Sosiologi SMA KOLESE GONZAGA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL Antonius Agus Sulistyo, S.Sos.
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 1. Baca dan pahami kompetensi dasar yang terdapat pada modul! 2. Ikuti setiap tahap kegiatan pembelajaran! 3. Bacalah setiap materi pembelajaran di modul ini dengan sungguh-sunguh! 4. Silakan Teman-Teman mencari rujukan materi dari sumber lain! 5. Tanyakan pada Guru Mata Pelajaran Sosiologi jika mengalami kesulitan! 6. Pertajam dan kuasai metode analisis sosial dalam proses pembelajaran! Apabila tingkat penguasaanmu mencapai 75% ke atas, lanjutkan materi pada kegiatan belajar berikutnya. 7. Kerjakan setiap tugas/project dengan baik.
DAFTAR ISI BAB I Kelompok Sosial ........................................................................... 4 BAB II Permasalahan Sosial .................................................................... 17 3
BAB I KELOMPOK SOSIAL A. Apa itu Kelompok Sosial? Manusia memiliki naluri hidup bersama yang lain (gregariousness) dan hasrat menjadi satu dengan lingkungannya. Dua hasrat itu adalah akar penyebab mengapa manusia hidup berkelompok. Kelompok sosial merupakan kesatuan manusia dua orang atau lebih; di antara mereka terjadi komunikasi dua arah, dan oleh karena itu di antara mereka terdapat kesadaran bahwa dirinya merupakan bagian atau anggota dari kelompoknya. Untuk memahami kelompok sosial secara lebih baik, perlu dibedakan antara “agregasi sosial” dan “kategori sosial”. Agregasi sosial merupakan kumpulan manusia secara fisik. Tidak dipersoalkan ada-tidaknya komunikasi di antara anggota kelompok. Sementara kategori sosial merupakan pengelompokan tidak semata sebab faktor fisik, tetapi lebih karena hubungan batin yang diperkuat melalui komunikasi meskipun secara fisik berjauhan. Kelompok sosial bisa bersifat permanen atau sementara dan terbentuk atas dasar dorongan-dorongan tertentu, seperti kepentingan, kepercayaan atau pun kebudayaan yang sama. Pada masyarakat tradisional, kelompok sosial terbentuk secara alamiah. Ikatan sosial tercipta atas dasar keturunan. Dari situ, terbentuk ikatan kekerabatan, etnis dan suku bangsa. Kehidupan diikat dan diatur berdasar tradisi, adat-istiadat dan kebudayaan yang diwariskan turun temurun. Dalam masyarakat modern, kelompok sosial dibentuk lebih berdasarkan kesamaan kepentingan. Robert K.Merton, menyebutkan ada tiga kriteria suatu kelompok manusia dapat dikatakan sebagai kelompok sosial, yaitu : (1) memiliki pola interaksi yang jelas diantara anggotanya, (2) masing-masing pihak yang berinteraksi mendefinisikan diri sebagai anggota kelompok, 4
(3) masing-masing pihak yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota dalam kelompok tersebut. Menurut Soerjono Soekanto, himpunan manusia disebut kelompok sosial jika memiliki beberapa ciri sebagai berikut: (1) ada kesadaran individu bahwa dirinya bagian dari kelompok, (2) terdapat hubungan timbal-balik antar anggotanya, (3) di dalamnya, ada suatu faktor pengikat yang dimiliki bersama sehingga hubungan kelompok menjadi lebih erat, (4) kelompok memiliki struktur, kaidah dan pola perilaku yang sama, dan (5) terdapat sistem relatif baku setelah mengalami proses perubahan sosial. Tugas Individual 1. Carilah pengertian kelompok sosial menurut para ahli dengan membuka situs-situs internet dan membaca buku di perpustakaan sekolah atau e-book! 2. Dari pengertian-pengertian yang anda dapatkan tentukan manakah yang paling sesuai? 3. Jelaskan pendapatmu dan jelaskan serta ungkapkan secara lisan di kelas ! B. Dasar Terbentuknya Kelompok Sosial. Pada dasarnya, kelompok sosial dibentuk karena beberapa sebab. Beberapa di antaranya hal-hal yang sama: persepsi, perasaan, motivasi dan tujuan yang sama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebab-sebab di atas, dipengaruhi dorongan-dorongan dalam hidup manusia sehingga memiliki semangat untuk mencapai apa yang diinginkan. Dorongan- dorongan itu meliputi hal-hal berikut ini: 1. Pemenuhan Kebutuhan Manusia bergabung dengan kelompok sosial yang telah ada, secara tidak langsung manusia telah berusaha mempertahankan hidupnya karena 5
kebutuhan-kebutuhan hidup manusia tak mungkin dapat dipenuhi dengan hidup menyendiri. Pada masa purba, manusia berkelompok untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara berburu, sementara pada masa modern saat ini, kebersamaan individu dengan individu yang lain memiliki makna sosial, yaitu untuk menjalin komunikasi dan transaksi ekonomi baik yang menyangkut barang maupun jasa dalam lingkup negara maupun internasional. 2. Meneruskan Keturunan Melalui kelompok sosial itulah, seorang manusia akan menemukan pasangannya masing-masing, dengan demikian dorongan untuk meneruskan keturunan dapat tercapai. Berdasarkan gender, manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan yang secara naluriah memiliki daya tarik satu dan yang lain. Daya tarik tersebut mendorong manusia mengembangkan keinginan untuk membentuk keluarga dalam rangka mengembangkan dan meneruskan keturunannya. 3. Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Kerja Dorongan ini merupakan suatu keinginan manusia untuk hidup lebih baik dibanding dengan sebelumnya. Di jaman modern seperti sekarang ini, manusia dituntut untuk melakukan pekerjaan yang efektif dan efisien serta memperoleh C. Jenis-Jenis Kelompok Sosial Menurut Soerjono Soekanto, tipe-tipe kelompok sosial dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa macam, di antaranya sebagai berikut: 1. Besar-kecilnya Anggota Kelompok Menurut George Simmel, besar-kecilnya anggota kelompok akan mempengaruhi kelompok dan pola interaksi sosial dalam kelompok sosial tersebut. 6
Dalam penelitianya Simmel memulai perhatianya dari satu orang yang hubungan sosialnya disebut “monad”, kemudian berkembang menjadi dua orang “diad” tiga orang yang disebut “triad” dan kelompok-kelompok kecil lainya. Hasilnya semakin banyak jumlah anggota kelompoknya, pola interaksi berbeda. 2. Intensitas Interaksi Kelompok Intensitas interaksi dalam kelompok ini dapat dilihat pada beberapa kelompok sosial yang berbeda. Kelompok sosial seperti keluarga, Rukun Tetangga dan masyarakat desa akan memiliki anggota kelompok yang interaksi antar anggotanya saling mengenal dengan baik (face-to-face groupings). Hal ini berbeda dengan kelompok sosial masyarakat kota, perusahaan, atau negara yang interaksi antar anggotanya tidak mempunyai hubungan yang erat. 3. Kesamaan Wilayah dan Kepentingan Sebuah masyarakat setempat (community) merupakan suatu kelompok sosial atas dasar wilayah yang tidak mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu. Asosiasi (association) adalah sebuah kelompok sosial yang dibentuk untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tertentu. 4. Kelangsungan Kepentingan Kepentingan bersama merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sebuah kelompok sosial terbentuk. Suatu kerumunan misalnya, merupakan kelompok yang keberadaanya hanya sebentar dikarenakan kepentingan nya juga berlangsung lama. Namun sebuah asosiasi mempunyai kepentingan yang tetap. 5. Tipe Organisasi Secara umum, tipe-tipe organisasi kelompok sosialnya adalah sebagai berikut: a. Kategori Statistik adalah pengelompokan sosial atas dasar ciri tertentu yang sama, misalnya kelompok umur, jenis kelamin, usia dan sebagainya. 7
b. Kategori Sosial merupakan kelompok sosial yang terdiri dari individu-individu yang sadar akan ciri-ciri umum yang dimiliki bersama. c. Kelompok Kekerabatan biasanya disebut keluarga batih (nuclear family). d. Kelompok tidak teratur, misalnya kerumunan, khalayak penonton dan lain-lain. e. Organisasi formal, yaitu kelompok sosial yang sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditentukan terlebih dahulu, misalnya perusahaan, partai politik dan sebagainya. Bila dilihat dari hubungan antar individu, jenis-jenis kelompok sosial dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis, di antaranya : 1. In Group dan Out Group In group adalah kelompok sosial yang dijadikan tempat oleh individu- individunya untuk mengidentifikasikan dirinya, sedangkan out group merupakan kelompok sosial yang oleh individunya diartikan sebagai lawan dari in group. Seorang individu sering merasa bahwa aku merupakan bagian dari keluarga, marga, profesi, almamater. Semua kelompok tersebut berakhiran dengan kepunyaan “ku”. Hal inilah yang dinamakan kelompok sendiri (in group). Banyak kelompok-kelompok sosial lain dimana aku bukan menjadi bagian dari kelompok itu, semua itu menjadi kelompok luar (out group) karena aku berada di luarnya. 2. Kelompok Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary Group). Menurut Charles H. Cooley, kelompok primer adalah kelompok-kelompok sosial yang ditandai dengan ciri-ciri saling mengenal antar anggotanya, bekerja sama secara erat dan bersifat pribadi. Individu-individu melebur ke dalam kelompok-kelompok sehingga tujuan individu menjadi tujuan kelompok. Hubungan sosial di dalamnya bersifat primer (informal, akrab, personal dan total) yang mencakup berbagai aspek pengalaman hidup seseorang. Kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok sosial besar karena terdiri dari banyak orang sehingga hubungan antar individu bersifat formal, tidak perlu 8
saling mengenal secara pribadi, dan tidak bersifat langgeng. Dalam kelompok sekunder, hubungan antar individunya bersifat formal, impersonal dan terpisah (segmentasi) serta didasarkan pada manfaat dan tujuan dari hubungan yang terjalin. 3. Paguyuban (gemeinschaft) dan Petembayan (gesellschaft) Menurut Ferdinand Tonnies, paguyuban (gemeinschaft) adalah suatu bentuk kehidupan bersama yang di dalamnya anggota-anggotanya terikat dalam satu hubungan batin murni, kekal dan alamiah. Dasar hubungan tersebut ikatan cinta dan rasa kesatuan batin yang bersifat kodrati. Bentuk kelompok sosial ini ditemui di dalam keluarga, kekerabatan, rukun tetangga dan sebagainya. Secara umum, ciri-ciri dari kelompok sosial paguyuban adalah sebagai berikut: (1) intim atau hubungan bersifat akrab, (2) privat atau relasi bersifat pribadi, dan (3) eksklusif atau ikatan bersifat terbatas untuk “kelompok”. Kelompok sosial paguyuban dapat dibagi dalam tiga jenis tipe, yaitu : a. Gemeinschaft by blood adalah kelompok sosial yang anggota-anggotanya terikat oleh hubungan darah atau keturunan, misalnya keluarga dan kerabat. b. Gemeinschaft place merupakan kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki kedekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong-menolong dalam kehidupan, misalnya Rukun Tetangga. c. Gemeinschaft of mind dapat dimengerti sebagai kelompok sosial yang anggota-anggotanya tidak memiliki hubungan darah dan tempat tinggal yang berdekatan, namun memiliki jiwa, pikiran dan ideologi yang sama. Sementara itu, patembayan adalah kelompok sosial yang anggota- anggotanya terikat ikatan lahiriah yang bersifat pokok dalam jangka waktu yang relatif terbatas. Contoh dari kelompok sosial patembayan ini adalah ikatan perjanjian kerja, kontrak dagang, birokrasi dalam suatu kantor, dan sebagainya. 9
Hubungan antar anggota dalam kelompok sosial patembayan bersifat impersonal, formal, utilitarian, realistis dan khusus. 4. Membership group dan Reference group Membership group merupakan kelompok sosial yang anggota-anggotanya terikat secara fisik. Batas-batas fisik yang dipakai sebagai ukuran keanggotaanya tidaklah mutlak, karena perubahan-perubahan keadaan, situasi yang tidak menentu akan mempengaruhi interaksi diantara anggota mereka, sehingga seorang anggota tidak begitu sering berkumpul dalam kelompok tersebut walaupun secara resmi mereka belum keluar dari keanggotaan kelompok itu. Dalam kelompok sosial ini, ada dua jenis keanggotaan atas dasar sifat interaksi dalam kelompok: nominal group member dan peripheral group member. Dalam nominal group member, seorang anggota berinteraksi dalam kelompok tetapi interaksinya tidak intens. Sementara, dalam peripheral group member, seseorang seolah-olah tidak lagi berhubungan dengan kelompoknya sehingga individu yang bersangkutan tidak lagi memiliki kekuasaan apa pun atas kelompok itu. Reference group, adalah kelompok sosial yang menjadi acuan seseorang (bukan anggota kelompok) namun punya pengaruh besar dalam pembentukan kepribadian serta perilakunya. Dengan kata lain, seseorang bukan anggota kelompok sosial tertentu mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok tersebut. Misalnya, seseorang yang ingin menjadi anggota TNI tetapi gagal, ia bertingkah laku layaknya seorang anggota TNI. 5. Formal Group dan Informal Group Menurut Soerjono Soekanto, formal group adalah kelompok sosial yang mempunyai peraturan tegas dan formal yang dengan sengaja diciptakan anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan di dalam kelompok. Organisasi biasanya digunakan pada landasan mekanisme administratif. misalnya, sekolah terdiri dari beberapa bagian seperti kepala sekolah, guru, siswa, tata usaha, orang tua murid yang semuanya ini menyatu dalam bentuk birokrasi. Sedangkan informal group, adalah kelompok sosial yang tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti. Kelompok sosial ini bisa terjadi 10
karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali dilakukan oleh anggota- anggotanya. Dasar pertemuan di antara mereka adalah kepentingan dan pengalaman yang sama. Contohnya adalah “klik” (clique), yaitu suatu kelompok kecil tanpa struktur formal yang sering timbul dalam kelompok-kelompok yang besar ditandai oleh adanya pertemuan-pertemuan timbal balik antar anggotanya. 6. Kelompok Okupasional dan Volunteer Dalam masyarakat tradisional, setiap orang dapat melakukan berbagai pekerjaan sekaligus. Dalam masyarakat tersebut, belum ada pembagian kerja yang tegas. Seiring perkembangan peradaban, sistem pembagian kerja mengalami perubahan. Salah satu bentuknya adalah masyarakat mengalami perubahan menjadi masyarakat yang heterogen. Pada masyarakat yang demikian sudah berkembang sistem pembagian kerja yang jelas dan spesialisasi. Dengan pudarnya kelompok kekerabatan, munculah kelompok okupasional, yaitu kelompok yang terdiri dari orang-orang yang melakukan pekerjaan yang /sejenis. Kelompok ini memiliki peranan yang besar dalam masyarakat karena dapat mengarahkan kepribadian seseorang terutama para anggotanya. Sejalan dengan berkembangnya teknologi komunikasi, hampir tidak ada lagi masyarakat yang tertutup dari dunia luar, sehingga ruang jangkauan masyarakat pun semakin luas. Meluasnya ruang jangkauan ini menjadikan semakin heterogenya masyarakat sehingga tidak semua kepentingan individu warga masyarakat dapat dipenuhinya. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan warga masyarakat secara keseluruhan, maka munculah kelompok volunteer. Kelompok sosial ini mencakup orang-orang yang mempunyai kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat yang semakin luas jangkauannya. Dengan demikian kelompok volunteer dapat memenuhi kepentimgan-kepentingan anggotanya secara individual, tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara luas. Beberapa kepentingan kelompok ini meliputi kebutuhan sandang, pangan, dan papan; kebutuhan keselamatan jiwa dan harta benda; kebutuhan harga diri; kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri; dan kebutuhan kasih sayang. D. Pola Hubungan antar Kelompok Pola hubungan antar kelompok-kelompok sosial di dalam masyarakat, dalam teori sosiologi dapat dilihat dari berbagai dimensi, diantaranya adalah dimensi 11
sejarah, dimensi sikap, dimensi institusi, dimensi gerakan sosial dan dimensi perilaku. 1. Dimensi Sejarah Para ilmuwan sosial telah mengidentifikasikan beberapa kemungkinan pola hubungan antar kelompok sosial yang terjadi dalam perjalanan sejarah. Menurut Banton (1967), hubungan dan kontak antar ras bisa dimengerti melalui proses akulturasi, dominasi, paternalisme dan pluralisme atau integrasi. Akulturasi terjadi ketika dua kebudayaan berbeda bertemu, mulai berbaur dan berpadu. Relasi kedua kelompok itu bisa jadi sejajar (equal) atau sebaliknya (inequal). Artinya, tidak terutup kemungkinan bentuk akulturasi dua kelompok sosial yang posisinya tidak sejajar. Di masa kolonial, kita mengetahui orang Belanda menyerap kebudayaan Indonesia, seperti cara berpakaian (mengenakan batik), kuliner (nasi dan lauk pauknya) dan bahasa (penyerapan kata dari bahasa melayu dan bahasa daerah Indonesia yang lain). Dominasi terjadi jika suatu kelompok sosial atau ras lebih berkuasa atas kelompok sosial atau ras lain. Menurut Konblum (1988), ada empat kemungkinan dominasi, yaitu pembunuhan secara sengaja dan sistematis terhadap anggota suatu kelompok tertentu (genocide), pengusiran, perbudakan dan segregasi. Menurut Bantom, paternalisme adalah suatu bentuk dominasi kelompok sosial pendatang terhadap kelompok sosial setempat. Pola hubungan ini muncul ketika kelompok sosial pendatang yang secara politik lebih kuat. Dalam pola hubungan paternalisme ini, penduduk setempat pribumi ada di bawah kekuasaan penguasa pribumi, namun penguasa pribumi tunduk kepada penguasa asing atas wilayah mereka. Integrasi yang dimaksud Bantom, adalah suatu pola hubungan antar kelompok sosial atau ras yang mengakui adanya perbedaan dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan makna penting kepada perbedaan tersebut. Hak dan kewajiban yang terkait dengan ras seseorang hanya terbatas pada bidang tertentu saja dan tidak ada sangkut-pautnya dengan bidang pekerjaan atau status yang diperoleh dengan cara usaha. 2. Dimensi Sikap 12
Hubungan antar kelompok sosial sering tampil dalam sikap yang khas. Dalam kaitan ini salah satu sikap yang banyak diulas oleh para ahli ilmu sosial adalah prasangka (prejudice). Prasangka (prejudice) mengacu pada sikap permusuhan yang ditujukan pada suatu kelompok sosial tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompok tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan. Sikap ini dinamakan prasangka sebab dugaan tidak didasarkan pada pengetahuan, pengalaman ataupun bukti yang cukup memadai. Pandangan laki-laki bahwa perempuan itu emosional dan kurang rasional, pandangan dikalangan pribumi di Sukabumi bahwa orang Tionghoa terlalu lihai dan curang dalam berdagang dan semata-mata hanya tertarik pada uang, pandangan dikalangan orang Tionghoa di kota Semarang bahwa mereka lebih cerdas dan lebih mampu daripada orang Indonesia dan pandangan di kalangan orang Sunda bahwa orang Batak kasar dan agresif merupakan ontoh- contoh mengenai prasangka hubungan antar kelompok sosial. Menurut Banton (1967), prasangka mempunyai makna hampir sama dengan istilah antagonisme dan antipati. Beda utamanya adalah bahwa antagomisme atau antipati dapat dikurangi atau diberantas melalui pendidikan, sedangkan sikap bermusuhan pada orang yang berprasangka bersifat tidak rasional dan berada di bawah sadar, sehingga sukar untuk dirubah meskipun orang yang berprasangka tersebut diberikan penyuluhan, pendidikan ataupun bukti yang manyangkal kebenaran prasangka yang dianutnya. Stereotip (stereotype) merupakan suatu konsep yang erat hubunganya dengan prasangka, orang yang menganut stereotip tentang kelompok lain cenderung berprasangka terhadap kelompok tersebut. Menurut Kornblum (1988), stereotip merupakan citra yang kaku mengenai suatu kelompok, ras atau budaya tanpa memperhatikan kebenaran citra tersebut. Sedangkan, menurut Banton (1967), stereotip mengacu kepada kecenderungan bahwa sesuatu yang dipercayai orang bersifat terlalu menyederhanakan dan tidak peka terhadap fakta obyektif. Stereotip mungkin ada benarnya, tetapi tidak seluruhnya benar. Misalnya, stereotip orang Amerika terhadap orang Polandia. Menurut orang Amerika, keturunan Polandia itu bodoh, kotor, tidak berpendidikan dan tidak berbudaya. Menurut Kornblum, stereotip ini berasal dari sejarah abad 19 bahwa orang Polandia yang bermigrasi ke Amerika adalah golongan petani yang tidak berpendidikan. Stereotip ini bersifat negatif. 13
Sedangkan, contoh stereotip yang positif adalah bahwa perempuan bersifat menyenangkan, halus, hangat, berhati lembut, memahami, sopan (lihat pendapat Light, Keller dan Calhoun, 1989). 3. Dimensi Institusi Menurut Kinloch, kajian mengenai dimensi institusi dalam hubungan antar kelompok sosial, meliputi institusi sosial, politik, ekonomi yang menjadi dasar hubungan antar kelompok sosial. Wujud negatif hubungan antar kelompok sosial menurut dimensi institusi adalah hubungan antar kelompok yang diskriminatif: membedakan perlakuan terhadap kelompok sosial tertentu atas dasar secara sosial, politik, maupun ekonomi. Pada jaman kolonial Belanda, dikenal di Indonesia kebijakan (undang- undang) pembagian kelompok sosial ke dalam tiga kelompok: Orang Eropa, Timur Asing dan Pribumi. Masing-masing kelompok diterapkan sistem hukum yang berbeda-beda. Setelah masa kolonial, di Indonesia berlaku juga berbagai peraturan yang mengatur hubungan antar kelompok, khususnya antara kelompok pribumi dan kelompok Tionghoa. Ada perbedaan perlakuan, hak dan kebebasan di bidang sosial, politik dan kebudayaan. 4. Dimensi Perilaku Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan antar kelompok sosial terwujud dalam interaksi sosial antar anggota dalam kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Kita dapat melihat berbagai bentuk diskriminasi yang ditujukan kepada berbagai individu anggota kelompok sosial. Misalnya, kaum perempuan lebih banyak mengalami kesukaran dalam memperoleh pendidikan, pekerjaan atau jabatan tertentu karena dinilai berfisik lemah dan berwatak emosional. Diskriminasi individu sering kali terkait dengan prasangka, namun prasangka bukanlah prasyarat bagi perilaku diskriminasi. Sebaliknya, prasangka yang dianut seseorangpun tidak selalu membuahkan perilaku diskriminasi. Seseorang bisa saja melakukan diskriminasi terhadap anggota kelompok lain, misalnya kaum homoseks, bekas nara-pidana, penderita AIDS, bukan karena ia meragukan pengetahuan, keterampilan ataupun sikap mereka, melainkan karena khawatir bahwa hubungannya dengan anggota kelompok lain itu akan merugikanya. 14
Sementara, hubungan antar kelompok sosial yang bisa dilihat dan diamati dimensi perilaku kolektifnya dapat kita cermati dalam fenomena demonstrasi maupun gerakan protes. Tidak jarang pula gerakan demonstrasi dan gerakan protes menimbulkan huru-hara yang berakibat pada kerusakan harta benda, dan bahkan memakan korban jiwa. Lembar Kerja Tugas Kelompok 1 1. Bentuklah kelompok dengan jumlah 3-4 orang siswa di kelas! 2. Amatilah hubungan sosial antar kelompok-kelompok sosial di lingkungan sekitarmu! 3. Bacalah beberapa sumber referensi tentang hubungan antar kelompok sosial dari media cetak maupun media elektronik! 4. Diskusikan dalam kelompok informasi yang telah ditemukan masing-masing anggota kelompok! 5. Tuliskan hasil diskusi kelompok dalam bentuk artikel sederhana! Cantumkan gambar grafik, foto, dan referensi yang bisa dipertanggung-jawabkan untuk mendukung tulisan! 6. Presentasikan hasil pekerjaan di depan anggota kelompok yang lain untuk ditanggapi pada pertemuan berikut sesuai dengan kesepakatan kelas! Uji Kompetensi Essay 01. Jelaskan pengertian kelompok sosial dan bagaimana kelompok sosial muncul di dalam kehidupan masyarakat! 02. Jelaskan apa itu kelompok sosial yang teratur dan kelompok sosial yang tidak teratur! 03. Apa saja syarat suatu kelompok manusia bisa disebut sebagai kelompok sosial? 04. Bagaimana kelompok sosial mengalami perubahan di dalam masyarakat? Apa faktor-faktor yang memengaruhinya? 05. Jelaskan apa yang menjadi dasar pembedaan kelompok sosial in group dan out Group ! 06. Jelaskan dasar pembedaan kelompok sosial paguyuban dan patembayan! 07. Jelaskan bagaimana kelompok okupasional dan volunteer terbentuk dalam realita kehidupan masyarakat Indonesia? Berikan contohnya! 15
08. Sebutkan contoh jenis-jenis kelompok sosial yang dibahas dalam disiplin ilmu sosiologi di SMA Kolese Gonzaga! Berikan argumen yang memadai dan bisa dipertanggung-jawabkan! 09. Sebutkan dan jelaskan jenis dimensi hubungan antar kelompok sosial dalam masyarakat 10. Sebutkan dan jelaskan akibat-akibat apa yang timbul dari eksklusi dan partikularisme dalam masyarakat! 16
BAB II PERMASALAHAN SOSIAL A. Pengertian Permasalahan Sosial. Masalah terjadi ketika ada ketidak-sesuaian antara keinginan dan kenyataan. Artinya, apa yang dicapai tidak sesuai dengan yang dicita-citakan. Akibatnya, langkah terhenti sementara dan masalah harus diselesaikan. Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial adalah ketidaksesuaian unsur- unsur sosial mau pun kebudayaan yang membahayakan kehidupan kelompok dalam masyarakat. Masalah masalah sosial yang dimaksud bisa bersumber dari factor (1) ekonomi (pengangguran dan kemiskinan), (2). biologis (penyakit menular dalam masyarakat), (3) psikologis (penyakit syaraf dan bunuh diri), (4) kebudayaan (perceraian dan kenakalan remaja). Dalam sosiologi masalah sosial dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Manifest social problem, yaitu masalah sosial yang muncul sebagai akibat adanya ketimpangan antara nilai dan norma sosial yang ada di masyarakat, akan tetapi anggota masyarakat masih bisa mengatasinya. 2. Latent Social Problem, menunjukkan sebagai masalah sosial yang muncul akibat ketimpangan nilai dan norma sosial, tetapi masyarakat tidak mampu mencegah dan mengatasinya B. Permasalah Sosial dalam Masyarakat. Pembicaraan tentang masalah sosial di sini akan dikaitkan dengan nilai- nilai, norma-norma sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Masalah sosial menyangkut hubungan antar manusia dan dalam kerangka bagian-bagian dari kebudayaan yang normatif atau menurut norma dan kaidah yang berlaku. Setiap masalah sosial pasti akan mengganggu kelangsungan hidup dari masyarakat. 17
Masalah sosial merupakan gejala sosial yang tidak dikehendaki karena mengarah kepada hal-hal yang bersifat negatif, immoral, dan hal lain yang bersifat merusak kehidupan sosial. Oleh sebab itu, masalah sosial perlu dipecahkan oleh semua komponen kehidupan masyarakat. Masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat antara lain kebodohan, kemiskinan, pengangguran, kesehatan, kejahatan, konflik sosial, kenakalan remaja, ketidakadilan, masalah kependudukan, sampah, pencemaran lingkungan air, tanah, udara, kebakaran, perilaku tidak disiplin, korupsi, peperangan, disorganisasi keluarga dan sebagainya. C. Dimensi Kelompok Sosial dalam Masyarakat Masyarakat Indonesia adalah majemuk. Ada banyak kelompok sosial atas dasar ras, agama, suku bangsa maupun kekayaan. Aneka ragam kelompok sosial hidup berbaur dengan kelompok lain, namun ada juga dalam masyarakat kelompok yang menutup diri dari kelompok lain. Menurut Kinloch, hubungan antar kelompok sosial di dalam masyarakat dapat dilihat dari dimensi (1) sejarah, (2) sikap, (3) gerakan sosial, (4) Dimensi Mayoritas-Minoritas 1. Dimensi Sejarah Dimensi sejarah diarahkan pada masalah tumbuh dan berkembangnya hubungan antar kelompok. Misalnya, kontak antara kelompok ras kulit putih dan kulit hitam terjalin dan berkembang menjadi hubungan dominasi dan bahkan perbudakan. 2. Dimensi Sikap Dimensi sikap merupakan pengamatan yang fokus kepada sikap anggota suatu kelompok terhadap kelompok yang lain. Misalnya, bagaimanakah sikap anggota kelompok etnik Tionghoa terhadap kelompok pribumi di Indonesia dan sebaliknya. Stereotipe dan prasangka seperti apa yang berkembang pada suatu kelompok yang ditujukan kepada anggota kelompok lain, misalnya kelompok orang 18
kaya terhadap orang miskin, orang heterosex melihat orang homosex, dan lain sebagainya. 3. Dimensi Institusi Sikap yang dipunyai suatu kelompok terhadap anggota kelompok lain sering kali ditunjang dan bahkan diperkuat oleh institusi di dalam masyarakat seperti ekonomi, politik, pendidikan maupun agama. 4. Dimensi Gerakan Sosial Dimensi gerakan sosial, dalam dimensi ini hubungan antar kelompok sosial di masyarakat diperhatikan dan diamati dari berbagai gerakan sosial yang sering dilancarkan suatu kelompok untuk membebaskan diri dari dominasi kelompok lain. 5. Dimensi Perilaku dan Perilaku Kolektif Dimensi ini bisa diamati pada perilaku suatu kekompok sosial terhadap kelompok sosial yang lain dalam masyarakat seperti perilaku diskriminasi dan pemeliharaan jarak sosial, protes, demonstrasi, huru-hara, perusakan, pembunuhan, bentrok fisik seperti konflik. Di Indonesia pada tahun 1998- 2002 terjadi bentrokan fisik antar kelompok di Sambas, Ambon maupun Timor Leste. 6. Dimensi Mayoritas-Minoritas Menurut Melly G.Tan, dimensi mayoritas-minoritas dapat diamati pada hubungan antara (1) kelompok kecil masyarakat kota dan kelompok besar masyarakat perdesaan, (2) kelompok kecil kaum terdidik dan kelompok besar kaum tidak terdidik, (3) sejumlah kecil orang kaya dan sejumlah besar orang miskin. Sehubungan dengan kelompok mayoritas dan minoritas ini, Edward M. Bruner dalam penelitiannya di kota Medan dan Bandung, ada tidaknya suatu kebudayaan mayoritas dominan menentukan bentuk hubungan antar kelompok di suatu wilayah. 19
Medan merupakan suatu kota yang terdiri atas sejumlah minoritas tanpa adanya kebudayaan yang dominan sehingga hubungan antar etnik yang ada berkembang persaingan ketat dan hubungan antar etnis yang tegang. Sedangkan di kota Bandung kebudayaan yang dominan adalah Sunda selaku kebudayaan kelompok mayoritas sehingga pendatang harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan kelompok mayoritas agar hubungan bersifat lebih terbuka dan santai. 7. Dimensi Hubungan Diskriminatif Diskriminasi lebih merujuk pada pengertian memperlakukan individu dan kelompok lain lebih rendah secara tidak adil berdasarkan ras, jenis kelamin atau umur. (1) Ras(isme), menurut Banton, dapat dipahami dari fisik dan sosial sebab peran dan kedudukan seseorang dalam kekuasaan, prestise dan privilage tergantung pada ciri fisik yang dibawa sejak lahir, seperti orang kulit hitam harus menghormati orang kulit putih di Amerika. (2) Seksisme merupakan suatu pemikiran yang mempercayai bahwa dalam hal kecerdasan dan kekuatan fisik laki-laki melebihi perempuan maka dalam hubungan antar kelompok sosial perempuan diperlakukan berbeda secara tidak adil baik dalam bidang politik, pendidikan maupun ekonomi. (3) Ageisme, suatu pemikiran yang mewujud dalam bentuk diskriminasi berdasarkan usia tertentu karena anggapan mereka kurang mampu dibandingkan dengan kelompok usia lain, misalnya dalam hal pendapatan anak-anak dan manula menerima lebih sedikit dari pada orang dewasa yang dianggap lebih produktif. D. Eksklusi Sosial, Partikularisme dan Diskriminasi Konsekuensi dinamika hubungan kelompok-kelompok sosial adalah apa yang disebut “eksklusi sosial”. Eksklusi sosial dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: (1) menunjuk suatu keadaan individu atau kelompok yang miskin, pendapatan rendah, terisolasi, lingkungan hidup yang kumuh, lemah, tidak diperhatikan, tidak ada akses ke pasar kerja, dsb, serta, (2) menunjuk proses sosial dalam masyarakat yang sengaja diciptakan oleh pertikularisme atau kelompok tertentu untuk menghalangi atau menghambat kelompok lain untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi, sosial, politik di masyarakat secara utuh. 20
D. Beberapa Masalah Sosial dan Upaya Penanggulangannya. Dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia, secara sosiologis dibedakan ke dalam dua kelompok besar yaitu masyarakat perdesaan dan masyarakat perkotaan. Pembentukan kebijakan publik lebih dipengaruhi oleh yang berpotensi menimbulkan dilema sosial, misalnya kebijakan menutup pabrik akan melahirkan pengangguran, pembangunan pabrik baru akan menimbulkan kerusakan lingkungan, pendirian komplek perumahaman dan usaha baru akan mengurangi lahan produktif di bidang pertanian, kenaikan harga BBM akan meningkatkan jumlah warga miskin, kenaikan UMP akan meningkatkan jumlah PHK serta pembangunan super market akan mematikan pasar tradisional. Baik desa maupun kota, mengalami permasalahan sosial yang tidak jauh berbeda yang secara lazim disebut sebagai masalah sosial negara dunia ketiga atau negara sedang berkembang. 1. Kemiskinan Kemiskinan menunjuk pada suatu keadaan yang menggambarkan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam hidup manusia di masyarakat secara minimal. Kebutuhan hidup minimal ini tidaklah sama ukuranya antara masyarakat yang hidup di desa dengan masyarakat yang hidup di kota. Dalam masyarakat perdesaan Indonesia, miskin baginya bukan suatu masalah karena umumnya mereka mengangggap sebagai suatu warisan atau takdir Tuhan. Sementara dalam masyarakat perkotaan, keadaan miskin menjadi suatu keadaan yang sangat meresahkan dalam kehidupanya. Betapa terjadinya kesenjangan sosial-ekonomi antara kelompok miskin masyarakat perdesaan dengan kelompok miskin masyarakat perkotaan. Ditinjau dari penyebabnya, keadaan miskin dikarenakan oleh ketidakmampuan semua aspek kehidupan, cacat fisik, alam yang tandus, Budaya miskin dan kebijakan pemerintah yang tidak memihak kelompok miskin. Untuk menggulangi masalah ini, bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi menjadi tanggung jawab bersama. Usaha-usaha yan sudah ditempuh oleh pemerintah diantaranya adalah melaksanakan pendidikan dasar 9 tahun, pemeberian BOS. Bea siswa, KIP, KJP, pembangunan Puskesmas, Bidan Desa, 21
Vaksinasi massal, BPJS Kesehatan, Asuransi Kesehatan, Kredit bungan rendah, pengembangan UMKM, penurunan pajak UMKM, Raskin dsb. 2. Pengangguran Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari dalam seminggu, bahkan seseorang yang sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Pada umumnya masalah ini disebabkan oleh tidak seimbangnya jumlah angkatan kerja dengan lapangan yang tersedia, juga ketidakseimbangan antara kemampuan angkatan kerja dengan kebutuhan. Upaya-upaya yang sudah dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasinya diantaranya adalah pembukaan proyek infrastruktur dengan tenaga kerja padat karya tunai, marger perusahaan dengan SMK, memperbanyak sekolah- sekolah SMK, peningkatan mobilitas tenaga kerja dan modal, menggalakkan proram transmigrasi, penyediaan informasi tentang kebutuhan tenaga kerja, meningkatkanpertumbuhan ekonomi, meningkatkan pelatihan kerja, mendorong dan meningkatkan kewirausahaan dsb. 3. Kesehatan Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang sehingga dapat produktif, bukan hanya terbebas dari penyakit dalam hidupnya. Oleh karena itu kondisi sehat dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu produksi dan konsumsi. Dimensi produksi memandang sehat, sebagai suatu keadaan prakondisi yang dibuthkan oleh seseorang sehingga ia dapat beraktivitas yang produktif. Sementara dilihat dari aspek konsumsi sehat sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu merasakan kepuasaan dalam hidup baik yang menyangkut fisik, mental maupun sosial. Masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan pola hidup tidak sehat yang menyangkut gaya hidup, lingkungan tempat tinggal dan budaya sehat yang masih lemah. Untuk mengatasi keadaan ini diantaranya adalah peningkatan gizi masyarakat, immunisasi, penyuluhan pentingnya kesehatan, pembangunan fasilitas-fasilitas kesehatan, pelayanan berobat gratis, pengadaan obat generik dan penambahan jumlah tenaga medis, dsb. 22
4. Kejahatan atau Kriminalitas Kejahatan adalah perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja yang dilakukan oleh perorangan maupun kelompok melawan norma-norma atau aturan dalam hidup di masyarakat, yang oleh karenanya diancam hukuman kepada pelakunya. Langkah-langkah untuk mengatasinya secara preventif, diantaranya adalah meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan, memperdalam pengetahuan keagamaan, pendidikan nilai dan moral sejak dini, menumbuhkan kesadaran penghargaan harkat dan martabat manusia. Sementara secara represif, dapat ditempuh usaha melalui rehabilitasi terhadap pelaku kriminal, memberikan hukuman fisik-mental-sosial, memberikan konsultasi psikologis kepada pelaku kriminal, memberikan siraman rohani dan keterampilan serta kecakapan hidup. 5. Kenakalan Remaja. Kenakalan remaja merupakan semua perbuatan remaja (Usia belasan tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma yang diakui bersama) yang ditujukan kepada orang, binatang dan barang maupun fasilitras yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian kepada dirinya atau pihak lain. Beberapa bentuk kenakalan remaja misalnya, ngebut di jalan umum, seks bebas, tawuran, pornografi, kumpul kebo, pamakaian narkoba dan juga tindak indisipliner di sekolah serta vandalisme. Dilihat dari penyebabnya, kenakalan remaja terjadi pada umumnya karena faktor kepribadian, kondisi fisik, status dan perananya di masyarakat, lingkungan keluarga, teman bermain, lingkungan tempat tinggal, ekonomi dan perubahan sosial. Sebagai masalah sosial, dapat dibedakan dua cara yang dilakukan untuk menanggulangi kenakalan remaja, yaitu pendekatan preventif dan represif. Pendekatan preventif (pencegahan) dilakukan dengan mengenali karakter remaja, mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialaminya, menguatkan mental, menyediakan sarana dan prasara dan menciptakan suasana yang harmonis dalam pergaulan. 23
Sementara pendekatan represif dilakukan dengan pemberian sanksi yang dari keluarga, sekolah atau pihak yang berwajib (kepolisian dan pamong praja) jika kenakalan remaja yang dilakukanya sudah masuk dalam kategori tindakan kriminal. 6. Pencemaran Lingkungan Pencemaran lingkungan dapat dipahami sebagai masuknya unsur-unsur, zat dan energi atau komponen lain ke dalam lingkungan yang mengakibatkan berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia dan proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya. Dilihat dari bentuknya, pencemaran lingkungan dapat terlihat dalam tiga bentuk yaitu, pencemaran air, tanah dan udara. Pencemaran air lebih disebabkan oleh kegiatan manusia membuang sampah ke sungai dan segala bentuk limbah dalam kehidupanya tetapi juga industri yang membuang limbah produksinya ke sungai, waduk dan laut. Pencemaran tanah dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar, misalnya sampah plastik yang sulit hancur, detergent yang bersifat non biodegradable ( secara alami sulit diuraikan) dan juga zat-zat kimia dari limbah pertanian seperti pupuk maupun insektisida. Pencemaran udara, biasanya disebabkan oleh pembakaran sampah, asap msin kendaraan bermotor maupun mesin-mesin industri yang semakin banyak jumlahnya di negara-negara yang sedang berkembang. Untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan menjadi tanggung jawab kita bersama melalui penenaman kembali hutan dan penataan lingkungan hidup sesuai dengan aturan hukum yang diberlakukan oleh Kementerian kehutanan dan lingkungan hidup serta menteri perindustrian dan kelautan. Lembar Kerja 2 1. Pilih salah satu masalah sosial di atas yang terjadi di lingkungan sekitar untuk dijadikan objek penelitian! 2. Ajukan beberapa pertanyaan tentang sebab-sebab terjadinya dan kemungkinan solusinya masalah sosial yang diangkat! 24
3. Carilah informasi yang memadai tentang masalah sosial diangkat dengan studi literasi baik melalui internet dan studi kepustakaan! 4. Tulislah hasil pengamatan dan studi literasi masalah sosial yang telah kamu pilih dalam tiga bagian: A. Pendahuluan B. Pembahasan C. Penutup/Kesimpulan 5. Kumpulkan hasil pekerjaan dalam bentuk file ketikan sesuai dengan kesepakatan kelas! Latihan Soal Uji Kompetensi 1. Jelaskan apa itu permasalahan sosial! 2. Sebut dan jelaskan sebab-sebab terjadinya masalah sosial dalam masyarakat! 3. Jelaskan mengapa hubungan antar kelompok sosial di Indonesia bisa berakibat pada terjadinya eksklusi sosial! 4. Jelaskan apa itu ekslusi sosial dan sebab-sebab terjadinya! 5. Sebut dan jelaskan masalah-masalah sosial yang sering terjadi di Indonesia ! 6. Jelaskan akibat-akibat yang bisa terjadi di dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk jika masalah sosial tidak dipecahkan! 25
Search
Read the Text Version
- 1 - 25
Pages: