Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore BAB VI PP 11 SMTR GENAP

BAB VI PP 11 SMTR GENAP

Published by osda.manurung, 2021-01-10 06:08:46

Description: BAB VI PP

Search

Read the Text Version

BAB VI LABEL/BARCODE PRODUK Kompetensi Inti KI-1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung-jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI-3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunyatentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI-4: Melaksanakan tugas spesifik, dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta menyelesaikan masalah sederhana sesuai dengan bidang kerja Bisnis Daring dan Pemasaran. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. Menunjukkan keterampilan mempresepsi, kesiapan, meniru, membiasakan gerak mahir, menjadikan gerak alami, dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.. Kompetensi Dasar 1.1. Mensyukuri karunia Tuhan Yang Mahaesa, atas pemberian amanah untuk mengelola pelabelan produk. 1.2 Mengamalkan ajaran agama dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menghasilkan informasi keuangan yang mudah difahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan 2.1. Memiliki motivasi internal dan menunjukkan rasa ingin tahu dalam menemukan dan memahami pengetahuan dasar tentang pelabelan produk. 2.2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, responsif dan pro- aktif dalam berinteraksi secara efektif dalam lingkungan sosial sesuai dengan prinsip etika profesi bidang pelabelan produk. 2.5. Menghargai kerja individu dan kelompok serta mempunyai kepedulian yang tinggi 3.6 Menganalisis Pelabelan/barcode produk drink, food, fresh dan kosmetik di supermarket, fashion dan sport 4.6 Melakukan Pelabelan/barcode produk drink, food, fresh dan kosmetik di supermarket, fashion dan sport OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK 1

Indikator Pencapaian Kompetensi: 3.6.1 Menelaah pengertian label/barcode produk 3.6.2 Menguraikan sejarah barcode 3.6.3 Menentukan fungsi barcode 3.6.4 Merinci jenis label/barcode produk 3.6.5 Menelaah keuntungan label/barcode produk 3.6.6 Menganalisis cara kerja label/barcode produk 3.6.7 Membaca label/barcode produk 3.6.8 Merinci hal-hal yang dicantumkan dalam label/barcode produk 3.6.9 Menganalisis teknik pelabelan barcode produk supermarket, fashion, kosmetik, dan sport 4.6.1 Merancang pelabelan/barcode produk drink, food, fresh dan kosmetik di supermarket, fashion dan sport 4.6.2 Membuat pelabelan/barcode produk drink, food, fresh dan kosmetik di supermarket, fashion dan sport Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari dan berdiskusi peserta didik dapat: 3.6.1 Menelaah pengertian label/barcode produk 3.6.2 Menguraikan sejarah barcode 3.6.3 Menentukan fungsi barcode 3.6.4 Merinci jenis label/barcode produk 3.6.5 Menelaah keuntungan label/barcode produk 3.6.6 Menganalisis cara kerja label/barcode produk 3.6.7 Membaca label/barcode produk 3.6.8 Merinci hal-hal yang dicantumkan dalam label/barcode produk 3.6.9 Menganalisis teknik pelabelan barcode produk supermarket, fashion, kosmetik, dan sport 4.6.1 Merancang pelabelan/planogram produk drink, food, fresh dan kosmetik di supermarket, fashion dan sport 4.6.2 Membuat pelabelan/barcode produk drink, food, fresh dan kosmetik di supermarket, fashion dan sport Materi Pembelajaran 1. Pengertian Label/Barcode Produk 2. Sejarah Label/Barcode Produk 3. Fungsi Label/Barcode Produk 4. Jenis Label/Barcode Produk 5. Keuntungan Menggunakan Label/Barcode Produk 6. Cara Kerja Label/Barcode Produk 7. Membaca Label/Barcode Produk 8. Hal-hal yang dicantumkan dalam Label/Barcode Produk 9. Teknik pelabelan pada Produk Supermarket, Fashion, Kosmetik dan Sport Uraian Materi Label/Barcode adalah sejenis stiker yang digunakan sebagai media untuk mencetak informasi suatu produk dengan menggunakan Printer Barcode. Label Barcode adalah elemen yang tidak dapat terpisahkan dari Sistem Barcoding. Label Barcode sendiri ada beberapa macam tergantung spesifikasi bahan. OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK 2

