya Raja. “Ananda tidak membawa hasil buruan, Ayah. Akan tetapi,ada yang ananda bawa pulang, yaitu dua ekor anak burung.” Raja membelalakkan mata dan bertanya, “Burung? Burungapakah yang Ananda bawa pulang?” “Kata para dayang itu mereka adalah anak burungcemperling, Ayah,” sahut Anak Raja. “Ananda suruh pelihara kedua anak burung itu karenaananda merasa kasihan melihatnya terlantar tanpa induknya.” Raja dan Permaisuri mengangguk-anggukkan kepalasambil tersenyum. Anak Raja menyuruh para dayangnya membuatkansangkar untuk kedua anak burung itu. Setelah selesai dibuat,sangkar burung itu tampak sangat mewah karena terbuat dariperak bertahtakan emas dan mutu manikam. Anak burung itudiberi makan yang enak-enak. Keduanya makan dengan lahapnya.Anak raja itu merasa senang melihat tingkah kedua anak burungitu. Dalam hatinya, ia berkata, “Sangatlah pantas kedua burung ituberada di dalam sangkarnya yang mewah itu.” 9
Pada suatu hari Raja mengadakan jamuan santap malambersama seluruh menteri, petinggi kerajaan, para prajurit, dandayang, serta beberapa tamu undangan dari kerajaan lain. Seluruhanggota kerajaan menjadi sibuk mengatur dan mempersiapkannya.Berbagai hidangan yang lezat-lezat diletakkan di meja panjang.Para tamu diperbolehkan makan hingga kenyang. Beberapa tamusudah mulai berdatangan. Anak Raja mengeluarkan anak burung cemperling darisangkarnya. Keduanya diletakkannya di atas permadani. Anak-anak cemperling itu sangat senang. Mereka bermain-mainsambil melompat-lompat di atas permadani. Banyak tamu yangmenonton tingkah laku lucu kedua anak burung dan mereka punsangat senang. Siapa pun yang melihat aksi kedua anak burung itupastilah tertawa. Mereka merasa terhibur. Anak Raja mengetahuihal itu. Ia sangat bangga dengan keduanya. Para tamu sudah semakin banyak yang berdatangan.Jamuan makan pun segera dimulai. Suara hiruk-pikuk mulai ramaiterdengar. Para tamu sudah mulai menyantap hidangan yang sudahtersedia. Sementara itu, Anak Raja yang sangat bangga terhadaptingkah kedua anak burung itu sibuk memindahkan keduanya kepermadani yang lebih bagus. Anak Raja mengharapkan semuatamu yang hadir dapat menonton aksi kedua anak burung itusambil menyantap hidangan. Burung cemperling itu memang tidak tahu berterimakasih. Mereka sangat jahat. Seharusnya mereka menyenangkanhati tuannya dengan turut menghibur para tamu. Namun, justruyang terjadi sebaliknya. Anak burung cemperling itu tiba-tibamembuang kotoran yang banyak sekali di atas permadani yangmewah itu pada saat seluruh tamu sedang terpusat perhatiannyakepada mereka. Setelah itu keduanya terbang jauh dan tidakkembali lagi. Hal itu tentu membuat Anak Raja kecewa bercampur malu.Bukan hanya Anak Raja yang merasa malu, melainkan juga keduaorang tuanya, Raja dan Permaisuri. 10
11
“Itulah, Tuan, cerita hamba tentang perilaku burungcemperling yang jahat dan tidak tahu berterima kasih kepadatuannya. Berbeda dengan hamba ini. Hamba sangat berterimakasih kepada Tuan laki-laki yang telah membebaskan hamba.Oleh sebab itu, hamba ingin membalas kebaikan Tuanku. Izinkanhamba mengabdi kepada Tuan berdua.” Khoja Maimun dan istrinya baru mengetahui tentanghalnya burung bayan. Ternyata sifat-sifat dan perilaku burungbayan sangat jauh berbeda dengan burung cemperling. “Bagussekali ceritamu itu, Tuan Bayan. Jika Tuan tidak bercerita tentangburung cemperling, tentu kami tidak tahu sifat-sifatnya yang tidakbaik,” kata istri Khoja Maimun. 12
SAUDAGAR PERGI BERLAYAR Khoja Maimun bersiap-siap akan pergi berlayar. Sebagaisaudagar, ia akan menjual barang dagangannya ke negeri Yaman.Hal itu sudah dibicarakannya dengan istrinya. Istri Khoja Maimun membantu suaminya menyiapkansegala perlengkapan yang akan dibawa suaminya. Apalagi, ia tahusuaminya akan pergi meninggalkannya dalam waktu yang agaklama. Pagi-pagi sekali Khoja Maimun meninggalkan rumahnya.Namun, sebelumnya ia berpamitan dengan istrinya dan tidak lupaia pun berpamitan kepada Bayan. Bahkan, ia berpesan kepadaBayan, “Hai, Bayan, aku hendak pergi berdagang ke suatu negeriyang jauh. Kepergianku cukup lama. Untuk mencapai negeriitu aku harus berlayar beberapa hari lamanya. Untuk itu, akumenitipkan istriku padamu. Temani dan jagalah istriku, Bayan.” Bayan sangatlah senang mendapat tugas dan sekaligusmendapat kepercayaan dari tuannya untuk menjaga istrinya.Dengan begitu ia membalas kebaikan tuannya. “Baiklah, Tuan.Insya Allah akan hamba jaga tuanku perempuan. Dalam perjalanannanti, jangan lupa Tuan terus berdoa kepada Allah agar Tuanselamat sampai di tujuan.” Setelah itu, Khoja Maimun pergi meninggalkan rumahnya.Kini tinggallah istri Khoja Maimun dan burung bayan di dalamrumah itu. Pada suatu hari kampung tempat tinggal Khoja Maimunramai. Hampir semua warga kampung itu keluar rumah. Kampungmereka sedang kedatangan iring-iringan berkuda warga istanakerajaan. Putra mahkota kerajaan beserta para abdi dalemnyamelintas di perkampungan mereka. Rombongan istana kerajaanitu disambut dengan senang hati oleh warga kampung. Merekaingin sekali memandang Putra Raja mereka dari jarak dekat. 13
Malam itu Putra Raja tampak murung. Para dayang lalubertanya, “Mengapa Tuan tampak murung malam ini? Padahal,tadi sore hamba lihat Tuan sangat gembira.” Putra Raja menoleh kepada salah seorang dayang yangbertanya lalu ia pun tersenyum walaupun tampak dipaksakan.“Tidak ada apa-apa, kepalaku sedikit pusing. Mungkin kelelahan.” “Jika begitu, ada baiknya Tuan beristirahat saja,” katasalah seorang dayang. Di dalam tendanya Putra Raja terus teringatkepada istri Khoja Maimun. Hatinya telah terkena panah asmara.Semalaman ia sulit memejamkan matanya. Ayam sudah mulai berkokok. Semua dayang danpengawal masih tidur pulas. Putra raja keluar dari tendanya,lalu membangunkan salah seorang dayangnya, “Hai, Dayang.Bangunlah! Persiapkan perbekalan dan kita kembali ke istanapagi ini.” Tentu saja para dayang merasa ada aneh melihat tingkahPutra Raja dengan mendadak mengajak kembali ke istana.Dalamperjalanan pulang, Putra Raja memerintahkan para dayang untukmelewati kampung itu lagi. Ia berharap bisa melihat kembaliwajah cantik istri Khoja Maimun. Para dayang mengarahkan iring-iringan berkuda warga istana menuju kampung. Hati Putra Rajatiba-tiba berdegup keras saat melewati kampung itu. Ia melihatbanyak orang di kampung itu memberi hormat kepadanya. Ia punmengumbar senyumnya kepada warga sambil matanya mencari-cari sosok perempuan yang telah mengganggu pikirannya sejakkemarin. Namun, ternyata sosok perempuan itu tidak tampak. Karena desakan hatinya yang begitu kuat ingin bertemudengan perempuan itu, ia pun menyuruh dayangnya menghampirisebuah rumah tempat tinggal perempuan itu. Putra Raja turundari kudanya lalu berjalan menuju rumah Khoja Maimun. “Assalamualaikum”, sapanya kepada si empunya rumah. 14
“Waalaikumsalam”, jawab yang empunya rumah. Tak lamakemudian pintu terbuka dan muncullah wajah perempuan yangsedang dirindukannya itu. Istri Khoja Maimun tampak gugup. Ia sangat terkejutmelihat putra raja yang berdiri di hadapannya. Sungguh iatak pernah membayangkan akan kedatangan putra rajanya dirumahnya yang sederhana itu. Istri Khoja Maimun langsungmempersilakan tamunya untuk duduk, lalu berkata, “Maaf, Tuan.Ada apa gerangan Tuan bertandang ke rumah hamba?” Putra Raja tersenyum lalu berkata, “Seharusnya akulahyang memohon maaf karena membuatmu terganggu akankedatanganku. Ketahuilah bahwa ketika aku melihatmu untukpertama kalimanya kemarin, aku tak dapat melupakan wajahmu.Maafkan jika aku pun terlalu lancang mengatakan aku telah jatuhcinta kepadamu. Maukah kau kuajak ke istana malam ini?” tanyaPutra Raja kepada istri Khoja Maimun. Istri Khoja Maimun tampak tersipu-sipu karena merasatersanjung. Dalam hatinya ia pun tertarik akan ketampanan PutraRaja. Namun, ia merasa tidak pantas membalas cintanya. Ia punmenjawab, “Tuan, hamba sudah bersuami. Suami hamba sedangpergi berlayar. Hamba merasa tidak pantas menerima cinta Tuan.Hamba mohon maaf, Tuan.” Putra Raja agak terkejut karena baru kali ini ada wanitamenolak cintanya. Setelah itu, dengan perasaan kecewa, ia punpamit dan kembali menunggang kudanya untuk meneruskanperjalanan pulang ke istana. Sesampainya di istana, Putra Raja langsung disambut keduaorang tuanya. Raja dan permaisuri sangat senang putranya telahkembali dengan selamat. Namun, sang putra tidaklah demikian. Iatak banyak berbicara. Setelah sungkem kepada ayah dan ibunya,ia pamit hendak kembali ke istananya untuk beristirahat. Ia tidakmau terlalu lama berhadapan dengan kedua orang tuanya. Iamalu keduanya akan melihat jelas perubahan air mukanya yangsedang memendam rasa rindu dendam kepada perempuan yang 15
ditemuinya di perkampungan. Walaupun dirasakan ada keanehanakan perilaku putranya, Raja dan Permaisuri mengizinkanputranya berlalu. Berbeda halnya dengan istri Khoja Maimun, setelahberpisah dengan Putra Raja, perempuan itu merasa heran yangtak terhingga mengapa Putra Raja yang berwajah tampan danbaik hati itu jatuh cinta kepadanya. Ia merasa dirinya hanyalahwarga kampung. Selain itu, ia telah bersuami. Sementara itu, diluar sana banyak perempuan yang jauh lebih muda dan cantikdaripada dirinya. Suara Bayan mengejutkannya, “Tuanku perempuan tidakusah Tuan memikirkannya.” Istri Khoja Maimun menoleh ke arahBayan. Di dalam hatinya, ia membenarkan kata-kata Bayan bahwaia memang sedang memikirkan putra raja. Bayan berkata lagi,“Sudah biasa sifat laki-laki seperti itu, Tuan. Padahal, mungkinia pun sudah beristri atau mempunyai kekasih. Akan tetapi,apabila melihat perempuan lain yang cantik di mana pun, ia punakan tertarik, lalu jatuh cinta. Jangan hiraukan kata-kata manisPutra Raja, Tuan. Tuan akan berdosa dan mendapat murka Allahsubhanahu wa taala apabila Tuanku menuruti permintaan PutraRaja.” Setelah mendengar nasihat Bayan, istri Khoja Maimuntersadar bahwa tindakannya salah. Tidak sepantasnya ia menerimatamu laki-laki di rumahnya pada saat suaminya tak ada di rumah,apalagi menerima cinta dari laki-laki lain. Ia segera beristigfar,lalu memohon ampun kepada Allah subhanahu wa taala. Di istana kecilnya Putra Raja masih terus melamun. Rasarindu kepada istri Khoja Maimun tak kuasa ditahannya lagi. Iamemanggil dayangnya berkata, “Hai, Dayang, tolong panggilkanMak Inang dan suruh dia menghadapku sekarang.” “Baik, Tuanku,” jawab dayang. Mak Inang adalah dayangperempuan yang sudah tua. Ia adalah pengasuh Putra Raja ketikamasih kecil dulu. Bahkan, Putra Raja kerap memanggilnya dengansebutan “Ibu”. 16
Tidak lama kemudian dayang itu datang bersama MakInang. “Tuanku, ini Mak Inang. Hamba mohon diri, Tuan.” “Baiklah, Dayang. Terima kasih sudah membawa MakInang ke hadapanku.” Mak Inang berlutut di hadapan Putra Raja, lalu berkata,“Ada perlu apa Tuan Muda memanggil hamba kemari?” “Ibuku, duduklah di sini di dekatku.” Mak Inang berpindahtempat dan duduk di sebelah Putra Raja. Putra Raja mulai menyampaikan isi hatinya kepada MakInang. “Ibuku, ada hal penting yang akan kusampaikan kepadamu.Ini masalah perasaanku saat ini. Aku mencintai seorang perempuanwarga kampung. Wajahnya sangat cantik. Tubuhnya pun indahdipandang mata. Sudah beberapa hari ini aku memendam rasarindu yang mendalam terhadapnya. Namun, ketika kudatangirumahnya dan kusampaikan maksud kedatanganku, ia menolakku.Celakanya, sampai hari ini aku tidak dapat melupakannya. Akuhendak menikahinya. Bagaimana menurut pendapat Ibu akanmasalahku ini?” “Sebaiknya, Tuan Muda jangan gegabah menemuinyasebelum Tuan yakin perempuan itu mau menerima Tuan Muda,”kata Mak Inang. “Maksudku, biarlah Ibu yang menemuinya danmenyampaikan maksudku ini. Jika perempuan itu sudah bersediamenerimaku, aku yang akan datang menemuinya,” kata Putra Raja. “Baiklah, Tuanku. Akan tetapi, hamba tidak tahu di manarumah perempuan itu.” Putra Raja memanggil beberapa dayang laki-laki yangpernah mengawalnya ketika itu. Tak lama kemudian dua orangdayang datang menghadapnya. “Hai, dayang! Masih ingatkahkalian rumah perempuan yang pernah kita singgahi ketika kitapulang dari hutan?” “Ya, hamba masih ingat, Tuan,” jawab kedua dayang ituserentak. 17
“Sekarang pergilah kalian ke rumah perempuan itu lagiuntuk menemani Mak Inang. Biarlah Mak Inang yang berbicaradengan perempuan itu. Ajaklah beberapa dayang lainnya.” “Baik, Tuan. Kami siap melaksanakan perintah Tuan,”jawab kedua dayang itu. Setelah kedua dayang itu menghilang, Mak Inang mohonpermisi meninggalkan tuannya untuk berkemas-kemas. Suasana kampung terasa sepi. Tidak banyak orang berlalulalang. Hanya suara burung yang berkejar-kejaran di angkasa yangterdengar. Rumah Khoja Maimun juga tampak lengang. Istri KhojaMaimun saat itu baru selesai memasak. Ia pun menyediakanmakananan buat burung bayan yang setia menemaninya. Beberapa saat kemudian istri Khoja Maimun tiba-tiba dikejutkan oleh suara orang mengetuk pintu rumahnya.“Assalamualaikum, ... assalamualaikum ....” Perempuan itu setengah berlari menuju pintu, lalumembukanya. Di depan pintu dilihatnya seorang perempuansetengah tua dan beberapa orang laki-laki muda. Lalu, iamenjawab, “Waalaikumsalam, mari silakan masuk, Ibunda.” Mak Inang memberi hormat dengan membungkukkanbadannya kepada istri Khoja Maimun, lalu masuk ke rumah.Para dayang laki-laki disuruhnya tetap berada di luar. Mak Inangmemandang wajah istri Khoja Maimun. “Hem, memang cantiksekali perempuan ini,” begitu bisiknya di dalam hati. “PantaslahTuan Muda jatuh cinta kepada perempuan ini.” “Ada perlu apakah Ibunda datang kemari?” tanya istriKhoja Maimun dengan suara lembut. Ia tersipu malu karenaditatap Mak Inang dengan tajam. Mak Inang pun baru tersadarbahwa ia terlalu lama memandang wajah perempuan yang beradadi hadapannya itu. Segera diceritakannya perihal perasaan PutraRaja kepada perempuan itu. “Anakku, kedatanganku kemarikarena disuruh Putra Raja menemuimu. Ia sedang menaruh 18
hati kepadamu. Setiap hari Putra Raja gelisah dan tidak pernahberhenti memikirkanmu. Ia ingin bertemu denganmu. Maukahsekarang kau pergi bersamaku ke istana?” Istri Khoja Maimun tampak bingung. Hatinya pun adaperasaan tertarik kepada Putra Raja, tetapi di sisi lain ia sadarbahwa ia sudah bersuami. Katanya kemudian, “Ibundaku,sampaikan kepada Putra Raja bahwa aku ini hanyalah wanitakampung yang miskin. Rasanya tidak sepantasnya aku bertemudengan Putra Raja. Bukankah banyak perempuan-perempuanyang lebih muda, cantik, dan orang kaya. Tidak adakah perempuananak perdana menteri atau anak perempuan orang terkemuka?Lagi pula aku ini perempuan yang sudah bersuami.” Mak Inang masih terus membujuk istri Khoja Maimun,“Anakku, tuanku tidak mempermasalahkan keadaanmu. Ia laki-laki yang baik. Tidak pernah membedakan orang. Ayolah, Nak,ikut aku. Temui dia walau hanya sebentar saja.” Istri Khoja Maimun tetap teguh pada pendiriannya. Iatakut akan murka Allah subhanahu wa taala. Dianggapnya inisuatu cobaan dari Allah Taala. “Maafkan aku, Ibunda. Aku takbisa memenuhi keinginan Putra Raja. Sampaikanlah permohonanmaafku ini.” Mak Inang merasa perempuan itu sulit dibujuk lagi. Iamerasa akan sia-sia upayanya jika ia masih terus berada di sini.Sementara itu, hari sudah hampir gelap. Akhirnya, mak Inangpermisi pulang. Istri Khoja Maimun mengantarnya sampai kedepan pintu. Bayan yang mendengarkan percakapan Istri Khoja Maimundan Mak Inang sejak awal mulai bicara. “Tuanku perempuan,duduklah. Hamba sangat kagum akan jawaban Tuanku kepadaperempuan tua itu. Memang sudah seharusnya Tuan menolakajakannya. Bukankah tidak pantas seorang perempuan mendatangiseorang laki-laki meskipun ia seorang anak petinggi di negeri ini.Hamba bangga dengan keteguhan pendirian Tuan.” 19
Istri khoja Maimun menjawab, “Tuan Bayan sangat baikkepadaku. Benar apa yang Tuan Bayan katakan tadi. Sekarang akuakan beristirahat.” Sementara itu, Putra Raja sibuk berbenah diri. Ia mandidengan air yang sudah ditaburi bunga-bungaan. Setelah selesaimandi, ia menyemprotkan wewangian ke seluruh tubuhnya,kemudian memilih pakaian yang paling bagus. Di depan kaca iamelihat dirinya yang tampan dengan bajunya yang bagus. Semuaitu dilakukannya untuk menyambut kedatangan perempuan yangselama ini menghuni hatinya. Kedatangan Mak Inang di istananya malam itu disambutnyadengan lesu. Dilihatnya Mak Inang datang sendirian. Mak Inang takmembawa serta perempuan pujaan hatinya. Mak Inang berlututdi hadapan anak raja itu sambil menyembah, “Maaf beribu-ribumaaf, Tuan. Hamba tak berhasil membawa perempuan yang Tuanmaksud kemari. Ia sangat keras hati. Hamba sudah berupayamembujuknya, tetapi ia tetap tak mau memenuhi permintaanhamba,” kata Mak Inang. Putra Raja menghampirinya dan membimbingnya dudukdi dekatnya. “Lalu upaya apa lagi yang akan kita lakukan, Ibu?Aku sangat mencintainya. Aku sudah tak kuat menahan rindukukepada perempuan itu,” kata Putra Raja seolah minta belas kasih. Mak Inang merasa kasihan kepada Putra Raja, lalu tiba-tibaterpikir olehnya untuk menggunakan jasa orang yang “pintar”. Iaberkata kepada Putra Raja, “Tuan Muda, segala upaya sudah kitalakukan, tetapi semuanya tidak ada hasilnya. Perempuan itu keraspendiriannya. Masih ada satu upaya lagi yang bisa kita lakukan,Tuan. Kita minta pertolongan kepada orang yang mengetahui ilmuhikmah.” “Aku setuju apa pun saran Ibu asal pada akhirnya aku bisamendapatkan perempuan itu. Apakah Ibu tahu di mana tempattinggal orang yang memiliki ilmu hikmah itu?” “Ya, tentu. Hamba tahu rumah orang itu. Hamba akanmenyuruhnya menghadap Tuan.” 20
“Biarlah aku yang akan menemuinya sendiri ke rumahorang itu. Ibu mendampingiku saja.” kata Putra Raja. “Akan tetapi, Tuan, ada sesuatu yang harus Tuan berikankepada orang berilmu itu,” kata Mak Inang lagi. Putra Raja menjawab, “Aku akan memberikan emas danperak kepadanya jika ia mau membantuku.” Keesokan harinya, Putra Raja yang didampingi Mak Inangdan beberapa dayang pengawalnya berangkat menuju orangberilmu itu. Sesampainya di rumah orang itu, pada awalnya, MakInanglah yang masuk terlebih dahulu menemui orang berilmu itu.Sementara itu, Putra Raja menunggu di luar. Ketika melihat Mak Inang datang, orang itu langsungmenyapanya, “Selamat datang, Inangku. Ada apa gerangan Inangdatang menemuiku?” Mak Inang pun menjawab, “Ibuku, aku datang tidaksendirian. Aku datang bersama Putra Raja. Dia ada di luar, Ibu.” Orang berilmu itu terkejut, lalu meminta agar segeraMak Inang mempersilakannya masuk. Mak Inang keluar danmempersilakan Putra Raja masuk ke dalam rumah. Ketika melihat Putra Raja berdiri di hadapannya, orangberilmu itu lalu berlutut memberi penghormatan, lalu berkata,“Tuan, hamba merasa tersanjung sekali akan kedatangan Tuandi rumahku. Tampaknya ada hal penting yang hendak Tuankusampaikan kepadaku.” “Benar, Ibu. aku membutuhkan pertolonganmu,” jawabPutra Raja. “Hal apakah itu, Tuan? Mudah-mudahan hamba bisamembantu Tuan,” tanya orang itu. Putra Raja tampak agak malu untuk menceritakan halnyakepada orang tua itu. Melihat gelagat seperti itu, Mak Inang laluberkata, “Ibu, biarlah aku yang akan menyampaikan hal tuanku 21
ini kepadamu. Tuanku ini sedang merasakan kekecewaan yangluar biasa terhadap seorang perempuan dari kalangan rakyatbiasa. Perempuan itu cantik dan lemah lembut tutur katanya.Tuanku ini sangat mencintainya. Namun, perempuan itu menolakcinta tuanku ini. Kedatangan kami kemari adalah untuk memintapertolongan Ibu agar perempuan itu berubah pikiran dan bisamembalas cinta tuanku ini.” Orang tua itu tersenyum-senyum mendengar cerita MakInang seolah ia paham masalah anak muda. Mak Inang berkata lagi, “Ibu, tolonglah tuanku ini. Iadatang kemari membawa emas dan perak untuk Ibuku.” Wajah orang tua itu mendadak berbinar-binar setelahmendengar perkataan Mak Inang. Tanpa banyak bertanya lagi ia diam sejenak sambilmemejamkan matanya dan tak lama kemudian ia berkata,“Tuan, ada syarat-syarat tertentu yang harus Tuan laksanakanuntuk mencapai tujuan Tuan itu. Apakah nanti Tuan bersediamelaksanakannya?” tanya orang tua itu masih dengan mataterpejam. Putra Raja menjawab, “Ya, aku siap melaksanakannya,Ibu.” Setelah itu orang tua itu membuka matanya dan dengantajam ia memandang wajah Putra Raja, lalu berkata, “Tuan, iniada doa yang harus Tuan baca selama tiga hari tiga malam terus-menerus. Nanti genap tiga hari Tuan membaca doa itu, perempuanitu akan datang mencari-cari Tuan, lalu dia akan berlutut di kakiTuan sambil menangis memohon cinta Tuan kepadanya.” Ketika mendengar perkataan orang tua itu, Putra Rajasangat senang hatinya. Ia bertekad akan melaksanakan syaratyang diajukan orang tua itu. “Baik, Ibu. Kiranya sudah cukup akumemahami maksud Ibu. Apakah masih ada syarat lainnya, Ibu?”tanya Putra Raja. 22
Orang tua itu menggelengkan kepala dan berkata, “Hanyaitu saja, Tuan. Tidak ada lagi syarat lainnya.” Putra Raja memanggil para pengawalnya seraya memberiisyarat. Dua orang pengawalnya mendekat sambil membawabingkisan berisi emas dan perak, lalu menyerahkannyakepada Putra Raja. Putra Raja menerima bingkisan itu, lalumenyerahkannya kepada orang tua itu sambil berkata, “Ibu,terimalah bingkisan ini sebagai ungkapan rasa terima kasihkukepada Ibu.” Orang tua itu menerima bingkisan itu dengan perasaanyang sangat senang. “Terima kasih banyak, Tuan. Hamba anggapini suatu karunia Tuan yang sangat luar biasa.” Setelah itu, Putra Raja memberi isyarat kepada Mak Inangdan Mak Inang pun berkata, “Ibu, izinkan kami pamit pulang.Terima kasih atas bantuan Ibu.” Setelah itu, mereka semua berdiri, lalu berjalan keluardari rumah orang tua itu. Mereka sampai di istana sudah larut malam. Mak Inanglangsung pamit undur diri sesampainya di istana. Putra Raja punkembali ke istananya dikawal oleh beberapa dayang. 23
BAYAN BERCERITA TENTANG ISTRI YANG SALIHAH Genap sudah tiga hari tiga malam Putra Raja melaksanakanilmu hikmah. Ia memanggil Mak Inang dan memerintahkannyauntuk menjenguk istri Khoja Maimun. Putra Raja sudah tidaksabar lagi segera ingin membuktikan kata-kata orang tua yangmemiliki ilmu hikmah. Ketika Mak Inang sudah berada di hadapannya, ia berkata,“Ibuku, sudah genaplah aku berdoa sesuai dengan apa yangdiminta orang tua itu. Sekarang pergilah ke rumah perempuan itudan sampaikan kepadanya bahwa nanti malam aku akan datangke rumahnya.” Mak Inang menjawab, “Tuan, hamba tidak setuju jika Tuanakan pergi ke rumah perempuan itu. Hamba khawatir Tuan akanmendapat malu jika itu Tuan lakukan. Tuan adalah anak seorangraja. Tentu bisa Tuan bayangkan malam hari anak seorang rajamenyusup ke rumah seorang perempuan kampung lalu pendudukkampung itu ada yang melihat Tuan. Hamba kira bukan hanyaTuan yang mendapat malu, melainkan ayah dan bunda Tuan punmendapat malu yang luar biasa.” Putra Raja menyimak dengan saksama perkataan MakInang, lalu berkata, “Benar juga pendapat Ibuku. Aku tidak maumendapat malu, apalagi masalah ini aku rahasiakan kepadaayah dan bundaku. Jangan sampai mereka tahu hal ini apalagisampai mereka mendapat malu karena ulahku ini, Ibuku.” PutraRaja bertanya kepada Mak Inang, “Ibu, bagaimana aku tahu jikaperempuan itu sudah mau menerimaku?” “Biarlah hamba datangi rumah perempuan itu dan akankusampaikan salam Tuan. Aku akan melihat bagaimana reaksinya,”jawab Mak Inang. 24
Mak Inang memohon pamit dari hadapan Putra Raja.Ia berjalan meninggalkan tuannya. Putra Raja memandangnyahingga Mak Inang menjauh. Ia berharap-harap cemas menantiMak Inang kembali. Pada suatu hari di rumahnya, istri Khoja Maimun tampakmelamun. Sudah tiga hari ia tidak ada gairah makan. Ia punmerasa heran mengapa tiba-tiba ia teringat kepada Putra Raja.Hatinya sangat rindu kepada Putra Raja. Setiap hari ia termangududuk di pelataran rumahnya mengharapkan Mak Inang melintasirumahnya. Jika ia melihat Mak Inang, akan dipanggilnya mampirke rumahnya dan akan diceritakannya perihal perasaannyaterhadap Putra Raja. Mak Inang berjalan seorang diri menuju rumah KhojaMaimun. Sengaja ia tidak diiringi seorang pengawal pun karenaperbuatan ini sangatlah rahasia. Tidak terasa perjalanannyasudah hampir sampai ke tujuan. Namun, tatkala ia baru sampaidi ujung jalan di perkampungan itu, tiba-tiba ia mendengar suaraorang memanggil-manggil namanya. Ia pun mencari asal suaraitu. Alangkah terkejutnya dan juga bercampur gembira hatinyamelihat seorang perempuan melambai-lambaikan tangannya kearahnya. Perempuan itu sudah ia kenal sebelumnya. Pucuk dicintaulam tiba, begitu bisiknya dalam hati. Ia berjalan setengah berlarimenghampiri istri Khoja Maimun. Mereka saling berpelukan, lalu istri Khoja Maimunmenggiringnya masuk ke dalam rumahnya. Mak Inang sempatmengamati perilaku perempuan itu sangat berbeda denganperilakunya beberapa waktu yang lalu ketika ia pertama kalimendatanginya. Ia tampak gembira dan berkali-kali perempuan itumenciuminya. Saat duduk pun tangan perempuan itu terusmenggenggamnya. Dengan mengiba perempuan itu berkata,“Ibuku, di manakah Putra Raja? Aku sangat rindu kepadanya.Aku ingin menemuinya. Menyesal sekali aku telah menolaknya 25
beberapa waktu lalu. Apakah Putra Raja masih mempunyai hasratdenganku, Ibu? Aku sudah tak tahan menanggung perasaanseperti ini terlalu lama.” Mak Inang tampak tetap tenang walaupun hatinya penuhdengan kegembiraan. Ia membayangkan betapa tuannya senangmendengar ceritanya nanti. Ia berkata kepada perempuan itu,“Anakku, tentu saja Putra Raja masih mencintaimu. Kini ia sedangmenantikanmu di istana. Sebaiknya, nanti malam saja kau temuidia.” Ketika mendengar perkataan Mak Inang, senanglah hatiistri Khoja Maimun. Tingkahnya seperti kanak-kanak. Ia melepasgenggamannya dan berdiri, lalu melompat-lompat sambil tertawakegirangan. Mak Inang pun memandangnya dengan senang. Taklama kemudian, Mak Inang memohon pamit untuk kembali keistana menemui Putra Raja. Sebelum Mak Inang meninggalkan rumah Khoja Maimun,istri Khoja Maimun berpesan kepada Mak Inang, “Ibuku,sampaikan salam hormat dan kasih sayangku kepada Putra Raja.Beri tahukan kepadanya untuk menungguku nanti malam.” MakInang hanya tersenyum dan segera berlalu. Sepeninggal Mak Inang, istri Khoja Maimun bebenah diri.Ia mengenakan lulur yang dioleskannya ke seluruh tubuhnya,lalu mengusapnya perlahan-lahan agar semua kotoran-kotoranyang melekat pada tubuhnya hilang. Rambutnya pun diberiramuan bunga mawar agar lembut dan harum. Kuku-kukunyadipotong, dibentuk, dan diberi warna agar tampak indah. Iamengerjakan semua itu dengan hati yang riang gembira. Hatinyasedang berbunga-bunga karena akan bertemu dengan pangeranpujaan hatinya. Setelah selesai semua, ia memilih pakaian yangpaling bagus untuk dikenakannya saat bertemu Putra Raja.Disemprotkannya minyak wangi sekujur tubuhnya. Ia sudah tidaksabar menanti waktu malam. Malam pun tiba. Namun, istri Khoja Maimun tak jugaberangkat ke istana. Ia masih mematut diri. Ia akan berangkatapabila waktu malam sudah pekat dan sudah tidak ada lagi orangberlalu lalang. Ia tak ingin ada orang yang tahu kepergiannyamenemui Putra Raja. 26
Malam pun kian larut. Istri Khoja Maimun melihat daribalik jendela, keadaan sudah sangat sepi. Dipanggilnya Bayan,“Tuan Bayan, aku hendak pergi ke istana untuk menemui PutraRaja malam ini. Tinggallah engkau menunggu rumah ini. Aku akanberangkat sekarang. Aku sudah tak sabar lagi ingin bertemu PutraRaja. Ia pun pasti sudah menungguku di istana.” Ketika mendengar perkataan tuannya, Bayan sangatmarah. Namun, kemarahannya itu ditahannya jangan sampaituannya tahu. Hal itu tentu akan sangat menyinggung perasaantuannya. Dengan tutur katanya yang halus dan sopan, Bayanberkata, “Tuan adalah seorang perempuan. Sangat tidak pantasseorang perempuan menemui laki-laki pada malam hari begini.Apakah Tuan tidak takut kepada Allah subhanahu wa taala danmalu kepada Rasulullah salallahu alaihi wasalam? Ingatlah Tuan,hukuman Allah itu sangat keras terhadap orang yang melakukanzina. Zina itu termasuk dosa besar, Tuan. Perbuatan itu sangatdiharamkan Allah subhanahu wa taala.” Setelah mendengar perkataan burung bayan, Istri KhojaMaimun tampak gelisah. Di dalam hatinya ia membenarkanperkataan burung bayan. Akan tetapi, ia pun tak mampu menutupiperasaannya yang selalu merindukan Putra Raja. Ia berkata, “TuanBayan yang budiman, bagaimanakah cara mengobati hatiku ini.Aku sudah telanjur mencintai Putra Raja. Sulit rasanya untukmelupakannya.” Bayan menjawab, “Turutilah kata-kata hamba, Tuankuperempuan. Niscaya Tuan bisa melupakan Putra Raja. ApakahTuan tidak takut jika hal ini diketahui Tuan laki-laki. Jika Tuanlaki-laki tahu perbuatan Tuan perempuan, pasti ia akan marahbesar dan bahkan mungkin ia akan membunuh Tuan. JanganTuan percaya akan cinta Putra Raja. Percayalah kepada hamba,Tuan. Cinta Putra Raja tak akan bertahan lama. Suatu hari kelakjika ada perempuan lain, ia pun akan mengobral cintanya kepadaperempuan itu dan hilanglah cintanya kepada Tuan. Oleh karenaitu, lupakanlah Putra Raja. Tuan laki-laki adalah suami yang baik.Ia pergi berdagang sampai jauh ke negeri orang untuk mencarinafkah buat Tuanku. Ia rela berlayar berhari-hari, terombang-ambing ombak di laut demi keluarga. Ingatlah itu, Tuan.” 27
Istri Khoja Maimun termangu-mangu mendengar nasihatBayan. Semua yang dikatakan burung bayan meresap ke dalamhatinya. Ada perasaan malu kepada burung itu. Bagaimana bisabinatang seperti burung bayan mempunyai pikiran jernih danbisa berpikir panjang seperti itu. Sementara itu, manusia sepertidirinya tidak dapat berpikir panjang dan hanya menuruti hawanafsu belaka. 28
Burung bayan melihat tuannya diam saja. Ia bertanyakepada istri Khoja Maimun, “Tuan, mengapa Tuan diam saja?Apakah ada kata-kata hamba yang membuat Tuan tidak berkenan?” Istri Khoja Maimun terkejut. Ia terlena dengan perkataanseekor burung yang sangat bijaksana itu. Ia menjawab, “Oh, TuanBayan yang bijaksana, sama sekali tidak ada satu perkataanmuyang terdengar buruk di telingaku. Justru aku sangat berterimakasih kepadamu, Bayan. Aku senang mendengar nasihatmu.” “Masih maukah Tuan mendengar ceritaku?” tanya Bayanlagi kepada istri Khoja Maimun. “Tentu saja, Tuan Bayan. Ayo, berceritalah sampai malamhabis sehingga aku tak lagi punya keinginan pergi ke istanamenemui Putra Raja,” jawab istri Khoja Maimun. “Baiklah, kali ini aku akan bercerita tentang siksaan yangakan didapat oleh orang yang berbuat zina,” kata Bayan. Pada saat datangnya malaikat maut mengambil nyawaperempuan yang berbuat zina itu, kulitnya seperti ditarik dengansangat kuat hingga terkelupas. Betapa perih dan sakitnya siksaanitu. Setelah mati, perempuan itu dimasukkan ke dalam kubur.Beberapa saat berada di dalam kubur, jasad perempuan itudidatangi malaikat Munkar dan Nakir. Salah seorang malaikat itu bertanya kepada perempuanitu, “Hai, perempuan, apa saja kerjamu ketika masih hidup didunia?” Malaikat itu bertanya sambil tangannya memegang alatpemukul yang sangat besar. Suaranya pun seperti suara halilintardisertai api yang menyala-nyala keluar dari dalam mulutnya.Orang perempuan itu pun tak dapat menjawab. Seluruh anggotabadannya gemetar, lalu perempuan itu dipukulnya berulang kali. Selepas perempuan itu mendapat siksa kubur,terdengarlah firman Allah subhanahu wa taala memerintahkanmalaikat Zabaniah, “Hai, Malaikat, masukkanlah perempuancelaka itu ke dalam neraka.” Oleh malaikat Zabaniah perempuanitu dimasukkan ke neraka. 29
Setelah mendapat siksaan, para penghuni neraka itudimasukkan ke dalam telaga. Di sana pun banyak binatangbuas yang siap menggigiti tubuh mereka. Penghuni neraka ituberteriak-teriak mohon ampunan Allah. Malaikat pun datang danberkata, “Hai, perempuan durhaka, jika kau berdosa kepada Allah,Allah akan mengampuni dosamu. Akan tetapi, kau berdosa kepadasuamimu.” Setelah lima ribu tahun lamanya ia disiksa di neraka,barulah Allah mengangkatnya dan mempertemukannya dengansuaminya. Suaminya tengah berada di surga ditemani parabidadari. Kemudian Allah mengaruniakan ingatan kepada merekamasing-masing. Akhirnya, mereka teringat kembali bahwa merekapernah menjadi suami istri ketika hidup di dunia. Perempuan itu dipersilakan meminta kepada suaminyaagar suaminya memohonkan ampunan Allah untuknya. Suaminyapun memohon kepada Allah, “Ya Ilahirabi, keluarkanlah istrihamba dari dalam neraka.” Allah berfirman kepada malaikat, “Hai, Malaikat,keluarkanlah hamba-Ku dari dalam neraka.” Malaikat pun mengeluarkan perempuan itu dari dalamneraka, lalu dibawanya ke Sungai Kalkausar untuk mandi. Setelahmandi, perempuan itu diserahkan kepada suaminya sehinggamereka dapat hidup bersama kembali di dalam surga. “Tuanku, begitulah cerita hamba tentang balasan Allahterhadap perempuan yang berzina,” kata Bayan kepada istri KhojaMaimun. Perempuan itu menjawab, “Bayan, engkaulah penggantiibu-bapakku. Engkau telah mengingatkanku akan dosa berzina.Bisa kubayangkan jika saat seperti ini aku tidak bersamamu,Bayan. Pasti aku sudah terjerumus ke dalam dosa itu. Terimakasih, Bayan yang budiman, atas nasihatmu.” 30
Bayan merasa senang karena pada akhirnya tuannyamengurungkan niatnya menemui Putra Raja. Tuannya lebihmemilih mendengarkan ceritanya. Kemudian ia berkata lagi, “JikaTuan masih belum mengantuk, masih maukah Tuan mendengarkanlagi ceritaku?” Istri Khoja Maimun menjawab, “Aku masih belummengantuk, Bayan. Biarlah malam ini akan kuhabiskan waktuhingga pagi untuk mendengarkan ceritamu. Apa yang akan kauceritakan kepadaku, Bayan?” “Ini cerita bagus, Tuan. Hamba akan bercerita tentangseorang istri yang salihah,” kata Bayan dengan bersemangat. “Cepatlah ceritakan kepadaku, Bayan,” pinta istri KhojaMaimun tak sabar. “Baiklah, Tuan. Beginilah ceritanya.” Pada zaman dahulu, ada seorang perempuan bernamaSabariah. Orang-orang di sekitarnya biasa memanggilnya dengansebutan Bibi Sabariah. Ia tinggal hanya berdua dengan suaminya,Khoja Iskandariah, di suatu perkampungan. Mereka berdua salingmencintai sekalipun usia mereka sudah tidak muda lagi.” Pernah suatu hari, ketika mereka berdua sedang beradadi kebunnya, Khoja Iskandariah bertanya kepada istrinya, “Istriku,jika suatu saat nanti Allah memanggilku lebih dahulu, apakah kauakan tetap setia pada cinta kita? Maksudku, jika nanti aku tiadalagi di dunia ini dan ada seorang laki-laki mendekatimu, apakahkau akan menikah lagi?” Ketika mendengar pertanyaan suaminya, Bibi Sabariahlangsung memeluk suaminya dan menciuminya, lalu berkata,“Jangan kau ragu akan cintaku, Kanda. Aku tak bisa mencintailaki-laki lain sekalipun ia lebih tampan dan kaya raya. Hatikuhanya kupersembahkan kepadamu, Kanda. Jika nanti Allah taalamemanggilmu lebih dahulu, cintaku akan terkubur bersamajasadmu dan sudah tak bersisa lagi cinta di hatiku ini.” 31
Setelah mendengar jawaban istrinya, Khoja Iskandariahtersenyum. Karena merasa heran dengan senyuman suaminya,Bibi Sabariah bertanya, “Mengapa Kanda tersenyum mendengarjawabanku?” Khoja Iskandariah memegang tangan istrinya. Matanyamemandang istrinya lalu berkata, “Dinda, yang kuketahui selamaini ada banyak perempuan yang sudah ditinggal mati suaminya iaakan menerima cinta dari laki-laki lain. Bahkan, banyak perempuanyang belum lagi empat puluh hari kematian suaminya ia menikahlagi dengan laki-laki lain. Banyak wanita tidak mempunyaipendirian yang kuat. Begitulah perempuan sekarang ini, Dinda.”Sorot mata Khoja Iskandariah meredup. Ia tampak sedih. Ketika melihat hal itu, Bibi Sabariah segera memelukerat suaminya dan menciuminya. Bibi Sabariah itu berkata lagi,”Kanda, aku berani bersumpah atas nama Tuhan. Demi Tuhanyang memiliki tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi, jika Kandalebih dahulu berpulang ke Rahmatullah, aku haramkan diriku inimencintai laki-laki lain. Jika nanti ada laki-laki yang mendekatiku,dia akan kujadikan ayah jikalau ia sudah tua dan kujadikan anakjikalau ia masih muda.” Setelah mendengar perkataan istrinya, Khoja Iskandariahtersenyum. Bergantian kini dialah yang memeluk istrinya sambilberkata, “Terima kasih, Dinda. Aku tak meragukan cintamu lagi.Aku pun akan melakukan hal yang sama dengan Adinda jikalauAllah taala memanggilmu lebih dahulu.” Beberapa bulan setelah mereka saling menyatakansumpah setia di kebun, Khoja Iskandariah sakit keras. Beberapahari kemudian ia meninggal dunia. Alangkah sedihnya BibiSabariah kehilangan suaminya. Ia menyuruh orang-orang disekitarnya untuk menguburkan suaminya di kebunnya. Beberapahari kemudian di dekat kubur Khoja Iskandariah dibangun musalalengkap dengan kamar kecil dan pancuran air untuk mengambil airsembahyang. Di kebun itu pula Bibi Sabariah menanam berbagaimacam bunga dan buah-buahan. Setiap hari ia sibuk mengurusikebunnya. 32
Kematian Khoja Iskandariah sudah lama berlalu. Berbagaibunga dan buah-buah pun tumbuh subur dan bahkan sudahbisa dinikmati hasilnya. Banyak orang penduduk di kampung ituyang mengetahuinya dan bahkan membeli bunga dan buah darikebun Bibi Sabariah. Seiring dengan berjalannya waktu, kebunbunga dan buah Bibi Sabariah mendapat sorotan banyak orang.Pelanggan bunga dan buah pun bertambah banyak. Bibi Sabariahsudah semakin sibuk menerima pesanan. Untuk itu, ia akhirnyamempekerjakan beberapa orang untuk merangkai bunga. Berita tentang bunga dan buah hasil kebun BibiSabariah akhirnya sampai ke istana raja. Pada suatu hari, BibiSabariah kedatangan banyak orang. Saat itu ia baru saja selesaimelaksanakan salat zuhur. Ketika mendengar ramai orang di luarsana, ia membuka jendela rumahnya. Tampak olehnya banyakorang berkumpul di depan rumahnya. Ia segera melipat kainsalatnya dan bergegas keluar. Dari jarak yang tak begitu jauh, iabertanya, “Kalian siapa? Ada perlu apakah kalian datang kemari?” Salah seorang di antara mereka menghampirinya danberkata, “Kami rombongan dari kerajaan, Nyai. Terimalahkedatangan Tuan Putri Ratnadewi, istri raja di negeri ini.” Bibi Sabariah bergegas mendekati Tuan Putri Ratnadewi,lalu memberi hormat kepadanya. Ia mempersilakan Tuan Putri itu masuk ke rumahnya,“Silakan masuk, Tuan Putri. Selamat datang di bilik hamba yangfakir ini.” Tuan Putri Ratnadewi masuk ke rumah Bibi Sabariah,lalu duduk berhadapan dengan Bibi Sabariah. “Sungguh, hambamerasa tersanjung sekali atas kedatangan anggota kerajaan.Padahal, hamba tak pernah bermimpi hal ini. Apakah yang bisahamba lakukan untuk Tuan Putri?” tanya Bibi Sabariah. Tuan Putri Ratnadewi tersenyum dan berkata, “Hai,Saudaraku, janganlah terlalu menyanjungku. Bukankah kita inisama? Kita sama-sama hamba Allah subhanahu wa taala. Adapun 33
kedatanganku kemari hendak melihat langsung isi kebunmu.Sudah banyak orang, termasuk para pembatu istanaku yangmengatakan bahwa ada berbagai macam bunga dan buah-buahanyang tumbuh subur di kebunmu.” Bibi Sabariah menjawab dengan senang hati, “Silakan,Tuan melihat-lihat kebun hamba.” Diam-diam Putri Ratnadewi memperhatikan wajahdan perilaku Bibi Sabariah yang tampak sangat santun. Didalam hatinya ia berkata, “Alangkah sempurnanya perempuandi hadapanku ini. Wajahnya cantik dan lembut. Tutur katanyasangat halus.” Tiba-tiba sang Putri membayangkan apabila sangRaja, suaminya sekarang berada pada posisinya seperti ini, pastibaginda akan tertarik kepada perempuan ini. Bibi Sabariah agak tersipu-sipu. Tampaknya ia tahuTuan Putri sedang memandangnya begitu lama. Ia berusahamengalihkan perhatiannya dengan mempersilakan tamunya ituuntuk mencicipi hidangan yang sudah disediakan. “Silakan Tuanmencoba hidangan sederhana ini,” kata Bibi Sabariah. Sang Putri pun makan hidangan itu sambil bertanya,“Sudah berapa lamakah Saudaraku ini mengurusi kebun?” “Sudah lama sekali, Tuan, sudah sejak suami hambameninggal dan dikuburkan di kebun ini. Hamba sendiri yangmengurusi kebun ini supaya hamba merasa terus dekat denganalmarhum suami hamba.” Putri Ratnadewi bertambah kagum terhadap BibiSabariah yang selalu ingin berdekatan dengan suaminya sekalipunsuaminya sudah meninggal dunia. Ia pun bertanya lagi kepada BibiSabariah, “Saudaraku, bukankah orang yang sudah mati itu takakan kembali? Mengapa kau masih mau menungguinya? Apakahkau tidak ingin bersuami lagi, Saudaraku?” Bibi Sabariah menggelengkan kepalanya dan berkata,“Tuanku, di kebun inilah hamba dulu pernah bersumpah apabilasuami hamba meninggal dunia, hamba tak akan pernah bersuami 34
lagi. Hamba pegang terus sumpah hamba ini, Tuan. Sampai kapanpun hamba tak akan menikah lagi. Lagi pula dalam keseharianhamba ini sudah disibukkan dengan pekerjaan hamba sekarangini. Pelanggan bunga dan buah-buahan hamba kian banyak.Hamba tak punya kesempatan lagi memikirkan pengganti suamihamba yang telah meninggal.” Putri Ratnadewi berkata lagi, “Saudaraku, tidak baikseorang perempuan terlalu lama menjanda. Hal itu akanmenimbulkan fitnah. Apalagi kau memiliki paras yang cantik danbelum terlalu tua. Alangkah baiknya kau menikah lagi, Saudaraku.” Bibi Sabariah tetap pada pendiriannya dan jawabnya,“Mohon ampun, Tuan. Bukan hamba tidak mau menurutiperkataan Tuan. Akan tetapi, sungguh hamba takut melanggarsumpah hamba. Sumpah hamba didengar Allah subhanahu wataala. Jika Hamba melanggarnya, pasti Allah akan murka kepadahamba, lalu dimasukkannya hamba ke dalam api neraka. Hambatakut, Tuan.” Ketika mendengar perkataan Bibi Sabariah, wajah TuanPutri Ratnadewi seketika berubah. Ia tampak kecewa. Perubahanpada wajah sang Putri tertangkap oleh Bibi Sabariah yang berkata,“Sebenarnya ada apa Tuan bicara seperti ini? Apakah Tuan takberkenan dengan perkataan hamba ini? Jika demikian, maafkanhamba, Tuan.” “Hai, Saudaraku, Bibi Sabariah, ketahuilah bahwasesungguhnya aku datang kemari karena ada hal penting yangingin kusampaikan kepadamu. Suamiku, raja di negeri ini, menaruhhati kepadamu. Dia hendak menjadikanmu sebagai istrinya. Akusangat mengharapkan kau bersedia memenuhi permintaannya.Kita berdua akan hidup di istananya sebagai saudara. Percayalah,Saudaraku. Raja itu sangat tampan, muda, dan bijaksana. Jika kaumelihatnya, pasti kau senang,” kata Putri Ratnadewi. Bibi Sabariah tersenyum, laluberkata, “Tidak, Tuan.Hamba sudah tak lagi memikirkan untuk bersuami, insya Allahsampai ajal menjemput hamba kelak. Hamba tak mau mengingkari 35
janji hamba, apalagi janji kepada orang yang sudah tiada. Tuanku,walaupun raja itu setampan Nabi Yusuf atau sekaya Nabi Sulaimanpun hamba tetap pada pendirian hamba. Hamba sudah tak maubersuami lagi. Lagi pula, raja itu suami tuanku. Bagaimanakahperasaan Tuan jika melihat hamba yang sahaya ini duduk bersamasuami Tuan. Hamba mohon maaf, beribu-ribu maaf, Tuan. Hambatak dapat memenuhi permintaan Tuan untuk menikah lagi denganlaki-laki mana pun, apalagi laki-laki itu suami Tuan.” Tuan Putri Ratnadewi akhirnya dapat memaklumi alasanBibi Sabariah untuk tidak menikah lagi, termasuk menikah dengansuaminya, raja di negeri itu. Ia lalu tersenyum dan mohon pamitkepada Bibi Sabariah hendak kembali ke istana. “Tunggu, Tuanku. Hamba izin ke belakang sebentar”, kataBibi Sabariah. Tidak lama kemudian ia kembali dengan membawabingkisan berisi buah-buahan dan memberikannya kepada PutriRatnadewi sambil berkata, “Bawalah ini, Tuan, hasil kebun hamba.Hanya inilah yang bisa hamba persembahkan kepada Tuan.Sampaikan pula salam hormat hamba kepada Raja.” Putri Ratnadewi dan segenap pengawalnya meninggalkanrumah Bibi Sabariah. Beberapa lama kemudian, ia sampai diistana. Ia bergegas menemui Raja yang sudah lama menantinya.“Hai, Adinda, apakah sudah melihat kebun orang salihah itu?Bagaimana kebunnya? Tentu menyenangkan hati Adinda selamaberada di sana,” sapa Raja. Putri Ratnadewi duduk di sebelah suaminya, lalu berkata,“Hem, kebunnya luas dan bagus sekali karena berhiaskan bungayang beraneka ragam dan buah-buahan yang siap dipetik. Tadiperempuan itu pun memberiku buah-buahan untuk kubawapulang ke istana. Ia pun memberi salam kepadamu, Kanda.” “Bagaimana kabar perempuan itu? Apakah sudah Adindasampaikan pesanku dan bagaimana pendapatnya?” “Kanda, aku membawa berita yang tak Kanda harapkan.Perempuan itu mengatakan kepadaku bahwa ia sudah tak inginbersuami lagi semur hidupnya. Perempuan itu memiliki cinta sejati 36
kepada suaminya walaupun suaminya itu sudah tiada. Bisa Kandabayangkan setiap hari perempuan itu berada di kebunnya karenadi situlah suaminya itu dikuburkan. Berbagai bunga dan buah-buahan baginya hanya sebagai pekerjaan untuk mengisi waktusaja. Kanda, aku sarankan cobalah Kanda sendiri yang datang kesana menemuinya. Perempuan itu terlalu teguh pendiriannya. Akusudah lelah membujuknya. Ya, barangkali jika nanti berhadapanlangsung dengan Kanda, hatinya akan luluh. Bukankah lebih enakberbicara langsung, Kanda.” “Baiklah kalau begitu, Dinda. Aku akan menuruti saranmu.Kupikir memang jika nanti kami sudah berhadapan langsung, iaakan berubah pikiran. Besok aku akan berangkat menemuinya.”kata Raja. Keesokan harinya, setelah salat subuh, Raja mengenakanpakaian lengkap kebesaran kerajaan dan berangkat bersama paramenteri dan para dayang. Payung warna kuning pun dibentangkan.Mereka semua berkuda menuju kebun Bibi Sabariah. Beberapa lama dalam perjalanan, akhirnya sampailahmereka di depan pintu kebun Bibi Sabariah. Raja memerintahkandayangnya untuk meminta orang yang menjaga kebun itumembukakan pintu kebun. Dayang itu lalu berteriak untukdibukakan pintu. Akan tetapi, tidak ada seorang pun yangmenyahut. Kemudian dayang berteriak berulang kali dan kali inidengan suara yang lebih keras. Teriakan itu didengar oleh BibiSabariah. Bibi Sabariah mengintip siapakah gerangan tamu yangdatang dari balik jendela rumahnya. Alangkah terkejutnya tatkaladilihatnya yang datang itu Raja dan para para menterinya. Iasangat ketakutan. Sementara dayang raja itu masih berteriak kerasdi luar sana. Akhirnya ia menyuruh pembantunya membukakanpintu kebun itu dan berpesan kepada pembantunya itu agarpembantunya itu mengaku sebagai Bibi Sabariah. Pembantu Bibi Sabariah keluar dan membukakan pintukebun. Kemudian dengan ramahnya ia mempersilakan raja danpara menterinya masuk ke dalam kebun. 37
Raja menanyainya, “Mana Bibi Sabariah?” Pembantu Bibi Sabariah itu menjawab, “Hamba adalahBibi Sabariah.” Raja tak percaya, lalu berkata, “Tidak mungkin kau BibiSabariah. Menurut berita yang kudengar orang yang bernamaBibi Sabariah itu muda dan cantik. Sementara, kau?” Raja tidakmeneruskan kata-katanya karena khawatir menyinggungperasaan orang itu. “Benar, Tuan. Hambalah Sabariah yang Tuan maksudkan.Jika hamba bukan Bibi Sabariah, mengapa hamba berada di sini?”kata pembantu itu. Raja tak memedulikan perkataan pembantu Bibi Sabariah.Ia turun dari kudanya, lalu masuk ke dalam rumah. Bibi Sabariahterus mengintipnya. Ketika melihat Raja sudah mulai masuk kedalam rumahnya, ia segera berlari menuju kubur suaminya dan iabersembunyi di sana. Raja terus berkeliling rumah mencari BibiSabariah. Setelah mencari ke sana kemari tak ditemukan jugaBibi Sabariah, akhirnya, ia berteriak, “Bibi Sabariah, jangan kautakut kepadaku. Keluarlah! Aku bersumpah akan menjadikanmusebagai ibuku, baik di dunia maupun di akhirat kelak.” Sumpah raja itu terdengar oleh Bibi Sabariah. Iamengangkat tangannya dan mengucapkan syukur alhamdulillahkepada Allah taala yang berkuasa membolak-balikkan hati hamba-Nya. Kedatangan Raja yang semula hendak membujuknya agar maumenjadi istrinya telah berubah. Raja akhirnya bersumpah akanmenjadikan Bibi Sabariah sebagai ibunya. Tak lama sesudah itu,keluarlah Bibi Sabariah dari persembunyiannya, lalu menghadapRaja yang masih berdiri dengan tegapnya di halaman kebunnya. “Assalamualaikum, wahai Raja yang budiman,” sapanya. “Waalaikumsalam,” jawab Raja. 38
Bibi Sabariah lalu memegang tangan raja itu danmembimbingnya duduk di sebelahnya, lalu berkata, “Kinianggaplah aku sebagai ibumu. Rumahku ini selalu terbukamenerima kedatanganmu setiap saat kau inginkan. Silakanbermain-mainlah di kebun.” Raja itu tertunduk malu. Ia baru menyadari bahwa taksemua perempuan mau dijadikan istrinya. Ia sangat mengagumiketeguhan hati perempuan yang kini berada di sampingnya. Iasangat bijaksana dan lebih pantas menjadi ibu daripada menjadiistri. Setelah itu, Raja mohon izin Bibi Sabariah untuk berkelilingmelihat-lihat kebun sebelum ia pulang. Beberapa hari kemudian datanglah orang suruhan Rajamenghadap Bibi Sabariah. Suruhan itu berkata, “Tuanku, BagindaRaja memerintahkan hamba datang kemari dan membawabeberapa orang suruhan untuk membangun pagar kebun Tuan.” Bertambah senanglah hati Bibi Sabariah mendengarperkataan pesuruh raja itu. Setelah pagar itu selesai, Bibi Sabariah dikejutkanoleh kedatangan Raja bersama Putri Ratnadewi, istrinya. Iamempersilakan mereka masuk ke dalam rumah dan menjamunyamakan bersama di rumah itu. “Itulah cerita hamba, Tuanku perempuan, tentang istriyang salihah. Ia sangat berbakti kepada suaminya. Ia sangat tekunberibadah dan mengikuti perilaku pendahulunya, Siti Fatimah,putri Rasulullah. Ia termasuk orang yang mendapat hidayahdari Allah subhanahu wa taala. Perempuan seperti itulah calonpenghuni surganya Allah taala.” Setelah mendengar cerita Bayan, istri Khoja Maimun ituinsyaf. Ia pun menyadari bahwa jika Bayan tidak mencegahnya,ia pasti sudah terjerumus pada perbuatan zina. Ia hampir sajamelakukan dosa besar itu. 39
Hari pun berganti. Suara ayam berkokok terdengarbersahut-sahutan. Istri Khoja Maimun akhirnya memutuskanuntuk mengurungkan niatnya bertemu anak raja itu. Ia beranjakdari tempat duduknya, lalu masuk ke kamarnya untuk menggantipakaiannya dengan pakaian sehari-harinya di rumah. 40
PUTRA RAJA DATANG KE RUMAH KHOJA MAIMUN Di istana yang megah, Putra Raja tampak sangat kecewa.Semalaman ia menanati kedatangan istri Khoja Maimun. Namun,perempuan yang dinantikannya itu tidak juga datang hingga pagi.Ia memanggil pembantunya dan memerintahkannya untuk pergike rumah Mak Inang. Ketika datang menghadap Putra Raja, Mak Inang bertanya,“Ada apakah Tuan pagi-pagi begini memanggil hamba? ApakahTuan akan bercerita tentang pertemuan Tuan dengan perempuanitu semalam? Wah, hamba sudah siap mendengarkannya, Tuan.” “Ibuku, perempuan itu mengingkari janjinya. Aku sudahmenunggunya semalaman hingga pagi ini, tetapi ia tetap takmenepati janjinya. Itulah sebabnya aku memanggilmu. Ibu,aku mohon kembali kebaikan hati Ibu untuk pergi ke rumahperempuan itu. Tanyakan kepadanya mengapa ia tak jadimenemuiku semalam.” Mak Inang pun terkejut mendengarnya. Hampir ia takpercaya perkataan Tuannya bahwa perempuan itu tidak jadimenemui tuannya semalam. Ia melihatnya sendiri perempuan itusudah sangat tergila-gila kepada Putra Raja. Seharusnya ia segeramenemui tuannya karena sudah tak tahan lagi menanggung rasarindunya. Akan tetapi, ini adalah perintah tuannya yang harusdilaksanakannya. “Baiklah, Tuan. Hamba akan berangkat sekarangjuga menemui perempuan itu,” katanya. Ia pun mohon pamitkepada Putra Raja. Hari pun semakin siang. Mak Inang sampai di depan pinturumah Khoja Maimun. Ia mengetuk pintu rumah itu. Istri KhojaMaimun sendiri yang membukakan pintu, lalu disapanya denganlembut tamunya, “Ibunda datang lagi ke rumahku. Sungguh akusangat senang. Mari, Ibu, silakan duduk. Ada perlu apakah Ibudatang kemari?” 41
Mak Inang pun menjawab, “Aku diperintah oleh Tuanku,Putra Raja di negeri ini, kemari untuk menanyakan kepadamumengapa semalam kau tak jadi datang ke istana menemuinya?Ketahuilah bahwa Putra Raja masih terus menanti kedatanganmuhingga sekarang.” “Ibu, mohon maaf beribu maaf. Semalam aku tertidurhingga pagi tadi. Sampaikan permohonan maafku ini kepadaPutra Raja, Ibu. Aku merasa benar-benar merasa bersalah telahmengingkari janjiku.” “Bagaimana jika malam nanti kau datang ke istanamenemuinya?” tanya Mak Inang kemudian. “Ibu, setelahkupikirkan, rasanya tak baik seorang perempuan berjalansendirian menghampir seorang laki-laki. Aku takut akancemoohan orang kepadaku. Aku malu, Ibu. Jika Putra Raja inginbertemu denganku, biarlah ia datang kemari.” Mak Inang menyetujuinya dan berkata lagi, “Baiklah, akankusampaikan pesanmu ini kepada tuanku nanti. Aku rasa sudahtak ada lagi yang perlu dibicarakan. Aku mohon pamit.” Setelah Mak Inang lenyap dari pandangan mata istri KhojaMaimun, perempuan itu berlari menemui Bayan. “Hai, Tuan Bayan,baru saja aku kedatangan Mak Inang utusan Putra Raja. Ia masihjuga menungguku dan ingin bertemu denganku. Malam ini PutraRaja akan datang ke rumah ini. Bagaimana pendapatmu?” “Tuanku perempuan, aku mempunyai akal agar Putra Rajahilang rasa cintanya kepada Tuan dan Tuan pun tidak merasaketakutan melihatnya. Nanti apabila ia datang kemari, sambutlahkedatangannya.” Malam pun tiba. Putra Raja benar-benar datang menepatijanjinya. Ia mengetuk pintu rumah Khoja Maimun. Sementara itu,Bayan yang sudah siap berada di luar segera terbang ke suatutempat hingga ia mendapatkan nila. Dicelupkannya sayapnya kekubangan nila itu lalu dalam sekejab ia pun sudah sampai kembalike rumah Khoja Maimun. Ia bertengger di atas pintu. Ketika pintuitu dibuka oleh istri Khoja Maimun, Bayan segera mengepakkan 42
sayangnya dan jatuhlah nila itu mengenai wajah Putra Raja.Putra Raja mengira yang mengenai wajahnya itu hanya setetesair sehingga diusapkannya ke seluruh wajahnya hingga wajahnyaberwarna hitam. Istri Khoja Maimun membukakan pintu dan Putra Rajadipersilakannya masuk. Putra Raja bertanya, “Mengapa rumahini gelap? Tidak adakah lampu yang meneranginya? Aku tak bisamelihat apa-apa.” “Tetaplah berdiri di situ, Tuan. Aku akan mengambil lilindi dalam.” Tak lama kemudian istri Khoja Maimun kembali keruang tamu dengan membawa lilin yang sudah dinyalakannya.Samar-samar, melalui cahaya lilin, perempuan itu melihat wajahPutra Raja dan sangat takutlah ia. Putra Raja bermuka hitam danmenakutkan. Tampak seperti orang yang akan berbuat jahat. Laluistri Khoja Maimun berlari menjauh dari Putra Raja. TinggallahPutra Raja kebingungan. Ia lalu duduk dan tak dapat berbuat apa-apa. Tiba-tiba Putra Raja dikejutkan oleh suara yang ia taktahu dari mana berasal karena dilihatnya di sekelilingnya tak adaseorang pun. “Assalamualaikum, Tuan.” Suara Bayan yang berada dibubungan rumah menyapa Putra Raja. Sungguh ia tak dapatmelihat dengan jelas keberadaan burung itu karena ruangan ituhanya diterangi sebuah lilin. Bayan berkata lagi, “Hai, Putra Raja, kau datang kemariini sesungguhnya merupakan perbuatan yang tidak pantas. Kaudatang ke rumah seorang perempuan yang hidup sendirian. Apakahyang hendak kau perbuat? Perbuatanmu ini bisa menimbulkanfitnah jika ada orang di sekitar sini yang mengetahuinya. Apakahkau tidak takut akan hukuman Allah subhanahu wa taala kepadaorang yang berbuat dosa? Tuan, ingatlah siapa diri Tuan ini. Tuanadalah putra seorang raja yang sangat adil dan bijaksana. Bagindaraja adalah orang yang baik dan terlalu cinta kepada rakyatnya.Suatu saat kelak Tuan akan menggantikan kedudukan bagindaraja. Bagaimana jika orang mengetahui kelakuan Tuan yang tidak 43
baik? Janganlah Tuan berlaku seperti orang yang zalim. Orangzalim itu adalah orang yang tidak dapat melihat dengan matanya,tidak dapat mendengar dengan telinganya, dan tidak mengetahuiilmu firman Allah dalam Alquran.” Istri Khoja Maimun tiba-tiba berkata, “Tuan dengar suaraitu, bukan? Hamba pun baru mendengar suara itu. Sungguh hambamenjadi takut kepada Allah karena Allah pasti melihat segala apayang kita perbuat. Tentu kita tak ingin mendapat murka Allah.Oleh karena itu, sekarang hamba sarankan sebaiknya Tuan segerakembali ke istana dan jangan lupa memohon ampunan Allahsebelum datang siksa-Nya.” “Benar, Dinda. Seumur hidupku aku baru mendengarperkataan seperti itu. Aku sangat takut. Kalau begitu izinkanKanda kembali ke istana sekarang. Maafkan, Kanda.” Dari bubungan rumah, Bayan berkata lagi, “Hai, PutraRaja yang lalim, cepatlah pergi dari sini! Jika Tuan tidak segerameninggalkan rumah ini akan aku binasakan badan Tuan atas izinAllah subhanahu wa taala.” Tanpa berpamitan kepada istri Khoja Maimun, Putra Rajasegera keluar dari rumah itu. Ia berjalan pulang dengan cepatsekali karena sangat ketakutan. Bayan terbang mengikuti langkah-langkahnya. Dipukullah kepala Putra Raja dengan sayapnya. PutraRaja semakin takut dan semakin mempercepat langkahnya. Setelah sampai di istana, Putra Raja dihantui rasa takut.Apalagi kepalanya pun baru terasa sakit karena dipukul Bayan. Didalam hatinya, ia berkata, “Untung aku segera pergi dari rumahitu. Kalau tidak, bisa tamatlah riwayatku.” Setelah Putra Raja pergi, tinggallah istri Khoja Maimunsendiri dengan ditemani Bayan. Istri Khoja Maimun berkata, “Hai,Tuan Bayan, sekarang tenanglah hatiku ini. Aku merasa terlepasdari beban berat yang selama ini kurasakan. Aku berjanji akanmenuruti kata-katamu untuk selalu mengingat Allah taala agarterhindar dari segala fitnah dan azabnya.” 44
BAYAN BERCERITA TENTANG SEORANG ISTRI DURHAKA “Bayan, kini tibalah saatnya aku membalas kebaikanmu.Engkau aku bebaskan pulang ke rumahmu untuk menemui anakdan istrimu. Esok boleh kau tinggalkan rumah ini. Biar nanti jikasuamiku kembali, akan aku sampaikan halmu kepadanya.” “Wahai, Tuanku perempuan, hamba hormati perkataanTuanku hendak membalas kebaikan hamba. Namun, hamba takpunya keluarga seperti Tuanku. Hamba belum beristri. Hambamasih bebas menentukan ke mana hamba pergi. Hamba takpunya keinginan pergi dari rumah Tuan. Biarkanlah hamba di siniselamanya ikut dengan Tuanku berdua,” jawab Bayan. Istri Khoja Maimun merasa iba mendengar perkataanBayan. Akan tetapi, di sisi lain, ia pun heran kepada burung itu. Daricara bicaranya ia seperti manusia, tetapi mengapa keinginannyamembangun rumah tangga seperti manusia umumnya tidakdilakukannya, katanya dalam hati. Ia pun bertanya kepada Bayan,“Hai, Tuan Bayan, maukah engkau kuberi istri?” Burung itu tertawa, lalu menjawab pertanyaan tuannya,“Ya, Tuanku perempuan, tidaklah mudah menjadi seorang suami.Menurut hukum agama, suami wajib memberi nafkah kepadaistrinya. Banyak laki-laki yang belum bisa memberi nafkahkepada istrinya, tetapi ia sudah berani menikah. Tentu hal sepertiitu dilarang agama. Berdosalah seorang laki-laki yang tak bisamenafkahi istrinya. Kebiasaan laki-laki itu, jika sudah mempunyaiseorang istri, ia merasa kurang. Lalu ia mengambil perempuanlain untuk dijadikannya istri yang kedua, ketiga, dan seterusnya.Agama membolehkan seorang suami beristri empat. Tidak bolehlebih. Dengan empat orang istri, suami harus bersikap adil. Jikatidak, ia akan mendapat laknat dari Allah subhanahu wa taala.Ia akan mendapat dosa besar. Tuan, sangatlah berat tugas suamiitu. itulah sebabnya hamba belum berani beristri. Hamba masihmerasa belum mampu menjalankan kewajiban menjadi seorangsuami.” 45
Search