Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Bahan Baca Sistem Imun

Bahan Baca Sistem Imun

Published by Narti Nurhatifah, 2023-04-14 06:31:10

Description: Di dalam bahan baca berikut ini terdapat materi megenai bioproses dan gangguan sistem imun manusia. Semoga bermanfaat dan selamat belajar...

Keywords: sistem imun,imunitas,kekebalan tubuh,hipersensitivitas,fagositosis,inflamasi,immunodefisiensi,autoimun ,antibodi,antigen,pertahanan tubuh

Search

Read the Text Version

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia KATA PENGANTAR Hai haaaaiii... Apa kabar sobat hebat? Selamat datang di halaman “Bahan Baca: Sistem Imun”. Bahan baca ini akan dibagi kedalam dua jilid. Jilid pertama akan berfokus pada bioproses sistem imun pada manusia. Jilid kedua akan berfokus pada gangguan sistem imun pada manusia. Berikut ini indikator dari setiap jilid bahan baca. JILID 1 MEKANISME BIOPROSES SISTEM IMUN Peserta didik dapat mendeskripsikan jenis dan peran sistem imun pada tubuh manusia Peserta didik dapat menjelaskan sel, organ dan bagian tubuh yang terlibat dalam bioproses sitem imun Peserta didik dapat membedakan bioproses sistem imun non-spesifik dan sistem imun spesifik Peserta didik dapat menjelaskan mekanisme bioproses sistem imun non-spesifik Peserta didik dapat menjelaskan mekanisme bioproses sistem imun spesifik Peserta didik dapat menjelaskan respon tubuh terhadap antigen JILID 2 GANGGUAN PADA SISTEM IMUN Peserta didik dapat menjelaskan faktor yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem imun Peserta didik dapat menganalisis faktor penyebab gangguan pada sistem imun Peserta didik dapat menganalisis gejala gangguan pada sistem imun Peserta didik dapat menjelaskan bioproses yang terjadi pada gangguan sistem imun Peserta didik dapat menjelaskan solusi pengobatan untuk mengatasi gangguan sistem imun Walaupun kita tidak bertemu langsung dan raga kita terpisah jauh, diharapkan bahan baca ini membantu kamu dalam memahami materi sistem imun (terutama mengenai bioproses dan gangguan pada sistem imun). Jadi, tanpa basa-basi lagi sebelum busuk, yuuuuukkk kita sama-sama belajar dengan membaca terlebih dahulu. Semangaaaatttt.... Sekian dan terimakasih. Bandung, 2023 Penulis Narti Nurhatifah Biologi 1

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia JILID 1: MEKANISME BIOPROSES SISTEM IMUN Bagian Satu: Pendahuluan APA SIH SISTEM IMUN? KENAL JUGA NGGAK Haii sobat hebat, disini kita kenalan dulu yuk sama sistem imun. Sistem imun dikenal juga dengan nama sistem imunitas, sistem pertahanan tubuh atau sistem kekebalan tubuh. Secara definisional, sistem imun merupakan serangkaian organ yang saling bekerja sama dan berfungsi dalam proses mengenali, menghancurkan dan menetralkan patogen asing yang merugikan dan sel abnormal, sehingga tubuh dapat mempertahakankan keadaan normal. Sobat hebat, pernah dengar istilah imunitas? Imunitas merupakan hasil kerja sistem imun, berupa respon protektif spesifik terhadap penda asing, patogen, mikroorganisme atau sel abnormal yang terdeteksi dapat merugikan tubuh. Terus kalau imunisasi itu apa, ya? Imunisasi adalah kegiatan meningkatan imunitas tubuh dengan masukan patogen atau mikroorganisme toksin penyebab suatu penyakit. Patogen dan mikroorganisme yang digunakan sudah dilemahkan, mati, atau dimodifikasi sehingga tidak menimbulkan penyakit. Patogen dan mikroorganisme yang digunakan tersebut disebut sebagai vaksin. LALU, APA SAJA PERAN ORGAN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM IMUN? Pada hakikatnya, sistem imun tersusun dari sel darah putih, susmsum tulang belakang, jaringan limfoid, kelenjar timus, kelenjar limfa, lien, torsil (amandel) serta adenoid. Sel darah putih yang terlibat dalam imunitas diantaranya limfosit B (sel B) dan limfosit T (sel T). Kedua sel tersebut berasal dari limfoblast yang dibuat di sumsum tulang. Sel B akan disalurkan dari sumsum tulang belakang memasuki sirkulasi darah. Sel T akan disalurkan dari sumsum tulang belakang memasuki kelenjar timus. Untuk bisa membedakan sel B dan T, perhatikanlah gambar1 berikut ini. situs situs situs pengikatan pengikatan pengikatan antigen antigen antigen Jembatan disulfida wilayah variabel rantai wilayah konstan transmembran plasma membran sel B Sitoplasma sel B Sitoplasma sel T sel T Gambar 1. Struktur sel B dan Sel T (Sumber: Campbell, et.al., 2008) Biologi 2

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia Kelenjar limfe yang tersebar di seluruh tubuh menyingkirkan benda asing dari sistem limfe sebelum memasuki aliran darah. Selain itu, kelenjar limfe berperan sebagai pusat proliferasi atau peningkatan jumlah sel imun. Lien (limpa) tersusun atas pulpa rubra dan alba yang berperan sebagai saringan. Tonsil berperan memproduksi limfosit dan antibodi yang kemudian masuk ke dalam cairan limfe. Torsil menjadi pertahanan pertama untuk mengatasi infeksi di bagian hidung, mulut dan tenggorokan. Adenoid dan jaringan limfatik mukoid lainnya berperan dalam mempertahankan tubuh terhadap serangan mikroorganisme. JADI, APA SAJA FUNGSI SISTEM IMUN DALAM TUBUH? Sistem imun ini memiliki fungsi spesifik untuk mempertahankan tubuh dari patogen asing dan sel abnormal yang memasuki tubuh. Setiap antibodi memiliki fungsinya sendiri dalam memberikan imunitas tubuh. Seperti nampak pada grafik dibawah ini, antibodi A hanya bereaksi pada antigen A, begitu juga dengan antibodi B yang bereaksi pada antigen B. Antibodi yang dihasilkan sebagai respon imunitas primer akan disimpan dan digunakan untuk memproduksi antibodi yang lebih banyak di respon imunitas sekunder (jika patogen yang sejenis menyerang kembali). Respon kekebalan primer Respon kekebalan sekunder terhadap antigen terhadap antigen A A menghasilkan antibodi terhadap A, respon menghasilkan antibodi kekebalan primer tehadap antigen B terhadap A menghasilkan antibodi terhadap B. konsentrasi Antibodi Antibodi antibodi terhadap A terhadap B (arbitrary units) Paparan terhadap Paparan terhadap antigen A antigen A dan B Grafik 1. Spesifikasi ingatan sistem imun (Sumber: Campbell, 2017) Oleh sebab itu, jenis antibodi atau immunoglobulin (Ig) di dalam tubuh tidak hanya berjumlah satu jenis saja. Berikut ini jenis antibodi di dalam tubuh manusia yang disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Lima Kelas Antibodi atau Immunoglobulin Jenis Immunoglobulin Kelas Distribusi Fungsi (berdasarkarkan bentuknya) Immunoglobulin (Ig) IgD Permukaan sel B yang belum Reseptor antigen di dalam pernah terpapar antigen proliferasi dan diferensiasi sel B yang dirangsang oleh antigen (sekresi klonal) Monomer IgE Dalam darah pada Memicu pelepasann sel tiang konsentrasi rendah dan basofil dari histamin dan zat kimia lain yang menyebabkan reaksi alergi. Biologi 3

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia Jenis Immunoglobulin Kelas Distribusi Fungsi (berdasarkarkan bentuknya) Immunoglobulin Kelas Ig yang paling Mendorong opsonisasi, Dimer (Ig) melimpah di dalam darah, netralisasi, dan penautan silang IgG ditemukan juga di dalam antigen. cairan jaringan Kurang efektif dalam aktivitas komplemen daripada IgM. IgA Terdapat dalam cairan hasil Satu-satunya kelas Ig yang sekresi, seperti air mata, menyeberangi plasenta, ludah, mukus, dan air susu sehingga memberikan imunitas ibu (ASI) pasif pada fetus (janin). Memberikan pertahanan terlokalisasi membran mukus melalui penautan silang dan netralisasi antigen. Keberadaan dalam ASI memberikan imunitas pasif kepada bayi penerima ASI. IgM Kelas Ig pertama yang Mendorong netralisasi dan dihasilkan setelah paparan penautan silang antigen, sangat wal terhadap antigen, membantu efektifitas aktivitas Pentamer konsentrasi Ig di dalam darah komplemen terus menurun (Sumber: Campbell et al., 2008) Sistem imun di dalam tubuh secara keseluruhan memiliki fungsi sebagai berikut. 1. Mempertahankan tubuh daru patogen invasif yang bisa masuk ek dalam sel inang, misalnya virus dan bakteri. 2. Melindungi tubuh dari agen lingkungan eksternal tubuh yang berasal dari tumbuhan dan hewan, misalnya makanan tertentu, serbuk sari, bulu atau rambut hewan. 3. Melindungi tubuh dari agen lingkungan luar seperti obat-obatan dan polutan. 4. Mencerna sel-sel yang rusak akibat suatu penyakit atau cidera, sehingga membantu penyembukan luka dan memperbaiki jarinngan yang rusak. 5. Mengenali dan menghancurkan sel abnormal atau mutan di dalam tubuh, misalnya sel kanker. Bagian Dua: Mekanisme Bioproses Sistem Imun Di kehidupan sehari-hari, terdapat beragam patogen yang tak hentinya menyerang tubuh dalam jumlah banyak dan beragam. Oleh sebab itu, tubuh memiliki sistem imun yang slah satu fungsinya melawan patogen tersebut. Sistem imun dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan biorposes dalam mengenali patogen tersebut, yaitu sistem imun non-spesifik dan sistem imun spesifik. BIOPROSES SISTEM IMUN NON-SPESIFIK Sesuai namanya, sistem imun non-spesifik bekerja secara umum, tanpa ditujukan khusus melawan patogen atau mikroorganisme khusus. Walaupun demikian, sistem imun non-spesifik mampu memberikan respon langsung terhadap berbagai antigen untuk melindungi tubuh. Sistem imun non-spesifik disebut juga sebagai sistem imun alamiah, karena dalam keadaan normal dimiliki oleh tubuh sejak lahir. Sistem imun ini terdiri dari pertahanan fisik, mekanis dan kimia terhadap agen infeksi, fagositosis, inflamasi, dan zat antimikroba non- spesifik. Biologi 4

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia a. Pertahanan fisik, mekanis dan kimia tubuh terhadap agen penyebab infeksi Jenis pertahanan fisik, mekanis dan kimia tubuh sering disebut juga sebagai sawar atau penghalang (barrier). Sawar fisik terdiri dari kulit serta membran mukosa yang utuh, sehingga mikroorganisme patogen tidak dapat masuk ke dalam tubuh. Kulit merupakan organ tubuh manusia terluar yang melindungi organ di dalamnya. Oleh sebab itu, kulit yang sehat dan utuh akan menjadi pertahanan pertama dari patogen asing yang berada diluar tubuh. Jika kulit mengalami kerusakan, hilang atau terluka, maka hal tersebut akan menyebabkan patogen masuk ke dalam jaringan tubuh sehingga meningkatkan resiko infeksi. Gambar 2. Kulit (Sumber: Kern, 2022) Membran mukosa merupakan lapisan terluar yang melindungi organ dalam. Membran mukosa bertugas dalam sekresi mukus (lendir tubuh yang melindungi dari infeksi) sehingga antigen dapat diperangkap dan menutup jalan masuk ke sel epitelium. Membran mukosa terletak di beberapa organ dan rongga tubuh, seperti saluran pencernaan (mulut, lambung dan usus) dan sistem pernapasan (seperti hidung, tenggorokan dan bagian paru- paru). Gambar 3. Membran Mukosa pada Rongga Hidung (Sumber: Pizano, 2016) Saat menghirup udara kotor dan berdebu, seringkali hidung kita terasa gatal dan akhirnya mengeluarkan ingus. Ingus tersebut merupakan lendir yang dihasilkan oleh membran mukosa di hidung untuk melawan pantogen dari luar (dalam kasus ini berupa debu dan polutan yang terkandung di udara kotor). Debu yang terhirup akan tertangkap dan dikenali oleh silia. Hal ini menyebabkan peningkatan produksi mukus. Kemudian, debu akan mengeras dan tercampur dengan mukus. Dan menyebabkan hidung terasa gatal dan berair. Semakin banyak debu atau patogen yang terhirup, maka mukus yang dihasilkan berwarna semakin padat dan kecokelatan. b. Fagositosis Fagositosis menjadi pertahanan kedua tubuh setelah pertahanan fisik, mekanis dan kimia. Fagositosis merupakan proses penelanan dan pencernaan patogen atau mikroorganisme dan toksin (zat racun) yang berhasil masuk ke dalam tubuh. Proses penelanan dan pencernaan tersebut dilakukan oleh sel-sel fagositik. Fagositosis ini melibatkan sel darah putih. Jenis-jenis sel darah putih yang dapat terlibat dalam fagositosis adalah neutrofil, monosit, eosinofil, mast cell (sel tiang) dan sel pembuluh alami. Bukalah tautan atau barcode berikut ini untuk melihat video ilustrasi proses fagositosis yang dilakukan oleh sel fagosit (warna abu) terhadap mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh (warna ungu). Biologi 5

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Bio%20Sistem%20Imunitas-ns/fagositosis.mp4 c. Inflamasi Inflamasi atau peradangan merupakan reaksi jaringan terhadap infeksi atau cedera pada tubuh akibat terbakar, toksin (zat racun), bakteri, gigitan serangga, atau pukulan keras. Patogen yang masuk akan menginfeksi dan merusak sel di sekitar jaringan. Sel yang mengalami infeksi dan rusak akan merangsang sel darah putih (sel tiang atau mast cell) dan makrofag mengeluarkan sinyal berupa molekul kimiawi. Sinyal tersebut berupa histamin dan interferon. Histamin sebagai sinyal kimiawi pertama yang keluar dari mast cell dan mengakibatkan peradangan dengan terjadinya pelebaran pembuluh darah. Interferon berperan sebagai sinyal kimia kedua yang menghalangi perbanyakan virus dan memberi sinyal kepada sel-sel lain bahwa terjadi inflamasi di jaringan tersebut sehingga sel sekitar dapat bersiap untuk melawan patogen yang menyerang. Bukalah tautan atau barcode berikut ini untuk melihat video ilustrasi proses inflamasi yang terjadi akibat infeksi pada jaringan kulit. https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Bio%20Sistem%20Imunitas- ns/reaksi%20peradangan.mp4 Histamin mengakibatkan kapiler darah disekitarnya melebar dan menjadi lebih permeabel. Keadaan kapiler tersebut mengakibatkan cairan peptida antimikroba keluar dari kapiler dan memasuki jaringan. Molekul tersebut menarik sel fagosit tambahan yang berada di dalam kapiler untuk memasuki jaringan. Sel-sel fagosit menelan dan mencerna patogen dan sisa sel yang mati atau terinfeksi di tempat tersebut sehingga jaringan kembali dalam keadaan normal (sembuh). Gambar 4. Fagositosis (Sumber: Campbell et al., 2017) Inflamasi dapat terjadi dalam jangka pendek (akut) maupun jangka panjang (kronis). Bagian tubuh yang mengalami inflamasi akan terlihat kemerahan, bengkak, terasa panas, nyeri dan kehilangan fungsi atau mati rasa. Inflamasi juga dapat menyebabkan tubuh mengalami demam. Hal ini dikarenakan sel leukosit melepaskan senyawa pirogen yang merangsang tubuh menaikkan suhu. Tujuan penaikan suhu tersebut untuk meningkatkan pertahanan tubuh, menghambat pertumbuhan beberapa jenis mikroorganisme yang tidak kuat panas, mempermudah terjadinya fagositosis, mempercepat reaksi di dalam tubuh dan mempercepat perbaikan jaringan yang rusak tersebut. Biologi 6

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia BIOPROSES SISTEM IMUN SPESIFIK Sesuai namanya, sistem imun spesifik bekerja secara khusus dengan menghasilkan antibodi untuk menangani antigen tertentu. Satu antobodi aklan bekerja secara spesifik untuk satu antigen tertentu, baik itu jenis bakteri, virus, toksin, atau zat asing spesifik lainnya. Bioproses sistem imun ini terdiri dari interaksi antigen- antibodi, respon sel imunitas, mekanisme respon imunitas seluler. a. Interaksi antigen dan antibodi Antigen merupakan merangsang tubuh menghasilkan antibodi spesifik. Pada mikroorganisme seperti virus dan bakteri, antigen berupa zat protein dan polisakarida yang terletak di permukaan. Di dalam antigen tersebut, bagian yang membangkitkan respon antibodi sekaligus bagian yang menghubungkan antibodi dengan antigen disebut epitop. Bukalah tautan atau barcode dibawah ini untuk melihat interaksi antigen dan antibodi. https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Bio%20Sistem%20Imunitas- ns/struktur%20angen.mp4 Antibodi merupakan protein plasma yang dihasilkan sel B di dalam tubuh. Sel B berasal dari limfosit yang berkembang dan terdiferensiasi menjadi sel plasma sehingga bisa menghasilkan antibodi. Antibodi disebut sebagai immunoglobulin (Ig). Bukalah tautan atau barcode dibawah ini untuk melihat interaksi antigen dan antibodi. https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Bio%20Sistem%20Imunitas- ns/struktur%20antibodi.mp4 Bioproses yang terjadi sebagai interaksi antigen dan antibodi diawali dengan pengenalan antigen oleh tubuh. Sel B akan menghasilkan antibodi spesifik sesuai dengan bentuk epitop milik antigen. Kemudian antibodi dilepaskan dari sel B dan berikatan dengan antigen melalui epitop yang sesuai. Setelah antibodi berhasil mengalahkan antigen, antibodi akan memperbanyak diri. Sel hasil perbanyakan tersebut memiliki spesifikasi yang sama dan tidak akan berdiferensiasi. Sel ini disebut sebagai sel memori B yang berfungsi dalam respon imunitas sekunder. Respon imunitas sekunder terjadi sebagai respon tubuh terhadap antigen sejenis yang menyerang kembali (sebelumnya pernah dikalahkan oleh antibodi tubuh). Bukalah tautan atau barcode dibawah ini untuk melihat interaksi antigen dan antibodi. https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Bio%20Sistem%20Imunitas- ns/pengikatan%20antibodi.mp4 Biologi 7

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia Beberapa cara antibodi untuk mngalahkan antigen diantaranya melalui fiksasi komplemen, netralisasi, aglutinasi dan presipitasi. 1) Fiksasi komponen merupakan aktivasi sistem komplemen yang dilakukan oleh komplesk antigen-antibodi. Saat terjadi infeksi, protein pertama dalam rangkaian protein komponen antigen-antibodi yang berikatan (saling bertaut) akan diaktifkan sehingga memicu berbagai aktivitas (jalur berantai atau cascade). Aktivitas tersebut menyebabkan lisis (pecahnya) mikroorganisme patogen tersebut. Penghancuran sel patogen akibat pengikatan antibodi dan antigen ini disebut sebagai jalur klasik. Bioproses fiksasi komponen ini mengakibatkan opsonasi, sitolisis dan inflamasi. Opsonosasi → keadaan partikel antigen yang diselubungi antibodi meningkatkan pertautan makrofag ke mikroorganisme sehingga memfasilitasi dan meningkatkan fagositosis. Sitolisis → Keadaan kombinasi komplemen hingga menghancurkan polisakarida dinding sel patogen sehingga terbentuk lubang pada membran sel, menyebabkan lisozim dapat masuk, sitoplasma sel bocor dan sel patogen pecah (lisis). Inflamasi → Keadaan peradangan akibat interaksi antibodi dan antigen. Produk komplemen berkontribusi dalam inflamasi akut melalui aktivasi sel tiang, basofil dan trombosit darah. 2) Netralisasi merupakan interaksi saat antibodi menutup situs determinan antigen sehingga antigen menjadi tidak berbahaya dan sel fagosit dapat mencerna antigen tersebut. 3) Aglutinasi (penggumpalan) merupakan interaksi saat antibodi bertautan dengan antigen berupa materi partikel (seperti bakteri dan sel darah merah) sehingga menyebabkan penggumpalan akibat ikatan bersama. 4) Presipitasi (pengendapan) merupakan interaksi pengikatan silang molekul-molekul antigen yang terlarut dalam cairan tubuh. Antigen yang telah diendapkan akan dikeluarkan dan dibuang melalui fagositosis. Ikatan antigen dan antibodi akan menginaktifkan antigen Netralisasi (menutup Aglutinasi Presipitasi antigen Aktivasi sistem epitop dengan mikroorganisme terlarut komplemen menyelimuti antigen) Bakteri molekul komplemen Virus Bakteri molekul antigen sel asing lubang Menimbulkan Menyebabkan Fagositosis Sel lisis Gambar 5. Bioproses ikatan antigen dan antibodi (Sumber: Payne, 2022) Biologi 8

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia b. Respon tubuh terhadap antigen Saat antigen pertama kali masuk ke dalam tubuh, sel makrofag akan memberikan respon sebagai sel penyaji antigen. Makrofag akan memberikan antigen kepada sel T helper. Sel T helper akan membentuk respon imunitas terhadap antigen tersebut. Sel T helper juga akan mengaktivasi sel B dan sel T sitotoksik. Sel B sebagai imunitas humoral akan menghasilkan antibodi dalam plasma darah dan limfa (ekstraseluler). Sel T sitotoksik akan melawan antigen secara intraseluler dengan menghancurkan sel-sel yang telah terinfeksi antigen tersebut. Sel B akan memperbanyak diri untuk menyerang antigen dan membentuk sel B memori untuk respon imunitas sekunder (sehingga tubuh telah memiliki antibodi jika diserang kembali oleh antigen sejernis). https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Bio%20Sistem%20Imunitas- ns/respon%20tubuh....mp4 c. Respon imunitas humoral Bioproses respon imunitas humoral diperantai oleh antibodi dengan melibatkan aktivitas sel B yang menghasilkan antibodi dalam plasma darah dan limfa. Mekanisme bioproses ini dimulai dengan antigen milik patogen yang memasuki (menginvasi) tubuh. Antigen dibawa ke limfosit B yang berada di dalam nodus limfa. Sel T helper (penolong) mengaktifkan limfosit B. Limfosit B berproliferasi melalui pembelahan mitosis sehingga menghasilkan tiruan sel B. Klon (tiruan) sel B terdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma melakukan sekresi antibodi untuk mengatasi infeksi. Antibodi dibawa ke lookasi infeksi. Kompleks antigen-antibodi secara langsung menginaktifkan antigen milik patogen. Klon sel B yang tidak terdiferensiasi menjadi limfosit sel memori B yang dapat digunakan untuk respons imunitas sekunder. Bukalah link atau barcode berikut ini untuk melihat video mengenai respon imunitas humoral. https://youtu.be/1gukMAcBKMI d. Respon imunitas seluler Mekanisme imunitas seluler diperantai oleh sel dalam tubuh. Respon imunitas seluler dapat terjadi secara ekstaseluler (jika antigen dicerna oleh makrofag) dan Intraseluler (jika antigen menginfeksi sel). Bioproses ekstraseluler dimulai dengan antigen yang ditelah oleh makrofag, sehingga makrofag mengandung fragmen protein (peptida) milik antigen tersebut. Makrofag membentuk molekul MHC kelas II yang menuju ke permukaan makrofag. MHC menangkap peptida antigen dan membawanya ke permukaan. Sel T yang berada di permukaan mengenali peptida, kemudian mengaktivasi makrofag untuk menghancurkan patogen yang ditelan tersebut. Bioproses intraseluler dimulai dengan antigen yang menginfeksi sel tubuh. Sel yang terinfeksi akan mengandung fragmen protein (peptida) patogen tersebut. Sel tubuh membentuk MHC kelas I yang menuju ke permukaan sel. MHC menangkap peptida antigen dan membawanya ke permukaan. Sel T sitotoksin (CTL) mengenali peptida yang dibawa MHC tersebut. Sel T sitotoksin bereaksi dengan kompleks MHC kelas I, peptida sel yang terinfeksi dan sel T penolong sehingga sel T sitotoksin berdiferensiasi menjadi sel pembunuh aktif yang menghancurkan sel terinfeksi. Sel T yang tidak berdiferensiasi akan menjadi sel T memori yang berfungsi untuk respon imunitas sekunder (jika patogen sejenis menginfeksi kembali). Biologi 9

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia SISTEM IMUN NON-SPESIFIK VS SISTEM IMUN SPESIFIK Haaaaiii soabt hebat.. setelah membaca informasi diatas, apakah sobat hebat bisa membedakan perbedaan sistem imun non-spesifik dan sistem imun spesifik? Untuk mempermudah sobat hebat, berikut ini disajikan perbedaan umum antara sistem imun non-spesifik dan sistem imun spesifik pada manusia pada Tabel 2. Tabel 2. Perbedaan sistem imun non-spesifik dan sistem imun spesifik pada manusia Perbedaan Sistem imun non-spesifik Sistem imun spesifik Pengenalan sifat Mengenali sifat umum patogen Mengenali sifat spesifik patogen patogen Jumlah reseptor Sedikit Banyak pengenal patogen Mekanisme kerja Cepat Lambat respons Waktu respons Menit-jam, selalu siap siaga Hari-tidak tentu, tidak selalu siap siaga berlangsung Sasaran reaksi Patogen secara umum Setiap antibodi spesifik pada jenis mikroorganisme atau patogen tertentu Respons memori Tidak ada Ada Komponen cairan Peptida antimikroba dan protein Antibodi darah Protein darah Komplemen Limfosit Resistensi Tidak berubah oleh infeksi berulang Membaik setelah infeksi berulang (pada respon imunitas sekunder antibodi lebih tinggi daripada respon imunitas primer) (Sumber: Campbell et al., 2008; Irnaningtyas, 2016) PROGRAM DAN JENIS IMUNISASI Program imunisasi merupakan serangkaian kegiatan pemberian kekebalan tubuh (imunitas) terhadap suatu penyakit tertentu. Setiap individu dapat menerima imunitas secara pasif maupun aktif. Imunitas pasif terjadi jika individu menerima antibodi dari individu lain. Contohnya seorang bayi yang menerima IgG ibu melalui plasenta saat dikandung dan/atau melalui pemberian ASI (imunitas pasif alami). Contoh lainnya jika seseorang menerima antibodi dalam bentuk serum yang dihasilkan oleh individu lain (imunitas pasif buatan). Seseorang yang kebal (resisten) terhadap penyakit A, belum tentu kebal terhadap penyakit B dan penyakit lainnya. Saat tubuh terinjekasi oleh patogen, tubuh mampu memperoduksi antibodinya sendiri (imunitas aktif). Imunitas aktif alami terjadi jika seseorang terpapar patogen, kemudian tubuh langsung memproduksi antibodi dan limfosit khusus untuk mengatasi patogen tersebut. Imunitas aktif buatan (induksi) terjadi jika seseorang sengaja memasukan patogen yang telah mati atau dilemahkan ke dalam tubuh, sehingga tubuh membentuk antibodi dan limfosit khusus untuk mengatasi patogen sejenis dikemudian hari (dilakukan melalui kegiatan vaksinasi). Saat ini, telak banyak vaksin (patogen, toksin atau mikroorganisme yang mati/dilemahkan/dimodifikasi) yang dikembangkan untuk mengatasi suatu penyakit tertentu. Vaksin tersebut dimasukan ke dalam tubuh melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau diteteskan melalui mulut. Pemerintah pun ikut andil dalam terlaksananya vaksinasi atau imunisasi yang dilakukan dengan menyediakan vaksin dan mewajibkan masyarakat melakukan imunisasi. Tujuan dari pemberian vaksin tersebut untuk menurunkan angka kematian akibat patogen yang dijadikan vaksin. Berikut ini beberapa jenis imunisasi. Di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan program wajib imunisasi untuk balita (bayi dibawah lima tahun) dan bias (bulan imunisasi anak sekolah). Saat pandemi COVID-19 yang telah sobat hebat lalui, pemerintah juga membuat kebijakan dan menyediakan vaksin COVID-19. Untuk mengenal jenis vaksinasi, sobat hebat dapat membaca Tabel 3 berikut ini. Biologi 10

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia Tabel 3. Jenis Vaksin untuk Imunisasi Jenis vaksin yang Tujuan Waktu pemberian diberikan (imunisasi) Vaksin BCG (Bacillus memberikan imunitas bayi dengan rentang usia baru lahir hingga kurang dari Calmette Guerin) terhadap penyakit 2 bulan Vaksin Hepatitis B tubercolocis (TBC) yang Vaksin polio mengganggu sistem Vaksin DPT (Difteri, pernapasan Pertusis, Tetanus). memberikan imunitas diberikan sebanyak tiga kali, yaitu saat berusia 12 jam Vaksin campak terhadap penyakit setlah lahir, berusia 1 bulan, dan rentang usia 3 sampai Vaksin Hib (Haemophilus Hepatitis B (infeksi organ 6 bulan influenzae tipe B) Vaksin MMR hati) (mumps, measles, mencegah poliomielitis Pertama : rubella) (penyakit polio) penyebab diberikan dengan memasukan dua tetes vaksin melalui Vaksin hepatitis A kelumpuhan mulut bayi sebanyak empat kali, yaitu saat bayi baru Vaksin Tifoid lahir, saat berusia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan Vaksin PCV (Pneumococcal Pengulangan : vaccine) saat berusia 18 bulan dan 5 tahun Vaksin varisela Vaksin influenza mencegah penyakit DPT Pertama : Vaksin covid-19 (Difteri, Pertusis/batuk bayi usia lebih dari 14 minggu, 4 bulan, dan 6 bulan. rejan, Tetanus) Pengulangan: usia 18 bulan, 5 tahun, dan 12 tahun dengan vaksin DT (Difteri Tetanus) atau TT (Tetanus Toksoid) saja meningkatkan imunitas Pertama: terhadap penyakit campak bayi berusia 9 bulan Pengulangan: usia 6 tahun Mencegah penyakit Pertama: meringitis (radang selaput sejak usia 2 bulan otak) Pengulangan: 2 bulan setelah vaksin pertama Mencegah penyakit Pertama: gongongan (mumps), 12 bulan (jika belum menerima vaksin campak) campak (measles), dan Penngulangan: campak jerman (rubella) usia 6 tahun Mencegah penyakit Pertama: hepatitis A yang usia diatas 2 tahun menyerang hati. Pengulangan: 6-12 tahun setelah vaksin pertama Mencegah penyakit Pertama: demam tifoid (tipus). usia diatas 2 tahun Pengulangan: setiap tiga bulan setelah vaksin sebelumnya Mencegah penyakit Pertama, kedua dan ketiga: radang selaput otak, usia 2, 4, dan 6 bulan infeksi darah dan radang Keempat: paru-paru. usia 12-15 bulan dan 2 tahun Mencegah penyakit cacar Diberikan satu kali saat berusia 12 tahun atau dua kali air. jika berusia >12 tahun dengan interbal 1-2 bulan. Mengurangi resiko terkana Diberikan setiap satu tahun sekali. penyakit influenza (flu) Menciptakan imunitas Setiap orang menerima tiga kali vaksin (dosis 1, dosis 2 terhadap virus corona. dan booster) dengan interval 14-30 hari. Vaksin dapat diberikan mulai dari anak usia 6 tahun hinga lanjut usia. (sumber: Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, 2016) Biologi 11

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia JILID 2: GANGGUAN PADA SISTEM IMUN Bagian satu: Pendahuluan Memangnya apa yang akan terjadi jika sistem imun mengalami gangguan? Saat sistem imun mengalami gangguan, kemampuan pertahanan tubuh untuk mengenali, mencerna dan menghancurkan patogen, mikroorganisme, toksin (zat mengandung toksin penyebab penyakit), dan sel abnormal akan terganggu. Terganggunya sistem imun tersebut akan menyebabkan ketahanan tubuh menjadi rendah atau menurun. Bahkan bisa salah menargetkan sasaran sehingga menghancurkan sel normal dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan tubuh mudah terinfeksi penyakit dan menjadi semakin lemah. Bagaimana pengaruh program imunisasi terhadap tubuh? Program imunisasi sangat bermanfaat dalam membantu tubuh menyiapkan diri menghadapi patogen yang akan menyerang. Melalui program imunisasi, tubuh dapat memperoleh atau memproduksi antibodi sehingga mengurangi tubuh terkena suatu penyakit. Bagian dua: Faktor Penyebab Gangguan Sistem Imun Apa saja yang menyebabkan sistem imun mengalami gangguan? Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sistem imun diantaranya genetik, fisiologis, stres, usia, hormon dan jenis kelamin, kebiasaan olahraga dan aktivitas sehari-hari, kebiasaan tidur, nutrisi, paparan zat berbahaya, serta penggunaan obat tertentu. Faktor genetik merupakan faktor identik yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Jika orangtua memiliki kelainan pada sistem imun, akan besar kemungkinan kelainan tersebut diturunkan kepada anak. Faktor fisiologis berkaitan dengan fungsi organ dalam tubuh. Organ dalam tubuh saling berkaitan untuk menjalankan suatu fungsi tertentu. Oleh sebab itu, jika salah satu organ tidak berfungsi dengan semestinya, maka akan mengganggu fungsi dari sistem imun. Stres dapat mempengaruhi imunitas tubuh. Hal ini dikarenakan saat stres terjadi, tubuh akan menghasilkan hormon tambahan seperti neuroendokrin, glukokortikoid dan katekolamin. Hormon stres tersebut akan menghambat produksi limfosit dan kerja sel darah putih. Usia dapat meningkatkan maupun menurunkan imunitas tubuh terhadap penyakit. Usia balita (bawah lima tahun) dan lansia (lanjut usia) cenderung memiliki imunitas yang lebih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh tubuh balita yang masih belum membentuk imunitas sempurna, sedangkan tubuh lansia telah mengalami penurunan fungsi organ sehingga imunitasnya menjadi rentan. Hormon dipengaruhi oleh jenis kelamin. Seorang wanita memproduksi hormon estrogen yang meningkatkan sintesis IgG dan IgA sehingga memiliki imunitas yang lebih kebal dibandingkan laki-laki. Seorang Laki-laki memproduksi androgen yang memperkecil risiko penyakit autoimun, sehingga penyakit autoimun jarang dijumpai pada laki-laki. Biologi 12

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia Kebiasaan olahraga dan aktivitas sehari-hari secara teratur dapat membantu efektifitas bioproses dalam tubuh, sehingga aliran darah tetap normal dan tubuh bersih dari racun atau patogen yang menyerang. Namun, olahraga dan aktitas berat berlebih dapat menyebabkan meningkatkan kebutuhan suplai oksigen sehingga memicu timbulnya rafikal bebas penyebab sel tubuh rusak. Kebiasaan tidur, saat seseorang kekurangan tidur, maka tubuh akan mengalami perubahan sitokin. Perubahan tersebut akan menurunkan imunitas seluler sehingga kekebalan tubuh menjadi menurun. Nutrisi dibutuhkan sebagai energi untuk membentuk sel imunitas. Contoh nutrisi yang dibutuhkan adalah vitamin dan mineral, seperti DHA (Docosahexaenoic acid) dan asam arakidonat yang mempengaruhi maturasi (pematangan) sel T. Protein diperlukan untuk pembentukan immunoglobulin dan protein komplemen. Adapaun kandungan nutrisi seperti kolesterol dalam kandungan tinggi dapat menurunkan kemampuan makrofag dalam tubuh menghancurkan bakteri. Paparan zat berbahaya seperti bahan radioaktif, pestisida, rokok, minuman beralkohol, dan bahan kimia dapat menurunkan imunitas dalam tubuh. Racun tubuh sisa metabolisme akan menjadi racun dan menurunkan imunitas tubuh jika tidak dikeluarkan dari dalam tubuh, contohnya amonia (hasil eksresi dari hati). Penggunaan obat tertentu seperti antibiotik yang berlebih akan menyebabkan bakteri lebih resisten (lebih kuat) sehingga imunitas tubuh tidak bisa melawannya. Adapun konsumsi obat lain seperti antihistamin akan menghambat kerja hormon histamin dalam tubuh, konsumsi obat ini bagi seseorang yang memiliki histamin berlebih akan membantu menyeimbangkan imunitas (tidak mengalami hipersensitivitas). Apakah gangguan sistem imun dapat disembuhkan? Gangguan sistem imun cenderung tidak dapat disembuhkan, namun dapat diperbaiki atau dihindari supaya tidak menimbulkan gejala yang lebih parah. Contohnya, jika sobat hebat memiliki alergi, maka sobat hebat dapat menghindari alergan (zat atau benda penyebab alergi) dan mengkonsumsi antihistamin untuk mengurangi gejala gatal atau aktivitas histamin. Tubuh sobat hebat akan kembali normal, namun akan mengalami hal yang sama jika terkena alergen kembali. Untuk lebih jelasnya mengenai gangguan sistem imun, sobat hebat dapat membaca di bagian tiga yaaa, selamat belajar... Bagian tiga: Gangguan pada sistem imun Gangguan sistem imun dapat menyebabkan tubuh memiliki ketakanan yang menurun, sehingga tidak bisa berjalan sesuai dengan fungsinya. Gangguan pada sistem imun dapat dikelompokan menjadi hipersensitif (alergi), autoimun dan immunodefisiensi. Untuk lebih jelasnya, sobat hebat dapat membaca uraian dibawah ini. a. Hipersensitif (alergi) Hipersensitif atau alergi merupakan respon berlebih tubuh terhadap antigen tertentu yang disebut sebagai alergen. Respon alergi pada setiap orang akan berbeda dan tidak bisa disembuhkan, melainkan dikuranginya gejala yang menyakitkan atau membahayakan bagi tubuh. Alergi biasanya akan melibatkan antibodi jenis IgE. Beberapa antibodi IgE melekat pada bagian dasar sel tiang (mast cell) dalam jaringan ikat. Kemudian antigen milik alergen melekat ke situs pengikatan IgE di permukaan sel tiang tersebut. Alergen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan IgE membentuk ikatan silang (cross-linking) yang bersebelahan, sehingga merangsang sel tiang untuk melepas histamin dan molekul kimia lain sebagai penyebab peradangan melalui granula (vesikel) sel tiang. Pelepasan histamin dan molekul lainnya tersebut disebut sebagai degranulasi. Histamin akan menyebabkan terjadinya dilatasi (pelebaran) dan permeabelitas pembuluh darah di sekitar, sehingga memunculkan gejala alergi yang khas, seperti bersin- bersin, hidung berair, mata berair, kesulitan bernapas, ruam merah dan benjolan yang terasa gatal. Contoh Biologi 13

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia alergen diantaranya serbuk polen, spora kapang, serbuk sari bunga, rambut atau bulu hewan, kotoran serangga, suhu ekstrim, kandungan obat dan makanan (seperti terlur, susu, kacang, udang dan kerang). IgE alergen (paparan kedua) Sel tiang (mast cell) (1) antibodi IgE dihasilkan sebagai respon terhadap paparan awal suatu alergen, IgE berikatan dengan reseptor pada sel tiang (mast cell) (2) Pada paparan berikutnya terhadap alergen Granula (Vesikel) yang sama, IgE yang melekat pada sel tiang akan Histamin mengenalinya dan mengikat alergen tersebut. (3) Tautan silang (cross-linking) molekul IgE yang berdekatan memicu pelepasan histamin dan zat kimia lain sehingga menimbulkan gejala alergi. Gambar 6. Bioproses alergi yang melibatkan IgE dan sel tiang (mast cell) (Sumber: Campbell et al., 2017) Respon alergi akut dapat menyebabkan syok anafilaktik (anaphylactic shock) yang bisa mengakibatkan kematian. Syok anafilaktik berkembang ketika degradasi sel tiang (keluarnya histamin dan zat lainnya) memicu dilatasi (pelebaran) pembuluh darah perifer secara mendadak. Hal ini mengakibatkan penurunan tekanan darah secara mendadak, sehingga menyebabkan kematian dalam hitungan beberapa menit setelahnya.Oleh sebab itu, untuk mengatasinya seringkali seseorang yang menderita alergi akut akan membawa alat suntik berisi hormon epinefrin untuk menekan respon alergi tersebut. Selain epinefrin, respon alergi lainnya dapat diredakan dengan pemberian obat antihistamin untuk menerak reaksi histamin dalam tubuh. Gambar 7. Anaphylactic shock sebagai respon alergi yang ekstrim (Sumber: Rajalakshmi, 2020 & Hammett, 2021) Biologi 14

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia b. Autoimun Autoimun atau autoimunitas merupakan suatu gangguan sistem imun yang disebabkan karena gagalnya imunitas tubuh dalam membedakan sel tubuh sehat dengan sel asing, sehingga sistem imun menyerang sel tubuh normal miliknya sendiri. Gangguan autoimun ini dapat menyerang molekul tertentu di dalam tubuh sehingga menimbulkan penyakit autoimun. Penyakit autoimun tersebut diantaranya Systemic lupus erythematosus (SLE), artritis rematoid, diabetes melitus tipe I, multiple selerosis penyakit Grave (hipertiroidisme), anemia pernisiosa, dan penyakit Addison. 1) Systemic lupus erythematosus (SLE) atau lebih di kenal dengan penyakit lupus. Pada penyakit lupus, sistem imun menghasilkan antibodi yang menyerang histon dan DNA yang dilepaskan melalui pemecahan normal sel tubuh. Penyakit lupus akan menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada setiap penderitanya. Adapun gejala yang dapat timbul seperti ruam-ruam kulit (biasanya membentuk butterfly rash atau ruam berbentuk kupu- kupu dibagian wajah), demam, artritis, masalh pada hati, gangguan ginjal, gangguan paru-paru, dan Raynaud’s phenomenon (keadaan tubuh kaku dan dingin akibat aliran darah terbatas). Gambar 8. Gejala lupus (Sumber: Cahyono, 2017 & Horowitz, 2022) 2) Artritis rematoid (Rheumatoid arthritis) merupakan gangguan sistem imunitas yang menyebabkan kerusakan dan inflamasi (peradangan) di bagian kartilago dan tulang persendian. Inflamasi yang dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan gangguan fungsi sendi dan perubahan bentuk sendi tersebut. (a) (b) Gambar 9. Keadaan sendi penderita artritis reumatoid (a) pindaian sinar X-ray (b) anatomi (Sumber: Campbell et al., 2017 & Pittara, 2022) Rheumatoid arthritis ditandai dengan bengkak, nyeri, dan kaku pada sendi. Selain menyerang sendi, rheumatoid arthritis juga bisa menyerang organ lain, seperti kulit, pembuluh darah, paru-paru, mata, dan jantung. Rheumatoid arthritis belum dapat disembuhkan. Metode penanganan oleh tenaga medis bertujuan untuk mencegah perburukan gejala, mengatasi inflamasi (peradangan), mengurangi kerusakan lebih lanjut Biologi 15

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia pada tulang dan sendi, serta meningkatkan kemampuan gerak dan aktivitas penderita. Metode tersebut diantaranya dengan memberikan obat Obat golongan disease-modifying anti-rheumatic drugs (DMARD) dan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) untuk mengurangi sakit karena reumati dan peradangan. 3) Diabetes melitus tipe I merupakan gangguan imunitas yang disebabkan oleh sel T sitotoksik yang menghancurkan sel beta penghasil insulin di pankreas. Hal ini menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi insulin kembali, sehingga penderita sangat tergantung terhadap donor insulin dari luar tubuh. oleh sebab itu, diabtes tipe ini disebut juga sebagai diabetes insulin-dependent. Diabetes ini lebih sering ditemukan pertama kali pada usia anak-anak hingga remaja (dewasa muda) sehingga disebut diabetes juvenile (remaja). Diabetes ini termasuk penyakit genetik yang tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikendalikan dengan penanganan medis untuk mengurangi gejala yang timbul. 4) Multiple sclerosis merupakan gangguan sistem imun yang disebabkan karena sel T menembus sel saraf pusat, sehingga menyebabkan penghancuran selubung mielin yang mengelilingi sebagian besar bagian neuron. Penyakit ini sangat berhubungan antara sistem imun dengan sistem saraf (koordinasi). Gejala pada setiap penderita akan berbeda, namun secara umum gejala tersebut meliputi mati rasa pada satu sisi tubuh sekaligus pada waktu bersamaan, sensasi sengatan listrik saat menggerakan leher (terutama saat menekuk leher ke depan), berkurangnya fungsi koordinasi (seperti kesulitan berbicara atau menjadi cadel, penglihatan memburuk, pengliatan terlihat ganda, dan mata terasa sakit saat digerakan). 5) Penyakit Grave (hipertiroidisme) merupakan gangguan (a) (b) sistem imun yang menyebabkan hipertiroid (tiroid terlalu Gambar 11. Keadaan anatomi (a) tiroid normal aktif) sehingga hormon tiroid diproduksi berlebih oleh tubuh. Gangguan ini ditandai dengan membesarnya (b) hipertiroid kelenjar tiroid (gondok) yang terlihat bengkak di bagian pangkal leher, penurunan berat badan, jantung berdetak cepat (takikardia) dan tidak beraturan (aritmia), termor ringan dibagian tangan dan jari, peningkatan kepekaan terhadap panas dan lebih sering buang air besar (BAB). Pengobatan hipertiroid dapat dilakukan dengan pemberian yodium radioaktif melalui mulut dan konsumsi obat antitiroid untuk mengurangi gejala hipertiroid. c. Immunodefisiensi Immunodefisiensi merupakan gangguan sistem imun berupa ketidakmampuan imunitas dalam melindungi tubuh dari patogen (tidak mampu memberikan respon terhadap antigen). Berdasarkan penyebabnya, immunidefisiensi dapat dibedakan menjadi, immunodefisiensi bawaan (inborn immunodeficiency) dan immunodefisiensi yang diperoleh. 1) Immunodefisiensi bawaan (inborn immunodeficiency) merupakan gangguan sistem imun akibat cacat genetis dalam perkembangan berbagai sel sistem imun atau gagal dalam memproduksi protein spesifik tertentu, seperti antibodi atau protein komplemen. Contohnya defisiensi imun kongenital yang merupakan keadaan tidak memiliki sel B maupun sel T sejaklahir, sehingga penderita harus hidup dalam keadaan lingkungan yang steril. Penyakit immunodefisiensi ini meliputi Severe combined immunodeficiency (SCID) dan Sindrom Wiskott-Aldrich. Biologi 16

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia Severe combined immunodeficiency (SCID) dimana Gambar 12. Penanganan bayi penderita SCID penderita hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki (Sumber: Permatasari, 2023) limfosit sama sekali. Hal ini mengakibatkan bayi penderita sangat rentan terhadap infeksi berulang seperti pneumonia dan meningitis yang dapat menyebabkan kematian. Penanganan yang dapat dilakukan ialah dengan transplantasi sumsum tulang dan sel punca. Terdapat berbagai jenis SCID, pada umumnya SCID lebih sering berkaitan dengan kromosom X dan ditemukan pada bayi laki-laki (walaupun bayi perempuan dapat membawa kondisi tersebut/resesif). Oleh sebab itu, bayi laki-laki SCID sering disebut buble boy Sindrom Wiskott-Aldrich merupakan gangguan sistem imun yang hanya menyerang anak laki-laki dan menyebabkan eksim, yaitu pengurangan jumlah trombosit serta kekurangan limfosit T dan limfosit B. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi secara berulang. Akibat rendahnya jumlah trombosit, maka gejala pertamanya bisa berupa kelainan pendarahan (misalnya diare berdarah). Kekurangan limfosit T dan limposit B menyebabkan anak rentan terkena infeksi bakteri, virus dan jamur. Selain itu, bisa juga terjadi infeksi pada saluran pernapasan. Anak yang menderita sindrom ini dan bisa bertahan sampai usia 10 tahun, kemungkinan akan menderita kanker (misalnya kanker limfoma dan leukimia). Masalah pendarahan seringkali bisa diatasi dengan pengangkatan limpa. Hal ini dikarenakan penderita memiliki jumlah trombosit yang sedikit, sedangkan trombosit tersebut dihancurkan di dalam limpa. Antibiotik dan infus immunoglobulin juga bisa membantu proses pengobatan sindrom ini. Akan tetapi, pengobatan terbaik bagi penderita adalah dengan melakukan pencangkokan sumsum tulang. 2) Immunodefisiensi yang diperoleh (acquired Gambar 13. Gejala awal terinfeksi HIV- immunodeficiency) berkembang setelah terpapar oleh agen AIDS di dalam mulut kimia tau biologi, dapat diturunkan secara genetik atau diperoleh karena infeksi patogen. Salah satunya dapat (Sumber: Maharani, 2013) menimbulkan penyakit acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) yang disebabkan oleh infeksi virus jenis human immunodeficiency virus (HIV). HIV menginfeksi sel darah putih (jumlah sel T penolong berkurang) sehingga imunitas tubuh menjadi menurun. Menurunnya kekebalan tersebut mengakibatkan tubuh tidak bisa melawan infeksi, patogen dan penyakit lain yang menghampiri tubuh. HIV merupakan jenis virus yang dapat menular melalui pertukaran cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi ke orang lain. Cairan tubuh tersebut diantaranya darah, ASI (Air Susu Ibu), semen dan cairan vagina. Selain itu, HIV juga dapat ditularkan dari ibu kepada anak yang dikandungnya. Seseorang tidak dapat terinfeksi melalui kontak fisik lain, seperti mencium,berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi benda pribadi, makanan, atau air minum. Tanda dan gejala seseorang terinfeksi HIV-AIDS diantaranya penurunan berat badan terus- menerus, demam panjang lebih dari satu bulan, diare kronis, batuk lebih dari satu bulan, bagian mulut terdapat lesi atau luka yang tampak putih sedikit menonjol tidak beraturan, dan terdapat bercak ungu kehitaman pada kulit. Berikut ini disajikan bagan 1 yang menunjukan bioproses terjadinya infeksi HIV-AIDS di dalam tubuh hingga menimbulkan gejala. Biologi 17

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia Bagan 1. Bioproses infeksi HIV-AIDS (Sumber: Desmawati, 2013) HIV-AIDS dapat ditangani secara medis melalui antiretroviral (ARV). Tujuan ARV diantaranya menghentikan aktivitas virus, memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup, dan menurunkan resiko cacat. Walaupun demikian, ARV tidak dapat menyembuhkan infeksi HIV-AIDS, namun bisa memperpanjang usia harapan penderita HIV-AIDS. ARV diantaranya dilakukan dengan memberikan obat-obat seperti golongan Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI) untuk menghambat replikasi/perbanyakan virus, Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor (NtRTI), Non-Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI), Protease Inhibitor (PI) untuk menghalangi kerja enzim virus, dan Fusion Inhibitor (FI) untuk menghalangi virus memasuki sel T. Biologi 18

Narti Nurhatifah (2023) Bahan Baca Sistem Imun Manusia DAFTAR PUSTAKA Cahyono, Rudi. (2017). “Apa Yang Dimaksud Dengan Penyakit Lupus?”. Dictio. (Online). Tersedia di https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-penyakit-lupus/13462 Campbell, Neil A., B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Peter V. Minorsky, Steven A. Wasserman, and Robert B. Jackson. (2008). Biologi. Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga. Campbell, Neil A., Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Peter V. Minorsky, Steven A. Wasserman, and Jane B. Reece. (2017). Biology. Eleventh Edition. New York: Pearson. Candra, Asep. (2013). “Hubungan Stres Dengan Daya Tahan Tubuh.” Kompas, January 17. (Online). Tersedia di https://amp.kompas.com/health/read/2013/01/17/15121499/hubungan-stres-dengan-daya-tahan-tubuh Desmawati. (2013). Sistem Hematologi Dan Imunologi. Jakarta: In Media. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. (2021). Apa Itu Diabetes Melitus Tipe 1?. Jakarta: Kemenkes RI. Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. (2016). Pentingnya Imunisasi. Jakarta: Kemenkes. Fiore, Kristina. (2022). “Early Win for Gene Therapy in Rare Form of SCID.” MedPage Today. (Online). Tersedia di https://www.medpagetoday.com/genetics/generalgenetics/102358 Hammett, Emma. (2021). “Anaphylactic Shock and Acute Allergic Reaction.” First Aid for Life. (Online). Tersedia di https://firstaidforlife.org.uk/anaphylactic-shock-acute-allergic-reaction/ Horowitz, Diane M. (2022). “Systemic Lupus Erythematosus.” ADAM, January 16. (Online). Tersedia di https://medlineplus.gov/ency/article/000435.htm Irnaningtyas, and Yossa Istiadi. (2014). Biologi Untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013 Edisi Revisi. Jakarta: Erlangga. Irnaningtyas. (2016). Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013 Edisi Revisi. Jakarta: Erlangga. Kern, Dan. (2022). “Human Skin: Basic Anatomy and Functions.” Acne.Org, September 2. (Online). Tersedia di https://www.acne.org/human-skin-basic-anatomy-and-functions Maharani, Arni. (2013). “Gejala Awal HIV Dalam Mulut.” Klik Dokter. (Online). Tersedia di https://www.klikdokter.com/info-sehat/hiv-aids/gejala-awal-hiv-dalam-mulut Makarim, Fadhli Rizal. (2021). “Ketahui Tentang Penyakit Graves, Penyebab Kondisi Hipertiroid.” Halodoc, February 8. (Online). Tersedia di https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-tentang-penyakit-graves-penyebab- kondisi-hipertiroid Permatasari, Gita. (2023). “SCID Adalah Penyakit Langka Yang Bisa Menyerang Bayi, Kenali Kondisinya!” The Asian Parent. (Online). Tersedia di https://id.theasianparent.com/scid-adalah Pittara. (2022). “Lupus.” Alodokter, April 26. (Online). Tersedia di https://www.alodokter.com/lupus Pittara. (2022). “Rheumatoid Arthritis.” Alodokter, February 17. (Online). Tersedia di https://www.alodokter.com/rheumatoid-arthritis Pizano, Jessica. (2016). “Lets Talk About Snot: A Closer Look At Nasal Mucus.” Integrative Therapeutics. (Online). Tersedia di https://www.integrativepro.com/articles/snot-closer-look-at-nasal-mucus Pramono, L. A. (2019). \"Mata Melotot Bisa Jadi Karena Masalah TIroid.\". Jakarta: Rumah Sakit St. Carolus Rajalakshmi. (2020). “Anaphylactic Shock.” March 6. (Online). Tersedia di https://www.myupchar.com/en/disease/severe-allergic-reaction-anaphylactic-shock Tobin, Oliver. (2022). “Multiple Sclerosis.” Mayo Clinic. (Online). Tersedia di https://www.mayoclinic.org/diseases- conditions/multiple-sclerosis/symptoms-causes/syc- 20350269#:~:text=The%20cause%20of%20multiple%20sclerosis,and%20spinal%20cord%20(myelin). World Health Organization. (2022). “HIV.” World Health Organization. Wijaya, Riko Pandu. (2019). Sistem Imunitas. Jakarta: Pustekkom Kemdikbud Biologi 19


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook