dalam interaksi dengan berbagai macam individu di sekelilingnya yang menduduki berbagai peran sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari. Proses enkulturasi atau proses pembudayaan, adalah proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat- istiadat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Dan, proses evolusi kebudayaan, adalah proses perubahan kebudayaan bila dilihat dalam interval waktu yang panjang, akan terlihat perubahan-perubahan besar dalam kebudayaan. Proses difusi kebudayaan, disebabkan oleh proses migrasi kelompok-kelompok manusia di bumi. Dengan migrasi tersebut, tersebar pula unsur kebudayaan di penjuru dunia, yang disebut difusi. Sedangkan akulturasi, atau acculturation atau culture contact adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dalam suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur kebudayaan asing. Lambat laun, unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Asimilasi adalah proses sosial, yang timbul manakala, pertama, terdapat kelompok-kelompok manusia yang berbeda-beda; kedua, saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga ketiga, kebudayaan golongan-golongan tadi masing- masing berubah sifatnya yang khas, dan unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi kebudayaan campuran. Lull (2000) menggunakan teori perubahan kebudayaan dengan teori meme. Jika gerak dalam fisika selama ini dapat dijelaskan dengan atom atau partikel, evolusi dengan gene, maka perubahan sosial dengan meme. Istilah meme pertama kali diperkenalkan oleh Richard Dawkins. Menurut pengakuannya, istilah ini muncul karena Dawkins menganggap teori Darwin terlalu luas untuk hanyadibatasi pada peranan gene. Teori Evolusi Darwin dapat juga mencakup evolusi di luar biologi, seperti bahasa dan sosial budaya. Jadi, bila gene berperan dalam evolusi biologis, maka meme berperan dalam evelusi sosial budaya. Dua-duanya berfungsi sebagai pengganda diri sendiri (replicator). Jika gene diketahui bersifat mementingkan diri sendiri (selfish), maka hampir pasti demikian juga dengan meme. Meme sebagai unit perubahan sosial budaya, bergerak mengejar suksesnya sendiri. Sukses meme terdiri dari tiga hal, yaitu usia yang panjangnya (longevity), tersebar seluasluasnya (fecundity), dan berketurunan seasli- 37
aslinya (copying fidelity). Dawkins mendefinisikan meme sebagai segala hal yang dapat berpindah-pindahdari satu benak ke benak lain. Pengembangan teori ini juga dilakukan oleh Richard Bordie, dalam Virus of Mind: The New Service of the Meme (1976). Menurut Bordie, meme adalah suatu unit informasi yang tersimpan dalam benak seseorang, yang mempengaruhi kejadian di lingkungannya sedemikian rupa sehingga makin tersebar luar ke benak orang lain. Bordie membagi semua meme ke dalam tiga jenis: distinction meme, strategy meme, dan association meme. Pada hakekatnya, peranan meme adalah: meme dapat berkembang untuk mewujudkan tri-suksesnya sendiri, tanpa menghiraukan kepentingan manusia yang dimanfaatkan. Inilah yang dapat dijelaskan, mengapa siaran kekerasan misalnya, terus saja diproduksi dan dinikmati, kendati setiap orang mengetahui bahayanya. Terdapat tiga jalur utama yang digunakan meme untuk menulari benak manusia: pengulangan (repetition); ketegangan (cognitive dissonance) dan menanggulangi (free riding). Iklan, dikategorikan sebagai repetition; beberapa pengertian yang mengganggu ketenangan hati termasuk cognitive dissonance dan segala gagasan yang menunggangi naluri manusia, seperti lapar, sex, dan mempertahankan diri, termasuk free riding. 4.4 Budaya Elit vs Budaya Marginal Harold Innis dan Marshal Mcluhan adalah sarjana modern pertama yang mengkaji hubungan antara alat komunikasi yang terdapat didalam masyarakat dan bagaimana alat komunikasi itu berperan dalam membentuk karakter serta bidang sosial mereka, seperti bidang ekonomi, politik dan sosial budaya. Mcluhan yang banyak belajar dari Innis, mengembangkan ide itu pada periode modern. Ia mulai melihat bahwa pengaruh sistem percetakan dapat menyebarkan ide-ide serta pengetahuan. Ini terlihat, saat Guttenberg (1450) menemukan huruf cetak yang dapat dipindah-pindahkan, secara langsung memacu percetakan buku di Eropa. Dari kenyataan ini, Mcluhan mengatakan bahwa media elektronik modern, khususnya radio, televisi, photografi dan film dapat membentuk pola pikir masyarakat modern. Ide itu berpengaruh di Amerika Utara dan Eropa. Apa yang dilakukan media terhadap implikasinya secara global; ia membuat sesuatu yang 38
pertama kali dalam sejarah kemungkinannya sistem informasi yang cepat (instant) antara sejumlah titik di dunia yang disebut Mcluhan sebagai “the global village”. Serupa dengan pendapat Koentjaraningrat bahwa fenomena percepatan transformasi ide disebut difusi, di mana unsur kebudayaan yang timbul di salah satu tempat di muka bumi, berlangsung dengan cepat sekali, bahkan sering kali tanpa kontak antar individu. Ini disebabkan karena adanya alat penyiaran yang efektif seperti surat-kabar, majalah, buku, radio, film, dan televisi. Pertemuan budaya dan proses mempelajari budaya yang diakibatkan oleh media komunikasi massa, disebabkan juga oleh banyaknya waktu yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan media massa. Mcluhan, dengan mengembangkan ide Innis menghasilkan simpulan bahwa media adalah perpanjangan alat indra manusia. Dengan media massa, orang dapat memperoleh informasi tentang beda, orang atau tempat, dengan tidak mengalami secara langsung. Dengan media itu pula, manusia dapat mengembangkan pola pikir dan perilaku mereka. Bentuk perubahan budaya, Stan Le Roy Wilson membagi tahapan perkembangan budaya pada: pertama, tahap Elitis, budaya ini hanya nampak di masa lalu ketika budaya masih dibedakan dalam kategori budaya elit (elite culture), yakni budaya orang terdidik, aristocrat dan orang kaya. Budaya elit kadang-kadang dikategorisasi sebagai budaya tinggi (high culture). Hingga kurang dari 200 tahun yang lalu, terdapat perbedaan antara high culture dan yang lainnya kelas petani, yang dikenal dengan budaya rakyat jelata. Kelas Elit, adalah orang-orang yang hidupnya dikelilingi seni, buku, dan musik klasik. Para petani dengan budaya rakyat, berhubungan langsung dengan Carnaval di jalan-jalan, kedai minum, lagu-lagu dan dongeng-dongeng rakyat. 4.5 Tahap Spesialisasi Tahap spesialisasi dimulai di akhir abad 20, di mana banyak sekali terobosan media massa Amerika Serikat dalam mencapai tahap ini. Tahap ini digambarkan futurolog Alfin Tofler sebagai “demassifikasi media massa”. Pada tingkatan ini, media massa dikonsumsi sepotong-sepotong olehpopulasi, tiap-tiap 39
orang dengan ketertarikan dan aktivitas budaya sendiri. Kondisi ini dimungkinkan dngan banyaknya pilihan masyarakat terhadap media. Untuk televisi, misalnya, orang dapat memilih program yang disenangi, dengan menekan saja remote kontrol. Bentuk lain dari perubahan budaya yang diakibatkan oleh media massa adalah bahwa media massa menciptakan imperialisasi budaya dan kekuasaan budaya. Menurut Lull, hal ini dimungkinkan karena media massa dewasa ini mudah menerobos batas-batas nasional dan budaya. Dampaknya adalah, kekuatan Barat yang dimotori oleh perusahaan-perusahaan transnasional Amerika, telah memonopoli komunikasi dunia, sampai sedemikian rupa, sehingga amat merugikan kesejahteraan dan identitas bangsa-bangsa yang kalah kuat. Monopoli ini dimungkinkan dari negara kuat terhadap negara yang kalah kuat, antara lain juga disebabkan oleh minimnya subsidi dari pemerintah setempat untuk program siaran televisi. Solusi dari masalah ini adalah negara tersebut mengimpor siaran dengan harga yang lebih murah dibanding memproduksi sendiri, dan jadilah film seperti Betti La Fea misalnya, dikonsumsi hampir diseluruh dunia. Dominasi budaya yang digambarkan Lull, bahwa penjualan “budaya pop” dengan cepat menjadi sebuah industri besar, terutama di Amerika Serikat. Menjelang pertengahan dasawarsa 1990-an ketika kemajuan teknologi melaju dengan cepat, perusahaan transnasional kembali memperoleh keuntungan paling banyak secara materi dengan meningkatnya kapasitas untuk enghimpun, menyimpan, mengelolah, dan mengirim informasi. Korporasi transnasional melahap semua saluran satelit, komputer mainframe yang kuat, dan konfigurasi multimedia hingga mesin faksimili, system surat suara dan telepon mobil. Dan dengan menggunakan teknologi komunikasi tercanggih, perusahaan transnasional memonopoli arus informasi internasional, mengkolonikan kebudayaan Dunia Ketiga dengan cara itu. Peran media masa dalam perubahan budaya, dijelaskan selanjutnya oleh Lull, sebagai prosestranskulturasi, hibridasi dan pribumisasi. Transkulturasi, mengacu pada sebuah proses secara harafiah bergerak melalui ruang dan waktu untuk berinteraksi dengan kebudayaan lain, saling mempengaruhi dan menghasilkan bentuk budaya baru. Proses transkulturasi dihasilkan 40
oleh perpindahan fisik orang-orang dari satu lokasi geografis ke lokasi geografis lainnya. Dengan teknologi informasi, transmisi, penerimaan informasi dan hiburan dari satu bagian dunia ke bagian dunia lain menghasilkan sintesis-sintesis budaya baru. Transkulturasi menghasilkan hibrida budaya yakni penyatuan (fusi) bentuk budaya. Bentuk dan genre hibrida menurut Lull dapat dikatakan pop. Pribumisasi, merupakan bagian dari hibrida. Pribumisasi berarti bahwa bentuk budaya impor menerima unsurlokal yang menonjol. Ini dapat terlihat misalnya pada jenis musik tertentu yang masuk ke Indonesia dan tampil sebagai jenis musik baru, misalnya musik rap, yang liriknya sudah mengacu pada kepribadian, kondisi, dan situasi lokal Indonesia. 41
5 BAB IV KOMUNIKASI, MAKNA, DAN TANDA Kompetensi Dasar dan Indikator ▪ Kompetensi Dasar : Setelah menyelesaikan pokok bahasan tentang komunikasi, makna dan tanda, mahasiswa memahami dan mengerti tentang ilmu tanda (semiotika) dan penerapannya dalam desain grafis. ▪ Indikator : Mahasiswa mampu menjabarkan tentang definisi dari semiotika, macam- macam semiotika, dan aplikasi semiotika dalam media massa, iklan, tanda non verbal, dan Film. Pokok Bahasan Komunikasi, Makna, Dan Tanda Sub pokok Bahasan - Definisi Tanda (semiotika) - Macam-macam Semiotika - Aplikasi Semiotika Estimasi Waktu 6 x 45 menit Media Pembelajaran LCD, White Board 5.1 Defnisi Tanda (Semiotika) Tanda (sign) adalah sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita; tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri; dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga bisa disebut “tanda”. Sementara itu 42
makna adalah adalah hasil dari penandaan. Makna bukanlah konsep yang mutlak dan statis yang bisa ditemukan dalam kemasan pesan. Pemaknaan merupakan proses aktif. Para ahli semiotika menggunakan kata kerja seperti menciptakan, membangkitkan, atau menegosiasikan Semiotika atau ilmu ketandaan (juga disebut studisemiotik dan dalam tradisi Saussurean disebut semiologi) adalah studi tentang makna keputusan. Ini termasuk studi tentang tanda-tanda dan proses tanda (semiosis), indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna, dan komunikasi. Semiotik atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Secara umum, semiotik didefinisikan sebagai berikut. “Semiotics is usually defined as a general philosophical theory dealing with the production of signs and symbols as part of code systems which are used to communicate information”. Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas: • Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya, potret dan peta. • Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. • Simbol adalah tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya, hubungan diantaranya bersifat arbiter, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. 43
5.2 Macam-macam Semiotik Hingga saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang kita kenal sekarang (Pateda, dalam Sobur, 2004). Jenis-jenis semiotik ini antara lain semiotik analitik, diskriptif, faunal zoosemiotic, kultural, naratif, natural, normatif, sosial, struktural. 1. Semiotik analitik merupakan semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce mengatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, obyek dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu pada obyek tertentu 2. Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang 3. Semiotik faunal zoosemiotic merupakan semiotik yang khusus memper hatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus menelaah system tanda yang ada dalam kebudayaan masyarakat 4. Semiotik naratif adalah semiotik yang membahas sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore) 5. Semiotik natural atau semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Semiotik normative merupakan semiotik yang khusus membahas sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma- norma Semiotik sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang kata maupun lambang rangkaian kata berupa kalimat. Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah system tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa. Semiologi biasanya bekerja dalam analisis teks, meskipun semiologi memiliki jangakauan yang lebih luas daripada sekedar analisis teks. Perlu dicatat disini, bahwa sebuah ‘teks’ hanya dapat eksis melalui sebuah media, verbal dan 44
non-verbal, atau gabungan dari keduanya, meskipun terjadi bias logosentik dalam pembedaan ini. Istilah ‘teks’ biasanya merujuk kepada sebuah pesan yang terekam melalui berbagai cara (seperti tulisan, rekaman audio ataupun video) yang secara fisik tergantung pada pengirim atau penerimanya. Menurut Daniel Chandler, Sebuah teks adalah sekumpulan tanda (seperti kata, citra, suara ataupun gestur) yang dikonstruksi (atau dinterpretasi) melalui konvensi yang dihubungkan dengan sebuah genre dan dalam sebuah media komunikasi tertentu. 5.3 Aplikasi Semiotika Pada komunikasi, bidang terapan semiotika pun tidak terbatas. Adapun beberapa contoh aplikasi semiotika di antara sekian banyak pilihan kajian semiotika dalam domain komunikasi antara lain : 1. Media Mempelajari media adalah adalah mempelajari makna dari mana asalnya, seperti apa, seberapa jauh tujuannya, bagaimanakah ia memasuki materi media, dan bagaimana ia berkaitan dengan pemikiran kita sendiri. Dalam konteks media massa, khususnya media cetak kajian semiotika adalah mengusut ideologi yang melatari pemberitaan (Dalila Sadida, 2009) Tiga pendekatan untuk menjelaskan media (McNair, 1994, dalam Sudibyo, 2001:2-4) 1. Pendekatan Politik-Ekonomi Pendekatan ini berpendapat bahwa isi media lebih ditentukan oleh kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik di luar pengelolaan media 2. Pendekatan Organisasi Bertolak belakang dengan pendekatan politik-ekonomi, pendekatan ini menekankan bahwa isi media diasumsikan dipengaruhi oleh kekuatan- kekuatan eksternal di luar diri pengelola media 3. Pendekatan Kulturalis Merupakan pendekatan politik-ekonomi dan pendekatan organisasi. Proses faktor internal media. Media pada dasarnya memang mempunyai 45
mekanisme untuk menentukan pola dan aturan oragnisasi, tapi berbagai pola yang dipakai untuk memaknai peristiwa tersebut tidak dapat dilepaskan dari kekuatan – kekuatan politik-ekonomi di luar media.Secara teoritis, media massa bertujuan menyampaikan informasi dengan benar secara efektif dan efisien. Namun, pada praktiknya apa yang disebut sebagai kebenaran ini sangat ditentukan oleh jalinan banyak kepentingan Terdapat pemilahan atas fakta atau informasi yang dianggap penting dan yang dianggap tidak penting, serta yang dianggap penting namun demi kepentingan survival menjadi tidak perlu disebar luaskan. Media menyunting bahkan menggunting realitas dan kemudian memolesnya menjadi suatu kemasan yang layak disebar luaskan. 2. Periklanan Dalam perspektif semiotika iklan dikaji lewat sistem tanda dalam iklan, yang terdiri atas dua lambang yakni; lambang verbal (bahasa) dan lambang non verbal (bentuk dan warna yang disajikan dalam iklan). Dalam menganalisis iklan, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain (Berger) : a. Penanda dan petanda b. Gambar, indeks, simbol c. Fenomena sosiologi d. Sifat daya tarik yang dibuat untuk menjual produk e. Desain dari iklan f. Publikasi yang ditemukan dalam iklan dan khayalan yang diharapkan oleh publikasi tersebut. Lain halnya dengan model Roland Barthes, iklan dianalisis berdasarkan pesan yang dikandungnya yaitu : · Pesan Linguistik : Semua kata dan kalimat dalam iklan · Pesan yang terkodekan : Konotasi yang muncul dalam foto iklan · Pesan ikonik yang tak terkodekan : Denotasi dalam foto iklan 46
Menurut Suyanto (dalam Dalila, 2009), daya tarik pesan diciptakan menggunakan selebritis, humor, rasa takut, kesalahan, positif/ rasional, emosi, komparatif, dan kombinasi : • Daya tarik selebritis Produk atau merek dapat menonjol dalam periklanan salah satunya karena selebritis bisa berupa bintang tv, aktor, aktris, ilmuwan, dan sebagainya. Selebritis menjadi juru bicara produk bahkan menjadi ikon produk tersebut. • Daya tarik humor Pengiklan juga menggunakan humor untuk mencapai sasaran komunikasi yang bervariasi survei yang dilakukan oleh eksekutif periklanan menunjukan hal-hal sebagai berikut: o Humor merupakan metode yang efektif untuk menarik perhatian terhadap iklan. o Humor menyempurnakan kesukaan baik terhadap iklan maupun terhadap produk yang diiklankan. o Humor tidak merugikan secara keseluruhan. o Humor memberikan keunggulan terhadap non humor untuk meningkatkan persuasi. o Sifat produk mempengaruhi kesesuaian penggunaan humor khususnya humor akan lebih berhasil digunakan mempertahankan produk daripada untuk memperkenalkan produk. 1. Daya tarik rasa takut lebih efektif digunakan untuk memperbaiki motivasi. Fakta yang tidak menguntungkan pada konsumen yang hidup pada akhir abad dua puluh adalah dunia yang penuh kriminal dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Pengiklan memotivasi konsumen untuk mengolah informasi dan mengambil tindakan. Pengiklan menggunakan daya tarik rasa takut dengan mengidentifikasi dua hal pertama, konsekuensi negatif jika tidak menggunakan produk. Kedua, konsekuensi negatif terhadap perilaku yang tidak aman misalnya minuman keras dan merokok. 2. Daya tarik kesalahan Seperti halnya rasa takut, kesalahan juga merupakan daya tarik negatif, orang merasa salah ketika melanggar peraturan, 47
menyimpang dari nilai standar atau nilai kepercayaan dan tidak bertanggung jawab. Daya tarik kesalahan dapat berjalan baik karena memotivasi individu dewasa secara emosi mengambil alih tanggung jawab tindakan terdepan untuk mengurangi tingkat kesalahan dan berupaya membujuk calon konsumen dengan menerapkan perasaan bersalah yang dapet diganti dengan menggunakan produk yang diiklankan. 3. Daya tarik komparatif Dalam periklanan ada praktik komparatif langsung atau tidak langsung suatu produk dengan produk pesaing, yang mempromosikan bahwa produk tersebut superior di banding produk pesaing. Penelitian tahun 1970 mempelajari iklan dan hasilnya sebagai berikut: 4. Iklan komparatif lebih baik dalam meningkatkan kesadaran akan merek dibandingkan iklan non pertama, konsekuensi negatif jika tidak menggunakan produk. Kedua, konsekuensi negatif terhadap perilaku yang tidak aman misalnya minuman keras dan merokok. 5. Daya tarik kesalahan Seperti halnya rasa takut, kesalahan juga merupakan daya tarik negatif, orang merasa salah ketika melanggar peraturan, menyimpang dari nilai standar atau nilai kepercayaan dan tidak bertanggung jawab. Daya tarik kesalahan dapat berjalan baik karena memotivasi individu dewasa secara emosi mengambil alih tanggung jawab tindakan terdepan untuk mengurangi tingkat kesalahan dan berupaya membujuk calon konsumen dengan menerapkan perasaan bersalah yang dapet diganti dengan menggunakan produk yang diiklankan. 5. Daya tarik komparatif Dalam periklanan ada praktik komparatif langsung atau tidak langsung suatu produk dengan produk pesaing, yang mempromosikan bahwa produk tersebut superior di banding produk pesaing 48
Contoh : Semiotika pada poster Sumber : dkv.binus.ac.id Gambar 4.1 Poster Semiotika Pada gambar diatas terdapat kumpulan tanda yang terdiri dari beberapa tanda : nasi anak yang memakai lauk ayam, sedangkan nasi ibu tidak memakai lauk. Tanda lainnya, tangan anak kecil dan tangan orang dewasa (ibu) dan latar belakang pada gambar berwarna merah jambu (pink), dari tanda tersebut memiliki arti ibu rela berkorban lebih dari yang kita sadari dengan tidak memakai lauk pada makanannya, menjadi sebuah penanda (signified) dan petanda (signifier) selanjutnya penanda dan petanda melahirkan tanda (sign) baru yang memiliki arti pengorbanan dan kasih sayang seorang ibu yang akhirnya menjadi petanda (signifier) dan penanda (signified). Pada akhirnya penanda dan petanda menjadi sebuah myth dalam makna biner dimana tokoh seorang ibu itu sakral, bertanggung jawab, rela berkorban dan sosok yang harus dihormati. Dari sisi makna biner lainnya seorang ibu yang memiliki sifat seperti : ibu tiri, ibu yang memperkerjakan anaknya yang belum cukup umur 3. Tanda NonVerbal Komunikasi nonverbal adalah semua tanda yang bukan kata-kata dan bahasa.Tanda-tanda digolongkan dalam berbagai cara : 49
a) Tanda yang ditimbulkan oleh alam yang kemudian diketahui manusia melalui pengalamannya b) Tanda yang ditimbulkan oleh binatang c) Tanda yang ditimbulkan oleh manusia, bersifat verbal dan nonverbal Namun tidak keseluruhan tanda-tanda nonverbal memiliki makna yang universal. Hal ini dikarenakan tanda-tanda nonverbal memiliki arti yang berbeda bagi setiap budaya yang lain. Dalam hal pengaplikasian semiotika pada tanda nonverbal, yang penting untuk diperhatikan adalah pemahaman tentang bidang nonverbal yang berkaitan dengan benda konkret, nyata dan dapat dibuktikan melalui indera manusia. 4. Film Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau semiotika. • Van Zoest Film dibangun dengan tanda semata-mata. Pada film digunakan tanda- tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Gambar yang dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya. Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Yang paling penting dalam film adalah gambar and suara. Film menuturkan ceritanya dengan cara khususnya sendiri yakni, mediumnya, cara pembuatannya dengan kamera dan pertunjukannya dengan proyektor dan layar. Sardar & Loon Film dan televisi memiliki bahasanya sendiri dengan sintaksis dan tata bahasa yang berbeda. Film pada dasarnya bisa melibatkan bentuk-bentuk simbol visual dan linguistik untuk mengkodekan pesan yang sedang disampaikan. Figur utama dalam pemikiran semiotika sinematografi hingga sekarang adalah Christian Metz dari Ecole des Hautes Etudes et Sciences Sociales (EHESS) Paris. Menurutnya, penanda (signifant) 50
sinematografis memiliki hubungan motivasi atau beralasan dengan penanda yang tampak jelas melalui hubungan penanda dengan alam yang dirujuk. Penanda sinematografis selalu kurang lebih beralasan dan tidak pernah semena. Contoh Semioika pada Film Laskar Pelangi (Lidya Ivana Rawung,2013) • Semiotika Bahasa Pada Film Laskar Pelangi Berdasarkan teori dari Ferdinand De Saussure (Signifier dan Signified) yang dianalisis dari Kamus, Ideologi, Frame Work Budaya dan Aspek Sosial, semiotika bahasa pada film Laskar Pelangi adalah: - Semangat belajar Anak-anak SD Muhamadiah tidak pernah menyerah dengan keterbatasan yang mereka miliki. Walaupun mereka hidup di bawah garis kemiskinan mereka ingin belajar dan tidak pernah merasa malu dengan kondisi sekolah mereka. - Pemerataan pendidikan Siswa-siswa SD Muhamadiah mendapatkan pendidikan yang sama. walaupun ada diantara mereka yang kondisi perekonomiannya lebih baik seperti Ikal, cerdas seperti Lintang namun mereka semua belajar bersama. Tidak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin serta pintar dan bodoh. - Integritas seorang pemimpin Kucai adalah ketua kelas yang tidak bertanggung jawab serta gampang menyerah. Dia telah diberikan tanggung jawab untuk memimpin teman-temannya, tapi dia menyerah begitu saja ketika teman-temannya tidak mendengar apa yang dia katakan dan membiarkan mereka tidak masuk kelas. Seharusnya kettika diberikan kepercayaan, Kucai harus bertanggung jawab dan tidak gampang menyerah agar dia menjadi seorang pemimpin yang memiliki intergritas. - Pentingnya memiliki karakter yang baik Siswa-siswa SD Muhamadiah diajarkan tentang pendidikan agama dan budi pekerti. Karena dengan belajar agama dan budi pekerti mereka pasti akan 51
memiliki karakter yang baik. Dan dengan karakter yang baik mereka bisa membanggakan bangsa Indonesia. - Pengorbanan Siswa-siswa SD Muhamadiah memiliki keluarga yang mau berkorban. Seperti ayah Lintang yang melaut sendirian dan menyuruh anaknya untuk pergi sekolah. - Berbakti Lintang adalah anak yang berbakti pada orang tuanya. Dia rela tidak sekolah untuk membantu ayahnya yang bekerja seorang diri. - Pantang menyerah Keinginan Lintang untuk sekolah tidak pernah pudar. Walaupun dia harus putus sekolah, dia tidak pernah menyerah dengan keadaan. Hal itu dibuktikan dengan kehadiran anaknya. Anaknya bisa sekolah dan menggapai impiannya. • Semiotika Gerak Pada Film Laskar Pelangi Berdasarkan teori dari Ferdinand De Saussure (Signified dan Signifier) yang dianalisis dari Kamus, Ideologi, Frame Work Budaya dan Aspek Sosial, semiotika gerak pada film Laskar Pelangi adalah: - Harapan dan ketulusan Bu Mus dan Pak Harfan terus berharap mereka akan memiliki murid-murid. Meskipun sekolah itu akan ditutup tapi mereka terus berharap dan percaya mereka pasti memiliki murid dan sekolah itu tidak akan ditutup. Dengan harapan dan kepercayaan, akhirnya mereka bisa memiliki murid dan SD Muhamadiah ada sampai sekarang. Serta Bu Mus dan Pak Harfan, tidak pernah mengeluh dengan kondisi mereka. Meski mereka hidup serba terbatas, mereka terus mendidik dan mengajar murid-murid mereka. - Semangat 52
Pak Harfan adalah sosok guru yang baik. Dia dengan semangat memberikan pelajaran-pelajaran berharga kepada murid-muridnya. Tak pernah lelah mendidik mereka dengan mengajarkan pendidikan agama dan budi pekerti. - Bertahan Ketika mereka melihat pelangi, mereka yakin,suatu saat nanti mereka akan menjadi pelangi dan bisa dilihat oleh semua orang. Dan mereka tahu, untuk menjadi pelangi mereka harus melewati hujan dan badai. Maka itu mereka terus bertahan ditengah keterbatasan mereka. 53
DAFTAR PUSTAKA Adorno, T. 1953. A Social Music of Radio Music. New York: The Free Press of Glencoe. Alex Sobur. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Alya Ulfah,. 2017. Streaming Musik Sebagai Budaya Populer. Dalam http://hidupsastraindo.blogspot.com/2017/02/streaming-musik-sebagai-budaya- populer.html Anderson, J. A., & Meyer, T. P. 1988. Mediated Communication, Newbury Park, CA: Sage Publications. Ben Agger. 1992. Cultural Studies as Critical Theory, London: The Palmer Press Bennett, R.S. and P.D. Colyer. 2010. Dry heat and hot water treatments for disinfesting cotton seed of Fusarium oxysporum f. sp. vasinfectum. Plant Disease 94: 1469-1475 Bungin, M. Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Dalila Sadida. 2009. Semiotika. Dalam https://sadidadalila.wordpress.com/2009/12/03/ semiotika/ Iklan Daniel Chandler. Semiotics for Beginner. http://www.altavista.co.uk/cgi-bin/query Fiske, J. 1989. Understanding popular culture. New York: Routledge. Ibrahim, Idy Subandi. 1997. Ecstasy, Gaya Hidup : Kebudayaan Pop Dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan, Jakarta. Jega Arufa. 2012. Budaya Massa dan Budaya Populer. Dalam http://jega-a- fib11.web.unair.ac.id/artikel_detail-60280-Tugas%20PKBU- Budaya%20Massa%20dan%20Budaya%20Populer.html Judith N. Martin & Thomas K. Nakayama. 2007. Intercultural Communication In Contexts, 4th ed. The McGraw-Hill Companies, Inc., New York, 10020. Juliana. K. & Siti Baroroh. 2016. Literasi Media Digital Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Jurnal Komunikator.Vol.8 No. 2 November 2016. Hal. 51-56. 54
Lull, James .1995. Media, Communication, Culture: A Global Approach. Cambridge, England: Polity Press (co-published in USA by Columbia University Press, 1995). Lidya Ivana R. 2013. Analisis Semiotika pada Film Laskar Pelangi. Journal “Acta Diurna” Vol.I.No.I. Th. 2013 Lull, James (ed.) .1992. Popular Music and Communication (revised edition). Newbury Park, CA: Sage Publications. Lull, James. 2000. Media, Communication, Culture: A Global Approach (revised edition). Cambridge, England: Polity Press (co-published in USA by Columbia 1 McLuhan, M. 1965. Understanding Media. New York: New American Library. Rodman. 2011. Mass Media In A Changing World, History, Industry, Controversy. Fourth Edition,McGraw-Hill International Edition. Reiza, P.2016. Budaya Massa/ Mass Culture Dalam https://www.kompasiana.com/hitchiker_12324/54fff76fa33311796d50f8d6/buda ya-massa-massculture. diakses 12 Agustus 2018. Straubhaar, Joseph. 1997. Communications Media in the Information Society. International Thomson Publishing Inc., Storey, J. 2007. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Terj. Laily Rahmawati. Yogyakarta: Jalasutra. Tracey, M. 1988. Popular culture and the economics of global television. Toffler, Alfin.1990. Powershift. New York: Bantam Books. Thomson. 2005. The Effectiveness of Mass Media Campaigns: Youth Substance Abuse. www.bibalex.org/supercourse/supercoursePPT/23011-24001/23951.ppt. Williams, Raymond. 1983. Keyword, London: Fontana. Yoseph. Andreas., http://repository.unwira.ac.id/1193/1/budaya_tinggi_dan _budaya_rendah.pdf Zaky.2018. Pengertian Kebudayaan menurut Ahli dan secara umum., https://www.zonareferensi.com/pengertian-kebudayaan/ https://dkv.binus.ac.id/2017/01/13/terapan-analisa-roland-barthes-pada-poster- ibu-berkorban-lebih-dari-kita-yang-kita-sadari/ 55
Biografi Penulis Dwi Cahyadi, lahir di Samarinda 29 Desember 1977. Menempuh pendidikan Sarjana (S-1) di ITN Malang Jurusan Teknik Industri (1996 – 2001) dan melanjutkan pendidikan Magister (S-2) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (2007- 2009). Pengalaman bekerja di perusahaan swasta alat berat sebagai Logistic Egineering ( 2000 – 2001) dan Ketua Jurusan Desain (2012 – 2016). Ketertarikan ilmu dalam hal penelitian, dan pengajaran adalah di bidang Teknik Industri, Ergonomi, dan Manajemen Industri. Buku yang pernah dibuat adalah “Aplikasi Mannaquin Pro Untuk Desain Industri” Penerbit Leutikaprio dan “Rancang Bangun Mesin Pengolahan Kerupuk Ikan Sungai Guna Meminimalkan Waktu Produksi dan Mengoptimalkan Inventory” Penerbit Leutikaprio. [email protected]. Etwin Fibrianie Soeprapto , lahir di Samarinda 13 Pebruari 1983. Menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) Jurusan Teknik Industri Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta pada tahun 2004. Melanjutkan pendidikan Magister (S-2) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya pada tahun 2012 dengan bidang keahlian Ergonomi. Penulis merupakan pengajar tetap Politeknik Negeri Samarinda di Jurusan Desain terhitung sejak 2006, dan mengampu beberapa mata kuliah antara lain Fisika Terapan, Desain Produk I, Ergonomi 2, Ilmu Populer. Buku yang pernah dibuat adalah “Aplikasi Mannaquin Pro Untuk Desain Industri” Penerbit Leutikaprio dan “Rancang Bangun Mesin Pengolahan Kerupuk Ikan Sungai Guna Meminimalkan Waktu Produksi dan Mengoptimalkan Inventory” Penerbit Leutikaprio. [email protected] 56
Darius Shyafary, lahir di Samarinda 22 Januari 1978. Menyelesaikan pendidikan Sarjana (S-1) Fakultas Kehutanan Bidang Manjemen Hutan di Universitas Lambung Mangkurat pada tahun 2002. Melanjutkan pendidikan Magister (S-2) Ekonomi di Universitas Mulawrman Samarinda pada tahun 2006 dengan bidang keahlian Ekonomi. Tahun 2013 menyelesaikan studi Doktor di Universitas Airlangga Surabaya. Penulis merupakan pengajar tetap Politeknik Negeri Samarinda di Jurusan Desain terhitung sejak 2002, dan mengampu beberapa mata kuliah antara lain Metodologi Penelitian, ISBD, Ilmu Populer. 57
Search