Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore SOSIOLOGI KELAS X

SOSIOLOGI KELAS X

Published by SMA NEGERI 1 SAMADUA, 2022-06-08 12:47:08

Description: BUKU PEGANGAN SISWA

Keywords: sosiologix,sosiologikelasXI,sosiologikurikulummerdeka

Search

Read the Text Version

142 Sosiologi Kelas X

Sifat pengendalian sosial: Cara pengendalian sosial: – pengendalian preventif, – pengendalian sosial melalui – pengendalian represif, – pengendalian gabungan, sosialisasi, – pengendalian reprsif, dan – pengendalian kelompok primer, – pengendalian koersif. – pengendalian kelompok se- kunder, dan – pengendalian sosial melalui kekuatan. PENGENDALIAN SOSIAL Alat pengendalian sosial: Agen pengendalian sosial: – cemoohan/ejekan, – polisi, – desas-desus, – pengadilan, – pendidikan, – sekolah, – ostrasisme, – keluarga, – fraudulens, – pengadilan adat, – teguran, – tokoh masyarakat, – agama, – media massa, dan – intimidasi, – mahasiswa. – kekerasan fisik, dan – hukum. Kata kunci pengendalian sosial, kebaikan adat-istiadat, ganjaran, teguran, hukum, polisi, pengadilan, pengadilan adat. Pengendalian Sosial 143

A. Pengendalian Sosial Peraturan merupakan ketentuan yang berlaku di masyarakat yang berisi hal-hal mengenai hak dan kewajiban setiap anggota. Peraturan biasanya dilengkapi sanksi sebagai kekuatan untuk memaksa. Sayangnya, sebagian orang bersikap apriori terhadap peraturan setelah melihat banyak anggota masyarakat yang melanggarnya, secara sengaja atau tidak. Bukan alasan kuantitatif yang mendasari sikap apriori ini, tetapi karena orang tersebut tidak yakin pada mekanisme penegakan peraturan. Padahal, menindak pelanggar peraturan merupakan wujud pengendalian sosial. Bagaimana pengertian pengendalian sosial itu? 1. Pengertian Pengendalian Sosial Menurut Peter L. Berger (1978) pengendalian sosial merupakan berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang. Selain itu, Joseph S. Roucek seperti yang dikutip oleh Soerjono Soekanto (1989), mengemukakan bahwa pengendalian sosial adalah proses baik terencana maupun tidak yang bersifat mendidik, mengajak, bahkan memaksa semua warga masyarakat agar mematuhi kaidah sosial yang berlaku. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pengendalian sosial adalah cara dan proses pengawasan yang diren- canakan atau tidak direncanakan guna mengajak, mendidik, serta me- maksa warga masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan norma sosial. 2. Sifat Pengendalian Sosial Ayah dan ibu memberi nasihat agar kalian rajin belajar dan tidak lupa berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ini salah satu bentuk pengendalian sosial. Seorang polisi lalu lintas mengatur arus kendaraan di perempatan jalan yang selalu ramai setiap jam berangkat sekolah. Ini pun bentuk pengendalian sosial. Jika demikian, pengendalian sosial dibagi menjadi beberapa sifat. Untuk memahami hal ini, kalian bisa menyimak skema berikut. Pengendalian Preventif • Usaha mencegah terjadinya penyimpangan norma dan nilai. • Dilakukan sebelum terjadi penyimpangan. Pengendalian Sosial Pengendalian Represif • Usaha mengembalikan keserasian yang terganggu akibat adanya Adalah cara dan proses pengawasan yang direncanakan atau tidak direncanakan yang pelanggaran norma. bertujuan mengajak, mendidik,danmemaksa • Dilakukan setelah terjadi pelanggaran. warga masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan norma sosial. Pengendalian Gabungan Usaha mencegah terjadinya penyimpangan sekaligus memulihkan kembali ke keadaan semula sehingga tidak merugikan pelaku atau orang lain. Pengendalian Persuasif Usaha pengendalian sosial dengan memberikan bimbingan pada masyarakat. Pengendalian Koersif Usaha pengendalian sosial dengan cara menggunakan kekerasan. 144 Sosiologi Kelas X

Selain ketiga sifat pengendalian sosial tersebut, masih terdapat pengendalian resmi dan pengendalian tidak resmi. Pengertian kedua pengendalian itu sebagai berikut. 1. Pengendalian resmi: – Pengawasan didasarkan pada penugasan oleh badan-badan resmi. – Cara pengendalian diatur dengan peraturan formal. – Lembaga pengendalian resmi, antara lain kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan mahkamah militer. 2. Pengendalian tidak resmi: – Pengendalian dilakukan untuk memelihara peraturan-peraturan tidak resmi milik masyarakat. – Peraturan tidak dirumuskan secara jelas dan diwujudkan dalam hukum tertulis, tetapi diingatkan oleh masyarakat. – Dilakukan dalam kelompok primer, seperti keluarga, RT, asrama, paguyuban kematian, atau kumpulan arisan. Dari materi di depan setidaknya kalian dapat memahami beberapa pengertian dasar mengenai pengendalian sosial. Untuk menambah pengetahuanmu tentang pengendalian sosial, bacalah buku-buku referensi. Bersama kelompokmu cobalah cari buku-buku referensi yang mengulas mengenai pengendalian sosial. Baca serta pahamilah pem- bahasan tersebut. Kemudian buatlah sebuah tulisan seputar pengendalian sosial. Serta- kan pula fakta-fakta maupun data-data yang menguatkan tulisanmu. Tuliskan pula sumber di mana kalian mengambil suatu teori. Kerjakanlah tugas ini secara bersama-sama. Hasil- nya serahkan kepada guru sebagai bahan penilaian atas prestasimu. Selamat bekerja! B. Upaya Melakukan Pengendalian Sosial 145 Masih ingat kasus Timika? Waktu itu terjadi bentrokan yang melibatkan dua suku, yaitu suku Nduga dan suku Damal. Dalam kasus ini, polisi bertindak tegas terhadap setiap pelaku yang terlibat. Ketegasan polisi dimaksudkan untuk menegakkan hukum demi tercipta rasa aman dan tertib di kalangan masya- rakat. Alhasil, delapan orang yang diduga sebagai provokator telah ditahan. Namun, polisi pun melakukan pendekatan secara persuasif. Tindakan ini seperti memberi pemahaman dan pengertian antara kedua kelompok tersebut. Selain itu polisi juga menahan beberapa orang yang dianggap sebagai provokator aksi itu. Tindakan-tindakan tersebut merupakan salah satu cara pengendalian sosial. Masih ada sejumlah cara pengendalian sosial lain yang dapat digunakan di masyarakat. Pengendalian Sosial

1. Cara Pengendalian Sosial Supaya tercipta ketertiban sosial, masyarakat perlu menyikapi berbagai perilaku menyimpang di masyarakat. Upaya untuk mengem- balikan kondisi masyarakat itu dapat dilakukan melalui cara-cara berikut. a. Pengendalian Sosial melalui Sosialisasi Perilaku orang dikendalikan dengan mensosiali- sasikan peran yang sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut dilakukan melalui penciptaan kebiasaan dan rasa senang. Sosialisasi membentuk kebiasaan, keinginan, dan adat-istiadat. Para anggota masyarakat dididik dalam kebiasaan yang sama. Oleh karena itu, mereka cenderung menjadi alat ukur yang baik bagi perilaku seseorang dalam sebuah kelompok. Bilamana semua anggota masyarakat memiliki pengalaman sosialisasi yang sama, maka mereka secara sukarela Sumber: Solo Pos, 24 November 2006 dan tanpa berpikir panjang akan berperilaku sama. Mereka akan menyesuaikan diri dengan harapan- Gambar 6.1 Polisi mensosialisasikan aturan harapan sosial, tanpa menyadari bahwa mereka sedang berlalu lintas kepada para penge- melaksanakan penyesuaian ataupun tanpa adanya mudi angkutan umum. pertimbangan yang serius. Melalui sosialisasi, seseorang menginternalisasikan (meng- hayati) norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakatnya. Hal tersebut berarti menjadikannya sebagai bagian dari perilaku otomatis seseorang yang dilakukan tanpa berpikir. Orang yang menginternali- sasikan suatu nilai secara penuh akan menerapkan nilai tersebut meskipun tidak ada orang lain yang melihatnya. Keinginannya untuk melanggar nilai tersebut sangat kecil. Jika dia sungguh-sungguh tergoda, maka hati kecilnya akan mencegah pelanggaran tersebut. b. Pengendalian Sosial melalui Tekanan Sosial Lapiere (1954) melihat pengendalian sosial terutama sebagai suatu proses yang lahir dari kebutuhan individu akan penerimaan kelompok. Ia mengatakan bahwa kelompok akan sangat berpengaruh jika anggotanya sedikit dan akrab, jika kita ingin tetap berada dalam kelompok itu untuk jangka waktu lama, dan kita sering berhubungan dengan para anggota kelompok tersebut. Kebutuhan manusia akan penerimaan kelompok merupakan alat penunjang yang paling hebat yang dapat dipakai untuk menerapkan keinginan kelompok demi pengejawantahan norma-norma kelompok. Anggota baru suatu kelompok lebih berhati-hati dalam menyesuaikan diri dan jauh lebih setia daripada anggota lama. Pengendalian kelompok dibedakan sebagai berikut. 1) Pengendalian Kelompok yang Informal Primer Pengendalian dalam kelompok primer terjadi secara infor- mal, spontan, dan tanpa direncanakan. Para anggota kelompok bereaksi terhadap perilaku sesamanya. Bilamana seorang anggota kelompok menyakiti atau menyinggung perasaan ang- gota lainnya, maka mereka itu mungkin akan menunjukkan pera- saan ketidaksenangannya dengan jalan mengejek, menertawai, 146 Sosiologi Kelas X

mengkritik, atau bahkan menyisihkan anggota tersebut dari pergaulan. Apabila perilaku se- orang anggota menyenangkan, maka imbalan yang biasa diterimanya ialah perasaan di- terima yang menyenangkan. Manusia normal di mana saja memer- lukan dan berupaya memperoleh pengakuan dari orang lain, terutama dari orang-orang yang termasuk dalam kelompok primer. Kelompok primer memberikan keintiman manusiawi. Tun- tutan kebutuhan akan penerimaan dan penga- kuan semacam itu membuat kelompok primer berperanan sebagai lembaga pengendalian yang sangat hebat. 2) Pengendalian Kelompok Sekunder Kelompok sekunder pada umumnya lebih Sumber: Pasific Friend, Vol. 29, No. 1 besar, lebih impersonal, dan mempunyai tujuan yang khusus. Kita tidak menggunakan Gambar 6.2 Dalam kelompok primer, pe- kelompok ini untuk memenuhi kebutuhan kita ngendalian sosial bersifat spon- tan, informal, dan tidak direncanakan. akan hubungan yang intim dan manusiawi. Tetapi kita mem- butuhkannya untuk membantu menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengendalian formal merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh kelompok sekunder, misalnya peraturan resmi dan tata cara yang distandardisasi; propaganda; hubungan masyarakat; rekayasa masyarakat; kenaikan golongan atau pangkat; pem- berian gelar, imbalan, dan hadiah; serta penjatuhan sanksi dan hukuman formal. c. Pengendalian Sosial melalui Kekuatan Pada masyarakat yang memiliki penduduk dalam jumlah yang besar dan kebudayaan yang lebih kompleks diperlukan pemerintahan formal, peraturan hukum, dan pelaksanaan hukuman. Apabila sese- orang tidak mau menaati peraturan, maka kelompok akan mencoba memaksanya untuk taat pada peraturan tersebut. Namun pada ke- lompok yang besar, keberadaan individu terlalu sulit untuk dapat dikendalikan oleh tekanan kelompok secara informal. Itulah sebab- nya masyarakat konvensional kadang menggunakan kekuatan dalam bentuk peraturan hukum dan hukuman formal demi memaksakan terciptanya kadar konformitas minimum yang diperlukan. Kekuatan itu tidak selamanya berhasil, namun tetap dipergunakan pada setiap masyarakat yang kompleks. Agar warga masyarakat berperilaku sesuai dengan norma sosial, Koentjaraningrat juga menyarankan beberapa cara yang bisa ditempuh. Pertama, dengan mempertebal keyakinan para warga masyarakat akan kebaikan adat-istiadat yang ada. Jika warga yakin pada kelebihan yang terkandung dalam aturan sosial yang berlaku, maka dengan rela warga akan mematuhi aturan itu. Pengendalian Sosial 147

Kedua, dengan memberi ganjaran kepada warga masyarakat yang biasa taat. Pemberian ganjaran melambangkan penghargaan atas tindakan yang dilakukan individu. Selanjutnya, individu akan termotivasi untuk mengulangi tindakan tersebut. Ketiga, mengembangkan rasa malu dalam jiwa masyarakat yang menyeleweng dari adat-istiadat. Individu yang menyimpang dari aturan dihukum agar jera dan tidak mengulanginya kembali. Keempat, mengembangkan rasa takut dalam jiwa warga masya- rakat yang hendak menyeleweng dari adat-istiadat dengan berbagai ancaman dan kekuasaan. Rasa takut timbul dari pengalaman individu setelah dikenai sanksi, atau dari pengamatan terhadap penerapan sanksi atas orang lain. Rasa takut itu mencegah individu untuk melakukan pelanggaran aturan. Di era reformasi, masyarakat kita berani bersikap kritis. Kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan akan dilawan. Mereka tidak segan mengancam akan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagaimana upaya pemerintah guna menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia? Apakah alternatif cara yang terlintas di benakmu? Diskusikanlah bersama tiga orang temanmu. Tulislah hasilnya lalu presentasikan di depan kelas. Kelompok lain bertugas untuk menanggapi. 148 2. Alat Pengendalian Sosial Masyarakat menginginkan tercapainya ketertiban sosial agar aktivitas hidupnya berlangsung dengan lancar. Menyadari adanya ber- bagai kepentingan individu, maka peluang terjadinya perilaku menyim- pang sangat besar. Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan berbagai alat pengendalian sosial, antara lain sebagai berikut. a. Cemoohan atau Ejekan Masyarakat akan mencemooh atau mengejek individu atau kelompok yang melakukan penyimpangan. Adakalanya cemoohan justru merupakan hukuman yang sangat berat bagi si pelaku pe- nyimpangan, bahkan dapat lebih menyakitkan dibandingkan dengan hukuman fisik. Bisa jadi akibat yang ditimbulkan juga dirasakan oleh keluarga dan kerabat, atau kelompoknya. b. Desas-Desus atau Gosip Desas-desus dapat menyebabkan rasa malu bagi yang digosip- kan. Gosip biasanya terjadi karena kritik yang disampaikan tidak dapat dikomunikasikan. Gosip yang benar justru sering mengena, artinya orang yang digosipkan menjadi sadar atas perbuatan menyimpangnya dan kembali kepada nilai-nilai serta norma yang berlaku. Sosiologi Kelas X

c. Pendidikan Pendidikan, baik yang dilakukan di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat merupakan salah satu cara pengendalian sosial yang telah melembaga di masyarakat. Melalui pendidikan, warga masyarakat dibimbing untuk mematuhi nilai dan norma masyarakat sehingga tidak melakukan perilaku menyimpang. d. Ostrasisme Ostrasisme menunjuk pada tindakan mem- biarkan seseorang hidup dan bekerja dalam ke- Sumber: Dokumentasi IP, 2006 lompok itu, tetapi tidak seorang pun berbicara Gambar 6.3 Anak perlu dididik menjaga ke- dengannya, bahkan ditegur pun tidak. Orang sehatan dirinya agar tindakannya yang menerima perilaku seperti ini adalah orang- tidak merugikan kesehatannya. orang yang berperilaku menyimpang dari nilai- nilai dan norma-norma kelompok atau masyarakat. Orang yang me- nerima perlakuan ostrasisme merasa sangat tidak enak dan men- derita. Keberadaannya dalam masyarakat dianggap tidak ada. Dengan demikian, diharapkan yang bersangkutan sadar dan kembali mematuhi nilai-nilai serta norma-norma yang berlaku. e. Fraudulens Fraudulens merupakan bentuk pengendalian sosial yang umum- nya terdapat pada anak kecil. Misalnya, jika dua orang anak kecil bertengkar, mereka akan saling mengancam bahwa ia mempunyai kakak yang dapat mengalahkan lawan bertengkarnya. Inilah yang di dalam masyarakat disebut sebagai beking. Sebenarnya orang dewasa pun sering juga melakukan hal ini, dengan harapan lawan tidak berani menghadapinya. f. Teguran Teguran merupakan cara pengendalian sosial melalui perkataan atau tulisan secara langsung. Seorang siswa yang menyontek pada waktu ulangan akan ditegur oleh guru. Teguran dilakukan agar pelaku perilaku menyimpang segera menyadari kekeliruannya dan mem- perbaiki dirinya. g. Agama Agama memberikan pedoman kepada para pemeluknya tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang dilarang untuk dilakukan. Ajaran agama lebih tertanam pada sanubari setiap pe- meluknya sehingga agama merupakan alat pengendalian sosial yang sangat handal. Pelaku penyimpangan akan terbebani oleh perasaan berdosa, dan dosa itu hanya akan terampunkan dengan cara bertobat. h. Intimidasi Intimidasi merupakan cara pengendalian sosial yang dilakukan dengan paksaan, biasanya dengan cara mengancam atau menakut- nakuti. Aparat penegak hukum sering menggunakan cara ini untuk mengorek keterangan dari orang yang dimintai keterangannya. Pengendalian Sosial 149

i. Kekerasan Fisik Kekerasan fisik yang digunakan untuk mengendalikan perilaku sese- orang antara lain memukul, menampar, dan melukai. Kekerasan fisik mencerminkan ketidaksabaran seseorang dalam menangani suatu masalah, termasuk masalah perilaku menyimpang. j. Hukum Hukum merupakan alat pengendalian sosial yang secara nyata memberikan sanksi terhadap pelaku penyimpangan. Adanya aturan hukum yang jelas dengan sanksi yang tegas, dapat mengendalikan setiap anggota masyarakat terhadap pelanggaran nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku. Paparan panjang lebar itu akan lebih mudah dipahami bila kalian merangkumnya dalam sebuah peta pikiran seperti berikut. Coba kalian salin pada selembar kertas ukuran folio, serta tambahkan beragam hiasan warna dan bentuk agar tampil menarik. Cemoohan/Ejekan Desas-Desus/Gosip Pendidikan Hukum Ostrasisme ALAT Fraudulens PENGENDALIAN SOSIAL Teguran Agama Intimidasi Kekerasan Fisik Seorang pejabat diduga melakukan penyelewengan dana bantuan pemerintah sebesar lima milyar rupiah. Dana itu semestinya disalurkan kepada para pengusaha kecil agar dapat berkembang. Tetapi uang itu digunakannya untuk memperbarui fasilitas rumah dinasnya. Sang pejabat juga membeli dua mobil mewah baru serta mengganti semua perabot rumah tangga. Para staf tidak berani mengingatkan. Mereka takut diberhentikan dari pekerjaannya. Kasus ini tercium oleh media massa sehingga diangkat pada halaman muka berbagai media. Masyarakat luas pun mengetahuinya. Bagaimana cara mengatasi masalah ini? Apa alat pengendalian sosial yang bisa digunakan? Coba temukan jawabannya dengan menganalisis masalah tersebut. Tulislah hasilnya pada selembar kertas dan serahkan kepada gurumu untuk dinilai. 150 Sosiologi Kelas X

C. Agen Pengendalian Sosial Terdapat beberapa agen pengendalian sosial yang akan menegakkan aturan dalam masyarakat. Dalam setiap agen terdapat petugas yang diberi kewenangan untuk mengawasi dan mengendalikan orang atau kelompok yang menyimpang dari aturan, serta menyadarkannya agar bertindak sesuai dengan norma sosial. 1. Polisi Polisi merupakan aparat negara yang mempunyai tugas utama men- jaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban tersebut, polisi mengendalikan atau mengawasi perilaku masyarakat agar tidak menyimpang atau melanggar norma-norma hukum yang berlaku. Polisi mempunyai wewenang untuk menangkap dan menahan seseorang yang melanggar hukum. Peranan polisi memang sangat penting dalam suatu masyarakat. Jika tidak ada polisi atau polisinya lemah, maka akan sangat sulit men- ciptakan suatu keadaan masyarakat yang tertib, karena pelanggaran hukum mungkin terjadi di mana-mana. Dengan adanya polisi, warga masyarakat menjadi takut melakukan pelanggaran hukum. Polisi pun mempunyai kekuasaan yang memaksa agar masyarakat mau mematuhi hukum. 2. Pengadilan Pengadilan yaitu lembaga milik negara yang mempunyai wewenang untuk mengadili perkara dan menjatuhkan hukuman kepada warga masyarakat yang melanggar hukum. Lembaga pengadilan yang ada di Indonesia, meliputi Pengadilan Negeri, Penga- dilan Agama, Pengadilan Militer, Pengadilan Tata Usaha Negara, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung. Hakim-hakim di pengadilan akan memutuskan apakah seorang tersangka pelanggar hukum bersalah atau tidak. Jika seseorang dinyatakan bersalah, maka Sumber: Tempo, 8 Oktober 2000 akan menerima sanksi hukuman. Gambar 6.4 Masyarakat mendambakan Hukuman tersebut bervariasi berdasarkan atas aparat penegak hukum yang berat ringannya pelanggaran hukum yang dilakukan. bersih dan berwibawa. Selama Misalnya: hukuman administratif, hukuman penjara, lembaga pengadilan terjaga kre- hukuman mati, hukuman denda, dan lain-lain. dibilitasnya, hukum dapat di- tegakkan secara adil dan benar. Dengan adanya hukuman dari pengadilan, maka setiap anggota masyarakat dipaksa untuk kembali mematuhi nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. 3. Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal. Guru berkewajiban mendidik dan mengajar para siswa. Mendidik lebih intensif daripada mengajar. Ketika mendidik para siswa, guru akan menanamkan nilai dan norma sosial yang akan membangun kepribadian para siswa. Hal ini mesti dilakukan agar para siswa bisa menjadi individu beradab. Pengendalian Sosial 151

Upaya tersebut ditempuh dengan memberikan contoh, memberi nasihat, memberi teguran, bahkan menghukum para siswa yang melang- gar norma. 4. Keluarga Keluarga dapat berperan sebagai pranata pengendalian sosial bagi anak- anak. Peranan keluarga dalam pengendalian sosial sangat besar, sebab lingkungan keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak- anak untuk belajar hidup sosial, termasuk mengenal nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. 5. Pengadilan Adat Pengadilan adat merupakan suatu lembaga yang terdapat pada masya- rakat yang masih kuat memegang adat-istiadat. Lembaga adat bertugas untuk mengawasi atau mengendalikan warga yang melanggar norma adat. Hukuman bagi para pelanggar norma adat dapat berupa denda atau diusir dari lingkungan masyarakat adat yang bersangkutan. 6. Tokoh Masyarakat Tokoh masyarakat adalah para pemimpin masyarakat, baik formal maupun informal. Mereka ditokohkan karena memiliki pengaruh atau wibawa atau kharisma di hadapan masyarakatnya. Para tokoh masya- rakat dapat melakukan peranan pengendalian sosial terhadap warga masyarakatnya. Misalnya dengan cara mendidik, menasihati, membim- bing, membina, menegur, dan sebagainya, agar warga masyarakatnya mematuhi nilai-nilai dan norma yang berlaku. 7. Media Massa Media massa efektif juga untuk mengendalikan kehidupan sosial masya- rakat. Apalagi media massa memiliki cakupan luas, sehingga dapat mengontrol perilaku para pemimpin dan warga masyarakat. Media massa dapat pula membentuk opini publik sehingga memengaruhi sikap dan pendapat warga masyarakat tentang sesuatu hal. 8. Mahasiswa Mahasiswa sering disebut se- bagai pelaku pengendalian sosial. Demonstrasi mahasiswa untuk menuntut para pemimpin dan pe- jabat pemerintah yang melanggar norma-norma hukum sehingga merugikan rakyat dan negara adalah salah satu contoh pengen- dalian sosial. Sumber: Tempo, 9 Juli 2006 Gambar 6.5 Mahasiswa berdemonstrasi menuntut penegakan nilai dan norma. 152 Sosiologi Kelas X

Tema: Upaya menciptakan ketertiban sosial. Narasumber: • Kepala kepolisian resor atau sektor. • Tokoh masyarakat/tokoh agama. • Mahasiswa aktivis organisasi kampus. Waktu: 120 menit. Latar belakang pemikiran: Suasana tertib menjadi dambaan semua orang. Manusia bisa beraktivitas dengan lancar dalam suasana tertib. Berbagai tujuan hidup pun bisa diraih. Akan tetapi, dalam kenyataannya, hu- bungan antarmanusia tidak selalu ber- jalan tertib. Ada konflik antarindividu, ada persaingan antarkelompok, ada perampasan hak oleh pihak lain. Ber- bagai norma sosial terlanggar secara sengaja atau tidak. Akibatnya suasana Sumber: Tempo, 15 Desember 2002 menjadi kacau. Gambar 6.6 Aparat penegak hukum bertanggung Untuk mengembalikan suasana jawab mensosialisasikan norma-norma anomi ke tertib, diperlukan kerja sama baru kepada masyarakat, termasuk kepada pelajar. antarlembaga pengendalian sosial. Kepolisian sebagai lembaga yang berwenang menegakkan hukum formal di Indonesia, harus menindak pelaku kejahatan tanpa pandang bulu. Tokoh masyarakat atau tokoh agama yang menduduki posisi pimpinan informal dapat melakukan pendekatan persuasif kepada rakyat. Sedangkan mahasiswa yang dianggap netral kepentingan, diharapkan menjadi gerakan moral yang dinamis melakukan pengawasan terhadap kinerja lembaga pengendalian sosial. Bagaimana upaya menciptakan ketertiban sosial dalam masyarakat? Langkah-langkah apa yang mesti ditempuh oleh Polri, tokoh masyarakat atau tokoh agama, dan mahasiswa, guna mewujudkan ketertiban sosial? Jika lembaga-lembaga pengendalian sosial ini tidak berfungsi, apakah akibat yang muncul? Persiapan seminar: 1. Atas izin sekolah, undanglah para narasumber. 2. Gelarlah seminar sehari di sekolah. 3. Pilihlah moderator dan notulen seminar. 4. Kamu dianjurkan untuk membaca buku serta artikel tentang perilaku menyimpang dan pengendalian sosial. 5. Buatlah resume seminar dan kumpulkan kepada guru untuk dinilai. Pengendalian Sosial 153

Seorang ibu mengeluhkan kelakuan anaknya, yang sering melempari rumah dengan batu ketika marah. Sang ibu menduga kelakuan anaknya disebabkan oleh karena seringnya dia menonton demonstrasi anarkis di televisi. Akibat demam tayangan smack down, seorang anak di Bandung tewas setelah dikeroyok ala smack down oleh beberapa orang teman sekolahnya. Sementara, sejumlah anak yang meniru-niru adegan gulat bebas itu menderita luka berat. Ada yang gegar otak, patah tulang, atau kepala mesti dijahit. Mereka menjadi korban agresivitas teman-temannya sendiri yang meniru tayangan kekerasan di televisi itu. Dua kasus kekerasan yang melibatkan anak-anak sebagai pelaku maupun korbannya itu merupakan puncak gunung es dari fenomena kekerasan yang terjadi di masyarakat kita. Dengan memakai logika tersebut, maka kita dapat dengan mudah menemukan pelbagai bentuk perilaku menyimpang yang lainnya. Dalam lingkup keluarga, sering muncul kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yng menimbulkan trauma psikologis pada setiap pihak yang terlibat. Fenomena perilaku menyimpang tersebut menuntut penyikapan yang tepat. Tujuannya tidak lain agar warga masyarakat dapat berbuat yang sesuai dengan harapan sosial yang telah dirumuskan. Tindakan konformis diyakini dapat menjamin terciptanya ketertiban sosial guna melangsungkan kehidupan manusia. Nah, kali ini cobalah menemukan satu bentuk materi berita tentang perilaku menyimpang yang berkaitan dengan generasi muda. Manfaatkan media massa untuk menemukan materi berita yang dimaksud. Lakukan analisis terhadap kasus tersebut. Kemudian kalian rumuskan, bagaimana upaya yang dapat ditempuh untuk mengendalikan perilaku generasi muda, khususnya anak-anak? Pihak-pihak mana saja yang perlu dilibatkan dalam pengendalian sosial ini? Susunlah hasil pemikiranmu menjadi sebuah artikel. Presentasikan di depan kelas untuk ditanggapi oleh teman yang lain. Kemudian, publikasikan artikel tersebut di media massa. Sukses untuk kalian! 154 Sosiologi Kelas X

Apriori: beranggapan sebelum mengetahui keadaan yang sebenarnya. Fraudulens: bentuk pengendalian sosial dengan beking atau penggunaan kekuatan lain (individu maupun kelompok) yang lebih kuat. Ostrasisme: pengendalian sosial dengan cara mendiamkan para pelanggar norma. Tidak seorang pun berbicara dengannya, bahkan ditegur pun tidak. Dengan perlakuan itu diharapkan ia sadar kembali. Pengendalian koersif: pengendalian sosial dengan cara paksaan. Biasanya dilakukan dalam masyarakat yang tengah mengalami perubahan, ditujukan agar terbentuk norma baru. Pengendalian persuasif: pengendalian dengan cara ajakan atau persuasif. Biasanya ditujukan untuk menjaga nilai sosial dan norma sosial yang telah mapan dan dilakukan dalam masyarakat yang telah teratur. Pengendalian preventif: pengendalian sosial bertujuan mencegah terjadinya penyim- pangan sosial. Pengendalian represif: pengendalian sosial dilakukan setelah penyimpangan sosial terjadi. Propaganda: penerangan yang benar atau salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan. Provokator: orang yang melakukan perbuatan untuk membangkitkan kemarahan. Standardisasi: penyesuaian bentuk dengan pedoman yang ditetapkan. 1. Pengendalian sosial ialah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk me- nertibkan anggotanya yang membangkang. 2. Sifat pengendalian sosial dibedakan menjadi pengendalian preventif, pengendalian represif, dan pengendalian gabungan. 3. Pengendalian sosial dilakukan dengan menggunakan beberapa cara: a. pengendalian sosial melalui sosialisasi, b. pengendalian sosial melalui tekanan sosial, dan c. pengendalian sosial melalui kekuatan. 4. Agar warga masyarakat berperilaku sesuai dengan norma sosial, beberapa cara dapat ditempuh: a. mempertebal keyakinan para warga masyarakat akan kebaikan adat-istiadat yang ada, b. memberi ganjaran kepada warga masyarakat yang bisa taat, dan c. mengembangkan rasa takut dalam jiwa warga masyarakat yang hendak menye- leweng dari adat-istiadat dengan berbagai ancaman dan kekuasaan. Pengendalian Sosial 155

5. Jenis alat pengendalian sosial: f. teguran, a. cemoohan atau ejekan, g. agama, b. desas-desus atau gosip, c. pendidikan, h. intimidasi, d. ostrasisme, e. fraudulens, i. kekerasan fisik, dan j. hukum. 6. Lembaga pengendalian sosial di masyarakat: a. polisi, e. pengadilan adat, b. pengadilan, f. tokoh masyarakat, c. sekolah, g. media massa, dan d. keluarga, h. mahasiswa. A. Pilihlah jawaban yang tepat! c. Joni mengejek Septina yang di- hukum Pak Guru karena tidak 1. Pengendalian sosial adalah satu cara mengerjakan PR. yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang mem- d. Pak Ibrahim mengeluarkan Gandi bangkang. Pendapat tersebut diung- yang kepergok menyontek saat kapkan oleh . . . . ulangan harian. a. Lapiere b. Roucek e. Tentara menumpas gerombolan c. Lemert perampok yang meresahkan d. Froman warga lereng Merapi. e. Berger 4. Nadia akan pergi ke ulang tahun 2. Terciptanya suatu keadaan di mana temannya. Ibu menyuruh Vina, kakak- anggota masyarakat bertindak se- nya, untuk menemani. Ibu pun ber- suai dengan harapan kelompok atau pesan agar pulangnya jangan terlalu masyarakat yang bersangkutan me- malam. Tindakan ini merupakan pe- rupakan perwujudan . . . . ngendalian sosial yang bersifat . . . . a. fungsi pengendalian sosial a. edukatif b. cakupan pengendalian sosial b. represif c. proses pengendalian sosial c. preventif d. tujuan pengendalian sosial d. koersif e. manfaat pengendalian sosial e. kuratif 3. Pengendalian sosial preventif ditun- 5. jukkan oleh tindakan . . . a. Polisi menangkap pencopet di Jam belajar masyarakat pasar induk. pukul 18.30–20.30. b. Ayah menasihati Indra supaya tidak lagi mandi di sungai berair Agar program ini berhasil, langkah cokelat itu lagi. yang dapat ditempuh antara lain . . . . 156 Sosiologi Kelas X

a. melarang warga menghidupkan 8. Pembongkaran rumah-rumah liar di televisi pada pukul 18.30 – 20.30 jalur hijau dan taman kota yang terjadi di kota besar, termasuk pengendalian b. menghukum anak usia sekolah sosial dengan cara . . . . yang tertangkap basah berada a. persuasif di luar rumah pada jam tersebut b. koersif c. preventif c. mengimbau orang tua untuk me- d. isolatif mantau ketertiban belajar anak- e. edukatif anak 9. Jenis pengendalian sosial yang d. menarik denda pada pengelola cukup efektif karena menyangkut ke- warung internet (warnet) yang yakinan seseorang tentang sesuatu menerima kedatangan pengun- yang dianggap benar adalah . . . . jung usia sekolah pada jam ter- a. agama sebut b. gosip c. pendidikan e. menutup semua tempat bermain d. hukuman play station (PS) yang ada di e. teguran lingkungan setempat 10. 6. Perhatikan jenis-jenis pengendalian Korupsi, kolusi, dan nepotisme sosial berikut. masih terus berlangsung di 1) Gosip atau desas-desus adanya negeri ini. Momen reformasi korupsi di perusahaan. gagal dimanfaatkan untuk me- 2) Teguran secara langsung ter- lakukan perubahan mendasar hadap siswa yang terlambat. menuju kondisi yang lebih baik. 3) Pendidikan budi pekerti di se- kolah negeri dan swasta. Agar cita-cita mewujudkan Indonesia 4) Penghayatan agama yang di- baru itu tidak terhenti di tengah jalan, pahami secara baik dan benar. diperlukan kontrol sosial dari elemen masyarakat yang dianggap kritis dan Pengendalian sosial yang dikate- relatif bersih dari kepentingan. Mereka gorikan bersifat preventif adalah adalah . . . . nomor . . . . a. lembaga swadaya masyarakat a. 1) dan 2) b. mahasiswa b. 1) dan 3) c. politisi c. 2) dan 3) d. anggota dewan d. 2) dan 4) e. pakar politik e. 3) dan 4) B. Jawablah soal-soal berikut dengan tepat! 7. Sejak kecil, Nana selalu dididik oleh orang tuanya untuk melakukan ke- 1. Tujuan pengendalian sosial ialah wajibannya, seperti membersihkan mengajak, mendidik, dan memaksa rumah dan merapikan kamar. Lambat warga masyarakat untuk berperilaku laun timbul rasa senang dalam dirinya sesuai dengan norma sosial. Berilah ketika ia telah melakukan kewaji- penjelasan mengenai pernyataan bannya. tersebut! Peristiwa di atas merupakan cara pe- ngendalian sosial melalui . . . . a. persuasif b. koersif c. preventif d. sosialisasi e. tekanan sosial Pengendalian Sosial 157

2. Jelaskan mengapa di sekolahmu ter- 7. Tunjukkan berbagai jenis lembaga dapat tata tertib! pengendalian sosial yang ada di dae- rahmu! 3. Menurutmu, apakah cara pengen- dalian sosial yang tepat dalam menga- 8. Bagaimana cara suatu kelompok tasi perkelahian antarwarga? informal melakukan pengendalian sosial terhadap para anggotanya? 4. Bedakan pengertian pengendalian preventif dengan represif! Berilah 9. Apakah akibat tidak berfungsinya contohnya! lembaga pengendalian sosial? 5. Bedakan cara pengendalian sosial 10. Sekalipun beragam upaya pengen- persuasif dengan cara koersif! Berilah dalian sosial telah dilakukan, tetapi contohnya! sangat sulit untuk menghapus pe- nyimpangan. Mengapa demikian? 6. Mengapa pendidikan merupakan salah satu jenis alat pengendalian sosial? 158 Sosiologi Kelas X

A. Pilihlah jawaban yang tepat! 4. Teori baru sosiologi merupakan pe- nyempurnaan teori-teori yang sudah 1. Saat kecil, Hotma diberitahu ada. Hal ini menunjukkan bahwa neneknya bahwa memakan biji cabai sosiologi bersifat . . . . akan menumbuhkan pohon cabai di a. empiris atas kepalanya.Namun berkali-kali b. teoretis Hotma menelan biji cabai, ternyata c. kumulatif tidak pernah tumbuh pohon cabai di d. bukan etika kepalanya. Hotma menyimpulkan e. logis bahwa anggapan tentang biji cabai itu tidaklah benar. 5. Peneliti mengadakan pengamatan Pengalaman Hotma menghasilkan langsung terhadap gejala-gejala yang satu pengetahuan baru baginya, diselidiki. Teknik pengumpulan data karena . . . . . tersebut dinamakan . . . . a. didasarkan pada pengamatan a. observasi sepintas lalu b. interview b. berasal dari pengetahuan waris- c. questioner an leluhur d. angket c. ternyata ada orang yang kepala- e. inquiry nya ditumbuhi pohon cabai d. biji cabai membuat Hotma se- 6. Perbedaan antara fakta dan data makin cerdas ditunjukkan oleh pernyataan . . . . e. kesimpulan dapat dibuktikan a. fakta adalah kenyataan, sedang- melalui pemeriksaan pancaindra kan data merupakan kumpulan fakta 2. Yang diberi gelar sebagai Bapak b. data adalah kenyataan, sedang- Sosiologi Modern ialah . . . . kan fakta merupakan temuan a. Talcott Parson yang belum diuji kebenarannya b. Max Weber c. fakta diperoleh dari penelitian, c. Auguste Comte sedangkan data sebagai pen- d. Karl Marx dukung penelitian e. Emile Durkheim d. data merupakan suatu peleng- kap dari fakta yang telah ada 3. Dua kegunaan sosiologi adalah untuk e. setiap data merupakan suatu .... fakta, sebaliknya tidak setiap a. perencanaan dan pembangunan fakta merupakan data masyarakat b. pembangunan dan penelitian 7. Yang termasuk unsur-unsur kebu- ilmiah dayaan universal di antaranya adalah c. meningkatkan daya dan ke- .... mampuan manusia a. bahasa dan adanya Sumpah d. mempelajari kehidupan manusia Pemuda dan masyarakat b. keanekaragaman budaya dan e. membicarakan fakta-fakta dan suku bangsa data-data Latihan Ulangan Kenaikan Kelas 159

c. sistem ilmu pengetahuan dan 12. kesenian Perhatikan pernyataan berikut! 1) Menerapkan sistem keke- d. organisasi kemasyarakatan dan rabatan unilateral. partai politik 2) Dasar pewarisan ditarik me- lalui garis ayah atau ibu. e. sistem mata pencaharian dan 3) Cara berpikirnya irasional lapangan kerja dan magis. 4) Menggunakan nama keluar- 8. Yang termasuk kebudayaan imma- ga ayah atau ibu. terial adalah . . . . a. moral dan pakaian Dari pernyataan di atas, yang ter- b. pandangan hidup dan peralatan masuk ciri-ciri kekerabatan adalah c. alat-alat produksi dan keper- nomor . . . . cayaan a. 1) dan 2) d. falsafah hidup dan gagasan b. 1) dan 3) e. rumah adat dan candi-candi c. 1) dan 4) d. 2) dan 3) 9. e. 2) dan 4) 1) Adanya kelompok manusia. 2) Telah bertempat tinggal 13. Perhatikan pernyataan berikut! lama. 1) Persamaan budaya. 3) Adanya peraturan yang 2) Persamaan bahasa. dipatuhi. 3) Persamaan cita-cita. 4) Adanya ikatan adat-istiadat. 4) Persamaan asal daerah. 5) Adanya persamaan status di 5) Persamaan nasib. antara para anggota. Manakah yang sesuai dengan definisi Yang merupakan unsur permanen suku bangsa sebagai suatu kelom- dalam masyarakat adalah . . . . pok sosial? a. 1), 2), dan 3) a. 1), 3), dan 5) b. 1), 2), dan 4) b. 2), 3), dan 4) c. 1), 4), dan 5) c. 3), 4), dan 5) d. 2), 3), dan 5) d. 1), 2), dan 4) e. 2), 3), dan 4) e. 2), 4), dan 5) 10. Dasar terbentuknya komunitas ialah 14. Dua syarat terjadinya interaksi sosial .... adalah . . . . a. individu a. kontak sosial dan reaksi sosial b. adat-istiadat b. kontak sosial dan komunikasi c. norma sosial d. identitas c. komunikasi sosial dan reaksi e. lokalitas sosial d. reaksi sosial dan hubungan 11. Perasaan saling memerlukan diantara sosial anggota komunitas serta keyakinan e. hubungan sosial dan kontak bahwa tanah yang mereka tinggali sosial memberikan kehidupan kepada mereka seluruhnya disebut . . . . a. etnosentris b. sentimen komunitas c. in group feeling d. megalomania e. chauvinisme 160 Sosiologi Kelas X

15. 18. Peranan nilai sosial dalam proses Zulfikar melihat kondisi interaksi antarindividu atau kelompok korban kecelakaan itu parah. adalah . . . . Zulfikar segera menghen- a. menjaga keteraturan sosial tikan sebuah pick up yang b. memberi arah orientasi tindakan sedang melintas, dan me- c. menjamin ketertiban umum mintanya membawa korban d. mengatur hubungan sosial ke rumah sakit. e. memenuhi kebutuhan sosial Menurut Max Weber, tindakan 19. Contoh perilaku yang harus Zulfikar itu termasuk jenis . . . . ditampilkan oleh seorang siswa ialah a. Zwerk Rational .... b. traditional actions a. mendapatkan perlakuan yang c. affectual action layak dari kepala sekolah, guru, d. practise action dan pegawai tata usaha e. Werk Rational b. memperoleh kesempatan yang sama dengan teman-teman lain 16. Karena begitu mengidolakan Sanchai c. menghayati peraturan tata tertib dalam serial Meteor Garden, Susi sekolah dengan baik dan ikut-ikutan menata rambutnya dengan sungguh-sungguh model rebonding. d. menghormati sesama teman, Perbuatan Susi itu merupakan contoh guru, maupun pegawai tata .... usaha a. simpati e. melaksanakan peraturan tata b. sugesti tertib sekolah sepanjang hal itu c. identifikasi dapat memuaskan keinginan d. imitasi sendiri e. empati 20. 17. Interaksi sosial antara individu Perhatikan konsep-konsep berikut! dengan kelompok terlihat pada . . . 1) Keluarga besar Wijayakusumah a. Raihan menyanyikan lagu 2) Ikatan Sarjana Sosiologi Senyum di hadapan ribuan Indonesia peserta pengajian. 3) Rukun Tetangga 01 Kelurahan b. Tim Basket SMA Kalpataru Mulia bertanding dengan tim Basket 4) Harley Davidson Club SMA Nusantara. Indonesia c. Mantan Presiden RI, B.J. 5) Kelompok dasa wisma Habibie, memberi kesaksian dalam sidang kasus pelangga- Bentuk nyata gemeinschaft of mind ran HAM di PN Jakarta. ditunjukkan oleh pernyataan nomor d. Sinta menelepon Rama supaya .... menjemputnya di tempat kursus a. 2) dan 5) piano. b. 1) dan 3) e. Hengki menampar Dino yang c. 2) dan 4) menghinanya di kelas. d. 3) dan 5) e. 1) dan 2) Latihan Ulangan Kenaikan Kelas 161

21. Tahap seorang anak menirukan peran- c. 2), 4), dan 6) peran yang dilakukan orang dewasa d. 1), 4), dan 6) disebut . . . . e. 4), 5), dan 6) a. play stage b. game stage 25. Salah satu faktor perubahan sosial c. preparatory stage yang berasal dari luar masyarakat d. imitation adalah . . . . e. internalisation a. perubahan struktur sosial b. pergeseran nilai dan sikap 22. Yang termasuk lembaga pendidikan c. timbulnya peperangan adalah . . . . d. terjadinya ledakan penduduk a. sekolah menengah atas dan e. adanya penemuan baru kelompok bermain Embun Bening b. balai latihan kerja dan taman 26. kanak-kanak c. SMP Negeri 17 Pekanbaru dan Pada saat ulangan, tidak satu perguruan tinggi swasta pun siswa yang menyontek. d. Universitas Indonesia dan Universitas Hasanuddin Hal ini menunjukkan bahwa para e. sekolah alam dan LPK Mahardika siswa menjunjung tinggi nilai . . . . a. immaterial 23. Penemuan baru dapat dikatakan b. keindahan invention apabila . . . . c. moral a. disebarluaskan ke masyarakat d. kerohanian b. disebarluaskan, diterima, dan e. material diterapkan ke masyarakat c. masyarakat tidak menolak pene- 27. Dian mencium tangan ibunya saat muan baru akan berangkat les. Di tempat lain, d. secara tidak sadar masyarakat Dina melambaikan tangan pada menerapkan penemuan baru ibunya saat akan berangkat sekolah. e. disebarluaskan dan diterima ma- Walaupun perbuatan Dian dan Dina syarakat dilakukan sebagai bentuk penghor- matan terhadap orang tua, namun 24. berbeda bentuknya. Realitas sosial Perhatikan pernyataan berikut! ini menunjukkan bahwa nilai sosial 1) Kontak dengan kebudayaan ..... lain. a. berisi anggapan dari berbagai 2) Sistem pelapisan sosial yang objek dalam masyarakat tertutup. b. bervariasi antarmasyarakat yang 3) Penduduk yang heterogen. berbeda 4) Takut akan terjadi kegoyahan c. merupakan hasil interaksi sosial pada integrasi sosial dan budaya. antarwarga 5) Sistem pendidikan yang maju. d. terbentuk melalui proses belajar 6) Konservatisme masyarakat. e. berpengaruh berbeda terhadap setiap individu Tiga faktor yang merupakan rintang- an perubahan sosial budaya dalam 28. Norma dijadikan sebagai pedoman masyarakat adalah nomor . . . . hidup dalam memenuhi kebutuhan a. 1), 2), dan 3) sosial, karena . . . . b. 2), 3), dan 5) a. norma adalah peraturan hidup yang berisi perintah dan larangan 162 Sosiologi Kelas X

b. kebutuhan sosial terwujud dalam Dari pernyataan di atas, yang ter- usaha memenuhi kebutuhan masuk peran sosialisasi primer dan dasar sekunder adalah nomor . . . . a. 1), 2) dan 3), 4) c. dalam memenuhi kebutuhan b. 1), 3) dan 2), 4) sosial manusia memerlukan c. 1), 4) dan 2), 3) pedoman hidup d. 2), 3) dan 1), 4) e. 2), 4) dan 3), 1) d. tanpa pedoman hidup, kehidupan masyarakat akan kacau-balau 32. Karena keluarga selalu menyebut diri Alya sebagai anak rajin, Alya merasa e. tanpa norma tidak akan tercipta bahwa dirinya rajin. Oleh karena itu keseimbangan sosial dalam Alya berusaha membuktikan bahwa kehidupan dirinya memang anak rajin kepada lingkungan sekitar. 29. Menurut aturan Banjar pada masya- Terbentuknya kepribadian Alya dapat rakat Bali, warga Banjar yang tidak dijelaskan dengna menggunakan mau terlibat dalam pasuka-dukaan teori . . . . akan dikucilkan. a. konflik budaya Aturan Banjar tersebut termasuk b. anomi contoh . . . . c. cermin diri a. cara d. dramaturgi b. kebiasaan e. kontrak sosial c. tata kelakuan d. adat-istiadat 33. e. undang-undang Perhatikan pernyataan berikut! 1) Melibatkan kedua anaknya 30. Keluarga merupakan sarana pewa- dalam kerja bakti di kampung. risan kebudayaan yang pertama 2) Melarang kedua anaknya ber- karena . . . . gaul dengan teman-temannya a. keluarga memenuhi kebutuhan yang berasal dari keluarga fisik anak kurang mampu. b. keluarga mengenalkan nilai-nilai 3) Menyadarkan anaknya atas dan norma budaya kepada anak limpahan rahmat yang Tuhan c. dapat mengatur anak sesuai YME berikan, sementara kemauan orang tua banyak orang yang hidup d. dapat menentukan martabat menderita di sekitarnya. anak 4) Menjelaskan kepada kedua e. perantara untuk pewarisan anaknya bahwa semua gelan- budaya dangan itu jahat. 5) Mengajak kedua anaknya ber- 31. kunjung ke panti asuhan. Perhatikan pernyataan di bawah ini! Pak Budiman ingin kedua anaknya 1) Sebagai tempat sosiali- mempunyai kepedulian sosial tinggi. sasi paling dini. Untuk itu, dia dapat menempuh cara 2) Menanamkan nilai-nilai .... dasar kehidupan. 3) Merupakan sarana transfer ilmu dan teknologi. 4) Sebagai wadah aktualisasi diri di luar keluarga. Latihan Ulangan Kenaikan Kelas 163

a. 1) dan 3) d. tiada tata tertib sekolah dengan b. 2) dan 3) sanksi tegas bagi pelanggarnya c. 3) dan 4) d. 4) dan 5) e. guru menggunakan pendekatan e. 2) dan 5) persuasif dalam menumbuhkan kesadaran siswa 34. Tiga faktor yang memengaruhi kepri- badian adalah . . . . 37. Mengapa kelompok membawa a. warisan alam, pendidikan, dan pengaruh yang besar pada individu? agama a. Kelompok memiliki nilai dan b. pendidikan, warisan harta, dan norma khusus yang disosiali- hereditas sasikan kepada anggota. c. warisan budaya, hereditas, dan b. Kelompok terdiri atas berbagai pendidikan orang yang bergabung menjadi d. lingkungan alam, warisan bio- satu. logis, dan lingkungan sosial c. Setiap kelompok menempati e. agama, warisan budaya, dan he- wilayah yang berbeda-beda dan reditas tidak saling berhubungan. d. Setiap kelompok mempunyai 35. pemimpin yang berbeda. e. Anggota kelompok satu tidak Perhatikan hal-hal berikut! menjadi anggota kelompok lain. 1) Proses komunikasi bersifat 38. Media sosialisasi ini sangat efektif memerintah. dalam menyebarkan pengetahuan 2) Otonomi pada anak atau pada masyarakat. Dia dapat meng- ubah opini umum dan gaya hidup individu muda. masyarakat. Media sosialisasi yang 3) Orang tua sebagai pusat. dimaksud adalah . . . . 4) Komunikasi bermakna inter- a. majalah, radio, dan keluarga b. film, tabloid, dan televisi aksi. c. koran, televisi, dan teman 5) Kebutuhan anak dianggap sepermainan d. sekolah, radio, dan keluarga penting. e. televisi, majalah, dan sekolah Yang merupakan ciri-ciri sosialisasi 39. partisipatif adalah . . . . Perhatikan perilaku menyimpang a. 1), 3), dan 5) berikut! b. 1), 4), dan 5) 1) Sikap boros dan suka berfoya- c. 1), 3), dan 4) foya di kalangan selebritis. d. 2), 3), dan 5) 2) Homo seksual yang dilakukan e. 2), 4), dan 5) kaum gay di kota besar. 3) Perkelahian pelajar yang 36. Sekolah akan gagal mensosiali- menewaskan seorang siswa sasikan nilai dan norma kepada SMA. siswa apabila . . . . 4) Penodongan yang dilakukan a. guru bersedia memberi teladan penjahat terhadap sopir taksi. bagi siswa b. fasilitas pengajaran di sekolah Dari daftar tersebut di atas, yang tidak lengkap termasuk tindak kejahatan adalah c. para siswa berasal dari keluarga nomor . . . . berlatar belakang ekonomi lemah 164 Sosiologi Kelas X

a. 1) dan 2) a. 1) dan 2) b. 1) dan 3) b. 1) dan 3) c. 1) dan 4) c. 2) dan 3) d. 2) dan 3) d. 2) dan 4) e. 3) dan 4) e. 3) dan 4) 40. Seseorang yang tinggal di lingkungan 43. Setelah perceraian kedua orang dengan warga yang berperilaku me- tuanya, Didu menjadi seorang pe- nyimpang akan berperilaku menyim- mabuk dan sering membolos dari pang pula. Fenomena ini dapat sekolah. Contoh tersebut merupakan dijelaskan melalui teori . . . . perilaku menyimpang yang dilatar- a. sosialisasi belakangi oleh faktor . . . . b. anomi a. masuknya unsur budaya asing c. transmisi budaya b. kurangnya pengawasan sekolah d. konflik kelas sosial c. lemahnya sanksi bagi pelanggar e. pemberian cap d. proses sosialisasi tidak sempurna e. adanya subkebudayaan yang 41. Pada umumnya, tawuran pelajar dise- menyimpang babkan oleh hal-hal remeh. Namun karena alasan solidaritas, maka 44. Untuk menghadapi perilaku negatif konflik meluas menjadi antarsekolah. remaja, pengendalian sosial yang Hal ini menunjukkan bahwa . . . . efektif adalah metode . . . . a. perilaku menyimpang lahir dari a. kompulsif sosialisasi yang tidak tepat b. progresif b. terjadi sekularisasi diri pelajar c. represif c. solidaritas boleh menjadi alasan d. persuasif melakukan kejahatan e. koersif d. perkelahian pelajar bukan tindak kriminal 45. Agar kota tampak indah dan e. terjadi perubahan norma menuju bersih, pemerintah daerah meng- kondisi yang lebih baik ajak dan mengimbau para peda- gang kaki lima untuk menempati 42. Perhatikan jenis-jenis pengendalian kios-kios yang sudah disediakan. sosial berikut! Contoh di atas termasuk pengen- 1) Gosip atau desas-desus adanya dalian sosial secara . . . . korupsi di perusahaan. a. preventif b. edukatif 2) Teguran secara langsung c. represif terhadap siswa yang ter- d. persuasif lambat. e. koersif 3) Pendidikan budi pekerti di 46. Pada masa pemerintahan Orde Baru, sekolah negeri dan swasta. beberapa pejabat negara terlibat kasus KKN yang merugikan rakyat 4) Penghayatan agama yang maupun negara. Kasus ini menunjuk- dipahami secara baik dan kan lemahnya sistem pengendalian benar. sosial negara pada lembaga . . . . Pengendalian sosial yang dikate- gorikan bersifat preventif adalah nomor . . . . Latihan Ulangan Kenaikan Kelas 165

a. keagamaan, kepolisian, dan a. polisi kehakiman b. aparat sipil c. kepala desa b. keamanan, pendidikan, dan d. tokoh masyarakat kepolisian e. pejabat pemerintah c. pendidikan, kepolisian, dan 49. Perhatikan pernyataan berikut! kehakiman 1) Dikenakan hukuman kurung- an. d. pendidikan, kepolisian, dan 2) Dikucilkan dari masyarakatnya. kejaksaan 3) Gosip luas secara lisan. 4) Diharuskan membayar denda e. kepolisian, kejaksaan, dan berupa uang atau barang. kehakiman Pengendalian sosial yang berlaku 47. pada masyarakat tradisional adalah nomor . . . . Konflik antara kelompok masyarakat a. 1) dan 2) yang dipicu oleh masalah penggunaan b. 1) dan 3) lahan pertanian di suatu tempat, dise- c. 2) dan 3) lesaikan di pengadilan berdasarkan d. 2) dan 4) hukum yang berlaku. e. 3) dan 4) Dari kasus tersebut dapat disim- B. Jawablah soal-soal berikut dengan tepat! pulkan bahwa masyarakat mengang- gap . . . . 1. Apakah yang dimaksud dengan a. kekuasaan dan wewenang ada masyarakat? di tangan penguasa 2. Sebutkan tiga dari lima ciri hipotesis b. terdapat hubungan yang selaras yang baik! Berilah contohnya! antara nilai dan norma 3. Apakah yang dimaksud dengan c. terdapat hubungan yang har- sosiologi bersifat empiris? monis antara hukum dan ke- 4. Bagaimana hubungan antara nilai kuasaan sosial dengan norma sosial? d. ada pandangan bahwa tanah selalu menimbulkan masalah 5. Sebutkan faktor-faktor yang me- e. semua persoalan harus di- mengaruhi proses sosialisasi! selesaikan di pengadilan 6. Jelaskan tahap perkembangan kepri- 48. Membuang sampah di sepanjang badian yang dialami oleh individu! aliran sungai akan didenda Rp100.000,00. 7. Bagaimana pemahamanmu tentang Alat pengendalian sosial yang teori pemberian cap (labeling)? dilakukan dengan cara ini disebut . . . . a. cemoohan 8. Berilah satu contoh penyimpangan b. ostrasisme sosial positif! c. hukum d. intimidasi 9. Mengapa orang berperilaku menyim- e. gosip pang? 49. Pengendalian secara informal ter- 10. Jelaskan akibat tidak berfungsinya hadap perilaku menyimpang dalam lembaga pengendalian sosial! masyarakat dijalankan oleh . . . . 166 Sosiologi Kelas X

Abdulsyani. 1987. Sosiologi Kriminalitas. Bandung: Remadja Karya. Amstrong, Thomas. 1993. 7 Kinds of Smart: Identifying and Developing Your Many Intellegences. Hudson New York: The Penguin Group. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Sosiologi untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Cohen, Bruce J. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta. Fox, James. 2002. Indonesia Heritage: Agama dan Upacara. Jakarta: Buku Antar Bangsa. Gillin, J. P. dan J. L. Gillin. 1954. Cultural Sosiology: A Revision of An-Introduction to Sociology. New York: Mac Millan Company. Hardert, Ronald A. et all. 1977. Sociology and Social Issues. Hinsdale Illinois: The Dryden Press. Hasan, M. Zaini dan Salladin. 1996. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Herskovits, Melville J. 1955. Cultural Anthropology. New York: Alfred A. Knopf. Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1999. Sosiologi. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Ihromi, T.O. (Ed). 1981. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia. Johnson, Harry M. 1967. Sociology: A Systematic Introduction. Bombay: Allied Publish- ers Private Limited. Kaplan, David dan Albert A. Manners. 2000. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kartono, Kartini. 1983. Patologi Sosial. Jilid 1. Jakarta: C.V. Rajawali. Koentjaraningrat. 1972. Antropologi Sosial. Jakarta: Penerbit PT Dian Rakyat. -------. 1985. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Lawang, Robert M.Z. 1985. Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi. Modul 4–6. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka. Lukman, Cecilia. 1990. Disney’s Dunia Pengetahuan yang Mengagumkan: Penemuan. Jakarta: PT Widyadara. Merton, Robert K. et all. 1959. Sociologi Today: Problems and Prospects. New York: Basic Books Inc. Ritzer, George. 1992. Sosiologi: Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Press. Ruliyanto, Agung. 2001. Lingkungan: Kembali ke Alam Bersama Suko. Jakarta: Tempo, 18 Maret 2001. Shadily, Hassan. 1984. Ensiklopedi Indonesia. Jilid 5. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve. Soekanto, Soerjono. 1989. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi (Ed). 1964. Setangkai Bunga Sosiologi. Edisi Pertama. Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Edisi Kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Daftar Pustaka 167

A E Abdulsyani 124, 128 ectomorph 131 adat-istiadat 33, 42, 43, 44, 45, 48, 147, 152 empiris 3, 6, 9, 13, 27 Affectual Action 55, 56, 87 endomorph 131 akomodasi 53, 63, 64, 88 akulturasi 85 F akumulatif 6 Andrian, Charles F. 35 fraudulens 149 anomi 133 asimilasi 53, 63, 65, 85, 88 G B game stage 112, 116 Gemeinschaft 53, 69, 70, 87, 88 bargaining 63, 64 generalized stage 112 Becker, Howard 66 Gesselschaft 69, 70, 88 Berger, Peter L. 8, 11, 73, 79, 106, 144 Giddens, Anthony 129 Bertrand, Alvin L. 77, 80 Gillin dan Gillin 20, 57, 66 biaya sosial 86 governmental crime 129 budaya ideal 123 budaya riil 123 H C habitualisasi 73, 74 Hagen, Everette 79 coalition 63, 64 Hendropuspito 127 Cohen, Bruce J. 103 Herskovits, M.J. 21 Comte, Auguste 8, 10, 11, 27 hipotesis 3, 14, 15, 19, 27 Cooley, Charles H. 111, 116 Horton, Paul B. 8, 11, 18, 123 cooptation 63, 64 Hunt, Chester L. 123 Course of Positive Phylosophy 8 creative personality 79 I cultural universals 25 cybercrime 129 identifikasi 60, 61, 62, 71, 88 ilmu murni 7, 27 D ilmu pengetahuan alam 3, 6, 17, 27 ilmu pengetahuan budaya 3, 6, 27 data kualitatif 13 ilmu pengetahuan sosial 3, 6, 11, 12, 27 data kuantitatif 13 ilmu terapan 7, 27 deduktif 18 imitasi 59, 60, 62 desosialisasi 107, 116 impersonal competition 66 devian 125 induktif 18, 30 difusi 78, 85 institusi total 107, 108, 115, 116 discovery 81 institusionalisasi 74 Durkheim, Emile 54, 133 interaksi sosial 39, 42 168 Sosiologi Kelas X

intimidasi 149 Mc. Clelland, David 79 invention 81 Mead, George Herbert 112, 113, 116 Merton, Robert K. 9, 133 J mesomorph 131 metode case study 18, 27 jiwa kebudayaan 26 metode historis 17, 27 Johnson, Harry M. 9, 27 metode ilmiah 3, 4, 5, 27 joint venture 64 metode komparatif 18, 27 metode kualitatif 3, 17, 27 K metode kuantitatif 27 metode statistik 18, 27 Karp dan Yoels 57, 59 motivasi berprestasi 79 Kartono, Kartini 126 keajegan 63 N kejahatan tanpa korban 128 kejahatan terorganisasi 128 nilai heteronom 39 kelompok primer 146 nilai otonom 40 kelompok sekunder 147 nilai sosial 34, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 44, 47, kesadaran kelompok 23 keteraturan sosial 52, 53, 62, 63, 72, 87, 88 48, 101, 103, 111 ketertiban sosial 100, 146 nilai Theonom 39 Kluckhohn, C. 25, 35 norma agama 33, 43 kode agama 47 norma hukum 33, 44 kode etik 46 norma kesopanan 33, 43 kode moral 46, 47 norma kesusilaan 33, 43 Koentjaraningrat 21, 22, 24, 25, 26, 35, 37, norma penghindaran 123 norma sosial 54, 62, 63, 100, 101, 102, 144, 74, 109, 147 konflik 53, 62, 63, 65, 67, 82, 83, 87, 88 146 konformitas 147 Notonagoro 37 kontak sosial 53, 57, 87 kontravensi 53, 66, 88 O Kretschmer 131 Kroeber, A.L. 25 opini publik 152 order sosial 63 L ostrasisme 149 Lapiere 146 P Lawang, Robert M.Z. 20, 122 lembaga sosial 51, 53, 67, 72, 73, 74, 75, 77, Page, Charles H. 21, 42 Lemert, Edwin M. 126, 132 pengendalian preventif 144 Light, Keller, dan Calhoun 128, 129 pengendalian represif 144 Linton, Ralph 20 pengendalian resmi 145 Lombroso 131 pengendalian tidak resmi 145 Luckman 106 pengetahuan ilmiah 4, 5 penyimpangan individual 125 M penyimpangan kolektif 125 penyimpangan negatif 127 Mac Iver dan Page 42 penyimpangan primer 126 Mac lver, R.M. 4, 11, 16, 18, 21, 42 penyimpangan sekunder 126, 127 Marx, Karl 54 penyimpangan sosial positif 127 perilaku menyimpang 122, 146 Indeks 169

personal competition 66 suku bangsa 3, 22, 23, 27 perubahan sosial 52, 67, 75, 76, 77, 79, 80, Sunarto, Kamanto 57, 58, 129 Sutherland, Edwin H. 128, 133 82, 85, 86, 87, 88 planned progress 76, 77 T play stage 112, 116 Taylor, E.B. 24 R teman sepermainan 103, 105, 113 teori anomi 133 regress 76, 77, 87 teori asosiasi diferensial 133 resosialisasi 106, 107, 108, 115, 116 teori biologis 131 revolusi 53, 81, 83, 84, 88 teori konflik budaya 133 Ritzer, George 54, 55 teori konflik kelas Sosial 134 Rogers 78 teori pemberian cap 132 Roucek, Joseph S. 144 teori sosialisasi 132 Rousseau, J.J. 40 teori transmisi budaya 132 tertib sosial 63 S Thales 4 Tonnies, Ferdinand 69 Sastrodiharjo, Sudjito 124 Traditional Action 55, 56, 87 sentimen komunitas 21 trias politica 40 Shadily, Hassan 46 Shoemaker 78 U significant others 112 simpati 53, 61, 62, 71, 88 unplanned progress 76, 77 Soekanto, Soerjono 42, 43, 57, 59, 77, 80 Soelaeman, M. Munandar 35 V Soemardi, Soelaeman 8, 24, 25 Soemardjan, Selo 8, 24, 25, 76 von Wiese, Leopold 66 Sorokin, Pitirim A. 9 sosialisasi 46, 146 W sosialisasi partisipatif 108, 115 sosialisasi primer 106, 116, 117 Weber, Max 7,10, 54, 55, 84, 85 sosialisasi represif 108, 116 Werk Rational 55, 56, 87 sosialisasi secara tidak sempurna 122 white supremacy 58 sosialisasi sekunder 106, 107, 116 wilayah kejahatan 133 sosiometri 18, 27 stigma sosial 126 Z sugesti 53, 60, 61, 62, 71, 88 zoon politicon 67 170 Sosiologi Kelas X






Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook