Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore RAMADAN: ANTARA SEREMONI DAN ESENSI

RAMADAN: ANTARA SEREMONI DAN ESENSI

Published by redaksiushuliyyah, 2023-04-03 08:15:17

Description: Maka dalam Buletin edisi spesial yang mengangkat tema Ramadan ini, kami menyajikan berbagai kolom yang membahas Ramadan, baik itu dari sisi ibadah, sosial, dan lingkungan. Pendek kata, kiranya buletin edisi spesial kali ini dapat menjadi tulisan yang cukup menyenangkan untuk di baca, sembari menunggu waktu berbuka puasa tiba. Salam Literasi!

Search

Read the Text Version

Sebenar-nya ia pergi ke kafe ini untuk sekedar mengakses Wi-Fi gratisan demi bisa berselancar mencari tambahan referensi untuk tugas dari dosen mata kuliah Kardioserebrovaskuler. angannya untuk melihat tulisan pukul tersebut, tolong temui aku di berwarna jingga di atas tisu. ujung jembatan di seberang kafe ini. Terima kasih”. Seorang pramusaji data-ng membawa nampan. “Saya Otak Raja yang terbiasa bereskan sebentar ya, Mas”. melahap buku-buku tentang kedokteran tergelitik saat “Boleh-boleh”. Ia meraih tisu membaca teka-teki ini. Sebenar- yang ada di atas meja, lalu nya ia pergi ke kafe ini untuk membiarkan pramusaji sekedar mengakses Wi-Fi gratisan melakukan tugasnya. demi bisa berselancar mencari tambahan referensi untuk tugas “Pesan apa?” dari dosen mata kuliah “Lychee ice tea” Kardioserebrovaskuler. Tapi teka- “Ada lagi?” teki ini begitu menggoda untuk ia “Itu dulu” pecahkan. Ia mengeluar-kan “Atas nama siapa, Mas?” buku catatan mungil dan bolpoin “Raja” dari dalam ranselnya kemudian “Baik, terima kasih. Mohon mulai mencoret-coret. ditunggu pesanannya ya, Mas Raja”. Oke, petunjuk utama adalah \"semua jumlah jam\". Jumlah jam Raja hanya membalas ada dua belas, berarti dengan senyuman. 1+2+3+4+5+6+7+8+ Merebahkan punggungnya 9 + 10 + 11 + 12 = 78. di atas sofa sambil mengamati tulisan tangan berwarna jingga Sekarang seperempat, sepertiga, yang rapi. dan setengah dari jumlah itu. “Kepada siapapun yang Seperempat dari 78 – 19,5 membacanya, aku ingin sekali Sepertiga dari 78 = 26 melupakan kenangan lamaku. Setengah dari 78 = 39 Tolong bantu aku. Temui aku pada satu jam lebih banyak dari 49MARET 2023 USHULIYYAH jumlah seperempat, ditambah sepertiga, ditambah setengah dari semua jumlah jam. Pada


Jumlahkan semuanya 19,5 + 26 + maksud dari teka-teki yang ia 39 = 84,5 tuliskan. Sedikit kecewa, ia mulai melangkah meninggalkan Satu jam lebih banyak dari 84,5? tempat yang seharusnya menjadi Pasti maksudnya 8.45, dan satu tempat pertemuan antara dia jam lebhnya dan penolongnya dari masa lalu. adalah 9.45! \"Kak!\" salah seorang bocah \"A-ha!\" Raja berteriak sambil pengamen memanggil Ema. Ema mengacungkan tinjunya ke atas, terkejut, mungkinkah anak itu membuat pramusaji yang yang bisa memecahkan teka- mengantarkan minumannya tekinya. sedikit terlonjak. \"Wah, maaf kalo \"Iya, Dek.\" mbaknya jadi kaget,\" ujarnya \"Nungguin orang, ya?\" sambil tersenyum lebar. Menarik \"Ummm, kok tahu?\" sekali, pasti yang menuliskan teka- \"Orangnya pergi jam setengah teki ini orang yang menarik! sembilan tadi.\" “Oh.” Pukul sembilan empat puluh keesokan harinya, Ema muncul di Ema lemas, tampakya si ujung jembatan seperti yang penolong tak bisa memecahkan dituliskan pada pesan di atas teka-tekinya. \"Tapi tadi katanya tisunya. Tak ada siapa-siapa di kalo ada yang datang sekitar lima sana, hanya dua pengamen cilik belas menit lagi, kasih ini aja.\" yang sedang beristirahat sambil Tangan si bocah pengamen bercanda di bawah pohon. menjulurkan amplop sedang Masih ada waktu lima menit untuk berwarna cokelat. Pupil mata menunggu si pemecah teka-teki. Ema membesar, terkesima dengan hal yang tak pernah ia Setiap jarum detik yang sangka. bergerak, semakin membuat Ema mulas karena hatinya diliputi rasa \"Buka secepatnya, kata penasaran. Lima menit berlalu, masnya,\" celetuk bocah penga- tak ada tanda-tanda kemuncu- men yang satu lagi. Ema merobek lan manusia lainnya di situ. Hanya amplop dan menemu-kan secarik dua bocah penga-men yang kertas, ia mulai membaca tulisan gerak-geriknya sama sekali tidak yang ada di kertas. memperhatikan kehadiran Ema, apalagi memecahkan teka-teki. “Kita tak perlu terburu-buru. Akan ada waktu yang tepat untuk Ema menghela napas, bertemu. Namun jlka ingin cepat ternyata cara ini tak berhasil. menemuiku. Tunggulah sampai Siapa tahu tisu itu terbuang tanpa jarum jam tersenyum sempurna. sempat terbaca oleh siapa pun, Orang yang ingin kau temui akan atau mungkin ada yang memba- ada di pintunya. Ransel hijau canya namun tak meng-erti tersandang di pundaknya. Pergilah Ke tempat yang ada 50 USHULIYYAH EDISI 28


Dikeluarkannya Ema melirik jam tangan di pulpen bertinta jingga pergelangan tangan kanannya. Jam bisa tersenyum? Lalu ia dari dalam tas, lalu teringat sebuah artikel yang menggaris bawahi pernah dibacanya, jarum jam di setiap kata pertama iklan-iklan sering kali membentuk senyuman. Saat jarum pendek pada tulisan itu. menyentuh angka sepuluh, dan jarum panjang menyentuh angka dalam tulisan ini. Obati rasa dua, atau sebaliknya. Pukul 10.10 penasaranmu di hati. Segera atau 13.50, yang mana?! Ema melangkah dan jangan buang sendiri bingung harus bertanya waktu lagi”. pada siapa. “Sial! Ternyata teka-teki “Namun jika ingin cepat dibalas dengan teka-teki”, Ema menemulku... Segera melangkah menggerutu. Kapan ini? Di mana dan jangan buang waktu lagi”. ini? Siapa ini? la memandangi kedua bocah pengamen, yang “Yak! Pukul 10.10! Karena hanya dibalas dengan tatapan harus sesegera mungkin!” Ema polos dan senyuman lebar. melirik kembali jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 09.57. Kedua bocah pengamen Sempit sekali waktunya, berlari kecil meninggalkannya. sementara ia belum mengetahui Ema agak malas memecahkan tempat yang dimaksud. teka-teki ini karena pikiran tenta- ng masa lalu dan segala kenang- “Pergilah ke tempat yang ada an tentang pria itu masih berke- dalam tulisan ini”. camuk dalam benaknya. Tapi ia tak memungkiri, ada rasa Mata Ema lekat membaca penasaran untuk bertemu orang berulang-ulang tulisan di kertas. ini. Pastilah dia seseorang yang Tidak ada petunjuk tempat apa mempunyai kelebihan karena pun di sana. Ema kembali berhasil memecahkan teka-teki mencermati tulisan dan fokus Ema di secarik tisu, semalam. Ema menatap rangkaian kalimat demi kembali menatap sederet tulisan kalimat yang diberi jeda dengan tersebut. titik. Dikeluarkannya pulpen bertinta jingga dari dalam tas, lalu “Tunggulah sampai jarum jam menggarisbawahi setiap kata tersenyum sempurna”. pertama pada tulisan itu. Kita USHULIYYAH 51 Akan Namun Tunggulah Orang MARET 2023


Ransel “Ya, Mbak?” Pergilah “Mau minta tolong, boleh?” Obati “Boleh, Mbak. Tapi kalau Segera minta tolongnya makan waktu, saya izin ke kantor pos dulu. \"A-ha! Akhirnya aku tahu!\" Gimana?” Pekik Ema dengan semangat dan \"Oh, bagus. Aku justru mau euforia. Tepat sekali, kantor pos minta tolong kamu kasih amplop letaknya dekat dari sini. la ini ke salah satu dari mereka.\" Ema bergegas menuju kantor pos dan menyodorkan amplop cokelat pikirannya kini hanya terpusat yang sudah sedikit lecek. pada pertemuan dengan orang “Orang yang mana, Mbak?” tersebut. Siapa dia? Anak mana? “Yang pakai ransel hijau di Apakah dia seorang malaikat pundak, Mas. Tolong banget, yang Tuhan kirimkan? Bagaimana saya nggak punya waktu bisa orang tersebut memecahkan banyak.” teka-tekiku? Semoga semua “Tapi yang pakai ransel hijau terjawab saat bertemu nanti. ada tiga orang. Yang mana, Mbak?\" Lelaki tersebut balik Tempat kantor pos bercat bertanya. jingga sudah terlihat dan Ema \"Saya yakin Mas bisa bantu mempercepat langkahnya, saya. Tolong ya, Makasih.” mencari seseorang yang mema- Ema tersenyum singkat, lalu kai ransel berwarna hijau. Sialnya, sedikit gontai melangkah ke arah sepagi ini tempat tersebut penuh yang berlawanan dari kantor pos, sesak dengan orang yang akan meninggalkan pemuda yang mengirimkan paket entah untuk masih kebingungan. siapa. Dari jarak lima meter, Ema \"Ada yang ngerasa punya bisa melihat ada tiga orang yang amplop ini, enggak?!\" Seorang memakai ransel hijau di pundak di lelaki setengah berteriak di depan depan pintu kantor pos. Yang teras kantor pos. mana salah satunya, Ema tak Sedikit menyita perhatian, berani menebak. Ia mencari cara beberapa orang menoleh ke untuk bisa bertemu dengan lelaki arahnya sambil melihat yang tersebut. Cepat-cepat ia menulis- teracung tinggi di tangan kan beberapa kalimat di kertas kanannya. Raja yang sedari tadi teka-teki yang sudah tercorat- sibuk menatap jam tangan ikut coret, memasuk-kan ke dalam terusik dengan kehebohan amplop cokelat milik pria terse- barusan. Ia menoleh, melihat but, lalu menengok sekeliling. pemuda itu mengacungkan amplop cokelat. Mata Raja \"Mas!\" Ema memanggil terbelalak, ia segera mengha- seorang pemuda berseragam mpiri lelaki itu. yang lewat di hadapannya. 52 USHULIYYAH EDISI 28


\"Punya saya, Mas. Kok bisa Ema tersenyum ada sama Mas?\" singkat, lalu sedikit gontai melangkah ke arah yang \"Beneran ini punya Mas? berlawanan dari kantor Syukur, deh. Ini yang ngasih pacarnya Mas? Kalian lagi pos, meninggalkan marahan? Ini karena mbaknya pemuda yang masih cantik aja, jadi saya mau tolongin. Nih!\" kebingungan. Raja hanya tersenyum tak kafe. Berarti ia harus kembali ke menanggapi ocehan pemuda sana. berseragam tersebut. Segera dibuka surat miliknya yang sudah Tepat pukul 10.45 Raja penuh corat-coret oleh tinta sampai di depan kafe, kakinya berwarna jingga. Dan ada tulisan agak ragu untuk melangkah tambahan di balik suratnya. masuk. Namun rasa penasaran Cerdas! batin Raja. Raja berpikir mengalahkan keraguannya, ia pasti wanita ini tak mau pun me-masuki kafe. pertemuan pertama mereka di kantor pos. Sambil menggenggam amplop cokelat, Raja berjalan “Kembalilah pada sudut saat menuju sofa hitam di sudut kafe, di kamu melihatku pertama kali situ tampak seorang gadis sekarang juga.” berparas manis duduk sendiri, secangkir kopi hitam tampak di “Ha? Aku bahkan belum tahu mejanya. siapa gadis ini, bagaimana mungkin aku tahu tempat Ema melihat Raja, dan pertama bertemu? Duh!” pikirnya memberikan senyuman termanis bingung. kepadanya saat melihat Raja mengangkat sepucuk amplop Raja memandangi sekitar, cokelat. tempat yang mungkin bisa jadi tempat pertemuan pertama kali. Matanya tertumbuk pada bangunan kantor pos berwarna jingga, lalu menatap tulisan di kertas yang dipegangnya, berwarna serupa. \"A-ha!\" pekik Raja girang. Arti tulisannya itu bukan merujuk pada sosok si perempuan, tapi pada tulisan itu sendiri. Raja melihat tulisan berwarna jingga ini pertama kali di sofa hitam sudut 53MARET 2023 USHULIYYAH


puisi Puisi-puisi Neni Suryati Neni Suryati lahir di Bandung pada pertengahan tahun 1998. Saat ini aktif mengajar dan belajar di MI Sekolah Cinta Ilmu, Kabupaten Bandung. Cara Paling Romantis untuk Mati Cara Paling Romantis untuk Mati Di dinding-dinding ingatanku yang mulai berdebu, Namamu masih tertata rapi. Dengan gambar hati yang tak sempurna lagi bentuknya. Di sana aku menggantungkan bulan, bintang, dan keinginan-keinginan kita yang belum sempat jadi nyata. Setiap hari, Seperti tak ada hari minggu. Tak ada waktu untuk merayakan rindu. Tak ada hari libur di kepalaku. Aku mencemaskan segala apa yang ada pada dirimu: Isi kepala dan hatimu. Mengingatmu, Aku lupa caranya tahu diri. Mengingatmu, Adalah caraku bersembunyi dari sepi. Dan mengingatmu, Adalah cara paling romantis untuk mati. Bandung, 19 April 2021 Sebuah Resep Melupakan Siapkan dua buah mata, yang sudah kautiriskan airnya. Diamkan beberapa saat, sampai sempurna keringnya. Siapkan secukupnya hati, yang baru dan segar. Kemudian, taburkan sejumput penyedap rasa, di atas hati yang hambar. Ratakan, jangan ada yang tersisa. Lalu, apa kau masih mengingat sebuah resep rahasia di dalam kepalamu? Resep rahasia itu bernama waktu. Bandung, 2022 54 USHULIYYAH EDISI 28


Kepada Perempuan yang Tak Pernah Menangis Pada malam-malam yang seringkali dijatuhi sepi, kau tak pernah bisa menolak banyak kesedihan yang datang mengendap-endap, memakai topeng yang berbeda pada tiap wajahnya, menempel pada dinding kamarmu yang lembap dengan luka di mana-mana. Setiap hari kau berlari, mengejar laju jarum jam yang tak pernah mau berbalik arah. Setiap hari kau tertawa—ditertawakan, almanak yang dengan pongah mengganti setiap angka di tubuhnya dengan angka yang baru. Hari ini kau menjelma tuan putri. Setangkai mawar tumbuh di hatimu tanpa duri. Bandung, 30 Mei 2021 Memeluk Kesedihan Ketika lenganku tak dapat memelukmu. Kau memberikanku dua buah telinga, yang manis, legit. Seperti buah semangka yang melegakkan dahaga pukul dua belas. Ketika lenganku tak dapat memelukmu. Kau memberikanku bibirmu, yang merah, lebih manis dari hanya sekadar buah semangka. Ketika lenganku tak dapat memelukmu. Kau memberikanku sepasang matamu, kau mengikatnya dengan mataku, erat sekali. “Biar tak jatuh kemana-mana,” katamu. Ketika lenganku tak dapat memelukmu. Kau memberikanku hatimu, yang basah karena gerimis dan tak pernah kering. Bandung, 19 Juni 2021 55MARET 2023 USHULIYYAH


Edisi 28 Maret 2023 selamat kepada seluruh peserta basic training (LK 1) yang sudah dinyatakan lulus sebagai kader komisariat ushuluddin. Selamat bergabung dan berproses di Himpunan Mahasiswa Islam 11 Maret 2023 Kampus II UIN Sunan Kalijaga, Pajangan, Bantul, DI Yogyakarta


Edisi 28 Maret 2023 spaceiklan contact us WhatsApp : +62 813 1063 0762 (Widya Kurniawati) Instagram : @lapmiushuliyyah Email : [email protected]


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook