Gambar 5.2. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya Model pembelajaran discovery learning mengusahakan agar peserta didik terlibat dalam masalah yang dibahas dan menjadi topik pembicaraan. Materi diarahkan untuk menemukan sendiri konsep yang direncanakan oleh guru (Illahi, 2012:90). Contoh penerapan discovery learning yang dipadukan dengan pendekatan saintifik. Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 41
Tabel. 5.3. Contoh Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning yang Dipadukan dengan Pendekatan Saintifik Kegiatan Kegiatan Guru dan Sintaks PBL Pembelajaran Peserta Didik Kegiatan Guru mengkondisikan Pendahuluan suasana belajar yang menyenangkan Guru mendiskusikan kompetensi yang telah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya terkait dengan kompetensi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya bagi kehidupan. Menyampaikan garis besar materi dan kegiatan yang akan dilakukan, Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan 42 | Marchilia Damayanti
digunakan. Kegiatan inti Menagamati Guru menyajikan Pemberian video/foto suasana rangsangan kerja sebuah Menanya peternakan Peserta didik mengamati video/foto tersebut Guru menugaskan Identifikasi kepada peserta didik masalah mengidentifikasi Mengumpulkan informasi permasalahan yang terdapat pada video/foto yang disajikan guru. Peserta didik mengidentifikasi permasalahan yang terdapat pada video/foto yang disajikan guru. Guru menugaskan Mengumpulkan kepada peserta didik data untuk mengumpulkan data dan informasi tentang keselamatan dan kesehatan kerja Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 43
Peserta didik mengumpulkan data dan informasi tentang Keselamatan Mengasosiasi dan Kesehatan Kerja (K3) Guru membentuk kelompok 4‐5 orang Peserta didik duduk di kelompoknya masing‐ masing Guru menugaskan Pembuktian kepada peserta didik melakukan diskusi tentang permasalahan yang dilihat di video/foto dan membuat definisi berdasarkan pemahamannya tentang Keselaman dan Kesehatan Kerja (K3) Peserta didik melakukan diskusi tentang permasalahan yang dilihat di video/foto 44 | Marchilia Damayanti
dan membuat definisi berdasarkan pemahamannya tentang Keselaman dan Kesehatan Kerja (K3) Mengomunikasi‐ Guru menugaskan Membuat kan kepada peserta didik simpulan mempresentasikan Kegiatan hasil diskusi Penutup memecahkan permasalahan dan cara mencegah bahaya di tempat kerja serta definisi K3 Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi memecahkan permasalahan dan cara mencegah bahaya di tempat kerja serta definisi K3. Guru dan peserta didik membuat rangkuman/ simpulan pelajaran. Guru melakukan Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 45
refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. Guru merencanakan tindak lanjut. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Dalam memberikan tugas, peran komunikasi dari guru kepada peserta didik sangat penting. Guru bertugas sebagai pengirim pesan, sebaiknya menggunakan cara berkomunikasi yang jelas dan runtut. Ini akan memudahkan proses komunikasi. Seorang guru dapat menggunakan bahasa verbal (lisan) dan nonverbal (gerak tubuh/mimik). Bahasa verbal dirangkaikan dengan bahasa nonverbal bertujuan memudahkan peserta didik memahami apa yang ditugaskan oleh guru. Misalnya, guru mendemonstrasikan apa yang akan dilakukan, peserta didik mengikuti apa yang dilakukan guru. Setelah melakukan kegiatan tersebut, guru menugaskan kepada peserta didik menganalisis dan menemukan konsep dari intisari materi ajar tadi. Materi ajar menemukan konsep menggunakan metode literasi, dengan cara menganalisis suatu kejadian. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan daya nalar peserta didik tentang suatu kejadian. Guru menugaskan peserta didik melalui komunikasi 46 | Marchilia Damayanti
verbal. Penyampaian pesan yang jelas, suara, dan intonasi yang sesuai dengan kondisi saat itu. Serta disampaikan secara runtut hal‐hal yang harus dilakukan peserta didik. Komunikasi yang jelas dan runut membantu peserta didik memahami apa yang harus dilakukan. Langkah‐langkah kegiatan pembelajaran yang sudah dirancang guru dengan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat serta didukung cara komunikasi guru yang mumpuni akan membawa peserta didik untuk menemukan konsep. Uno (2012:4) menyatakan bahwa urutan penyampaian materi pelajaran harus menggunakan pola yang tepat. Urutan penyampaian informasi yang sistematis akan memudahkan peserta didik cepat memahami apa yang disampaikan oleh gurunya. Guru bukan satu‐satunya sumber belajar dalam menemukan konsep. Artinya, dalam penyampaian materi ajar, guru harus dapat memanfaatkan lingkungan sekitar. Peserta didik akan mudah menemukan konsep jika mengalami sendiri. Pengalaman yang diperoleh akan membekas dalam memorinya. Hal ini sejalan dengan pendapat (Uno dan Mohamad, 2012:146) bahwa lingkungan merupakan faktor pendorong yang menjadi penentu dalam meningkatkan pemahaman peserta didik dalam setiap pembelajaran. Hampir semua mata pelajaran dapat menggunakan lingkungan sebagai media pembelajaran. Misalnya mata pelajaran Biologi, banyak contoh yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Mata pelajaran bahasa Indonesia, ketika kita berdialog dengan teman dapat dijadikan media. Hal yang dilihat berupa struktur subyek Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 47
predikat. Apakah pemilihan kata sudah tepat atau belum. Masih banyak contoh di lingkungan yang dapat dijadikan bahan ajar agar peserta didik cepat memahami suatu konsep materi ajar. Sebaliknya, penyampaian pesan yang dilakukan guru dengan melakukan komunikasi satu arah membuat peserta didik bosan dan mudah melupakan apa yang didengar. Oleh karena itu, guru harus kreatif dalam merancang pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dirancang guru harus mempunyai tujuan sehingga dapat diukur keberhasilannya. Sanjaya (2011:294) menyatakan, strategi pembelajaran merupakan rancangan tindakan yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk memudahkan guru merancang pembelajaran, terlebih dahulu guru harus menganalisis karakteristik materi ajar. Setiap materi ajar berbeda cara penyampaian kepada peserta didik. Materi ajar yang membutuhkan analisis, guru harus menggunakan strategi pembelajaran yang berbeda dengan materi ajar yang menuntut kemampuan peserta didik untuk menguasai keterampilan tertentu. 2. Belajar dan Memahami Seorang anak berusia kurang dari dua tahun berusaha bangkit pada saat berjalan dan berusaha bangkit lagi ketika jatuh, demikian seterusnya. Kejadian ini berulang‐ulang dan pada akhirnya ia dapat berjalan tanpa terjatuh. Itulah yang disebut proses belajar. Pada saat anak belajar berjalan, tidak terlepas dari instruksi orang‐orang di sekitarnya. Instruksi ini didengar dan memotivasi sang anak untuk terus berusaha 48 | Marchilia Damayanti
berjalan. Proses mendengar dan memahami instruksi adalah proses komunikasi yang membangun individu untuk menjadi lebih baik. Perkembangan anak usia 1–2 tahun sangat tergantung dari respon melihat dan mendengar dari lingkungan sekitar. Proses ini merupakan bentuk komunikasi yang dialami oleh sang anak. Menginjak usia 3–5 tahun, anak mulai belajar memahami segala sesuatu yang dilihat dan didengar. Proses komunikasi berlangsung dua arah dan multiarah. Kemampuan seorang anak merespon instruksi berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan ini hendaknya menjadi bahan pertimbangan bagi orang tua dan guru yang terlibat dalam proses komunikasi. Ada anak yang memahami perintah tanpa diberi contoh. Di sisi lain, ada anak yang sudah diberi contoh, masih gagal memahami pesan yang disampaikan. Menurut Asrori (2007:151) lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat sangat perlu menciptakan suasana yang dapat membesarkan hati atau mendorong anak untuk secara berani mengomunikasikan pikiran‐pikirannya. Rangsangan dari luar seperti media cetak (buku, majalah, koran) dan media elektronik (televisi, radio, gadget {gawai}), media sosial (internet) memberikan kontribusi terhadap kemampuan belajar secara cepat dalam memahami pesan. Melalui berbagai proses melihat, mendengar, dan merasakan akan menambah perbendaharaan kosa kata. Dengan demikian, peran orang tua diharapkan selalu mendampingi anak‐anak agar tidak meniru kata‐kata dan perbuatan kurang sopan yang diserap melalui media‐media tersebut. Sependapat dengan hal tersebut, Patilima (2015:103) Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 49
menyatakan bahwa anak semakin mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang luas, yang tidak hanya bersumber dari satu sumber, namun juga berbagai sumber pengetahuan, seperti kunjungan wisata, jalan‐jalan, baca buku, dan nonton TV. Proses memahami pesan adalah modal dasar anak memasuki lingkungan lebih luas. Kemampuan berkomunikasi anak dibawa dari keluarga akan berpengaruh terhadap kecepatan pemahaman terhadap sesuatu yang baru diajarkan oleh guru. Semakin banyak perbendaharaan kosa kata dan pengetahuan yang dimiliki, semakin mudah mencerna kalimat‐kalimat yang didengar ke dalam bentuk pemahaman. Selanjutnya akan dapat mengubah dan meningkatkan pengetahuan serta perilaku menjadi lebih baik. Dalam komunikasi, seringkali tidak sesuai harapan. Pengirim pesan dan penerima pesan salah dalam memahami pesan yang dikirim. Pada proses pembelajaran misalnya, seorang guru dalam menyampaikan pesan menganggap peserta didik sudah memahami apa yang telah disampaikan. Akan tetapi, setelah peserta didik ditanya tentang materi yang sudah dipelajari, banyak yang belum memahami. Antara guru dan peserta didik kurang membangun komitmen untuk menjadikan kegiatan pembelajaran sebagai sarana menimba ilmu yang kelak akan berguna bagi masa depannya dan ladang bagi guru mengamalkan ilmunya. Baedowi (2015:76) menyatakan sebagai guru mendengar dan memberikan feedback adalah cara komunikasi paling efektif dan harus menjadi pilihan pertama para guru jika ingin dicintai peserta didik. Guru dalam mengajar harus menerapkan 50 | Marchilia Damayanti
keikhlasan dan cinta dalam melaksanakan tugasnya. Dengan ikhlas dan cinta semua tantangan dan hambatan dapat dipecahkan. 3. Komunikasi dan Penyampaian Pesan dalam Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya menambah pengetahuan dan keterampilan. Tetapi juga dapat meningkatkan kualitas dirinya melalui penilaian sikap yang dilakukan oleh guru. Dalam proses pembelajaran, guru dapat menyelipkan nilai‐nilai positif dalam kehidupan sehari‐hari. Melalui komunikasi yang terjalin, hendaknya memikirkan pesan positif apa yang akan disampaikan kepada peserta didik. Karena setiap ucapan guru adalah hikmah. Jangan sampai pekerjaan yang ditekuni guru sia‐sia. Tidak ada nilai tambah bagi peserta didik. Asril (2010:2) menyatakan bahwa idealnya dalam proses transformasi edukatif perlu ada komunikasi antara pendidik dan peserta didik yang mengandung unsur‐unsur pedagogis, didaktis, dan psikologis. Artinya dalam berkomunikasi antara guru dan peserta didik harus mengandung unsur manfaat yang dapat mendidik dan memperhatikan segi kejiwaan peserta didik. Kreativitas guru dibutuhkan dalam meningkatkan sikap dan karakter peserta didik. Dalam melakukan komunikasi misalnya, guru dapat memberi contoh cara berkomunkasi yang santun dan menghargai orang lain. Jika setiap mengajar bertutur kata dengan santun, peserta didik akan meniru dan terpengaruh apa yang dilakukan oleh guru. Sebaliknya, jika Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 51
dalam menyampaikan pesan (materi ajar) bersikap “kurang santun”, misalnya sering marah‐marah, nada suara meninggi jika ada yang bertanya, sibuk dengan gawainya ketika mengajar, dan tidak peduli dengan sikap peserta didik yang kurang santun, ini akan berdampak negatif kepada peserta didik. Dalam melaksanakan tugasnya, guru harus memiliki sikap jujur, ikhlas, dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini penting karena guru tidak akan tahu permasalahan yang akan dihadapi di lapangan. Permasalahan hari ini berbeda dengan kemarin. Kemarin berbeda dengan esok dan seterusnya. Peserta didik adalah pribadi yang dinamis. Setiap saat terjadi permasalahan yang menuntut kesabaran guru untuk menyelesaikan. Ketelatenan dan kesabaran guru dalam menghadapi peserta didik akan terealisasi jika guru mencintai pekerjaannya. Sangat mustahil berbuat tanpa ada rasa cinta dan ketulusan. Senada dengan pendapat Helmawati (2016:38) bahwa keadaan bagaimanapun seorang guru hendaknya berusaha mencintai pekerjaannya. Kecintaan terhadap pekerjaan guru akan bertambah besar apabila dihayati benar‐benar keindahan dan kemuliaan tugas itu. Nurjanah, salah satu guru SLB di Ternate, seorang guru yang loyal terhadap pekerjaan. Dengan keterbatasan fisik yang ia miliki (kakinya cacat), tidak melunturkan keinginannya menjadi guru. Nurjanah memiliki lima orang anak. Seperti biasanya, aktivitas sebelum ke sekolah adalah menyiapkan kebutuhan keluarganya. Setelah selesai pekerjaan rumah, ia pergi ke sekolah diantar suaminya sampai di pelabuhan. Sampai di pelabuhan, dilanjutkan dengan naik speedboat 52 | Marchilia Damayanti
menyeberang pulau menuju sekolah. Di sekolah ia disambut hangat oleh peserta didiknya. Nurjanah tidak pernah mendapat honor dari pemerintah. Sudah 10 tahun lamanya ia mengabdi, belum ada perhatian dari pemerintah. Tetapi ini bukan menjadi penghalang baginya untuk tetap mencintai pekerjaan dalam mencerdaskan anak bangsa. Nurjanah sangat mencintai anak didiknya sehingga pantas pula mendapat cinta dari anak didiknya. Meskipun tidak pernah menerima honor, ia tetap semangat menjalankan tugasnya. Ia percaya, rejeki bukan hanya dari mengajar tetapi Allah akan menurunkannya dari tempat yang tidak terduga. Di samping mengajar, ia membuat keripik yang dapat menutupi kekurangan keuangan keluarga. Guru merupakan model bagi peserta didik. Apa yang dilakukan seorang guru dilihat dan didengar oleh peserta didik. Secara psikologis, ketika anak diperlakukan “kurang baik” maka akan berpengaruh terhadap motivasinya dalam mengikuti pembelajaran. Kalau mengikuti kegiatan pembelajaran, tidak sepenuh hati. Hanya takut tehadap guru. Kondisi seperti ini akan menyulitkan sampainya pesan yang dikirim oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Agung (2012:80), kemampuan guru dapat mempengaruhi dan menjadi penentu keberhasilan atau kekurangberhasilan penyampaian dan penyerapan bahan/materi ajar kepada peserta didiknya. Guru dalam proses pembelajaran dapat memberikan contoh‐contoh sikap yang baik. Menghubungkan contoh sikap tersebut dengan materi yang sedang diajarkan. Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 53
Misalnya, sebelum belajar harus berdoa terlebih dahulu. Setelah berdoa guru menjelaskan mengapa sebagai manusia sebelum memulai aktivitas berdoa terlebih dahulu. Pesan religi dapat diselipkan di sini. Kemudian guru mengecek kehadiran peserta didik, jika ada yang sakit maka guru dapat menanamkan rasa syukur kepada Allah SWT, bahwa kita masih diberi kesehatan. Penyampaian pesan ini diungkapkan dengan tutur kata yang lembut dan mudah dipahami oleh peserta didik. Sedangkan pada kegiatan inti, komunikasi yang dilakukan guru dan peserta didik harus lebih dinamis. Tidak hanya guru yang berperan dalam menyampaikan informasi, tetapi peserta didik harus aktif menanggapi informasi atau pesan yang disampaikan guru. Dalam kegiatan ini, guru mulai membangun pemahaman peserta didik tentang suatu konsep. Proses membangun pemahaman ini dapat dilakukan melalui proses komunikasi, yaitu terlebih dahulu mengantarkan pemahaman awal peserta didik berdasarkan pengalamannya dalam kehidupan sehari‐hari. Hal ini penting karena melalui pengalaman, peserta didik akan mudah dalam mengasosiasi dan menganalogikan pesan yang disampaikan guru. Dengan menerapkan komunikasi timbal balik, yaitu diskusi dan tanya jawab. Komunikasi timbal balik akan membantu peserta didik mengemukakan ide‐ide dan merasa dihargai. Karena mendapat respon dari guru dan teman sejawat lain. Peserta didik adalah individu yang membutuhkan pengakuan . Jika lingkungan mengakui dan menerima keberadaanya, ia akan merasa nyaman di lingkungan 54 | Marchilia Damayanti
tersebut. Seseorang yang merasa diakui oleh lingkungannya akan termotivasi pula mengikuti kegiatan yang sedang dijalani. Keadaan seperti ini akan membuka tersampaikannya pesan (materi ajar/konsep) dalam proses pembelajaran. 4. Gerak Tubuh dan Proses Memahami dalam Pembelajaran Komunikasi tidak hanya dilakukan secara verbal tetapi juga nonverbal (gerak tubuh). Gerak tubuh menentukan tersampaikannya pesan/informasi. Gerak tubuh dapat berupa mimik wajah, tatapan mata, gerakan tangan, dan anggota badan. Guru sebagai fasilitator dan motivator kegiatan pembelajaran dapat menggunakan komunikasi nonverbal untuk menunjang keberhasilan pembelajaran. Kemampuan guru dalam menggunakan bahasa nonverbal sangat menentukan keberhasilan tersampaikan pesan kepada peserta didik. Gerak tubuh harus disesuaikan dengan apa yang akan disampaikan. Tatapan mata yang teduh dan selalu tersenyum akan menciptakan suasana pembelajaran yang sejuk dan menyenangkan. Suasana ini akan membawa nuansa yang memberikan keceriaan pada proses belajar mengajar. Ini akan berdampak pada daya serap peserta didik terhadap materi yang sedang diajarkan. Berbeda kondisinya jika guru dalam mengajar menunjukkan tatapan mata yang dingin dan tanpa senyuman. Gerak tubuh ini menciptakan suasana angker. Peserta didik ketakutan manakala diminta memberikan pendapatnya. Ketegangan ini akan mematikan kreativitas dalam Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 55
mengungkapkan ide‐idenya. Jika proses belajar mengajar berlangsung pada suasana menegangkan, dapat dipastikan komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah. Guru satu‐satunya sumber informasi. Komunikasi menjadi kaku dan monoton. Guru hendaknya dapat mencairkan suasana yang tegang karena peserta didik adalah individu yang membutuhkan suasana kehangatan dalam berkomunikasi. Kegiatan pembelajaran yang membutuhkan keterampilan bagi peserta didik dapat disajikan dengan melibatkan gerakan anggota tubuh lain, seperti tangan, badan, bahkan kaki. Gerakan anggota tubuh merupakan nilai tambah dalam berkomunikasi. Gerakan yang tepat dan tidak berlebihan adalah salah satu kunci suksesnya komunikasi dalam pembelajaran. Guru yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL), proyek, dan produk sangat dianjurkan menggunakan komunikasi nonverbal di samping verbal. Ketika menyajikan suatu masalah, guru dituntut dapat merancang kegiatan pembelajaran yang melibatkan kemampuan peserta didik dalam mengembangkan solusi‐ solusi dari permasalahan tersebut. Saefudin dan Ika (2014:54) menyatakan bahwa pembelajaran PBL harus membangkitkan keterlibatan melakukan investigasi. Salah satu caranya adalah menyodorkan situasi bermasalah yang dapat membangkitkan minat peserta didik dan menimbulkan keinginannya untuk menyelesaikan masalah dengan discrepant events (situasi yang hasilnya tidak dapat diperkirakan dan mengejutkan). 56 | Marchilia Damayanti
Keterampilan mengembangkan solusi adalah bentuk keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dibutuhkan kemampuan guru dalam menggali potensi yang ada dalam diri peserta didik. Yaitu dengan cara menerapkan komunikasi yang dapat mengakomodir ide‐ide dari peserta didik. Dengan cara memberi kebebasan kepada peserta didik membuat contoh‐ contoh kasus yang pernah dilihat dan didengar, kemudian mengemukakan cara pemecahannya. Dengan demikian, dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam memecahkan masalah yang disajikan guru. Menurut Iwan (Kompas, 28 Januari 2018) kecakapan menyelesaikan masalah yang benar‐ benar baru menuntut kemampuan berpikir kreatif. Peserta didik dituntut menerapkan kecakapan yang diperoleh di kelas pada permasalahan nyata hari ini yang mungkin belum ditemui sebelumnya. Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 57
58 | Marchilia Damayanti
Bab VI Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran 1. Karakteristik Peserta Didik Setiap individu mempunyai karakter berbeda‐beda. Manusia dilahirkan dengan sifat yang berbeda‐beda pula. Anak kembar sekalipun yang berasal dari rahim yang sama, memiliki sifat yang berbeda. Seorang individu memiliki minat, bakat, dan kemampuan yang tidak sama. Karakteristik individu dibangun oleh keluarga, lingkungan, dan sekolah. Minat berarti setiap individu memiliki sudut pandang yang berbeda‐beda dalam melihat sesuatu. Cara pandang individu dipengaruhi oleh penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Ketika melihat suatu obyek pemandangan misalnya, ada orang yang mengatakan bagus sekali, biasa saja, dan kurang menarik. Daya tangkap seseorang dalam memahami apa yang didengar juga berbeda‐beda. Guru yang kreatif adalah guru yang mampu membangkitkan motivasi peserta didik. Seperti pedagang di pasar pakaian. Masing‐masing penjual menjual dagangannya dengan menggunakan startegi yang unik untuk menarik konsumen. Memberikan diskon, memasang iklan di media sosial, memberikan bonus voucher, dan lain‐lain. Guru dapat Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 59
belajar dari pedagang. Untuk menarik perhatian peserta didik, guru harus kreatif merancang strategi pembelajaran. Minat seseorang dipengaruhi oleh apa yang didengar. Mendengar merupakan kegiatan penting untuk menilai sesuatu. Penyiar radio misalnya, dalam membawakan acara musik harus atraktif dan kreatif dalam memilih kata‐kata dan menggunakan intonasi kalimat yang tepat. Suara yang kurang menarik dan datar membuat pendengar tidak respect terhadap acara yang dibawakan. Demikian juga guru, suara adalah modal penting keberhasilan komunikasi. Seperti penyiar radio, guru harus dapat mempengaruhi minat peserta didik melalui kegiatan mendengar. Perasaan (feeling) merupakan anugerah Allah SWT yang harus kita syukuri. Rasa syukur itu dapat diwujudkan dengan mengasah rasa terhadap kejadian di lingkungan kita. Empati salah satunya. Wujudnya adalah selalu menghargai dan menghormati orang yang sedang berkomunikasi dengan kita. Memahami apa yang dikatakan dan menciptakan minat terhadap orang tersebut. Minat peserta didik akan membentuk karakteristik pribadinya melalui kegiatan melihat, mendengar, dan merasakan. Guru dengan segala kelebihan dan kekurangan, hendaknya dapat merancang pembelajaran yang menarik, menimbulkan keingintahuan peserta didik terhadap materi ajar, menggunakan kalimat yang tidak berbelit dan enak didengar, serta menimbulkan keinginan peserta didik untuk menghargai guru yang sedang mengajar di depan kelas. Karakteristik peserta didik sangat beragam, guru harus dapat mengenali dengan baik. Cara mengenali karakteri 60 | Marchilia Damayanti
adalah mengajak berbincang tentang apa yang disukai dan tidak disukai mereka. Sesuatu yang disukai peserta didik merupakan bonus bagi guru. Tetapi jika ada yang tidak disukai, ajak peserta didik untuk mengidentifikasi segi positif dan negatifnya. Sehingga pada saat proses belajar mengajar berlangsung, guru dan peserta didik berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Berikut, segitiga piramida hubungan antara minat, karakteristi individu, pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Sumber: Sangi (2007:23) dalam Kuswana (2013:27) Gambar. 5.1 Piramida Kompetensi Dari gambar piramida di atas dapat dijelaskan, 1=minat, 2=karakteristik individu, 3=keterampilan, 4=pengetahuan, 5=perilaku. Minat dan karakterisitk individu merupakan faktor bawaan yang dimiliki seseorang. Minat dan bakat akan berkembang melalui pengalaman‐pengalaman yang diperoleh di lingkungan. Pengalaman tersebut berupa pengetahuan dan keterampilan. Kesatuan minat, krakteristik Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 61
individu, pengetahuan, dan keterampilan akan mengerucut menjadi suatu perilaku yang berupa kompetensi atau suatu kemampuan yang ingin dicapai. 2. Perbedaan Karakteristik Peserta Didik Suatu hari saya bertemu guru sejarah waktu SMP, Bu Sulih namanya. Ternyata beliau masih mengingat saya dengan baik. Ketika SMP, saya mengagumi beliau dalam mengajar. Gaya berkomunikasi dengan peserta didik patut menjadi inspirasi. Dalam menyampaikan materi ajar, suaranya jelas. Saat ada hal penting yang disampaikan, diberi penekanan pada kalimat‐kalimat tertentu. Kegiatan pembelajaran yang sering kami lakukan adalah diskusi dan tanya jawab. Yang menarik ketika diskusi dan tanya jawab, beliau selalu berjalan mendekati kami. Dengan nada suara lembut memotivasi kami untuk merespon apa yang diutarakan teman. Kami semua antusias menjawab dan bertanya satu sama lain. Sesekali beliau meluruskan jika ada kesalahan informasi dari kami. Dalam satu kelas, karakteristik kami bermacam‐macam. Ada yang suka mata pelajaran sejarah dan ada yang kurang suka. Ada yang pemalu, suka mengantuk di kelas, dan ada yang antusias mengungkapkan pendapatnya. Bu Sulih guru yang hebat. Karakteristik kami yang berbeda‐beda dapat disatukan melalui mata pelajaran sejarah. Dari yang tidak suka, sudah mulai belajar menyukai. Peserta didik yang mengantuk selalu didekati oleh Bu Sulih. Ada beberapa hal yang dapat dipetik dari seorang Bu Sulih, guru mata pelajaran sejarah, yaitu: 62 | Marchilia Damayanti
1) pemilihan strategi pembelajaran disesuaikan dengan materi ajar. 2) menghargai setiap pendapat peserta didik 3) menerapkan pengelolaan kelas dengan baik 4) komunikasi timbal balik dan multiarah 5) suaranya jelas 6) penggunaan intonasi kalimat tepat 7) memotivasi peserta didik untuk mengeluarkan pendapatnya 8) mimik/raut wajah selalu tersenyum 9) gerak tubuh yang sewajarnya/tidak berlebihan 10) ekspresif 11) penampilan rapi Dari contoh di atas dapat dinyatakan bahwa perbedaaan karakter peserta didik adalah kekayaan bagi guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan ini, guru terlebih dahulu menentukan strategi, model, dan metode pembelajaran yang tepat berdasarkan hasil analisis perbedaan karakter dan karakteristik peserta didik. 3. Komunikasi Sukses dengan Peserta Didik Anak adalah individu yang unik. Dalam beberapa kesempatan, saya seringkali berdialog dengan peserta didik tentang apa saja. Tentang keluarganya, masa depan, prestasi, pandangannya terhadap permasalahan yang sedang hangat diperbincangkan dan lain‐lain. Ada beberapa anak terbuka menjawab semua pertanyaan dari saya. Tetapi tidak jarang hanya senyum‐senyum dan menjawab sekali‐kali (cenderung Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 63
tertutup). Saya penasaran terhadap sikapnya. Akhirnya, melalui berbagai pendekatan, saya berusaha untuk dapat berdialog dengannya. Ketika kita menghadapi anak yang introvet (tertutup), ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, kita bersabar. Mungkin suasana hati tidak nyaman untuk kita ajak dialog atau diskusi. Kedua, cari suasana yang nyaman. Kemungkinan ia malu untuk mengungkapkan yang ada dalam pikirannya. Ketiga, gunakan kalimat yang jelas dan suara yang lembut. Tanyakan kabarnya hari ini. Pergi ke sekolah naik kendaraan apa. Sampai di sekolah jam berapa dan sebagainya. Tidak lupa, selipkan humor agar suasana mencair. Keempat, senyum selalu terpancar di wajah guru. Dengan senyum, membuat anak berani untuk berbicara. Kelima, hargai pendapatnya. Hindari memotong pembicaan sebelum ia selesai berbicara. Keenam, ucapkan terima kasih setelah selesai berdialog atau diskusi. Kunci utama sukses berkomunikasi dengan peserta didik adalah hargai dan dengarkan mereka. Agar peserta didik mempunyai karakter yang kuat dalam berinteraksi, dengarkan cerita dan pendapatnya. Anak merasa bahagia dan akan memberikan rasa percaya dalam dirinya. Kebahagiaan itu akan berdampak terhadap motivasinya dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan mendengarkan, kita sebagai guru secara tidak langsung sudah menunjukkan rasa sayang dan memberikan rasa nyaman kepada si anak saat berada di sekolah. Rasa percaya diri peserta didik merupakan modal bagi guru untuk dapat menyelami pribadi dan karakter peserta 64 | Marchilia Damayanti
didik. Ini akan memudahkan guru memberi masukan agar berperilaku baik. Amirulloh (2015:132) berpendapat, mendengarkan anak merupakan bentuk komunikasi timbal balik yang dapat mengukuhkan kepercayaan diri anak terhadap orang tua. Perlu dicatat bahwa kedekatan guru dan peserta didik harus dalam batas‐batas yang wajar, hubungan profesional antara guru dan peserta didik. Dekat bukan berarti guru bebas berdialog tanpa memperhatikan norma‐norma dan etika yang berlaku. Guru dapat menjaga diri dan tetap harus terlihat berwibawa di mata peserta didik. Dengan demikian, meskipun dekat dengan guru, peserta didik tetap menghormati guru sebagai pendidik. Rasa hormat peserta didik kepada guru merupakan contoh konkret perilaku yang dapat dilihat oleh peserta didik. Mereka belajar menghormati guru sebagai orang yang lebih tua. Demikian juga guru, memberikan kasih sayang kepada peserta didik karena mencintai pekerjaannya. Apapun yang diberikan dengan cinta dan semata‐mata karena Allah, pekerjaan berat menghadapi tantangan membentuk karakter peserta didik yang kuat akan menjadi ringan. Di era digital sekarang ini, guru mendapat tantangan yang sangat berat. Pengaruh obat‐obatan terlarang sudah merambah sampai di sekolah‐sekolah yang berada di pelosok Indonesia. Bandar narkoba dengan berbagai cara dan teknik berusaha merusak mental generasi muda bangsa Indonesia melalui berbagai sendi kehidupan. Jajanan di sekolah sudah menjadi target untuk merusak otak generasi emas Indonesia. Anak‐anak yang mengonsumsi obat‐obatan terlarang akan Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 65
menunjukkan perilaku menentang dan berani melawan siapa saja. Indonesia sudah berada pada taraf yang mengkhawatirkan. Peran guru sangat strategis dalam hal ini. Tantangan yang dihadapi lebih berat. Komunikasi produktif sebagai salah satu cara untuk menjalin kedekatan dengan peserta didik. Setiap kali bertemu dengan peserta didik, sapa ia dengan ramah. Terkadang peserta didik tidak mau menyapa guru terlebih dahulu karena takut atau segan. Tugas guru adalah memberi contoh, bagaimana seharusnya sikap kita jika bertemu dengan orang. 4. Peran Komunikasi untuk Mengurangi Kenakalan Peserta Didik Karakter peserta didik dipengaruhi oleh keluarga, lingkungan sekitar, dan sekolah. Dalam lingkungan keluarga, anak yang selalu direspon positif oleh ayah, ibu, kakak, adek, paman, tante, nenek dan kakeknya akan tumbuh menjadi anak yang kuat dan responsif. Sebaliknya, anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang tidak peduli dengan perkembangannya, akan tumbuh menjadi anak yang tidak peka dan mudah menyerah. Lingkungan sekitar anak di luar keluarga (teman bermain, tetangga, kerabat jauh, media sosial, pertelevisian, dan lain‐ lain), mempunyai peranan yang besar terhadap pembentukan karakter individu. Cara bertutur kata, sikap, dan kebiasaan anak adalah hal‐hal yang mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Anak cenderung meniru apa yang dilihat dan didengar. 66 | Marchilia Damayanti
Terkadang anak belum dapat menyaring hal yang boleh dan tidak boleh, sopan dan tidak sopan, santun dan kurang santun. Oleh karena itu, peran keluarga dibutuhkan untuk selalu membimbing dan mendampingi anak. Suatu saat saya berkunjung ke rumah .teman. Saya melihat putrinya, masih duduk di bangku sekolah dasar, sedang menonton sinetron. Tergerak hati saya untuk menanyakan, seberapa sering putrinya menonton sinetron percintaan remaja. Ia menjawab setiap hari sepulang sekolah. Saya terkejut dan menyarankan untuk membatasi dan mendampingi saat menonton sinetron. Ia mengatakan bahwa sibuk dengan pekerjaan rumah dan mengurus adiknya yang masih berusia dua tahun. Saya sangat prihatin dengan jawaban yang diberikan teman saya. Di zaman yang serba canggih ini, jika kita tidak mendampingi dan mengarahkan anak dalam menonton televisi ataupun memainkan gawainya, akan memberikan dampak buruk. Kita perhatikan berita‐ berita di televisi maupun internet, makin marak terjadi pergaulan bebas, perilaku sex menyimpang, kecanduan narkoba, kekerasan, dan sebagainya. Sungguh sangat miris dan memprihatinkan. Pemerintah tidak melakukan sensor terhadap tayangan‐tayangan yang mengandung kekerasan dan tidak bernilai pendidikan. Di sisi lain, kita tidak bisa membendung arus informasi yang begitu deras. Sekarang, setiap orang memiliki gadget (gawai). Semua orang dapat dengan mudah mengakses apapun yang diinginkan. Sebagai orang tua yang peduli keluarga, hendaknya selalu mengarahkan dan mendampingi anak dalam mengakses informasi. Dengan cara melakukan Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 67
diskusi kecil dengan anak‐anak kita. Sehingga dapat memberikan gambaran segi positif dan negatif serta segi kemanfaatannya. Hindarkan kata “jangan” untuk anak kita. Semakin dilarang, akan menambah rasa ingin tahu mereka untuk mengetahui dan melihat. Jika mereka sempat melihat dan mendengar informasi, tanyakan pendapat mereka. Minta mereka menilai tayangan tersebut. Sebagai orang tua, kita bertanggung jawab untuk mengarahkan. Sekolah adalah lingkungan ketiga setelah keluarga dan lingkungan yang dapat mempengaruhi karakter anak. Di sekolah, anak berinteraksi dengan guru dan teman‐temannya. Teman yang baik tindak tanduknya (sopan dan tutur katanya santun) akan berpengaruh baik pada karakter anak. Sebaliknya, teman yang mempunyai karakter yang kurang baik akan membawa pengaruh negatif kepada teman‐ temannya. Baik berupa tingkah laku maupun cara komunikasi yang kurang santun Budi, seorang peserta didik dari sebuah SMK, berasal dari keluarga harmonis. Di keluarganya, sering ada dialog antara ibu, ayah, dan saudara‐saudaranya. Ayah dan ibunya selalu memberikan bimbingan dan nasihat‐nasihatnya. Adanya komunikasi yang terbuka di keluarga akan memberikan rasa hangat dan nyaman pada diri anak. Anak akan mempunyai karakter yang kuat dan membentuk karakter yang baik. Hal ini akan terbawa oleh anak di lingkungan manapun. Karakter teman‐teman Budi di sekolah sangat beragam. Budi selektif dalam memilih teman, bukan berarti Budi tidak peduli dengan temannya yang ekstrem. Tetapi dia ingin membatasi agar tidak terpengaruh oleh perbuatan negatif 68 | Marchilia Damayanti
teman‐temannya. Bukan tidak mungkin, Budi membawa pengaruh positif di lingkungan sekolahnya. Komunikasi dikatakan produktif jika pesan yang dikirim dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan dan bermanfaat. Pada saat SMA, ada teman saya bernama Wono. Setiap ke sekolah, selalu terlambat. Jika sedang malas ke sekolah, ia akan bolos. Sering jahil dengan teman‐teman perempuan. Suatu ketika, pelajaran olah raga sudah dimulai. Seperti biasanya, saya dan teman‐teman mengikuti pelajaran tersebut. Tetapi lain halnya dengan Wono, ia hanya duduk di kantin. Kemudian teman‐teman melaporkan pada guru olah raga. Guru olah raga memanggil Wono dari kejauhan, sambil berteriak. “Hai Wono, ngapain kamu di situ?” Dengan spontan Wono berdiri. Dengan gaya menantangnya, ia mendatangi guru olah raga. “Bapak tidak usah teriak‐teriak.” Kami terkejut dengan apa yang terjadi. Ada apa dengan Wono? Guru‐guru yang melihat kejadian itupun mengamankan Wono. Dapat diambil hikmah dari kejadian Wono di atas. Cara berkomunikasi guru dengan peserta didik menjadi perhatian. Untuk menghindari hal tersebut dapat dilakukan hal berikut. 1) Pada awal pembelajaran, guru mengecek kehadiran peserta didik. Ini untuk menjalin keakraban dengan mereka. Guru menanyakan siapa yang tidak hadir dan menanyakan alasannya. Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 69
2) Jika ada yang bolos, guru mencari tahu mengapa ia membolos. 3) Panggil dan hampiri peserta didik dengan suara lembut. Hindari berteriak di depan teman‐temannya. Usia Wono masih remaja, usia yang ingin mendapat pengakuan dari lingkungan. Wono merasa direndahkan oleh guru, secara spontan ia akan menunjukkan kepada teman‐teman bahwa saya juga berani. 4) Nada suara guru atau intonasi yang meninggi membuat penerima pesan terkejut dan bereaksi spontan. 5) Gestur/bahasa nonverbal guru dapat memancing emosi penerima pesan, yaitu gestur yang arogan. Pengaruh globalisasi sudah merambah ke pelosok‐ pelosok Indonesia. Dengan mudahnya mendapatkan informasi, baik positif (yang mendidik) maupun negatif (kekerasan dan memaki orang yang lebih tua). Masyarakat dibuai dengan sajian informasi yang membuat guru dan orang tua bekerja keras mendampingi, membimbing, dan mengarahkan anak agar terhindar dari hal‐hal yang negatif. Sebagai guru, kita berusaha semaksimal mungkin menghadapi tantangan ini. Mulai dari cara berkomuniksi dan tindak tanduk dalam keseharian, hendaknya dapat melakukan hal‐hal di bawah ini. 1) Menjalin hubungan yang harmonis dengan peserta didik 2) Menunjukkan ekspresi wajah yang menyejukkan 3) Berbicara yang lembut dan hindari berkata kasar 4) Menghindari sikap membentak anak 70 | Marchilia Damayanti
5) Menggunakan intonasi yang tepat 6) Menggunakan gerak tubuh/gestur yang tepat, tidak berlebihan 7) Menghargai anak 8) Mendengarkan keluh kesahnya 9) Menunjukkan ketertarikan pada lawan bicara Komunikasi dalam proses pembelajaran dapat membentuk karakter peserta didik. Pesan‐pesan yang disampaikan guru hendaknya bermuatan membangun karakter peserta didik. Dalam kurikulum 2013 menekankan pada pembentukan karakter sikap sosial peserta didik. Antara lain, jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), bertanggung jawab, dan responsif. a) Jujur Dalam banyak hal, guru dapat menyelipkan pesan moral kepada peserta didik. Misalnya, perilaku jujur diterapkan pada saat kegiatan pemberian kuis atau kegiatan menanya. Ketika ada peserta didik yang menyontek jawaban temannya, guru mengingatkan dengan memberi teguran secara halus. Menghargai hasil pemikiran ide sendiri lebih baik daripada meniru orang. Guru menumbuhkan rasa bangga kepada peserta didik terhadap jawaban sendiri dengan cara memberi penguatan. Dan mengatakan jujur itu membuat kita puas dan bangga. Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 71
b) Disiplin Penerapan sikap disiplin dapat dilakukan ketika peserta didik ditugaskan untuk mengerjakan tugas yang berkaitan dengan materi ajar. Guru menugaskan membuat sesuatu dan memberikan batas waktu mengumpulkan. Peserta didik yang mengumpulkan tugas kurang dari waktu yang ditentukan, diberi nilai sangat baik. Peserta didik yang mengumpulkan tugas tepat waktu, diberi nilai baik. Sedangkan yang mengumpulkan tugas lebih dari waktu yang ditentukan, diberi nilai cukup bahkan kurang. Guru menjelaskan, hal ini untuk membiasakan peserta didik untuk selalu disiplin dalam segala hal. Disiplin adalah awal dari suksesnya seseorang. Orang yang menghargai waktu dan selalu menepati janji akan lebih siap dalam menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompetitif. c) Santun Sikap santun harus diterapkan dan dibiasakan dalam diri peserta didik. Penerapan sikap santun, salah satunya adalah melakukan komunikasi dengan peserta didik. Guru hendaknya selalu menggunakan kata tolong dan terima kasih. Ketika guru meminta bantuan kepada peserta didik untuk menghapus papan tulis, gunakan kata tolong. Setelah peserta didik selesai menghapus papan tulis, ucapkan terima kasih. Demikian juga ketika guru memanggil nama peserta didik untuk mengerjakan sesuatu di depan kelas, hindari intonasi yang tinggi. Karena anak cenderung terkejut dan bereaksi spontan menjawab dengan nada yang tinggi pula. 72 | Marchilia Damayanti
Sebagai bangsa Indonesia yang menghargai nilai‐nilai Pancasila dan menjunjung tinggi norma‐norma kesopanan, guru harus memberikan contoh tingkah laku yang santun. Sikap saling menghargai pendapat dalam tanya jawab dan diskusi dengan cara yang santun. Jika ada peserta didik yang kurang menghargai pendapat teman, tugas guru mengingatkan. Beda pendapat adalah hal biasa dan kita harus menerima. Tidak perlu sampai merendahkan orang lain. Belum tentu pendapat kita benar bahkan pendapat orang lain mungkin bisa menjadi solusi bagi suatu permasalahan. d) Peduli Contoh penerapan sikap peduli adalah ketika peserta didik mengerjakan tugas proyek dari guru. Guru membentuk kelompok dalam menyelesaikan. Peserta didik membagi tugas‐tugas kepada teman‐teman satu kelompok. Setelah waktu yang ditentukan, peserta didik melaporkan kepada guru tentang hasil proyek yang telah dikerjakan. Guru dalam memberikan penilaian, menanyakan satu persatu tugas masing‐masing anggota kelompok. Kegiatan ini akan memotivasi peserta didik untuk saling membantu dan kerja sama yang baik dalam satu kelompok. e) Bertanggung jawab Pemberian tanggung jawab kepada peserta didik dapat dilakukan dengan memberi tanggung jawab berupa penugasan untuk diselesaikan di rumah. Misalnya, pada saat menutup pembelajaran, guru menugaskan kepada peserta didik untuk membaca materi selanjutnya. Ketika pertemuan Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 73
berikutnya, guru menagih janji kepada peserta didik untuk mengungkapkan apa yang telah dibaca di rumah. Sesuai petunjuk dan tugas dari guru. Jika ada peserta didik tidak mengerjakan pekerjaan seperti yang ditugaskan guru, guru dapat mengatakan kepada teman‐teman bahwa sikap tanggung jawab harus dibiasakan dari sekarang. Karena kebiasaan itu akan terbawa sampai dewasa. Kepercayaan itu mahal harganya. Ketika diberi tanggung jawab dan tidak bisa melakukan, akan hilang kepercayaan orang terhadap kita. Pada akhirnya akan merusak image kita di mata orang. Dan yang paling menyedihkan adalah merusak karier kita. 5. Peran Komunikasi Pembelajaran dalam Memecahkan Kesulitan Belajar Tidak semua anak menguasai pelajaran‐pelajaran yang ditawarkan di sekolah. Terkadang, guru tidak peka terhadap kesulitan‐kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik. Ada anak yang menyukai mata pelajaran noneksak, seperti sejarah, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia. Ketika menerima pelajaran matematika, fisika, kimia, ia kurang tertarik. Sebaliknya, ada peserta didik yang menyukai pelajaran eksak yang membutuhkan analisis dan perhitungan. Masing‐masing peserta didik mempunyai kelebihan dan kekurangan pada hal‐hal tertentu. Untuk menyeimbangkan kesukaan peserta didik terhadap mata pelajaran yang disukai dan tidak disukai, guru berperan sebagai motivator dalam mengatasi kesulitan‐kesulitan yang dialami peserta didik. Jika 74 | Marchilia Damayanti
ada peserta didik dalam satu kelas kurang berminat terhadap pelajaran tertentu, guru wajib mendengarkan alasan mereka tidak menyukai pelajaran tersebut. Bu Ani seorang guru Fisika. Ia kebingungan mencari solusi agar anak‐anak menyukai pelajaran fisika. Pada suatu hari, Bu Ani mengalami kesulitan menerapkan konsep materi ajar kepada peserta didik. Sebelum pembelajaran dimulai, Bu Ani melakukan apersepsi. Dalam apersepsi, ia mengaitkan materi ajar dengan kehidupan keseharian peserta didik. Dari sini, dialog antara Bu Ani dan peserta didik dimulai. Bu Ani menceritakan materi ajar, dengan sesekali peserta didik diminta untuk memberikan contoh dalam keseharian mereka. Semua mendapatkan giliran mengemukakan contoh‐contoh yang ditemuinya dalam kehidupan sehari‐hari. Cara ini memotivasi peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Secara tidak langsung menggiring pemahaman peserta didik terhadap materi yang akan dipelajari. Dialog antara guru dan peserta didik sebelum masuk materi inti, sangat penting. Untuk menumbuhkan minat dan motivasi peserta didik mengikuti proses pembelajaran. Pada saat pembelajaran berlangsung, berikan peserta didik penguatan. Jika ia berhasil menjawab atau melakukan sesuatu yang ditugaskan kepadanya. Pemberian penguatan kepada peserta didik adalah salah satu cara yang dapat diterapkan untuk memotivasi peserta didik mengikuti proses pembelajaran. Penguatan yang diberikan harus proporsional. Hindari penguatan yang berlebihan, sehingga peserta didik menilai seolah‐olah hanya basa basi. Berikut strategi Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 75
pengelolaan motivasi untuk membangkitkan rasa puas peserta didik. Gambar 5.1 Membangkitkan rasa puas pada peserta didik Sumber: Keller dan Kopp, 1987 dan Keller dan Suzuki, 1988 dalam Wena (2013:44) Kesulitan belajar dapat dialami oleh peserta didik. Mereka biasanya akan bersemangat mengikuti proses belajar mengajar jika ada sesuatu yang menarik minatnya. Cara guru menyajikan materi ajar dan cara guru berkomunikasi dengan peserta didik akan mempengaruhi minat peserta didik terhadap mata pelajaran. Guru hanya menggunakan metode ceramah saja pada saat menyajikan materi ajar, akan membuat peserta didik pasif. Keadaan ini akan mengurangi minat peserta didik terhadap mata pelajaran tersebut. Penguasaan materi ajar dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan, minat, dan lingkungan. Akan tetapi, faktor‐faktor tersebut dapat dimodifikasi. Misalnya, peserta didik yang mempunyai tingkat kecerdasan menengah ke bawah. Agar mereka mampu menguasai suatu materi ajar, guru merancang strategi pembelajaran yang tepat melalui komunikasi yang mudah dimengerti. Caranya adalah 76 | Marchilia Damayanti
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjadi ketua kelompok pada saat diskusi. Peserta didik yang memiliki kecerdasan pada level menengah ke bawah, berbeda dengan yang memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi. Oleh karena itu, peran guru sangat menentukan kesuksesan diskusi. Biasanya peserta didik seperti itu malu memberikan pendapat dan gagasan. Di sini peran guru selalu memberi motivasi kepada peserta didik. Guru memberi bantuan berupa kalimat pembuka dan kemudian peserta didik ditugaskan untuk melanjutkannya. Pemberian penguatan sangat dianjurkan. Hal ini akan menambah semangat peserta didik dan menambah rasa percaya dirinya. Minat seseorang merupakan modal bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Minat peserta didik terhadap mata pelajaran membantu dirinya sendiri untuk menguasai suatu materi ajar. Peserta didik yang berminat terhadap suatu mata pelajaran, tentu tidak akan menemui masalah dalam mempelajari. Sebaliknya, peserta didik yang kurang berminat terhadap suatu mata pelajaran, akan mengalami kesulitan dalam mempelajari dan memahami materi ajar yang diberikan guru. Minat tidak tumbuh dengan sendirinya. Tetapi dapat diciptakan melalui pengkondisian lingkungan. Minat peserta didik terhadap suatu mata pelajaran dapat tercipta. Misalnya, sering membaca, melihat suatu kejadian, keingintahuan terjadinya sesuatu, pengaruh teman, guru dan keluarga. Komunikasi harmonis antara guru dan peserta didik akan dapat menumbuhkan minat peserta didik. Guru dalam Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 77
menyampaikan materi bersifat abstrak dapat mengubah menjadi sesuatu yang lebih konkret. Kreativitas guru dan cara guru menyampaikan materi ajar sangat berpengaruh terhadap minat peserta didik. Guru bukan hanya menyampaikan teori dan rumus‐rumus melainkan dituntut lebih kreatif mengkonkretkan teori dan rumus‐rumus tersebut dan menuangkan dalam rancangan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Asril (2010:34) guru dianjurkan menggunakan skenario yang baik dan diminati oleh peserta didik. Dengan adanya minat, akan membantu peserta didik dalam mengatasi kesulitan belajarnya. 78 | Marchilia Damayanti
Daftar Pustaka Agung, I. 2012. Menghasilkan Guru Kompeten dan Profesional. Jakarta: Bee Media Indonesia. Amirulloh. 2015. Teori Pendidikan Karakter Remaja dalam Keluarga. Bandung: Alfabeta. Anne,Johnson,L. 2015. Pengajaran yang Kreatif dan Menarik. Jakarta: PT. Indeks. Asril, Zainal. 2010. Micro Teaching. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Asrori, Mohamad. 2007. Psikologi Pembelajaran Efektif. Bandung: CV Wacana Prima. Baedowi. 2015. Calak Edu Esai‐esai Pendidikan. Jakarta: Pustaka Alfabet. Helmawati. 2016. Pendidik sebagai Model. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Ilahi, MT. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocational Skill. Yogjakarta: Diva Press. Kuswana, WS. 2013. Dasar‐dasar Pendidikan Vokasi dan Kejuruan. Bandung: Alfabeta. Naim, N. 2011. Dasar‐dasar Komunikasi Pendidikan. Yogjakarta: Ar‐Ruzz Media. Pattilima, Hamid. 2015. Resiliensi Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta. Pranoto, Iwan. 2018. Kesetaraan dalam Tes Internasional. Jakarta: Surat Kabar Harian Kompas, edisi Jum’at, 26 Januari 2018. Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 79
Saefudin, A. dan Ika, B. 2015. Pembelajaran Efektif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sanjaya, W. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Slameto. 2015. Belajar dan Faktor‐faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Supriadie dan Darmawan. 2013. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Syaifurahman dan Ujiati. 2013. Manajemen dalam Pembelajaran. Jakarta: PT. Indeks. Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif‐ Progresif. Jakarta: Kencana Prima Media Group. Uno, H. Dan Mohamad, N. 2011. Belajar dengan Pendekatan Pailkem. Jakarta: Bumi Aksara. Uno, HB. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Wena. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. 80 | Marchilia Damayanti
Profil Penulis Marchilia Damayanti, dilahirkan di Surabaya tanggal 07 Maret 1972. Putri dari bapak Sunarto Effien dan Ibu Siti Saodah. Masa kecilnya dihabiskan di desa Kandangan, Kabupaten Kediri. Setelah menamat‐ kan SMA di Pontianak, Kalimantan Barat, ia melanjutkan kuliah di Uni‐ versitas Tadulako Sulawesi Tengah di Fakultas Peternakan. Kemudian kuliah di program Akta IV. Pendidikan S2 ditempuh selama dua tahun pada Program Studi Magister Pendidikan Sains. Tahun 2005 diangkat menjadi guru bantu di SMKN 1 Sigi Sulteng dan dijalani selama 3 tahun. Tahun 2008 oleh pemerintah diangkat menjadi pegawai negeri sipil sebagai guru SMK Negeri 1 Biromaru yang kini menjadi SMK Negeri 1 Sigi Sulteng sampai sekarang. Beberapa kali mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Produktif Ternak Ruminansia dan Unggas di P4TK Pertanian Cianjur Jabar, workshop karya ilmiah guru SMA/SMK se Sulawesi Tengah, Bimtek Pendamping K13 untuk guru SMK se Sulteng, dan Juara II Lomba Guru Berprestasi se‐Kabupaten Sigi Sulteng. Penelitian tindakan kelas yang pernah dilakukan berjudul Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw Dikombinasikan Komunikasi Produktif dalam Proses Pembelajaran | 81
dengan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas XB Jurusan Peternakan SMK Negeri 1 Biromaru Sulteng. Penelitian lainnya, berjudul Pengaruh Kemampuan Komunikasi dan Pengelolaan Kelas terhadap Motivasi dan Penguasaan Siswa tentang Konsep Biologi di Kelas X SMK Negeri 1 Biromaru Sulteng. 82 | Marchilia Damayanti
Search