PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP Negeri 5 Kroya Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Kelas/ Semester : VIII/ 1 Tema : Legenda Materi Pokok : Teks Cerita Legenda Alokasi Waktu : 1 X pertemuan (2 x 40 menit) A. Kompetensi Inti (KI) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong-royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait dengan fenomena dan kejadian nyata. 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.1.Memahami isi teks cerita 3.2.1.Menguraikan tokoh yang terdapat dalam legenda teks cerita legenda (C4) 3.2.2.Menyimpulkan isi teks cerita legenda (C5) 3.2.2.Menyimpulkan amanat yang yang terdapat dalam teks cerita legenda (C5) PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 2
C. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui pengamatan terhadap teks cerita legenda diharapkan peserta didik dapat menguraikan tokoh yang terdapat dalam teks cerita legenda dengan tepat. 2. Melalui diskusi diharapkan peserta didik dapat menyimpulkan isi teks cerita legenda dengan benar. 3. Melalui diskusi diharapkan peserta didik dapat menyimpulkan amanat yang yang terdapat dalam teks cerita legenda dengan benar. D. Materi Pembelajaran : Teks cerita legenda Mula Bukane Gunung Srandil Materi Reguler : Teks cerita legenda Mula Bukane Sumur Gemuling Materi Pengayaan : Teks cerita legenda Asal Usule Nusakambangan Materi Remidial E. Model dan Metode Pembelajaran Model : Problem Based Learning Metode : Diskusi F. Media dan Alat Pembelajaran Media : Komik Mula Bukane Gunung Srandil, Power Point berisi materi pengertian legenda Alat : Laptop dan LCD G. Sumber Pembelajaran Sumber untuk siswa: Mudzmainnah, Tsulusi Nurul. 2022. Canggih Pendamping Siswa Bahasa Jawa. Klaten: CV.Gema Nusa. Priyantono dan Sawukir. 2018. Marsudi Basa lan Sastra Jawa. Jakarta: Penerbit Erlangga. Sumarlam dan Ersyani Siti Suryani. 2015. Widya Adi Basa Jawi 2. Surakarta: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 3
Sumber untuk guru: Guru-guru SD Kabupaten Cilacap. 2013. Cerita Rakyat Cilacap. Cilacap: Badan Pendidikan Pelatihan, Arsip Dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Cilacap. Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolter’s Uitgever Maatschappij N.V. Groningen. H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Deskripsi Kegitan Alokasi Waktu Kegiatan Pendahuluan Orientasi 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam 4 menit dan menanyakan kabar kepada peserta didik. 2. Guru dan peserta didik memulai kegiatan pembelajaran dengan berdo’a bersama. 3. Guru melakukan presensi peserta didik. Apersepsi 4. Guru mengingatkan peserta didik dengan bertanya 2 menit cerita legenda apa yang peserta didik ketahui. Motivasi 5. Guru memotivasi peserta didik dengan 2 menit menyampaikan pentingnya materi yang akan dibahas dalam kehidupan sehari-hari, yaitu berupa nasihat atau nilai luhur yang terdapat dalam materi. Pemberian acuan 6. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan 2 menit sumber belajar yang akan digunakan. Kegiatan Inti Orientasi peserta 1. Peserta didik memperhatikan materi pengertian 60 didik pada legenda yang ditayangkan melaui power point. menit masalah (TPACK) 2. Peserta didik membaca teks cerita legenda Mula Bukane Gunung Srandil. PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 4
3. Peserta didik mendengarkan dan mengamati penjelasan guru dengan seksama. Mengorganisasi 4. Guru mengkoordinir peserta didik supaya peserta didik berkelompok dengan teman sebangku. dalam belajar 5. Peserta didik membaca cerita legenda Mula Bukane Gunung Srandil melalui media komik. 6. Peserta didik diberi arahan untuk menguraikan tokoh, menyimpulkan isi cerita dan menyimpulkan amanat yang terdapat dalam teks cerita legenda Mula Bukane Gunung Srandil. Membimbing 7. Peserta didik dalam kelompok teman sebangku penyelidikan menguraikan tokoh, menyimpulkan isi cerita dan peserta didik menyimpulkan amanat yang terdapat dalam teks secara mandiri cerita legenda Mula Bukane Gunung Srandil. atau kelompok 8. Guru membimbing penyelidikan peserta didik dalam menguraikan tokoh, menyimpulkan isi cerita dan menyimpulkan amanat yang terdapat dalam teks cerita legenda Mula Bukane Gunung Srandil. Mengembangkan 9. Beberapa kelompok mempresentasikan dan menyajikan (mengkomunikasikan) hasil pekerjaannya di hasil karya depan kelas. 10. Kelompok lain memberikan saran yang membangun bagi kelompok yang presentasi. Menganalisis dan 11. Peserta didik dibimbing guru untuk menganalisis mengevaluasi dan mengevaluasi proses diskusi yang telah proses pemecahan dilaksanakan, mulai dari menguraikan tokoh, masalah menyimpulkan isi cerita dan menyimpulkan amanat yang terdapat dalam teks cerita legenda Mula Bukane Gunung Srandil. PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 5
Refleksi dan Kegiatan Penutup 10 Kesimpulan menit 1. Guru bersama peserta didik melakukan refleksi Tindak lanjut terhadap kegiatan yang telah dilakukan. 2. Guru bersama peserta didik membuat simpulan pelajaran. 3. Guru memberikan umpan balik terhadap hasil kegiatan yang dilakukan peserta didik. 4. Guru memberikan tugas sesuai dengan LKPD 5. Guru menyampaikan sekilas tentang materi untuk pertemuan yang akan datang. 6. Guru bersama peserta didik menutup pelajaran dengan bersyukur dan menyampaikan salam penutup. I. Penilaian : Tes tulis a. Teknik Penilaian : Tes pilihan ganda b. Bentuk Instrumen J. Pembelajaran Pengayaan Berdasarkan analisis penilaian, bagi peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar diberikan kegiatan pembelajaran dengan bentuk pengayaan yaitu peserta didik ditugaskna mencari unsur intrinsik dari cerita legenda Mula Bukane Sumur Gemuling. K. Pembelajaran Remidial Berdasarkan analisis penilaian bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar diberikan kegiatan pembelajaran dengan bentuk remidial. Mengetahui, Cilacap, September 2022 Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Drs. Kasirin, S.Pd., M.M. Afwaz Muhamad Afif, S.Pd. NIP. 19660917 199702 1 001 NIP. 19930315 202221 1 009 PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 6
BAHAN AJAR Sekolah : SMP Negeri 5 Kroya Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Kelas/ Semester : VIII/ 1 Tema : Legenda Materi Pokok : Teks Cerita Legenda A. Kompetensi Inti (KI) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong-royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait dengan fenomena dan kejadian nyata. 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.1.Memahami isi teks cerita 3.2.1.Menguraikan tokoh yang terdapat dalam legenda teks cerita legenda (C4) 3.2.2.Menyimpulkan isi teks cerita legenda (C5) 3.2.2.Menyimpulkan amanat yang yang terdapat dalam teks cerita legenda (C5) PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 7
C. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui pengamatan terhadap teks cerita legenda diharapkan peserta didik dapat menguraikan tokoh yang terdapat dalam teks cerita legenda dengan tepat. 2. Melalui diskusi diharapkan peserta didik dapat menyimpulkan isi teks cerita legenda dengan benar. 3. Melalui diskusi diharapkan peserta didik dapat menyimpulkan amanat yang yang terdapat dalam teks cerita legenda dengan benar. D. Bahan Ajar Crita Rakyat yaiku crita kang ngrembaka ing sawijining dhaerah lan dianggep minangka asil karya kolektif (bebarengan) karo masarakat ing papan iku. Umume, awujud lelakon cekak kang wose crita munjerake sawijining tokoh. Kedadeyan, tokoh, lan konflik iku sawijining unsur pokok crita, lan katelune kanthi nyawiji diarani plot utawa alur. Kanthi mangkono crita iku kudu duwe alur. Crita Rakyat (folklore) iku crita saka jaman kuna kang isih urip ing madyaning bebrayan agung lan diwarisake kanthi lesan. Ing jaman biyen biyasane crita rakyat di ceritakake ana ing kalodhangan tinamtu dening wong kang nduweni kabisan tinamtu/khusus, kayata dhalang. Unsur Crita Rakyat Unsur-unsur crita rakyat kaperang dadi loro, yaiku: 1. Unsur ekstrinsik yaiku unsure kang mbangun crita rakyat saka sajabane crita. Kang mangaribawani (mempengaruhi) dianggite crita rakyat saka unsure ekstrinsik iku antarane: a. Agama b. Ekonomi c. Sosial d. Pendhidikan e. Budaya 2. Unsur intrinsik yaiku unsure kang mbagun crita rakyaat saka njero crita. Kang mangaribawani dianggite crita rakyat saka unsure intrinsike iku antarane: a. Tema Tema, yaiku idhe/gagasan baku kang dadi undherane prakara crita. Tuladhane: kamanungsan, kabudayan, kasusilan, sesrawungan, lan sapanunggalane. PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 8
b. Paraga Paraga, yaiku pelaku kang mbangun crita utawa wong kang dicritakake. Paraga ing crita nduweni watak dhewe-dhewe kanggo mbedakake siji lan liyane. Paraga kaperang dadi 3, yaiku: 1) Paraga utama sing uga dijenengi protagonis. 2) Paraga mungsuh sing uga dijenengi antagonis. 3) Paraga tambahan sing uga dijenengi tritagonis. c. Watak Watak, yaiku tandha-tandha fisik (dhuwur, lemu, pesek, cendhek, lan sapiturute) lan tandha-tandha nonfisik kang diduweni paraga (galak, sumeh, grapyak, pinter, bodho, lan sapiturute). d. Latar/Setting Latar utawa setting, yaiku papan, wektu, lan swasana kedadeyane crita. Papan iki bias ana ing pasar, dalan, sawah, kantir, lan sapanunggalane. Wondene wektu iku ana awan, sore, bengi, esuk. e. Sudut Pandang/Point of View Sudut pandang, yaiku posisine pagripta ing crita utawa carane pangripta nyritakake isine crita. Pangripta bisa dadi tokoh ing crita kuwi, uga bias dadi pengamat wae ing njaba crita. f. Basa Basa, yaiku gegayutan karo gaya basa kang digunakake pangripta ing crita. g. Alur/Plot Alur, yaiku urut-urutake kedadeyan ing crita. Bakune crita saka wiwitan nganti teka pungkasan (pitepungan, dredah, cara ngrampungake dredah). Alur kaperang dadi 3, yaiku: 1) Alur maju (progresif) yaiku alur kang nyritakake utawa nggambarake kahanan saiki kanthi sateruse. 2) Alur mundur (regresif) yaiku alur sing nggambarake kahanan saiki, diterusake ngandharake kahanan sing kapungkur. 3) Alur campuran h. Amanat Amanat, yaiku piweling utawa piwulang luhur kang kakaandhut ing sajroning crita, kang arep diwenehake pangripta marang pamaca. PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 9
Karekteristik Crita Rakyat 1. Crita rakyat yaiku perangan karya sastra lisan kang nduweni karakter kaya ing ngisor iki. 2. Anonim, tegese crita mau ora kaweruhan sapa sing nganggit. 3. Kolektif, merga ora kaweruhan sapa sing nganggit crita mau dadi duweke masarakat bebarengan. 4. Dicritakake kanthi lesan. 5. Sing nyritakake saka generasi menyang generasi liyane. Wujude crita fiksi/dongeng 1. Fabel Fabel yaiku dongeng kewan sing bisa wawan gunem kaya manungsa. Tuladhane : Kancil karo Baya, Singa Barong karo Tikus, Kancil Nyolong Timun, lan sapanunggalane. 2. Mite Mite yaiku dongeng sing ana sesambungane karo roh, alam gaib. Tuladhane : Nyi Roro Kidul, Pethite Nyai Blorong, Thuyul, Gendrowo Kulon Desa, lan sapanunggalane. 3. Legenda Legenda yaiku dongeng mula bukane dumadining panggonan utawa barang. Tuladhane : Dumadine Rawa Pening, Tangkuban Prau, lan sapanunggalane. PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 10
Mula Bukane Gunung Srandil Jaman biyen nang pucuke Gunung Slamet ana sawijinnang ksatria arane Bima. Bima awake kuwat banget, awake umpama otot kawat balung wesi. Nanging, Bima ksatria sing awatak lugu, jujur lan tumindak apa anane. Bima tansah nyimpen rasa kesuhne, dheweke ora gampang kesuh sedina-dinane. Sawijine dina, anggone tapa rampung, ana wong tuwa teka marang Bima, ya kuwe Ki Drona. Cekake carita, Bima kesuh benget, amarga Ki Drona ngomongna nek Bima kuwe anak jadah, ya kuwe anak sing ora duwe Bapak. Sejatine, Bima ngerti nek Ki Drona kuwe omonge mung lamis, nanging amarga Ki Drona ngomong terus ora bisa diendheg lan ngelek-elekna Ibune, Bima dadi kesuh benget. Bima mung meneng, nanging rasa nang jero atine uwis panas banget kaya geni sing mulad-mulad, talingan lir sinebit, jaja mengkap bang mawinga-winga, netra andik angatirah, waja gathik lan kumedhot padoning lathi. “He! Ki Drona. Kowe bisa meneng apa ora?” omonge Bima karo kesuh. Ki Drona ngerti Bima ora tau kesuh, anggone wangsulan kepenak. “He..he..he…kowe dikandhani ora percaya…”. “Kowe kuwe amung anak Biyung, Bapakmu ora genah!” Bima tambah kesuh, “Kowe bisa meneng apa ora!!!”. Nanging dhasar watake ala, Ki Drona malah seneng bisa gawe Bima kesuh, malah dheweke ngguyu cekakakan, “ha..ha..ha..Bima, Bima…” Krungu Ki Drona ngguyu cekakakan terus, Bima ora bisa nahan rasa kesuhe, Bima nendhang pucuke Gunung Slamet sing ana nang ngarepe. “Braak!!”, dibarengi swara gumuruh, pucuke gunung sing ditendhang mau mabur menyang sisih kidul. Sawetara kuwe, ana sawijine grumbul nang pasisir segara kidul sing dikupengi wana/hutan nipah, mapan nang desa Pedasong. Nang grumbul mau ana Kaki lan Nini sing urip bebarengan karo anak-anake, ya kuwe Ki Supa lan Ni Supa. Ki Supa lan Ni Supa urip saka asil tetuwuhan lan ngarah iwak nang bengawan Adiraja. Sanajan mung apa anane, Ki Supa lan Ni Supa urip kanthi bungah bareng karo anak-anake. Sawijine esuk Ki Supa lan Ni Supa mangkat golet pangan, ana watu gedhe sing mabur nang ndhuwure Ki Supa lan Ni Supa, lan meh bae nibani wong loro kuwe. Nanging Ni Supa langsung nendhang watu gedhe mau karo ngucap “dhuh Gusti!”. Ujug-ujug watu mau langsung PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 11
pecah lan mapan ana nang segara kidul. Watu sing pecah mau, salah sijine ana sing gedhene kaya kebo mapan nang cedhek sumure Ki Supa. Watu kuwe sing mengko-mengkone dadi watu nisan sing dienggo tandha kuburane Ki Supa lan Ni Supa minangka pakurmatan. Kuburane Ki Supa lan Ni Supa duwe jeneng “Panembahan Watu Kumpul”, lan grumbul panggonane Ki Supa lan Ni Supa dijenengi grumbul “Beras Wutah”. Pecahan watu liyane dadi patang bageyan. Sing pertama paling gedhe tiba nang pinggir segara kidul nang Desa Karangbenda. Ceritane pas watu gedhe mau arep tiba, wong-wong sing padha nang sawah njerit ngomong “awas selok!”. Selok maksude sela sing tegese watu. Panggonan kuwe siki dijenengi “Gunung Selok”. Pecahan sing keloro luwih cilik, tiba nang Desa Glempang Pasir wetane Gunung Selok, ya kuwe Gunung Kembar. Diarani Gunung Kembar merga wujud lan ukurane arep padha karo pecahan sing ketelu ya kuwe Gunung Srandil. Pecahan sing kepapat ukurane paling cilik, tiba nang sisih wetan sebelahe Gunung Selok. Wujude persis kaya tumpeng mula diarani Gunung Tumpeng. Gunung-gunung mau mapan nang segara kidul, sing paling terkenal ya kuwe Gunung Srandil. Srandil asale saka tembung Sranane Adil sing tegese sarate kudu adil. Jaman biyen ana wong sing seneng semedi nang Gunung Srandil, jenenge Ki Ismoyo Jati. Saben ana sing ziarah meng Gunung Srandil Ki Ismoyo Jati aweh pesen “nek butuhe kowe pengin dikabulna, sranane kudu adil!”. Sapa bae kudu tumindak adil meng awake dhewek, wong liya lang Gusti. Wiwit kang kono, wong-wong nyebut panggonan kuwe Srandil. Sumber : Guru-guru SD Kabupaten Cilacap. 2013. Cerita Rakyat Cilacap. Cilacap: Badan Pendidikan Pelatihan, Arsip Dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Cilacap. MULA BUKANE SUMUR GEMULING DESA KURIPAN KECAMATAN KESUGIHAN Jaman mbiyen nang Kraton Demak duwe sultan sing jenenge Sultan Trenggono. Ana ing sawijining dina, Sultan Trenggono aweh wara-wara marang wargane nek keris saktine sing aran Keris Tira Mukti ilang. Uwis setahun kepengker keris Tira Mukti ilang. Sultan wis ngutus perwira Kraton nggo nggoleti keris Tira Mukti, ning durung ana sing bisa nemokna. Sultan Trenggono wedi banget nek keris Tira Mukti sing sekti banget nganti kecekel nang wong sing ala. Sultan Trenggono bingung banget, kenangapa keris Tira Mukti nganti bisa kecolong, kamangka keris Tira Mukti wis disimpen ngati-ati. Angel banget nggo nemokna keris Tira Mukti sing ilang. Nanging, Sultan Trenggono kelingan bocah enom sing tunggu mesjid, dheweke sekti PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 12
banget. Bocah mesjid kuwe jenenge Arya Jabat. Sultan Trenggono langsung ngutus pengawal kon methuk Arya Jabat. Arya Jabat langsung ngadhep Sultan Trenggono. “Sendika Sultan, kula Arya Jabat. Wonte dhawuh menapa Sultan nimbali kula?” “Hei Arya jabat, aku krungu kowe bocah enom sing sekti mandraguna. Aku kepengin kowe nggoletna keris Tira Mukti duwekku. Nek kowe kasil, kowe bakal ulih bebungah tahta Kadipaten Ambarawa”. Ngendikane sultan karo mesem. Sultan Trenggono yakin banget nek keris Tira Mukti bakal ketemu nag Arya Jabat. Sedurung mangkat, Arya Jabat diparingi pedang nang Sultan Trenggono. “Arya Jabat, kowe tek sangoni pedang, mbok menawa kowe mbutuhna.” “Inggih Sultan, maturnuwun, sendika dhawuh.” Arya Jabat mangkat golet keris Tirta Mukti. Nang tengah dalan saben sesepuh sing ditemoni ditakoni ben dheweke bisa ngerti nang endi keris Tira Mukti mapan. Sangune Arya jabat arep entek, dheweke mampir nang Padhepokan Klapa Wuni cedhek Kali Serayu. Mampire Arya Jabat nang padhepokan nggawa kasil, dheweke ulih pituduh saka Kyai Klapa Wuni nek keris Tirta Mukti ora adoh kang Kali Serayu. Keris Tirta Mukti ana nang sawijining desa cilik sing lagi paceklik, merga desa kuwe kena mangsa ketiga sing suwe banget, ora ana udan nganti sawah padha garing, kewan ingon-ingon padha gering nganti padha mati. Cekake crita, Arya Jabat tekan nag desa sing dicritakna Kyai Klapa Wuni. Arya Jabat takon meng salah sawijine warga desa kono. “Ki Sanak, kenging menapa desa niki ngantos kados mekaten?”. “Desa niki dikutuk dening Eyang Arjo Kusumo, amargi kita boten nyaosaken tumbal prawan wekdal gerhana wulan tahun kepengker,” wangsulane warga karo keweden. Warga uga ngomongna nek Eyang Arjo Kusumo kuwe penyihir sing medeni banget, awake gedhe dhuwur, ireng, rambute gimbal lan seneng ngombeni getih. Eyang Arjo Kusumo duwe keris sekti sing bisa nyegah tekane udan nganti warga kena paceklik mangsa ketiga sing suwe banget. Nanging warga ora ana sing wani nuduhna meng Arya Jabat nang ngendi papan manggone Eyang Arjo Kusumo. Arya Jabat yakin banget nek keris sing diduweni Eyang Arjo Kusumo kuwe keris Tirta Mukti duweke Sultan Trenggono sing ilang. Mergane mung keris Tirta Mukti kanthi Idine Gusti sing bisa gawe lan nyegah tekane udan. Siki tugase Arya Jabat ora mung nggoleti keris Tirta Mukti, nanging uga kudu nulungi warga desa sing lagi kena kasusahan merga Eyang Arjo Kusumo. PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 13
Bareng wis mbengi, Arya jabat age-age kepengin nggoleti penyihir Eyang Arjo Kusumo, nanging warga nyegah merga nek wektu mbengi kasektene Eyang Arjo Kusumo bisa nambah luwih kuwat. Nang tengah wengi Arya Jabat krungu wong njaluk tulung. Arya Jabat age-age nggoleti, jebulane sing njaluk tulung mau wong wadon, dheweke mlayu keweden. Dheweke diburu nang wong sing padha nganggo klambi ireng-ireng, mergane weruh Arya Jabat wong- wong sing mburu mau langsung padha lunga. “Maturnuwun Kakang. Kula Intan Sari, menawi boten wonten penjenengan kula sampun ditangkep dening utusanipun Eyang Arjo Kusumo,” omonge Intan Sari. “Sami-sami nimas”, wangsulane Arya Jabat. Ndeleng praupane Intan Sari sing ayu banget, Arya Jabat banjur kesengsem. Ora mung Arya Jabat, Intan Sari uga kesengsem marang Arya Jabat. Intan Sari aweh ngerti nek sumur- sumure warga dipepeti utawa ditutup lemah nang wong-wonge Eyang Arjo Kusumo, ndadekna tambah susahe warga desa. Intan Sari uga aweh ngerti nek Eyang Arjo Kusumo lagi tapa nangisor wit gedhe kanggo nambah kasektene. Nang cedheke ana sumur tuwa sing nggo mbuwang menungsa lan kewan mati sing dienggo tumbal, ndadekna ambune panggonan kono banger banget. Jalaran sumur kuwe, akeh warga desa sing padha nandhang pernyakit nganti tekan mati. Kahanan desa kuwe dadi susah lan sedhih banget. Wektu wayah esuk, Arya Jabat age-age lunga nggolet Eyang Arjo Kusumo. Nang sawijine wektu, Arya Jabat ketemu karo pawongan medeni lagi tapa nangisor wit gedhe. Tetenger utawa ciri-cirine persis kaya Eyang Arjo Kusumo sing diceritakna warga desa. Bener apa sing dinyana Arya Jabat, sing deleng ya kuwe Eyang Arjo Kusumo, sing nyolong keris Tirta Mukti lan gawe warga desa dadi nandhang susah. “Hei penyihir, balekna keris Tirta Mukti duweke Sultan Trenggono.” Arya Jabat ngomonge seru meng Eyang Arjo Kusumo. “Kurang ajar kowe!, sapa kowe…wani-wanine nganggu semediku? Ora ana sing bisa ngrebut keris Tirta Mukti kang aku, keris kuwe bakal dadi duweku selawase! Hahahaha…..” Cekake crita, Arya Jabat lan Eyang Arjo Kusumo lawan tandhing. Wong loro kuwe padha- padha duweni kasekten sing mbabag. Warga desa sing ngerti Arya Jabat Lan Eyang Arjo Kusumo lagi tandhing padha ndeleng, lan padha ngarepna nek Arya Jabat sing menang. Eyang Arjo Kusumo sidane ngetokna keris Tirta Mukti, lan Arya Jabat uga ngetokna pedhang sing diparingi Sultan Trenggono. “Hei bocah enom, keris kiye bakal njujugna awakmu meng neraka!”. Omonge Eyang Arjo Kusumo. PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 14
“Aja gegedhen omong kowe penyihir, aku sing bakal ngalahna wong kaya kowe sampah masarakat!”. Arya Jabat langsung nyerang. Arya Jabat lan Eyang Arjo Kusumo padha-padha duwe kasekten sing gedhe, wong loro kuwe terus ngetokna juruse dhewek-dhewek. Suwene wektu anggone lawan tandhing sithik-sithik Eyang Arjo Kusumo arep kalah, nanging kang kadohan kaya ana swara njaluk tulung. Swara njaluk tulung kuwe jebul Intan Sari sing lagi dijiret nang ndhuwure sumur tuwa. Eyang Arjo Kusumo sing nduweni watek licik ngancam Arya jabat, Arya Jabat kon milih ngalah apa Intan Sari bakal dicemplungna meng sumur tuwa. Nanging Arya Jabat bocah enom sing kuwat lan ora gampang nyerah, dheweke ora gelem kalah lan arep nylametna Intan Sari. Merga kasektene Arya Jabat lan berkah kang Gusti, pungkasane Arya Jabat bisa ngalahna Eyang Arjo Kusumo. Nanging merga suwene lawan tandhing karo Eyang Arjo Kusumo, Arya Jabat akeh tatu sing parah nganti awake ora duwe tenaga. Nang tengah-tengah sekarate, Arya Jabat aweh pesen meng Intan Sari supaya keris Tirta Mukti diwekna meng Sultan Trenggono nang Demak. Pungkasane, Arya Jabat mati merga mlebu, ngguling meng sumur tuwa nylametna Intan Sari sing nang ndhuwur sumur tuwa mau. Ujug-ujug sumur sing maune kotor, akeh bathang menungsa lan kewan, malik dadi sumur sing akeh banyune lan resik. Kabeh warga padha sedhih merga Arya Jabat wis mati, nanging uga lega merga kutukan Eyang Arjo Kusumo wis ora ana. Desa kuwe siki wis makmur maning kaya mbiyen, kaya-kaya urip maning, mulane desa kuwe dijenengi desa “Kuripan”. Lan kanggo ngeling-eling jasane Arya Jabat sumur tuwa mau dijenengi “Sumur Gemuling”. Sumur kuwe ora tau asat banyune sanajan lagi mangsa ketiga utawa suwe ora udan. Sumber : Guru-guru SD Kabupaten Cilacap. 2013. Cerita Rakyat Cilacap. Cilacap: Badan Pendidikan Pelatihan, Arsip Dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Cilacap. ASAL-USULE NUSAKAMBANGAN Jaman biyen ing dhaerah Jawa Timur (Kediri), ana maharaja sing gelare Prabu Aji Pramosa. Raja iku duwe watak sing atos, dheweke wegah tundhuk marang sapa wae lan ora seneng menawa ana wong sing luwih sekti tinimbang dheweke lan duwe pengaruh gedhe ing negarane. Prabu Aji Pramosa ngongkon punggawa menyang ing kabeh penjuru kerajaan kanggo nggoleki wong-wong sing dianggep luwih sekti, amarga dheweke ora bakal trima yen ana sing luwih sekti lan pinter. Punggawa sing diprentah Prabu Aji Pramosa mau dibagi-bagi lan nyebar menyang pelosok kerajaan supaya luwih gampang anggone nggolek. Ora suwe anggone nggolek PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 15
para punggawa-pungawa kerajaan mau nemokake salah siji panggonan sing neng papan kana ana Resi sing wis kondhang amarga kepinteran lan kasektiane. Resi iku jenenge Resi Kano sing gelare Kyai Jamur. Kasektiane Kyai Jamur akhire tekan menyang kupinge Raja Aji Pramosa, dheweke krungu saka para punggawane sing weruh dhewe. Banjur Prabu Aji Pramosa mangkel, nesu lan arep nyekel sarta mateni warga sing ora duwe salah mau. Wusana Raja ngundang Patih Hulubalang, Senopati uga pejabat utama kerajaan arep nggolek kepriye carane nyekel Kyai Jamur. Bubar oleh saran saka petinggi kerajaan Prabu Aji Pramosa banjur mutusake supaya Kyai Jamur katundhung saka kerajaan utawa dipateni wae. Warta iku wis kasebar ing kerajaan nganti tekan dhaerah panggonane Kyai Jamur. Kyai Jamur dhewe krungu saka bature yen dheweke arep katundhung. Bature Kyai Jamur ngakon supaya cepet-cepet lunga saka papan panggonane. Wengine Kyai Jamur lunga saka papan panggonane sadurunge dheweke katundhung karo Prabu Aji Pramosa. Prabu Aji Pramosa lunga karo para punggawane teka ing panggonane Kyai Jamur, nanging wong sing diparani malah wis ora ana ing papan panggonane. Krungu yen Kyai Jamur wis ora ana ing papan panggonane, Prabu Aji Pramosa tambah murka lan ngorak-arik papan panggonane. Bubar ngrusak panggonane Kyai Jamur, Raja banjur ngutus punggawa kerajaan mburu lan nyekel Sang Resi. Seajatine Prabu ngangkon punggawa kerajaan nggoleki Kyai Jamur mung kanggo kedhok supaya resi dianggep salah amarga lunga saka kerajaan tanpa ijin marang Prabu Aji Pramosa. Awit lunga saka kerajaan Kyai Jamur ngumbara terus mlaku menyang ngulon ngliwati alas, pantai kidul nganti tekan dhaerah sing saiki jenenge Cilacap. Ing papan kana dheweke nemu guwa kanggo leren lan dadi papan kanggo tapa. Prabu Aji Pramosa lan para punggawane anggone nggolek uga mlaku tumuju menyang ngulon lan wektu arep leren, rombongan Raja nemu guwa sing jebul ana guwa kana Resi Kano lagi tapa. Aji Pramosa lan punggawane teka banjur Resi Kano dicekel lan dipateni. Amarga kasektiane, mayite Resi kuwi ilang utawa muksa. Iki nggawe Prabu wedi lan gumun, durung ilang rasa wedine, Prabu dikagetake maneh karo swara gemuruh karo angin saka tengah segara. Aji Pramosa ngupayakake supaya tetep teteg ngadhepi kedadean sing medeni. Suwara gemuruh lan angin ilang, nanging dumadakan teka naga saka tengah segara sing wujude gedhe banget kaya arep mangan Aji Pramosa. Ombake dadi tambah gedhe, saengga akeh penyu minggir banjur pantai iku saiki dijenengi Teluk Penyu. Naga iku marani Aji Pramosa lan nyerang dheweke lan para punggawane, kanthi gugup lan bingung ngadhepi kahanan iku Aji Pramosa banjur ngeculake panahe lan ngenani wetenge naga sarta naga mau banjur ilang mbarengi ombak sing PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 16
ilanging tengah segara. Bareng nagane ilang banjur ana wong wadon mlayu ing dhuwuring ombak. Jebul naga mau wewujudan saka wong wadon sing ayu banget. Wong wadon ayu mau ngampiri Aji Pramosa karo ngomong matur nuwun amarga panahe bisa nggawe dheweke dadi manungsa maneh. Kanggo rasa matur nuwun wong wadon mau menehi kembang wijayakusuma kanggo Aji Pamosa. Wong wadon iku ngomong marang Aji Pramosa, “Kembang wijayakusuma iku ora bisa ditemokake ing alam biasa, sapa sing bisa nduweni kembang iki bakal nurunake raja-raja sing bakal duwe kuwasa ing tanah Jawa.” Putri iku jenenge Dewi Wasowati. Dheweke banjur menehi weling menawa pulau iki arep dijenengi Nusa Kembangan. Nusa artine pulau lan kembangan artine kembang. Bareng gantine jaman jeneng Nusa Kembangan wusanane owah dadi Nusakambangan sing saiki dikenal dadi pulau kanggo kunjara para tahanan. Prabu Aji Pramosa seneng banget atine amarga nampa hadhiyah kembang iku, banjur kanthi gugup anggone numpak prau kanggo mulih menyang Cilacap, nanging kembang iku tiba ing segara banjur ilang kegawa ombak. Aji Pramosa gela banget amarga mulih ora nggawa kembang mau. Sawise tekan kratone, Prabu krungu warta menawa ing pulau karang cedhak Nusakambangan ana wit aneh. Raja kepingin weruh wit aneh sing ora ana wohe. Wit sing diomongake dening wong-wong, ora liya wit mau yaiku cangkok Wijayakusuma sing diwenehi Dewi Wasowati marang Aji Pramosa. Weruh wit iku, Aji Pramosa kelingan omongane Dewi Wasowati yen sapa wae sing duwe kembang Wijayakusuma bakal nurunake raja-raja sing duwe kuwasa ing tlatah Jawa. Kapethik saka : satra-jawa007.blogspot.com PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 17
MEDIA PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Negeri 5 Kroya Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Kelas/ Semester : VIII/ 1 Tema : Legenda Materi Pokok : Teks Cerita Legenda A. Kompetensi Inti (KI) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong-royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait dengan fenomena dan kejadian nyata. 4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori. B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.1.Memahami isi teks cerita 3.2.1.Menguraikan tokoh yang terdapat dalam legenda teks cerita legenda (C4) 3.2.2.Menyimpulkan isi teks cerita legenda (C5) 3.2.2.Menyimpulkan amanat yang yang terdapat dalam teks cerita legenda (C5) C. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui pengamatan terhadap teks cerita legenda diharapkan peserta didik dapat menguraikan tokoh yang terdapat dalam teks cerita legenda dengan tepat. PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 18
2. Melalui diskusi diharapkan peserta didik dapat menyimpulkan isi teks cerita legenda dengan benar. 3. Melalui diskusi diharapkan peserta didik dapat menyimpulkan amanat yang yang terdapat dalam teks cerita legenda dengan benar. D. Nama Media Komik Legendha Mula Bukane Gunung Srandil E. Gambar / Bentuk Media PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 19
F. Bahan Bahan yang digunakan dalam pembuatan media komik Legendha Mula Bukane Gunung Srandil yaitu : 1. Bahan bacaan cerita Legendha Mula Bukane Gunung Srandil. 2. Soft file gambar tokoh dan ilustrasi. 3. Aplikasi On Line Canva G. Cara Pembuatan 1. Perencanaan : a) Mengumpulkan bahan untuk membuat komik. b) Merancang dan menyusun bentuk komik. c) Memperkiarakan waktu yang dibutuhkan untuk membuat media. 2. Aksi Menyusun layout komik. 3. Evaluasi Mengecek dan mengedit kembali jika ada kesalahan dalam komik. H. Cara Penggunaan Cara menggunakan Komik Legendha Mula Bukane Gunung Srandil sama seperti menggunakan buku bacaan pada umumnya. PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 20
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) Sekolah : SMP Negeri 5 Kroya Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Kelas/ Semester : VIII/ 1 Tema : Legenda Materi Pokok : Teks Cerita Legenda A. Petunjuk Belajar 1. Cermati rangkuman materi. 2. Kerjakan soal secara individu. B. Kompetensi Dasar 3.1. Memahami isi teks cerita legenda C. Indikator 3.2.1.Menguraikan tokoh yang terdapat dalam teks cerita legenda (C4) 3.2.2.Menyimpulkan isi teks cerita legenda (C5) 3.2.2.Menyimpulkan amanat yang yang terdapat dalam teks cerita legenda (C5) D. Informasi Pendukung Legenda : (bahasa Latin: legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Legenda merupakan cerita yang mencerminkan kehidupan dan kebudayaan masyarakat setempat. Legenda erat hubungannya dengan sejarah kehidupan masa lampau meskipun tingkat kebenarannya seringkali tidak bersifat murni.(Sumber: http://journal.upgris.ac.id/index.php/teks/article/view/2781/remote) PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 21
E. Soal Waosan kangge soal nomor 1-3! Sawijine esuk Ki Supa lan Ni Supa mangkat golet pangan, ana watu gedhe sing mabur nang ndhuwure Ki Supa lan Ni Supa, lan meh bae nibani wong loro kuwe. Nanging Ni Supa langsung nendhang watu gedhe mau karo ngucap “dhuh Gusti!”. Ujug-ujug watu mau langsung pecah lan mapan ana nang segara kidul. Watu sing pecah mau, salah sijine ana sing gedhene kaya kebo mapan nang cedhek sumure Ki Supa. Watu kuwe sing mengko-mengkone dadi watu nisan sing dienggo tandha kuburane Ki Supa lan Ni Supa minangka pakurmatan. Kuburane Ki Supa lan Ni Supa duwe jeneng “Panembahan Watu Kumpul”, lan grumbul panggonane Ki Supa lan Ni Supa dijenengi grumbul “Beras Wutah”. 1. Ingkang nendhang watu gedhe inggih menika .... a. Ki Supa c. Ki Drona b. Ni Supa d. Ki Lurah 2. Watu ingkang agenge kados kebo bakal dados…. a. patung Supa c. tandha pesarean b. pesarean (kuburan) d. gunung Srandil 3. Pitutur luhur (amanat) saking pethikan cariyos ing inggil inggih menika ..... a. rukun agawe santosa b. kedah setya dhateng raja c. tansah waspada lan ngati-ati d. sabar tabah ngadhepi pacoban Waosan kangge soal nomor 4-7! Ndeleng praupane Intan Sari sing ayu banget, Arya Jabat banjur kesengsem. Ora mung Arya Jabat, Intan Sari uga kesengsem marang Arya Jabat. Intan Sari aweh ngerti nek sumur-sumure warga dipepeti utawa ditutup lemah nang wong-wonge Eyang Arjo Kusumo, ndadekna tambah susahe warga desa. Intan Sari uga aweh ngerti nek Eyang Arjo Kusumo lagi tapa nangisor wit gedhe kanggo nambah kasektene. Nang cedheke ana sumur tuwa sing nggo mbuwang menungsa lan kewan mati sing dienggo tumbal, ndadekna ambune panggonan kono banger banget. Jalaran sumur kuwe, akeh warga desa sing padha nandhang pernyakit nganti tekan mati. Kahanan desa kuwe dadi susah lan sedhih banget. PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 22
4. Ingkang nutup sumur-sumuripun warga inggih menika .... a. Intan Sari c. wong-wonge Arya Jabat b. Lurah desa d. wong-wonge Eyang Arjo Kusuma 5. Sebabipun desa menika mambet banger inggih menika ..... a. warga desa boten resikan b. mayit lan bathang kewan ing sumur c. kali ingkang kacampur rereged kewan d. wong-wong sami mbuwang sampah sembarang 6. Wosing (isi) pethikan cariyos ing inggil inggih menika .... a. ambet banger nyebabaken warga desa susah lan nandhang penyakit b. Eyang Arjo Kusumo paring pitedah dhumateng para pandherekipun c. Intan Sari nyariosaken sebab susahipun warga dhumateng Arya Jabat d. Arya Jabat duka sanget dhumateng tumindakipun Eyang Arjo Kusumo 7. Pitutur luhur ingkang saged kapundhut saking pethikan cariyos nginggil inggih menika .... a. eling lan waspada kedah dipungatosaken kagem sangu urip ing donya b. tumindak cubriya dhumateng tiyang sanes nyebabaken gesang barakah c. ampun tumindak ngrisak dhumateng manungsa, kewan lan lingkungan d. gesangipun manungsa ing donya boten mbetahaken pituduh saking Gusti Waosan kangge soal nomor 8-10! Resi iku jenenge Resi Kano sing gelare Kyai Jamur. Kasektiane Kyai Jamur akhire tekan menyang kupinge Raja Aji Pramosa, dheweke krungu saka para punggawane sing weruh dhewe. Banjur Prabu Aji Pramosa mangkel, nesu lan arep nyekel sarta mateni warga sing ora duwe salah mau. Wusana Raja ngundang Patih Hulubalang, Senopati uga pejabat utama kerajaan arep nggolek kepriye carane nyekel Kyai Jamur. Bubar oleh saran saka petinggi kerajaan Prabu Aji Pramosa banjur mutusake supaya Kyai Jamur katundhung saka kerajaan utawa dipateni wae. Warta iku wis kasebar ing kerajaan nganti tekan dhaerah panggonane Kyai Jamur. Kyai Jamur dhewe krungu saka bature yen dheweke arep katundhung. PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 23
8. Paraga antagonis pethikan cariyos nginggil inggih menika .... a. Resi Kano c. abdi raja b. Kyai Jamur d. Aji Pramosa 9. Wosing (isi) pethikan cariyos ing inggil inggih menika .... a. Prabu Aji Pramosa badhe mejahi Kyai Jamur b. Kyai Jamur sampun pejah dening Prabu Aji Pamosa c. Kyai Jamur dikira badhe nyerang keratin Aji Pramosa d. para prajurite Prabu Aji Pramosa mbiyantu Kyai Jamur 10. Pitutur luhur ingkang saged kapundhut saking pethikan cariyos nginggil inggih menika .... a. tetulung salebetipun kekancan menika bab adiluhung b. wolak-waliking jaman, kathah lare boten gadhah trapsila c. kedah nyirnakaken tiyang ingkang ngungkuli pribadi kita d. ampun gadhah watak iri drengki dhumateng tiyang sanes F. Penyelesaian bcd Lembar Jawab bcd bcd 1. a bcd 2. a bcd 3. a bcd 4. a bcd 5. a bcd 6. a bcd 7. a bcd 8. a 9. a PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 24 10. a
INSTRUMEN PENILAIAN Sekolah : SMP Negeri 5 Kroya Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Kelas/ Semester : VIII/ 1 Tema : Legenda Materi Pokok : Teks Cerita Legenda 1. PENILAIAN PENGETAHUAN A. Teknik Penilaian Tes tertulis B. Bentuk Instrumen Pilihan Ganda C. Kisi-kisi No Indikator No. Soal Jenjang Pengetahuan Disajikan cuplikan teks cerita legenda, siswa dapat 1. memilih tokoh sesuai dengan cerita legenda. 1 C4 Disajikan cuplikan teks cerita legenda, siswa dapat 2 C5 2. memberi argumentasi berkaitan dengan isi cerita. 3 C5 Disajikan cuplikan teks cerita legenda, siswa dapat 4 C5 3. menyimpulkan amanat yang terdapat dalam teks cerita 5 C5 dengan benar. 6 C5 Disajikan cuplikan teks cerita legenda, siswa dapat 4. memberi argumentasi berkaitan dengan isi cerita. Disajikan cuplikan teks cerita legenda, siswa dapat 5. memberi argumentasi berkaitan dengan isi cerita. Disajikan cuplikan teks cerita legenda, siswa dapat 6. menyimpulkan isi yang terdapat dalam cerita tersebut dengan benar. PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 25
Disajikan cuplikan teks cerita legenda, siswa dapat 7 C5 7. menyimpulkan amanat yang terdapat dalam teks 8 C5 9 C5 tersebut dengan benar. 10 C5 Disajikan cuplikan teks cerita legenda, siswa dapat 8. menguraikan tokoh antagonis dalam cerita tersebut dengan benar. Disajikan cuplikan teks cerita legenda, siswa dapat 9. menyimpulkan isi yang terdapat dalam cerita tersebut dengan benar. Disajikan cuplikan teks cerita legenda, siswa dapat 10. menyimpulkan amanat yang terdapat dalam cerita tersebut dengan benar. D. Soal Waosan kangge soal nomor 1-3! Sawijine esuk Ki Supa lan Ni Supa mangkat golet pangan, ana watu gedhe sing mabur nang ndhuwure Ki Supa lan Ni Supa, lan meh bae nibani wong loro kuwe. Nanging Ni Supa langsung nendhang watu gedhe mau karo ngucap “dhuh Gusti!”. Ujug-ujug watu mau langsung pecah lan mapan ana nang segara kidul. Watu sing pecah mau, salah sijine ana sing gedhene kaya kebo mapan nang cedhek sumure Ki Supa. Watu kuwe sing mengko-mengkone dadi watu nisan sing dienggo tandha kuburane Ki Supa lan Ni Supa minangka pakurmatan. Kuburane Ki Supa lan Ni Supa duwe jeneng “Panembahan Watu Kumpul”, lan grumbul panggonane Ki Supa lan Ni Supa dijenengi grumbul “Beras Wutah”. 1. Ingkang nendhang watu gedhe inggih menika .... a. Ki Supa c. Ki Drona b. Ni Supa d. Ki Lurah 2. Watu ingkang agenge kados kebo bakal dados…. a. patung Supa c. tandha pesarean b. pesarean (kuburan) d. gunung Srandil PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 26
3. Pitutur luhur (amanat) saking pethikan cariyos ing inggil inggih menika ..... a. rukun agawe santosa b. kedah setya dhateng raja c. tansah waspada lan ngati-ati d. sabar tabah ngadhepi pacoban Waosan kangge soal nomor 4-7! Ndeleng praupane Intan Sari sing ayu banget, Arya Jabat banjur kesengsem. Ora mung Arya Jabat, Intan Sari uga kesengsem marang Arya Jabat. Intan Sari aweh ngerti nek sumur-sumure warga dipepeti utawa ditutup lemah nang wong-wonge Eyang Arjo Kusumo, ndadekna tambah susahe warga desa. Intan Sari uga aweh ngerti nek Eyang Arjo Kusumo lagi tapa nangisor wit gedhe kanggo nambah kasektene. Nang cedheke ana sumur tuwa sing nggo mbuwang menungsa lan kewan mati sing dienggo tumbal, ndadekna ambune panggonan kono banger banget. Jalaran sumur kuwe, akeh warga desa sing padha nandhang pernyakit nganti tekan mati. Kahanan desa kuwe dadi susah lan sedhih banget. 4. Ingkang nutup sumur-sumuripun warga inggih menika .... a. Intan Sari c. wong-wonge Arya Jabat b. Lurah desa d. wong-wonge Eyang Arjo Kusuma 5. Sebabipun desa menika mambet banger inggih menika ..... a. warga desa boten resikan b. mayit lan bathang kewan ing sumur c. kali ingkang kacampur rereged kewan d. wong-wong sami mbuwang sampah sembarang 6. Wosing (isi) pethikan cariyos ing inggil inggih menika .... a. ambet banger nyebabaken warga desa susah lan nandhang penyakit b. Eyang Arjo Kusumo paring pitedah dhumateng para pandherekipun c. Intan Sari nyariosaken sebab susahipun warga dhumateng Arya Jabat d. Arya Jabat duka sanget dhumateng tumindakipun Eyang Arjo Kusumo PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 27
7. Pitutur luhur ingkang saged kapundhut saking pethikan cariyos nginggil inggih menika .... a. eling lan waspada kedah dipungatosaken kagem sangu urip ing donya b. tumindak cubriya dhumateng tiyang sanes nyebabaken gesang barakah c. ampun tumindak ngrisak dhumateng manungsa, kewan lan lingkungan d. gesangipun manungsa ing donya boten mbetahaken pituduh saking Gusti Waosan kangge soal nomor 8-10! Resi iku jenenge Resi Kano sing gelare Kyai Jamur. Kasektiane Kyai Jamur akhire tekan menyang kupinge Raja Aji Pramosa, dheweke krungu saka para punggawane sing weruh dhewe. Banjur Prabu Aji Pramosa mangkel, nesu lan arep nyekel sarta mateni warga sing ora duwe salah mau. Wusana Raja ngundang Patih Hulubalang, Senopati uga pejabat utama kerajaan arep nggolek kepriye carane nyekel Kyai Jamur. Bubar oleh saran saka petinggi kerajaan Prabu Aji Pramosa banjur mutusake supaya Kyai Jamur katundhung saka kerajaan utawa dipateni wae. Warta iku wis kasebar ing kerajaan nganti tekan dhaerah panggonane Kyai Jamur. Kyai Jamur dhewe krungu saka bature yen dheweke arep katundhung. 8. Paraga antagonis pethikan cariyos nginggil inggih menika .... a. Resi Kano c. abdi raja b. Kyai Jamur d. Aji Pramosa 9. Wosing (isi) pethikan cariyos ing inggil inggih menika .... a. Prabu Aji Pramosa badhe mejahi Kyai Jamur b. Kyai Jamur sampun pejah dening Prabu Aji Pamosa c. Kyai Jamur dikira badhe nyerang keratin Aji Pramosa d. para prajurite Prabu Aji Pramosa mbiyantu Kyai Jamur 10. Pitutur luhur ingkang saged kapundhut saking pethikan cariyos nginggil inggih menika .... a. tetulung salebetipun kekancan menika bab adiluhung b. wolak-waliking jaman, kathah lare boten gadhah trapsila c. kedah nyirnakaken tiyang ingkang ngungkuli pribadi kita d. ampun gadhah watak iri drengki dhumateng tiyang sanes PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 28
E. Pedoman penskoran Bobot Soal 1 No. Soal 1 - 10 10 Jumlah Skor Maksimal Setiap nomor jika salah mendapat skor 0 Pedoman Penilaian Nilai : Jumlah skor x 10 F. Kunci Jawaban 1. b 6. c 2. c 7. c 3. c 8. d 4. d 9. a 5. b 10. d PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 29
2. PENILAIAN SIKAP A. Sikap Spiritual : observasi Butir Instrumen 1) Teknik Penilaian : lembar observasi Terbiasa berdoa 2) Bentuk Instrumen : 3) Kisi-kisi No. Sikap/nilai 1. Terbiasa berdoa kepada Tuhan Maha Esa sebelum peserta didik melaksanakan pembelajaran teks legenda. Menghargai dan mensyukuri keberadaan bahasa 2. Jawa sebagai sarana menyajikan teks legenda. Terbiasa bersyukur Instrumen Penilaian Sikap Spiritual Nama : _______________ Kelas : _______________ No. Sikap/nilai 1 Skor 234 1. Berdoa sebelum dan sesudah mempelajari teks legenda. Mengucapkan rasa syukur setelah mengerjakan tugas 2. teks legenda. Keterangan: 3 = sering 1 = tidak pernah 4 = selalu 2 = kadang-kadang B. Penilaian Sikap Sosial 1) Teknik Penilaian : Pengamatan 2) Bentuk Instrumen : Lembar Observasi PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 30
3) Kisi-kisi : No. Nilai Deskripsi No. Butir 1 Menghargai orang lain Menghargai pendapat orang lain 1 2 2 Jujur Mengekspresikan gagasan dengan jujur 3 3 Disiplin Mengikuti kegiatan diskusi dengan disiplin 4 Menyampaikan pendapat dengan bahasa 4 Kesantunan ragan ngoko atau krama dengan santun Instrumen Penilaian Sikap Sosial Nama : ______________________________ Kelas : ______________________________ Petunjuk: Berilah tanda silang (X) sesuai dengan kondisi peserta didik. (Diisi oleh guru) No. Pernyataan Pilihan Ya Tidak 1. Menghargai orang lain dalam berpendapat 2. Bersikap jujur dalam berpendapat 3. Bersikap disiplin dalam berdiskusi 4. Bersikap dalam berpendapat Pedoman Penskoran: Pilihan “Ya” diberi skor 1, sedangkan pilihan “Tidak” diberi skor 0. Karena soal berjumlah 4 butir, maka jumlah skor berkisar antara 0 sampai 4. PERANGKAT PEMBELAJARAN 3_AFWAZ M.A | 31
Search
Read the Text Version
- 1 - 31
Pages: