yang dimilikinya. Semangatnya patut di contoh. Wajar saja paman Pras sangat perhatian dan sayang pada Annisa. Tidak terasa adzan dzuhur berkumandang. Mereka sholat dzuhur bersama. Usai sholat mereka berdua membantu menyiapkan makan siang. Kebersamaan membuat mereka bertambah akrab. Tidak terasa, sudah 5 hari di rumah paman. Besok Ayah, Ibu, dan Aisyah pulang ke Bengkulu. Aisyah memberikan jilbabnya kepada Annisa. Kata Aisyah, “ini tanda persahabatan kita. “Terima kasih Aisyah”, ucap Annisa. “Saya tunggu kamu di liburan kenaikan kelas nanti”, ucap Annisa sambil tersenyum. “Assalamu’alaikum”, kata Aisyah. Kemudian Ayah, Ibu, dan Aisyah menuju mobil. Aisyah membalikkan badan. “kapan-kapan ke Bengkulu ya. “Aisyah pun melambaikan tangannya. 45
“Sungguh berkesan liburan ini. Ayah bahagia bu, bisa bersilaturahim dengan orang tua dan keluarga Ayah. Kata Ayah. “Ingat bu misi kita, Yayang (panggilan sayang Aisyah) sedang tidur ya bu. “Bisik Ayah. Ibu menoleh ke jok bagian belakang. Lalu menghadap lagi ke depan. “Iya yah. “Kata Ibu. “Paman Pras sebelumnya sudah diberitahukan ya Yah”, kata Ibu lagi. “Tentu Bu”, sahut ayah. 46
Meraih Mimpi Sepulang dari Bengkulu Utara, Aisyah tampak bahagia. Senyumnya masih terbawa sampai ke rumah. Kakak-Kakaknya heran. Apa yang terjadi dengan Aisyah? Namun mereka belum berani bertanya kepada Ayah dan Ibu, karena mereka baru tiba di rumah. Seperti biasa pagi itu, kak Rahmat menghantar Aisyah ke sekolah. Samar-samar kak Rahmat mendengar senandung lagu Bunda, yang dinyanyikan oleh adiknya. Alhamdulillah sudah ceria kembali. Kata Kak Rahmat dalam hati. Setahun kemudian. “Assalamu’alaikum. “Ucap Aisyah sambil mengetuk pintu depan. Aisyah baru pulang dari sekolah. Dari dalam 47
terdengar suara Ibu menjawab salam. “Wa’alaikummussalam”, jawab ibu sambil membukakan pintu. “Sendirian saja nak? Kak Rahmatnya mana?”, tanya Ibu. “Ke kampus lagi bu. “, jawab Aisyah. “Bu, kak Faris sudah pulang?”,tanya Aisyah. “Belum, sepertinya sebentar lagi.”, jawab ibu sambil memperbaiki jilbabnya yang kurang rapi. “Terima kasih bu”, sahut Aisyah. Ia pun berlalu ke kamar. “Kapan dik lombanya?”tanya kak Faris. “Dua Minggu lagi kak”, jawab Aisyah. “Sudah hafal pidatonya?”, tanya kak Faris. “Insya Allah sudah kak. Tolong Aisyah ya kak!”Bujuk Aisyah. “Ia”, jawab kak Faris. 48
Hari yang dinanti telah tiba. Aisyah datang lebih awal. Ibu ikut mendampingi Aisyah. Insya Allah Aisyah sudah siap tampil. Tibalah giliran Aisyah yang tampil dalam lomba pidato itu. “Kita Panggil Nomor urut 15 atas nama Aisyah Putri Mulia, dipersilakan. ”Kata Pemandu acara. Aisyah berjalan menuju panggung. Tepuk tangan riuh dari penonton. Aisyah mulai berpidato. “Para peserta mohon tidak pulang dulu. Karena pengumuman pemenang akan diumumkan setelah selesai lomba ini. “Kata pemandu acara. Juara dua dan juara tiga sudah di atas panggung. Kini tiba giliran juara 1 yang diumumkan. Juara pertama dengan nomor urut... huk... huk. “Pemandu acara terbatuk. Suasana jadi tegang. Aisyah pasrah dan memeluk Ibunya. Walau belum menang ia akan bersabar. 49
“Baiklah akan kami ulangi lagi, juara pertama dengan nomor urut 15, atas nama Aisyah Putri Mulia. Kata pemandu acara. Aisyah langsung sujud syukur, sekali lagi ia memeluk Ibu. Tak terasa air mata mengalir membasahi pipi Aisyah. Beberapa bulan kemudian, Ada lomba pidato lagi. Aisyah menjadi utusan sekolah. “Semoga kebaikan menyertaimu nak. “Bisik Ibu. Ternyata benar, dua kali berturut-turut Aisyah meraih juara pidato untuk tingkat kota dan provinsi. Aisyah selalu ingat pesan Ayah mengikuti lomba bukan karena ingin mendapat piala, pengalaman itu lebih berharga. “Terima kasih Ayah, Ibu, dan Kakak-Kakak tercinta.. Aisyah sayang... semuanya”, sahut Aisyah dengan senyum sumringah. 50
Alhamdulillahhirobbilalamin v
Search