Sesosok manusia yang membuat kita termenung dan berpikir kritis tentang banyak hal.
1. Mengenal Nabi Muhammad Saw. Nama Muhammad Saw. Tahun Hidup Senin, 12 Raٗ﴾هbiان١َulًْقو٤Aُwيف٦ْaِِ﴿ررl, َْTعفaنhََيuْوn ُGَمّنaََِلباjaَٰhْعوت, ِbَيكeلrْteْماpْaُۗهمtaَوُهnَُمءdeُّقاۤهnَgََٰحننanْْْليب2ََاتا0ٰاApَنrilَْون5َُْ7منو0ُُْتفيMََِْلايََّيعلَْكِذر Penyebutan dalam al Quran كَمَا ْمِنُْهم ّاَْلحَُق ﴾١٤٧﴿ ࣖ َمِنْ َرّبِكَ فَََل َتكُوَْنَنّ مِنَ اْلمُمْتَرِْين )١٤٧-١٤٦ :٢/( البقرة 146. Orang-orang yang telah Kami anugerahi Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Nabi Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sekelompok dari mereka pasti menyembunyikan kebenaran, sedangkan mereka mengetahui(-nya). Orang-orang Yahudi dan Nasrani sangat mengenal kenabian dan sifat- sifat Nabi Muhammad saw. karena telah disebutkan secara gamblang dalam Taurat dan Injil. 147. Kebenaran itu dari Tuhanmu. Maka, janganlah sekali-kali engkau (Nabi Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu. (Al-Baqarah/2:146-147) Pada surat al-Fil, ayat 1-5; surat al-Baqarah, ayat 146; surat al-Isra, ayat 1; ali- Imran, ayat 81, 101-103,121-123 dan 140-179; surat al-Alaq, ayat 1-5; surat al- Araf; ayat 157-158; surat al-Ankabut, ayat 47-50; al-Fath, ayat 29; surat al- Ahzab, ayat 40; dan surat lainnya. Garis Keturunan Ayah : Ibrahim a.s.. ⇒ Ismail a.s.. ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya’rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma’ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar ⇒ Ilyas a.s.. ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu’ay ⇒ Ka’ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒ Hasyim ⇒ Abdul Muthalib ⇒ Abdullah ⇒ Nasab Muhammad saw Isteri Garis Keturunan Ibu : Ibrahim a.s.. ⇒ Ismail a.s.. ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya’rub Anak ⇒ Tairah ⇒ Mukjizat/ Nahur ⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma’ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar ⇒ Ilyas Keistimewaan a.s.. ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu’ay ⇒ Ka’ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒ Wahab ⇒ Aminah ⇒ Muhammad saw Khadijah binti Khuwalid, Saudah binti Zama’ah, Aisyah binti abu Bakar Ash- Shidiq, Hafsah binti Umar binti Khattab, Ummu Habibah binti Abu Sofyan, Ummu Salamah, Zaenab binti Jahsy, Zainab binti Khuzaimah, Juwairiyah binti al-Harist, Shafiyyah binti Huyay, Maimunah binti al-Harits Al Qasim, Abdullah, Ibrahim, Zainab, Fatimah Azzahra, Ruqayyah dan Ummu Kultsum. 1. Dapat membelah bulan menjadi dua bagian 2. Menghentikan perjalanan matahari 3. Memunculkan matahari yang sudah terbenam 4. Memperbanyak makanan yang jumlahnya sedikit hingga dapat dimakan oleh ribuan orang 5. Perjalanan Isra dan Mi’raj 6. Dapat menyembuhkan berbagai penyakit hanya dengan berdoa dan mengusap bagian yang sakit 7. Meramalkan dengan benar sesuatu yang akan terjadi 8. Mengeluarkan air dari jari jemari 9. Diturunkannya kitab suci al-Quran
Kisah Populer Nabi Muhammad Saw. adalah anggota Bani Hasyim, sebuah kabilah yang paling mulia dalam suku Quraisy. Ayahnya bernama Abdullah, salah seorang pembesar suku Quraisy yang cukup berpengaruh. Ibunya bernama Aminah binti Wahab dari Bani Zuhrah. Nabi Muhammad Saw. lahir bertepatan pada Tahun Gajah. Hal itu dikarenakan pada tahun itu Kota Mekkah diserbu pasukan gajah dengan tujuan menghancurkan Ka'bah. Pasukan itu dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Kerajaan Habsyi di Yaman. Akan tetapi, sebelum Abrahah dan pasukannya tiba di Mekkah mereka ditimpa azab. Atas izin Allah Swt., dikirimlah kawanan burung Ababil yang membawa batu dari Sijil, yaitu batu yang sama yang pernah dihujankan kepada kaum Nabi Luth a.s.. Batu batu yang sangat panas itu pun dilemparkan ke arah pasukan gajah Abrahah. Akhirnya pasukan Abrahah binasa, termasuk Abrahah sendiri. Nabi Muhammad Saw. lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awal, Tahun Gajah, bertepatan dengan 20 April 570 M. Kebiasaan penduduk Kota Mekah saat itu adalah menitipkan anak mereka kepada wanita desa untuk disusui. Hal itu dimaksudkan agar bayi itu bisa tumbuh dalam pergaulan masyarakat yang baik dan udara yang lebih bersih. Nabi Muhammad Saw. pada saat itu diasuh oleh wanita bernama Halimah binti Abu Du'aib Sa'diyah. Kehadiran Nabi Muhammad Saw. membawa berkah pada keluarga Halimah. Kambing peliharaan Haris, suami Halimah mendadak menjadi gemuk-gemuk dan menghasilkan susu lebih banyak dari biasanya. Rumput tempat menggembala kambing itu juga tumbuh subur. Kehidupan keluarga Halimah pun berubah menjadi tenteram dan berkecukupan. Mereka yakin hal itu disebabkan oleh berkah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Saat beliau berhenti menyusu dan harus dipulangkan pada ibunya, Halimah dengan berat hati harus memulangkan anak asuhnya yang telah membawa berkah itu. Sedangkan Aminah sangat senang anaknya telah kembali dalam keadaan Sehat dan segar. Nabi Muhammad Saw. menjadi yatim piatu pada usia enam tahun. Sepulangnya Aminah dan Muhammad Saw. berziarah ke makam Abdullah, Aminah pun sakit sakitan dan akhirnya meninggal. Setelah kematian Aminah Abdul Muthaliblah yang merawat Nabi Muhammad Saw. Namun tak lama kemudian, Abdul Mutthalib meninggal. Nabi Muhammad Saw. pun akhirnya diserahkan kepada pamannya, Abi Thalib. Saat berumur 12 tahun, Nabi Muhammad Saw. ikut bersama pamannnya untuk berniaga ke negeri Syam. Dalam perjalanan ini, terjadi keajaiban yang merupakan tanda-tanda kenabian Muhammad Saw. segumpal awan terus menaungi rombongan Nabi Muhammad Saw. Bila mereka berhenti, awan itu pun ikut berhenti. Kejadian ini menarik perhatian seorang pendeta Kristen bernama Buhairah. Ia menguasai betul isi kitab Taurat dan Injil. Hatinya bergetar ketika melihat Nabi Muhammad Saw. yang terang benderang saat mengendarai unta. Pendeta menghampiri dan mengundang rombongan Abi Thalib dalam perjamuan makan di biaranya. Setelah berbincangbincang dengan Abi Thalib dan Muhammad Saw, ia semakin yakin bahwa Muhammad adalah calon nabi yang ditunjuk oleh Allah Swt.. Pendeta Buhairah pun berpesan pada Abi Thalib, “Saya berharap Tuan menjaga keponakan Tuan dengan baik. Saya sangat yakin dialah nabi akhir zaman yang telah diramalkan dalam kitab Injil dan Taurat. Usahakan agar hal ini jangan diketahui oleh orang-orang Yahudi, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi sebelumnya.” Ketika Nabi Muhammad Saw. berusia 20 tahun, Kota Mekah ditimpa musibah banjir. Bangunan Ka'bah pun rusak. Penduduk Mekah akhirnya bergotong- royong memperbaiki Ka'bah. Saat peletakan Hajar Aswad ke tempatnya semula, terjadilah perselisihan. Masing-masing suku ingin mendapat kehormatan untuk melakukan pekerjaan itu. Di saat itulah. muncul Nabi Muhammad Saw. Semua orang berseru, “Itu dia aI-Amin, orang yang terpercaya. Kami rela menerima semua keputusannya.”
Setelah mengerti permasalahannya, Nabi Muhammad Saw. membentangkan sorbannya di atas tanah. Beliau meletakkan Hajar Aswad di tengah- tengahnya. Kemudian beliau meminta setiap kepala suku memegang tepi sorbannya dan mengangkatnya secara bersama-sama. Setelah dekat dengan tempat peletakkan Hajar Aswad, Nabi Muhammad Saw. kemudian mengangkat dan meletakkan batu itu di tempat semula. Selesailah perselisihan diantara suku-suku itu, mereka pun puas dengan cara penyelesaian yang sangat bijak itu. Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad Saw. menikah. Beliau menikahi Khadijah binti Khuwailid, seorang saudagar kaya raya. Saat itu usia Nabi Muhammad Saw. terpaut jauh dengan isterinya yang telah berumur 40 tahun. Dari pernikahan dengan Khadijah r.a., beliau dikaruniai enam orang anak. Terdiri dari dua anak lelaki bernama Al-Qasim dan Abdullah dan empat anak perempuan bernama Zainab, Ruqayyah, Ummu Kalsum, dan Fatimah. Menjelang usianya yang keempat puluh tahun, Nabi Muhammad Saw. sering pergi menyendiri di Gua Hira. Suatu ketika Nabi Muhammad Saw. melihat cahaya terang benderang sampai memenuhi ruangan gua itu. Malaikat Jibril a.s. pun muncul! dihadapannya sambil berkata. “Iqra\" (bacalah). Nabi Muhammad Saw. yang ketakutan dengan pezistiwa itu pun menjawab, bahwa beliau tidak dapat membaca. Malaikat Jibril a.s. terus meminta Nabi Muhammad Saw. membaca sampai tiga kali. Nabi Muhammad Saw. pun tetap memberikan jawaban yang sama. Malaikat Jibril a.s. kemudian menyampaikan wahyu Allah Swt. pertama, yaitu surat Al-Alaq, ayat satu sampai dengan ayat lima. Setelah kejadian itu Nabi Muhammad Saw. pulang ke rumah dengan rasa ketakutan dan cemas. Sesampainya di rumah, beliau pun meminta pada Khadijah r.a. agar dirinva diselimuti. Tak lama setelah peristiwa itu turun wahyu berikutnya yaitu surat Al Muddatsir. Dengan turunnya surat Al Muddatsir ini, mulailah Nabi Muhammad Saw. berdakwah. Mula-mula beliau berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Beliau mengislamkan teman-teman dekat dan keluarganya terlebih dahulu. Setelah beberapa lama kemudian, barulah Nabi Muhammad Saw. menjalankan dakwahnya secara terang-terangan. Melihat agama Islam semakin meluas, kaum kafir Quraisy mulai khawatir. Mereka mulai melakukan tindak kekerasan pada pengikut Nabi Muhammad Saw.. Budak-budak yang telah masuk Islam mereka siksa dengan sangat kejam. Setiap suku diminta menghukum anggota keluarganya yang masuk Islam sampai ia murtad kembali. Sejak saat itu pun umat Islam mendapat siksaan yang pedih dari kaum Quraisy Mekah. Mereka dilempari kotoran, dihalangi untuk melakukan ibadah di Ka'bah, dan lain sebagainya. Pada suatu hari, Abu Thalib, paman Nabi Muhammad Saw. yang merupakan pelindung utamanya, meninggal dunia dalam usia 87 tahun. Tiga hari kemudian, Khadijah r.a., isterinya, juga meninggal dunia. Sepeninggal Abi Thalib, kaum kafir Quraisy pun tidak segan-segan melampiaskan kebencian kepada Nabi Muhammad Saw.. Mereka kerap menganiaya Nabi Muhammad Saw. dan para kaum mukminin dengan cara melemparinya dengan batu dan kotoran. Kaum kafir Qurasy pun bahkan sangat ingin membunuh Nabi Muhammad Saw.. Tahun kesepuluh kenabian ini benar-benar merupakan Tahun Kesedihan (Amul Huzn) bagi Nabi Muhammad Saw.. Meskipun begitu, pada tahun inilah, Nabi Muhammad Saw. mengalami peristiwa Isra Mi'raj. Yaitu perjalanan malam hari dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjid Aqsha. Setelah dari Masjid Aqsha, Nabi Muhammad Saw. diangkat ke langit hingga menuju Arsy. Pada kesempatan itu, beliau menerima wahyu dari Allah Swt. untuk mendirikan salat lima waktu sehari semalam. Semakin hari kaum kafir Quraisy menjadi semakin kejam terhadap kaum muslimin. Hal ini membuat Nabi Saw. memerintahkan pengikutnya untuk hijrah ke Yatsrib atau Madinah. Peristiwa hijrahnya nabi dan pengikutnya ini dijadikan tahun permulaan hijriyah, yang berdasarkan peredaran bulan. Setelah Nabi Muhammad Saw. tiba di Madinah, beliau diangkat menjadi pemimpin oleh penduduk kota itu. Sejak itu, Kota Yatsrib menjadi lebih
dikenal dengan sebutan Madinah al-Munawwarah (kota yang bercahaya). Hal itu karena dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia. Nabi Muhammad Saw. kemudian memasangkan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Muhajirin artinya orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah. Sedangkan Anshar artinya penduduk Madinah yang masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin. Dengan demikian, diharapkan masing-masing orang akan terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Nabi Muhammad Saw. juga mendirikan masjid di Kota Madinah. Masjid yang dibangun ini kemudian dikenal sebagai Masjid Nabawi. Ukurannya cukup besar, dibangun di atas sebidang tanah dekat rumah Abu Ayyub al Anshari. Dindingnya terbuat dari tanah liat, sedangkan atapnya dari daun-daun dan pelepah kurma. Di dekat masjid itu dibangun pula tempat tinggal Nabi Muhammad Saw. dan keluarganya. Suatu ketika, timbul konflik antara kaum muslimin Madinah dan kaun musyrikin Quraisy. Konflik ini memuncak sehingga menimbulkan peperangan Peperangan ini terkenal dengan sebutan Perang Badr yang terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan puncak dari serangkaian pertikaian yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy. Perang ini berkobar setelah berbagai upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad Saw. gagal. Saat Itu kaum muslimin berjumlah sekitar 300 orang dengan perlengkapan senjata yang sederhana. Sementara kaum Quraisy berjumlah 1.000 orang dengan persenjataan lengkap. Akan tetapi, berkat kepemimpinan Nabi Muhammad Saw. dan semangat pasukan yang membaja, kaum muslimin berhasil memenanginya. Selama Nabi Muhammad Saw. tinggal di Madinah, beliau menghimpun kekuatan umat muslim. Hingga pada suatu hari. Nabi Muhammad Saw. berencana kembali ke Mekah untuk memerangi kaum kafir Quraisy. Pada hari yang ditentukan beliau berangkat dengan membawa 10.000 orang tentara muslim ke Kota Mekah. Kepada penduduk Mekah, Nabi Muhammad Saw. berseru. Beliau berjanji tak akan memerangi seorang pun dan penduduk Kota Mekah. Namun dengan syarat, mereka mau menerima baik-baik kedatangan Nabi Muhammad Saw. beserta pengikutnya dan juga beriman kepada Allah Swt.. Nabi Muhammad Saw. kemudian menyuruh kaum muslimin untuk menghancurkan patung-patung berhala di seluruh Kota Mekah, khususnya di sekitar Ka'bah. Setelah itu, Nabi Muhammad Saw. berkhotbah. Beliau menjanjikan ampunan bagi kaum kafir Quraisy yang selama ini telah menganiaya dirinya. Mendengar itu, mereka semua menangis. Mereka pun akhirnya berbondong- bondong menyatakan diri masuk Islam. Sejak saat itulah, Kota Mekah berada di bawah kekuasaan Islam. Pada tahun 10 Hijriyah, Nabi Muhammad Saw. diperintahkan Allah Swt. untuk mengerjakan ibadah hajinya yang terakhir. Hajinya yang terakhir ini disebut juga dengan haji Wada'. Pada pelaksanaannya, sekitar 100.000 pengikutnya turut menunaikan ibadah haji bersama Nabi Muhammad Saw.. Pada saat-saat itu pula wahyu Allah Swt. yang terakhir turun: Al Maidah ayat 3 Mendengar ayat ini, sebagian kaum muslimin berbahagia. Sementara sebagiannya lagi bersedih. Salah satunya Abu Bakar r.a. yang menangis tersedu-sedu. Ia mengetahui turunnya ayat ini adalah pertanda berakhirnya tugas Nabi Muhammad Saw.. Dua bulan setelah menunaikan ibadah haji Wada', Nabi Muhammad Saw. sakit demam. Meskipun badannya mulai lemah, ia tetap memimpin salat berjamaah. Baru setelah kondisinya tidak memungkinkan lagi, yaitu tiga hari menjelang wafatnya, beliau tidak mengimami salat berjamaah. Sebagai gantinya ia menunjuk Abu Bakar r.a. sebagai imam salat. Ketika Nabi Muhammad Saw. sudah tidak mampu lagi beraktivitas, beliau hanya terbaring lemah di rumahnya. Hingga suatu hari, dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam. Tapi Fatimah r.a.
Doa Nabi Muhammad tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Saw. Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Mendengar itu Nabi Muhammad Saw. bertanya ketika anaknya kembali ke Hikmah kamarnya, “Siapakah itu, wahai anakku?” Nama “Tak tahulah aku Ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Nasab Fatimah lembut. Suami Nabi Muhammad Saw. pun menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Kemudian beliau berkata dengan lembut pada Fatimah, “Ketahuilah, yang baru saja datang dialah yang akan memisahkan pertemuan di dunia. Dialah Malaikat Maut.” Mendengar itu Fatimah pun menahan tangisnya. Tak lama kemudian, Malaikat Maut datang menghampiri Nabi Muhammad Saw. pun menanyakan mengapa Jibril a.s. tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah Malaikat Jibril a.s. hingga ia pun datang. “Jibril a.s., katakan apa hakku nanti dihadapan Allah?” Tanya Nabi Muhammad Saw. pada Malaikat Jibril a.s.. “Pintu-pintu langit telah dibuka dan para malaikat telah menanti ruhmu. Semua pintu surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” jawab Malaikat Jibril a.s.. “Bagaimana kiranya nasib umatku nanti?” kembali Nabi Muhammad Saw. bertanya. “Aku pernah mendengar Allah Swt.. berfirman: “Kuharamkan surga bagi siapa pun, kecuali umat Muhammad Saw. telah berada di dalamnya,” jawab Malaikat Jibril a.s.. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail a.s.. melakukan tugas. Perlahan ruh Nabi Muhammad Saw. ditarik. Tampak seluruh tubuh Nabi Muhammad Saw. bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini,” ujar Nabi Muhammad Saw. mengaduh lirih. Fatimah terpejam sementara Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril a.s. memalingkan muka. Nabi Muhammad Saw. pun bertanya pada Malaikat Jibril a.s.. “Jijikkah engkau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu, wahai Jibril a.s.?” “Siapakah yang tega melihat kekasih Allah Swt. direnggut ajalnya,” jawab Jibril a.s.. Setelah itu, terdengar Nabi Muhammad Saw. memekik karena sakit yang tak tertahankan lagi. Saat itu terdengar Nabi Muhammad Saw. berdoa, “Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku.” Inna lillahi wainna ilaihi raji'un, telah berpulang ke rahmat Allah Swt.. manusia yang paling mulia, Dialah manusia yang paling (“Cintai Tuhan dan umatnya. Beliau Wafat tepat pada usia 63 tahun lebih 4 hari. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah untuk baginda nabi besar kita Muhammad Saw. وَمِنُْهمْ َّمنْ َّيقُوُْل رََّبنَٓا اٰتِنَا فِى الُّدْنيَا ِحَسَنًَة َوّفِى اْْلٰخِرَةِ حَسَنًَة َوّقِنَا عََذابَ الَنّار )٢٠١ :٢/( البقرة 201. Di antara mereka ada juga yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka.” (Al-Baqarah/2:201) Jadilah hamba Allah Swt.. yang penyabar, penyayang, adil, bijaksana, menghormati sesama, dan selalu menaati perintah-Nya 2. Mengenal Khadijah r.a. Khadijah binti Khuwailid ra. Ayahnya adalah Khuwailid bin Asad Abdul Uzza, sedangkan Abdul Uzza adalah saudara Abdu Manaf, salah seorang kakek Nabi. Keduannya anak Qushay bin Kilab, dari sini, garis keturunan Khadijah bertemu Nabi pada Kakek ke empat yaitu Qushay bin Kilab. Nabi Muhammad Saw.
Anak Al Qasim, Abdullah, Ibrahim, Fatimah Azzahra, Zainab, Ruqayah dan Ummi Kisah Kultsum Wanita pertama yang dinikahi Nabi Muhammad Saw. adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab. Saat itu Nabi Muhammad Saw.berusia 25 tahun. Tatkala turun wahyu pertama kali, Khadijah menjadi wanita yang membenarkan dan mendukung Rasulullah Saw Nama 3. Mengenal Aisyah r.a. Nasab Suami Aisyah r.a. Anak Nasab dari jalur ayah adalah Aisyah binti Abi Bakar ash Shiddiq bin Abi Kisah Quhafah Utsman bin ‘Amir bin Umar bin Ka’b bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’b bin Luay bin Fihr bin Malik. Nasab ayahnya bertemu dengan nasab Nabi Muhammad Saw. pada kakek ketujuh. Sedangkan nasab dari jalur ibu, Aisyah binti Ummu Ruman binti ‘Amir bin ‘Uwaimir bin ‘Abd Syams bin ‘Ittab bin Udzainah bin Subai’ bin Wahban bin Harits bin Ghunm bin Malik bin Kinanah. Nasab dari jalur ibunya ini bertemu dengan nasab Nabi Muhammad Saw. pada kakek kedua belas Nabi Muhammad Saw. Tidak ada Akan tetapi, Aisyah r.a. bukan anak kecil biasa. Ia mengingat dengan baik apa yang terjadi pada masa kecilnya, termasuk hadits-hadits yang didengarnya dari Nabi Muhammad Saw. Ia memahami hadits-hadits itu, meriwayatkannya, menarik kesimpulan darinya. Ia juga sering menjelaskan hikmah-hikmah dari peristiwa yang dialaminya pada masa kecil. Aisyah r.a. menceritakan, bahwa telah turun ayat Al Quran kepada Nabi Muhammad Saw. di Mekah. Saat itu aku masih kecil dan sedang bermain. Ayat itu berbunyi: “Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.” (QS. Al Qamar [54]: 46). Tatkala nabi berhijrah ke Madinah, Aisyah r.a. belum berumur delapan tahun, tetapi dia bisa memahami dan menghafal dengan baik berbagai peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw. dan hal-hal lain yang berhubungan dengan peristiwa tersebut. Tidak ada seorang sahabat pun yang menghafal peristiwa bersejarah tersebut yang lebih urut dan lengkap dibanding Aisyah r.a.. A. Anak-Anak Nabi Muhammad Saw. : Nabi Muhammad Saw. memilik tiga orang putra yaitu: 1. Al Qasim, dilahirkan di Mekah sebelum Nabi Muhammad Saw. diangkat menjadi nabi. Al Qasim meninggal di Mekah pada usia dua tahun. Namun menurut Qatadah, Al Qasim meninggal ketika ia sudah bisa berjalan. 2. Abdullah, dinamakan juga dengan at Thayyib (yang baik) dan at Thahir (yang suci) karena ia dilahirkan sesudah Islam. Ada pendapat yang mengatakan bahwa at Thayyib dan at Thahir ini adalah putra Nabi Muhammad Saw. yang lain, namun pendapat pertama adalah yang benar. 3. Ibrahim, dilahirkan dan wafat di Madinah tahun 10 hijriah pada usia tujuh belas atau delapan belas bulan. Ada pendapat yang mengatakan Nabi Muhammad Saw.memiliki putra lain yang bernama Abdul Uzza tapi pendapat ini sangat lemah karena Allah Swt.. telah mensucikan dan melindungi Nabi Saw/ dari hal demikian (penamaan anak Abdul Uzza yang berarti hamba Uzza nama salah satu berhala Quraisy). Putri-putri Nabi Muhammad Saw. 1. Zainab r.a., menikah dengan Abu Al Ash bin Rabi’ bin Abdul Uzza bin Abdul Syams sepupu Zainab r.a., karena ibunya adalah Hala binti Khuwailid (saudara dari Khadijah binti Khuwailid). Zainab r.a. mempunyai anak bernama Ali yang meninggal waktu kecil dan Umamah yang digendong oleh Nabi Muhammad Saw. waktu salat dan setelah dewasa menikah dengan Ali bin Abi Thalib r.a. setelah Fatimah r.a. wafat. 2. Fatimah Az Zahra r.a., menikah dengan Ali bin Abi Thalib r.a.. Dari pernikahan tersebut Fatimah r.a. melahirkan Hasan, Husain, Muhassin yang meninggal waktu kecil, Ummu Kultsum yang menikah dengan Umar bin Khattab r.a., dan Zainab r.a. yang menikah dengan Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib. 3. Ruqayyah r.a. dan Ummu Kultsum r.a., Ruqayyah r.a. menikah dengan Ustman bin Affan r.a., meninggal di pangkuan Ustman r.a.. Ustman r.a. lalu menikahi Ummu Kultsum r.a. (adik Ruqayyah) yang juga meninggal di pangkuannya. Ruqayyah r.a. memiliki seorang putra yang bernama Abdullah sehingga Ustman r.a. dipanggil dengan kunyah – gelar yang disandarkan kepada kebiasaan
seseorang – Abu Abdullah. Putri-putri Nabi Muhammad Saw. empat orang tanpa ada perbedaan pendapat ulama mengenai hal ini sedangkan putra-putranya tiga orang berdasarkan pendapat yang benar. Urutan putra-putri Nabi Muhammad Saw. adalah sebagai berikut: Al Qasim, Zainab, Ruqayyah, Fatimah, Ummu Kultsum, Abdullah, dan Ibrahim yang lahir di Madinah. Semuanya adalah putra-putri dari Khadijah kecuali Ibrahim yang lahir dari Maria Al Qibtiyah dan semuanya meninggal sebelum Nabi Muhammad Saw. menjadi rasul kecuali Fatimah r.a. yang meninggal enam bulan setelah kematian Nabi Muhammad Saw. B. Dakwah Nabi Muhammad Saw. Sebelum Hijrah PERIODE MEKAH Memasuki usia yang keempat puluh, di saat dia berkontemplasi di gua Hira, tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, malaikat Jibril a.s. muncul dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah Swt. yang pertama (QS. 96: 1-5): “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu itu Maha Mulia. Dia telah mengajar dengan qalam. Dia telah mengajar manusia apa yang tidak mereka ketahui”. Inilah ayat-ayat al Quran al Karim yang mula-mula diturunkan, ayatnya belum memerintahkan Nabi Muhammad Saw. menyeru manusia kepada suatu agama, dan belum pula memberitahukan kepadanya bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah utusan Allah Swt.. Akan tetapi ayat-ayat itu mengesankan sesuatu yang luar biasa, yang belum diketahui oleh Nabi Muhammad Saw.. Itulah sebabnya maka ia segera kembali ke rumahnya dalam keadaan gemetar, apalagi ia dipeluk dengan keras oleh Jibril a.s.. beberapa kali, kemudian dilepaskan dan disuruhnya membaca, seperti disebutkan di atas (A. Syalabi, 2003: 74). Setelah turunnya wahyu yang pertama ini, Jibril a.s.. tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad Saw. menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu berbunyi sebagai berikut: “Hai orang yang berselimut, bangun, dan beri ingatlah. Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkanlah perbuatan dosa, dan janganlah engkau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah”. (AlMuddatsir: 1-7). Dengan turunnya perintah itu, mulailah Nabi Muhammad Saw. melakukan dakwah Islam. Langkah pertama yang dilakukan adalah berdakwah secara diam-diam di lingkungan keluarga terdekat dan di kalangan rekan-rekannya. Hal ini dapat dilihat dari firman Allah Swt.. dalam surat Asy- Syu‟ara ayat 214: ”dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat”. Karena itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya, di antaranya: Khadijah r.a. (isteri), Ali bin Abi Thalib r.a. (sepupu), Abu Bakar r.a. (sahabat), Zaid (budak yang diangkat anak), Ummu Aiman (pengasuh). Abu Bakar r.a. berhasil mengislamkan beberapa orang teman dekatnya, seperti Utsman bin Affan r., Zubair bin Awwam r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Saad bin Abi Waqqas r.a., Thalhah bin Ubaidillah r.a. dan al-Arqam bin Abi al-Arqam r.a. (Badri Yatim, 2008: 19). Selama tiga tahun pertama sejak diutusnya Nabi Muhammad Saw. dakwah dilakukan secara sembunyi- sembunyi, selanjutnya dakwah dilakukan dengan terang-terangan secara lisan, misalnya memberi nasehat, memberi peringatan dsb. Hal ini dituturkan dalam Q.S. Al-Hijr ayat 94: “maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik”. Sejak turunnya ayat ini, nabi mulai menyampaikan dakwah secara terbuka, sebuah langkah pertama untuk memasukkan gagasan agama ke dalam aktualisasi sosial dan kehidupan politik. Satu hal yang sangat penting adalah bahwasanya kelompok pengikutnya yang pertama adalah kalangan migran, kalangan miskin, warga kalan yang lemah, dan anak-anak dari kalangan klan kuat (Ali bin Abi Thalib r.a.), dimana mereka merupakan kalangan yang paling kecewa terhadap pergeseran moral dan sosial di Mekah, dan mereka membuktikan pesanpesan Nabi Muhammad Saw. sebagai sebuah alternatif yang vital (Ira M. Lapidus, 1999: 34-35). Adapun metode yang dilakukan nabi dalam dakwah secara terang-terangan adalah: pertama, mengundang Bani Abdul Mutthalib ke rumahnya dan menjelaskan bahwa dia telah diutus oleh Allah Swt. (A. Syalabi, 2003: 76), mendengar penjelasan nabi, Abu Lahab marah sambil berkata: ”celakalah engkau! Apa untuk inikah kami engkau panggil?” (A. Syalabi, 2003: 76). Hal inilah yang melatarbelakangi turunnya Surah Al Lahab. Kedua, undangan terbuka kepada seluruh masyarakat Quraisy di bukit Shafa. Nabi ingin melihat bagaimana pandangan masyarakat Quraisy terhadap kepribadian beliau. Masyarakat Quraisy sepakat bahwa beliau adalah orang yang tak pernah berdusta. Setelah itu beliau mengumumkan kenabiannya (Wahyu Ilahi dan Harjani Hefni, 2007:50). Ketiga, Nabi Muhammad Saw. memproklamirkan ke-Esa-an Tuhan dan mengajarkan kesatuan dan persamaan antara manusia (Jamil Ahmad, 2000: 3).
Keempat, Nabi mengadakan pertemuan khusus dengan orang-orang yang percaya kepada beliau untuk aktivitas pembacaan (tilawah), pengajaran (ta’lim), dan pensucian (tazkiyah), di rumah Arqam bin Abil Arqam r.a., dan merupakan sekolah Islam yang pertama. Kelima, beberapa pengikut nabi meninggalkan Mekah dan mencari perlindungan atau mengungsi ke Ethiopia, sebuah negeri di seberang Laut Merah (Bernard, 2000: 79). Setelah dakwah secara terang- terangan, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul. Semakin bertambah jumlah pengikut nabi, semakin keras tantangan yang dilancarkan kaum Quraisy. Menurut Ahmad Syalabi (2003: 77-80). Ada lima faktor yang mendorong orang quraisy menentang seruan itu: 1) Persaingan berebut kekuasaan. Mereka mengira tunduk kepada agama Nabi Muhammad Saw. berarti tunduk kepada kekuasaan Bani Abdul Mutthalib. Sedang suku-suku Bangsa Arab selalu bersaing untuk merebut kekuasaan dan pengaruh. 2) Penyamaan hak antara kasta bangsawan dan kasta hamba sahaya. Bangsa Arab hidup berkasta-kasta. Tiap-tiap manusia digolongkan kepada kasta yang tak boleh dilampauinya. Tetapi, seruan Nabi Muhammad Saw. memberikan hak sama kepada manusia. 3) Takut dibangkitkan. Agama Islam mengajarkan bahwa pada Hari Kiamat manusia akan dibangkitkan dari kuburnya, dan bahwa semua perbuatan manusia akan dihisab. 4) Taklid kepada nenek moyang. Taklid kepada nenek moyang secara membabi buta, dan mengikuti langkah-langkah mereka dalam soal-soal peribadatan dan pergaulan adalah suatu kebiasaan yang berurat berakar pada Bangsa Arab. 5) Memperniagakan patung. Ini adalah satu sebab materi. Salah satu dari perusahaan orang Arab jaman dahulu, ialah memahat patung yang menggambarkan Latta, Uzza, Manat dan Hubal. Patung-patung itu mereka jual kepada jamaah-jamaah haji. Kaum Quraisy selalu berusaha untuk menumpas dan menindas agama Islam dengan menempuh jalan apa saja (H. Munzier Suparta & Harjani Hefni, 2003: 48), salah satunya dengan memboikot Bani Hasyim. Isi piagam pemboikotan tersebut antara lain: mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan Bani Hasyim seperti pernikahan, silaturrahmi dan jual beli (Badri Yatim, 2008: 23). C. Dakwah Nabi Setelah Hijrah PERIODE MADINAH Madinah dianggap sebagai kelahiran baru Agama Islam setelah ruang dakwah di Mekah terasa sempit bagi kaum muslimin. Allah Swt. memilih Madinah sebagai pilot project pembentukan masyarakat Islam pertama. Madinah memang layak dijadikan kawasan percontohan (Wahyu Ilaihi & Harjani Hefni, 2007: 55). Berawal dari respon orang-orang Yastrib yang datang ke Mekah pada bulan haji terhadap seruan nabi, juga tidak terlepas dari pribadi nabi yang dikenal sebagai orang yang tak pernah berbohong. Keberhasilan dakwah nabi dapat dilihat pada sikap orang-orang Yastrib di perjanjian Aqabah I dan II, dimana mereka mau mengubah sikap dan perilaku mereka, bahkan bersedia menjadi pelindung nabi. Sebab dakwah pada hakikatnya merupakan suatu upaya seorang dai dan sekaligus juga sebagai media untuk mengubah perilaku masyarakat dari yang negatif menjadi positif atau berakhlak mulia, tertinggal menjadi maju serta bodoh menjadi pandai (M. Bahri Ghazali, 1997: 1). Inilah yang dilakukan nabi terhadap masyarakat Yastrib, membentuk suatu masyarakat baru, dan meletakkan dasar-dasar untuk suatu masyarakat yang besar yang sedang ditunggu oleh sejarah. Dalam mewujudkan semua ini, nabi menempuh langkah-langkah dakwah sebagai berikut: Pertama: Membangun masjid waktu Nabi Muhammad Saw. masuk Madinah, penduduk Madinah yang sudah memeluk Islam (kaum Anshar) banyak yang mengundang serta menawarkan rumah untuk beristrahat. Setelah nabi sampai di tanah milik kedua orang anak yatim bernama Sahal dan Suhail keduanya anak Amr bin Amarah dibawah asuhan Mu‟adz bin Afra, berhentilah unta yang ditunggangi nabi, kemudian beliau dipersilahkan oleh Abu Ayyub al Anshari r.a. untuk tinggal di rumahnya. Setelah beberapa bulan nabi di situ maka beliau membangun Masjid Nabawi pada sebuah tanah milik kedua anak yatim tersebut, tanah itu dibeli oleh nabi untuk pembangunan masjid, juga untuk tempat tinggal. Masjid yang dibangun tersebut berfungsi sebagai tempat melaksanakan ibadah salat. Dalam kesempatan ini nabi dan para pengikutnya berdiri bahu-membahu, mengajarkan keuntungan yang tak terkirakan dari persaudaraan, dan menanamkan semangat persamaan antar manusia (Jamil Ahmad, 2000: 4). Masjid juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, di samping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi, masjid pada masa nabi bahkan juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan (Badri Yatim, 2008: 26). Kedua: Menciptakan persaudaraan baru Kaum muslimin yang berhijrah dari Mekah ke Madinah disebut “Muhajirin” dan kaum muslimin penduduk Madinah disebut “Anshar”. Kaum muslimin Mekah yang
berhijrah ke Madinah banyak menderita kemiskinan, karena harta benda dan kekayaan mereka ditinggalkan di Mekah, diwaktu mereka berhijrah ke Madinah melarikan agama dan keyakinan yang mereka anut. Nabi Muhammad Saw. menciptakan persaudaraan baru antara kaum Muhajirin dengan kaum Anshar. Ali ibn Abi Thalib r.a. dipilih menjadi saudara nabi sendiri. Abu Bakar r.a. nabi saudarakan dengan Kharijah ibnu Zuhair. Ja’far ibnu Abi Thalib dengan Mu’az ibnu Jabal. Nabi Muhammad Saw. telah mempertalikan keluarga-keluarga Islam. Masing-masing keluarga mempunyai pertalian yang erat dengan keluarga-keluarga yang banyak, karena ikatan persaudaraan yang diadakan Nabi Muhammad Saw.. Persaudaraan ini pada permulaannya mempunyai kekuatan dan akibat sebagai yang dipunyai oleh persaudaraan nasab, termasuk diantaranya hal pusaka, hal tolong menolong dan lain-lain (A. Syalabi, 2003: 103). Ketiga: Perjanjian dengan masyarakat Yahudi Madinah Setelah mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dengan Anshar, selanjutnya nabi menjalin hubungan antara kaum muslim dengan golongan Yahudi penduduk Madinah. Jalinan hubungan ini terwujud dalam bentuk perjanjian atau undang- undang yang kemudian dikenal sebagai “Piagam Madinah” yang ditulis pada tahun 623 M atau tahun ke-2 H. di antara dictum perjanjian paling penting adalah sebagai berikut: - Kaum muslimin dan kaum Yahudi hidup secara damai, bebas memeluk dan menjalankan ajaran agamanya masing-masing. - Orang-orang Yahudi berkewajiban memikul biaya mereka sendiri, dan kaum muslimin wajib memikul biaya mereka sendiri. - Apabila salah satu pihak diperangi musuh, maka mereka wajib membantu pihak yang diserang. - Di antara mereka saling mengingatkan, dan saling berbuat kebaikan, serta tidak akan saling berbuat kejahatan. - Kaum muslimin dan Yahudi wajib saling menolong dalam melaksanakan kewajiban untuk kepentingan bersama - Bumi Yastrib menjadi tanah suci karena naskah perjanjian ini. - Nabi Muhammad Saw. adalah pemimpin umum untuk seluruh penduduk Madinah. Bila terjadi perselisihan di antara kaum muslimin dengan kaum Yahudi, maka penyelesaiannya dikembalikan kepada nabi sebagai pemimpin tertinggi di Madinah (Wahyu Ilaihi & Harjani Hefni, 2007: 59). Nabi berhasil membangun sebuah negara baru yakni Negara Madinah, secara aklamasi nabi diangkat sebagai kepala Negara yang diberikan otoritas untuk memimpin dan melaksanakan ketatanegaraan yang telah disepakati bersama. Jadi, di Madinah beliau seorang penguasa, yang menjalankan kekuasaan politik dan militer dan juga keagamaan (Bernard Lewis, 2010: 80). Keempat: Pembangunan pranata sosial dan pemerintahan. Madinah adalah wilayah pertanian, dihuni oleh berbagai klan dan tidak oleh sebuah kesukuan yang tunggal, namun berbeda dengan Mekah, Madinah merupakan perkampungan yang diributkan oleh permusuhan yang sengit dan anarkhis antara kelompok kesukuan yang terpandang – Suku Aus dan Khazraj. Permusuhan yang berkepanjangan mengancam keamanan rakyat kecil dan mendukung timbulnya permasalahan eksistensi Madinah. Berbeda dengan masyarakat Badui, masyarakat Madinah telah hidup saling bertetangga dan tidak berpindah dari tempat satu ke tempat lainnya. Selanjutnya berbeda dengan Mekah, Madinah senantiasa mengalami perubahan sosial yang meninggalkan bentuk kemasyarakatan absolut model Badui. Kehidupan sosial Madinah secara berangsur-angsur diwarnai oleh unsur kedekatan ruang daripada oleh system kekerabatan. Madinah juga memiliki sejumlah warga Yahudi, yang mana sebagian besar penduduknya lebih simpatik terhadap monotheisme (Ira. M. Lapidus, 1999: 38). Namun setelah masyarakat muslim berkembang menjadi besar dan berkuasa, mereka mulai menaruh rasa dendam dan tidak suka. Islam di Madinah bukan hanya sebuah agama, tetapi juga mengatur negara. Karena masyarakat Islam telah terwujud, maka menjadi suatu keharusan Islam untuk menentukan dasar- dasar yang kuat bagi masyarakat yang baru terwujud itu. Sebab itu ayat-ayat Al Quran yang diturunkan dalam periode ini terutama ditujukan kepada pembinaan hukum. Ayat-ayat yang diturunkan itu diberi penjelasan oleh Rasulullah Saw.. Mana-mana yang belum jelas dan belum terperinci dijelaskan oleh Rasulullah Saw. dengan perbuatan-perbuatan beliau (A. Syalabi, 2003: 104). Islam yang diturunkan oleh Allah Swt.. ke muka bumi melalui perantaraan kenabian Muhammad Saw, ditujukan sebagai pedoman bagi kehidupan di dunia dan akhirat. Islam mengembang amanat untuk memerdekakan manusia dari segala perbudakan dan membebaskan manusia dari segala penindasan. Islam tidak mengenal batas- batas suku, keturunan, tempat tinggal, atau jenis kelamin. Semua umat manusia, dalam pandangan Islam, mempunyai kedudukan setara. Sebab, kemuliaan kedudukan manusia dalam Islam tergantung dari kualitas ketakwaannya pada Allah Swt. atau amal salihnya. Tentu saja kualitas ketakwaan atau amal salih ini tidak hanya diukur dengan perilaku vertikal kepada tuhannya, namun juga akhlak horizontal kepada sesama manusia. Sesuai dengan firman Tuhan al-Hujurat: 13: “hai manusia, sesungguhnya kami jadikan kamu bersaldari laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu berkenalkenalan, sesungguhnya orang yang termulia di antaramu pada sisi Allah ialah orang yang lebih takwa”. D. Surat-Surat Nabi kepada Pemimpin Dunia a. Surat kepada Raja Romawi Heraclius Bismillahir rahmanir rahiim...
Dari Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya Kepada Heraclius, Raja Romawi Salaamun 'ala manit taba'al huda, amma ba'du Saya mengajak Anda dengan seruan Islam. Masuklah Islam, niscaya Anda akan selamat. Allah akan memberikan pahala kepada-Mu dua kali. Jika Anda berpaling (tidak menerima) maka Anda menanggung semua dosa kaum Arisiyin. Katakanlah, \"Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah\". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: \"Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)\". (QS. Ali Imran: 64). Surat Nabi Muhammad Saw. kepada Raja Heraclius ini tersimpan di Spanyol sampai abad ketujuh Hijriyah. b. Surat Kepada Raja Persia Kisra Abrawaiz/Raja Khosrau II: Dengan Nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad Rasulullah kepada Kisra, Raja Persia. Keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk, yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku adalah utusan Allah kepada semua umat manusia, untuk memberi peringatan bagi siapa yang hidup. Masuklah Islam maka kau akan selamat dan jika kau mengabaikannya maka atasmu dosa orang-orang Majusi. c. Surat kepada Raja Habasyah Najasyi (Ethiopia): Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad hamba Allah dan utusan Allah kepada Najasyi raja Habasyah, keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk. Amma ba'du: Aku memuji Allah padamu yang tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Menguasai, Maha Suci, Maha Penyelamat, Maha Pemberi Aman dan Maha Pembeda. Aku bersaksi bahwa Isa anak Maryam ruh Allah, dan firmanNya yang diberikan kepada Maryam, yang suci, lagi perawan, lalu ia hamil dari ruh dan tiupannya, sebagaimana Ia menciptakan Adam dengan tangan-Nya. Aku mengajakmu kepada Allah yang Esa, yang tidak ada sekutu bagiNya, mematuhi dengan ketaatan kepadaNya dan untuk mengikutiku dan mempercayai apa yang aku bawa. Aku Rasulullah, aku mengajakmu dan para pasukanmu kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Tinggi. Aku telah menyampaikan pesan dan memberi naihat, maka terimalah nasihatku. Keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk. d. Surat kepada Muqouqis Raja Qibthi (Penguasa Mesir) Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad hamba Allah dan utusanNya kepada Muqauqis, Raja Qibthi. Keselamatan bagi orang yang mengiktui petunjuk. Amma ba'du: Aku mengajakmu dengan ajakan Islam. Masuklah Islam maka engkau akan selamat. Masuklah Islam maka engkau akan diberikan Alah pahala dua kali. Jika kau menolak maka atasmu dosa penduduk Qibthi. \"Katakanlah: \"Hai Ahli Kitab marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: \"Saksikanlah, bahwa kami adalah orang orang yang berserah diri (kepada Allah)\" (QS ali Imran 3:64). E. Wafatnya Nabi Muhammad Saw. Nabi Muhammad Saw. wafat dalam usia 63 tahun. Ada juga pendapat yang mengatakan, beliau wafat dalam usia 65 atau 60, namun pendapat pertama adalah pendapat yang benar. Nabi Muhammad Saw. wafat pada waktu Duha hari Senin dua belas Rabiul Awal. Pendapat lain mengatakan tanggal dua atau tanggal satu Rabiul Awal. Beliau dimakamkan pada malam Rabu. Pendapat lain mengatakan malam Selasa. Sebelum wafat, beliau menderita sakit selama dua belas atau 14 hari. Nabi Muhammad Saw. dimandikan oleh Ali bin Abi Thalib r.a., pamannya Abbas, al Fadhl bin Abbas, Qutsam bin Abbas, Usamah bin Zaid dan Syuqran serta dihadiri pula oleh Aus bin Khaula al Anshari. Beliau dikafani dengan tiga lapis
kain putih yang dibuat di Sahul -- sebuah negeri di Yaman --, tanpa gamis dan sorban. Kemudian kaum muslimin mensalatinya sendiri-sendiri tanpa jamaah. Jasad Nabi Muhammad Saw. diletakkan di atas sehelai kain merah yang dipakainya untuk selimut lalu dimasukkan ke dalam kubur oleh Abbas, Ali, al- Fadhl, Qutsam dan Syuqran kemudian ditutup dengan sembilan batu. Nabi Muhammad Saw. dimakamkan di tempat Beliau wafat yaitu sekitar tempat tidurnya di kamar Aisyah r.a. dan di tempat itu pula dimakamkan Abu Bakar r.a. dan Umar r.a..
Search
Read the Text Version
- 1 - 12
Pages: