MAKALAH MENJADI GURU YANG MENYENANGKAN Disampaikan pada kegiatan Workshop “Menjadi Guru yang Menyenangkan” Oleh : Dra. Herni, M.Pd. Guru SMA Negeri 2 Bengkalis BIMBEL RUMAH CERDAS AL-FAWAZI BEKERJASAMA DENGAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BENGKALIS TAHUN 2018
KATA PENGANTAR Guru adalah profesi yang kompleks dan menantang. Menjadi guru tidak hanya sekadar mengajarkan mata pelajaran dengan baik, namun juga harus memahami psikologi dan kebutuhan siswa. Siswa tidak hanya membutuhkan pelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan nilai akademis yang baik, namun, siswa juga membutuhkan motivasi dan inspirasi dari seorang guru. Siswa membutuhkan seorang pendidik yang inspiratif, kreatif, dan inovatif yang mampu membentuk siswanya menjadi pelajar yang cerdas dan berkarakter. Menjadi guru inspiratif dan inovatif itu bukan datang begitu saja. Ia membutuhkan proses yang panjang. Ketika menjadi guru tidak lantas langsung menjadi inspirasi. Institusi pendidikan “pencetak” guru pun tidak pernah membekali kemampuan seperti itu. Oleh sebab itu, guru inspiratif harus dibentuk. Salah satu faktornya adalah menjaga komitmen untuk terus memberi spirit kreatif, inspiratif, dan inovatif kepada para siswa. Dengan spirit ini, guru dapat menciptakan manusia unggul yang penuh dengan kreativitas dan kemampuan kompetitif. Profesionalisme guru memang menjadi problem serius dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di tengah perkembangan informasi yang begitu mudah diakses di internet, ternyata masih banyak guru yang materi mengajarnya sudah kadaluwarsa. Profesionalisme juga dimaknai sebagai kemampuan guru untuk menyajikan pembelajaran dengan cara yang menyenangkan. Guru harus berani meninggalkan paradigma mendidik klasik, yaitu guru berbicara dan murid mendengarkan menuju paradigma mendidik mutakhir; guru memfasilitasi dan siswa aktif serta mandiri belajar. Guru harus profesional dalam membentuk kompetensi peserta didik. Guru juga harus menyenangkan, tidak saja bagi peserta didik, tetapi juga bagi dirinya. Artinya, belajar dan pembelajaran harus menjadi makanan pokok guru sehari-hari, harus dicintai, agar dapat membentuk rasa cinta dan nafsu belajar peserta didik. Sifat kreatif, profesional, dan menyenangkan, sangat dituntut dan diperlukan bagi seorang guru sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, kebutuhan masyarakat serta perkembangan pandangan dunia terhadap pendidikan. i
Makalah ini disusun untuk mengantarkan guru menjadi lebih profesional, aktif, kreatif, dan inovatif. Untuk mewujudkan hal tersebut, Bimbel Rumah Cerdas Alfawazi bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis. akan menghadirkannya dalam kegiatan workshop guru dengan tema “Menjadi Guru yang Menyenangkan”. Semoga workshop ini bisa menjadi penyuluh di tengah kelam, pengobat di kala dahaga. Bengkalis, 28 Juli 2018 Penulis, Dra. HERNI, M.Pd. ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................... 3 C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Menjadi Guru Abad 21 ...................................................................... 4 B. Menjadi Guru Pemimpi...................................................................... 6 C. Jurus Mengendalikan Kelas .............................................................. 9 D. Menjadi Guru Inspiratif.................................................................... 13 E. Mengajar Berdasarkan Modalitas Belajar dan Kecerdasan ............ 15 F. Menyegarkan Kelas dengan Ice Breaking ....................................... 19 BAB III PENUTUP A. Simpulan ........................................................................................ 21 B. Saran ................................................................................................ 21 DAFTAR BACAAN .......................................................................................... 22 iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang pendidikan sampai saat ini masih menjadi prioritas utama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan menjadi barometer kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan mengacu kepada suatu upaya strategis pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan memberikan arah kepada lembaga-lembaga di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional untuk melaksanakan program-program operasional di tingkat implementasi. Penyelenggaraan pendidikan menuntun kepada suatu sistem kerja yang tidak parsial, karena penyelenggaraan pendidikan terjadi karena adanya jaringan kerja sama dari berbagai komponen yang ada di dalam lembaga pendidikan (sekolah) ataupun lembaga lain. Salah satu komponen yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya penyelenggaraan pendidikan adalah guru. Guru sebagai ujung tombak pendidikan yang langsung berada di garis depan berhadapan dengan siswa dituntut memiliki kompetensi yang memadai. Melalui guru penanaman nilai- nilai dan pembelajaran berbagai ilmu pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang relevan dengan kekinian dan masa depan dapat berlangsung. Dalam lingkup yang lebih sempit, guru juga menghadapi persoalan yang klasik, yaitu ada sebagian guru kompetensi mengajarnya belum memenuhi tuntutan yang semestinya. Menguasai materi yang diajarkan saja tidaklah cukup. Ia harus dapat menyampaikan materi pelajaran tersebut dengan baik. Makna “dengan baik” di sini sudah inheren di dalamnya, yaitu: bicara jelas, pemilihan metode yang tepat, penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai, penggunaan media pembelajaran yang efektif, sampai pada penampilan fisiknya (gerak-gerik di kelas, mimik muka, ekspresi, dan sebagainya). 1
Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah memercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Mengingat tugas guru begitu berat maka perlunya guru untuk selalu di-update pengetahuan, wawasan, keterampilannya menuju kepada pengembangan profesi yang diharapkan. Menurut Suryadi (2001) telah ditemukan di berbagai studi bahwa mutu guru secara konsisten menjadi salah satu faktor terpenting dari mutu pendidikan. Lebih lanjut, guru yang bermutu mampu membelajarkan murid secara efektif sesuai dengan kendala sumber daya dan lingkungan. Secara rinci diungkap Suyanto (2001) bahwa selama kemampuan profesional guru belum bisa mencapai tataran ideal guru bersangkutan harus mendapatkan pelatihan yang terus menerus. Dalam era globalisasi seperti sekarang semua ilmu pengetahuan cepat usang. Apalagi kalau guru tidak di-training dan tidak bisa memperoleh akses informasi yang baru dan jika itu terjadi maka guru akan ketinggalan. Maka tidak ragu lagi bahwa untuk mencapai kualitas pendidikan yang baik maka guru harus selalu ditingkatkan kemampuannya agar guru selalu segar informasinya, kuat etos kerjanya, dan cerdas akalnya. Bertolak dari latar belakang itulah Rumah Cerdas Alfawazi berkerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis menaja workshop dengan tema “Menjadi Guru yang Menyenangkan”. Kegiatan ini berusaha mengakomodir kebutuhan guru agar tetap mendapatkan informasi baru tentang pendidikan. Yang lebih penting adalah, guru-guru mendapat kesempatan untuk terlibat dalam pengembangan keprofesian berkelanjutan demi peningkatan karirnya. 2
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1) Apa saja kompetensi guru abad 21? 2) Mengapa harus menjadi guru pemimpi? 3) Bagaimana cara mengendalikan kelas? 4) Bagaimana menjadi guru inspiratif? 5) Bagaimana mengajar berdasarkan modalitas belajar dan kecerdasan? 6) Bagaimana cara menyegarkan kelas dengan ice breaking? C. Tujuan penulisan Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepada guru tentang: 1) Kompetensi guru abad 21 2) Menjadi guru pemimpi 3) Cara mengendalikan kelas 4) Menjadi guru inspiratif 5) Mengajar berdasarkan modalitas belajar dan kecerdasan 6) Cara menyegarkan kelas dengan ice breaking 3
BAB II PEMBAHASAN A. Menjadi Guru Abad 21 Penelitian di 29 negara mengungkapkan bahwa guru merupakan penentu paling besar terhadap prestasi belajar siswa. Pemecahan masalah guru memang belum sepenuhnya dapat dipastikan akan memecahkan masalah pendidikan secara keseluruhan. Namun demikian, mengingat guru merupakan komponen pendidikan yang paling penting, maka pemecahan masalah guru dengan berbagai program yang digulirkan oleh pemerintah (baik dalam bentuk diklat dan pemberian tunjangan tambahan) sudah dapat dipastikan akan memecahkan sebagian besar masalah pendidikan. Pada gilirannya, perubahan yang akan terjadi dikembalikan kepada diri guru itu masing- masing. Meminjam kuadralitas Robert T. Kitosaki, guru dibagi menjadi 4 kuadran berdasarkan mentalitas kerjanya. Kuadran pertama, guru pekerja. Guru ini berada di posisi paling rendah karena mentalitasnya masih sekadar tuntutan kerja. Kuadran kedua, guru profesional. Guru profesional adalah guru yang telah memiliki keterampilan dalam mengajar dengan baik sehingga guru ini dihargai oleh banyak orang. Kuadran ketiga, guru pemilik. Guru di kuadran ini sudah sangat profesional dan dirinya merasa memiliki sekolah. Bagi guru pemilik, seluruh jiwa dan raganya dipersembahkan untuk kemajuan sekolah di mana ia ditugaskan. Kuadran keempat adalah guru perancang. Guru tipe ini memiliki mentalitas yang luar biasa. Guru perancang memiliki visi untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Proyeksi Pendidikan Abad 21 menurut Anies Baswedan mementingkan beberapa aspek berikut, yaitu: 1. Karakter moral dan kinerja Karakter moral misalnya: iman, takwa, jujur, dll. Karakter kinerja misalnya: kerja keras, ulet, tangguh, dll. 4
2. Mengintegrasikan 4C/4K dalam pembelajaran, yaitu Critical Thinking, Kreativitas, Komunikatif, dan Kolaboratif. 3. Mementingkan budaya literasi, yaitu budaya baca, budaya, teknologi, dan keuangan. Pada abad 21 ini, perlu dikaji ulang praktik-praktik pembelajaran di kelas. Peranan guru yang harus dimainkan dalam mempersiapkan siswa untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat. Kehidupan bermasyarakat pada abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang selama ini dipegang erat oleh sekolah. Menurut Anita Lie (2007), ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan dan juga sudah menjadi harapan masyarakat bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswa dengan informasi dan pengetahuan. Guru bersikap atau setidaknya dipandang oleh siswa sebagai yang maha tahu atau sumber informasi. Paradigma teaching masih menempatkan guru sebagai satu-satunya sumber pengetahuan, sedangkan siswa adalah tempayan yang siap diberikan pengetahuan. Dalam teaching, siswa tidak diberikan kebebasan untuk bereksplorasi atau menemukan sendiri pengetahuannya. Siswa pasif dan guru aktif menjejalkan pengetahuannya. Paradigma learning terlihat dalam empat visi pendidikan versi UNESCO. Pertama, learning to know (belajar mengatahui). Ini berarti pendidikan berorientasi pada pengetahuan logis dan rasional sehingga pembelajar berani menyatakan pendapat dan bersikap kritis serta memilki semangat membaca yang tinggi. Kedua, learning to do (belajar berbuat/hidup). Aspek ini berorientasi pada keterampilan seorang anak didik dalam menyelesaikan masalah keseharian atau masalah yang dihadapi. Ketiga, learning to together (belajar hidup bersama). Di sini diarahkan pada pembentukan seorang anak didik yang berkesadaran bahwa kita ini hidup dalam sebuah dunia yang global bersama dengan banyak manusia dari berbagai bahasa dengan latar belakang etnik, agama, dan budaya yang berbeda. Keempat, learning to be (belajar menjadi diri sendiri). 5
B. Menjadi Guru Pemimpi Impian ibarat sebuah suplemen yang diperlukan bagi tubuh yang lemah dan lesu. Betapa banyak guru yang gagal karena impian yang terlalu rendah, atau terlalu tinggi impinnya tetapi tidak ada tindakan. Mana yang lebih bagus? Tentu saja yang tinggi impiannya ditambah dengan tindakan yang lebih nyata. Terlalu banyak bermimpi sebenarnya tidak salah asal tahu mana yang harus diprioritaskan terlebih dahulu. Perlu prioritas sebagai barometer pencapaian target ke depan. Orang bijak berkata,” Impian itu ibarat sebuah peperangan, di mana ketika kita hendak menembak musuh, maka kita perlu mengunci target sehingga di mana pun target itu berada maka dia akan terkena tembakan kita.” Mengunci target impian perlu dilakukan. Maksudnya, impian perlu dideskripsikan lebih detail sehingga prioritas pencapaiannya lebih terarah. Sebagai seorang guru, impian tidak hanya sekadar mengajar tetapi harus lebih dari itu. Selain mengajar, guru bisa membuat daftar impian yang harus dicapai dalam setahun. Misalnya, berapa kali harus mengisi pelatihan/mengikuti pelatihan, berapa karya ilmiah yang harus dibuat, inovasi apa yang harus dilakukan, berapa artikel yang harus dimuat di koran/ surat kabar, dan masih banyak lagi hal yang bisa ditargetkan dalam satu tahun. Betapa banyak guru takut bermimpi meraih prestasi dalam kehidupan karir, keluarga dan cintanya, hanya karena alasan tidak memiliki potensi, kekuatan, uang, dan kesempatan. Sejatinya kesuksesan tidak membutuhkan semua itu. Yang terpenting adalah bagaimana berani bermimpi dan melakukan hal yang terbaik dalam kehidupan ini. Fenomena lain juga ikut bermunculan dengan sikap guru yang rendah impian. Masih banyak guru yang kelebihan vitamin negatif thinking. Dalil yang melekat seperti saya tidak mungkin berprestasi sebab tidak memiliki kemampuan, banyak saingan, kurang cerdas, dan masih banyak alasan lainnya yang ada dalam pikiran. Kata-kata seperti itu secara tidak langsung menyangsikan dan menyabotase kemampuan yang dimiliki. Bagaimana mungkin orang mau mengakui kemampuannya kalau dia sendiri malah acuh 6
tak acuh bahkan tidak mau mengakui kemampuan spesial yang diberikan Sang Pencipta untuknya. Impian juga memiliki keajaiban. Semua orang yang hidup di dunia ini memiliki impian, hanya saja tidak semua orang berani meraih impiannya. Kepercayaan akan keajaiban sebuah impian akan mendatangkan kekuatan yang luar biasa pada kehidupan. Sepahit apa pun tantangan yang harus dicicipi, sebanyak apa pun luka yang tercipta dari perjuangan, dan seburuk apa pun jalan yang harus ditapaki, akan mampu dilalui jika percaya terhadap kekuatan impian. Meraih keajaiban impian sudah menjadi sebuah keharusan. Akan menjadi keharusan juga dengan memiliki sikap tabah dan sabar dalam menghadapi ribuan tantangan yang datang bersamanya. Sebagai seorang guru, sikap seperti ini wajib dimiliki tanpa tawar menawar. Jika menyerah, keajaiban impian hanya tinggal kenangan. Jika memilih bertahan sampai akhir, manisnya buah dari keajaiban akan dirasakan. Guru harus bermimpi dengan memiliki pribadi 5M4RT. Pertama, milikilah pribadi “Makin Banyak Alasan untuk Sukses”. Dengan memiliki pribadi ini dapat membuat hidup lebih terarah, tidak takut gagal, berani bermimpi, dan masih banyak lagi energi positif yang datang dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan. Orang yang takut bermimpi berarti telah memastikan dirinya menjadi orang yang paling cengeng di dunia ini. Pribadi yang memiliki banyak alasan untuk sukses menciptakan peluang besar untuk bertransformasi sehingga bisa menciptakan ruang gerak lebih terbuka. Dengan memaksimalkannya dalam diri, akan semakin memperlebar alasan untuk berubah. Kedua, milikilah pribadi “Mantapkan Dirimu”. Dengan memantapkan diri, secara tidak langsung tiket kesuksesan sebagai seorang guru telah dimiliki. Sukses itu hanya milik orang yang siap dan siaga bukan milik orang yang hanya menunggu bola. Banyak orang yang telah meraih tiket kemenangannya tetapi tidak memiliki mental yang kuat untuk hadir sebagai seorang pemenang sejati. Kesiapan mental merupakan mesin pendobrak pribadi yang satu ini. Kalau sebuah mobil butuh pengungkit untuk 7
mengangkat bebannya, kesuksesan juga memiliki pengungkit dengan memantapkan diri. Ketiga, milikilah pribadi “Makin Liar untuk Sukses”. Setelah memiliki dua pribadi sebelumnya. Pribadi ini adalah satu rangkaian dengan pribadi-pribadi sebelumnya. Jika menanggalkan salah satunya, akan memengaruhi kualitas pencapaian yang telah ditargetkan. Dengan memiliki ketiganya, akan tercipta gebrakan-gebrakan dalam pengajaran dan dalam mengukir berbagai prestasi. Jangan pernah berharap mendapatkan semua ini jika belum memantaskan diri dalam mengaplikasikannya. Suatu pekerjaan bukan berdasar pada bagaimana memulainya tetapi seberapa mampu untuk bertahan dari rintangan-rintangan yang melengkapinya. Keempat, milikilah pribadi “Munculkan Tantangan dalan Hidupmu”. Percaya atau tidak, pribadi keempat ini akan membuat guru semakin berani bersahabat dengan tantangan. Biasanya orang menghindari tantangan, tetapi sekarang ciptakan tantangan dalam kehidupan. Tantangan seyogyanya dapat menjadi mesin penghitung kekuatan yang dimiliki. Jangan bosan-bosan untuk meningkatkan bahkan mengaplikasikannya. Jangan pernah bosan juga jika telah mendapatkannya. Buat seunik mungkin dan merasa betah dengannya. Cepat atau lambat, guru akan mendapatkan empat kata penambah stamina, yaitu: “I am an outstanding teacher”. Kelima, milikilah pribadi “Musibah akan selalu hadir”. Musibah tidak mungkin dihindari dan juga tidak akan sanggup dilawan. Allah menyatakan ungkapan tentang musibah dalam Al-Quran: “Kami akan menguji suatu kaum dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta jiwa dan buah-buahan. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”. Hakikat musibah baik untuk semua. Hanya saja, karena dominasi ego yang tinggi akhirnya muncul sikap ingkar dan tidak mau bersyukur dengan musibah yang datang. Jurus yang paling jitu menghadapi musibah adalah dengan bersyukur. Musibah yang datang semata-mata sebagai evaluasi diri untuk naik kelas. Turbulensi yang hebat untuk melatih kesabaran adalah konsekuensi dari perpindahan kelas ini. 8
Setelah aplikasi 5 M di atas, akan lebih baik jika melengkapinya dengan 4 R. Pertama, Rancanglah. Yang dimaksud dengan rancanglah adalah merancang impian sedini mungkin. Sebagai seorang guru, tentu tahu impian yang ingin diraih pada masa yang akan datang. Rancanglah secara mendetail. Kedua, Right. Right adalah membenarkan dalam hati bahwa impian yang dirancang itu akan benar-benar terjadi. Ketiga, Refresh. Refresh artinya memperbaharui impian karena ada batas kadaluwarsanya. Tips menjaga refresh impian yaitu dengan menyebarluaskan impian itu kepada orang lain dan janganlah menjadi guru yang hanya memiliki ribuan alasan untuk tidak meraih impian. Keempat, Raihlah. Pada fase ini akan dirasakan nikmatnya kemenangan yang telah dinanti-nantikan. Biarkan hati benar-benar menikmati usaha yang telah dilakukan selama ini. Bagian terakhir yang harus dimiliki seorang guru adalah teruslah berjuang. Sikap ini harga mati bagi seorang guru. Untuk mewujudkan impian, hal pertama yang harus dipastikan adalah impian tersebut menciptakan semangat dan timbul rasa antusias untuk mencapainya. Impian yang membuat antusias umumnya adalah impian yang sifatnya otentik (asli) dari dalam diri sendiri. Berbeda dengan orang lain yang memiliki impian karena melihat orang lain, iri, atau ingin meniru sepenuhnya. Hal ini akan membuat kehilangan rasa antusias untuk mencapainya. Tiga pertanyaan berikut bisa menguji apakah impian otentik atau tidak. Pertama, apa yang membuat impian tersebut harus terjadi di dalam hidup? Kedua, keyakinan apa yang membuat impian itu akan terwujud dalam kehidupan? Dan ketiga, apa saja kriteria sukses untuk mencapai impian tersebut? Tiga pertanyaan di atas bisa dijadikan indikator apakah impian bersifat otentik atau hanya sekadar ikut-ikutan. C. Jurus Mengendalikan Kelas Menguasai materi kompetensi yang diampunya saja tidak cukup bagi seorang guru. Selain hal tersebut, guru juga harus menguasai kelas sekaligus 9
mahir dalam melakukan kontrol kelas. Ada 7 jurus agar guru dapat mengendalikan kelas dengan baik, yaitu: 1. Kuasai dengan baik rencana pelaksanaan pembelajaran Pada dasarnya, setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas ketika guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk mata pelajaran yang diampunya bagi guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa (Salinan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013). Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok. Pengembangan RPP yang dilakukan guru secara mandiri atau secara bersama-sama melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) di dalam satu sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi oleh kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah. Banyak guru yang masih “risih” dengan RPP. Perasaan malas akan muncul ketika harus membuatnya. Kalaupun membuat, bisa jadi hasil copy paste dari teman sejawat. RPP masih dijadikan sebagai tameng jika ada pengecekan perangkat pembelajaran dari pengawas atau kepala sekolah. Kesalahan inilah yang akhirnya berakibat pada keteledoran dalam pembelajaran. RPP adalah dasar pemikiran guru untuk bertindak di dalam kelas. Guru akan kewalahan jika tidak mempunyai persiapan dalam mengajar. Perencanaan pembelajaran yang disusun hendaknya dibuat sendiri sesuai dengan kemampuan dan kurikulum yang berlaku. 10
2. Menyiapkan kelas di awal dan akhir pembelajaran Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pembiasaan peserta didik untuk membuat laporan baik sebelum atau sesudah pembelajaran berlangsung. Laporan akan memudahkan guru untuk melakukan kontrol kelas. 3. Mengawali pelajaran dengan informasi aktual/permainan Saat masuk ke dalam kelas, guru sebaiknya tidak langsung menyajikan pelajaran. Ketika pergantian jam pelajaran, mungkin siswa masih lelah atau terganggu dengan cuaca yang gerah. Hal yang bisa dilakukan adalah menyegarkan siswa dengan membacakan cerita terbaru, buku, film, atau tebakan-tebakan sederhana. Kegiatan ini dapat dilakukan selama tiga sampai lima menit. Jika siswa sudah merasa segar, guru bisa memulai pembelajaran. 4. Mempersiapkan media pembelajaran Setelah menyusun RPP, guru bisa memperkirakan kebutuhan media yang akan digunakan. Media yang sudah didapatkan selanjutnya diuraikan sesuai dengan kronologi pembelajaran. Pada era modern ini, guru bisa memanfaatkan multimedia. Jadi, tidak ada alasan lagi untuk tidak mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Walaupun demikian, bukan berarti harus memaksakan sekolah untuk memasng internet dan mempersiapkan laptop. Media pembelajaran bisa dalam bentuk apa saja, misalnya buku, kliping, artikel internet, dan sebagainya. 5. Perlunya permainan Seorang guru tentunya bisa merasakan situasi di mana siswa merasa bosan atau tidak nyaman berada di dalam kelas. Tanda-tandanya antara lain malas, mengantuk, berbicara dengan temannya, atau membuat gaduh. Pada saat itu guru harus menghentikan pembelajaran dan mencoba membuat penyegaran kelas. Beberapa contoh permainan bisa dilakukan, misalnya dengan melakukan ice breaking atau membacakan anekdot. 11
6. Memberi poin Poin menjadi semangat anak-anak untuk aktif. Poin merupakan salah satu bentuk rewards bagi siswa yang memenuhi capaian pembelajaran yang diampu oleh guru. 7. Perlu ketegasan terhadap siswa yang bermasalah Disiplin tidak harus keras. Disiplin adalah bagaimana guru menegakkan aturan secara konsisten. Apabila terdapat satu peserta didik yang bermasalah tetapi tidak ditindak, ia akan menjadi seperti ulat dalam apel, merusak bagian-bagian baik lainnya. Siswa yang suka membuat masalah di kelas bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Ada siswa yang sengaja berbuat tidak baik untuk mencari perhatian, mempunyai masalah dalam belajar, atau aspek lainnya. Bahkan, ada siswa yang apabila dilarang justru melakukan larangan tersebut. Untuk mengatasinya, langkah yang bisa dilakukan adalah deteksi awal apa sebenarnya yang suka membuat anak berulah. Dekati dan ajak bicara baik-baik. Akan lebih baik jika orang tunya juga dilibatkan. Beberapa strategi berikut bisa menolong guru membuat kelas hidup dan melibatkan siswa secara sukarela dalam proses pembelajaran, yaitu: 1. Bekerja secara berpasangan atau dalam kelompok Cara ini sangat dianjurkan dalam membuat siswa mau berbagi dan saat yang sama mendapatkan ide dari rekan sebayanya. Dengan bekerja dalam kelompok, siswa diharapkan untuk aktif dan mempunyai kemampuan bekerja sama dalam tim, sebuah keahlian yang dibutuhkan di masa depan. Bekerja dalam kelompok juga menjadi alternatif dari pemberian tugas siswa yang biasanya dikerjakan secara individu menjadi tugas yang membuat siswa berinteraksi satu sama lain. 2. Mengatur pola komunikasi di kelas Seorang guru yang berada di kelas adalah seorang dewasa yang tingkah laku dan tuturnya akan menjadi rujukan bagi siswanya. Saat mengajar di kelas, sebenarnya guru sedang melakukan proses komunikasi. Sebaik-baik 12
komunikasi adalah yang bersifat dua arah dan saling menghormati, karena hal itu juga terjadi di dunia nyata. Guru yang baik memberikan pengalaman yang nyata bagi siswanya menjadi seorang pribadi yang siap berkomunikasi dan bergaul dengan siapa saja. 3. Komunikasi yang berkualitas Kelas yang hidup di dalamnya terdapat pola komunikasi yang mendalam, sehat, dan bermakna. Caranya antara lain sebagai berikut: a. Bersikap dan berpikir positif Guru sebaiknya membiasakan bersikap positif kepada semua pendapat yang berada di kelas. Tidak ada pertanyaan atau pendapat yang “bodoh”, yang ada guru harus menanamkan “berpikir dahulu sebelum berbicara”. Jika siswa terbiasa berbicara dan mendengarkan orang lain, akan tumbuh rasa percaya diri dan kesenangan untuk berkomunikasi dan berbagi ilmu dengan siapa saja. b. Berani bertanya Tidak mudah bagi guru untuk menyuruh siswa bertanya. Kelas yang berhasil adalah kelas yang hampir semua siswanya pernah bertanya dan menjawab sekali dalam sehari. Banyak siswa yang memilih diam bukan karena ia tidak tahu, namun karena kurang keberanian dalam berbagi ide. c. Pemikiran yang logis Usahakan terus agar siswa mau menjelaskan cara berpikirnya serta alasan- alasan yang dimilikinya saat menjawab pertanyaan atau soal. Jangan harapkan siswa hanya sekadar menjawab, tetapi bimbing untuk menjelaskan alasannya dengan lancar dan runtut. D. Menjadi Guru Inspiratif Guru adalah sosok yang paling utama di jagad ini. Bagaimana tidak, guru adalah orang yang paling penting dalam mencerdaskan kehidupan manusia. Meskipun demikian, belum dapat dikatakan bahwa semua guru dapat menjadi inspirasi bagi siswanya untuk cerdas dalam laku hidup. Guru yang mampu menjadi inspirasi siswa adalah guru yang sebenarnya. Jika 13
diajar oleh guru inspiratif, siswa akan mampu menerjemahkan apa yang dialaminya meskipun tidak berkaitan sama sekali dengan kurikulum di sekolahnya. Guru inspiratif bukanlah seorang guru yang hanya sekadar mengejar kurikulum, akan tetapi ia mampu mengajak siswanya untuk berpikir kreatif. Ia juga mengajak siswanya melihat sesuatu dari luar lalu mengubahnya ke dalam lalu membawanyan kembali ke luar, yaitu kepada masyarakat luas. Guru inspiratif melahirkan pemimpin pembaru yang berani menghancurkan aneka kebiasaan lama. Melihat kondisi pendidikan sekolah pada umumnya, guru-guru memang terbelenggu oleh ketentuan administratif yang harus dipatuhi seperti target pencapaian kurikulum, ketuntasan belajar, silabus, RPP, dan sebagainya. Sesuai ketentuan yang ada bahwa wujud pelaksanaan pendidikan di sekolah tertuang dalam bentuk kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Guru kurang mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki siswa dalam kegiatan intrakurikuler. Sementara itu, pada kegiatan ekstrakurikuler pembinaan dan pengembangan potensi belum mendapatkan proporsi yang sewajarnya. Padahal kegiatan ekstrakurikuler diharapkan mampu mengembangkan potensi di luar potensi akademiknya. Sudah waktunya kegiatan intrakurikuler yang dilakukan guru di sekolah diubah paradigmanya. Perlu pendekatan lain ketika berinteraksi dalam proses pembelajaran. Selama ini guru lebih menekankan pada pendekatan intelektual/intelegensi atau hanya sekadar mengejar nilai, sedangkan keterampilan hidup dan bersosialisai tidak diajarkan. Setidaknya ada 3 pendekatan yang bisa dilakukan guru dalam proses pembelajaran, yaitu: 1. Pendekatan Kecerdasan Emosional Pada lapisan tengah otak, terdapat pengendali emosi dan perasaan manusia yang memungkinkan manusia luwes dalam bergaul, penolong sesama, setia kawan, dan bertanggung jawab. Perilaku inilah yang disebut dengan emosional quotient atau EQ yang dapat dimaknai sebagai 14
serangkaian kecakapan untuk melapangkan jalan di dunia yang penuh liku-liku permasalahan sosial. Pendekatan emosional yang dilakukan guru terhadap siswanya ketika berinteraksi di kelas bisa mendorong siswa untuk sukses dengan tidak hanya mengandalkan dari sisi IQ-nya saja. Pendekatan emosional yang bisa dilakukan misalnya dengan selalu menebarkan energi positif kepada peserta didik, toleransi terhadap ketidaksempurnaan, dan mencintai sepenuh hati dengan perbedaan yang mereka miliki. 2. Pendekatan Kecerdasan Spiritual Guru bisa meningkatkan potensi siswa dengan membangkitkan spiritual quotient dengan cara menanamkan atau mengajarkan nilai-nilai kebenaran yang terkandung dalam agama. Pondasi dari kecerdasan spiritual adalah kejujuran, kebajikan, keindahan, dan keramahan. Praktik dalam belajar dan bekerja adalah bagaimana seseorang belajar dan bekerja dengan jujur dan amanah serta mengerjakan segala sesuatunya dengan benar sesuai dengan peraturan yang ditetapkan. Guru harus menanamkan kepada siswa bahwa setiap yang dilakukan akan bernilai ibadah dan bermanfaat bagi orang lain. 3. Pendekatan Kecerdasan Sosial Kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk saling mengerti sesama manusia dan bijak dalam hubungan sesama manusia. Saat ini banyak tudingan pada dunia pendidikan yang menghasilkan manusia yang biasa menyikut orang lain untuk kepentingannya sendiri. Hal ini terjadi karena kurikulum ternyata mendorong orang semakin cerdas sekaligus menyuburkan sikap-sikap individualistis atau mementingkan diri sendiri. Gaya hidup ini menghapus bersih sikap kerjasama, tenggang rasa, simpati, empati, dan budi pekerti yang luhur. E. Mengajar Berdasarkan Modalitas Belajar dan Kecerdasan Modalitas belajar adalah cara menyerap informasi melalui indra yang dimiliki. Masing-masing orang memiliki kecendrungan yang berbeda-beda 15
dalam menyerap informasi. Terdapat tiga modalitas belajar, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. 1. Visual Modalitas ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Seorang yang sangat visual berciri sebagai berikut: a. Teratur, memerhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan b. Mengingat dengan gambar, lebih suka membaca daripada dibacakan c. Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap detail: mengingat apa yang dilihat 2. Auditorial Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata-diciptakan maupun diingat. musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan suara menonjol di sini. Seorang yang sangat auditorial dapat dicirikan sebagai berikut: a. Perhatiannya mudah terpecah b. Berbicara dengan pola berirama c. Belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir/ bersuara saat membaca d. Berdialog secara internal dan eksternal 3. Kinestetik Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi-diciptakan maupun diingat. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik menonjol di sini. Seseorang yang sangat kinestetik sering: a. Menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak b. Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik c. Mengingat sambil berjalan dan melihat Kecerdasan majemuk bisa dirinci menjadi delapan kecerdasan, yaitu: 1. Kecerdasan Linguistik, berkaitan dengan kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi, dan berdebat 16
2. Kecerdasan Matematis-Logis, berkaitan dengan kemampuan berhitung, menalar dan berpikir logis, memecahkan masalah 3. Kecerdasan Visual-Spasial, berkaitan dengan kemampuan menggambar, memotret, membuat patung, mendesain 4. Kecerdasan Musikal, berkaitan dengan kemampuan menciptakan lagu, mendengar nada dari sumber bunyi atau alat-alat musik 5. Kecerdasan Kinestetik, berkaitan dengan kemampuan gerak motorik dan keseimbangan 6. Kecerdasan Interpersonal, berkaitan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin, kepekaan sosial, kerjasama, dan empati 7. Kecerdasan Intrapersonal, berkaitan dengan pemahaman terhadap diri sendiri, motivasi diri, tujuan hidup, dan pengembangan diri 8. Kecerdasan Naturalis, berkaitan dengan kemampuan meneliti perkembangan alam, melakukan identifikasi dan observasi terhadap lingkungan sekitar Sebagai seorang guru, sangat penting menyesuaikan pembelajaran dengan modalitas siswa. Seseorang dengan kecenderungan pembelajar kinestetik misalnya, sangat mungkin memiliki kecerdasan kinestetik juga yang lebih banyak menggunakan pembelajaran fisik, dalam arti lebih senang bergerak daripada diam. Supaya kegiatan pembelajaran dapat mengakomodir modalitas dan kecerdasan yang berbeda, guru bisa mengikuti tips berikut: 1. Untuk Pembelajar Visual Karena lebih banyak menyerap informasi melalui mata, hal-hal yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah sebagai berikut: 1) Biarkan mereka duduk di bangku paling depan, sehingga mereka bisa melihat secara langsung apa yang dituliskan atau digambarkan guru di papan tulis 2) Selain tulisan, buatlah lebih banyak bagan-bagan, diagram untuk menjelaskan sesuatu 3) Putarkan film 17
4) Mintalah mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihafalkan 5) Gunakan berbagai ilustrasi dan gambar 6) Tulis ulang apa yang ada di papan tulis 7) Gunakan warna warni yang berbeda pada tulisan 2. Untuk Pembelajar Auditorial Karena mereka lebih banyak menyerap informasi melalui pendengaran, hal- hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka adalah sebagai berikut: 1) Gunakan audio dalam pembelajaran, misalnya musik, radio, dan lain-lain 2) Saat belajar, biarkan mereka membaca dengan suara nyaring dan keras 3) Seringlah memberi pertanyaan kepada mereka 4) Buatlah diskusi kelas 5) Gunakan rekaman 6) Biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran 7) Belajar berkelompok 3. Untuk Pembelajar Kinestetik Karena mereka lebih banyak menyerap informasi melalui gerakan fisik, hal- hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah: 1) Perbanyak praktik lapangan 2) Lakukan demontrasi atau pertunjukan langsung terhadap suatu proses 3) Buatlah model atau contoh-contoh 4) Belajar tidak harus duduk secara formal, bisa dilakukan dengan duduk dalam posisi yang nyaman, walaupun tidak biasa dilakukan oleh siswa lain 5) Perbanyak praktik di laboratorium 6) Boleh menghapal sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondar mandir misalnya 7) Perbanyak simulasi dan role playing 18
8) Biarkan siswa berdiri saat menjelaskan sesuatu Dalam praktiknya, satu kelas biasanya terdiri dari tiga kelompok pembelajar semacam ini. Karena itulah tidak bisa seorang guru hanya mempraktikkan satu metode belajar mengajar untuk diterapkan di seluruh kelas. Bayangkan jika guru hanya mengajar dengan metode ceramah mulai dari awal hingga akhir. Jika dalam satu kelas kecendrungannya lebih banyak pembelajar visual atau kinestetik, maka yang terjadi adalah suasana yang tidak menyenangkan. Dalam situasi semacam itu, guru kreatif dan inovatif akan segera mengganti proses belajar mengajar dengan mempertimbangkan modalitas belajar siswa. Tidak menggunakan metode ceramah lagi, namun menggunakan metode lain yang memungkinkan, misalnya diskusi kelompok ataupun mengajak mereka dalam suatu permainan agar tidak membosankan. F. Menyegarkan Kelas dengan Ice Breaking Keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh berapa lama siswa benar- benar fokus atau berkonsentrasi dengan topik yang dipelajari. Tidak sedikit siswa stres karena otak seolah tidak bisa fokus dengan materi yang sedang dipelajarinya. Otak tidak bisa berpikir dan berkonsentrasi terus menerus tetapi hanya fokus selama 30 s.d 60 menit termasuk istirahat beberapa menit di dalamnya. Bermain sambil belajar adalah hal yang tepat untuk mengisi kejenuhan dan merefleksikan otak yang sudah mulai penuh dengan materi pelajaran. Guru bisa memanfaatkan ice breaking untuk mengatasi kejenuhan dalam belajar. Ice breaking adalah padanan dua kata Inggris yang mengandung makna “memecah es”. Istilah ini sering dipakai dalam training dengan maksud menghilangkan kebekuan-kebekuan di antara peserta latihan, sehingga mereka saling mengenal, mengerti, dan bisa saling berinteraksi dengan baik antara satu dengan yang lainnya. Macam-macam ice breaking yang bisa dipraktikkan di dalam kelas adalah: 19
1. Salam dan sapaan Permainan ini bisa memfokuskan peserta kepada guru, membuat kelas yang ribut menjadi tenang, dan membuat siswa akan berhenti dengan kesibukannya. Permainan ini hanya memerlukan suara dan konsentrasi. Cara bermain: Berikan instruksi kepada siswa, jika guru mengatakan halo, siswa menjawab hai. Begitu pula sebaliknya. Kata halo dan hai bisa dilipatgandakan, misalnya halo, halo, hai atau hai, hai, halo. 2. Perkenalan Ice breaking ini bisa digunakan untuk siswa yang baru masuk. Tujuannya adalah agar siswa kenal dengan teman-temannya atau dengan guru. Cara bermain: buatlah lingkaran yang beranggotakan 10 orang siswa. Beri waktu 10 menit untuk siswa saling mengenalkan diri. Setelah itu tunjuk 1 siswa untuk menyebutkan nama dan asalnya (acak). Seleksi siswa yang salah dan tidak bisa menjawab lalu beri hukuman untuk menghibur. 3. Pagi, Siang dan Malam Ice breaking ini bermanfaat untuk menghilangkan kejenuhan, mempertahankan konsentrasi, merangsang kecepatan pendengaran dan tangan, dan memberikan suasana yang asyik dan seru. Cara bermain: jika disebutkan waktu pagi, siswa bertepuk 3 kali, siang 2 kali, dan malam 1 kali. Guru menyebutkan waktu secara acak dan berturut-turut. Semua siswa harus bertepuk tangan dan yang salah akan diberikan hukuman. 4. Lakukan yang Guru katakan “Lakukan yang Guru Lakukan” adalah ice breaking yang sangat mudah untuk diterapkan. Guru akan mengatakan beberapa aba-aba, “pegang dagu”, “pegang hidung”, “pegang pipi”, “pegang dahi”, dll, dan siswa diharuskan untuk mengikuti aba-aba yang dikatakan guru. Untuk menjebak siswa, guru memegang bagian yang tidak sesuai dengan aba-aba, sehingga ice breaking akan berjalan lebih menarik. Kegiatan ini dapat digunakan untuk melatih konsentrasi siswa. 20
BAB III PENUTUP A. Simpulan Menjadi guru yang menyenangkan dan diidolakan oleh siswa sebenarnya tidak sulit. Beberapa tips berikut bisa diterapkan, yaitu: 1. Berusaha menjadi guru abad 21 dengan cara meningkatkan pengetahuan dan kompetensi 2. Menjadi guru pemimpi yang mempunyai target yang akan dicapai 3. Memanfaatkan 7 jurus mengendalikan kelas agar guru bisa mengajar dengan lebih baik 4. Berusaha menjadi guru inspiratif dengan memaksimalkan 3 kecerdasan, yaitu spiritual, emosional, dan sosial 5. Mengajar berdasarkan modalitas belajar atau gaya belajar siswa (VAK) dan memahami 8 kecerdasan yang dominan dimiliki siswa 6. Memanfaatkan ice breaking agar kelas lebih hidup dan menyenangkan B. Saran 1. Disarankan kepada guru untuk mengubah paradigma mendidik klasik menuju paradigma mendidik mutakhir yang memfasilitasi siswa untuk belajar aktif dan mandiri 2. Sebaiknya keterampilan mendidik dan proses pembelajaran dikuasai oleh guru dengan baik agar proses pembelajaran lebih bermakna 3. Disarankan kepada guru untuk memahami modalitas belajar dan berbagai macam kecerdasan untuk memaksimalkan potensi siswa 4. Disarankan kepada guru untuk mengikuti perkembangan dalam bidang pendidikan, menguasai model pembelajaran, terampil menggunakan media, dan menguasai teknik mengajar sehingga bisa mengajar dengan lebih menyenangkan 21
DAFTAR BACAAN Arifah, Fita Nur. 2016. Menjadi Guru Teladan, Kreatif, Inspiratif, Motivatif, dan Profesional. Yogyakarta: Araska. Damayanti. 2016. Sukses Menjadi Guru Humoris dan Idola yang Akan Dikenang Sepanjang Masa. Yogyakarta: Araska. DePorter, Bobbi, dkk. 2001. Quantum Teaching. Jakarta: Mizan. Dryden Gordon dan Jeannete Vos. 2001. Revolusi Cara Belajar; The Learning Revolution. Bandung: Kaifa. Firdaus. 2011. Powerful the Points of Guru. Pekanbaru: UNRI. Gichara, Jenny. 2012. Kelas Sehat Prestasi Hebat. Jakarta: Elek Media Komputindo. Hakim, Andri. 2010. Hypnosis in Teaching; Cara Dahsyat Mendidik dan Mengajar. Jakarta: Visimedia. Mahfudz, Asep. 2011. Be a Good Teacher or Never. Bandung: Nuansa. ------------------. 2012. Cara Cerdas Mendidik yang Menyenangkan Berbasis Super Quantum Teaching. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Right, Asrul. 2016. Menjadi Guru Gila. Jakarta: Bestari. Safari, Irwan dan Yeni Nopiyanti. 2010. Menjadi Guru yang Menyenangkan; Paradigma Baru Profesi Guru. Bandung: Mujahid. Suryadi, Ace. 11 Maret 2011. Mutu Profesi Guru. Kompas, halaman 9 ko;om 1-5. Suyanto, 3 Februari 2011. Guru Harus Terus Mendapat Pelatihan. Kompas, halaman 9 kolom 1-4. Tilaar. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Tim Wesfix. 2013. Teacher’s Wisdom; Untaian Inspirasi dari Guru untuk Guru. Jakarta: Grasindo. Uno, Hamzah B dan Nina Lamatenggo. 2016. Tugas Guru dalam Pembelajaran; Aspek yang Memengaruhinya. Jakarta: Bumi Aksara. 22
Gurudigital.id. Inspirasi Belajar oleh Aji Setiawan. 23
Search
Read the Text Version
- 1 - 27
Pages: