“Aku Melihat Indonesia” Gita Cinta Untuk Negeri Auditorium Vokasi Universitas Indonesia Kampus UI Depok Sabtu, 26 Agustus 2023 Pukul 13:30 – 17:05
“Kemerdekaan bukanlah soal orang-orang yang iseng dan pembosan Kemerdekaan adalah keberanian untuk berjuang Dalam derapnya, dalam desasnya, dalam raungnya kita Adalah manusia merdeka Dalam matinya kita semua adalah manusia terbebas.“ - Soe Hok-Gie
Ir. Soekano Karya Bung Karno Jikalau aku mendengar pangkur palaran Bukan lagi pangkur palaran yang kudengarkan Jika aku berdiri di pantai Ngliyep Aku mendengar Indonesia Aku mendengar lautan Indonesia bergelora Membanting di pantai Ngeliyep itu Jika aku menghirup udara ini Aku mendengar lagu – sajak Indonesia Aku tidak lagi menghirup udara Aku menghirup Indonesia Jikalau aku melihat Sawah menguning menghijau Jika aku melihat wajah anak-anak di desa-desa Aku tidak melihat lagi Dengan mata yang bersinar-sinar Batang padi menguning – menghijau (berteriak) Merdeka! Merdeka!, Pak! Merdeka! Aku melihat Indonesia Aku bukan lagi melihat mata manusia Jika aku melihat gunung-gungung Aku melihat Indonesia! Gunung Merapi, gunung Semeru, gunung Merbabu Gunung Tangkupan Prahu, gunung Klebet Dan gunung-gunung yang lain Aku melihat Indonesia Sri Mulyani Indrawati, Se, M.Sc ., Ph.d Menteri Keuangan
Negara Kesatuan Republik Indonesai telah berusia 78 tahun. Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI, komunitas Pembaca dan Puisi Indonesia (Poetry Reading Society of Indonesia) mempersembahkan sebuah konser kemerdekaan. Poetry Reading & Writing Society of Indonesia adalah komunitas pembaca dan penulis puisi, yang terdiri dari Guru Besar, Dosen, dan Alumni UI. Dilhami oleh puisi karya Presiden Soekarno berjudul “Áku Melihat Indonesia “ yang sangat sangat heroik dan menggelegar dengan diksi yang luar biasa mengekspresikan cinta mendalam kepada tanah air Konser Kemerdekaan ini akan menyuguhkan sebuah harmonisasi puisi, lagu, musik dan tari menjadi suatu tontonan yang menggugah, memotivasi dan juga menginsipirasi.
• Merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia. • Mengungkapkan rasa syukur atas nikmat kemerdekaan. • Menyuarakan Gerakan Nasional Revolusi Mental melalui Puisi, Musik dan Tari • Menyuarakan Gerakan Indonesia Bersatu (GIB) sebagai salah satu dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GRNM) melalui puisi, musik dan tari. • Membangun kohesi sosial dengan berbagai elemen masyarakat.
13.00-13.25 13.25-13.30 13.30--15.04 15.04--15.45 15.45--16.24 16.24--17.05
Konser Kemerdekaan adalah hasil kolaborasi Komunitas Pembaca Puisi Indonesia (Poetry Reading Society of Indonesia-PRSI) dengan :
OSUI Mahawaditra & PSAUI 01 Prof. Dr. Ir. Riri Fitri Sari, M.M. , M.Sc. Sri Mulyani Indrawati, Se, M.Sc., Ph.d 02 Menteri Keuangan Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., 03 Prof. Nachrowi Djalal Nachrowi, M.Sc., M.Phil., Ph.D. Ketua Senat Akademik UI 04 Prof. Harkristuti Harkrisnowo, SH., MA., PhD. Ketua Dewan Guru Besar UI Orkes Simfoni UI Mahawaditra & Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, CES., DEA The Dancing Engineers Alumni FTUI 05 Ir. Ahmad Syafiq, M.Dc., Ph.D., 06 Dr. Ir.Didit Ratam, M.B,A. Paduan Suara Alumni UI 07-08 Prof. Riris K. Toha Sarumpaet, M.Sc., Ph.D. Tika Bisono, M.Psi 09-10 Prof. Dr. Muhammad Dimyati, M.Sc.
Prof. Dr. Ir. Riri Fitri Sari, M.M. , M.Sc. Prof. Dr. Ir. Riri Fitri Sari, Ketua Panitia M.M. , M.Sc. Karya Gus Nas Merah Putih yang aku kibarkan 78 tahun lamanya itu barangkali tak ada lagi di cakrawala Tepat manakala dunia berpindah tangan dari alam nyata ke jagat maya, merevolusi dirinya dari bambu runcing dan keris sakti Pangeran Diponegoro ke tengah pusaran spiral dunia baru bernama Artificial Intelligent dengan Mantra Metaverse penuh pesona Gita puja untuk Merah Putih sebagai tembang rahasia gula-kelapa lalu menjadi saksi bagi Proklamasi Kemerdekaan dengan kibarannya sebagai sangsaka Perang dengan senjata tombak dan keris telah lama usai lalu berganti menjadi perang proxy di mana virus dan malware menjalar liar di kota-kota hingga menjangkau pelosok-pelosok desa Di jagat maya, siapakah yang mampu menjahit bendera Merah Putih agar kelak anak-cucuku turut bangga saat mengibarkannya? Gus Nas, Jogja, 7 Agustus 2023 01
Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Prof. Ari Kuncoro, Rektor Universitas Indonesia S.E., M.A., Karya Toto Sudarto Bachtiar Kemerdekaan ialah tanah air dan laut semua suara Janganlah takut kepadanya Kemerdekaan ialah tanah air penyair dan pengembara Janganlah takut kepadanya Kemerdekaan ialah cinta kasih yang mesra Bawalah daku kepadanya 1953 02
Prof. Nachrowi Djalal Nachrowi, M.Sc., M.Phil., Ph.D. Di bulan Ramadlan tujuh tujuh tahun silam Tidak ada bantuan tanpa kecurigaan Kemunculannya mengejutkan semesta alam Sahabatku, tetangga kita sudah lari kencang Hiroshima-Nagasaki diluluh-lantakkan Saudaraku, mitra kita sudah terbang melayang Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Menangkap peluang-teknologi secara bergandengan Kegaduhan muncul silih berganti Tuk kemajuan dan kemaslahatan minim kegaduhan Tak rela merdeka, kompeni datang kembali Wahai sahabatku, bersatulah Disambut pekik merdeka atau mati Wahai saudaraku, kompaklah H- engkang dari pertiwi bukan pilihan lagi W-ahai keluargaku, semangatlah Pahlawan kesiangan muncul di sana-sini, Wahai semuanya, kerja keraslah Ego ambisi kelompok maupun pribadi Pemberontakan berseliweran bak dikomandoi Bersama, kita bisa Semua sirna, musnah, ditelan bumi pertiwi. Depok, 22.8.22 Tak mudah, memang, menyatukan irama nada Tuk mengatur Indonesia Raya Luas terhampar seantero nusantara Dengan penduduk terbanyak kelima di dunia Tidak ada kebijakan tanpa cemoohan Tidak ada keputusan tanpa penolakan Tidak ada peraturan tanpa perdebatan 03
Sitor Situmorang Prof. Harkristuti Harkrisnowo, SH., MA., PhD. Sederhana dan murni - Impian remaja Hikmah kehidupan berNusa berBangsa berBahasa Ke-wajaran napas dan degub jantung Keserasian beralam dan bertujuan Lama didambakan menjadi kenyataan wajar, bebas seperti embun seperti sinar matahari menerangi bumi di hari pagi Kemanusiaan Indonesia Merdeka 17 Agustus 1945 04
Ir. Ahmad Syafiq, M.Dc., Ph.D., Ir. Ahmad Syafiq, Direktur DPKHA UI M.Dc., Ph.D., Karya Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono kita berkata : jadilah dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut di atasnya : langit dan badai tak henti-henti di tepinya cakrawala terjerat juga akhirnya kita, kemudian adalah sibuk mengusut rahasia angka-angka sebelum Hari yang ketujuh tiba sebelum kita ciptakan pula Firdaus dari segenap mimpi kita sementara seekor ular melilit pohon itu: inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah 05
Dr. Ir.Didit Ratam, M.B,A. Dr. Ir. Didit Ratam, M.B.A. Ketua Umum Iluni UI Karya Soe Hok-Gie Kita semua adalah orang yang berjalan dalam barisan yang tak pernah berakhir. kebetulan kau baris di muka dan aku di tengah. dan adik-adikku di belakang. tapi satu tugas kita semua. menanamkan benih-benih kejantanan yang telah kau rintis. ….. Kita semua adalah alat dari arus sejarah yang besar. Kita adalah alat dari derap kemajuan semua. Dan dalam berjuang kemerdekaan begitu mesra berdegup. Seperti juga perjalanan di sisi penjara. Kemerdekaan bukanlah soal orang-orang yang iseng dan pembosan. Kemerdekaan adalah keberanian untuk berjuang. Dalam derapnya, dalam desasnya, dalam raungnya kita. adalah manusia merdeka. Dalam matinya kita semua adalah manusia terbebas. 06
Prof. Riris K. Toha Sarumpaet, M.Sc., Ph.D. MONOLOG KEMERDEKAAN Maka kami menahan diri tiba waktu istirahat siang tiraipun ditutup “Ibu … Bapak di mana …” riuh teriakan … Isakan dugg bentur kepala dengung tunggu mana bapak Terhuyung berlarian biru muda polkadot perlu ganti celana Sikut seruduk meraih tangan pundak mana suka menarik Dan pada tangan menggapai sinar mata bertenaga bajuku jernih tak punya nista Mastikan aku masih hidup dan benar datang Pada kaku dungu serakahku dulukan diri segala aku dan untukku Segar bau keringat kuciumi satu-satu dalam peluk tak mau Kupandang sempurna kutemukan Sang Ia mengingatkan berlalu Belajar kesalingan menyuapi pada piring kaleng di hadapan --- kutemukan: Nasi penerimaan sayur belas kasihan lauk pengertian Kisah duka yang dapat ditambah tak habisnya di atas, dituangi sup kemanusiaan bukanlah barang baru. Sama seperti remaja bahkan seorang ibu yang katanya bengal tak mudah dipahami, Dan kamipun berdoa lalu pergi bersahabat, berlindung pada narkoba. Atau, Dedaunan berbagai tanaman penjaga rumah berpeluk angin di sisi lain merujuk pada anggota masyarakat yang merunduk bergoyang ceria musiknya cinta kasih sayang mengutamakan diri, misalnya seorang penguasa berjaya Dan serempak kami semesta kehidupan menyerahkan Amin. berkata: “Ini apa … kurang enak, ukuran tidak pas, ganti dan buang saja!” Banyak yang lainnya. Selalu begitu Mengajak cuci tangan melipat baju menghapus ingus Senyampang bersama merayakan kemerdekaan, baik airmata berpikir tentang hakikat keberuntungan kita. Dari dongeng satu ke lainnya adu kelitik dipijeti lomba ngelus Sebutkanlah satu atau lebih lagu kebangsaan Indonesia. Cerita tanya-jawab lagi ramai berebut: akulah aku mau dan Tak dapatkah kita mengatakan bahwa secara implisit belum aku maupun eksplisit, semuanya memuja, menghargai Masa kanak rindukan cinta rasa aman diterima punya bisa bahkan berjanji, bahwa kita akan membangun, menjaga, pengakuan dan mempertahankan negeri ini? 07
Dan pada Bulan Kemerdekaan yang kita rayakan, Akan tetapi, kalau menyebut saja perusakan lingkungan, korupsi bergegas mengejar tenggat, melintasi mall yang mengerikan, ketimpangan sosial, dan riuh-rendah, di mana saja dalam kondisi fisik dan psikis kemiskinan-keterbelakangan Pekerjaan Rumah terbesar kita. Lalu apa sekalipun, hati kita menjadi teduh dalam haru letakkanlah semua itu dalam bejana gempita kemajuan dengan meresapi kumandang lagu. Katakan apa: Tanah Airku; masyarakat yang sontak hidup tunggang-langgang mendunia tak Indonesia Pusaka; Bagimu Negeri; Satu Nusa Satu berbatas, bercumbu teknologi tinggi terpapar apa ideologi. Siap Bangsa; dan Bangun Pemudi Pemuda, untuk hanya dan siagakah kita? Kita tahu, sebenarnya, tidak! Kita, bahkan menyebut beberapa. Dan puncak dari semuanya ada belum bersungguh-sungguh membangun manusia, jiwa dan raga pada Indonesia Raya, lagu kebangsaan yang menjadi bangsa Indonesia. simbol kedirian kita. Pernahkah kita terpikir tentang seberapakah semua janji tadi telah kita coba bayarkan? Bung Karno sendiri mengatakan pada 17 Agustus 1956, bahwa Dalam hidup keseharian, dalam keluarga, komunitas “investasi mental jauh lebih penting dari investasi material dan terdekat seperti RT/RW terserah kondisi tenang, mulai investasi keterampilan.” Adalah lebih utama membangun jiwa dan debat berebutan, bermacam gelombang, gejolak, krisis, raga manusia Indonesia yang siap dan kuat berhikmat untuk hingga angin sakal yang terjadi dalam lingkungan kita mengisi, menghargai, dan menegakkan kemerdekaannya. Artinya, dan kepada negeri? pembangunan watak dan karakter adalah niscaya. Benar. Apa yang kita serukan kembali tadi pagi, pada Untuk itu, mari kembali pada, dan melaksanakan Pendidikan tahun ke-78 kemerdekaan Indonesia. Bahwa kitalah Dasar kehidupan semesta kemanusiaan. Bahwa kita manusia penjaga negeri ini, bahwa kita bersatu mengupayakan Indonesia yang merdeka “atas berkat rahmat Allah Maha Kuasa” kehidupan bumi, negeri, bangsa, manusia Indonesia adalah bagian dari alam semesta (ciptaanNya), tergantung yang jiwa dan badannya terbangun, hanya untuk padanya, dan ikut bertanggungjawab atasnya. Tanggung jawab Indonesia Raya. Tetapi pertanyaannya, adalah. Apakah benar kita sudah secara strategis segala daya iKnhi adliilka,n-sdeassaimpearmilaaknuumsiao,radla/entiaslammanbuasikiamtearkhhaludkaphiAdlulaphmSaaunpgun membangun jiwa dan badannya, meningkatkan meneguhkan kualitas karakter dan kesehatan kekuatan benda mati. tubuh manusianya? Hanyakah ini pernyataan? Apakah ini impian belaka? Dalam hal ini, sebagai makhluk yang ikut bertanggungjawab atas alam semesta, sebagai manusia etis dengan kelebihan yang kita Memang benar, Indonesia tanah tumpah darah kita, miliki, kita bertindak dalam kesetaraan melayani keserasian jagat indah tak bertara. Negara kepulauan dilindungi lautan. besar. Dengan memperjuangkan Pendidikan Dasar ini, Dengan 280 juta penduduk beragam suku, budaya, dan membangun manusia Indonesia yang sadar kedudukan dan Bahasa, pesisirnya panjang menyimpan peradaban tak tanggungjawabnya dalam jagat raya, berbudi pekerti dan mandiri; habis dikisahkan. Gunung berapi mengawasi. Dataran kita berharap, manusia Indonesia yang etis terdidik dan merdeka tinggi, sungai, dan danau, lembah juga tanah datar, secara pribadi itu, tidak jatuh pada egoisme, keserakahan, hingga terpuji kesuburannya, dan kekayaan sumber daya kejahatan untuk kemenangan diri dan kelompok. Jiwa merdeka alamnya menjadi sumber heran dan iri inceran serupa itulah yang menjadikan dan mendorong Indonesia bukan mancanegara. Sayangnya, inilah dia. Harus diakui, di hanya maju pesat, tetapi juga ikut berkontribusi membangun balik karunia sebesar se-takterlukiskan serupa itu, dunia. tersimpan bahaya besar mengkhawatirkan. Akhirnya, jika tujuan moral kita dalam hidup adalah menghayati Tak mungkin kita melupakan kemajuan yang ada. dan merawat alam semesta, tak ayal dalam keseharian kita Banyak kalangan meninggalkan jejak perubahan. Banyak berwawansabda dengan Sang Khalik. Dan tidak kita lupa. Pada iktikad baik untuk membangun memulihkan. Kita bahkan perjumpaan yang sama, secara sadar kita mengoperasikan mulai merasakan, harga sebuah kemerdekaan. kemerdekaan Indonesia. Kita hidup merdeka, bersama berjaga, Mencecap bangga menjadi manusia Indonesia. Ikut seperti permintaan Chairil Anwar, berusaha dan mencoba berbuat sesuatu untuk “berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian.” Indonesia. Lihatlah betapa indahnya pakaian yang kita semua kenakan, secara sengaja menunjukkan, Salam. kesiapaan kita. 08
Dr. Sunu Wasono, M.Hum. Prof. Dr. Muhammad Dimyati, M.Sc. Selalu pada detik-detik begini seakan Doa adalah air yang menghampirimu terdengar suara roda-roda baja ketika panas dan haus mencapai di kejauhan. Disusul suara sayup orang titik kulminasi. Doa menghadirkan cahaya mengaji yang lambat laun hilang di kala kau terkurung gulita. tapi yang kemudian menegas kembali seiring Doa adalah kesadaran bahwa ada berjalannya waktu. kekuatan terpendam yang membantu Dan karena itu, kau yang setengah tidur dan membuat dirimu bisa keluar dari bangun, lalu membasuh dahimu kemelut hidup. Doa yang khusyuk sebelum berdoa bagi orang-orang tercinta akan menjelma semilir angin yang yang kaukenang. mengubah panas menjadi sejuk. Doa adalah harapan, juga kekuatan yang membuat hidup terasa tidak hampa dan sia-sia. Dalam doa kau merasa tidak sendiri. Juga merasa tidak sekonyong-konyong ada. Doa telah membuatmu selalu teringat bahwa ada diri lain selain dirimu. Ada kekuatan lain yang membuatmu senantiasa punya harapan. 09
Ya Allah kami yang ada di tempat ini bukanlah Ya Allah kami mohon kepadamu, jika orang2 yang suci, kami mengakui banyak berbuat memang terbentang kehidupan kami salah, kami ingin memperbaiki diri, dan bertaubat sampai hari esok, maka mohon tuntun kami dari segala kesalahan, kekhilafan, dan kejahatan. untuk mampu menjalani hidup yang lebih Untuk itu kami mohon kepadaMu jangan biarkan baik dari hari2 sebelumnya. Namun jika hari ini hari terakhir hidup kami, maka wafatkan- diantara kami yang berada dalam jamaah ini lah kami dalam keadaan khusnul khotimah pulang dan berpisah dalam keadaan yang tidak ya Rob. Kami mohon jika kami akan wafat, Engkau ampuni segala dosanya. Jika ada diantara ringankan lisan kami untuk mengucapkan kalimat lailaha illallah muhammadarosulul- kami seseorang yang solatnya belum benar, tuntunlah kami untuk dapat melakukan solat lah. dengan khusu’ Ya Robbi. Jika ada seorangpun Ya Robbana, ampuni dosa kedua orang tua dalam jamaah ini yang merasakan kegelisahan kami, baik yang masih hidup apalagi yang dalam hatinya, jangan biarkan mereka, kecuali telah wafat. Kami belum cukup berbakti Engkau telah tenangkan keadaan hatinya. kepadanya Ya Rohiim, kami belum sempat Jika ada diantara kami yang sedang sakit, maka membalasnya dengan baik. Kami masih jangan biarkan mereka merasakan sakitnya, sering membentak, menghardik, dan bahkan menyakiti hatinya Ya Rohman. tetapi angkatlah dan sembuhkan segala sakit dan penyakitnya. Ya Rahmanur-Rahiim sayangi dan Ampuni segala kesalahan dan dosa kami kepadanya Ya Ghoffur. Kami ingin memper- perbaiki akhlaq suami dan juga istri kami, sehing- ga mampu membawa keluarga kami menjadi baikinya ya Rohiim. Berikan kesempatan keluarga sakinah mawaddah warohmah. Ya kepada kami untuk berbakti lebih baik lagi Goffur, jika ada dosa2 karena maksiat kami sehingga menghambat ibadah dan falakh kepadanya. mereka, maka kami mohon ampun, dan perbaiki Allahumma inna nas aluka ilmannafia, serta bimbing mereka menjadi anak2 dan cucu2 warizqon… soleh dan solehah, yang mampu memberikan Robbana atina fiddunya khasanah mahkota kepada kami di akherat kelak. Kami malu dengan anak2 dan cucu2 orang lain yang telah mampu menghafal alquran, kami malu dengan anak2 dan cucu2 orang lain yang telah mampu tahajjud, sedang anak2 dan cucu2 kami masih sibuk dengan urusan dunia Ya Maliik, untuk itu berikan petunjukmu kepada mereka ya Rob. 10
Para Guru Besar UI dan Taufiq Ismail Niniek L. Karim Alumni UI yang tergabung (Alumnus FPsi UI) dalam PRSWI Andien Tika Bisono (Alumnus Fisip UI) (Alumnus FPsi UI) Putri Handayani Yori Antar (Alumnus FTUI) (Alumnus FTUI)
Komunitas Line Dance para alumni Fakultas Teknik UI ini, terbentuk karena kerinduan untuk melakukan kegiatan bersama yang mengolah raga namun tetap santai dan penuh keceriaan. Awal mula terbentuk komunitas Dancing Engineers atau DE adalah lomba Flashmob antar alumni di acara Home Coming Day UI pada tahun 2019 dimana DE keluar sebagai juara 2 . Para peserta lomba kemudian meneruskan tradisi latihan bersama dan mengembangkan pilihan tarian sehingga akhirnya terciptalah komunitas alumni yang aktif, ceria dan rukun dalam semangat kekeluargaan, DE percaya bahwa ada persamaan antara : Dancing dan Engineers. Keduanya mengedepankan presisi, hitungan, keselarasan, pola dan dinamika kaki-tubuh secara keseluruhan. Saat ini member DE tercatat 70 orang. Anggotanya merupakan alumni FTUI lintas jurusan/departemen dan generasi dari 70an sampai 2000an
Orkes Simfoni Universitas Indonesia atau OSUI Mahawaditra adalah orkes simfoni yang didirikan di Universitas Indonesia dan tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa di lingkungan Universitas Indonesia. Nama “Mahawaditra” berasal dari bahasa Sansekerta. “Maha” berarti agung dan “Waditra” berarti suara sehingga “Mahawaditra” memiliki arti suara yang agung. Nama ini diusulkan oleh rektor Universitas Indonesia pada masa OSUI Mahawaditra didirikan yaitu alm. Prof. Dr. Nugroho Notosusanto. Saat ini Mahawaditra berstatus sebagai orkestra simfoni mahasiswa tertua dan terbesar di Indonesia dari peguruan tinggi non-musik. Eksistensi Mahawaditra telah mendorong orkestra simfoni mahasiswa di universitas lain maupun orkestra komunitas untuk berkembang. Dengan pencapaian OSUI Mahawaditra pada AIMF 2015, OSUI Mahawaditra terus mencari tantangan baru untuk menaikkan standarnya. Pada tanggal 26 April 2020, OSUI Mahawaditra menjadi inisiator terbentuknya Ikatan Orkestra Mahasiswa Indonesia (IOMI) yang menjadi wadah untuk orkestra mahasiswa Indonesia sama-sama berkembang. Pada awal terbentuknya, IOMI terdiri dari 13 orkestra mahasiswa meliputi Orkes Simfoni Universitas Indonesia Mahawaditra, Airlangga Orchestra, Batavia Chamber Orchestra, Bersama dalam Musik Binus, Diponegoro Orchestra, Gajah Mada Chamber Orchestra, Institut Teknologi Bandung Student Orchestra, Padjajaran Ensemble Community, Sound of Phoenix Universitas Prasetya Mulya, dan Universitas Multimedia Nusantara Symphony Orchestra. Pada tahun 2021, anggota IOMI bertambah menjadi 14 dengan bergabungnya Soegijapranata Orchestra dari UNIKA Soegijapranata Semarang. Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, CES., DEA Glory Bunga Soemoele Violin 1: Violin 2: Viola: Cello: Najwa Alya Elena Vianca Alfi Sina Vinci Christofer Enzo
Paduan Suara Alumni Universitas Indonesia (PSAUI) adalah kelompok paduan suara yang dibentuk pada tahun 2003 merupakan paduan suara yang beranggotakan Alumni dari berbagai Fakultas dan Tahun / Angkatan di Universitas Indonesia, yang setelah kelulusannya menjadi profesional di berbagai bidang seperti Dokter, Psikolog, Notaris, Akuntan, Lawyer, Konsultan di berbagai keahlian dan pengusaha berbagai bidang serta akademisi sebagai Dosen dan Guru Besar. Cikal Bakal Anggota PSAUI adalah Anggota Paduan Suara Mahasiswa UI di Era 1970-1980, jauh sebelum dibentuknya UKM Paduan Suara Paragita. Anggota aktif PSAUI terdiri dari Alumni UI angkatan 60an dengan usia 70an hingga angkatan 2013 yang milenials jadi dalam pertemuan kami disaat latihan panggilan eyang oom tante dan kakak sudah menjadi hal yang biasa terdengar. Sejak tahun 2010, PSAUI mengusung visi untuk melestarikan lagu-lagu nasional dan daerah agar anak-anak sejak awal mengenal lagu-lagu daerah dan Nasional, dan agar lebih mencintai bangsanya walaupun bisa juga menikmati lagu asing sebagai efek perkembangan teknologi di bidang media sosial. Untuk mewujudkan visi ini, PSAUI melaksanakan program “SUARA CINTA NEGERI” dengan memproduksi CD lagu-lagu nasional dan daerah yang kemudian dibagikan secara gratis ke sekolah dasar-sekolah dasar diseluruh Indonesia baik melalui kegiatan Konser Cinta Negeri di beberapa kota propinsi di Indonesia maupun melalui jalur pertemanan dengan sesama Alumni. Sebagai contoh beberapa Konser Cinta Negeri I sd VII telah dilaksanakan di Jakarta, Manado, Bali, Jogya, Solo dan Singapura. Konser Cinta Negeri vacuum selama Pandemi dan direncanakan akan dilaksanakan kembali. Sebagai upaya regenerasi anggota PSAUI, selain lagu2 nasional dan daerah, kami mulai menyanyikan lagu-lagu yang lebih familiar bagi generasi millenial seperti lagu-lagu soundtrack film-film Disney atau lagu pop lainnya. Pada kesempatan ini kami mengajak Alumni UI yang senang menyanyi, baik yang dulu ketika mahasiswa menjadi anggota UKM paduan suara maupun yang tidak, untuk bergabung menjadi anggota PSAUI. Silahkan langsung datang ke tempat latihan kami yang nyaman yang merupakan bantuan dari anggota kami drg Yosi Arianto FKG 74 : yaitu di lantai 5 Gedung Wisma Bayuaji, Jakarta Selatan setiap hari Rabu, jam 18.00 Pelatih PSAUI saat ini adalah Jo de Fretes (FT 78 $dan Maudy Warouw (FE 77). Dalam Konser Kemerdekaan ini, PSAUI akan tampil dalam dua sesi. Sesi pembuka dengan menampilkan Medley Lagu-lagu Daerah dan di kesempatan penutup dengan Medley Lagu-lagu Nasional dengan Dirigent : Dyah Ratna Permatasari (FMIPA 82). Pianist : Diah Soenario. “Salam Cinta Negeri”
Liga Tari Mahasiswa Universitas Indonesia Krida Budaya (LTMUIKB) is a student organization focusing on preserving and developing folklore dances and music. Founded on February 17th, 1983, Krida Budaya has been participating in various competitions and festivals, both domestic and international area. Krida Budaya has grown into a phenomenal dance group that focused to wider dance perspectives. Krida Budaya's members, nowadays, also learn basic atlet, contemporary dance, and modern dance in additional to folklore dance. Annisa Putri Ayudya Divanya Aimee Shakira (F.Psi) (FIA) Balqis Khairrulita Mafili Pramudita (F.MIPA) (FIA Nibrasya Putri Anindita Nirwana Rifani Farasati (FIB) (FIB)
ETAPE 1
11 Karya Ir. Indy Hardono, M.B.A. 12 Karya Drs. Sam Mukhtar Chaniago, M.Si. 13 Karya Dr. Ibnu Wahyudi, M.A. 14 Karya Assoc. Prof. Drs. Firdaus Syam, M.A., Ph.D. 15 Karya Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono Liga Tari UI
Ir. Indy Hardono, M.B.A. Prof. Dr. Frieda Maryam Mangunsong Siahaan, M.Ed., Psikolog. Negeri ini bukan tentang satu musim Negeri ini adalah orkestra besar Bukan tentang satu dekade Bukan sekedar retorika dan wacana Bukan tentang satu purnama Orkestra yang harus selalu dimainkan Dengan gubahan baru namun tetap Negeri ini adalah orkestra besar, selaras yang gubahannya ditulis selama beribu zaman Tetap agung dan tetap megah Dengan peluh prajurit Padri dan Mataram Sampai akhir masa Dengan darah Hasanudin dan Cut Nyak Dien yang dirapikan dan disusun kembali oleh para pelajar Stovia Agustus 2020 Digelar oleh Hatta di Den Haag dengang lakon Indonesia Vrij Diilantangkan oleh para pemuda di Kramat Raya untuk kemudian diluncurkan sebagai overture Pada 17 Agustus 1945 Negeri di garis tengah bumi ini adalah negeri terpilih Pantulan wajah Ilahi Hijaunya adalah jannah Biru lautnya adalah anugerah 11
Drs. Sam Mukhtar Chaniago, Prof. Dr. I Ketut Surajaya, M.A. M.Si. : sebutir peluru ini akan menembus dadamu dan akan : kau telah memilih mati yang terbaik menelusup terus ke dasar hatimu dan akan menghilangkan bangsamu hanya mengenalmu sebagai nyawa pengkhianatmu pahlawan yang telah menghancurkan tansi pertahanan musuh hanya dengan sebutir : sebutir peluru ini lebih berharga tinimbang ragamu granat dan penyesalan sedangkan jiwamu tidak cukup buat menebus delapan nyawa yang telah gugur yang telah jadi korban khianatmu Lampung-Jakarta, Nopember 1980 sementara, delapan onggokan masih basah dan beberapa helai daun kering melayang : selama peluru ini belum keluar dari lubang pistol ini kau boleh memilih mati sebagai pengkhianat atau sebagai pahlawan malam ini bulan tak muncul aliran sungai ini akan mengantarkan kau ke belakang tansi musuh dan sebutir granat ini sanggup membawamu gugur sebagai pahlawan atau hidup sebagai pejuang tatkala angin masih mengibaskan helai ilalang di latar makam, di situ telah bertambah satu onggokan 12
Dr. Ibnu Wahyudi, M.A. Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP bersama kemerdekaan bersama kemerdekaan kami menyusuri hati ibu pertiwi kami menyaksikan kata-kata makin kaya menjumpai rasa terbebaskan bahasa pun menjadi terkesan menawan juga kenyataan yang manusiawi hanya sayangnya sedikit warisan penuh daya tetapi mengapa baru sebagian yang mengajarkan pekerti lewat perumpamaan sementara sisa besarnya tetap pasi atau memberi tuntunan dengan indah kata penuh dengan belenggu pikiran bangga akan khazanah nan beragam yang hampir tanpa memberi arti dan bukan yang serba dari mancanegara bagi hakikat kemanusiaan yang dijadikan semacam teladan yang murni tanpa rasa rendah diri bersama kemerdekaan 12 Agustus 2023 kami bersilaturahmi dengan para politisi yang mentereng dengan kendaraan atau dengan busana beraroma wangi namun yang menyeruak bacin perkataan bukan saja karena sarat caci maki atau tak satunya kata dan perbuatan juga menguap hampir semua janji lantaran yang utama bagi mereka adalah kepentingan gerombolan 13
Assoc. Prof. Drs. Firdaus Syam, Prof. Dr. Multamia Retno M.A., Ph.D Mayekti Tawangsih Lauder, S.S., Mse., DEA. Bela negara .. Di sini kita berdiri.. Adalah pending emas Nusantara... Di sini kita ruku.. dan sujud.. Bela negara Dalam jiwa merdeka.. Adalah jagad jagad Nusantara.. Bagai garuda berdiri kokoh diatas cadas.. Menatap jalan perubahan dunia.. Bela negara Bela Garuda di dadaku tegak di puncak puncak jaya.. Bela negara.. Setiap langkah dan tatapan mata kita... Bela negara.. Tangan di kepal.. Adalah nafas sehat Senyum sumringah.. Generasi masa depan anak bangsa.. Derap derap langkah yang satu.. Satu hati.. Bela negara.. Satu jiwa.. Adalah jantung sehat untuk cita Indonesia.. Untuk sejahtera Rakyat Indonesia.. Bela negara.. Adalah enerji terbaharukan bagi keberlangsungan negeri para wali.. Bela negara.. Nan indah penuh pesona di hati.. Komitmenku Takwa jiwa korsa Bela negara.. Adalah senyum wibawa para pahlawan Indonesia.. Bela negara.. Jayalah Indonesia Bela negara.. Dalam kibaran Adalah komitmen semua bagi jembatan cita.. Indonesia.. Dwi warna Merah Putih.. Bela negara.. Berani nan suci.. Adalah pagar dan benteng penjaga konstitusi Pancasila dan UUD 46 Tiada korupsi.. Sebagai pejabat negeri.. Bela negara.. Adalah jiwa korsa setiap anak Indonesia.. Firdaus Syam Pagar Alam.. 14 Jakarta, 30/6/021 Sudut Wantanas
Prof. Dr. Sapardi Djoko Dra. Niniek L Karim Dr. Adrianus Laurens Gerung Dr. Leila Mona Ganiem, M.Si. Damono Waworuntu, M.A. selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk Selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil dan menyanyi kecil buatmu. memberi salam kepada si anak kecil; aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu, terasa benar: aku tak lain milikmu. dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam kerja yang sederhana; Negeri di garis tengah bumi ini bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dan adalah negeri terpilih tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal. Pantulan wajah Ilahi selalu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah, Hijaunya adalah jannah di mata para perempuan yang sabar, Biru lautnya adalah anugerah di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan; kami telah bersahabat dengan kenyataan Negeri ini adalah orkestra besar untuk diam-diam mencintaimu. Bukan sekedar retorika dan wacana Pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu Orkestra yang harus selalu dimainkan agar tak sia-sia kau melahirkanku. Dengan gubahan baru namun tetap selaras seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam Tetap agung padamu, kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya. dan tetap megah aku pun pergi bekerja, menaklukan kejemuan, Sampai akhir masa merubuhkan kesangsian, dan menyusun batu-demi batu ketabahan, benteng Agustus 2020 kemerdekaanmu pada setiap matahari terbit, o anak jaman yang megah, biarkan aku memandang ke Timur untuk mengenangmu wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat, para perempuan menyalakan api, dan di telapak tangan para lelaki yang tabah telah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura. 15
ETAPE 2
Karya Dr. Ade Solihat, S.S., M.A. 16 17 Karya Taufiq Ismail 18 Karya Yudhistira ANM Massardi 19 Karya Dr. Sunu Wasono, M.Hum. Tika Bisono, M.Psi 20 Karya dr. Karel Dourman Hotman Saragih, Sp.PD, Sp.JP, FIHA 21 Karya Dra. Margaretha M. Siahaan, M.M. 22 Drs. Hari Untoro Drajat Liga Tari UI
Dr. Ade Solihat, S.S., M.A. Dr. Rosa Diniari, M.Si. Pande K Trimayuni, S.Sos., M,Sc. pada zaman bukankah yang sekarang sedang menjarah bumi ketika kita sadar pertiwi berada pada titik terendah adalah saudaraku seagama dan sewarna kulit sebagai bangsa yang terjajah aku pun membiarkan saja angka kemiskinan meninggi bahkan ratusan tahun, katanya karena aku tidak masuk di dalam angka-angka itu aku pun santai menonton aktor-aktor koruptor yang pada zaman terus unjuk gigi ketika merah putih menjarah ibu pertiwi, ibu mereka sendiri dijunjung tinggi dengan pekik ‘merdeka!’ dan…. diiringi tinju dan kepal jari Merah Putih masih tetap berdiri peluh dan darah membasahi pada tiang-tiang yang tak berpeluh pada zaman meski kini pekik ‘merdeka’ itu menyiutkan nyali jari-jariku bahkan tak lagi bisa mengepal para pemerkosa negeri ini hanya bisa untuk menempuk dada, berbangga penjajah dengan agama dan warna kulit yang berbeda atau ikut-ikutan terbuka meminta-minta hingga mereka terusir dan tak lagi kembali kalaulah jari-jari ini bisa lagi dikepalkan lalu…… sambil teriak ‘merdeka’ sampai pada zaman ini pun, kepada siapa pekik itu kuteriakkan? ketika merah putih tlah terus berkibar tinggi di tiang yang selalu tegak berdiri aku hanya bisa bisikkan tak perlu peluh dan darah kita lagi ke sanubari yang tersembunyi di dasar dada sambil menanyakan kepada siapa pekik ‘merdeka’ akan kuteriakkan? benarkah kita sudah merdeka? nyali siapa yang akan kuciutkan? adakah yang akan terusir dengan pekikan itu? Depok, 07/07/2021 16
Taufiq Ismail Swary Utami Dewi, S.Sos., M.A. Tidak ada pilihan lain Kita harus berjalan terus Karena berhenti atau mundur Berarti hancur Apakah akan kita jual keyakinan kita Dalam pengabdian tanpa harga Akan maukah kita duduk satu meja Dengan para pembunuh tahun yang lalu Dalam setiap kalimat yang berakhiran “Duli Tuanku ?” Tidak ada lagi pilihan lain Kita harus berjalan terus Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan Dan seribu pengeras suara yang hampa suara Tidak ada lagi pilihan lain Kita harus Berjalan terus. 17
Yudhistira ANM Massardi Aylawati Sarwono Kemerdekaan itu Kemerdekaan itu Senandung merah tentang putih Jiwa yang membusungkan dada Tentang bambu runcing, Bung Karno dan Bung Hatta Otot yang menegapkan badan Tentang bendera yang mengibarkan gelora Tenaga yang menderapkan langkah Tentang semangat untuk hidup dan mati Api yang mengobarkan nyali: Tentang langit dan bumi Tentang bangsa yang bangkit sesudah kubur yang rebah MERDEKA ATAU MATI! Kemerdekaan itu - Jakarta, Agustus 2016 -Bukan kata akhir tentang yang silam Kemerdekaan itu kata kerja sepanjang masa Pekik tanpa henti Pembebasan tiap hari : Nurani dan sanubari Keadilan dan kemakmuran Setiap jiwa Setiap bangsa Kemerdekaan itu Janji yang ditaburkan Tuhan kepada semesta alam Janji yang diucapkan dopamin kepada otak dan seluruh tubuh Janji yang diucapkan rambut kepada kaki Kemerdekaan itu Hak bintang-bintang untuk berkerlip Hak fajar untuk melukiskan jingga Hak angin untuk menggerakkan udara Hak ombak untuk mengempaskan laut Hak manusia untuk menegakkan martabat 18
Dr. Sunu Wasono, M.Hum. Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, CES., DEA Tiap kali aku terbangun di pagi dinihari Ini pertanyaan dan harapan orang awam Terlintas di anganku tentang suatu bangsa (orang biasa yang tak paham tentang kuasa) yang warganya saling menyapa dengan bahasa cinta kepada kalian yang kuyup di jagat politik Tidak saling menghardik dan mencerca Bukan kepada rumput yang bergoyang Kapankah harapan itu menjadi kenyataan? Seperti yang terlantun di lirik lagu itu Kapan negeriku tak kaujadikan gelanggang pertikaian? Tiap kali aku terbangun di pagi dinihari Terbetik di hati tentang suatu negeri Lama sudah aku dalam penantian tak bertepi yang penduduknya saling menghormati Aku ingin hidup damai di negeri ini Tidak saling mencurigai, membenci, dan memaki Bilakah itu terealisasi? November 2016-Juli 2021 Tiap kali aku terbangun di pagi dinihari Terbayang di benakku tentang suatu negeri yang pemimpin dan wakil rakyatnya tak haus korupsi yang pemuka agamanya tak gemar memprovokasi yang rakyatnya tak saling bertikai Kapankah itu terjadi? 19
dr. Karel Dourman Dr. Retno Lestari, M,Si Hotman Saragih, Sp.PD, Sp.JP Secangkir kopi pagi Lelaki mencari pembeli Celoteh meradang bersitegang Ilalang meranggas Kemarau Kekuasaan diperebutkan Berkibar di tiang tinggi Pembagian diperdebatkan Menggapai mentari Tungku perapian memanas Bendera merah putih Kala gajah beradu gagah Apakah masih bersih? Akankah pelanduk akan terpuruk? Menanjak usia mikul beban berat Lonceng kan tetap tidak berguna bila tak dipalu Semangat juang tetap jadi kalimat bila tak diseru Bambu runcing mulai diasah Kecintaan bangsa hanya rangkaian kata bila tak Semakin tajam kian mendekam digema Garuda melanglang terbang mengepak sayap menjulang Semua mimpi harus diwujudkan Miangas hingga pulau Rote Smara empati berjati negri dinanti Sabang sampai Merauke Gemah Ripah loh jinawi Hanya mimpi? Gebyar gebyar mencetar Kisah heroik dulu Rindu Berjalan lelah berpeluh Genggam bendera Teruslah melangkah Bendera itu kita Arogansi meninggi Tikus memakan anggaran Bintaro030823 Net +62 mengaum geram kareldhs_dr.k Serakah berbuah petaka 20
Dra. Margaretha M. Siahaan, Ratih Siti Aminah., M.M. S.Sos., SS., M.Si Merdeka Indonesia Merdeka Dambakan nyata Seluruh rakyat Indonesia Satu Nusa Mari kita raih kemenangan Satu Bangsa Rawat nurani berbangsa Menjunjung bahasa persatuan Negara Pancasila berkalung Bhineka Tunggal Ika Bahasa Indonesia Beri cahaya karyamu bagi negara Dulu sejarah bicara Baktikan jiwa raga sepenuhnya Tetesan darah dan air mata Tampilkan ide nyata anak bangsa mendunia Rela berjuang Bagi Indonesia tercinta Menang lepas bebas Akhirnya merdeka Gaungkan makna Indonesia Merdeka Tidak sia-sia Demi kesejahteraan bersama Jika kita kuat dan utuh Namun Pasti akan jaya Belum ada yang usai Kini era baru Merdeka Perjuangan melawan korupsi Perjuangan melawan kemiskinan #Kota Wisata,6 Agustus 2023.# Perjuangan melawan kebejatan politik Merdeka Buktikan karya anak Bangsa Gapai prestasi nyata 21
Drs. Hari Untoro Drajat Dra. Andalusia Shahab Di bulan Ramadhan tujuh delapan tahun silam Tuk mengatur Indonesia Raya Kemunculannya mengejutkan semesta alam Luas terhampar seantero nusantara Hiroshima-Nagasaki diluluh-lantakkan Dengan penduduk terbanyak kelima di dunia Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Sahabatku, tetangga kita sudah lari kencang Kegaduhan muncul silih berganti Saudaraku, mitra kita sudah terbang melayang Tak rela merdeka, kompeni datang kembali Menangkap peluang secara bergandengan -Disambut pekik merdeka atau mati Tuk -kemajuan dan kemaslahatan minim kegaduhan Hengkang dari pertiwi bukan pilihan lagi Wahai sahabatku, bersatulah Pahlawan kesiangan muncul di sana-sini Wahai saudaraku, kompaklah Ego kelompok maupun pribadi Wahai keluargaku, semangatlah Pemberontakan berseliweran bak dikomandoi Wahai semuanya, kerja keraslah Semua sirna, musnah, ditelan bumi pertiwi Bersama, kita pasti bisa Tidak ada kebijakan tanpa cemoohan Tidak ada keputusan tanpa penolakan Depok, Agustus 2023 Tidak ada peraturan tanpa perdebatan Tidak ada bantuan tanpa kecurigaan Tak mudah memang, menyatukan irama nada 22
ETAPE 3
23 Karya Taufiq Ismail 24 Menampilkan Yori Antar & Putri Handayani Paduan Suara Alumni UI 25 Karya Ir. Indy Hardono, M.B.A 26 Karya Prof. Dr. Ibrahim Gibra Andien Andien Andien
Taufiq Ismail Pada tahun keenam Begitulah aku berjalan pelan-pelan Setelah di kota kami didirikan Dalam musium ini yang lengang Sebuah Musium Perjuangan Dari lemari kaca tempat naskah-naskah berharga Datanglah seorang lelaki setengah baya Kesangkutan ikat-ikat kepala, sangkur-sangkur Berkunjung dari luar kota berbendera Pada sore bulan November berhujan Maket pertempuran dan menulis kesannya di buku tamu Dan penyergapan di jalan Buku tahun keenam, halaman seratus-delapan Kuraba mitraliur Jepang, dari baja hitam Jajaran bisu pestol Bulldog, pestol Colt Bertahun-tahun aku rindu Untuk berkunjung kemari PENGOEMOEMAN REPOEBLIK yang mulai berdebu Dari tempatku jauh sekali Gambar lasykar yang kurus-kurus Bukan sekedar mengenang kembali Dan kuberi tabik khidmat dan diam Hari tembak-menembak dan malam penyergapan Pada gambar Pak Dirman Di daerah ini Mendekati tangga turun, aku menoleh kembali Bukan sekedar menatap lukisan-lukisan Ke ruangan yang sepi dan dalam Dan potret-potret para pahlawan Jendela musium dipukul angin dan hujan Mengusap-usap karaben tua Kain pintu dan tingkap bergetaran Baby mortir buatan sendiri Di pucuk-pucuk cemara halaman Atau menghitung-hitung satyalencana Tahun demi tahun mengalir pelan-pelan Dan selalu mempercakapkannya Deru konvoi menjalari lembah Alangkah sukarnya bagiku Regu di bukit atas, menahan nafas Dari tempatku kini, yang begitu jauh Untuk datang seperti saat ini Di depan tugu dalam musium ini Dengan jasad berbasah-basah Menjelang pintu keluar ke tingkat bawah Dalam gerimis bulan November Aku berdiri dan menatap nama-nama Datang sore ini, menghayati musium yang lengang Dipahat di sana dalam keping-keping alumina Sendiri Mereka yang telah tewas Menghidupkan diriku kembali Dalam perang kemerdekaan Dalam pikiran-pikiran waktu gerilya Dan setinggi pundak jendela Di waktu kebebasan adalah impian keabadian Kubaca namaku di sana..... Dan belum berpikir oleh kita masalah kebendaan Penggelapan dan salahguna pengatasnamaan 23
Search