Gambar 6.1 (Sumber Internet) Penggunaan Label Barcode sekarang ini hampir semua sektor sudah mengaplikasikannya. Diantaranya adalah Retail, Usaha Kecil dan Menengah, Garmen, Konveksi, Warehouse, PLN dan PDAM serta Industri Tekstil. Karena teknologi Barcode sekarang sudah diterapkan di berbagai lini atau proses kerja maka semakin banyak juga yang menggunakan Label Barcode. Label Barcode yang paling banyak digunakan diantaranya adalah Semicoated, Vallum TTR, dan Yupo. Melihat penggunaan Label Barcode yang semakin banyak, yang digunakan di seluruh Indonesia. Dulu pengguna Label Barcode harus memesan langsung ke Jepang atau Singapura untuk membeli Label Barcode. A. Pengertian Label/Barcode Produk Barcode yang dikenal orang umumnya tercetak pada kemasan produk suatu barang. Atau kita sering melihatnya ketika petugas kasir minimarket menscan kode- kode berbentuk garis saat kita selesai berbelanja. Barcode merupakan sejenis kode yang mewakili data atau informasi tertentu (biasanya jenis dan harga barang seperti makanan dan buku). Barcode adalah kode berbentuk garis di mana masing-masing ketebalannya berbeda sesuai dengan isi kodenya. Kode berbentuk batangan balok dan berwarna hitam putih ini, mengandungi satu kumpulan kombinasi batang yang berlainan ukuran yang disusun sedemikian rupa. Kode ini dicetak di atas stiker atau di kotak bungkusan barang. Kode tersebut akan dibaca oleh alat pengimbas (Barcode reader) yang akan menterjemahkan kode ini kepada data/informasi yang mempunyai arti. Di supermarket, barcode reader ini biasanya digunakan oleh kasir dalam pencatatan transaksi oleh customer. Tidak ada satu standard dari kode batang ini, malahan terdapat bermacam-macam standard yang digunakan untuk berbagai keperluan, industri, maupun berdasarkan tempat digunakannya. Ada juga yang menyatakan bahwa Barcode adalah susunan gari cetak vertical hitam putih dengan lebar berbeda untuk menyimpan data-data spesifik seperti kode produksi, nomor identitas, dan lain-lain, sehingga system computer dapat mengidentifikasi dengan mudah, informasi yang dikodekan dalam barcode. Saat ini barcode dapat dijumpai di mana-mana, seperti supermarket, swalayan atau di warung-warung yang ada di sekitar kita, dan saat ini juga banyak sekali dijumpai produk-produk yang terdapat banyak garis hitam vertical warna hitam yang saling berdekatan, itulah yang disebut barcode. Di dalam barcode tersebut terdapat OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK 3

informasi atau data yang biasanya berupa data angka. Angka tersebut biasanya juga tercantum di bawah barcode tersebut. Yang menjadi pertanyaan adalah jika memang sudah ada kode angka, mengapa masih diperlukan barcode?. Jawabnya adalah perangkat seperti computer lebih mudah membaca sesuatu yang bersifat digital daripada angka yang bersifat analog. Kode barcode dengan warna contrast (hitam di atas putih) sangat mudah dikenali oleh sensor optic CCD (Charge Couple Device) atau laser yang ada pada alat pemindai (Scanner) untuk kemudian diterjemahkan oleh computer menjadi angka. B. Sejarah Barcode Pada tahun 1932 Wallace Flint membuat system pemeriksaan barang di perusahaan retail. Awalnya teknologi kode batang dikendalikan oleh perusahaan retail. Lalu diikuti oleh perusahaan industry, lalu pada tahun 1948 pemilik toko makanan lokal meminta Drexel Institute of Technology di Philadelphia untuk membuat system pembacaan informasi produk selama checkout secara otomatis. Dengan demikian, Barcode pertama kali diperkenalkan oleh dua orang mahasiswa Drexel Institute of Technology Bernard Silver dan Norman Joseph Woodland di tahun 1948. Mereka mempatenkan inovasi tersebut pada tahun 1949 dan permohonan tersebut dikabulkan pada tahun 1952. Tapi baru pada tahun 1996, penemuan mereka digunakan dalam dunia komersial. Pada kenyataannya penggunaannya tidak begitu sukses hingga pasca 1980an. Perusahaan pertama yang memproduksi perlengkapan kode batang untuk perdagangan retail adalah Monach Marking. Pemakaian di dunia industry pertama kali oleh Plessey Telecommunications. Pada tahun 1972 Toko Kroger di Cincinnati mulai menggunakan bull’s-eye code. Selain itu, sebuah komite dibentuk dalam grocery industry untuk memilih kode standar yang akan digunakan di industry. C. Fungsi Label/Barcode Adapun fungsi Label/barcode produk adalah sebagai berikut: a) Sebagai alat pencatatan transaksi oleh kasir b) Sebagai kode yang mewakili data atau informasi tertentu (jenis dan harga barang) D. Jenis Label/Barcode Secara umum label/barcode dapat dibedakan atas beberapa bagian sesuai dengan kegunaan dan tujuan pemakaian barcode, yang terdiri atas: a. Uniform Product Code (UPC): untuk checkout penjualan, persedian dan sebagainya pada toko retail. b. Code 3 of 9 (Code 39): identifikasi, investasi, dan pengiriman pelacakan c. POSTNET: kode pos encding di US mail d. European Article Number (EAN): sebuah superset dari UPC yang memungkinkan digit ekstra untuk identifikasi Negara e. Japanese Article Number (JAN): serupa dengan EAN, digunakan di Jepang. f. Bookland: berdasarkan nomor ISBN dan digunakan pada sampul buku g. ISSN barcode: berdasarkan nomor ISSN, digunakan pada majalah di luar AS. h. Code 128: digunakan dalam preferensi untuk Code 39 karena lebih kompak. i. Interleaved 2 of 5: digunakan dalam industry pelayaran dan gudang. j. Magnetic Ink Character Recognition (MICR): sebuah font khusus yang digunakan untuk nomor di bagian bawah cek bank. OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK 4

k. OCR-A: format pengenalan karakter optic yang digunakan pada sampul buku, untuk nomor ISBN agar bias dibaca oleh manusia. l. OCR-B: digunakan untuk mempermudah pembacaan barcode versi UPS, EAN JAN, Bookland, ISSN, dan Code 39. m.Maxicode: digunakan oleh United Parcel Service. n. PDF417: suatu jenis barcode 2-D baru yang dapat encode sampai 1108 byte informasi, dapat terkompresi seperti pada sebuah portable file data (PDF). Gambar 6.2 Contoh Label/Barcode Tipe Stiker pada Produk Makanan Gambar 6.3 Contoh Label Tag pada Produk Baju, Sepatu dan Tas (Sumber Internet) E. Keuntungan dari Menggunakan Barcode a. Proses input data lebih cepat, karena Barcode scanner dapat membaca atau merekam data lebih cepat dibandingkan dengan melakukan proses input data secara manual. b. Proses input data lebih tepat, karena teknologi barcode mempunyai ketepatan yang tinggi dalam pencarian data. c. Penelusuran informasi data lebih akurat karena teknologi barcode mempunyai akurasi dan ketelitian yang sangat tinggi. d. Mengurangi biaya, karena dapat menghindari kerugian dari kesalahan pencatatan data dan mengurangi pekerjaan yang dilakukan secara manual dan berulang-ulang. OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK 5

e. Peningkatan kinerja manajemen, karena dengan data yang lebih cepat, tepat dan akurat maka pengambilan keputusan oleh manajemen akan jauh lebih baik dan lebih cepat, yang nantinya akan sangat berpengaruh dalam menentukan kebijakan perusahaan. f. Memiliki nilai tawar lebih tinggi atau prestise serta kemampuan bersaing dengan saingan atau competitor akan lebih terjaga. F. Cara Kerja Barcode Barcode merupakan instrumen yang bekerja berdasarkan asas kerja digital. Pada konsep digital, hanya ada 2 sinyal data yang dikenal dan bersifat boolean, yaitu 0 atau 1. Ada arus listrik atau tidak ada (dengan besaran tegangan tertentu, misalnya 5 volt dan 0 volt). Barcode menerapkannya pada batang-batang baris yang terdiri dari warna hitam dan putih. Warna hitam mewakili bilangan 0 dan warna putih mewakili bilangan 1. Mengapa demikian? Karena warna hitam akan menyerap cahaya yang dipancarkan oleh alat pembaca barcode, sedangkan warna putih akan memantulkan balik cahaya tersebut. Selanjutnya, masing-masing batang pada barcode memiliki ketebalan yang berbeda. Ketebalan inilah yang akan diterjemahkan pada suatu nilai. Demikian, karena ketebalan batang barcode menentukan waktu lintasan bagi titik sinar pembaca yang dipancarkan oleh alat pembaca. Dan sebab itu, batang-batang barcode harus dibuat demikian sehingga memiliki kontras yang tinggi terhadap bagian celah antara (yang menentukan cahaya). Sisi-sisi batang barcode harus tegas dan lurus, serta tidak ada lubang atau noda titik ditengah permukaannya. Sementara itu, ukuran titik sinar pembaca juga tidak boleh melebihi celah antara batang barcode. Saat ini, ukuran titik sinar yang umum digunakan adalah 4 kali titik yang dihasilkan printer pada resolusi 300dpi. Saat ini terdapat beberapa jenis instrumen pembaca barcode, yaitu: pena, laser, serta kamera. Pembaca berbentuk pena memiliki pemancar cahaya dan dioda foto yang diletakkan bersebelahan pada ujung pena. Pena disentuhkan dan digerakkan melintasi deretan batang barcode. Dioda foto akan menerima intensitas cahaya yang dipantulkan dan mengubahnya menjadi sinyal listrik, lalu diterjemahkan dengan sistem yang mirip dengan morse. Pembaca dengan pemancar sinar laser tidak perlu digesekkan pada permukaan barcode, tapi dapat dilakukan dari jarak yang relatif lebih jauh. Selain itu, pembaca jenis ini memiliki cermin-cermin pemantul sehingga sudut pembacaan lebih fleksible. Pembaca barcode dengan sistem kamera menggunaka sensor CCD (charge coupled device) untuk merekam foto barcode, baru kemudian membaca dan menterjemahkannya kedalam sinyal elektronik digital. Bagaimana koneksi alat pembaca barcode dengan komputer? Ada 2 macam koneksi, yaitu sistem keyboard wedge dan sistem outpu RS232. Sistem ini menterjemahkan hasil pembacaan barcode sebagai masukan (input) dari keyboard. Biasanya menggunakan port serial pada komputer. Kita memerlukan software pengantara, umumnya disebut software wedge yang akan mengalamatkan bacaan dari barcode ke software pengolah data barcode tersebut. G. Cara Membaca Barcode Barcode UPC yang terdiri dari 13 angka yang tersusun dari tiga angka pertama merupakan kode negara, empat angka berikutnya merupakan kode manufaktur produk tersebut diproduksi, lima angka berikutnya merupakan kode OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK 6

produk yang akan dipublish, 1 angka terakhir merupakan check digit. Check digit ini merupakan suatu “ old-programmer’s trick” untuk mengvalidasikan digit-digit lainnya (number system character, manufacturer code, product code) yang dibaca secara teliti. Quote: 1. Barcode terdiri dari garis hitam dan putih. Ruang putih di antara garis-garis hitam adalah bagian dari kode. 2. Ada perbedaan ketebalan garis. Garis paling tipis = “1”, yang sedang = “2”, yang lebih tebal = “3”, dan yang paling tebal = “4”. 3. Setiap digit angka terbentuk dari urutan empat angka. 0 = 3211; 1 = 2221; 2 = 2122; 3 = 1411; 4 = 1132; 5 = 1231; 6 = 1114; 7 = 1312; 8 = 1213; 9 = 3112. Quote: Standar barcode retail di Eropa dan seluruh dunia kecuali Amerika dan Kanada adalah EAN (European Article Number) – 13. EAN-13 standar terdiri dari: 1. Kode negara atau kode sistem: 2 digit pertama barcode menunjukkan negara di mana manufacturer terdaftar. 2. Manufacturer Code: Ini adalah 5 digit kode yang diberikan pada manufacturer dari wewenang penomoran EAN. 3. Product Code: 5 digit setelah manufacturer code. Nomor ini diberikan manufacturer untuk merepresentasikan suatu produk yang spesifik. 4. Check Digit atau Checksum: Digit terakhir dari barcode, digunakan untuk verifikasi bahwa barcode telah dipindai dengan benar. Quote: Ternyata ada cara praktis untuk menerjemahkan barcode, yaitu bisa menggunakan barcode decoder dari zxing. Cukup upload gambar barcode yang telah dibuat tadi ke sini dan bisa langsung tahu arti dari barcode tersebut. Melihat dan mengetahui produk itu berasal dari negara mana, kita bisa membacanya dengan 3 digit pertama barcode tersebut. H. Hal-hal yang dicantumkan di Label/Barcode Pada umumnya, yang perlu dicantumkan pada label adalah sebagai berikut : Barcode atau kode baris yang muncul pada barang yang diproduksi mengikuti aturan internasional yang ditetapkan. Kita mengenal EAN (European Article Number) yang memberikan informasi sistem pengkodean. Barcode aturan yang ditetapkan terdiri dari 13 digit, yaitu kode negara, kode perusahaan, kode produk, dan cek digit. Indonesia memiliki kode awal 899. Artinya barang buatan Indonesia atau diproduksi di Indonesia akan diawali dengan kode ini. Kode ini dipakai untuk kepentingan perdagangan internasional. OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK 7

Gambar 6.4 (Sumber Internet) 8 I. Macam-Macam Label Pada Produk 1. Label Pada Produk Makanan OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK

a. Label Harga dan Price Card pada Produk Supermarket Ketentuan yang diperhatikan pada label harga (address card) dan price card adalah sebagai berikut: a. Price card tidak rusak, artinya semua price card memiliki kondisi yang jelas untuk dibaca, tidak robek, dan tidak kotor. b. Price card sesuai dengan produk dan diletakkan tepat sesuai antara produk dengan fisik barang. c. Semua produk yang dipajang memiliki price card terutama untuk barang- barang yang ada di shelving (barang kering), sedangkan untuk barang-barang yang ada di showcase pendingin bila tidak memiliki price card harus memiliki POP harga. d. Semua produk yang dipajang memiliki label harga, dan hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan hal ini adalah sebagai berikut: 1) Barang yang dilabel langsung di produknya, didus-nya tidak dilabeli, sedangkan di shelving dipasang POP harga barang tersebut. 2) Setiap barang yang di display harus sudah ditempel label harga. e. Label harga ditempel rapi di tempatnya dan tidak menutupi produk, dan hal- hal yang harus diperhatikan terkait hal ini adalah sebagai berikut: 1) Label harga yang ditempel di barang tidak miring ke kiri atau ke kanan 2) Barang yang sama label harganya, penempelan label harga tersebut juga di tempat yang sama (seragam). 3) Letak label tidak terpaku di sudut kanan atas, tergantung kondisi barang, dan yang penting diletakkan yang sama untuk produk yang sama. Gambar 6.5 Contoh price card (Sumber Internet) Setiap barang yang akan didisplay harus diperiksa terlebih dahulu, mengenai : 1. Apakah sudah diberi label atau belum ? 2. Jika tidak perlu dilabel karena sudah memiliki barcode, namun apakah barcode tersebut sudah diinput ke computer atau belum ? Ini perlu dilakukan untuk membantu memperlancar operasional. Adapun ketentuan label harus memuat informasi tentang : 1. tanggal receiving 2. kode barang (PLU) OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK 9

3. kode supplier 4. barcode 5. hargas jual (tidak selalu ada) 6. memeriksa kesesuaian antara brand (merek), article (tipe), size (ukuran). Berkaitan dengan label harga (address card), ada beberapa aspek yang harus dipahami: a. Struktur address card 1) Nama barang 2) Ukuran barang 3) Kode barang (barcode) 4) Harga barang 5) Scanning b. Tujuan address card Membantu customer untuk mengetahui informasi tentang barang c. Manfaat address card 1) meningkatkan image pelayanan yang baik 2) mempermudah customer dalam hal informasi barang 3) meningkatkan penjualan 4) mempermudah pramuniaga dalam pengecekan barang Untuk memudahkan transaksi dengan proses komputerisasi, pada setiap produk diperlukan adanya pengkodean barang (barcode). Kode barang tersebut dimaksudkan sebagai berikut: a. Struktur kode barang 1) Scanning 2) Toko 3) SKU 4) Qty 5) Harga 6) Artikel 7) Rcv 8) PO b. Tujuan kode barang Membantu karyawan dalam pendistribusian barang c. Manfaat kode barang: 1) Memperkecil kesalahan pengiriman atau pendistribusian barang dari DC ke toko 2) Menghindari kesalahan barang dalam pendistribusian 3) Mengetahui standar harga yang akan dijual di toko 4) Mengetahui jumlah barang yang akan didistribusikan Dari uraian di atas dapt disimpulkan bahwa price card adalah kartu harga yang ditempel pada lis rak yang ada di gondola. Sedangkan, label harga (address card) adalah kertas kode harga yang ditempel pada setiap jenis barang. Jadi, label harga hanya digunakan untuk produk tertentu seperti sayur-sayuran dan buah-buahan atau barang-barang yang tidak memiliki barcode original. Oleh karena itu, barang-barang yang dijual perlu diberikan label harga. b. Label/Barcode pada Produk Fashion 10 OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK

Pelabelan merupakan langkah pertama dalam visual merchandising dengan pendisplayan barang fashion. Setiap barang yang dating kegudang, baik dari DC maupun dari supplier (pemasok) harus melalui proses pelabelan (menempelkan label pada harga tag). Cara pelabelan pada produk fashion : ①Sebelum label ditempatkan, periksa apakah hal-hal di bawah ini sudah sesuai antara produk dengan labelnya : a). Merek (Brand) b). Tipe (Article) c). Ukuran (Size) ②Penempelan label secara umum adalah pada bagian sebelah kanan atas facing (muka atau depan) suatu produk,dengan ketentuan : a). Letak mendatar (horizontal), b). Label harga harus dalam keadaan bersih (tidak boleh kotor/terlipat/sobek) c). Tidak menutupi merek d). Tidak menutupi artikel barang e). Tidak menutupi ukuran dan keterangan lain yang penting ③Untuk barang-barang yang menggunakan hang tag (gantungan), ada ketentuan yang harus dilaksanakan,yaitu : a). Apabila barang tidak memiliki hang tag, gunakan hang tag perusahaan tersebut, dan tempelkan label pada tempat yang sudah disediakan. b). Apabila hang tag sudah disediakan oleh produk tersebut,label ditempelkan pada tempat yang sudah disediakan atau di belakang hang tag secara mendatar. ④Untuk produk-produk tertentu, berlaku kondisi khusus sebagai berikut : a). Untuk perlengkapan bayi,label ditempatkan di kanan atas. b). Untuk sepatu bayi,label ditempatkan di telapak kaki sebelah kiri (tidak boleh menutupi nomor atau artikel),jangan ditempel di dus. c). Untuk celana panjang dan celana pendek bayi, kaos singlet, celana dalam, label ditempelkan di balik sticker atau di bawah woven label barang tersebut. d). Label untuk dompet ditempelkan di kartu dan di bagian dalam tempat uang. e). Label untuk sapu tangan dan menset ditempelkan pada dus barang tersebut. f). Pakaian dalam pria yang memakai dus atau plastic, label ditempelkan pada dus atau plastic di sebelah kanan atas. Gambar 6.1. Contoh Label Produk Fashion OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK 11

(sumber: internet) Rangkuman/Ringkasan Materi 1. Barcode yang dikenal orang umumnya tercetak pada kemasan produk suatu barang. 2. Barcode pertama kali diperkenalkan oleh dua orang mahasiswa Drexel Institute of Technology Bernard Silver dan Norman Joseph Woodland di tahun 1948. 3. Adapun fungsi Label/barcode produk adalah : a) Sebagai alat pencatatan transaksi oleh kasir b) Sebagai kode yang mewakili data atau informasi tertentu (jenis dan harga barang) Latihan/Tugas/Tes Kemampuan A. Identifikasi Pelabelan Produk a. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada alternative jawaban a, b, c, d, dan e ! 1. Penempelan label secara umum adalah pada sebelah …. suatu produk fashion. A. Kiri atas B. Kanan atas C. Kiri bawah D. Kanan bawah E. Tengah-tengah 2. Untuk sepatu bayi, label ditempatkan di telapak kaki sebelah ….. A. Kiri B. Muka C. Kanan D. Bawah E. Tengah 3. Label ditempelkan di balik sticker atau di bawah woven label barang, seperti.. A. Tas, dompet, dan ikat pinggang B. Gaun, rok, kaos oblong, dan kemeja C. Kosmetika, asesoris wanita dan pria D. Celana panjang, celana pendek bayi, dan kaos singlet E. Aneka makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetika 4. Label untuk dompet ditempelkan di kartu dan di bagian … 12 A. Luar OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK

B. Dalam C. Pinggir D. Bawah E. Tengah 5. Label ini ditempelkan pada dus barang tersebut, berlaku untuk barang … A. Tas, dompet B. Sapu tangan dan menset C. Kosmetika, asesoris wanita D. Celana panjang, celana pendek bayi E. Aneka makanan, minuman, obat-obatan 6. Sejenis stiker yang digunakan sebagai media untuk mencetak informasi suatu produk disebut….. A. Label/Barcode B. Price card C. System Barcoding D. Printing Barcode E. PLU 7. Media yang dipergunakan untuk mencetak label produk yaitu ….. A. Label/Barcode B. Price card C. System Barcoding D. Printing Barcode E. PLU 8. Dulu pengguna Label Barcode harus memesan langsung untuk membeli Label Barcode ke Negara ….. A. Amerika B. Jepang C. Inggris D. Belanda E. Perancis 9. Barcode pertama kali diperkenalkan oleh dua orang mahasiswa Drexel Institute of Technology yaitu… A. Bernard Silver dan Yosep Sinaga B. Noel Pamela dan Palmer C. Edison dan Jamaludin D. Bernard Silver dan Norman Joseph Woodland E. Maranatha dan Karel Smith 10. Barcode pertama kali diperkenalkan pada tahun ….. A. 1980 B. 1996 C. 1952 D. 1949 E. 1948 11. Tapi baru pada tahun ..., penemuan mereka digunakan dalam dunia komersial. A. 1980 OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK 13

B. 1996 C. 1952 D. 1949 E. 1948 12. Perusahaan pertama yang memproduksi perlengkapan kode batang untuk perdagangan retail adalah ….. A. Monach Marking B. Plessey Telecommunications C. Toko Kroger di Cincinnati D. Garmen/Konveksi E. Perusahaan kosmetik 13. Pemakaian kode batang di dunia industry pertama kali oleh ….. A. Monach Marking B. Plessey Telecommunications C. Toko Kroger di Cincinnati D. Garmen/Konveksi E. Perusahaan kosmetik 14. Berikut ini yang tidak termasuk struktur address card adalah … A. Nama barang B. Ukuran barang C. Kode barang (barcode) D. Harga barang E. Motif barang 15. 1) meningkatkan image pelayanan yang baik 2) mempermudah customer dalam hal informasi barang 3) meningkatkan penjualan 4) mempermudah pramuniaga dalam pengecekan barang Berdasarkan data di atas, yang termasuk manfaat addres card adalah ….. A. 1, 2 dan 3 B. 2, 3, dan 4 C. 1, 3 dan 4 D. Hanya 2 dan 4 yang benar E. Semua jawaban benar 16. Tujuan address card adalah Membantu customer untuk mengetahui informasi tentang … A. Produsen B. Label C. Barang D. Komposisi Produk E. Alamat Pabrik 17. Terdapat Nama barang, Ukuran barang, Kode barang (barcode), Harga barang dan Scanning, merupakan struktur dari….. A. Atribut produk B. Label barang C. Address card D. Kode barang OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK 14

E. Price card 18. 1) Memperkecil kesalahan pengiriman atau pendistribusian barang dari DC ke toko 2) Menghindari kesalahan barang dalam pendistribusian 3) Mengetahui standar harga yang akan dijual di toko 4) Mengetahui jumlah barang yang akan didistribusikan Berdasarkan data di atas, maka yang menjadi manfaat dari kode barang adalah. A. 1, 2 dan 3 B. 2, 3, dan 4 C. 1, 3 dan 4 D. Hanya 2 dan 4 yang benar E. Semua jawaban benar 19. Untuk memudahkan transaksi dengan proses komputerisasi, pada setiap produk diperlukan adanya A. Atribut barang B. Label barang C. Addres Card D. Price Card E. Pengkodean barang (barcode) 20. a). Letak mendatar (horizontal), b). Label harga harus dalam keadaan bersih (tidak boleh kotor/terlipat/sobek) c). Tidak menutupi merek d). Tidak menutupi artikel barang e). Tidak menutupi ukuran dan keterangan lain yang penting berdasarkan data di atas, maka untuk penempelan label secara umum adalah pada bagian sebelah kanan atas facing (muka atau depan) suatu produk, dengan ketentuan….. A. 1, 2 dan 3 B. 2, 3, dan 4 C. 1, 3 dan 5 D. 2, 4 dan 5 E. Semua jawaban benar b. Mengisi titik-titik Isilah titik-titik pada soal-soal berikut dengan jawaban yang benar ! 1. Untuk perlengkapan bayi, label ditempatkan di …………………………. atas. 2. Untuk sepatu bayi, label ditempatkan di telapak kaki sebelah …………… (tidak boleh menutupi nomor atau artikel), dan jangan ditempel di …………... 3. Untuk celana panjang dan celana pendek bayi, kaos singlet, celana dalam, label ditempelkan di ………….. atau di ………………. label barang tersebut. 4. Label untuk dompet ditempelkan di ………. dan di ……………. tempat uang. 5. Label untuk sapu tangan dan menset ditempelkan pada …………….. tersebut. 6. Pakaian dalam pria yang memakai dus atau plastic, label ditempelkan pada dus atau plastic di sebelah …………………. atas. 7. Penempelan label secara umum adalah pada bagian sebelah …………………. facing (muka atau depan) suatu produk. 8. Untuk memudahkan transaksi dengan proses komputerisasi, pada setiap produk diperlukan adanya …………………………………………………….. OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK 15

9. Barang yang sama label harganya, penempelan label harga tersebut juga di tempat yang ……………………………………………………………………. 10. Setiap barang yang di display harus sudah ditempel …………………………. c. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar ! 1. Dapat berupa apakah bentuk-bentuk label, tulislah pendapatmu ! ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 2. Mengapa industry makanan wajib menempelkan label disetiap kemasannya ? uraikanlah pendapatmu ! ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 3. Ada beberapa informasi penting yang kita dapat dari label produk, apa sajakah itu ! ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 4. Apa yang dimaksud dengan label produk ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 5. Keterangan apakah yang akan disampaikan melalui label produk ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 6. Sebut dan jelaskan beberapa jenis label ! ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 7. Undang-Undang nomor berapakah yang mengatur tentang Ketentuan pemberian label pada produk ! ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 8. Uraikanlah fungsi label ! ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 9. Uraikanlah tujuan label ! ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK 16

10. Apa isi dari Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 ! ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 11. Bagaimanakah cara penempelan label harga pada produk ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 12. Uraikanlah hal-hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan penempelan label harga ! ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 13. Apa langkah pertama yang harus dilakukan dalam visual merchandising dengan pendisplayan barang fashion ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 14. Pada umumnya di manakah letak penempelan label yang benar ? ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… 15. Bagaimanakah ketentuan penempelan label secara umum ? …………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………. .………………………………………………………………………………… OSDA-SMKN9 JAKARTA-PENATAAN PRODUK 17


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook