tahun 2018 dan di tahun yang sama, Abel diterima di SMA pilihannya lewat jalur prestasi. SMA Kolese Gonzaga. Untuk jurusannya, Abel percaya diri memilih jurusan IPS. Ketika Abel duduk di kelas 11, bisa disebut bahwa Abel aktif di sekolah. Ada beberapa kepanitiaan yang ia ikuti dan disaat yang bersamaan, ada juga kegiatan diluar sekolah seperti ballet dan katekisasi untuk mempersiapkan peneguhan sidi. Dari situ, Abel belajar untuk menentukan prioritas dan juga membagi waktu. Karena waktu itu, Abel sampai mengorbankan ballet. Banyak juga pertimbangannya waktu itu, tetapi kesibukan menjadi salah satunya. Dengan semua tanggung jawab yang sudah diberi dan ia terima, Abel menyadari bahwa itu tidak boleh disia-siakan dan harus dilakukannya dengan sebaik mungkin. Selama itu, Abel banyak belajar untuk mengelola waktu agar tidak ada yang keteteran. Di tahun 2020, Abel mulai mempersiapkan segala kebutuhannya untuk perguruan tinggi. Karena ia gagal dalam SNMPTN, Abel mengejar untuk lolos SBMPTN. Abel mengikuti bimbingan belajar secara online untuk mendukung pembelajarannya. Pada 26 April 2021, Abel dijadwalkan untuk mengikuti SBMPTN. Tujuan yang dipilihnya adalah Universitas Indonesia dan atau Universita Airlangga jurusan komunikasi. Saat diumumkan hasilnya pada 14 Juni 2021, Abel dinyatakan lolos di Universitas Airlangga. Meskipun begitu, atas saran dari kedua orang tuanya, Abel disarankan untuk tetap mengikuti ujian SIMAK Universitas Indonesia setelah lulus SMA pada 20 Juni 2021. Setelah Abel mengikuti SIMAK secara online, Abel dinyatakan lolos 10 hari setelah pelaksanaannya dan memutuskan untuk melanjutkan studinya di Universitas Indonesia jurusan komunikasi. Pada Agustus 2021, Abel secara resmi menjadi mahasiswi dengan dimulainya kegiatan ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus). Ketika mulai kuliah semester 1, Abel mengaku sempat kaget dan tentunya harus banyak beradaptasi. Karena 12 tahun wajib belajarnya dihabiskan di sekolah swasta, banyak hal yang berbeda bagi Abel sendiri. Teman-temannya yang berasal dari latar belakang yang lebih beragam sampai cara mengajar berbagai dosennya. Meskipun sudah menjalani berbagai mata kuliah dan mendengarkan pengajaran dari dosen-dosennya, Abel masih belum menemukan cita-cita yang pasti. Karena sekarang, Abel masih merupakan mahasiswi semester 2, ia masih mendapat pelajaran dan kuliah secara umum. Nanti ketika sudah memasuki semester 4, Abel akan mengambil bagian peminatan. Dimana nanti, ia harus memilih diantara 4 peminatan. Yaitu jurnalisme, humas, periklanan, atau kajian media. Karena belum mendapatkannya, Abel masih tersesat dalam menentukan cita-cita pastinya. Akan tetapi sekarang, Abel tertarik untuk bekerja di bidang industri kreatif. Seperti bekerja di sosial media, iklan televisi, menjadi creative director, dan sebagainya. Tapi, hal itu tidak menutup kemungkinan lainnya. Perjalanan hidup Abel mengajarkan suatu pelajaran penting. Dua hal yang benar-benar berkesan bagi saya adalah jangan takut untuk mencoba dan pasti ada saat dalam hidup dimana kita diharuskan untuk mengorbankan sesuatu. Karena, hidup ini penuh kejutan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari-hari berikutnya. Disusun oleh : Milka Dwyana Nauli Simatupang 47
Samuel Si Anak Ajaib Samuel Aditya Jonathan Sembel, biasa dipanggil Sam. Samuel lahir pada 2 Juli 2004 Hari Jumat, siang hari. Di Jakarta tepatnya di Rumah Sakit Budhi Jaya. Hobi dari Sam sendiri ialah bermain Softball. Kesibukan ia saat ini ialah mencari pekerjaan kecil dari design Ia adalah anak satu satunya di keluarganya. Dari kecil sampai sekarang, Samuel hidup hanya bersama dengan ibunya. Ibu Sam sendiri bernama Sandra Sembel dan bekerja menjadi salah satu dosen di Universitas Pelita Harapan atau biasa dikenal dengan UPH. Samuel dikenal sebagai murid yang awalnya introvert atau bisa dibilang salah satu tipe kepribadian yang lebih fokus pada pikiran, suasana hati, dan perasaan secara internal. Tetapi semakin Ia beranjak dewasa Ia menyadari bahwa sebenarnya ia ternyata memiliki sifat Ekstrovert juga yang dimana tipe kepribadian yang suka menghabiskan waktu bersama orang lain. Sam sendiri terkenal sebagai murid yang aktif di sekolah semenjak Ia ada di SMP dan berlanjut sampai sekarang, Ia memiliki banyak pengalaman selama di Sekolah. Samuel merupakan Siswa SMA Kolese Gonzaga, Angkatan 33. Pada saat ini Sam duduk dibangku kelas 12. Samuel menjalani Pendidikannya dari Tingkat TK. Samuel merupakan lulusan TK Biji Gandum, SD sampai SMP lulusan Asisi, dan SMA Kolese Gonzaga. Samuel akan melanjutkan pendidikan di Universitas Parahyangan, Bandung. Ia juga sudah memilih Jurusan Arsitektur. Sewaktu Samuel bersekolah di tingkat SD tak disangka Samuel merupakan siswa tidak memiliki banyak teman. Ia sering sekali menyendiri dan tidak ada yang mau menemaninya. Dan beranjak ke SMP Samuel juga dikenal sebagai sebutan “Playboy” akibat Ia sering gonta ganti pacar yang dimana dikarenakan Ia sering sekali diputusin. Tetapi dibalik itu Samuel merupakan siswa yang aktif, Ia pernah menjadi OSIS. Pada saat kelas 8 menjadi Bendahara 1, lalu juga OSIS Bidang Seksi 3, Merangkap Jabatan di Bidang Media Sosial, Design, Sinematografi, Dokum, Keamanan, Perlengkapan pada saat GALAKSI (Festival Nya Asisi). Masuk ke SMA, Sam pernah menjadi Panitia Design di Gonzaga 101 Festival, Panitia Teknis di Sinezaga, Tim Creative Gonzaga Charity, Ketua Genre tetapi hanya setengah periode, Sam juga pernah bergabung di Komunitas Surga. Salah satu pencapaian prestasi Sam selama ini ialah Sam pernah menjabat menjadi Senat Kolese Gonzaga bagian Kesenian. Sebelum Samuel seperti sekarang, Ia terkenal sebagai murid yang nakal dan tidak bisa diam. Sewaktu ia kelas 10 ada suatu momen yang tidak bisa dilupakan, Waktu pelajaran Matematika Sam menghibur teman temannya dengan menjoget dibelakang kelas, dan membuat Guru Matematika tersebut marah karena mengganggu kelasnya, sehingga Samuel dikeluarkan dari kelas dan tidak boleh ikut pelajaran. Samuel mengalami kemajuan menjadi 48
siswa yang aktif di SMA. Samuel yang sekarang terkenal sebagai siswa yang aktif dan memiliki prestasi di sekolah, Tidak hanya di akademik melainkan juga di non-akademik. Dibalik semua prestasi yang diraih oleh Sam, ada seseorang yang memotivasinya. Obi siswa Kolese Gonzaga angkatan 32 merupakan seseorang yang memotivasi Sam. Obi sendiri juga merupakan siswa yang aktif di SMA Kolese Gonzaga. Obi pernah meraih beberapa prestasi yang membuat Samuel jadi aktif yakni Obi pernah menjadi Ketua MIG (Masa Inkorporasi Gonzaga) pada Tahun 2020, Obi juga merupakan Pendamping Divisi Sam, Lalu juga Obi pernah menjadi salah satu senator. Kesibukan yang Sam lakukan selagi menunggu Ia masuk ke jenjang lebih tinggi yakni Universitas ialah Bermain Softball, Mencari pekerjaan ringan di bidang Design, Hangout bersama teman - teman. Disusun oleh : Nadhine Vricilya Caesarya Sihombing 49
KSG (Kehidupan Seorang Grace) Gabriella Gratia Andhesca atau yang biasa disebut sebagai Grace lahir pada hari senin, 17 Juli 2006 di RS Permata Cibubur dan pada saat ini ia berumur 15 tahun. Nama 'Gabriella' berasal dari malaikat Gabriel , 'Gratia' berasal dari bahasa Latin yang jika diartikan ke bahasa inggris berarti 'Grace'. Terakhir 'Andhesca' tidak memiliki arti khusus melainkan sebuah singkatan yaitu 'ANak Dari HErry dan siSCA'. Orangtua Grace bernama Herry Andrianto (ayah) dan Rosa Sisca (ibu). Grace adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Ia memiliki seorang adik perempuan yang bernama Rafaella Richmal Andhesca yang lahir pada tahun 2011. Grace bisa dikategorisasikan sebagai orang yang ceria. Ia suka tersenyum dan memberikan aura yang positif kepada lingkungan disekitarnya. Grace juga termasuk sebagai orang yang cukup pemalu saat bertemu orang yang baru tetapi sampai saat ini ia berusaha mengatasi masalah tersebut dan ia juga ingin berkenalan dengan banyak orang karena rasa penasaran yang ia miliki. Jika awal-awal ketemu dengan orang baru, Grace biasanya tidak berbicara banyak dan hanya diam, tetapi jika ia sudah dekat dengan orang, dia menjadi sangat berisik dan seru. Sebenarnya Grace juga merupakan orang yang cukup sensitif. Karena itulah ia banyak memendam cerita sendiri dan hanya ‘curhat’ pada orang tertentu dan pada waktu tertentu saja. Ini terjadi karena ketika ia kecil ia telah mengalami sebuah hal yang buruk dalam lingkungan pertemanan ia yang kemudian membuat dia rasa takut untuk menerima respon cerita ia dari orang lain . Grace berasal dari keluarga yang bisa dibilang cukup religius. Ibu dan Ayah dia selalu mengajarkan ia untuk berdoa, memuji nama Tuhan, dll. Selain itu Grace sedang mengikuti group membaca kitab suci bersama dan ia sampai saat ini masih dalam proses ‘memperbaiki’ hubungan dia dengan Tuhan. Sejauh ini, Grace sudah berpindah sekolah sebanyak 5 kali. Jika ia kecil, ia memulai proses pembelajarannya di playgroup yang bernama Little Star. Disitu ia belajar cara berinteraksi dengan teman dan guru untuk pertama kalinya setelah itu, pada tahun 2010 dia melanjutkan pendidikannya di TK BHK (Bunda Hati Kudus). Pada masa itu dia juga memulai belajar cara bermain piano. 50
Selanjutnya pada akhir tahun 2011, seorang guru memilih Grace untuk mengikuti percobaan untuk mengikuti konser drumband. Akhirnya ia terpilih menjadi pemain drumnya bersama dengan anak-anak lainnya juga. Pada akhir tahun 2012, latihan drumband menjadi cukup intens karena akan ada lomba KBF 2011(Kids Drum Band Festival). Disini anak-anak yang mengikutinya cukup banyak sehingga mereka berlatih di sekolah di sebuah lapangan yang cukup luas. Pada akhirnya, Grace mendapatkan juara 1 di KBF piala presiden 2011. Setelah itu Grace memasuki SD Teruna Muda Elementary School. Di jenjang ini, ia memulai belajar secara lebih intensif. Sekolah yang ia masuki adalah sekolah national plus dimana sehari-hari dibiasakan berbahasa inggris, karena itulah Grace memiliki kesulitan dalam proses pembuatan teman dan mengikuti pelajaran-pelajaran yang ada. Akhirnya ia hanya mulai terbiasa dengan penggunaan Bahasa Inggris tersebut setelah sekitar 3 bulan. Kemudian saat Grace di kelas 5 SD ia memulai belajar cara bermain gitar dan ketika ia di kelas 6 SD dia sudah berhasil selesaikan Grade 8 piano course Yamaha. Selanjutnya Grace memasuki SMPK Penabur Kota Wisata. Dalam jenjang ini, kemampuan bergaul Grace cukup meningkat dan dia mulai fokus kepada kegiatan berorganisasi sekolah dan kegiatan belajar. Di masa ini Grace mulai menemukan cita-cita, passion, hobi, dan lain sebagainya. Di kelas 7, Grace menjabat sebagai anggota osis bidang kewarganegaraan. Selain itu sebagai siswa kelas 7, pada saat itu ia diwajibkan untuk mengikuti kegiatan Jambore. Disitulah ia dipercaya sebagai ketua dari kelompok. Walaupun tidak besar jabatannya, namun pembelajaran dan kegiatan selama 3 hari 2 malam mengikuti Jambore sangat menyenangkan dan menginspirasi Grace untuk tetap mengikuti organisasi. Karena itulah di kelas 8 ia mengikuti kegiatan pramuka dan mewakilkan sekolah ia sebagai salah satu dari 20 anak yang mengikuti Perkemahan Bakti Dewan Penggalang Pramuka. Grace akhirnya terpilih untuk menjadi ketua regu dalam kegiatan pramuka ini. Menurut Grace acara ini secara keseluruhan sangat melatih kepemimpinan dan rasa tanggung jawab dalam berorganisasi. Selain itu, Grace juga menjabat sebagai ketua bidang kerohanian. Sayangnya, pada saat ia menjabat ini munculah pandemi covid-19 yang menyerang Indonesia hingga sekolah juga harus diberlakukan/dijalankan dari rumah. Sebab itu, program yang Grace memimpin hanya berjalan sedikit dan kurang maksimal, ini membuat Grace sangat sedih dan kecewa. Selain itu menurut Grace, masa SMP ia mengajarkan dia untuk lebih menerima keadaan. Ini dikarenakan keadaan covid yang menyebabkan banyak ketidakpastian. Selanjutnya di waktu jabatan Grace yang terakhir ia sempat membimbing adik kelas yang akan menjabat menjadi osis berikutnya. Menurut Grace secara keseluruhan, ia cukup senang di jenjang SMP ini walaupun banyak kekurangan. Ia merasa bahwa di jenjang ini ia belajar banyak pelajaran kehidupan dari adanya pandemi covid-19 ini. Kemudian sekarang Grace sedang menjalani pendidikan SMA ia di sekolah SMA Kolese Gonzaga. Walaupun ia mengalami proses adaptasi lingkungan secara online, ia masih merasa aman dan senang dalam bersekolah. Di jenjang ini, Grace benar-benar memfokuskan diri kepada nilai tugas dan ulangan. Ia juga sudah mulai mengerjakan dan mencoba melengkapi dokumen untuk keperluan kuliah. Nilai-nilai Grace hingga saat ini mayoritas memuaskan meskipun ada beberapa yang memang belum mencapai target ia. Di jenjang ini 51
pula, Grace merasakan yang namanya lebih dewasa dan lebih percaya diri karena disini ia harus bisa menyelesaikan masalah dengan tenang. Grace juga belajar untuk menjadi lebih percaya diri dalam tahap adaptasi masa SMA ia, ini terjadi karena dengan adanya pembelajaran online ia harus lebih mau berinteraksi dengan teman-teman baru walaupun masih ada perasaan malu. Saat ini Grace belum ada organisasi yang secara tetap ia mengikuti atau yang ia secara permanen menjadi salah satu pengurus, tetapi sekarang ia sudah mulai mendaftar untuk mengikuti program-program yang akan diadakan oleh sekolah. Pada saat ini Grace sedang berfokus untuk menempuh pendidikan hingga akhir. Ia sudah merencanakan semua hal yang berkaitan dengan kuliah dari sekarang. Ia juga sedang dalam proses menempuh grade 5 dalam YAMAHA untuk perjalanan sekolah musik ia yaitu piano sebagai alat instrumen ia. Selanjutnya Grace juga sudah memulai belajar Bahasa Mandarin, Finnish, dan Inggris. Di kuliah, Grace ingin mengambil jurusan pedagogi dan belajar di Finlandia. Disusun oleh Nicolas River Estey 52
Ambisi Bertualang Diadaptasi, Malla Meidianna Caroline Malla Meidianna lahir pada 10 Mei 1967 di rumah sakit angkatan udara Adisucipto di Yogyakarta. Beliau adalah anak ketiga dari keluarga 6 bersaudara, keluarga Soelanto. Beliau dan saudaranya dibawa ke dunia ini oleh pasangan yang sangat menyayangi namun ketat, yaitu bapak Robertus Soelanto yang merupakan tentara TNI, dan bunda Theresia Sri Widyaningsih sebagai ibu rumah tangga. Beliau dibawa ke dunia ini bersama 5 saudara lainnya, dengan urutan yang mulai dari yang tertua ada Vita, Tesy, Peppy, beliau sendiri, Emma, dan yang terakhir ada Gandung yang sayangnya telah meninggal dunia pada Juni 2019 Beliau, ibu Malla memulaikan jalur pendidikannya pada TK di sekolah Angkasa Adisucipto pada tahun 1974, beliau terus lanjut pada sekolah Angkasa Adisucipto sehingga akhir SD. Beliau melanjutkan masa SMP pada sekolah SMP negeri 8. Setelah itu beliau lanjut ke SMA negeri 3, SMA Padmanaba. Beliau mengakhiri jalur edukasinya pada Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dengan jurusan teknik geologi lewat jalur pmdk dan lulus dengan tingkat S2. Setelah keluar dari kuliah, beliau diterima di pekerjaan di perusahaan minyak TotalEnergies SE dan pergi pindah ke Jakarta untuk melanjutkan masa dewasanya. Beliau tinggal di rumah yang dimiliki bapaknya di Jakarta sendirian ke pertama kalinya. Walaupun sebelumnya beliau tidak ada rencana untuk pindah ke Jakarta, setelah memikirkannya lagi dan juga setelah menerima kesempatan pekerjaan di kota besar yaitu Jakarta, akhirnya beliau pindah ke Jakarta. Pada pertengahan tahun 1992 beliau mulai bekerja pada perusahaan TotalEnergies SE sebagai karyawan geologis pada sektor new venture. Beliau bertugas untuk mencari area-area baru untuk melaksanakan pemboran minyak. Setelah satu dasawarsa, beliau menjadi teknikal representatif, yang berkerja dalam segala hal yang berkait dengan pemerintah dan perusahaannya. Namun, pada tahun 2018 perusahan beliau merngalami restrukturisasi, sebab demikian beliau pindah bekerja pada perusahaan pertamina dan kembali lagi bekerja pada sektor new venture sebab perubahan struktur organisasi. Sekarang beliau bekerja dengan gelar Senior Geoscientist New Venture Overseas. 53
Selain kerja, beliau juga memiliki keluarga yang harus diawasi bersama suaminya, Eko Yuni Mulyanto. Pasangan tersebut pertama kali kenalan pada masa SMP, walaupun demikian, mereka masih belum begitu sering berinteraksi dengan sesama lain. Mereka berpisah pada masa SMA dengan beliau pergi ke SMA 3 dan Eko pindah ke SMA De Britto. Mereka bersatu lagi pada masa kuliah dimana mereka mengikuti jurusan yang sama, dari situ mereka mulai menjadi lebih dekat, dan akhirnya menikah pada tahun 1998 setelah mereka lulus kuliah dan mulai bekerja. Beliau melahirkan 3 anak, yaitu, Ardin, Dano, dan Dyllo yang menjadi cahaya dunianya beliau, dan untuk berhidup beliau dan suaminya beli rumah di Jakarta. Malla selama seluruh hidupnya senang sekali bereksplorasi dan hobinya itu adalah untuk berjalan-jalan. Hal tersebut menjadi salah satu alasan terbesar mengapa beliau memilih jurusan geologi, karena pada geologi beliau dapat berjalan-jalan di seluruh dunia dan juga masih bekerja. Walaupun demikian, awalnya beliau tidak tahu jurusan apa yang sebaiknya beliau pilih. Tetapi, pada suatu hari beliau bertemu dengan mahasiswa geologi UPN, mahasiswa tersebut adalah orang yang mengenalkan beliau kepada geologi dan mengapa sebaiknya beliau sebaiknya mengikutinya. Setelah mendengari bahwa pada geologi, beliau dapat menjelajahi dunia dengan sekaligus bekerja, beliau langsung tertarik. Pada masa awal kuliah, beliau mengalami konflik dengan orangtuanya. Bapaknya beliau menginginkan beliau memasuki jurusan kedokteran. Tetapi, Malla tidak setuju dengan nasihat bapaknya dan juga tidak suka dengan bidang kedokteran. Setelah beberapa waktu bertengkar bapaknya beliau sadar bahwa tidak ada gunanya berargumen dengannya dan akhirnya membolehkan beliau memasuki bidang jurusan geologi. Disusun oleh : Odyllio Prajnatama Ladeka 54
Pasang Surut Kehidupan Renata Renata Prameswari Ristian anak ke-2 dari 2 bersaudara. Ia biasa dipanggil dengan panggilan Renata atau bagi orang-orang yang dekat dengannya, kerap dipanggil Tata. Renata lahir di Jakarta, 5 April 2006. Saat ini ia duduk di kelas 10 atau kelas 1 SMA. Ia bersekolah di SMA Petra 4. Renata tinggal di Sidoarjo, Surabaya, Jawa Timur. Renata tinggal bersama dengan bunda dan kakak laki-lakinya. Sedangkan, ayahnya saat ini berada di Sulawesi Selatan untuk bekerja. Ayahnya bernama Pieter dan bundanya bernama Arline. Renata gemar bermain menyanyi dan bermain alat musik. Zodiaknya adalah Aries. Masa Kecil Ia lahir di Jakarta tepatnya di Rumah Sakit Puri Cinere. Ia berada dan tinggal di Jakarta sampai kurang lebih 2 tahun. Lalu, ia sempat pindah dan tinggal di Bintaro sebentar. Sampai akhirnya ia pindah dan menetap di Sidoarjo ketika ia berumur 3 tahun. Ketika umurnya mulai menginjak 4 tahun, ia mulai masuk ke lingkungan sekolah, walaupun hanya taman kanak-kanan. Saat masa TK, Renata bersekolah di TK Cendekia. Selama masa TK, Renata merasa belum ada beban atau tekanan apapun yang dirasakan. Renata merasa bahwa semuanya sangat mudah dilalui dan tidak ada hal yang perlu dipikirkan. Saat TK, Renata juga memiliki beberapa prestasi non-akademik, seperti fashion show. Sekolah Dasar Lulus dari TK, Renata melanjutkan sekolahnya di SD Untung Suropati. Saat berada di sekolah dasar, Renata bisa dikatakan cukup berprestasi di sekolah. Hal ini bisa dilihat ketika Renata kelas 1 sampai kelas 3 SD, ia mampu masuk ke dalam ranking 5 besar di kelasnya. Ia merasa masa-masa SD tidak semuanya indah. Pasti ada kalanya ketika ia merasa jenuh dan lelah. Terlebih ketika ia mendapatkan nilai di bawah KKM dan mengharuskannya untuk melakukan remedial. Selain itu, ia juga merasa pergumulan ketika nilainya turun atau ketika ia merasakan kesulitan dalam belajar. Sampai akhirnya berada di level terakhir, tepatnya di SD kelas 6. Ada beberapa kesulitan yang Renata alami selama di kelas 6. Terutama ketika harus memilih SMP dan ketika ia dihadapi dengan segala bentuk ujian-ujian. Mulai dari try-out, ujian sekolah, sampai ujian nasional. Namun dari itu semua, ia merasakan banyak kesulitan ketika diharuskan untuk memilih SMP. Renata sempat diajak oleh temannya untuk masuk ke SMP Petra 4. Kemudian, ia dan orangtuanya berdiskusi dan mencoba mendaftar 55
sampai mengikuti tes masuknya. Setelah menunggu beberapa waktu, Renata dinyatakan lulus di gelombang kedua. Akhirnya ia memilih untuk melanjutkan bersekolah di SMP Petra 4 tersebut. Masa SMP Pada usianya yang menginjak 12 tahun, Renata mulai memasuki dunia pendidikan tingkat SMP. Untuk pertama kalinya di lingkungan yang baru dengan segala hal yang mungkin sebelumnya tidak Renata alami, membuatnya mengalami beberapa kesulitan di awal-awal masa SMP nya. Renata mengalami kesulitan dalam beradaptasi, sehingga membuatnya sulit untuk bersosialisasi dengan teman-temannya di sekolah. Ia merasakan sulitnya mencari teman, terlebih budaya di SD dengan SMP sangatlah berbeda. Jika di SD hal seperti circle pertemanan jarang ditemui, maka berbeda dengan di SMP yang menurut Renata hampir setiap orang memiliki circle masing-masing. Lain halnya, dalam masalah pelajaran, Renata merasa di kelas 7 belum terlalu banyak hal yang perlu dikhawatirkan. Renata merasa bahwa di kelas 7 semua mata pelajaran bisa ia lalui dengan baik. Di kelas 7 Renata juga mengikuti organisasi Persekutuan Doa. Renata juga sempat mengikuti organisasi basket, tetapi karena merasa hal tersebut tidak cocok dengan dirinya, maka ia memutuskan untuk keluar. Waktu berlalu begitu cepat, hingga akhirnya ia mulai memasuki kelas 8. Di kelas 8 ini, Renata juga lagi-lagi dihadapi dengan kesulitan dalam pertemanan. Renata pernah menjadi bahan gosip atau pembicaraan guru, hanya karena ia dekat dengan teman sekelasnya. Adanya gosip tersebut membuat ia menjadi sulit mendapatkan teman di kelasnya. Hal ini membuat Renata mengalami trauma dalam pertemanan, terlebih pertemanan dalam satu kelas. Sampai akhirnya di semester 2, pandemi virus COVID-19 mulai melanda Indonesia, yang mengharuskan hampir seluruh kegiatan dilakukan secara daring. Dengan adanya sistem daring inilah membuat Renata merasa lebih baik. Dengan adanya sistem daring ini, ia merasa perasaan-perasaan seperti stres dan tertekan mulai berkurang karena ia tidak lagi mendengar gosip-gosip di sekolah. Akan tetapi, ia mengalami kesulitan dalam belajar. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, ia mulai terbiasa dan bisa beradaptasi dengan sistem daring. Tidak terasa, Renata mulai memasuki kelas 9, dimana dalam 1 tahun terakhirnya di tingkat SMP, akan ada banyak sekali kejadian-kejadian yang mungkin sebelumnya belum pernah ia rasakan. Selama kelas 9, semua kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring. Seluruh ujian sampai persiapan kelulusan dilaksanakan juga dengan sistem daring. Selama masa-masa tersebut, Renata merasakan sedikit stres dan tertekan dengan segala persiapan ujian sekolah tertulis maupun ujian praktek. Namun akhirnya, hasil ujian sekolah tertulis maupun ujian praktek sangat memuaskan. Lulus dari tingkat SMP, Renata melanjutkan SMA nya di bawah almamater yang sama, yaitu SMA Petra 4. Kehidupan Baru Masa SMA Berbeda dari masa-masa TK hingga SMP, di masa SMA ini Renata mengalami banyak sekali hal yang membuatnya lelah. Saat masa-masa awal di SMA, Renata sudah merasakan banyak sekali tekanan yang membuatnya merasa stres. Walaupun begitu, ia tidak merasakan kesulitan lagi dalam masalah pertemanan. Di tahap-tahap MPLS, Renata 56
mendapatkan banyak sekali teman. Namun, kesenangan tersebut tidak berlangsung lama, karena lagi-lagi ia mengalami kesulitan dalam masalah jurusan. Pada mulanya, Renata sudah memilih jurusan IPA tetapi secara tiba-tiba ia dipindahkan di jurusan IPS. Kejadian ini terjadi hanya beberapa hari sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan dan tanpa adanya informasi mengenai hal ini saat mendaftar SMA. Pihak sekolah melakukan tindakan tersebut karena menganggap bahwa nilai Renata di SMP tidak dapat memenuhi kelayakan untuk masuk di jurusan IPA. Hal ini membuat Renata sangat merasa sedih dan tertekan. Sampai akhirnya, orangtua Renata memutuskan untuk mengurus masalah jurusan ini ke sekolah karena menganggap bahwa hal ini tidak adil dan tidak sesuai dengan pilihan di awal. Namun, setelah melalui proses yang panjang, Renata dapat masuk di jurusan IPA. Di umurnya yang baru menginjak 15 tahun, tidak menutup kemungkinan bahwa kelabilan seorang remaja masih sering melanda. Hal ini juga terjadi pada Renata. Baru beberapa minggu berada di kelas 10, Renata sudah merasa tidak cocok dengan jurusan IPA. Tapi, ia tetap ingin berada di jurusan IPA. Setelah beberapa waktu memikirkan hal tersebut dan melihat pelajaran-pelajaran yang ada di jurusan IPA, Renata memang merasa tidak cocok di jurusan IPA dan lebih cocok di jurusan IPS. Renata merasa bahwa dirinya cocok dengan hal-hal yang berkaitan dengan IPS, seperti sosiologi, ekonomi, maupun pelajaran lainnya. Renata terpikirkan untuk nantinya masuk jurusan psikologi, jurusan manajemen ekonomi, atau jurusan akuntansi. Dengan adanya pemikiran tersebut, membuat Renata perlu melewati banyak tantangan yang memberikan banyak tekanan dan rasa melelahkan. Hal ini lagi-lagi membuat Renata merasa tidak nyaman dan terus merasa overthinking. Karena adanya permasalahan ini, Renata merasa bahwa perlu membicarakan hal tersebut kepada orangtuanya mengenai rencana untuk mengambil jurusan psikologi, manajemen ekonomi, atau akuntansi. Setelah mengumpulkan niat dan juga batin, akhirnya Renata berani membicarakan permasalahan mengenai rencana mengambil jurusan yang ia inginkan. Walaupun ada kekecewaan dari kedua orangtua Renata karena sebenarnya mereka mengharapkan bahwa Renata memilih jurusan kedokteran, tetapi Renata merasa sangat lega sudah menyampaikan pendapatnya kepada orangtuanya. Kehidupan yang Terus Berlanjut Renata yang saat ini sudah memasuki umurnya yang ke 16 tahun, mulai merasakan banyaknya pasang surut dalam hidup. Kesulitan dan juga struggle dalam hidupnya tentunya tidak hanya dijumpai di lingkungan pendidikan atau di lingkungan sekolah aja. Namun, Renata banyak menjumpai kesulitan-kesulitan itu baik di lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat. Renata selalu belajar dari semua pengalaman yang ia rasakan untuk bisa lebih memahami semua keadaan dan tidak berlarut-larut dalam suatu masalah. Disusun Oleh : Patricia Chelsea Anindya Wahyudi 57
Mario : Konsisten untuk Masa Depan Mario Andhika Raharja atau akrab dipanggil Mario, lahir pada tanggal 24 September 2006 di Jakarta. Tepatnya di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta. Arti dari nama Mario sendiri artinya kuat. Andhika artinya maju dan kehormatan, dan Raharja merupakan nama keluarga atau marga. Ayahnya berasal dari Bogor. Sementara, Ibunya berasal dari Bangka. Mereka adalah keturunan Tionghoa. Mario merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Chris merupakan kakak laki-lakinya, yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Sementara, Marcell merupakan adiknya dan sedang duduk di bangku SD. Mario memiliki beberapa hobi, yaitu membaca buku. Selain itu, ia juga sangat tertarik dengan dunia otomotif. Kesukaan dengan dunia otomotif berkorelasi dengan hobi membacanya. Ia mulai mengenal dunia otomotif dari membaca buku, majalah, dan artikel dari internet. Selain itu, ia juga menyukai dunia otomotif dari pertemanan dan saudara- saudaranya. Masa kecilnya, Mario merupakan anak yang egois dan pemarah. Setiap ada hal-hal yang baru yang tidak biasanya ia lakukan, ia biasanya memarahi semua orang, seperti orang tuanya, saudaranya, dan asisten rumah tangganya. Ia sering bertengkar dengan saudaranya ketika mereka melakukan hal yang usil. Ia memiliki sifat tersebut sampai ia masuk TK. Ketika ia sudah masuk SD, ia belajar untuk menjadi orang yang lebih sabar dan mau menerima situasi yang ada. Pada masa SD ini pula, ia mulai bersosialisasi. Ia masuk SD pada tahun 2013 di SD Pangudi Luhur Jakarta. Pada awal-awal kelas 1 SD, nilainya tidak termasuk tinggi. Hal ini dikarenakan ia tidak familiar dengan pelajaran-pelajarannya. Ia merasa kaget dan kurang percaya diri pada saat kelas 1 SD. Seiring berjalannya waktu, ia berusaha untuk memperbaiki nilai akademiknya. Ia mulai disiplin belajar, mulai mengikuti les-les, dan lain-lain. Hal ini berakibat peningkatan nilainya. Pada saat kelas 3 SD, ia mulai masuk peringkat 10 besar. Hal ini terus berlanjut hingga kelas 5 SD. Pada akhirnya, pada saat kelas 6, ia berhasil mendapatkan peringkat 4 besar dan nilai dan mendapatkan nilai US (Ujian Sekolah) yang sangat memuaskan. Selain prestasi secara akademik, Mario juga memiliki prestasi non-akademik. Ia pernah meraih juara 2 lomba robotik dan juara 3 lomba paduan suara. 58
Pada tahun 2018, Mario memasuki Sekolah Menengah Pertama. Ia masuk SMP Pangudi Luhur. Selain itu, ia juga mendaftar di SMP Kanisius, tetapi tidak diterima. Pada saat SMP, ia tetap melanjutkan prestasinya. Ia mulai masuk peringkat 3 pada saat kelas 7. Karena ia berprestasi, seorang guru mulai merekomendasikan dia supaya ia mengikuti OSIS. Pada saat ia melakukan presentasi, seorang guru terkesan akan kemampuan berbicaranya. Sehingga, ia direkomendasikan oleh guru tersebut untuk mengikuti OSIS. Awalnya ia merasa ragu akan kemampuannya. Akan tetapi, ia memberanikan diri untuk mendaftar. Setelah melalui proses seleksi, ia pun diterima dan menjadi anggota OSIS bagian lingkungan hidup. Melalui OSIS, ia melatih jiwa kepemimpinan serta pengalaman organisasi. Karena ia merupakan bagian dari OSIS, maka ia pun terpilih menjadi panitia PL CUP bidang seni dan akademis. Melalui kepanitiaan PL CUP, ia belajar mengenai bagaimana suatu cara bisa terselenggara. Mulai dari tahap perencanaan hingga tahap pelaksanaan dan pada akhirnya penutupan. Itu merupakan pengalaman yang berharga bagi Mario. Selain ia mengikuti organisasi dan kepanitiaan, Mario juga mengikuti OSN (Olimpiade Sains Nasional). Ia mengikuti OSN mata pelajaran IPA. Ia merasa bahwa OSN itu sangatlah sulit. Ia harus belajar hampir dua bulan sebelum OSN diselenggarakan. Pada akhirnya, ia pun tidak lolos OSN. Akan tetapi, Mario tidak melihat itu sebagai sebuah kegagalan. Melainkan ia pun belajar dari kesalahan yang ia buat dari OSN itu. Ia pun memperbaiki diri supaya ia tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang ia buat tersebut Pada tahun 2021, Mario pun memilih untuk melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Kolese Gonzaga. Sebelumnya, kakaknya yaitu Chris juga pernah bersekolah di Gonzaga. Sehingga, diantara pilihan SMA yang lain, ia merasa Gonzaga merupakan sekolah paling tepat. Ia pun diterima di jurusan IPA. Sampai SMA pun, Mario tetap menjadi siswa yang berprestasi. Konsistensi akademiknya tetap dipertahankan hingga SMA. Mario merupakan orang yang berpikir jauh kedepan. Itu merupakan salah satu kelebihannya. Mulai dari kelas 8, ia sudah mulai mencari-cari jurusan untuk kuliah dan juga mencari universitas yang paling cocok. Awalnya ia tertarik pada jurusan teknik informatika. Ia juga sudah menemukan universitas yang cocok, yaitu University of Washington, Seattle, Amerika Serikat. Akan tetapi, setelah ia berpikir lebih lanjut, Mario merasa bahwa prospek kerja dari jurusan teknik informatika cukup kecil. Sehingga, ia pun mencari-cari jurusan lain yang dirasanya paling cocok. Pada akhirnya, ia pun memutuskan untuk masuk jurusan ekonomi setelah ia selesai menempuh pendidikan di SMA. Mario memilih jurusan ekonomi karena banyaknya peluang kerja yang bisa diambil di masa depan. Rafael Damiano Tarigan 59
Teresa Giacinta Allegra, si gadis nyeni dari Timur Jakarta Teresa Giacinta Allegra atau yang akrab dipanggil dengan nama Tere, lahir di Jakarta pada tanggal 20 Mei 2006 dan merupakan seorang anak semata wayang di keluarganya. Ia merupakan seorang siswi remaja yang duduk di bangku SMA kelas 10 di SMA Kolese Gonzaga. Ia dikenal sebagai seorang perempuan cerdas dan kreatif dengan pemikirannya yang sangat terbuka dan independen. Tere memiliki ketertarikan khusus terhadap dunia seni, sehingga ia juga sering mengekspresikan segala pemikiran, emosi, serta naluri seninya melalui karya-karya kreatif. Tere merupakan orang yang perhatian, santai, serta terbuka dengan lingkungan sosialnya. Dalam banyak kesempatan, ia sering terlihat mengenakan pakaian modis kasual dengan sepatu Puma dan Converse khasnya yang dimana telah ia modifikasi sendiri. Sejak kecil, Tere sudah diperkenalkan banyak dengan dunia persenian, ia dibesarkan di lingkungan yang bisa dibilang cukup terpengaruh oleh perihal kesenian. Pengaruh-pengaruh yang diberikan kepada Tere mulai dari aspek utama dan terpenting yaitu keluarganya, baik itu orang tua maupun om dan tante yang memiliki latar belakang yang tak luput dari bidang seni baik itu sebagai profesi maupun juga dalam bentuk hobi. Salah satu momen-momen penting yang ia ingat dan membekas di dalam hatinya adalah ketika masih duduk di bangku TK, dimana ia sering membantu ibunya untuk melukis–hal yang sederhana namun membekas baginya hingga saat ini. Akademik Memasuki pendidikan formal khususnya saat berada di bangku TK, ketertarikannya terhadap seni secara perlahan-lahan mulai terbentuk. Semasa TK ia pernah berpartisipasi di salah satu lomba mewarnai yang diadakan oleh Majalah Bobo dan memenangkan babak pertama, menjadi sebuah pengalaman penting bahwa karyanya dulu pernah diapresiasi dan diperlombakan bersama karya orang-orang lain. Di masa-masa itu sempat terlintas di benaknya bahwa ia memiliki ketertarikan terhadap profesi fashion designer, dari situ ia bermimpi agar suatu saat nanti ia bisa meraih cita-citanya menjadi seorang fashion designer. Semasa SD, Tere merupakan anak yang aktif dan memiliki kecerdasan akademik yang cukup baik. Sama halnya dengan kehidupan sosialnya, ia mudah bergaul dan berbaur dengan siapa saja, membuatnya memiliki teman-teman yang bisa menjadi tempat untuk berbagi cerita dan saling memberikan perhatian satu sama lain. 60
Ia mulai mendalami minatnya dalam bidang seni yaitu dengan mulai menggambar- gambar objek yang ada di sekitarnya atau hal-hal yang pernah ia lihat sebelumnya. Hari kian berganti, semakin banyak karya ilustrasi yang telah ia ciptakan, sempat terlintas di pikirannya bahwa sepertinya gambar atau karya yang telah ia ciptakan akan sangat bagus bila bisa dinikmati oleh orang lain. Maka dari itu ia memiliki suatu impian dimana suatu saat karyanya atau gambar-gambarnya dapat ditaruh di produk-produk yang bisa dipakai oleh siapa saja (pakaian, kotak pensil, tas, dll). Sesuai kurikulum yang berlaku di sekolahnya pada saat itu, mata pelajaran seni terbagi menjadi dua yaitu terdiri dari mata pelajaran prakarya dan menggambar. Di jam mata pelajaran menggambar, Tere selalu menggunakan kesempatannya untuk bisa berkarya dengan kreativitasnya dan mendalami keautentikan dirinya dalam menggambar. Karena selain bisa menyalurkan hasrat seninya melalui menggambar, ia juga akan mendapatkan nilai untuk kebutuhan akademisnya, hehe :) Tere memiliki kekhasannya tersendiri dalam karya-karya ilustrasi yang telah ia ciptakan. Setiap gambar yang telah diciptakannya bergaya realistis atau bisa dibilang bahwa ia sangat tertarik dengan aliran seni realistis. Dimana ia berusaha menggambar sesuatu dengan sedemikian rupa mirip bentuk aslinya di dunia nyata juga dengan memperhatikan detail-detail kecil dari objek yang digambarnya. Ia memiliki pengalaman unik mengenai gambarnya saat kelas 4 SD yang sempat ia ceritakan padaku melalui wawancara; ia berkata bahwa: “Ehh woi dulu ada pengalaman yang unik atau gimana gitu, ini pas gue kelas 4 SD dan waktu itu lagi di jam mata pelajaran gambar. Pas itu lagi jaman-jamannya gue suka ”My Little Pony”, nah gue gambar lah salah satu karakternya buat jadi tugas gambar gue. Setelah orang-orang mau ngumpulin gambarnya, awalnya ada satu anak namanya Nick yang tiba-tiba mandangin gambar gue lama banget dan seketika meja gue dikerumuni orang-orang karena kagum sama gambar gue nabshsjehsajkbasdk”. Nick mematung begitu saja dengan bola matanya yang terpaku pada seorang Teresa yang dengan tergesa-gesa menggores keindahan kuda poni di atas secarik kertas. Badai pasti Berlalu Masa kanak-kanak menjadi masa yang sangat menyenangkan baginya, tetapi tidak sedikit juga pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan terjadi padanya–dimana pada saat-saat itu juga menjadi momen dimana ia berada di titik terendahnya. Selama SD, ia sempat beberapa kali dilarikan ke rumah sakit untuk pengobatan luka-lukanya karena sebuah kecelakaan yang dialaminya. Ia pernah mengalami momen tak terlupakan saat ia masih duduk di bangku SD, memaksanya untuk melalui masa-masa itu ketika sedang bertarung dengan dunia. Suatu saat ketika pulang sekolah, Tere bermain bersama teman-temannya di sekitar taman dengan iseng memanjat suatu pohon. Di tengah asyiknya memanjat pohon, ranting yang dipijaknya itu terpatah sehingga menyebabkan ia jatuh ke tanah yang dipenuhi oleh ranting-ranting tajam. 61
Dengan hebat dan cepatnya ranting itu menciptakan robekan memanjang searah pada pahanya, seketika itu juga seragam yang ia kenakan diwarnai oleh pekatnya merah darah. Ia harus segera menjalani operasi dimana luka robek itu cukup parah dan harus segera dijahit. Telah lahir puluhan jahitan yang mewarnai tubuh indahnya yang kemudian terpaksa menyatu dengannya. Luka yang membekas menemaninya siang dan malam, seakan mengingatkannya bahwa ia memiliki tubuh yang tidak sempurna. Rasa malu itu pun menghantui dirinya dan menimbulkan perasaan insecure ketika ia harus melalui hari-harinya seperti biasa. Menjadi pusat perhatihan, dibanjiri pertanyaan bualan repetitif, dan perlakuan tidak adil bukanlah hal yang ia butuhkan. Masa-masa itu ia lalui dengan begitu saja, mencoba menerima pandangan orang-orang terhadap tubuh barunya. Seakan-akan luka tubuh yang dilukisnya menjadi sebuah bentuk penilaian orang-orang terhadap dirinya–luka yang disimpannya seolah-olah mengutuknya menjadi orang yang tak bernilai, tak berguna, dan cacat. Pandangan yang bersifat merendahkan itu sangat menghantui dirinya, menjadikan rasa sakit luka di paha serasa tak sebanding dengan rasa sakit yang diberikan oleh teman-teman atau orang-orang di sekitarnya dalam bentuk cibiran yang bersifat offensive ataupun juga tindakan yang diskriminatif. Berdamai dengan diri juga dengan lingkungannya bukanlah hal yang mudah, semua harus dilalui dengan penuh tekanan. Namun pada akhirnya pun ia dapat menemukan titik terang baik dari dukungan keluarga juga dari aspek lainnya. Tere sadar bahwa penilaian orang-orang terhadap dirinya itu salah dan ia berusaha berdamai dengan keadaan yang harus ia terima. Memasuki jenjang SMP, ia semakin sadar akan betapa berharga dirinya secara utuh dan keseluruhan, terjadi sebuah perjanjian perdamaian antara tubuh dan jiwa. Suatu saat ia menyempatkan diri untuk mengunjungi perpustakaan sekolah dan membaca buku berjudul “Wonder” karangan R. J. Palacio. Menghabiskan waktu dengan ratusan halaman, terjun ke dalam kisah Auggie selaku tokoh utama dalam buku itu. Buku yang mengisahkan perjalanan hidup Auggie yang harus menjalani hidupnya dengan kondisi tubuhnya yang ”tidak sempurna” karena suatu kelainan saat ia lahir. Tere merasakan adanya hubungan batin dan spiritual terhadap kisah tersebut sehingga menggores hatinya, ia sadar bahwa ia tidak sendirian saat itu. Tangis yang dibendung dibuatnya menunggu hingga saat yang tepat untuk melepaskan segala kegundahan yang ia simpan selama ini. Sepulangnya dari sekolah, setetes air mata kejenuhan yang lama disimpannya akhirnya dibiarkannya mengalir begitu saja. Menjadi bentuk penerimaan diri seutuhnya dan sempurna apa adanya; you should know you’re beautiful just the way you are. 62
Realis itu Geulis Memasuki fase remaja di tingkat SMP, membuat Tere semakin peka terhadap dirinya juga lingkungan di sekitarnya, tanggung jawab dan kewajiban yang semakin banyak menjadi proses pendewasaan baginya. Mulailah ia mencari jati diri dan perannya, menggali dirinya lebih dalam dan melihat lebih dekat kompetensi yang ia miliki. Dari banyaknya pengalaman serta referensi yang baginya sangat berpengaruh, ia mulai tertarik dengan seni visual secara keseluruhan. Tidak hanya menggambar ilustrasi, namun ia mulai menggeluti seni visual dari banyak dimensi seperti seni instalasi, seni lukis, animasi, dan lainnya. Tere sangat menyukai gaya seni realis, dimana dalam karya seni itu ia menyajikan sebuah tampilan seni yang menyerupai hal-hal yang kita lihat di dunia nyata. Membuatnya harus presisi dan fokus dengan detail-detail serta goresan kecil yang ia tuang dalam karya seninya. Ia sangat menyukai aliran seni realis karena dalam pengerjaan karya seni ini kita dibuat terjun untuk melihat segala detail-detail yang ada dibandingkan memfokuskan apa yang sedang terjadi di kepala kita. Dibandingkan menggunakan kata menggambar, Tere lebih suka menggunakan kata mencoret-coret karena memang itu yang ia lakukan untuk menciptakan karya- karyanya dan makna mencoret serasa lebih luas. Apa yang ia lihat dan ia rasa bagus untuk digambar, tanpa alasan yang jelas semua bermula dengan goresan coretan yang kemudian difokuskan dan jadilah suatu karya yang sangat istimewa. Covid: Mati Perlahan Ditelan Kejenuhan Segala hal yang ia tekuni baik dalam hal hobi maupun passion pastinya tidak akan terhambat walau prahara virus corona yang menyerang begitu dahsyatnya. Namun itu semua salah karena pandemi ini memberikan efek samping yang mengerikan baginya; mata yang lelah bersahabat dengan sinar biru monitor, menciptakan jarak dalam kehidupan sosial, hampa di perputaran roda kebosanan, dan insomnia yang rakus memakan waktu istirahatnya. Waktu-waktu itu ia isi dengan berbagai macam kegiatan seperti melaksanakan segala kewajibannya layaknya seorang siswi SMP, memenuhi kebutuhannya sehari-hari, dan pastinya dengan melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan hobi dan passion-nya. Setiap karya yang telah ia ciptakan tidak hanya dipajang di kamar atau di rumahnya saja, tetapi ia ingin karya seninya dapat dinikmati oleh banyak orang. Tere membuat akun 63
Instagram dengan nama @dicorettere, dimana akun sosial media itu ia jadikan sebagai tempat untuk mengarsipkan segala karya-karyanya. Sekarang, akun @dicorettere sudah diwarnai dengan banyak karya-karya yang telah ia ciptakan. Dengan memposting karya-karyanya ke media sosial, semua orang di dunia dapat melihat dan menikmati karya seni ciptaannya itu. Tak sedikit juga ada yang memberikan komentar positif, bahkan seniman-seniman ternama juga pernah memberi respon positif terhadap karyanya. (Sumber gambar: Instagram.com/ dicorettere) Waktu-waktu selama pandemi yang membosankan ini juga ia manfaatkan dengan terlibat dalam beberapa lomba seni, karena.. kenapa tidak? Ia pernah terlibat dalam sebuah lomba seni yang diselenggarakan oleh suatu lembaga sekolah—ia mengikuti lomba bidang animasi, tetapi itu tidak berjalan dengan baik. Awalnya niatnya hanya untuk membantu adik kelasnya dalam membuat beberapa adegan animasi, namun pada akhirnya itu malah membuat Tere stress dan frustasi karena adanya masalah di proses pembuatan animasi itu sendiri. Tere mengerjakan animasi itu secara manual dengan menggambar setiap puluhan bahkan ratusan layer pergantian frame animasi. Bertarung dengan FlipaClip sangat membuatnya frustasi bahkan sedih :( Seringkali terjadi beberapa kesalahan karena perbuatannya sendiri maupun juga fitur dalam aplikasi yang kurang professional. Mungkin terdengar seperti masalah yang sepele, tetapi pasti ini merupakan masalah yang sangat serius hingga membuatnya sedih dan harus mengulangi proses menggambar itu 64
kembali. Tidak hanya terjadi sekali, tetapi ia harus mengulangi proses itu berkali-kali karena kesalahan itu tetap terjadi pada layer-layer itu. Akhirnya project animasi itu dapat terselesaikan juga, walau pada akhirnya juga tidak memenangkan lomba tersebut. Meski tidak memenangkan lomba, namun kita tau akan kemuliaannya untuk membantu dan terlibat dalam lomba ini juga perjuangan beratnya. Lomba Seni? Emang bisa dilombakan? Tere bukanlah anak lomba, maksudnya apa? Maksudnya adalah ia bukanlah orang yang mudah tertarik untuk terlibat dalam perlombaan karya seni. Karena baginya lomba seni itu sudah sangatlah klise dan seharusnya karya seni bukanlah untuk diperlombakan, baginya tidak ada kriteria-kriteria yang dapat menentukan atau menilai indah-tidaknya suatu karya seni. Artian seni bagi dirinya itu luas, bukan hanya sekedar alat atau sarana untuk menghibur atau agar bisa dinikmati dengan dilihat. Namun seni baginya juga merupakan sarana untuk menyalurkan segala emosi, ide-ide, naluri seni, pesan-pesan, serta kompleksitas kehidupan yang bisa terlukiskan melalui sebuah karya seni yang diciptakannya. Menurut pendapatnya, lomba seni bisa saja disalahgunakan dan hanya dijadikan sebuah gimmick untuk melakukan tindak pemerasan, seperti contohnya akan timbul eksploitasi ide-ide atau karya seni. Jika ada suatu lembaga yang mengadakan sebuah perlombaan karya seni yang mengharapkan para seniman-seniman untuk memberikan karyanya kepada lembaga tersebut, tentunya karya itu sudah menjadi milik lembaga tersebut dan bisa diperjualbelikan untuk memperoleh keuntungan. Bahasa mudahnya itu: lembaga tersebut bisa memeras ide dan karya seni dari para seniman tersebut untuk meraup keuntungan bagi lembaga itu sendiri. Menurut Tere, karya seni tidak selayaknya diperlombakan atau secara eksklusif (akses yang terbatas) bisa dinikmati oleh sebagian orang saja. Seharusnya karya seni tidak dipajang di tempat-tempat terkhusus yang belum tentu bisa diakses oleh siapa saja seperti di museum atau ruang tamu. Karya seni seharusnya bisa dinikmati oleh siapa saja dengan dipajang di tempat-tempat yang bisa diakses oleh semua orang seperti di restoran, di pinggir jalan, di supermarket, di pom bensin, dll. Tokoh Idola Sejauh Tere mengenal dunia seni, banyak tokoh-tokoh atau seniman-seniman yang memotivasi dan menginspirasinya untuk tetap terus berkarya. Dari banyak referensi- referensi yang ada, hal itu membantunya terus termotivasi untuk mendalami ciri khasnya tersendiri dalam menciptakan sebuah karya seni. Banyak pengaruh yang diberikan oleh para seniman tersebut, beberapa tokoh inspirasi pilihannya adalah: Wastana Haikal, darinya ia terinspirasi untuk bisa lebih menjelajahi dunia visual dari berbagai dimensi; seni visual tidak hanya sebatas ilustrasi atau gambar, tetapi lebih luas lagi seperti seni visual dalam bentuk instalasi, animasi, dll. Darinya ia belajar untuk bisa melihat 65
prospek dunia seni secara lebih menyeluruh dan lebih luas lagi, sehingga ia dapat lebih berani mengambil keputusan untuk pencapaian impian. Alodia Yap, darinya ia terinspirasi dengan kekonsistenannya dalam menciptakan segala karya seni realis yang luar biasa. Gaya seni realis dengan kekhasannya membuat segala karya-karyanya terlihat begitu indah serta eksotik, konsisten mengekspresikan seni melalui ciri khasnya yang tak lekang oleh zaman. Bukan hanya di satu media saja, tetapi Alodia juga mengekspresikan naluri seninya melalui banyak media lainnya seperti digital art, seni patung, bahkan ia juga mewarnai sudut-sudut kota dengan graffiti atau mural. Junji Ito, darinya ia terinspirasi untuk dengan berani dan penuh akan keyakinan bisa mengekspresikan dan menuangkan ide dalam setiap karya seni yang ia ciptakan. Karya-karya Junji Ito tergolong absurd atau surreal, tetapi itu yang menjadi khas yang dimilikinya–dimana ia berusaha dengan benar-benar mengekspresikan dan menyalurkan ide-ide yang ada di kepalanya dengan yakin karyanya akan menjadi orisinil dan khas juga bisa dinikmati oleh orang-orang. Dari ketiga tokoh idola tersebut, banyak sekali pengaruh yang diberikan kepada Tere sehingga ia semakin termotivasi dan terinspirasi untuk menciptakan karya seni. Bukan hanya dari gaya atau indahnya karya mereka yang dapat menginspirasi Tere, tetapi juga dari ketekunan, keberanian, kekonsistenan, dan kemauan mereka untuk menemukan diri mereka di dunia seni itu. Itu membuatnya semakin terdorong untuk bisa mendalami kemampuan dan kekhasan diri dalam mengekspresikan seni. Sekarang Apa? Tere melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi yaitu SMA, sekarang (2022) Tere menempuh pendidikannya di SMA Kolese Gonzaga. Di sekolah ini ia bertemu banyak sekali muka-muka baru yang masing-masing dari mereka diwarnai dengan kemampuan dan keahlian yang sangatlah beragam. Ia bertemu dengan banyak sekali orang baru yang memiliki pemikiran yang beragam dan juga pastinya sangat merdeka dalam berpikir maupun berpendapat. Selama di SMA, Tere tetaplah menjadi siswi yang cerdas dengan nilai akademiknya yang sangatlah baik juga kemampuannya dalam menyampaikan berbagai ide serta pendapat. Dalam kehidupan sosialnya, ia merupakan orang yang mudah bergaul serta menyesuaikan 66
diri dengan lingkungan di sekitarnya. Ia tergabung ke dalam komunitas Media Gonzaga di bidang Design, membuatnya bertemu dengan orang- orang yang memiliki semangat dan minat yang sama dengannya–yaitu peminatan dalam dunia seni visual. Dengan itu ia bisa saling bertukar pikiran serta saling memberikan pengaruh dan referensi satu sama lain dalam menciptakan karya seni ataupun juga dalam mengerjakan project bersama. Sampai sekarang Tere masih aktif di dalam dunia seninya dan beberapa kali menciptakan karya-karya seni yang bisa dinikmati masyarakat secara umum khususnya melalui akun sosial medianya. Berbagi karya serta ide-ide dengan dunia melalui berbagai media menjadikannya termotivasi untuk terus berkarya. Proses belajar baginya bersifat selamanya, segala pengaruh yang diberikan oleh hidup maupun dunia seni akan menjadi sebuah proses pembentukan kepribadiannya dalam menemukan dirinya yang sebenarnya. Ia adalah orang yang memiliki pendirian dan ia tahu apa yang ia lakukan, segala hal yang Tere upayakan adalah sebuah bentuk perjuangan pemenuhan cita-cita dan harapan. Teruslah mencoret-coret dunia ini! Diromantisisasi oleh : Sebastian Satrio W. 67
Perjuangan Valencia Stevie Febriani Hendarin Valencia Stevie Febriani Hendarin, lahir sebagai anak dari Ibu Margaretha Lisa dan Bapak Tony Hendarin pada tanggal 14 Februari 2005. Stevie adalah seorang siswa yang menginspirasi para penerus SMA Kolese Gonzaga dengan core values yang ia miliki. Ia telah menginspirasi banyak orang dalam bidang kepanitiaan berkat sikap kepemimpinannya serta keterampilannya yang tinggi. Kedua orang tuanya memberi nama Valencia, sebagai nama baptis. Diambil dari St. Valentinus, dan karena Stevie lahir saat hari Valentine. Dengan dilahirkannya Stevie di hari Valentine, orangtuanya mengharapkan menjadi orang yang penuh cinta kasih. Stevie artinya mutiara kecil yang berharga. Disebut kecil karena, waktu ia lahir, tubuhnya lebih kecil dari kakaknya waktu ia lahir. Disebut mutiara yang berharga karena, orangtuanya menunggu kelahiran Stevie sekitar 10 tahun lamanya semenjak menikah tahun 1995. Febriani, karena Stevie lahir di bulan Februari. Sedangkan Hendarin adalah nama keluarga ayahnya. Stevie sangat menyukai dan mensyukuri nama yang ia miliki. Karena arti namanya sangat bermakna, dan semakin menyadarkan Stevie, bahwa hidup dan dirinya sungguh berharga di mata keluarga dan tentunya di mata Tuhan. Awal Kehidupan Valencia Stevie Febriani Hendarin Stevie adalah anak dari seorang pegawai swasta dan wirausahawan yang selalu menekankan kedisiplinan dan kepercayaan diri padanya. Stevie merupakan orang yang merupakan pribadi yang ramah, rendah hati, kreatif, cerdas, dan berbakat. Stevie sangat senang menghabiskan waktu bersama keluarganya. Menurut Stevie keluarganya sangat berharga baginya. Stevie sangat dekat dengan kakaknya, saat kakaknya akan memutuskan mau masuk SMA, Stevie mulai merasakan takut kehilangan. Ia benar-benar sempat merasakan ketakutan, Stevie dan kakaknya akan menjadi renggang karena nanti tidak satu sekolah lagi. Namun, Stevie menyadari bahwa ia tidak boleh takut, dan harus membebaskan apapun pilihan, keputusannya, dan harus mau menerima resiko apapun dari keputusannya itu. Kakaknya memutuskan untuk masuk SMA Kolese Gonzaga. Stevie yang saat itu belum tahu apa itu SMA Kolese Gonzaga, seketika terpukau dengan sekolah SMA Kolese Gonzaga. 1 tahun kemudian, saat kakaknya masuk Gonzaga, Stevie mulai terbiasa melihat kakaknya pulang jauh lebih sore dari biasanya. Stevie mulai terbiasa melihat kakaknya yang sangat sibuk, tidak seperti dulu yang mempunyai banyak waktu. Stevie mulai mensyukuri apa yang saya rasakan, karena kenyataannya hubungan. dengan kakaknya tidak merenggang, justru semakin akrab karena semakin banyak cerita baru dari kakaknya yang seru untuk diceritakan. 68
Pencapaian Valencia Stevie Febriani Hendarin Di bangku SD Stevie mengalami gejolak-gejolak kehidupan dan di setiap pengalamannya ia belajar bahwa roda kehidupan selalu berputar. Ada kalanya orang berada di atas, kadang juga ada di bawah. Bulan Juni 2015, Stevie meminta izin kepada orangtua saya untuk ikut misdinar. Mereka menolak permintaannya, karena orang tuanya takut Stevie akan kelelahan. Stevie tetap bersikukuh untuk mau mendaftar misdinar. Setelah berdebat cukup panjang, akhirnya orang tuanya mengizinkan, dengan syarat kalau nilainya turun, ia harus mengundurkan diri. Di kelas 5 saat perkemahan pramuka Stevie ditunjuk menjadi pemimpin upacara. Dari sinilah akhirnya ia mengikuti ekskul paskibra dari kelas 5-6. Di kelas 6, Stevie memulai hobi barunya, fotografi. Diawali dengan iseng-iseng memotret beberapa objek saat liburan dengan kamera pocket. Dari situ Stevie menyadari bahwa ia punya bakat di fotografi. Di tahun ini Stevie banyak mengajari temanya agar nilai mereka membaik, Stevie selalu meluangkan waktu untuk membantu teman-temannya. Mereka tidak pernah mencontek lagi semenjak Stevie mengajar. Saat menduduki kelas 7 pada bulan Oktober Stevie diundang salah satu temannya untuk mengikuti mewakili sekolah dalam turnamen futsal putri. Tentu ia sangat tertarik untuk ikut. Namun disisi lain, ternyata Stevie terpilih untuk menjadi calon anggota OSIS, dan saat tes, ternyata ia lolos seleksi, sehingga Stevie harus mengikuti LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) sebagai syarat untuk resmi dilantik sebagai anggota OSIS. Dan ternyata, turnamen dan tanggal LDK OSIS diadakan di hari yang bersamaan. Pada akhirnya Stevie memutuskan untuk mengikuti LDK, karena dari awal ia sudah memiliki ambisi untuk menjadi anggota OSIS, Stevie menjadi calon wakil ketua OSIS periode 17/18. Saat pemungutan suara ia merasa pesimis akan terpilih. Walaupun tidak terpilih menjadi wakil ketua OSIS, Stevie berhasil mengambil jabatan Bendahara II. Stevie melakukan apa yang terbaik untuk kebaikan OSIS, dan bukan untuk kepuasan dirinya sendiri. Dan dari pengalamannya, ia sadar bahwa tidak baik jika ambisi menguasai diri seseorang, Stevie juga semakin menyadari bahwa tidak selalu kehidupan berjalan sesuai apa yang kita rencanakan, hidup kita berjalan sesuai rencana Tuhan, dan kita harus menerima kenyataan tersebut. Stevie menjadi sekretaris I. Di OSIS periode 18/19, banyak terjadi pengalaman-pengalaman menarik yang ia alami. 12 Maret 2019, Stevie terpilih menjadi pengurus misdinar, memegang jabatan binlat (pembinaan dan latihan) bersama Aurelius. Awalnya ia ragu untuk jabatan ini, karena selama sekian bulan, ia harus melatih calon misdinar tiap Minggu. Namun, Stevie merasa terpanggil oleh tugas ini, sehingga ia menerimanya. Di bulan September, Stevie mengikuti olimpiade yang paling ditunggu-tunggu, Concerto namanya. Olimpiade yang diadakan oleh salah satu SMAN terbaik di Depok. Olimpiade Concerto meningkatkan kepercayaan diri Stevie, sehingga ia semakin tahu cita-cita saya mau jadi apa. Stevie bercita-cita ingin bekerja di 69
bidang fisika, terutama di perusahaan pembangkit listrik. Dari Concerto, ia juga jadi memiliki banyak inovasi-inovasi baru terutama yang berhubungan dengan pembangkit listrik, sehingga semakin meyakinkan cita-citanya untuk bekerja di bidang pembangkit listrik. Seiring berjalannya waktu akhirnya Stevie mendaftarkan diri menjadi murid SMA Kolese Gonzaga. Ia sangat senang saat tahu ia diterima di Gonzaga jalur prestasi, usahanya tidak sia-sia. Masa SMP stevie merupakan masa paling berwarna baginya sampai sekarang. Ia bertemu orang-orang luar biasa yang membentuk pribadinya menjadi lebih baik lagi. Masa SMP mengajarkannya tentang kesederhanaan, dan tentang bagaimana seharusnya mensyukuri apa yang ia punya dan yang ia miliki. Masa SMP memaksa Stevie untuk beradaptasi dan menjadi diri sendiri. Stevie mengalami banyak jatuh-bangun, ia mengalami banyak benturan yang akhirnya membentuk pribadinya yang lebih baik lagi. Ia belajar banyak hal, terutama dalam menemukan makna teman sebenarnya yang benar-benar selalu ada untuknya, susah dan senang. Bertemu banyak pribadi dengan kepribadiannya masing-masing, yang menjadi warna baru bagi hidupnya. 26 Juli 2020, hari pertama saya menjadi siswi SMA Kolese Gonzaga, dan diawali dengan MIG bersama kelompok 4 divisi 6. Di MIG ini saya mendapat banyak pelajaran terutama seputar 4CHS dan hal-hal berkaitan dengan Gonzaga. Stevie memiliki harapan untuk menjadi seorang ketua panitia, terkhusus Gonzfest. Oleh karena itu, ia selalu mencoba untuk selalu aktif di kelas dengan tidak lupa memperjuangkan nilainya agar maksimal. Walaupun seringkali gagal Stevie tidak mau menyerah sampai disitu. Stevi memiliki pola pikir bahwa Ia baru jatuh 2 kali, itu berarti ia harus bangkit 3 kali, dan begitu seterusnya. Stevie mau menjadi seorang pemimpin dan tentunya ia memiliki keinginan untuk semakin mampu dan fasih dalam memperjuangkan kepentingan bersama, dengan menjadi pelayan. Karena pemimpin adalah pelayan. “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” (Mat 20:28). Kisah kepanitiaan Stevie dimulai dengan acara Gonzaga Virtual Festival, pada saat itu ia menjadi salah satu anggota panitia acara-venue. Disini Semua kerja keras Stevie dalam kepanitiaan ini akhirnya terbayarkan saat GVF 2020. Setelah berapa bulan ke depan Stevie memutuskan untuk mendaftar LKI dan disitulah ia lolos tes tertulis dan dapat mengikuti LKI. Dalam projek yang mereka selenggarakan bernama Sprite Stevie menjadi Koordinator Bidang Blinde Talk. Tidak lama lagi Stevie mendaftarkan dirinya sebagai pendamping divisi dimana ia dapat melayani dan membimbing angkatan 35. Pada saat menjalani MIG 2019 Stevie memiliki seorang pendiv bernama Ivana, Sevie menganggapnya sebagai role model karena Ivana merupakan sosok murid yang memiliki nilai akademis dan non akademis yang baik. Tidak hanya itu, Ivana mengajarkan Stevie banyak hal mulai dari 4C+HS, budaya Gonzaga, dan penerapan nilai-nilai. Disini Stevie memiliki motivasi menjadi seorang pendiv agar dapat mengajarkan dan melayani seperti yang dilakukan oleh Ivana. Stevie khawatir apakah dia dapat menjaga relasinya dengan baik dengan angkatan 35 nanti dan menghidupi nilai-nilai yang ada di SMA Kolese Gonzaga. Namun, Stevie menyadari bahwa dia mampu dan ia bisa menjadi teladan untuk angkatan 35. Stevie menjadi seorang pendiv di divisi 3, tanpa disadari ia telah membuat adik kelasnya terinspirasi atas perjuangan yang ia telah lalui. 70
Stevie mengajarkan kepada divisi 3 bahwa kita sebagai murid Gonzaga harus merealisasikan 4C+HS di kehidupan sehari-hari dan menerapkan budaya Gonzaga yang merupakan ciri khas sekolah. Stevie menyadarkan salah satu murid bernama Shanti bahwa SMA Kolese Gonzaga telah menyediakan wadah dimana kita bisa mengembangkan diri kita melalui banyak kegiatan kepanitiaan, maka akan sangat rugi apabila kita sebagai murid SMA Kolese Gonzaga tidak aktif dan membuang kesempatan yang ada. Salah satu Sebulan kemudian Stevie menjabat sebagai panitia inti-bendahara II Gonzaga Festival 2021. Disinilah beban Stevie semakin berat, di hari libur ia harus menyelesaikan tugas-tugasnya dan menyumbangkan waktu liburnya demi menyukseskan GF21. Setelah Gonzaga Festival stevie mengikuti kepanitiaan INZAGA. Ia menjabat sebagai panitia acara. Lalu, Stevie mengikut mengikuti LKI untuk kedua kalinya dan untuk projek terakhir Gonz Xi Fa Cai Stevie mengajukan diri menjadi panitia. Disini Stevie dan teman-teman komunitas sangat bersemangat untuk mensukseskan acara ini walaupun banyak kendala dan evaluasi yang sering dilakukan. Pada bulan Maret Stevie memutuskan untuk bergerak maju untuk menjadi Ketua Gonzaga Lustrum Festival 2022. Disinilah stevie harus mengikuti tes tertulis dan tahap wawancara dimana Stevie harus mempresentasikan timeline kerja, struktur kepanitiaan, tema, konsep, visi, dan misi. Tentu bukan hal yang mudah untuk melewati tahap ini. Walaupun agak sulit Stevie tidak menyerah dan melewati tahap-tahap ini. Dan setelah menunggu beberapa hari telah diumumkan bahwa Stevie menjadi wakil ketua Gonzaga Lustrum Festival 2022. Ini merupakan pencapaian yang sangat baik dan membanggakan baginya. Dan tentunya pekerjaannya tidak akan mudah dan tidak selalu berjalan dengan baik. Walaupun terkadang Stevie merasa lelah dan khawatir, ia sangat senang dalam mengikuti kepanitiaan selain ia bisa dapat melayani teman-temannya ia juga memperluas hubungan pertemanannya baik angkatan 34 maupun 35 dan belajar mengembangkan potensi yang ia miliki. Cerita Stevie tidak berhenti disini dan masih akan terus berlanjut. Setiap orang yang pernah hadir dalam hidupnya, memberi cerita baru untuk dikisahkan di masa nanti, setiap orang yang pernah hadir, membantunya berproses menjadi manusia yang lebih baik lagi. Melewati berbagai tahapan kehidupan yang membentur dan membentuk Stevie menjadi orang yang kuat dan tahu bagaimana caranya untuk terus beradaptasi. Mengalami berbagai peristiwa yang membuatnya semakin bersyukur atas kehidupan indah yang Tuhan berikan kepadanya. Mencari arti hidup melalui setiap hal yang ia jalani setiap harinya. Stevie bersyukur karena senantiasa menyadari dan menemukan Tuhan dalam setiap pengalaman yang ia alami, entah baik maupun buruk. Menyadari kehadiran Tuhan yang berkarya dan menyalurkan cinta kasih Nya melalui kehadiran pribadi-pribadi yang mereparasi hidup Stevie. Dari pengalaman-pengalaman yang ia alami, Stevie senantiasa percaya bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan hambaNya, sekalipun hamba yang berdosa dan tak luput dari kesalahan. Disusun oleh : Shanti Purwanti Arulanandam 71
Ella, Bukan Seorang Perempuan Super Gisella Tani Pratiwi. Seorang Kakak perempuan, Istri, Psikolog, sekaligus seorang Ibu dari putri satu-satunya yang diberi nama Teresa. Gisella, atau yang lebih akrab disebut Ella, memilih untuk bergerak di bidang yang menyangkut isu kekerasan berbasis gender dan kesehatan mental di tengah mengalirnya darah seniman yang menghubungkan keluarganya. Setelah menempuh enam tahun pendidikan S1 di Fakultas Psikologi Atma Jaya Jakarta dan tiga tahun pendidikan S2 di Fakultas Psikologi UI, beliau akhirnya menemukan gairahnya saat mulai bekerja di Yayasan Pulih yang adalah sebuah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang bergerak menggeluti isu-isu sosial seputar kekerasan terhadap perempuan dan anak. Untuk saat ini Ella sedang menjalani pekerjaan barunya sebagai UN stress counselor di UNDSS, dan menemani pertumbuhan putrinya yang sebentar lagi akan berusia 16 tahun. Seni dan Psikologi Saat SMP, Ella sangat suka memperhatikan tingkah laku teman-temannya serta orang-orang yang berada di sekitarnya, kesukaannya tersebut juga biasa disebut dengan “people watching”. “Kenapa dia begitu?” “Kenapa dia begini?” “Kira-kira dia akan bereaksi seperti apa ya?” Semua pertanyaan itu kerap kali beliau lontarkan dalam hati. Ella mengaku bahwa dirinya memang menyukai dan tertarik akan mengetahui suatu hal tentang seseorang. Namun tidak seperti kebanyakan cerita latar belakang seorang antagonis manipulatif di film yang menggunakan informasi-informasi tersebut untuk menjatuhkan musuh mereka, Ella senang mengetahui sesuatu tentang orang lain demi rasa keingintahuan itu sendiri tanpa peduli apakah hal tersebut akan berguna untuknya atau tidak. Di wawancara pun beliau secara jujur berkata bahwa semua ketertarikan itu didasari oleh rasa “kepo” nya yang cukup kuat. Suatu hari, Ella mengetahui bahwa ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia dinamakan psikologi. Sejak saat itu beliau mulai tertarik akan psikologi dan mulai mencari tahu tentang ilmu tersebut. Namun sebelum benar-benar berniat untuk mendalami psikologi, Ella juga sempat sangat senang dan cukup berkiprah di dunia seni. Saat SMP Ella memiliki seorang guru lukis yang bernama Pak Aji Sumakno. Melalui bimbingan Pak Aji tersebut, Ella berhasil mencapai tujuh besar di level wilayah Jakarta Timur dalam lomba melukis Barong, seekor makhluk ikonik dari mitologi Bali yang seringkali diekspresikan melalui berbagai seni pertunjukan. Eksplorasi dan perkembangannya 72
tersebut dalam bidang seni lukis sempat membuatnya berpikir untuk mendalami seni grafis. Bahwa ia sangat menyukai komposisi warna-warna dan bentuk-bentuk yang enak dilihat, oleh karena itu (sampai sekarang) lukisan yang gemar beliau kerjakan cenderung adalah lukisan yang terkadang terlihat abstrak dan penuh coretan yang biasanya disebut sebagai doodle dengan beragam warna dan bentuk. Namun di sisi lain, ditengah eksplorasinya dalam bidang seni, beliau juga mengetahui bahwa dirinya tertarik akan ilmu psikologi. Lukisan abstrak oleh Ella (1993) Setelah lepas dari naungan sosok mentor seni di SMP, pada masa SMA beliau mulai kembali memikirkan lagi tentang minatnya di dunia seni dan akhirnya benar-benar memutuskan untuk mendalami psikologi. Kenapa? Karena beberapa pandangannya terhadap seni pada masa itu yang sebagian besar dipengaruhi oleh pergaulannya dengan mendiang Bwee Sie yang adalah Sepupu dari Ibunya, beserta dengan temannya, F. Widayanto yang kebetulan merupakan seniman patung dan keramik yang cukup terkenal dan masih aktif di dunia seni sampai sekarang. Ella melihat bahwa pada saat itu banyak orang yang berkecimpung di dunia seni tersebut memang sangat menguasai bidangnya. Rumah mendiang Bwee memang dipenuhi oleh lukisan-lukisannya yang indah dengan segala goresannya yang terlihat dinamis. Ella pun sempat beberapa kali menyebutkan bagaimana dirinya terkesan akan bakat Tantenya tersebut, dan bagaimana Bwee telah sangat mempengaruhi dan memperkenalkannya kepada teknik-teknik ataupun perspektif-perspektif baru tentang seni, khususnya seni lukis. Semua itu disampaikannya pada Oktober 2020, saat acara peringatan atas tiga bulan berpulangnya Bwee Sie. Dari pengalaman-pengalaman dan pergaulannya tersebut Ella menyimpulkan bahwa jika memang ingin berhasil dalam dunia seni, kemampuannya harus benar-benar unggul dan tidak bisa hanya di level yang beliau miliki pada saat itu yang dianggapnya standar, secara dirinya sendiri pun telah dua kali gagal saat berada pada level wilayah pusat lomba seni lukis. Selain itu, di SMA juga Ella mulai lepas dari stimulasi dalam aspek seni grafis, terutama karena tidak ada mentor yang cukup signifikan pula. Beliau malah sempat terstimulasi dalam bidang seni musik dari ekstrakulikuler marching band yang diikutinya. Pada akhirnya dirinya pun juga tidak merasa terlalu bersemangat untuk memperjuangkan minatnya dalam dunia seni grafis tersebut. 73
Namun minatnya akan seni tidak hanya berhenti pada masa itu saja. Sampai sekarang pun di tengah pekerjaannya yang bersifat full time, waktu luang yang beliau miliki terkadang digunakannya untuk menggoreskan spidol dengan beragam warna diatas kertas, kanvas, maupun secara digital melalui tablet anaknya. Alumni Pengabdi Skripsi Sejak sebelum bekerja di Yayasan Pulih, Ella telah bermimpi untuk membantu anak-anak menengah kebawah yang membutuhkan pendampingan psikologis dengan berpraktik secara langsung sebagai Psikolog. Dirinya pun tertarik akan perkembangan dan isu-isu sosial yang berhubungan dengan anak. Ella beranggapan bahwa dengan membantu anak, otomatis efeknya akan lebih berdampak secara luas atau jangka panjang ke masa depan anak tersebut ataupun lingkungan sekitarnya, dikarenakan juga bahwa anak-anak masih dalam masa pertumbuhan. Namun semua itu juga dipengaruhi oleh pengalamannya pada saat menyusuri pendidikan Strata 1 di Fakultas Psikologi Atma Jaya, dimana beliau sempat merasa tergugah saat mendampingi anak-anak yang menjadikan jalanan daerah Timur Jakarta, Matraman sebagai taman bermain mereka. Bahkan tidak hanya mendampingi, Ella bersama dengan kolega-koleganya benar-benar berdinamika dan turun tangan secara langsung bermain bersama mereka. Pada masa-masa itu beliau menjadi sering terpapar oleh isu-isu sosial 74
seputar anak yang membuatnya benar-benar ingin berpraktik secara langsung dalam membantu mereka yang termarjinalisasikan. Oleh karena itu dirinya pun memilih bidang Klinis sebagai Magister Profesinya, dimana pada bidang ini kita diajak untuk dapat melihat karakter seorang individu secara lebih dalam. Walaupun sebenarnya minat beliau tidak hanya berhenti pada karakter individu tersebut, melainkan atas perspektif Psikososial secara keseluruhan. Saat memilih Klinis sebagai bidang yang akan beliau geluti untuk Strata 2 tersebut, Ella hanya memikirkan bagaimana suatu hari nanti dirinya dapat berperan secara langsung dengan cara memiliki izin untuk berpraktik sebagai Psikolog dan menangani isu-isu yang ada, dan untuk dapat lebih memahami kondisi anak. Walaupun begitu, perjalanan Ella dalam mencapai S2 tidaklah mudah. Perjalanannya selama empat tahun menyelesaikan mata kuliah di S1, dilengkapi dengan dua tahun dirinya terbelit oleh skripsi. Hal tersebut dikarenakan oleh Pak Sandi, pembimbingnya yang sangat perfeksionis dan filosofis dalam menilai karya tulis ilmiahnya tersebut. Bahkan Ella pun pernah terdampak sehingga menjadi cukup frustasi dan merasa tertinggal oleh teman-teman lainnya yang telah luput dari proses penulisan karya tulis yang dianggap cukup runyam, tak hanya oleh Ella, namun oleh sejumlah mahasiswa lainnya pula yang sama-sama sedang berada pada tahap tersebut. Tidak tahan dan tidak puas akan skripsinya yang tidak kunjung berkembang, Ella memutuskan untuk berkonsultasi dengan Dosen utamanya. Akhirnya beliau dialihkan kepada Bu Nani serta seorang Asisten Dosen bernama Indra, yang juga adalah seniornya di fakultas tersebut. Setelah berpindah pembimbing, beliau akhirnya dapat mengalami kemajuan dalam skripsinya yang alhasil selesai pada tahun 2004 Akan tetapi, hadangannya sebagai mahasiswa tidak sekedar berhenti disana saja. Saat hendak mengambil Magister Profesi, Ella mengandung seorang bayi yang kelak akan menjadi anak perempuan semata wayangnya. Oleh karena itu beliau sempat mengambil cuti satu semester lamanya. Pada masa dirinya masuk ke semester akhir untuk mengerjakan tugas akhir atau yang biasa disebut dengan TA, Ella, yang tak lama lagi akan menjadi seorang ibu, harus kembali mengambil cuti secara mendadak karena bayi yang berada dalam kandungannya mendesak untuk segera dilahirkan. Masa mengandung beliau pun berakhir di hari kebangkitan nasional tahun 2006, saat putrinya dilahirkan melalui proses bedah caesar yang Puji Tuhan berjalan dengan lancar; sehingga sepasang Ibu baru dan anaknya tersebut memiliki keadaan yang sehat. Pada saat anaknya telah berusia enam sampai tujuh bulan, dengan dampingan suaminya, Ella mulai kembali melanjutkan kuliahnya yang sempat ditinggalkannya dalam waktu yang singkat. Hingga setelah menyelesaikan semester akhirnya di Fakultas Psikologi UI, pada tahun 2007 beliau pun akhirnya secara resmi dinyatakan lulus dari dunia perkuliahan yang telah kurang lebih ditempuhnya selama sembilan tahun tersebut. 75
“I’m Not a Super-Person!” Setelah lulus dari pendidikannya di S2, Ella yang kini telah berkeluarga tengah mencari pekerjaan Ilmuwan Psikologi Klinis yang dapat berpraktik serta bersandingan dengan ketertarikannya akan perspektif Psikososial, hingga keprihatinannya terhadap isu-isu sosial yang kini kian berkembang seiring bergeraknya zaman. Pada saat itu nama yang pertama kali muncul saat beliau mulai mencari adalah Yayasan Pulih. Yayasan Pulih sendiri adalah LSM atau lembaga non profit berbasis masyarakat yang didirikan untuk menjawab keperluan akan layanan psikologis yang terjangkau. Seperti yang telah disinggung, lembaga tersebut bergerak pada isu sosial yang menyangkut kekerasan terhadap perempuan dan anak. Penjelajahan Ella sebagai Psikolog Klinis tersebut pun dimulai di sebuah rumah yang berada di Jl. Teluk Peleng, Pasar Minggu yang sederhana namun sangat cukup untuk menjadi tempat bekerja para pejuang pemulihan mental seperti beliau. Pada akhir tahun 2014 sampai 2016, beliau sempat diminta untuk menjadi Koordinator Klinik Yayasan Pulih. Pengalamannya menjadi Koordinator tersebut, diucapkannya sendiri sebagai salah satu pengalaman yang paling berpengaruh dalam hidupnya. Bahwa ilmu yang didapatkan oleh Ella pada masa itu dirasa sangat kaya dan tidak bisa didapatkannya dari tempat lain. Dari tahun 2009 sampai 2014, beliau juga sempat menjadi Dosen Honorer di Fakultas Psikologi Universitas Pancasila Jakarta. Sekali lagi, Ella tidak memilih pekerjaan full time karena dirinya yang kini adalah seorang Ibu. Bahkan saat mulai bekerja, beliau sempat kesulitan untuk menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Terkadang rasa lelah yang dirasa dari pekerjaannya tersebut tidak sebanding dengan penguatan dan rasa senang yang beliau dapatkan melalui interaksi positifnya dengan para klien, terutama ketika seorang klien anak mempercayainya bagaikan ibu kandungnya sendiri untuk menceritakan segalanya. Namun, ada pula hari-hari lain dimana energi yang dimilikinya terasa terkuras 76
habis. Ditambah sang suami yang selalu mengingatkannya untuk tidak berlarut-larut dalam pekerjaannya, dengan rasa khawatir bahwa istrinya dapat dipengaruhi pekerjaannya tersebut yang berkorelasi erat dengan orang-orang yang beragam latar belakangnya. Rasa kecemasannya tersebut pun akhirnya merambat juga ke diri Ella. Adakalanya dimana beliau seringkali mendapatkan panggilan yang terhubung dengan HP seorang satpam di SDK Ignatius Slamet Riyadi. “Iyaa… siang Bu, ada Teresa ini mau ngomong…” “Mamaa… Mama kapan jemput?” Pekerjaan paruh waktunya tersebut sebagai Psikolog di Pulih dan sebagai Dosen di Pancasila juga masih menyebabkan dirinya untuk terkadang, atau bahkan seringkali terlambat menjemput anaknya yang kini telah duduk di bangku SD. Telah diakui oleh Ella, ada beberapa titik dimana hal tersebut cukup mempengaruhinya dan membuat hidupnya terasa berat. Beliau sadar bahwa sebagai seorang profesional yang pekerjaannya memulihkan kesehatan mental seseorang, menjadi sangat penting juga bagi dirinya untuk dapat mengenali isu yang ada dalam pribadinya dan untuk dapat memprosesnya secara psikologis pula. Dirinya jadi lebih memperhatikan penyediaan waktu untuk dirinya sendiri, dan tidak hanya untuk self care, tetapi juga untuk memproses isu-isu penting pula yang ada di dalam diri beliau. Ella sadar seberapa pentingnya untuk dapat memproses dirinya sendiri sebagai seorang Psikolog. Beliau sadar bahwa permasalahan di kehidupannya maupun di kehidupan klien-kliennya akan terus selalu ada dalam jumlah yang tidak sedikit pula. Namun dirinya menyadari bahwa memang tidak realistis sebagai manusia untuk dapat menyelesaikan semua masalah itu. Bahwa Psikolog pun juga adalah manusia, mereka memiliki kesehatan mental yang sama pentingnya dengan klien-kliennya. Ella menyadari bahwa dirinya bukanlah seorang manusia super. Media Massa Dengan Segala Adanya Menjadi Psikolog bukan berarti setiap hari hanya mengobrol di ruang tertutup selama satu setengah sampai dua jam di setiap sesinya, namun menjadi Psikolog dengan spesialisasi tertentu juga berarti memungkinkannya untuk dapat diundang berbagai pihak serta media massa dengan maksud dijadikan narasumber ataupun untuk sekedar menjadi konsultan. Ella sendiri beberapa kali berkontribusi erat dengan berjalannya beberapa program yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan, KPPA hingga Kemdikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) sebagai konsultan. Dirinya juga seringkali menjadi fasilitator atau pembawa materi di berbagai macam webinar dan pelatihan yang diadakan di berbagai macam tempat pula yang membuatnya dapat “liburan gratis” ke tempat-tempat baru di seluruh Indonesia. Tidak hanya berhenti disitu, beliau memiliki sejumlah pengalaman menarik yang berasal dari kesempatannya untuk tampil di media massa. 77
Dari stasiun-stasiun radio, tabloid sampai Detik.com hingga Metro serta Kompas TV, sebagai seorang Psikolog yang berperan aktif sebagai rekan Yayasan Pulih, beliau memang lumayan banyak diundang karena spesialisasinya di bidang kekerasan terhadap perempuan dan anak. Ditambah lagi karena kemungkinan besar pada masa-masa itu (2010-2015) belum ada banyak Psikolog yang bergerak pada isu-isu yang digeluti oleh Pulih tersebut. Selain itu, Psikolog Klinis Anak dengan pengalaman seperti Ella masih bisa dibilang lumayan jarang. Pengalaman beliau pada saat itu mencangkup kasus-kasus seperti kekerasan pada anak, kekerasan seksual pada anak, KDRT, dll. Pengalamannya sebagai Psikolog di media massa pada zaman digital ini juga kian membawanya kepada suatu pengalaman yang dianggapnya absurd, ketika beliau berinteraksi secara langsung dengan Raffi Ahmad yang tengah membawakan program acara “Okay Bos” di Trans TV pada kala itu. Pengalaman barunya tersebut dirasa cukup absurd oleh Ella, karena sebelumnya memang beliau rata-rata diundang ke program-program TV yang bersifat berita resmi, atau beberapa talk show yang memang lebih menekankan unsur berita. Sedangkan acara “Okay Boss” tersebut memang pada dasarnya lebih cenderung bersifat entertainment atau hiburan. 78
https://www.youtube.com/watch?v=yDbxxNKZkYM Ella sendiri pun mengaku bahwa beliau sejujurnya tidak merasakan adanya koneksi yang cukup tulus di antara dirinya dengan para pembawa acara pada saat itu. Beliau merasa bahwa memang interaksi yang ada hanyalah sebatas menyelesaikan pekerjaan yang ada, dan tidak ada ketertarikan pribadi yang cukup menonjol dari para crew ataupun pembawa acara yang cukup menonjol kala itu. Namun Ella pun berterus terang bahwa kemungkinan ada satu atau dua orang yang terlihat cukup tertarik dan memang benar-benar hadir dalam topik yang sedang diperbincangkan. Walaupun begitu, dapat disimpulkan bahwa pengalamannya setiap kali diundang ke stasiun-stasiun TV selalu saja ada hal-hal baru yang menarik untuk dapat diobservasi tak hanya sebagai Psikolog, tetapi juga sebagai seseorang yang tak luput dari konsumsinya terhadap media massa itu sendiri. Ella menjadi banyak belajar atas bagaimana dirinya sebagai narasumber, dapat menyampaikan serta menyajikan informasi dengan efektif. Beliau pun akhirnya dibuat sadar pula bahwa di media massa, penampilan realitanya menjadi salah satu faktor penting untuk dapat menyampaikan suatu informasi secara efektif. Terlebih dirinya yang merasa aneh karena harus “berubah menjadi image yang berbeda” secara penampilan, dengan cara dirias secara cukup lengkap yang sempat pula dianggapnya cukup menor saat pertama kali tampil di salah satu stasiun TV Nasional. “Pipi mama kayak abis ditonjok yah hahahaha… merah-merah gitu blush on nya.” Ujar anak semata wayangnya, ia tengah menyambut Mamanya yang baru pulang dari suatu studio di sebuah gedung dimana pengalaman pertamanya sebagai narasumber di TV Nasional telah selesai direkam. 79
Pada awalnya beliau mempunyai pemikiran murni bahwa pada hakikatnya kita harus memiliki otak / pengetahuan yang matang terlebih dulu, tetapi realitanya untuk dapat menyampaikannya dengan baik, dilihat, dan benar-benar didengar, kita memang harus memiliki penampilan yang menarik perhatian para penonton yang ditargetkan atau dituju. Kita dapat memiliki semua informasi yang ada, tetapi untuk dapat menyampaikannya, dilihat, dan menarik perhatian orang-orang untuk dapat benar-benar didengar, mau tidak mau penampilan kita harus “menarik”. Tidak hanya itu, Ella juga belajar bagaimana cara menyampaikan informasi dengan efektif secara verbal. Bahwa dirinya, sebagai narasumber harus dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan kesempatan waktu yang telah diberikan. Terutama di media TV, dimana slot waktu yang tersedia memang sangat sempit. Sehingga bagaimana caranya sebagai narasumber, seseorang seperti Ella harus dapat mencangkup inti informasi yang ingin disampaikan dalam waktu yang begitu singkat tersebut. Beliau sendiri pun terkadang merasa cukup prihatin, karena tidak sedikit orang-orang yang berada di posisi yang sama dengan dirinya; menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Sangat disayangkan bahwa mereka tidak dapat mengoptimalkan kesempatan yang ada untuk menyampaikan suatu informasi yang begitu penting. Oleh karena itu beliau telah mempelajari beberapa cara yang dapat sangat membantu dirinya untuk menyampaikan informasi-informasi penting di media massa, khususnya di media TV. Salah satunya yang paling dasar adalah bahwa sebagai narasumber, dirinya harus benar-benar tahu apa yang ingin disampaikan dan menyampaikannya dengan istilah yang mudah dimengerti. Beliau juga tentunya harus dapat memanfaatkan waktu seoptimal mungkin dengan cara menyeleksi poin-poin kunci, dan mengemasnya sehingga dapat dimengerti oleh orang-orang awam. Ella berkata bahwa manajemen waktu juga menjadi sangat penting disini. Bahwa nyatanya dunia TV memang dipupuk untuk mengejar target dan merespon isu-isu yang relevan dengan cepat. Oleh karena itu narasumber juga dibutuhkan secara kilat. Sampai-sampai Ella dapat memprediksi jika ada suatu kejadian pada hari ini yang menjadi tajuk di berbagai artikel media digital ataupun cetak yang bersangkutan dengan aspek psikologis, dua atau tiga hari setelahnya pasti selalu saja ada wartawan yang menghubunginya untuk dimintai pendapat. Bahkan beliau pun sempat tiba-tiba ditanyakan pendapatnya mengenai fenomena spirit doll yang sempat viral pada bulan Januari 2022 kemarin. Tetapi karena dirinya yang memang sangat berhati-hati akan konsumsinya di media massa, terutama akan berita-berita, Ella belum sepenuhnya ter-update ketika pertanyaan tersebut dilontarkan padanya. Walaupun banyak pengalaman-pengalaman aneh yang sebenarnya di waktu yang bersamaan juga menarik, Ella berkata bahwa beliau mendapatkan banyak sekali pengetahuan serta pengalaman yang kaya melalui segala yang telah dirinya alami pada masa-masa itu. 80
Awal dari Sebaris Jadwal Pada tahun 2016, Ella mulai berpikir untuk mengganti fokus pekerjaannya di Yayasan Pulih. Pada tahun itu beliau mengundurkan diri sebagai Koordinator Klinik Yayasan Pulih, setelah akhirnya mengakhiri posisinya sebagai staff di lembaga tersebut pada 2018. Beliau merasa bahwa dirinya harus mulai bergerak maju dan melanjutkan eksplorasinya dalam bidang psikologi yang telah menjadi gairahnya tersebut. Oleh karena itu, mulai saat itu Ella tidak lagi terikat secara penuh dengan suatu lembaga. Beliau meneruskan karirnya di bidang psikologi sebagai freelancer, dimana dirinya menjadi praktisi profesional di beberapa tempat seperti Psycoach, Pulih at the peak, Klinik Pelangi, dan juga membantu di beberapa panti asuhan. Pada 2020, karena adanya pandemi yang membatasi ruang gerak, beliau mulai lebih mengembangkan konten-kontennya yang ada di media sosial. Salah satu contohnya adalah usahanya untuk menjadwalkan Live secara rutin yang berisi diskusi atau obrolan edukatif bersama, seputar topik atau isu yang sedang relevan dan berhubungan dengan psikologi. Terutama pada masa itu Ella menjadi lebih mendalami dan memperluas kesadaran terhadap isu kesehatan mental, cara meregulasi stress, pemulihan trauma, dll secara umum. Lalu pada suatu hari di tahun yang sama, beliau mendapatkan lowongan kerja di suatu organisasi besar yang telah tidak asing di mata dunia; dari jejaring yang dirinya miliki seputar LSM. Ella pun memutuskan untuk menerjunkan diri dan melamar posisi pekerjaan yang ditawarkan tersebut. Setelah melewati wawancara, beliau akhirnya mendapatkan kabar bahwa dirinya tidak diterima. Tak terkeok dari harapannya untuk mencari pengalaman baru sebagai Psikolog, beliau melamar sebagai posisi yang berbeda dengan deskripsi pekerjaan yang mirip 81
dengan posisi sebelumnya, di organisasi yang sama pada tahun 2021. Rupanya pada kali kedua itu, beliau belum juga diberikan kesempatan untuk merasakan pengalaman baru yang didambakan. Hingga akhirnya di tahun yang sama pada bulan September, setelah melakukan wawancara dengan atasan blus yang menutupi daster, Ella akhirnya diterima sebagai UN Stress Counselor di UNDSS (United Nations Department of Safety & Security), atau organisasi yang biasa dikenal sebagai PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) di bahasa Indonesia, dengan kontrak temporal selama enam bulan yang bersifat full time. Pekerjaan barunya tersebut yang tidak lagi bersifat paruh waktu atau freelance menuntut dirinya untuk segera berpindah pilar dan beradaptasi menuju penjelajahan barunya sebagai Psikolog. Posisinya sendiri sebagai UN Stress Counselor, Ella memiliki peran untuk memberikan layanan psikososial kepada member serta staff-staff yang bekerja di lembaga-lembaga PBB Indonesia. Kontrak enam bulan yang telah dijalani oleh Ella kini telah diperpanjang dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2022. Pada saat ini, selain kesibukan pekerjaannya tersebut yang menyita sebagian waktunya, Ella juga tak lupa seyogianya menyediakan waktu untuk menemani pertumbuhan putrinya yang telah hampir satu tahun menginjak masa SMA. Ditambah pula lima anak berbulu yang selalu menggonggong membuat pening kepala setiap kali orang lewat di depan rumah kediamannya di bagian Timur Jakarta. Disusun oleh: Teresa Giacinta Allegra 82
Search