Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore 3.-PERENCANAAN-PEMBELAJARAN-1

3.-PERENCANAAN-PEMBELAJARAN-1

Published by Siska Yanti, 2022-02-25 07:28:21

Description: 3.-PERENCANAAN-PEMBELAJARAN-1

Search

Read the Text Version

PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

Daftar Isi A Pengantar Kurikulum Adaptif 1 1 Pengertian Kurikulum Adaptif 1 2 Prinsip Pengembangan Kurikulum Adaptif 2 3 Model Pengembangan Kurikulum Adaptif 3 B Modifikasi Tujuan 6 C Modifikasi Isi/materi 7 D Modifikasi Proses 8 1 Pendekatan Pembelajaran 8 2 Metode Pembelajaran 9 3 Model Pembelajaran 13 4 Media Pembelajaran 14 5 Sumber belajar 15 E Modifikasi Penilaian 17 1 Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen 17 2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 20 Referensi 21

A Pengantar Kurikulum Adaptif Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif (SPPI) menerapkan kurikulum yang berlaku secara nasional (Kurikulum 2013) yang diadaptasi sesuai dengan kebutuhan PDBK. Adaptasi kurikulum meliputi adaptasi tujuan, isi/materi, proses, dan/atau penilaian sesuai dengan ketentuan yang berlaku oleh pemerintah. Adaptasi kurikulum dilakukan oleh SPPPI dengan mengacu kepada kebutuhan PDBKyang diperoleh berdasarkan hasil asesmen. Merencanakan sebuah pembelajaran yang efektif bagi PDBK merupakan sebuah tuntutan yang harus dilakukan oleh seorang guru. Dalam menyusun perecanaan tersebut tentunya tidak hanya dapat dilakukan secara langsung tanpa persiapan dan informasi yang jelas tentang kondisi dan kesiapan peserta didik. Oleh sebab itu guru akan membutuhkan sejumlah informasi yang lengkap dari peserta didik yang mengalami gangguan fisik, mental, intelektual, emosi dan perilaku tersebut dengan melakukan asesmen. Diharapkan informasi hasil asesmen dapat dijadikan sebagai dasar dalam memberikan layanan yang berorientasi pada kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Peserta didik di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif kemampuannya beragam. Hal tersebut menuntut adanya pengembangan kurikulum adaptif bagi PDBKyang mengikuti pendidikan di SPPI. 1. Pengertian Kurikulum Adaptif Kurikulum adaptif adalah kurikulum yang dikembangkan agar dapat mengakomodasi peserta didik dengan berbagai latar belakang dan kemampuan, dengan tujuan agar kurikulum lebih peka mempertimbangkan keragaman peserta didik dan pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan kebutuhannya. SPPI harus mampu mengembangkan kurikulum sesuai dengan tingkat, perkembangan, dan karakteristik peserta didik agar lulusan memiliki kompetensi untuk bekal hidup (life skill). Kurikulum adaptif yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, bahan, dan isi serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu yang bersifat inklusif yakni mengakomodasi PDBK dengan berbagai latar belakang dan PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 1

kemampuan sehingga lebih peka untuk mempertimbangkan keragaman peserta didik agar pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan kebutuhannya. Kurikulum yang disusun bersifat inklusif dan responsif jender, proses belajar mengajar yang efektif, lingkungan sekolah yang mendukung, sumber daya yang berasas pemerataan dan standarisasi dalam hal-hal tertentu (monitoring, evaluasi dan tes). Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif pada dasarnya menggunakan kurikulum yang berlaku di sekolah umum/kejuruan, namun kurikulumnya perlu fleksibel atau disesuaikan dengan kebutuhan PDBK karena hambatan dan kemampuan yang dimilikinya bervariasi. Secara umum terdapat empat komponen utama yang harus ada di dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi/materi, proses dan evaluasi/penilaian. 2. Prinsip Pengembangan KurikulumAdaptif Prinsip pengembangan kurikulum adaptif harus dijadikan acuan oleh para guru untuk PDBK yaitu kurikulum umum/kejuruan yang diberlakukan untuk peserta didik reguler perlu diubah untuk disesuaikan dengan kondisinya. Penyesuaian atau adaptasi kurikulum dengan kemampuan PDBK terjadi pada komponen tujuan, materi, proses, dan penilaian. Penyusunan kurikulum tidak harus sama untuk masing-masing komponen, proses penyesuaian juga tidak harus sama untuk semua materi, dan proses adaptasi juga tidak sama untuk semua mata pelajaran. Proses adaptasi juga tidak sama pada masing-masing PDBK. a Kurikulum umum yang diberlakukan untuk peserta didik reguler perlu diadaptasi sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan PDBK. b Penyesuaian kurikulum dengan kemampuan PDBK. c Penyesuaian kurikulum tidak harus sama pada masing-masing komponen, artinya jika komponen tujuan dan materi harus dimodifikasi, mungkin demikian juga proses dan penilaiannya. d Proses penyesuaian juga tidak harus sama untuk semua materi. Materi tertentu perlu disesuaikan, tetapi mungkin tidak perlu untuk materi yang lain. 2 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

e Proses penyesuaian juga tidak sama untuk semua mata pelajaran. Mata pelajaran tertentu mungkin perlu banyak penyesuaian tetapi tidak demikian untuk mata pelajaran yang lain. f Proses penyesuaian juga tidak sama pada masing-masing jenis kekhususan. PDBK yang tidak mengalami hambatan kecerdasan, misalnya: peserta didik tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa, mungkin sedikit membutuhkan adaptasi kurikulum. PDBK yang mengalami hambatan kecerdasan (tunagrahita) membutuhkan penyesuaian hampir pada pada semua komponen pembelajaran (tujuan, isi, proses, dan penilaian). 3. Model Pengembangan KurikulumAdaptif Dikenal ada 5 (lima) model kemungkinan pengembangan Kurikulum Adaptif bagi PDBK yang mengikuti pendidikan di SPPPI, yakni: model eskalasi, duplikasi, modifikasi, subtitusi, dan omisi. a Eskalasi Eskalasi berarti kenaikan; pertambahan (volume, jumlah, dan sebagainya). Model eskalasi berarti adaptasi atau penyesuaian kurikulum ke atas (eskalasi) untuk peserta didik yang memliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted and talented). Prinsip utama dalam eskalasi untuk peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah penerapan kurikulum diferensiasi. Kurifikulum diferensiasi kurikulum nasional dan lokal yang dimodifikasi dengan penekanan pada materi esensial dan dikembangkan melalui sistem eskalasi dan enrichment yang dapat memacu dan mewadahi secara integrasi pengembangan spiritual, logika, etika dan estetika, kreatif, sistematik, linier dan konvergen. Dalam upaya menyusun kurikulum diferensiasi adalah penggunaan pendekatan peta konsep. Peta konsep merupakan salah satu intrumen yang digunakan untuk menata materi kurikulum agar diperoleh keterkaitan antar konsep dan keutuhan materi yang akan disajikan kepada peserta didik dalam satu kesatuan waktu (semester). Dengan peta konsep peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa akan mengetahui PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 3

cakupan, urutan dan seberapa banyak materi yang direncanakan akan dipelajari oleh peserta didik serta bagaimana hubungan antara materi satu dengan lainnya. Peta konsep merupakan gambaran visual yang berisikan jumlah materi serta hubungan antar konsep. b Duplikasi Duplikasi artinya salinan yang serupa benar dengan aslinya. Menyalin berarti membuat sesuatu menjadi sama atau serupa. Dalam kaitannya dengan model kuriukulum, duplikasi berarti mengembangkan dan atau memberlakukan kurikulum untuk PDBK secara sama atau serupa dengan kurikulum yang digunakan untuk peserta didik reguler. Jadi model duplikasi adalah cara dalam pengembangan kurikulum, dimana PDBK menggunakan kurikulum yang sama seperti yang dipakai oleh peserta didik reguler. Model duplikasi dapat diterapkan pada empat komponen utama kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses dan penilaian. c Modifikasi Modifikasi berarti mengubah atau menyesuaikan. Dalam kaitan dengan model kurikulum untuk PDBK, maka model modifikasi berarti cara pengembangan kurikulum, dimana kurikulum umum yang diberlakukan bagi peserta didik reguler diubah untuk disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan PDBK. Dengan demikian, PDBK menjalani kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan mereka. Modifikasi dapat diberlakukan pada empat komponen utama, yaitu tujuan, materi, proses, dan evaluasi/penilaian. Dengan demikian PDBK menjalani kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan mereka. Modifikasi dapat diberlakukan pada 4 (empat) komponen utama. d Substitusi Subtitusi berarti mengganti. Dalam kaitannya dengan model pengembangan kurikulum, maka substansi berarti mengganti sesuatu 4 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

yang ada dalam kurikulum umum dengan sesuatu yang lain. Penggantian dilakukan karena hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh PDBK tetapi masih bisa diganti dengan hal lain yang sama bobotnya dengan yang digantikan. Model Substansi bisa terjadi dalam hal tujuan pembelajaran, materi, proses maupun penilaian. Misalnya peserta didik tunarungu tidak mungkin dikembangkan atau diuji kemampuan mendengarnya maka materi- materi yang berkenaan dengan kemampuan mendengar diganti dengan kemampuan isyarat atau bahasa tubuh lainnya. e Omisi Omisi berarti menghilangkan. Dalam kaitan dengan model pengembangan kurikulum, omisi berarti upaya untuk menghilangkan sesuatu dari kurikulum umum/kejuruan karena hal tersebut tidak mungkin diberikaan kepada PDBK. Dengan kata lain, omisi berarti sesuatu yang ada dalam kurikulum umum tetapi tidak disampaikan atau tidak diberikan kepada PDBK, karena sifatnya terlalu sulit atau tak akan mampu dilakukan oleh PDBK. Bedanya dengan substitusi adalah jika dalam substitusi ada materi pengganti yang sama bobotnya, sedangkan dalam model omisi tidak ada materi pengganti. Misalnya peserta didik tunanetra tidak mungkin praktik tentang cahaya, maka kompetensi ini dihilangkan dan tidak mungkin bisa diganti yang sama bobotnya. PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 5

B MODIFIKASI TUJUAN Modifikasi Tujuan berarti tujuan-tujuan pembelajaran yang ada dalam kurikulum umum dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi PDBK. Sebagai konsekuensi dari modifikasi tujuan PDBK, maka akan memiliki rumusan kompetensi sendiri yang berbeda dengan peserta didik reguler, baik berkaitan dengan SKL dan SI (KI-KD). Perhatikan contoh modifikasi KD dan Indikator berikut: TABEL 3.5 Matrik Model modifikasi Kompetensi Dasar (KD) Satuan Pendidikan : SMA Kelas : X Kompetensi Kompetensi KD Modifikasi Keterangan Inti (KI) Dasar (KD) PDBK Dengan Hambatan SENIRUPA Akademik (Kecerdasan) 3 Memahami, 3.1. Memahami bahan, 3.1.a. Mengenal bahan, media Modifikasi materi KD menerapkan, media dan teknik dalam dan teknik dalam proses agar lebih sederhana menganalisis proses berkarya seni berkarya seni rupa disesuaikan pengetahuan rupa dengan karakteristik faktual seni, PDBK konseptual, prosedural 3.2. Menerapkan jenis, 3.2.a. Mengenal jenis, symbol, berdasarkan rasa simbol, dan nilai estetis dan nilai estetis dalam konsep keingintahuannya dalam konsep seni rupa seni rupa tentang ilmu pengetahuan, 3.3. Memahami 3.3.a. Mengenal pameran teknologi, seni, pameran karya karya seni rupa budaya, dan seni rupa humaniora dengan wawasan 3.4. Memahami jenis 3.4.a. Mengenal jenis simbol, kemanusiaan simbol, fungsi dan fungsi dan nilai estetis dalam kebangsaan, nilai estetis dalam kritik karya seni rupa. kenegaraan, dan kritik karya seni peradaban terkait rupa. fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan 6 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

TABEL 3.6 Matrik Model Modifikasi Indikator lndikator Modifikasi Kompetensi Kompetensi Dasar Peserta Didik PDBK Dengan Hambatan Dasar (KD) (KD) Modifikasi pada Ummunya Akademik (Kecerdasan)/ Tunagrahita atau Autis Low Function) 3.1. Memahami 3 .1.a Mengenal 3.1. 1. Menjelaskan 3.1.a.1. Menunjukkan bahan, media dan bahan, media, dan bahan dan media bahan dan media yang teknik dalam teknik dalam proses yang digunakan digunakan dalam proses berkarya berkarya seni rupa dalam seni rupa melukis seni rupa. dua dimensi 3.1.2. Menjelaskan 3.1.a.2 Menyebutkan teknik dalam proses cara membuat lukisan berkaiya senimpa dua dimensi C MODIFIKASI ISI/MATERI Modifikasi Isi berarti materi-materi pelajaran yang diberlakukan untuk peserta didik reguler diubah untuk disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan PDBK. Dengan demikian PDBK mendapatkan sajian materi yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi Isi bisa berkaitan dengan keleluasan, kedalaman dan kesulitannya berbeda (lebih rendah) daripada materi yang diberikan kepada peserta didik reguler. PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 7

D MODIFIKASI PROSES (Pendekatan, Metode, Model, dan Media) Modifikasi Proses berarti ada perbedaan dalam kegiatan pembelajaran yang dijalani oleh PDBK dengan yang dialami oleh peserta didik reguler. Metode atau strategi pembelajaran umum yang diberlakukan untuk peserta didik reguler tidak diterapkan untuk PDBK. Jadi, mereka memperoleh strategi pembelajaran khusus yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuannya. Modifikasi proses atau kegiatan pembelajaran bisa berkaitan dengan penggunaan pendekatan, model, dan metode mengajar, lingkungan/setting belajar, waktu belajar, media belajar serta sumber belajar 1. Pendekatan Pembelajaran Kaitannya dengan Pendekatan Saintifik 5 M (Mengamati, Menanya, Mengumpulkan Informasi, Menalar, dan Mengomunikasikan) dalam Kurikulum 2013 bukan satu-satunya pendekatan pembelajaran dan bukan urutan langkah-langkah baku. 5 M lebih untuk memberikan pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, mendorong ekosistem sekolah berbasis aktivitas ilmiah, menantang, dan memotivasi. Guru diberi ruang menggunakan pendekatan/model pembelajaran lain. Bukan berbasis ceramah dan bukan berbasis hafalan tetapi berbasis aktivitas dan kreativitas, menginspirasi, meyenangkan, dan berprakarsa. Perlu dipahami oleh guru kaitanya dengan “mengamati” ada hal-hal yang harus dipertimbangkan bagi PDBK. Proses “mengamati” bagi peserta didik tunanetra lebih menggunakan indera pendengaran karena fungsi pelihatannya memiliki hambatan. Bagi peserta didik tunarungu lebih menggunakan indera penglihatan karena fungsi pendengarannya memiliki hambatan. Dalam hal kemampuan “menanya” dan “mengomunikasikan” bagi peseta didik tunanetra tidak memiliki kesulitan. Peserta didik tunanetra 8 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

memiliki keterampilan bertanya seperti peserta didik reguler, namun bagi peserta didik tunarungu akan mengalami kesulitan sehingga dalam kegiatan menanya dan mengomunikasikan akan dibantu dengan bahasa tubuh atau isyarat atau mungkin dengan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (Basindo). Begitu pula dengan peserta didik autis, tunagrahita, dan peserta didik tunadaksa yang Cerebral Palsy (CP) memiliki hambatan dalam komunikasi yang perlu diketahui oleh guru. Dengan mengetahui itu semua maka guru akan mengondisikan kegiatan pembelajaran dan memperhaatikan karakteristik PDBK. Begitu pula halnya dalam kegiatan “mengumpulkan informasi” dan”menalar” hambatan yang dialami PDBK perlu menjadi bahan pertimbangan guru dan peserta didik reguler dalam melaksanakannya 2. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsung pembelajaran (Sudjana, 2005:76). Beberapa metode pembelajaran digunakan dalam kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan KD. Proses belajar-mengajar yang baik hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode pembelajaran secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain. Setiap metode pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahannya sendiri-sendiri. Penggunaan metode yang variatif dan sesuai dengan materi serta tujuan pembelajaran dapat membuat peserta didik senang dan termotivasi untuk belajar. Metode tersebut harus dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi atau bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam setting pendidikan inklusif maka setiap pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran perlu juga disesuaikan dengan karakteristik PDBK. Artinya ketika menggunakan metode pembelajaran maka perlu memahami peta karakter peserta didik sehingga mengetahui hambatan-hambatan yang dialami PDBK sehingga ada beberapa adaptasi atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dilakukan. Misalnya ketika guru menggunakan metode ceramah maka untuk peserta didik tunarungu perlu PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF 9

ada perhatian dan penyampaian pesan/informasi khusus dengan melakukan juga keterarahwajahan ketika menyampaikan materi pembelajaran, ada tambahan penjelasan, penggunaan bahasa tubuh dan/atau bahasa isyarat, dsb. Perhatikan contoh adaptasi metode pembelajaran berikut: TABEL 3.8 Metode Pembelaiaran dan Adaptasinya No Nama Metode Pengertian Adaptasi Perlu adanya beberapa Metode Proyek Metode proyek adalah cara penyajian penyesuaian dalam pelajaran yang bertitik tolak pada suatu menggunakan metode masalah, kemudian dibahas dari berbagai proyek bagi PDBK segi pemecahannya secara keseluruhan disesuaikan dengan dan bermakna. Penggunaan metode ini karakteristiknya. bertitik tolak dari anggapan bahwa pemecahan masalah perlu melibatkan Perlu adanya beberapa bukan hanya satu mata pelajaran, penyesuaian dalam melainkan hendaknya melibatkan berbagai menggunakan metode mata pelajaran yang ada kaitannya dengan eksperimen bagi PDBK pemecahan masalah tersebut. disesuaikan dengan karakteristiknya. Metode Metode eksperimen (percobaan) adalah Eksperimen cara penyajian pelajaran, dimana peserta perlu adanya beberapa didik melakukan percobaan dengan penyesuaian dalam Metode tugas mengalami dan membuktikan sendiri menggunakan metode atau resitasi sesuatu yang dipelajari. Peserta didik tugas atau resitasi bagi dituntut untuk mengalami sendiri, mencari PDBK disesuaikan kebenaran atau mencoba mencari suatu dengan karakteristiknya. hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu. Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Metode ini diberikan karena materi pelajaran banyak sementara waktu sedikit. Agar materi pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya digunakan oleh guru. Tugas ini biasanya bisa dilaksanakan di 10 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

No Nama Metode Pengertian Adaptasi rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan ditempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik individu maupun kelompok, tugas yang diberikan sangat banyak macamnya tergantung dari tujuan yang hendak dicapai. Metode Diskusi Metode diskusi adalah cara penyajian Perlu adanya beberapa pelajaran, dimana peserta didik dihadapkan penyesuaian dalam pada suatu masalah yang bersifat menggunakan metode problematis untuk dibahas dan dipecahkan diskusi bagi PDBK secara bersama. Teknik diskusi adalah salah disesuaikan dengan satu leknik belajar mengajar yang dilakukan karakteristiknya. Untuk oleh seorang guru di sekolah. Dalam diskusi peserta didik tunarungu terjadi interaksi, tukar menukar pengalaman, dalam berdiskusi bisa infonuas memecahkan masalah dan peserta dibantu dengan bahasa didik menjadi aktif. isyarat atau bahasa tubuh Metode Metode sosiodrama dan role playing dapat Perlu adanya beberapa Sosiodrama dikatakan sama dalam pemakaiannya sering penyesuaian dalam disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya menggunakan metode mendramatisasi tingkah laku dalam sosiodrama bagi hubungannya dengan masalah sosial. PDBK disesuaikan dengan karakteristiknya. Metode Metode deruonstrasi adalah cara penyajian Perlu adanya beberapa Demonstrasi bahan pelajaran dengan memperagakan penyesuaian dalam atau mempertunjukkan kepada peserta didik menggunakan suatu proses, situasi atau benda tertentu demonstrasi yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau- eksperimen bagi PDBK pun tiruan dengan lisan. Dengan metode disesuaikan dengan demonstrasi, proses penerimaan peserta karakteristiknya. didik terhadap pelajaran akan berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Metode Metode problem solving bukan hanya Perlu adanya beberapa Problem sekedar metode meugajar, tetapi juga penyesuaian dalam Solving mempakan suatu metode berfikir sebab menggunakan metode dalam metode problem solving dapat Problem Solving bagi mengutamakan metode-metode lainnya PDBK disesuaikan yang dimulai dari mencari data sampai dengan karakteristiknya. kepada menarik kesimpulan. 11PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

No Nama Metode Pengertian Adaptasi Metode Karyawisata dalam arti metode mengajar Perlu adanya beberapa Karyawisata mempunyai arti tersendiri yang berbeda penyesuaian dalam dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti menggunakan metode kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar. karyawisata bagi PDBK Teknik karya wisata adalah teknik mengajar disesuaikan dengan yang dilaksanakan dengan mengajak peserta karakteristiknya. didik kesuatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu. Metode Metode tanya jawab adalah cara penyajian Perlu adanya beberapa Tanya jawab pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang penyesuaian dalam harus dijawab, terutama dari guru kepada menggunakan metode peserta didik ,tetapi dapat pula dari peserta Tanya jawab bagi PDBK didik kepada guru. Metode tanya jawab disesiaikan dengan memungkinkan terjadinya komunikasi karakteristiknya. langsung yang bersifat dua arah sebab Peserta didik tunarungu pada saat yang sama terjadi dialog antara dalam melakukan tanya guru dan peserta didik. jawab bisa dibantu dengan bahasa isyarat/ bahasa tubuh. Metode Metode latihan merupakan suatu cara Perlu adanya beberapa Latihan mengajar yang baik untuk menanamkan penyesuaian dalam kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini menggunakan metode Metode dapat juga digunakan untuk memperoleh latihan bagi PDBK Ceramah suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan disesuaikan dengan dan keterampilan. karakteristiknya. Metode ceramah adalah metode tradisional Perlu adanya beberapa karena sejak dulu dipergunakan sebagai alat penyesuaian dalam komunikasi lisan antara guru dengan peserta menggunakan metode didik dalam proses belajar mengajar. Dalam ceramah bagi PDBK metode ceramah dibutuhkan keaktifan guru disesuaikan dengan dalam kegiatan pengajaran. Metode ini banyak karakteristiknya. digunakan pada pengajar yang kekurangan Peserta didik tunanetra fasilitas. akan cocok dengan metode ceramah, namun sebaliknya bagi peserta didik tunarungu metode ini kurang cocok sehingga harus divariasikan dengan gambar, bahasa tubuh atau isyarat 12 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

3. Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran adalah pola interaksi peserta didik dengan guru di dalam kelas yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dalam suatu model pembelajaran ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan guru, akan tetapi menyangkut tahapan-tahapan, prinsip-prinsip reaksi guru dan peserta didik serta sistem penunjang yang disyaratkan Menurut Arends (dalam Suprijono, 2013: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuantujuan pembelajaran, tahap- tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat diartikan juga sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Beberapa model pembelajaran ilmiah yang direkomendasikan dalam rangka implementasi Kurikulum 2013 antara lain Discovery/Inquiry Learning, Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), dan Cooperatif Learning. Perhatikan contoh adaptasi model pembelajaran berikut: TABEL 3.7 Model Pembelajaran Model Karakteristik Komponen/Sintak Adaptasi Pembelajaran Peserta didik 1. Simulasi dan Pada dasarnya Discovery/ secara aktif identifikasi masalah model pembelajaran Inquiry menemukan yang digunakan Learning ide dan 2. Mengumpulkan sama dengan mendapatkan informasi peserta didik pada Pembelajaran makna umumnya hanya Berbasis 3. Pengolahan informasi bagi PDBK perlu Masalah Memecahkan 4. Verifikasi hasil disesuaikan dengan (Problem masalah 5. Generalisasi hambatan atau Based kontekstual kekhususan yang Learning) 1. Identifikasi dan dialaminya sehingga merumuskan masalah perlu ada adaptasi, misalnya dalam 2. Menyusun rancangan menjelaskan penyelesaian masalah langkah-langkah 3. Mengumpulkan informasi 4. Mengolah infomiasi 5. Menyelesaikan masalah 13PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

Model Karakteristik Komponen/Sintak Adaptasi Pembelajaran Peserta didik 1. Menyampaikan tujuan atau sintak model Pembelajaran secara aktif 2. Menyajikan informasi pembelajaran lebih Berbasis menyelesaikan 3. Membentuk kelompok disederhakan, lebih Proyek suatu project, 4. Bekerja dalam kelompok fokus, dan lebih (Project penyelesaian 5. Presentasi hasil kerja perhatian agar Based memerlukan PDBK dapat Learning) waktu kelompok memahami dan penyelesaian 6. Menerima umpan balik mengikuti tugas- Cooperatif relatif lama tugas yang Learning diperolehnya. Bagi Kerjasama 1. Menyampaikan tujuan PDBK tertentu bisa tim dalam 2. Menyajikan informasi dibantu tutor yaitu melaksanakan 3. Membentuk kelompok temannya yang lebih pembelajaran 4. Bekerja dalam kelompok unggul dan perhatian 5. Presentasi hasil kerja hal ini untuk lebih memahamkan kelompok berbagai tugas atau 6. Menerima umpan balik hal-hal yang harus dikerjakan PDBK 4. Media Pembelajaran Adanya peserta didik berkebutuhan khusus di SPPPI menuntut sekolah untuk menyiapkan sarana prasarana khusus yang sesuai dengan karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus dan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang bervariasi. Penyediaan sarana prasarana dan media pembelajaran tidak perlu menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya. Dengan kretivitas guru dapat membuat dan menyediakan media pembelajaran yang sederhana dan murah. Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran. Media Pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai yang paling kecil sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal harganya. Ada media yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang 14 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

diproduksi pabrik. Ada media yang sudah tersedia di lingkungan yang langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja dirancang untuk keperluan pembelajaran. Meskipun media banyak ragamnya, namun kenyataannya tidak banyak jenis media yang biasa digunakan oleh guru di sekolah. Beberapa media yang paling akrab dan hampir semua sekolah memanfaatkan adalah media cetak (buku). selain itu banyak juga sekolah yang telah memanfaatkan jenis media lain gambar, model, LCD, dan obyek-obyek nyata. Sedangkan media lain seperti kaset audio, video, VCD, slide (film bingkai), program pembelajaran komputer masih jarang digunakan meskipun sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar guru. Beberapa media pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus perlu diadaptasikan disesuaikan dengan kekhususan peserta didik. Contoh media pembelajaran visual tidak cocok digunakan untuk peserta didik tunanetra. Demikian pula media pembelajaran audio. 5. Sumber belajar Sumber belajar adalah segala sumber baik itu berupa daya, lingkungan maupun pengalaman yang digunakan dan sebagai pendukung dalam proses belajar mengajar agar berjalan lebih efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sumber belajar dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan. Sumber belajar perlu mengakomodasi peserta didik berkebutuhan khusus. Contohnya Ruang Keterampilan disalah satu SMK seyogyanya dapat mengakomodasi pelaksanaan praktik keterampilan yang sesuai dengan karakteristik peserta didik berkebutuhan khusus, baik itu bagi Peserta Didik Tunagrahita, Autis, Tunadaksa, dan yang lainnya. 15PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

TABEL 3.9 Media Pembelajaran No Golongan Contoh Dalam Pembelajaran Cocok Pemanfaatan Media Untuk PDBK Audio Kaset audio, siaran radio, CD, telepon Semua PDBK kecuali Tunarungu harus Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, dimodifikasi gambar Semua PDBK kecuali Audio Cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan Tunanetra harus tertulis dibraillekan atau direkam (buku bicara) Proyeksi Overhead transparansi (OHT), Visual Diam Film bingkai (slide) Semua PDBK kecuali untuk Tunanetra dan Proyeksi Film bingkai (slide) bersuara Tunarungu perlu Audio visual Diadaptasi diam Semua PDBK kecuali Visual Gerak Film bisu Tunanetra Visual Gerak Audio Visual gerak, film gerak bersuara, Semua PDBK kecuali dan Bersuara video/VCD, televisi untuk Tunanetra dan Tunarungu perlu Obyek Fisik Benda nyata, model, specimen Diadaptasi Manusia dan Guru, Pustakawan, Laboran Semua PDBK kecuali Lingkungan Tunanetra CAI (Pembelajaran berbantuan Komputer komputer), CBI (Pembelajaran berbasis Semua PDBK kecuali komputer). untuk Tunanetra dan Tunarungu perlu Diadaptasi Semua PDBK Semua PDBK Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa dan PDBK lainnya diadaptasi. 16 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

E MODIFIKASI PENILAIAN Modifikasi Penilaian, berarti ada perubahan dalam sistem penilaian hasil belajar yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan kemampuan PDBK. Dengan kata lain PDBK menjalani sistem penilaian yang berbeda dengan peserta didik reguler. Perubahan tersebut bisa berkaitan dengan perubahan dalam soal- soal penilaian/soal/ujian, perubahan dalam waktu penilaian, teknik/cara penilaian, atau tempat penilaian. Termasuk juga bagian dari modifikasi penilaian adalah perubahan dalam kriteria kelulusan/ketuntasan, sistem kenaikan kelas, dan raport. 1. Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mendiagnosa kekuatan dan kelemahan peserta didik, memonitor perkembangan belajar peserta didik, menilai ketercapaian kurikulum, memberi nilai peserta didik dan menentukan efektivitas pembelajaran baik aspek pengetahuan maupun aspek keterampilan. Untuk tujuan-tujuan tersebut dapat digunakan berbagai teknik dan bentuk instrumen penilaian. Penilaian dapat dilakukan secara lisan, tertulis, observasi, praktik maupun penugasan perseorangan atau kelompok, produk, projek, dan portofolio. Untuk memiliki pemahaman yang lebih rinci mengenai teknik penilaian dan bentuk instrumen, perhatikan tabel 3.12. Penilaian pembelajaran bagi PDBK di SPPI mengacu pada kurikulum yang ditetapkan satuan pendidikan bagi peserta didik yang bersangkutan. Penilaian pembelajaran bagi PDBK di SPPI meliputi penilaian proses dan hasil pembelajaran. Penilaian proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru mata pelajaran sesuai dengan tugas kewenangannya. Penilaian proses dilakukan sepanjang waktu pembelajaran ditujukan untuk mengetahui kesulitan yang dialami peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran, dan digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran berikutnya sesuai dengan kebutuhan. Sekolah menentukan KKM. Dalam penentuan KKM sekolah mempertimbangkan 3 (tiga) hal yaitu karakteristik peserta didik, 17PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. Bagi PDBK yang kemampuan akademiknya di bawah standar maka hasil belajarnya atau KKM- nya dibandingkan dengan kemampuan awal/standar awal/baseline PDBK tersebut. TABEL 3.12 Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen No Aspek yang Kompetensi Teknik Bentuk Keterangan Adaptasi Dinilai Instrumen bagi PDBK Inti (KI) Penilaian Sikap KI-1 Sikap Observasi Lembar Observasi Teknik penilaian diri Pengetahuan Spiritual Penilaian Diri Daftar Cek, Skala Likert dan antar teman Penilaian kurang sesuai KI-2 Sikap Antar Teman Daftar Cek, Skala Likert dilakukan untuk Sosial peserta didik Jurnal Lembar/Catatan Jurnal tunagrahita dan autis yang low Observasi Lembar Observasi function validitasnya Penilaian Diri Daftar Cek, Skala Likert diragukan Penilaian sehubungan dengan Antar Teman Daftar Cek, Skala Likert karakt eristik mereka. Untuk teknik Jurnal Lembar/Catatan Jurnal penilaian lainnya disesuaikan dengan KI-3 Tes Lisan Tanya Jawab karakteristik PDBK Pengetahuan Quis ada beberapa Daftar Pertanyaan penyesuaian baik itu Benar-Salah, penyesuaian isi/ Menjodohkan, materi, cara. Pilihan Ganda, Tes Tulisan Isian/ Melengkapi, Uraian Penugasan Tugas yang dilakukan secara individu maupun kelompok Jurnal Sampel pekerjaan peserta didikterbaik yang diperoleh dari penugasan dan tes tertulis Keterampilan KI-4 Praktik/Kinerja Rubrik Penilaian Praktik/ Waktu, alat, dan Keterampilan Kinerja Rubrik mungkin gabungan beberapa Produk Penilaian Proyek Rubrik penyesuaian isi/ Proyek Penilaian Proyek materi, cara, waktu dan alat Portofolio Sanipel pekerjaan peserta didik terbaik dari KD pada KI-4 18 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

PDBK yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan atau jenjang tertentu, berhak melanjutkan ke satuan pendidikan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam melakukan penilaian pembelajaran seting pendidikan inklusif perlu ada beberapa penyesuaian dikarenakan hambatan yang dialami oleh PDBK. Penyesuaian tersebut antara lain dalam penyesuaian waktu, cara, dan materi atau isi. 1 Penyesuaianwaktu Penyesuaian waktu adalah penambahan waktu yang dibutuhkan oleh seorang PDBK dalam mengerjakan ulangan, ujian, tes dan tugas lain yang berhubungan dengan penilaian hasil belajar. Contoh peserta didik tunanetra memerlukan waktu lebih lama dalam mengerjakan ujian, baik dibacakan oleh orang lain maupun dengan membaca sendiri dengan menggunakan huruf Braille. Contoh lain, peserta didik tunadaksa yang mempunyai kelainan motorik tangan akan memerlukan waktu yang lebih lama ketika menuliskan jawaban sebuah tes. Penyesuaian waktu dapat terjadi pada PDBK lainnya sesuai dengan kebutuhan masing- masing. 2 Penyesuaian cara Penyesuaian cara adalah modifikasi cara yang dilakukan oleh guru dalam memberikan penilaian atau ulangan, ujian, tes dan tugas lain yang berhubungan dengan penilaian hasil belajar bagi seorang PDBK. Sebagai contoh peserta didik tunadaksa yang mengalami kesulitan motorik tangan, hampir tidak mungkin mengerjakan soal-soal ujian yang jawabannya diminta secara tertulis. Bagi mereka ujian dapat dilakukan secara lisan atau dengan cara menggunakan alat bantu tertentu (augmentative). Peserta didik tunarungu, untuk mata pelajaran bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, penilaian tentang keterampilan mendengarkan dapat dikompensasikan dengan aspek keterampilan membaca. 19PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

3 Penyesuaian materi Penyesuaian materi adalah penyesuaian tingkat kesulitan bahan dan penggunaan bahasa dalam butir soal yang dilakukan oleh pendidik dalam memberikan ulangan, ujian, tes dan tugas lain yang berhubungan dengan penilaian hasil belajar bagi seorang PDBK. Sebagai contoh peserta didik autis yang low function, mereka sangat sulit untuk mengikuti pelajaran yang tingkat kesulitannya sama seperti anak lainnya pada tingkat kelas yang sama. Oleh karena itu tingkat kesulitan materi ujian disesuaikan dengan kemampuan masing- masing peserta didik. Penyesuaian materi dapat terjadi pada PDBK lainnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing. 2 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan yang mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. Bagaimana dengan KKM bagi PDBK? Apakah semua PDBK KKM yang ditetapkannya sama? Peserta didik pada SPPPI kemampuannya beragam. Seperti dijelaskan pada bahasan sebelumnya bahwa kemampuannya ada yang di atas standar, standar, dan di bawah standar yang sedemikian rupa. Pengembangan kurikulumnya ada yang eskalasi, duplikasi, modifikasi, substitusi, dan omisi. Bagi PDBK yang kemampuannya atau kecerdasannya di atas standar dan standar KKM-nya sama dengan pada umumnya. Bagi PDBK yang kemampuannya atau kecerdasannya di bawah standar yang sedemikian rupa (tunagrahita dan autis yang low function) maka untuk menetapkan keberhasilan belajarnya atau KKM-nya dibandingankan dengan kemampuan awal atau standar awal (baseline) berdasarkan hasil asesmen. Pemahaman hal ini harus dimiliki para guru bagi peserta didik tunagrahita dan autis yang low function atau peserta didik lainnya yang memiliki hambatan kecerdasan yang sedemikian rupa, sehingga tidak selalu membandingkan dengan KKM kelas atau sekolahnya karena hal itu adalah sesuatu yang tidak mungkin. 20 PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF

Referensi: Direktorat jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah. (2018). Bahan Ajar Bimbingan Teknis Pembelajaran peserta didik Berkebutuhan Khusus Bagi Guru SMA-SMK Penyelenggara Pendidikan Inklusif. Manubey Johana & Martin Liufeto. (2018). Modul Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru dalam Pelaksanaan Pendidikan Inklusif. Inovasi Untuk Anak Sekolah Indonesia, Kemitraan Australia Indonesia. 21PERENCANAAN PEMBELAJARAN DALAM SETTING PENDIDIKAN INKLUSIF


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook