Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Aqidahbeta

Aqidahbeta

Published by Syaiful Mahmudi, 2018-01-19 07:08:00

Description: Aqidahbeta

Search

Read the Text Version

Merupakan potensi luar manusia. Adapun fitrah ini adalah wahu ilahi yang diturunkan Allah untuk membimbing dan mengarahkan fitrah al gharizat berkembang sesuai dengan fitrahnya yang hanif. Semakin tinggi interaksi antara kedua fitrah tersebut, maka akan semakin tinggi pula kualitas manusia. Dari semua penjelasan mengenai potensi manusia, tampak jelas bahwa lingkungan sebagai faktor eksternal. Lingkungan ikut mempengaruhi dinamika dan arah pertumbuhan fitrah manusia. Semakin baik penempaan fitrah yang dimiliki manusia, maka akan semakin baiklah kepribadiannya. Demikian pula sebaliknya, penempaan dan pembinaan fitrah yang dimiliki tidak pada fitrahnya maka manusia akan tergelincir dari tujuan hidupnya. Untuk itu salah satu pembinaan fitrah dengan pendidikan. Seperti yang disebutkan Ibnu Taimiyyah diatas yang membagi Fitrah manusia dalam dua bentuk yang salah satunya adalah bentuk fitrah berupa nafsu, akal dan nurani. Benar saja berdasarkan fitrahnya Keduanya telah mengikuti hawa nafsunya yaitu memakan buah yang dilarang oleh Allah setelah dibujuk oleh musuhnya yakni Syaitan/Iblis. Sejak saat itulah keduanya dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke Bumi. Setelah itu dikatakan : \"Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan\". Ayat ini menarik untuk dibahas, kita flash back ke ayat yang pertama yaitu saat pertama Allah akan menjadikan makhluk lain yaitu manusia untuk dijadikan sebagai khalifah di bumi, malaikatpun memprotesnya bahwa mereka akan menumpahkan peperangan dibumi, lah ternyata ayat yang sebelumnya itu sama dengan yang Allah ungkapkan kepada keduanya yaitu Adam dan Hawa berupa sepenggal kata kalian akan saling bermusuhan. G. Adam bertaubat َّ فَتَلَقى آدَم مِن ْ رب هِ كَلِماتٍ فَتَاب َ عَلَيْهِ إنَّهُ هُو التَّو َّ اب ُ الرَّح ِ يم َ ِ ُ َ ُ َ ِ “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” Maka Adam memohon kepada Tuhan-Nya dan berdoa dengan kalimat taubat yang telah diilhamkan kepadanya sebagai penyesalan atas perbuatan yang telah dilakukannya. Kemudian Adam bertaubat kepadanya sebagai kepatuhan seorang hamba kepada Rabb-Nya. Tetapi Allah adalah Allah sebagai tuhan yang maha sempurna, Allah lah yang maha penerima taubat dan juga maha penyayang kepada hamba-hambanya. Kedua sifat Allah ini membuktikan bahwa, betapa hambanya melakukan kesalahan, maka Dia akan menerima bentuk penyesalannya atau menerima taubatnya. H. Adam diturunkan dari surga, disuruh taubat ْ ْ ُ قُلنَا اهْبطوا مِنْها جَ مِيعًا فَإمَّا يَأتِيَنَّكُمْ مِن ِي هُدًى فَمن ْ تَبع هُدَاي فََل َ خَو ْ ف ٌ عَلَيْهمْ وَل َ هُمْ ِ َ َ ِ ِ َ ِ َ َ يَحْزَنُونَ 45 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 46 “Kami berfirman: \"Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk- Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati\". Karena keteledoran keduanya, dengan tidak menjauhi apa yang diperintahkan oleh Allah maka keduanya diturunkan dari surga sebagai balasan atas perbuatanya. Artinya jika melanggar apa yang diperintahkan dan yang dilarang Allah maka akan menjauh jauh dari-Nya begitupun sebaliknya jika taat dan mematuhi perintah dan menjauhi larangannya maka akan terus dekat dengan Allah. Selanjutnya Allah mempunyai kuasa untuk memilih siapa yang hendak diberi petunjuk dan siapa yang tidak. Dalam hal ini hendaknya petunjuk atau hidayah itu hendaknya dicari dengan mendatanginya agar mendapatkannya. Sesudah meraih apa yang diusahakannya yaitu beripa petunjuk dari-Nya makai a merasa tentram dan tidak ada kekhawatiran atas segala sesuatupun yang ada hanya berharap kepada Allah dan juga tidak akan bersedi hati karena apapun baik itu kehilangan harta, anak, jabatan, keluarga dan lain-lain karena dia tahu siapa sebenarnya pemilik sebenarnya dari semua itu. ُ َّ َّ َ َ والذِينَ كَفَر ُ وا وكَذبُوا بآيَاتِنَا أولَئِكَ أصْحَاب ُ النَّار هُمْ فِيها خَالِدُونَ ِ َ ِ َ \"Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.\" Dalam Al Quran ada ayat yang mengabarkan tentang berita gembira seperti yang digambarkan pada ayat sebelumnya dan adapula berita tentang ancaman Allah terhadap orang-orang yang ingkar kepada-Nya. Dalam ayat ini orang-orang kafir yaitu orang-orang yang enggan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya mereka tidak mau menerima kerasulan Muhammad karena mereka menganggap bahwa Nabi yang diikuti adalah Nabi Isa dan tidak ada Nabi lagi setelah Isa. Mereka orang-orang kafir juga enggan untuk beriman terhadap Al Quran yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad dan menyatakan bahwa Al Quran itu hanya ucapan yang diada-adakan oleh Muhammad. Lalu apa balasan bagi orang-orang yang enggan beriman terhadap Allah dan Rasul-Nya serta yang mendustakan terhadap ayat-ayat Allah baik yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yaitu berupa Al Quran ataupun ayat-ayat kauniyahnya yaitu ciptaannya berupa Langit, Bumi, gunung-gunung, planet-planet, surga-neraka dan lain- lain dari ciptaan Allah yang mereka dustakan dari ketuhanan Allah sebagai pencipta alam semesta. QS. al-Baqarah Ayat 40-69 Oleh: Ikmal Ramadhan

A. Tuntutan terhadap bani Israil ُ َ َّ َ ْ يَا بَنِي إسْرائِيلَ اذكُر ُ وا نِعْمتِي التِي أنْعمْتُ عَلَيْكُمْ وأو ْ فُوا بعهْدِي أوفِ بعهْدِكُمْ وإيَّاي َ َ ِ َ ِ َ َ َ َ ِ ِ َ َ فَار ْ هَبُون ِ “Wahai Bani Israil... Ingatlah Nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu, dan Penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu, dan Takutlah kepada-Ku saja.” Ayat di atas secara umum mengandung tema tentang seruan Allah terhadap Bani , bahwa Allah SWT اذ ْ كُر ُوا نِعْم َ تِيIsrail, kata kuci ayat di atas yang pertama adalah َ memerintahkan kepada Bani Israil agar senantiasa mensyukuri nikmat. Bukan hanya terhadap Bani Israil saja, namun ini adalah seruan untuk kita semua agar tidak ال َّ تِي أ َ نْع َ مْتُmengingkari nikmat. Karena pada kata kunci kedua dalam ayat tersebut adalah , Allah memberitahu kepada Bani Israil bahwa segala nikmat yang mereka peroleh عَلَيْكُمْ berupa kekayaan dan lain sebagainya tidak lain merupakan pemberian dari Allah SWT, dan pada hakikatnya segala sesuatu yang kita miliki adalah milik Allah. Maka dari itu Allah memerintahkan kepada Bani Israil secara khusus dan kepada kita secara umum untuk senantiasa mensyukuri nikmat Allah SWT. Bagaimanakah perasaan kita jika suatu saat kita memberi sebagian harta kita kepada orang lain, namun setelah itu orang yang kita beri sama sekali tidak berterima kasih kepada kita?. Perintah mengingat nikmat Allah SWT juga bertujuan mengikis habis rasa dengki dan iri hati yang menyelubungi jiwa Bani Israil. Mereka iri hati kepada Nabi Muhammad SAW setelah sebelumnya mereka mengharap nabi yang akan diutus adalah dari kelompok mereka. ُ , Allah menyuruh َ أ َ و ْ فُوا ب ِ ع َ هْدِي أوفِ ب ِ ع َ هْدِكُمْKata kunci ketiga dalam ayat di atas adalah kepada Bani Israil agar memenuhi janji-janji mereka, maksud janji-janji di sini adalah dengan mengimani-Nya, kitab-kitab-Nya, dan Para Rasul-Nya, dengan demikian jika janji-janji mereka telah terpenuhi maka Allah SWT akan memenuhi janji-Nya kepada mereka yaitu berupa memberikan rahmat di Dunia dan keselamatan di Akhirat. , dan takutlah hanya kepada Allah َ إ ِ يَّاي َ فَار ْ هَبُون ِSetelah itu Allah memerintahkan semata. Siapa yang takut kepada Allah, Allah menjadikan segala sesuatu takut kepada- Nya. Dan siapa yang takut kepada selain Allah, Allah menjadikan dia takut kepada segala sesuatu, bahkan kepada bayangannya sendiri. َ َ ْ ً وآمِنُوا بما أنْزَلتُ مُصد ِقًا لِما معكُمْ وَل َ تَكُونُوا أو َّ لَ كَا فِر ٍ بهِ وَل َ تَشْتَر ُ وا بآيَاتِي ثَمنًا قَلِيَل ِ َ َ َ َ ِ َ ِ َ َ َ َ وإيَّاي فَاتَّقُون َ ِ ِ َ “Dan berimanlah kepada apa yang telah Aku turunkan, yang membenarkan apa yang ada pada kamu dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, serta janganlah menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa.” Ayat ini merupakan ajakan untuk beriman kepada Al-Qur’an sekaligus bukti yang dikemukakan kepada Bani Israil. Setelah diajak beriman, Banî Isrâ’îl diminta agar tidak menjadi orang pertama yang mengingkari ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan Allah. Selanjutnya, para pemuka agama Yahudi diingatkan agar وَل تكونوا أول كافر بهAllah berfirman: .وَل تشتروا بأياتي ثمنا قليَلtidak menukar ajaran agama dengan kemegahan duniawi. Firman-Nya: Ayat 40 ditutup dengan perintah takut kepada Allah, dan ayat ini ditutup dengan perintah 47 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 48 bertakwa, karena takut kepada-Nya merupakan salah satu cara untuk taat melaksanakan perintah dan patuh menjauhi larangan. ْ ْ ْ ْ َ َنوُمَلْعَت ْمُتْنأو َّقَحلا اوُمُتْكَتو ِلِطاَبلاب ِ َّق َحلا اوُسبلَت َ لَو َ َ َ ِ “Dan janganlah campuradukkan yang haq dengan yang batil dan janganlah sembunyikan yang haq itu, sedangkan kamu mengetahui.” Ayat ini masih merupakan lanjutan tuntunan kepada Bani Israil. Kali ini, mereka dilarang menyesatkan setelah sebelumnya dilarang terjerumus dalam kesesatan. QS. al-Baqarah Ayat 71-78 Oleh: Amal Amrullah

ْ ْ َ َّ ٌ ُ قَالَ إنَّهُ يَقُولُ إنَّها بَقَرةٌ َل َ ذَلولٌ تُثِيرُ األرْ ض َ وَل َ تَسْقِي الحَ رْ ثَ مُ سَلمة َل َ ِ َ َ ِ َ َ ْ ُ ْ ُ شِيَةَ فِيها ۚ قَالوا اْلنَ جئْتَ بالحَ ق ۚ فَذَبَحُوهَا وما كَادُوا يَفْعلونَ ِ َ َ ِ ِ َ َ Musa berkata: \"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya\". Mereka berkata: \"Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya\". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. Kemudian Mûsâ berkata kepada mereka, \"Firman Allah, 'Sapi itu adalah sapi yang tidak pernah dipakai untuk membajak tanah untuk ditanami. Juga bukan sapi yang dipakai untuk menyirami tanah yang akan dipakai untuk bercocok tanam. Sapi itu tidak memiliki cela dan tidak memiliki warna yang berbeda dengan kebanyakan warna tubuhnya. '\" Mereka berkata, \"Sekarang kamu telah memberikan keterangan yang jelas tentang sapi itu.\" Mereka kemudian mencari sapi yang memiliki ciri-ciri itu untuk disembelih. Hampir saja mereka tidak dapat melaksanakannya akibat banyaknya pertanyaan mereka dan akibat kekeraskepalaan mereka yang terus-menerus. ْ ْ ْ وإذ قَتَلتُمْ نَفْسًا فَادَّارأتُمْ فِيها ۖ وّللا َّ ُ مُخْرجٌ ما كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ َ َ َ ِ ِ َ َ Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. (Dan ketika kamu membunuh seorang manusia, lalu kamu tuduh-menuduh tentang hal itu) asalnya fatadaara'tum, lalu ta diidgamkan ke dal yang berarti bertengkar dan saling menuduh (sedangkan Allah menyingkapkan) atau memperlihatkan (apa yang kamu sembunyikan) tentang persoalan tersebut. Kalimat ini adalah suatu interupsi dan merupakan awal kisah َٰ ْ ْ ُ َّ فَقُلنَا اضْربُوهُ ببَعْض ِ ها ۚ كَذَلِكَ يُحْيي ّللا َّ ُ المو ْ تَى ويُر يكُمْ آيَاتِهِ لَعلكُمْ تَعْقِلونَ َ ِ ِ َ َ َٰ َ ِ ِ Lalu Kami berfirman: \"Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!\" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti. Kemudian Kami berfirman melalui Mûsâ, \"Pukullah mayat itu dengan bagian tubuh sapi ini.\" Kalian pun lalu melakukannya. Allah menghidupkan mayat itu agar menyebut nama orang yang membunuhnya untuk kemudian jatuh kembali dan mati. Hal ini menjadi mukjizat Mûsâ dari Allah. (1) Karena Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, maka dengan kekuasaan-Nya inilah Dia menghidupkan orang-orang mati pada hari kiamat. Dia menunjukkan kepada kalian tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kalian memikirkan dan mengambil pelajaran darinya. {(1) Beberapa penulis kontemporer, di antaranya Syaikh 'Abd al-Wahhâb al-Najjâr, mengatakan bahwa maksud firman Allah \"idlribûhu bi ba'dlihâ\" adalah 'pukullah dengan bagian tubuh orang yang mati'. Sedang maksud \"ihyâ'ihâ\" (menghidupkannya kembali) adalah untuk memberikan kisas kepada si pembunuh. Sebab, memukul dengan bagian tubuh si terbunuh akan membuat si pembunuh mengaku. Pada umumnya, dengan melihat si terbunuh, seorang pembunuh akan terdorong untuk mengakui perbuatannya. Kisah ini terpisah dari hal penyembelihan dan perintah Allah untuk penyembelihan sapi. Dan sebenarnya perintah Allah kepada mereka untuk menyembelih sapi adalah untuk dimakan. Dalam hal ini terdapat pendidikan jiwa bagi mereka, karena sebelumnya mereka memuja dan mendewakan sapi bersama orang-orang Mesir. Pada diri mereka terdapat sisa pengultusan itu dengan bukti 49 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 50 bahwa mereka setelah itu menyembah patung anak sapi. Maka, untuk menghilangkan sisa-sisa pengultusan pada mental mereka, mereka diperintahkan untuk menyembelih sapi. Dari sini turunlah perintah untuk menyembelih. Dan, karena itu pula, terjadi pertengkaran di antara mereka. Mereka akhirnya menyembelih sapi yang diperintahkan itu, dan hampir-hampir mereka tidak melakukannya. } َٰ َ َ ْ ْ ُ ُ ثم قَسَت ْ قُلوبُكُمْ مِن ْ بَعْدِ ذَ لِكَ فَهي كَالح ِ جَارةِ أو ْ أشَدُْ قَسْوةً ۚ وإنَّ مِنَ الح ِ جَارةِ لَما يَتَفَجَّر ُ مِنْهُ َّ َ َ ِ َ َ ِ َ َ ْ َ ُ ْ َّ األنْهار ُ ۚ وإنَّ مِنْها لَما يَشَّققُ فَيَخْر ُ جُ مِنْهُ الماءُ ۚ وإنَّ مِنْها لَما يَهْبط مِن ْ خَشْيَةِ ّللا َّ ِ ۗ وما ّللا َّ ُ ِ َ َ َ َ َ َ ِ َ َ ِ َ َ ُ ِ بغَافِ لٍ عَمَّا تَعْملونَ َ Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. Kemudian, setelah terlihat bukti-bukti ini semuanya, kalian masih juga tidak mau memenuhi panggilan dan seruan Mûsâ. Kalian masih juga tidak mau berjalan di jalan yang benar. Masih belum lunak dan belum tunduk juga hati kalian. Bahkan sebaliknya, hati kalian menjadi semakin keras bagai batu atau bahkan lebih keras dari batu. Batu terkadang masih bisa terpengaruh dan berubah oleh benda lain. Ada bebatuan yang memancarkan air sehingga membentuk sungai. Ada pula batu yang terbelah kemudian memancarkan mata air yang menyembur. Ada pula batu yang terpengaruh di bawah kekuasaan Allah dan tunduk pada kehendak-Nya, sehingga meluncur jatuh dari puncak gunung untuk memenuhi kehendak Allah. Sedangkan hati kalian, wahai orang-orang Yahudi, tidak terpengaruh dan tidak menjadi lunak sedikit pun. Sungguh celaka kalian karena perbuatan itu. Allah tidak akan lengah dari perbuatan kalian. Dia akan memberikan pelajaran bagi kalian dengan berbagai macam musibah, apabila kalian tidak mau bersyukur atas nikmat- nikmat-Nya ْ َ ُ َ أفَتَطمعُونَ أنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وقَدْ كَانَ فَريقٌ مِنْهُمْ يَسْمعُونَ كََل َ م ّللا َّ ِ ثم يُحَ ر فُ ونَهُ مِنْ بَعْدِ ما َّ َ ِ َ َ ِ َ َ ُ عَقَلوهُ وهُمْ يَعْلَمُونَ َ Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?. Wahai orang-orang yang beriman, tidak seharusnya kalian selalu berharap bahwa orang-orang Yahudi akan mempercayai agama kalian dan tunduk kepada kalian, karena telah terkumpul bermacam keburukan dalam kelompok-kelompok mereka yang membuat mereka jauh dari beriman kepada kebenaran. Sebenarnya salah satu kelompok mereka (kelompok pendeta Yahudi) mendengar firman Allah yang ada pada Tawrât dan benar- benar memahaminya. Kemudian mereka sengaja mengubahnya, padahal mereka benar- benar tahu bahwa itu adalah kebenaran. Mereka juga tahu bahwa kitab-kitab Allah yang diturunkan tidak boleh diubah. َّ َ ُ ُ ُ وإذَا لَقُوا الذِينَ آمنُوا قَالوا آمنَّا وإذَا خََل َ بَعْضُهُمْ إلَى بَعْض ٍ قَالوا أتُحَد ِثونَهُمْ بما فَتَ حَ ّللا َّ ُ ِ َ ِ َٰ َ ِ َ َ َ ِ ُ َ عَلَيْكُمْ لِيُحَاجُْوكُمْ بهِ عِنْدَ رب كُمْ ۚ أفََل َ تَعْقِلونَ ِ َ ِ

Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: \"Kamipun telah beriman,\" tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: \"Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?\" (Dan jika mereka berjumpa) maksudnya jika orang-orang Yahudi dan orang- orang munafik itu bertemu dengan (orang-orang beriman, mereka mengatakan, \"Kami pun telah beriman\") bahwa Muhammad itu adalah seorang nabi yang telah diberitakan kedatangannya dalam kitab suci kami, (tetapi bila mereka telah kembali) atau berada (sesama mereka, maka kata mereka) yakni para pemimpin mereka yang bukan munafik kepada yang munafik itu, (\"Apakah kamu hendak menceritakan kepada mereka) maksudnya kepada orang-orang mukmin (tentang apa yang telah dibukakan Allah kepada kamu) artinya tentang hal-hal yang telah diberitahukan Allah kepadamu dalam Taurat mengenai sifat-sifat dan ciri-ciri Muhammad (sehingga dengan demikian mereka dapat mematahkan alasanmu) 'lam' di sini berarti 'mengakibatkan' (dengannya di sisi Tuhanmu) yakni di akhirat kelak, di mana mereka akan dapat mengajukan bukti penyelewenganmu, yaitu tak hendak mengikuti Muhammad padahal mengetahui kebenarannya. (Tidaklah kamu mengerti?\") bahwa mereka akan dapat mematahkan alasanmu jika kamu menyebut-nyebut soal itu? Dari itu hentikanlah tindakanmu itu! َ َّ َنو ُنِلْعُي امو َنو ُْ رِسُي ام مَلْعَي َاللّ َّنأ َنوُمَلْعَي َ لَوأ َ َ ُ َ َ َ Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan (Tidakkah mereka ketahui) Pertanyaan di sini menunjukkan pengakuan, sehingga kalimat ini berarti bahwa mereka benar tidak mengetahui sedangkan wau yang terletak di depan menyatakan athaf atau adanya hubungan (bahwa Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan) tentang masalah-masalah tersebut hingga seharusnya mereka akan lebih hati-hati dan waspada. ْ ُ َّ ُ َ َّ َنوُْنظَي لَإ ْمُه ْ ن إو يِنامأ لَإ َ باَتِكلا َنوُمَلْعَي َ لَ َنوُْيِ مأ ْمُهْنِمو ِ َ َّ ِ ِ َ َ Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga. (Dan di antara mereka) di antara orang-orang Yahudi itu (ada yang buta huruf) atau orang-orang awam yang (tidak mengetahui Alkitab) maksudnya Taurat (kecuali) (angan-angan) atau kebohongan belaka, yakni yang mereka dengar dari para pemimpin mereka lalu mereka terima dan percayai. (Dan tiadalah) (mereka) yakni dalam menentang kenabian Muhammad dan soal-soal lainnya yang mereka buat-buat itu (kecuali hanyalah menduga-duga belaka) yakni dugaan yang tidak berdasarkan ilmu. 51 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 52

QS. al-Baqarah Ayat 104-123 Oleh: Mohammad Amri Rosyadi A. Ayat 104 ْ َ َّ ُ َ ُ ُ ) 104 ( ميِلأ ٌباَذَع َنيرِفاَكلِلو اوُعمْساو اَن ْ رظْنا اولوُقو اَنِعار اولوُقَت َ لَ اوُنمآ َنيِذلا اهُْيأاَي َ ٌ َ َ ِ َ َ َ َ \"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian katakan: Ro'ina, tetapi katakanlah: Undzurna. Dan dengarkanlah. Siksaan yang pedih bagi orang-orang kafir.\" Ayat ini sangat kental dengan bahasan akidah, bagaimana tidak, dari semua kalimat dalam ayat tersebut merupakan topik-topik bahasan dalam tataran akidah. Dimulai dari penyebutan iman, perintah-larangan dan balasan bagi orang musyrik. Ciri Orang Mukmin Seruan Allah dengan kata-kata \"Hai orang-orang yang beriman\" menunjukkan adanya sesuatu yang penting yang akan disampaikan oleh Allah. Seperti halnya pengumuman-pengumuman yang ada di bandara atau di stasiun, yang mana calon penumpang hampir dipastikan akan dengan seksama untuk mendengarkannya. Kemudian melakukan instruksi yang telah disampaikan. Ini menunjukkan adanya kepercayaan bahwa yang disampaikan itu benar dan disampaikan langsung oleh petugas yang mengatur Maha mengetahui. Hal ini seperti yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa ayahnya pernah bercerita kepadaku, ada seseorang yang mendatangi Ibnu Mas'ud, dan ia berkata, \"Ajarilah aku\". Ibnu Mas'ud menjawab, \"Jika engkau mendengar Allah berfirman: Yaa ayyuha al-ladziina aamanuu, maka pasanglah pendengaranmu baik-baik, karena itu adalah sesuatu kebaikan yang diperintahkan-Nya atau keburukan yang dilarang-Nya.\" Tapi nyatanya keakhiratan masih belum terlihat pada diri kita yang masih lalai. Seperti analogi di atas, perintah seorang petugas di bandara kemungkinan lebih cepat direspon daripada perintah Allah. Astaghfirullaha al-'adzim. Kedudukan Nabi di sisi Allah Mengenai lafadh \"ro'ina\", secara makna tak ada yang salah dengan lafadh ini. Dalam tafsir al-munir disebutkan bahwa ro'ina merupakan bentuk perintah dari lafadh \"muroo'aatun\" yang mempunyai arti perhatian penuh. Sebelumnya juga para muslim memakai kata ini ketika berhadapan dengan penjelasan Nabi yang dianggap sulit untuk mereka pahami, sehingga mereka mengucapkan ro'ina (perhatikanlah keadaan kami). Hal ini berbeda dengan kaum Yahudi, dimana ro'ina versi mereka mengandung unsur makian atau cemoohan. Bukanlah perubahan dari lafadh muroo'aatun melainkan plesetan dari lafadh ru'uunatun yang mempunyai arti jahlun (bodoh) dan humqun (tolol). Karena tidak terima kekasih-Nya dilecehkan, Allah pun menginstruksikan kepada para muslim untuk tidak memakai lafadh ro'ina lagi, melainkan diganti dengan lafadh undzurna, yang mempunyai arti yang sama. 53 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 54 Hal ini bukan hanya masalah tasyabbuh, tapi lebih dari itu. Kasus ini menunjukkan betapa cintanya Allah kepada Nabi-Nya. Dan betapa tingginya kedudukan Nabi Muhammad Saw. di sisi Allah Swt. Seperti yang kita tahu… laulaka laulaka laulaka ya Muhammad. Saking pentingnya dan betapa Allah tidak main-main dengan perintah ini sampai- sampai melanjutkan ayat-Nya dengan ta'bir \"wa isma'uu\" \"wa lilkafiriina 'adzaabun aliim\". Dengarkanlah wahai orang yang beriman, kalimat bodoh dan tolol itu sangat tidak beradab disandangkan terhadap Nabi. Dan barang siapa yang mengabaikan dianggap kafir, karena ucapan itu menunjukkan pengingkarannya terhadap kenabian Nabi Muhammad Saw. \"wa lilkafiriina 'adzaabun aliim\" dan siksaan yang pedih adalah sesuatu ketetapan bagi mereka. B. Ayat 105 ْ َّ ْ َ َ ُ َّ اللّو ْم ُك بر ْ نِم ٍ رْيَخ ْ نِم ْمُكْيَلَع َل َّ زَنُي ْ نأ َنيِكرْشُملا َ لَو ِباَتِكلا ِ لْهأ ْ نِم او ُ رَفَك َنيِذلا ُْدوَي ام َ ِ َ ِ َ َ َ ْ ْ ُ ) 105 ( ِ ميِظعلا ِلْضَفلا وذ ُ َّ اللّو ُءاَشَي ْ نم ِهِتمْحرب ُْ صَتْخَي َ َ ِ َ َ َ \"orang-orang kafir dari ahlul kitab dan orang-orang musyrik tidak senang dengan diturunkannya sedikit kebaikan (pun) kepada kamu dari Tuhan kamu. Allah mengkhususkan siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Pemilik karunia yang agung.\" Kata yawaddu dalam tafsir at-Thobari berarti yuhibbu, yang keduanya mempunyai makna yang sama, yakni mencintai atau menyukai. Pemakaian kata yawaddu disini lebih dipilih dari pada lafadh yuhibbu, karena lafadh yuhibbu yang merupakan kecenderungan rasa suka yang tumbuh dari naluri manusia saja. Sedangkan yawaddu, adalah rasa suka yang diberikan oleh Allah sesuai dengan kehendaknya otomatis rasa dalam kalimat yawaddu lebih mendalam. Jadi yawaddu lebih khusus daripada yuhibbu. Kembali ke penjelasan ayat, bukanlah suatu ketidakpercayaan yang menghalangi mereka untuk iman terhadap Nabi Muhammad Saw. siapa yang tidak mengenal Muhammad, yang merupakan keturunan orang terpandang dan yang sejak kecil terkenal dengan sifat amanahnya. Melainkan, memang Allah tidak berkehendak memberikan mereka petunjuk dengan rasa mawaddah, yakni cinta yang murni. Ini sesuai dengan firman Allah yang lain, ُءاَشَي ْ نم يِدْهَي ُ َّ اللّو َ َ \"Allah memberikan petunjuk kepada yang dikehendaki.\" Kalimat berikutnya, َ ُءاَشَيَْنَم َِهِتَمْح َر ِ بَ ُّ صَتْخَيَ ُ ه اللَّ و, Allah mengkhususkan atau menentukan rahmat-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Kebencian mereka kepada nabi Muhammad, bagi mereka adalah sebagai upaya untuk mempengaruhi dakwah nabi. Menurut mereka, dengan adanya kebencian mereka, paling tidak dakwah nabi kepada kaumnya yang juga masih kerabat orang-orang kafir bisa sedikit longgar bahkan kalau bisa nabi mau menghentikan dakwahnya. Masalahnya, mereka—orang kafir—tidak bisa ikut campur dalam dalam urusan yang sudah dikehendaki oleh Allah. Islam akan ada dalam diri kerabat-kerabat orang

kafir, bahkan orang kafir itu sendiri yang akan tunduk dan akan membela Islam dan lebih- lebih Islam akan menguasai dunia. Sekali lagi, kebencian dan kedengkian mereka terhadap para mukmin tidak akan memberikan dampak seperti yang mereka ingin atur. C. Ayat 106-107 ْ َ َ َ َ ْ َّ ٌريِدَق ٍءيَش ِ لُك ىَلَع َاللّ َّنأ ْمَلْعَت ْمَلأ اهِلثِم ْ وأ اهْنِم ٍ رْيَخب ِتأَن اهِسْنُن ْ وأ ٍةَيآ ْ نِم ْخَسْنَن ام َ ِ َ َ َ ْ َ لَو يِلو ْنِم ِ َّ اللّ نوُد ْنِم ْمُكَل امو ِ ض ْ ر َ ْ َ َ َ ْ َّ َ َ 106 ( لأاو ِتاوامَّسلا ُكلُم ُهَل َاللّ َّنأ ْمَلْعَت ْمَلأ ) َ ٍ َ ِ َ َ ) 107 ( ٍ ري ِ صَن \"Kami tidak menasakhkan satu ayat pun, atau Kami menangguhkan (hukum) nya (kecuali) Kami datangkan yang lebih baik darinya atau yang sebanding dengannya. Tiadakah engkau mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu? Tiadakah engkau mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah milik Allah? Dan tiada bagimu selain Allah satu pelindung maupun satu penolong.\" Dalam suatu kaidah menyebutkan, jika tidak diawali huruf wawu maka ayat tersebut masih berkaitan dengan ayat sebelumnya. Meminjam istilah Quraiys Shihab, belum beralih pada masalah yang lain. Artinya, ayat ini masih menjelaskan orang-orang Yahudi. Diayat sebelumnya yang menjelaskan tentang ketidakbolehan mengucapkan ro'ina dan diganti dengan lafadh undzurna, membuat orang Yahudi dan kaum musyrik mendapatkan celah untuk melecehkan al-Quran. Dan melemahkan Muhammad di depan umatnya. Pernah suatu saat, mereka mengatakan, \"apakah kalian melihat kelakuan Muhammad? Dia memerintah Shahabatnya terhadap perkara, tapi kemudian ia melarang dan memerintahkan sesuatu yang kebalikannya. Tidak ada al-Quran melainkan hanya ucapannya saja, Dia seenaknya kalau ngomong, sehingga berlawanan antara satu dengan yang lain.\" Mereka mencotohkan kasus hukuman orang zina. Akhirnya Allah menurunkan QS. An-Nahl: 101, َ ْ ً ُل زَنُي امب مَلْعأ ُ َّ اللّو ٍةَيآ َناَكم ةَيآ اَنلَّدَب اَذإو…. ِ َ َ َ ِ ُ ِ َ Dan ayat ini, al-Baqarah: 106, sebagai bantahan atas mereka tentang suatu penasakhan atas suatu ayat. Keagungan Dzat dibalik Nasakh Semua kitab yang diturunkan Allah kepada para nabi-Nya, mempunyai isi yang sama yakni keimanan kepada Allah dan juga keterangan tentang cara hidup yang baik. Sebagai seorang mukmin—mukmin pra islam—harusnya mau mengikuti nabi yang datang setelah nabinya. Mereka harus berpindah dari suatu kebaikan ke kebaikan yang lain, karena risalah yang dibawa oleh nabi setelahnya itu masih sama dengan risalah yang dibawa oleh nabinya. Masih sama-sama memerintahkan iman kepada Allah. Begitu juga dalam hal tuntunan hidup, mereka harusnya tahu, bahwa kehidupan ini berkembang sesuai dengan zamannya. Tidak mungkin menghadapi masalah yang baru dengan tuntunan yang lama. 55 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 56 Dengan demikian, agar bisa mengatasi masalah yang pada zaman berikutnya, manusia harus ikut dan masuk pada ajaran yang ada setelahnya. Dalam hal ini adalah Islam. Karena Islam sebagai agama penutup otomatis ajaran yang terkandung didalamnya lebih sempurna. Ajarannya tidak dapat dirubah ataupun diganti dengan ajaran yang lain sampai hari Kiyamat. Al-Quran merupakan sumber primer ajaran islam baik syariat, akidah maupun akhlak yang harus diimani dan diaplikasikan dalam kehidupan manusia, semua dalil disandarkan pada al-Quran. Kevalidannya tidak diragukan sejak ia diturunkan, tidak ada suatu kecacatan didalamnya. Kesempurnaannya menunjukkan siapa pembuatnya, asli langsung dari Allah. Tidak ada suatu penghapusan atau revisi hukum, kecuali Allah mendatangkan yang lebih baik, lebih mudah, dan lebih cocok dengan keadaan yang ada. Permasalahan nasakh bukanlah masalah yang besar, jangankan menghapus dan mendatangkan yang sepadan dengannya, bahkan Allah lebih bisa lagi mendatangkan yang sejenis al-Quran lagi. Mengenai bahasan nasakh, dalam tafsir syekh Mutawalli al-Sya'rowi menyebutkan bahwa ada dua perkara yang tidak berlaku dalam hal nasakh-mansukh. Pertama, ayat-ayat yang berkaitan dengan ketauhidan atau keimanan. Dimulai sejak nabi Adam sampai nabi Muhammad ajaran tauhid tidak pernah berubah, yakni tetap pada ajaran mengesakan Allah swt. Kedua, ayat-ayat yang berkaitan dengan sejarah atau cerita-cerita tentang kaum terdahulu. Karena sejarah yang tercantum dalam kitab-kitab Allah merupakan suatu kenyataan yang pantang bagi Allah untuk mengubahnya. Bukan seperti para manusia, yang sukanya merubah sejarah demi nama besarnya, demi langgengnya ajarannya, dll. Dalam potongan ayat selanjutnya, Allah menanggapi masalah nasakh-mansukh dengan mengajukan pertanyaan kepada Nabi dan para umatnya. Secara tersirat mungkin, apakah kalian meragukan kemampuan Ku? Bukankah Aku kuasa atas segala sesuatu? Bukankah langit dan bumi adalah milikku dan Aku adalah rajanya? Dengan demikian, jawaban kita atas pertanyaan Allah itu sebagai pertaruhan keimanan kita kepada Allah dengan segala sifat-sifat-Nya. Tidak ada yang sulit bagi Allah, bumi, langit dan isinya adalah milik-Nya. Dia yang mengatur, mengendalikan dan melakukan apa saja sesuai dengan hikmah kebijaksanaan-Nya. D. Ayat 108 ْ َ ُ َ ْ َّلَض ْدَقَف ناميلْاب رْفُكلا ِ لَّدَبَتَي ْ نمو ُلْبَق ْ نِم ىَسوُم َلِئُس امَك ْمُكَلوُسر اولأْسَت ْ نأ َنوُديرُت ْمأ َ َ َ َ ِ َ َ ِ ِ َ ِ ) 108 ( ِ ليبَّسلا ءاوَس ِ َ َ \"Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rosul kamu seperti dahulu Musa telah dimintai? Dan barang siapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan tengah.\" Dalam ayat tersebut, Allah menanyakan kepada umat Muhammad, apakah mereka hendak meminta atau mempertanyakan kepada Rasul mereka seperti yang telah Yahudi lakukan terhadap Rasulnya, yakni Musa. Pertanyaan ini menyiratkan adanya ketidakberesan atas hal yang diminta oleh mereka. seperti yang disebutkan dalam QS.

Al-A'rof: 138, yaitu keinginan mereka menambah Tuhan (berhala) di sisi Allah dan diayat lain tentang keinginan mereka untuk melihat wujud Allah. Ini merupakan bentuk penistaan, meremehkan wujud Allah. Objek Keimanan Objek keimanan rata-rata bentuknya abstrak, hal yang abstrak tidak bisa diterima dengan mata kepala biasa, tapi dengan rasa, mata hati, atau bashiroh. Kita ambil contoh pada kehidupan sehari-hari, seperti lukisan abstrak, kebanyakan orang akan menganggap lukisan itu jelek, tidak ada maksud, ini karena ia memahaminya cuma ala kadarnya. Lukisan abstrak tersebut tidak akan bisa dipahami dengan mata biasa, melainkan harus ada rasa yang ikut menilai. Hal ini masih berhubungan suatu di dunia yang sifatnya hanya kefanaan. Dan bagaimana dengan wujud Allah dan objek keimanan yang lain, yang sifatnya jauh dari kata duniawi. Ini menunjukkan kemampuan daya indera kita terbatas. Dan juga bukan hanya itu, keghoiban wujud objek iman sebagai rintangan atau ujian kita, sejauh mana keimanan kita kepada Allah swt dan objek keimanan yang lain. Mengutip tulisan Quraiys Shihab, objek keimanan harus dilihat dengan mata hati, bukan dengan mata kepala. Barangsiapa yang memaksakan bahwa objek keimanan harus bisa diterima dengan mata kepala, maka sesungguhnya ia telah menukarkan keimanannya dengan kekafiran. E. Ayat 109 َ ْ َ ِدْعَب ْنم ْمهِسُفْنأ ِدْنِع ْنِم اًدَسَح ا ً راَّفُك ْمُكِناميإ ِدْعَب ْنِم ْمُكَنوُْد ُ رَي ْ وَل ِباَتِكلا ِ لْهأ ْ نِم ٌ ريِثَك َّدو َ ِ ِ َ ِ ْ ْ َ َّ ) 109 ( ٌ ريِدَق ٍءيَش ِ لُك ىَلَع َاللّ َّنإ ِهرْمأب ُ َّ اللّ يِتأَي ىَّتَح اوُحَفْصاو اوُفْعاَف ُْق َحلا مُه َل َنَّيَبَت ام َ ْ ِ ِ ِ َ ُ َ \"Banyak diantara Ahlu al-Kitab menginginkan seandainya mereka dapat mengembalikan kamu setelah keimanan kamu kepada kekafiran karena iri hati yang (timbul) dari dalam diri mereka, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkan dan biarkanlah mereka sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.\" Dalam ayat tersebut, orang-orang ahli kitab, Yahudi ataupun Nasrani benar-benar mengharapkan kemurtadan orang-orang muslim. Mereka ingin mengembalikan para muslim ke jalan mereka, yakni jalan kekafiran. Berbagai cara mereka lakukan, seperti mendebat nabi, mengolok-olok, bahkan mempermalukan Nabi. yang penting bagaimana caranya agar para muslim ragu dengan kenabiannya. Padahal mereka sendiri tahu siapa Muhammad, seperti yang tercantum dalam kitab-kitab mereka. Seperti disebutkan pada penjelasan ayat sebelumnya, pengingkaran mereka terhadap nabi Muhammad bukan karena apa-apa, tapi mereka belum bisa menerima jika Nabi yang terakhir adalah bukan golongan mereka. Mereka iri, \"kok bisa?\" kata mereka. karena mereka menganggap bahwa selama ini mereka adalah bangsa yang unggul, dibandingkan umat yang lain. Seperti yang tercantum dalam Q.S. Al- Baqarah: 47 dan 122. َ َّ ْ ْ ْ َ َنيِمَلاعلا ىَلَع ْمُكُتلَّضَف يِ نأو ْمُكْيَلَع ُتْمعْنأ يِتلا يِتمْعِن او ُ رُكذا َليِئارْسإ يِنَباَي َ َ َ ِ َ َ َ 57 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 58 \"Wahai Bani Isroil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan Aku telah melebihkan kamu dari semua umat lain di alam ini.\" Q.S. Al-Maidah: 20 َ ْ ْ ْ اًكول ُ ُم ْمُكَلع َجو ءاَيبْنأ ْمُكيِف َلعَج ذإ ْمُكْيَلَع ِ َّ اللّ َةمْعِن او ُ رُكذا ِ م ْ وَقاَي ِهِم ْ وَقِل ىَسوُم َلاَق ذإو َ َ ِ َ َ ِ َ ِ َ ْ َ ) 20 ( َنيِمَلاعلا َنِم اًدَحأ ِتْؤُي ْمَل ام ْمُكاَتآو َ َ َ \"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata pada kaumnya: \"Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika dia mengangkat nabi-nabi diantaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun diantara umat-umat yang lain.\" Q.S. Ad-Dukhon: 32 ْ ْ ) 32 ( َنيِمَلاعلا ىَلَع ٍ ملِع ىَلَع ْمُهاَن ْ رَتْخا ِدَقَلو َ َ \"Dan sesungguhnya telah Kami pilih mereka (Bani Israil) dengan pengetahuan (Kami) atas umat-umat yang lain.\" Jadi, menurut mereka, Nabi yang terakhir itu harusnya dari golongan mereka. Bukan dari golongan yang bagi mereka berapa level dibawahnya. F. Ayat 110 ُ َ َ َنولمْعَت امب َ َّ اللّ َّنإ ِ َّ اللّ َدْنِع ُهوُدجَت ٍ رْيَخ ْنِم ْمُكِسُفْن ِ لأ اوُمِ دَقُت امو َةاَك َّزلا اوُتآو َة َ لََّصلا اوُميِقأو َ َ َ َ ِ ِ َ ِ َ ) 110 ( ٌ ري ِ صَب \"Laksanakanlah shalat (secara berkesinambungan) dan tunaikanlah zakat (dengan sempurna). Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan untuk diri kamu, pasti kamu akan mendapatkannya di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.\" Pengaplikasian Keimanan Ada banyak sekali term aqimu as-Sholah wa atu az-Zakah dengan berbagai turunannya dalam al-Quran. Bukan berarti yang lain, seperti puasa dan haji yang tidak terlalu banyak dijumpai seperti dua lafadh sebelumnya dianggap tidak penting. Tetapi dengan memakai term aqimu as-Sholah wa atu az-Zakah Allah hanya menekankan bahwa semua bentuk ibadah sejatinya mengandung unsur hubungan vertikal dan horizontal Sholat dan zakat merupakan salah satu bentuk pengaplikasian sebuah keimanan. Bentuk penghambaan seorang hamba ialah dengan beribadah kepada sang Majikan, yakni Allah swt. seseorang yang mengaku beriman harus menunjukkan keimanannya

dengan syariah yaitu beribadah kepada Allah yang digambarkan dengan Shalat dan bermuamalah yang baik dengan sesama manusia dan alam sekitar yang digambarkan dengan zakat. Dalam potongan ayat selanjutnya, \"Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan untuk diri kamu, pasti kamu akan mendapatkannya disisi Allah.\" Semua bentuk kebaikan sama Allah diberikan nilai bahkan yang masih berupa niat saja Allah kasih nilai. Berbeda dengan kejelekan, ketika masih niat Allah tidak menilainya langsung sebelum dia benar- benar melakukakannya. Betapa sayangnya Allah kepada hamba-Nya, ar-Rahman ar- Rahim, Allah masih tetap menunggu dan mengharap hamba-Nya sadar, taubat, dan tidak melakukan kejelekan tersebut. Berbeda dengan makhluk-Nya, terkadang sangat mengharapkan sesamanya melakukan kesalahan, dan akhirnya jatuh. Apalagi seseorang yang di rasa akan menjadi saingannya, astaghfirullah. Semua tidak ada dalam diri Allah, Allah suci dari semua itu. Allah benar-benar menginginkan semua hamba kembali padanya dalam keadaan suci juga. G. Ayat 111 ْ َ ْ َ ُ َّ ْمُتْنُك ْ نإ ْمُكَناَه ْ رُب اوُتاَه ْلُق ْمُهُْيِنامأ َكلِت ىراصَن ْ وأ اًدوُه َناَك ْنم َ لَإ َةَّنَجلا َلُخْدَي ْ نَل اولاَقو َ َ َ ِ ِ َ ) 111 ( َنيِقِداص َ \"Dan mereka berkata: \"Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani.\" Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: \"Tunjukkanlah bukti kebenaran kamu, jika kamu adalah orang yang benar.\" Pengakuan yang mengada-ada para Yahudi Nasrani Hanya khayalan belaka H. Ayat 112 َ َنوُنَزْحَي ْمُه َ لَو ْمهْيَلَع ٌ ف ْ وَخ َ لَو ِه بر َدْنِع ُه ُ رْجأ َ ُهَلَف ٌنِسْحُم وُهو ِ َّ ِ للّ ُههْجو مَلْسأ ْنم ىَلَب َ ِ َ َ ِ َ َ َ َ َ َ ) 112 ( \"(Tidak demikian), bahkan siapa yang menyerahkan wajahnya kepada Allah, sedang ia Muhsin, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tiada rasa takut menimpa mereka, tidak juga mereka bersedih hati.\" Bantahan Allah atas pengakuan Yahudi Nasrani Pengakuan mereka hanya berlaku sebelum islam datang, selama mereka beriman kepada Allah dan beramal sholih berhak atasnya surga seperti yang digembor- gemborkannya, hal ini seperti pada ayat 62. Ketika Islam datang harusnya mereka mengklaim kebenarannya seperti mereka mengeklaim bahwa surga itu miliknya. 59 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 60 I. Ayat 113 ْ ْ َ وقَالَتِ اليَهُودُ لَيْسَتِ النَّصارى عَلَى شَيءٍ وقَالَتِ النَّصارى لَيْسَتِ اليَهُودُ عَلَى شَيءٍ وهُمْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ ْ َّ ْ ُ يَتْلونَ الكِتَ اب َ كَذَلِكَ قَالَ الذِينَ َل َ يَعْلَمُونَ مِثلَ قَو ْ لِهمْ فَاّلل َّ ُ يَحْكُم بَيْنَهُمْ يَو ْ م القِيَامةِ فِيما كَانُ وا َ ُ َ ِ َ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ) 113 ( \"Dan orang-orang Yahudi berkata: \"Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan.\" dan orang-orang Nasrani berkata: \"Orang-orang Yahudi tidak mempunyai suatu pegangan.\" padahal mereka (sama-sama) membaca al-Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka. maka, Allah akan memutuskan diantara mereka pada Hari Kiamat tentang apa yang mereka berselisih padanya.\" J. Ayat 114 ُ َ َ ْ ْ َ ومن ْ أظلَم مِمَّن ْ منَع مسَاجدَ ّللا َّ ِ أن ْ يُذكَر فِيها اسْمُهُ وسَعى فِي خَرابها أولَئِكَ ما كَانَ لَهُ مْ أنْ َ ِ َ ِ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ ْ ُ يَدْخُلوهَا إَل خَائِفِينَ لَهُمْ فِي الدُْنْيَا خ ِ ز ْ ي َ ولهُمْ فِي اْلخ ِ رةِ عَذَابٌ عَظِيم) 114 ( ٌ َ َ ٌ ِ \"Siapakah yang lebih aniaya daripada yang menghalang-halangi menyebut nama Allah didalam masjid-masjid-Nya dan berusaha merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk kedalamnya, kecuali dengan rasa takut. Mereka di dunia mendapatkan kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.\" K. Ayat 115 َ ْ ُْ ْ َ وّلل ِ َّ ِ المشْرقُ والمغْربُ فَأيْنَما تُولوا فَثَم وجْهُ ّللا َّ ِ إنَّ ّللاَ واسِعٌ عَلِيم) 115 ( َّ ٌ َّ َ َ َ َ َ ِ َ ِ ِ َ \"Timur dan barat adalah milik Allah, maka kemana pun kamu menghadap disitulah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.\" Keterkaitan dengan ayat sebelumnya, dimana orang-orang kafir ingin sekali merusak dan merobohkan masjid supaya orang muslim tidak mempunyai tempat ibadah. Dalam ayat ini Allah menegaskan, timur dan barat adalah milik Allah. Artinya percuma saja mereka menghancurkan masjid—tempat shalat—toh setiap jengkal tanah yang ada di dunia ini adalah masjid. Mungkin mereka beranggapan bahwa Tuhan punya tempat sendiri sehingga untuk beribadah pun harus ditempat yang khusus. Salah sekali, Allah berada di setiap tempat, kemanapun arah kita menghadap, dihadapan kita itu adalah Allah swt. Antara al-Masyriq (timur), yakni tempat terbitnya matahari dan al-Maghrib (barat)—tempat terbenamnya matahari—itu semua adalah milik Allah. Ungkapan timur dan barat terlalu sempit jikalau hanya dipahami sebagai dua arah saja. Harusnya dipahami bahwa semua yang ada dimulai dari ujung timur arah terbitnya yang kita sendiri tidak tahu dimana titik kemunculannya sampai ujung barat yang juga kita tidak tahu

dimana posisi pasti terbenamnya, artinya keluasan kekuasaan Allah tak terbatas dan itu semua adalah kepunyaan Allah. Sesungguhnya Allah luas karunia dan rahmat-Nya, L. Ayat 116-117 ْ َ َ وقَال ُ وا اتَّخَذَ ّللا َّ ُ ولَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ لَهُ ما فِي السَّماواتِ واألر ْ ض ِ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ) 116 ( بَدِيعُ َ َ َ َ َ َ ْ َ السَّماواتِ واألر ْ ض ِ وإذَا قَضَى أمْر ً ا فَإنَّما يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ) 117 ( َ ِ َ َ ِ َ َ \"Mereka berkata: \"Allah mempunyai anak.\" Mahasuci Allah, bahkan milik-Nya semata-mata apa yang ada di langit dan di bumi. Semua tunduk kepada-Nya. Dia pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya, \"Jadilah!\" maka jadilah ia.\" M. Ayat 118 ْ ْ َ َّ ٌ وقَالَ ال َّ ذِينَ َل َ يَعْلَمُونَ لَو ْ َل َ يُكَلِمُنَا ّللا َّ ُ أو ْ تَأتِينَا آيَة كَذَلِكَ قَالَ الذِينَ مِن ْ قَبْلِهمْ مِثلَ قَ و ْ لِهمْ َ ِ ِ ُ ْ تَشَابَهت ْ قُلوبُهُمْ قَدْ بَيَّنَّا اْليَاتِ لِقَو ْ م ٍ يُوقِنُونَ) 118 ( َ \"Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: \" mengapa Allah tidak berbicara dengan kami atau dating tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?\". Demikian pula orang-orang sebelum mereka telah mengucapkan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya, Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang mau meyakini.\" N. Ayat 119 َ َ ْ َ ْ ْ ِ إنَّا أر ْ سَلنَاكَ بالحَ ق بَشِير ً ا ونَذِير ً ا وَل َ تُسْألُ عَن ْ أصْحَابِ الجَح ِ يم ِ) 119 ( َ َ ِ ِ \"Sesungguhnya, Kami telah mengutusmu dengan haq; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni- penghuni neraka.\" O. Ayat 120 ْ ْ َّ َ ولَن ْ تَر ْ ضَى عَنْكَ اليَهُودُ وَل َ النَّصارى حَتَّى تَتَّبع مِلتَهُمْ قُلْ إنَّ هُدَى ّللا َّ ِ هُو الهُدَى ولَئِ ن َ َ ِ َ ِ ِ َ َ َ ْ ْ َّ َ اتَّبَعْت َ أهْواءهُمْ بَعْدَ الذِي جَاءكَ مِنَ العِلم ِ ما لَكَ مِنَ ّللا َّ ِ مِن ْ ولِي وَل َ نَص ِ ير ٍ) 120 ( َ ٍ َ َ َ َ َ \"Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (sepanjang masa) hingga engkau mengikuti agama mereka. katakanlah kamu: \"Sesungguhnya, petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).\". Demi, sesungguhnya jika engkau mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.\" 61 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 62 Dalam tafsir al-Qurthubi, Millah dan Syari'ah adalah sesuatu ajaran yang disyariatkan oleh Allah pada hamba-hamba-Nya, baik yang tercantum dalam al-Kitab ataupun lewat lisan Nabi-Nya. Sedangkan ad-Din adalah akidah yang mereka laksanakan berdasarkan kepada perintah-Nya. P. Ayat 121 َّ ُ ْ ْ ُ ُ الذِينَ آتَيْنَاهُم الكِتَاب َ يَتْلونَهُ حَقَّ َ تَِلوتِهِ أولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بهِ ومنْ يَكْفُر ْ بهِ فَأولَئِكَ هُم الخَاسِر ُ ونَ ُ ِ َ َ ِ َ ُ ) 121 ( \"Orang-orang yang telah Kami berikan al-Kitab, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.\" Q. Ayat 122 ْ ْ َّ ْ َ َ يَابَنِي إسْرائِيلَ اذكُر ُ وا نِعْمتِي التِي أنْعمْتُ عَلَيْكُمْ وأن ِي فَضَّلتُكُمْ عَلَى العالَمِينَ) 122 ( َ َ ِ َ َ َ َ \"Hai Bani Isroil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kamu dan Aku telah melebihkan kamu atas segala umat 9dalam sekian banyak anugerah).\" R. Ayat 123 ٌ ْ َ واتَّقُوا يَو ْ مًا َل َ تَجْزي نَفْس ٌ عَن ْ نَفْس ٍ شَيْئًا وَل َ يُقبَلُ مِنْها عَدْلٌ وَل َ تَنْفَعُها شَفَاعَة وَل َ هُمْ ِ َ َ َ َ َ يُنْصر ُ ونَ) 123 ( َ \"Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu satu jiwa (seseorang) tidak dapat menggantikan jiwa (seseorang) yang lain sedikit pun dan tidak akan diterima suatu tebusan darinya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafaat kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong.\"

QS. al-Baqarah Ayat 124-140 Oleh: Faqih Faturrahman ُ َ وإذِ ابْتَلَى إبْراهِيم ربُْهُ بكَلِماتٍ فَأتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إن ِي جَاعِلكَ لِلنَّاس ِ إمامًا ۖ قَالَ ومِن ْ ذ ُ ِ ر يَّتِي ۖ قَالَ َٰ ِ َ ِ ِ َ ِ َ َ َ ِ َ َ َّ َل َ يَنَالُ عَهْدِي الظالِمِينَ Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: \"Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia\". Ibrahim berkata: \"(Dan saya mohon juga) dari keturunanku\". Allah berfirman: \"Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim\".  Dalam ayat ini Allah memberikan taladan kisah terdahulu yaitu nabi ibrohim dalam mengerjakan larangan dan perintah Allah, disebutkan bahwa nabi ibrohim menjalankannya dengan sempurna, sehingga Allah menjadikannya sebagai pemimpin (dalam tafsir almisbah disebutkan imam disini sebagai contoh dan teladan) dan teladan dimuka bumi, lalu nabi ibrohim juga berdoa agar keturunannya pun dijadikan pemimpin. Maka Allahpun mengabulkannya dengan syarat tidak dzolim.  Dalam ayat ini Allah menjadikan nabi ibrohim sebagai imam yaitu contoh hamba yang taat pada perintah dan larangan Allah, hingga menyembelih anaknya yang dicintainya pun sangat taat, ketaatan itulah yang menjadi contoh.  Untuk menjadi teladan yang baik harus memberikan contoh yang baik terlebih dahulu, sebagaimana Muhammad menjadi teladan dengan memberikan contoh .  Kepemimpinan. Banyak sekali kisah nabi yang diceritakan dalam alqur’an, tentunya nabi adalah manusia manusia yang imannya selalu naik, selalu taat atas apa yang allah perintahkan, dalam ayat ini kisah nabi Ibrahim yang dikenal sebagai bapak tauhid juga sebagai kholilullah, konsekuensi atas taat pada semua perintah Allah adalah ditolongnya dari berbagai masalah yang ada, dicontohkan nabi Ibrahim tak mempan dibakar, anaknya tidak jadi disembelih, anak dan istrinya diberi air zam zam ketika sedang sangat kehausan dan sebagainya.  Nabi ibrohim berdoa agar anak dan keturunannya juga dapat menjadi imam, dan Allah kabulkan doa tersebut selama anak cucunya tidak berbuat dzolim, dalam hadist terdapat al ulama warotsatul anbiyaa’ berarti bisa jadi sampai saat ini masih ada pewaris nabi ibrohim walaupun tiak secara nasab tersambung tapi secara keilmuan dan ketaatan terwarisi dari nabi Ibrahim sehingga layak menjadi imam maka bisa jadi dikategorikan sebagai imam pewaris nabi ibrohim ْ ْ ْ ً َ ًّ ُ وإذ جَ علنَا البَيْتَ مثَابَة لِلنَّاس ِ وأمْنًا واتَّخ ِ ذوا مِنْ مقَام ِ إبْراهِيم مُصلى ۖ وعَهدْنَا إلَى إبْراهِيم َ َ َ ِ َٰ َ َ ِ ِ َ َ َ ِ َ ِ َ َ َ َّ ْ َ وإسْماعِيلَ أن ْ طَهرا بَيْتِي لِلطائِفِينَ والعاكِفِينَ والر ُْ كَّع السُْجُودِ ِ َ َ َ ِ َ َ َ َ ِ 63 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 64 Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman.Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: \"Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud\". Masih dalam kisah teladan nabi ibrohim sebagai bapak tauhid bagi ummat islam. Kali ini Allah menceritakan bagaimana pembangunan kabah,  Dalam ayat ini mengandung isu al basyar/al waid  Sebagai tempat yang suci dari Awal Allah telah membuat baitullah sebagai tempat yang suci, yaitu dengan menjadikan sebagai tempat berkumpulnya manusia dan tempat yang aman, dikisahkan dalam tafsir jalalayn bahwa dahuu disekitar baitullah sering terjadi pembunuhan dan ancaman, maka dalam ayat tersebut Allah menjanjikan dengan menjadikan baytullah sebagai tempat yang aman, bahkan hingga sekarang mekkah dan madinah menjadi 2 tempat suci yang sangat aman, karena non muslim dilarang untuk memasuki 2 wilayah tersebut sehingga jauh dari peperangan.  Juga terdapat unsur isu amr wa nahyu yang ada kaitannya nanti dengan at tholabi wal irodah  Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan nabi ibrohim untuk mensucikan baitullah dengan tauhid, yang sebelumnya dibaitullah telah ada penodaan terhadap ke Esaan Allah yaitu dengan banyaknya berhala yang menghiasi kabah. Tentunya berhala disana bukan hanya patung saja tapi juga dengan kepercayaan yang ada ditengah masyarakat, ketika ada berhala pasti ada masyarakat yang menyembahnya pula, maka nabi ibrohim pun diperintahkan untuk membersihkan kepercayaan masyarakat terhadap berhala.  Ketika baitullah telah di bersihkan dari berhala yang ada, baik patung dan kepercayaannya, maka pengikut nabi Ibrahim dapat beribadah dengan baik , dapat sholat (ruku dan sujud) juga thawaf dan itikaf. Dalam pengertian sholat salah satunya adalah doa, َٰ َ ْ ْ َّ وإذ قَالَ إبْراهِيم رب ِ اجْعلْ هَذَا بَلَدًا آمِنًا وار ْ زُق ْ أهْلَهُ مِنَ الثمراتِ م ن ْ آمنَ مِنْهُمْ باّلل َّ ِ واليَو ْ م ِ َ َ َ َ ِ َ َ ِ ُ َ َ َ ِ َ ُ ْ ْ ً ُ َ اْلخ ِ ر ۖ قَالَ ومنْ كَفَر فَأمتِعُهُ قَلِيَل ثم أضْطَرُْ هُ إلَى عَذَابِ النَّار ۖ وبئْس المص ِ ير ُ َ َّ َ ِ َٰ ِ َ ِ َ ِ َ َ َ Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: \"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: \"Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali\". dalam ayat tersebut terdapat doa nabi ibrahim as, dalam memohon akan sia الدعاء sia jika yang dimintai permohonan tidak mampu memenuhinya, maka dalam berdoa atau memohon haruslah pada yang maha segala galanya tentunya berdoa harus pada Allah, do’a akan lebih cepat dikabulkan jika yang berdo’a memiliki jiwa yang suci, karena Allah adalah dzat yang maha suci dan menyukai orang

orang yang suci, doa doa yang dipanjatkan para nabi telah dikabulkan oleh Allah karena mereka sangat taat pada perintah Allah.  نما dalam ayat tersebut terdapat kategori untuk yang berhak dalam doa kasih sayang nabi ibrahim yaitu untuk diberikan keamanan dan rezeki bagi yang beriman pada Allah dan hari akhir, hingga saat ini doa tersebut masih terasa karena di mekkah, kota tersebut terjaga dari orang orang kafir juga ekonomi terpenuhi dengan banyaknya jamaah haji yang datang ke kota tersebut, sekali lagi karunia yang Allah kabulkan dari doa nabi ibrahim tersebut akan terus mengalir selama syaratnya terpenuhi yaitu beriman pada Allah dan hari akhir  دلب dalam ayat tersebut terdapat penghususan dalam doa nabi ibrahim yaitu دلب اذه negri ini, dalam konteks ayat tersebut yaitu negri mekkah, namun bagi saya allah menjamin keamanan dan rezeki bagi semua hambanya yang taat padanya dan hari akhir  رفك setelah tadi Allah memberikan janji berupa anugrah rahmat bagi yang mentaatinya kali ini Allah mengancam bagi orang kafir untuk diberikan sedikit kenikmatan didunia lalu akan disiksa dineraka kelak, itulah konsekuensi bagi yang ingkar atas ayat ayatnya. ْ ْ ْ َ ْ ميِلعلا ُعيِمَّسلا َ تْنأ َكَّنإ ۖ اَّنِم ْلَّبَقَت اَنَّبر ُليِعامْسإو ِتْيَبلا َنِم َدِعاوَقلا ميِهارْبإ ُعَف ْ رَي ذإو ِ َ َ َ ِ َ ُ َ َ ِ ُ ِ َ Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): \"Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui\" PENJELASAN  عفريyaitu membangun ka’bah sebagai bangunan sakral yang pembangunannya ditentukan oleh tuhan yang maha Esa, Ka’bah yang dibangun oleh nabi ibrohim dan anaknya nabi ismail sebelumnya jauh sebelum penciptaan manusia telah dibangun oleh para malaikat.  تيبلا bait berarti rumah, dalam penjelasan lain disebut baitullah (rumah Allah)nabi ibrohim dan nabi ismail sebagai nabi diwahyukan untuk membangun rumah Allah atau ka’bah. Ka’bah sendiri bukan berarti tempat bersemayam Allah atau istana Allah, tapi disitu Adalah tempat yang Allah ridhoi. dalam penjelasan lain di di masjidil haram atau tempat ka’bah berdiri dan sekitarnya Allah turunkan 120 rahmat, rahmat ini sangat luas dan banyak jika dibandingkan dengan nikmat yang Allah turunkan bagi manusia sebanyak 1 rahmat. Ka’bah juga menjadi arah kiblat umat islam dalam melaksanakan sholat, bukan berarti umat islam menyembah bangunan akan tetapi itulah perintah dari tuhan yang belum bisa di logikakan, hanya dapat didekati dengan pendekatan iman, bahwa Allah telah memerintahkannya maka kita sebagai umat muslim harus melaksakannya dengan keikhlasan dalam hati. Namun dalam tafsir ada yang menyebut untuk sebagai kesatuan umat muslim menghadap pada satu arah. َّ ْ َّ َ َ َ َّ َ  ان ِ م لبقت انبر Doa yang dipanjatkan nabi ibrohim dan nabi ismail ketika membangun ka’bah, memohon agar ibadahnya diterima oleh Allah, bisa jadi bahwa doa tersebut bukan saja hanya untuk nabi ibrohim dan nabi ismail semata tapi bagi 65 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 66 siapa saja yang melaksanakan perintah Allah disekitar baitulloh, bagi siapa saja yang berhaji, sholat, ruku, dan sebagainya dikawasan baitulloh, Ini adalah pelajaran bagi ummatnya untuk senantiasa ibadah itu ditujukan untuk Allah juga dikuatkan dengan do’a setelah ibadah agar ibadah tersebut dapat diterima disisi Allah. ً ُ َ ً َ ْ ُ َ تْنأ َكَّنإ ۖ اَنْيَلَع ْ بُتو اَنَكِساَنم اَنرأو َكَل ةمِلْسُم ةَّمأ اَنِتَّي رذ ْ نِمو َكَل نْيمِلْسُم اَن لعْجاو اَنَّبر َ َ ِ ِ َ َ َ َ َ ِ َ َ ِ مي ِ ح َّ رلا ُ با َّ وَّتلا ُ Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. PENJELASAN ْ ْ َ ْ ُ  يم ِ لسم secara bahasa berarti dua orang yang pasarah (tunduk), siapa yang pasrah? ن yaitu nabi ibrohim dan nabi ismail, keduanya berdoa agar dijadikan orang orang yang tunduk pada ketentuan Allah padahal keduanya telah diangkat menjadi nabi karena ketaatanya pada perintah Allah SWT, inilah teladan yang sangat baik dicontohkan oleh kekasih Allah nabi ibrohim dan anaknya untuk tetap rendah hati dihadapan Allah. ُ َ َّ ِّ  ان ِ تيرذ didalam do’a nabi ibrahim disebutkan pula anak keturunannya, siapa saja keturunanya? Jika pada saat ini untuk mengetahui garis nasab dari nabi ibrahim akan sangat sulit karena sudah jauh beberapa generasi, namun dalam tafsir disebutkan keturunan nabi ibrahim adalah siapa saja yang taat dalam ketentuan Allah SWT. Nabi ibrohim berdoa agar beliau beserta nabi ismail juga keturunanya menjadi hamba yang taat dan juga diampuni dari segala kesalahan. Ini menjadi pelajaran bagi umatnya untuk senantiasa istiqomah dalam ketaatan juga senantiasa meminta Ampun. َ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ َ ْ َ  انيلع بتو انك ِ سانم انرأو nabi ibrohim meminta untuk diberi petunjuk bagaimana cara ن beribadah haji setelah membangun ka’bah yang telah diterangkan pada ayat sebelumnya. Nabi ibrohim mengajarkan bahwa ibadah (mahdhoh) harus ada petunjuk dari yang memerintahkanya yaitu Allah SWT. ْ َ ُ ْ ً ْ َتْنأ َكَّنإ ۚ ْمهيِكَزُيو َةمْك ِ حلاو َ باَتِكلا مُهُمِلعُيو َكِتاَيآ ْمهْيَلَع ولْتَي ْمُهْنِم لَوُس ر ْمهيِف ثعْباو اَنَّبر َ ِ ُ َ َ َ َ َ ِ َ َ ِ ِ َ ْ ْ ميِك َحلا ُزيزعلا ُ ِ َ 129. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. TAFSIR AYAT Ayat ini masih menyambung ayat-ayat sebelumnya yakni doa yang dipanjatkan nabi ibrohim setelah membangun baytullah ka’bah, nabi Ibrahim berdoa agar dari daerah tersebut didatangkan seorang rosul dari keturunannya yang mengajarkan kepada kaumnya al-Qur’an dan sunnahnya.

Artinya nabi ibrohim ingin dari keturunannya tetap memperjuangkan ajaran Allah.Doa tersebut sudah terkabul dengan datangnya kekasih utama Allah, nabi Muhammad saw Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mandi, dari Mu'awiyah ibnu Saleh, dari Sa'id ibnu Suwaid Al-Kalbi, dari Abdul A'la ibnu Hilal As-Sulami, dari AlIrbad ibnu Sariyah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku di sisi Allah benar-benar tercatat sebagai penutup para nabi, sedangkan Adam benar-benar masih berupa tanah liat. Dan aku akan menceritakan kepada kalian awal mula dari hal tersebut, yaitu doa ayahku Ibrahim, berita gembira Isa mengenaiku, dan impian diriku yang pernah dilihat oleh ibuku, demikian pula ibu-ibu para nabi semua melihatnya. Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Ibnu Wahb dan Lag serta dicatat oleh Abdullah ibnu Saleh, dari Mu'awiyah ibnu Saleh, kemudian diikuti oleh Abu Bakar ibnu Abu Maryam, dari Sa'id ibnu Suwaid dengan lafaz yang sama. Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Al-Faraj, telah menceritakan kepada kami Luqman ibnu Amir yang mengatakan bahwa is pemah mendengar Abu Umamah menceritakan hadis berikut: Aku bertanya, \"Wahai Rasulullah, apakah permulaan dari kejadianmu?\" Nabi Saw. menjawab, \"Doa ayahku Ibrahim, berita gembira Isa mengenaiku, dan ibuku melihat dalam mimpinya telah keluar dari tubuhnya suatu nur yang cahayanya dapat menerangi gedung-gedung negeri Syam.\" Makna yang dimaksud ialah, orang yang mula-mula sengaja menyebutnya dan memperkenalkannya kepada umat manusia adalah Ibrahim a.s. Nama beliau Saw. terus- menerus menjadi buah bibir manusia hingga namanya disebutkan dengan jelas oleh penutup nabi-nabi kalangan Bani Israil, yaitu Nabi Isa ibnu Maryam a.s. Ia berkhotbah di kalangan umat Bani Israil. Ucapannya ini disitir oleh firman-Nya: Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku —yaitu Taurat— dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). (AsSaff: 6) Karena itulah Nabi Saw.bersabda di dalam hadis ini bahwa dia adalah doa Nabi Ibrahim dan berita gembira yang disampaikan oleh Isa ibnu Maryam. Sabda Nabi Saw. yang mengatakan, \"Dan ibuku telah melihat ada sebuah nur (cahaya) keluar dari tubuhnya yang cahayanya menyinari gedung-gedung negeri Syam.\" Menurut suatu pendapat, hal itu terjadi di dalam mimpinya ketika ibu Nabi Saw.sedang mengandungnya, lalu beliau menceritakannya kepada kaumnya, maka hal itu tersiar dan terkenal di kalangan mereka. Hal tersebut merupakan pendahuluan dan pengkhususan bagi negeri Syam, bahwa nur Nabi Saw.akan menyinarinya. Hal ini merupakan isyarat yang menunjukkan bahwa agama dan kenabian beliau Saw. kelak akan menetap di negeri Syam. Karena itu, maka negeri Syam di akhir zaman kelak akan menjadi benteng bagi Islam dan pars pemeluknya. Di negeri Syam-lah kelak Nabi Isa ibnu Maryam diturunkan, yaitu di kota Damaskus, tepatnya di menara putih sebelah timur. Di dalam sebuah hadis Sahihain (Imam Bukhari dan Imam Muslim) disebutkan: Segolongan dari umatku masih terus-menerus berjuang membela kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghina mereka dan tidak pula orang yang 67 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 68 menentang mereka hingga datang perintah Allah (hari kiamat), sedangkan mereka tetap dalam keadaan demikian (membela kebenaran). A. Ayat 130 ۖ َّ َّ ْ ِةر ِ خلْا يِف ُهَّنإو اَيْنُْدلا يِف ُهاَنْيَفَطْصا ِدَقَلو ۚ ُهَسْفَن َهِفَس ْ نم لَإ ميِهارْبإ ِةلِم ْ نَع ُبَغ ْ رَي ْ نمو َ َ ِ ِ َ َ َ َ َ ِ َ َني ِ حِلاَّصلا َنِمَل 130. Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. TAFSIR AYAT dalam ayat tersebut Allah menyindir keras bagi siapa saja yang benci pada ajaran Ibrahim, benci berarti tidak suka, padahal nabi Ibrahim sudah sangat jelas tercermin sebagai hamba Allah yang sholeh, yang beberapa kali mukjizat diberikan kepadanya, apakah dengan selamatnya nabi Ibrahim dari kobaran api yang menyala-nyala belum cukup membuktikan bahwa dia Adalah seorang kekasihAllah?, juga dalam bermu’amalah nabi Ibrahim berhasil mengubah anaknya yang dijadikan kurban dengan kambing kibas, juga yang teramat fundamental Nabi Ibrahim menjadi orang yang yng berhasil menemukan tuhan yang sesungguhnya didalam hatinya, maka bagi orang yang tidak mempercayainya dapat dikataka akalnya tidak digunakan dengan optimal, di membohongi dirinya sendiri, tidak jujur dengan apa yang sesusai dengan kenyataanya. Contoh jika saat ini ada yang tidak mempercayai bahwa bumi sudah kecil dengan adanya telfon, internet, dan kendaraan maka dia telah membohongi dirinya sendiri. Seperti dalam konteks sekarang banyak sekali ideology yang mengatakan bahwa dengannya dia dapat mensejahterakan manusia, dia bisa jadi belum mengenal islam, juga bisa jadi dia telah membohongi dirinya sendiri bahwa islam adalah agama yang Allah sajikan demi kesejahteraan manusia sendiri. Dalam konteks saat ini bahwa millat ibrohim adalah agama islam yang kaaffah, bagi orang yang sudah sadar dan tahu akan agama islam dan menolak islam maka dia telah membodohi dirinya sendiri, namun pada zaman era modern saat ini siapa yang tidak tahu akan islam? Minimal bisa tahu bahwa islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. Sebelumnya sudah dikatakan bahwa islam adalah agama yang Allah sajikan untuk manusia untuk manusia sendiri demi kesejahteraan manusia itu sendiri, Al-Qur’an mengatakan bahwa manusia adalah sebagai khalifah dimuka bumi dan dialam Alqur’an itu sendiri bagaimana menjadi khalifah yang sesuai sebagaimana tuntunan tuhan, dan tuhan menuntun manusia untuk tidak menindas sesame dan memelihara segala yang ada dibumi. B. Ayat 131 َ ْ َ ْ َنيِمَلاعلا ِ برِل ُتْمَلْسأ َلاَق ۖ ْمِلْسأ ُهُْبر ُهَل َلاَق ذإ ِ َ َ َ 131. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: \"Tunduk patuhlah!\" Ibrahim menjawab: \"Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam\".

TAFSIR AYAT Ayat ini adalah penguat bagaimanakah sikap nabi Ibrahim sebagai hamba yang shaleh sebagaimana yang telah ayat sebelumnya jelaskan.Nabi Ibrahim yang mendapat gelar khalilullah atau kekasih Allah, ketika Allah perintahkan untuk berislam maka beliau langsung menjawab dengan mantap bahwa ia berislam pada tuhan seluruh Alam, dalam ayat ini terdapat percakapan langsung antara nabi Ibrahim dengan Allah, sebagaimana Quraysh Shihab dalam tafsir al-Misbah nya bahwa maqom nabi Ibrahim yang mendapat gelar khalilullah sudah tidak melalui malaikat jibril sebagai perantara. Dalam penjelasan syeikh Bul Hasan asy Syadzili mengatakan bahwa dalam usaha-usaha untuk mendekati rabb akan menghilangkan hijab-hijab yang menghalangi seorang hamba dengan tuhannya, dalam cerita sudah masyhur dijelaskan bahwa bagaimana perjuangan Ibrahim dalam mencari tuhannya hingga ia menemukan tuhan Allah. Berislam, salah satunya dapat diartikan dengan patuh, atau pasrah, dalam ayat tersebut Allah mengatakan untuk patuh terhadap-Nya sebagai tuhan yang menguasai seluruh jagat raya, dengan sigap nabi Ibrahim mengatakan bahwa dirinya patuh dengan semua perintah tuhan-Nya. Dalam perjalannya kemudian seorang nabi Ibrahim yang patuh akan perintah tuhannya selalu mendapat masalah (ujian keimanan). Dan selalu saja selamat, artinya akibat dari patuh pada rabb seluruh alam maka seluruh permasalahan akan dapat dilalui dengan mudah karena ada campur tangan sang penguasa alam. Dalam konteks kekinian banyak sekali yang tidak menghiraukan perintah tuhannya, bahkan untuk mengetahui apasaja perintah tuhannya sudah enggan untuk dikaji, masih banyak yang beranggapan bahwa agama adalah perkara akhirat dan tidak menguntungkan kehidupan dunia. Padahal jika melihat apa yang telah nabi Ibrahim contohkan maka segala perkara didunia akan menjadi mudah jika ada pertolongan Allah. C. Ayat 132 َ َّ ْمُتْنأو لَإ َّن ُتوُمَت َ لََف َنيِ دلا مُكَل ىَفَطْصا َاللّ َّنإ يِنَب اَي ُبوُقْعَيو ِهيِنَب ميِهارْبإ اهب ىَّصوو َّ َٰ ُ ِ َ ُ َ ِ َ ِ َٰ َ َ َ ِ َّ َنوُمِلْسُم Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): \"Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam\". TAFSIR AYAT Ayat ini mengandung pesan aqidah yang sangat kuat, betapa jangan sekali sekali manusia untuk melepaskan keislaman karena wafat bisa mengintai kapan saja, iseseorang dapat dikatakan pemeluk agama islam jika sudah mengucapkan dua kalimat syahadat, tentunya dengan meyakini dua kalimat tersebut bahwasannya Allah adalah tuhan semesta alam dan Muhammad adalah utusan Allah, dalam syariat ada banyak perilaku yang dapat mengeluarkan seseorang dari keislamannya, akan tetapi emha ainun najib mengatakan bahwa untuk mengatakan bahwa dirinya adalah seorang muslim saja beliau tidak berani artinya yang tahu bahwa seseorang berislam dengan baik hanyalah Allah, manusia hanya berusaha menjadi islam lewat apa yang diajarkan nabi Muhammad saw. Artinya perilaku kita harus selalu mengikuti apa yang diajarkan nabi Muhammad saw kapanpun dan dimanapun, karena ajal selalu mengintai. 69 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 70 Dalam ayat tersebut tidak dikatakan untuk orang-orang beriman, hanya dikatakan untuk keturunan Ibrahim dan ya’qub, maka orang-orang beriman tidak dianjurkan untuk menjaga keislaman kapanpun dan dimanapun.Pendapat ini bisa jadi keliru karena, pertama al-Qur’an ditujukan untuk semua manusia hingga akhir zaman.Kedua, dalam pengertian anak bisa memiliki beberapa makna.Pertama, bisa diartikan sebagai anak biologis. Kedua bisa diartikan yang diwariskan keyakinan dapat dikatakan anak, dalam hal ini nabi Ibrahim mewariskan keyakinan pada tuhan yang maha Esa, maka seluruh umat muslim dapat dikatakan sebagai anak nabi Ibrahim dan dianjurkan untuk menjaga keimanan kapanpun dan dimanapun. Dalam wasiat nabi Ibrahim menunjukan kata anak-anak, dalam bahasa arab jika memakai kata jamak maka harus ada tiga atau lebih, sedangkan yang mashur anak nabi Ibrahim hanya Ismail dan Ishak, dalam tafsir al-Misbah dikatakan bahwa dalam perjanjian lama: kejadian 25 disebutkan bahwa setelah wafatnya sarah, nabi Ibrahim menikah lagi dengan wanita bernama ketura.dari ketura lahirlah Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak, dan Suah. D. Ayat 133 َٰ ْ ْ ْ ُ َكهَلإ ُدُبْعَن اولاَق يِدْعَب ْ نِم َنوُدُبْعَت ام ِهيِنَبِل َلاَق ذإ ُت ْ وملا َ بوُقْعَي رَضَح ذإ ءاَدهُش ْمُتْنُك ْمأ َ َ َ ِ َ ِ َ َ َ ِ َٰ َٰ َنوُمِلْسُم ُهَل ُنْحَنو اًد ِ حاو اًهَلإ َقاَحْسإو َليِعامْسإو ميِهارْبإ َكِئاَبآ َهَلإو َ ِ َ َ ِ ِ َ َ ِ َ ِ َ َ Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: \"Apa yang kamu sembah sepeninggalku?\" Mereka menjawab: \"Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya\". TAFSIR AYAT Nabi ya’qub as adalah putra nabi Ishaq as.Beliau wafat tahun 989 SM dan dikuburkan bersama kakeknya nabi Ibrahim as.Diceritakan kisah nabi Ya’qub karena beliau adalah kakek bani israil dan ini membuktikan dalam ajaran sebelumnya seperti taurat dan zabur tidak ada perintah untuk mempersekutukan Allah. Dalam ayat ini nabi Ya’qub berwasiat dan berharap pada anak-anaknya untuk menyembah tuhan yang maha esa, walaupun dalam beberapa keterangan ada pendapat adanya perbedaan tuhan antara nabi Ya’qub dan anak-anaknya, namun dalam ayat ini secara tegas dan gamblang anak-anaknya akan menyembah tuhan nabi Ibrahim yaitu Allah SWT. Juga secara tegas pada ujung ayat terdapat kalimat penguat bahwasannya mereka adalah orang-orang muslim. Maka pada saat ini dan pada saat nabi isa dan Muhammad turun, bani israil yang sekarang dikenal dengan sebutan kaum yahudi telah melanggar sumpah leluhur merka untuk tetap menyembah tuhan yang maha esa, dikarenakan ada utusan tuhan yang selain dari yahudi.Yahudi protes kepada tuhan bahwa agama yang telah diturunkan kepada mereka mengapa ada agama baru yang diturunkan kepada selain mereka sedang kaum yahudi adalah pewaris nabi. Ayat ini menjadi gambaran bagi orang tua bahwa tugas utama sebagai orang tua adalah menanamkan aqidah pada anak-anaknya.Sebagaimana tujuan utama menikah adalah untuk menjaga keturunan, untuk meneruskan perjuangan dalam hal aqidah adalah untuk meneruskan perjuangan untuk menyeru kepada tuhan.Tugas seorang ayah

adalah mengenalkan tuhannya pada anak-anaknya. Maka ukuran sukses seorang ayah adalah bukan pada harta yang banyak, tetapi sejauh mana anaknya mengenal Allah, menurut gus muwafiq, harta adalah sebagai sarana untuk anak dapat mengenal Allah lebih nyaman, maka dari itu ada banyak fasilitas Yang Allah Berikan kepada manusia untuk dapat mengenalinya, bisa jadi dari miskin, kaya, jabatan, kehilangan orang yang dicintai dan masih banyak lagi. Jika dengan semua fasilitas itu seorang ayah dapat mengenalkan Allah pada anakanya amaka dapat dikatakan seorang ayah tersebut sebagai ayah yang sukses. E. Ayat 134 ٌ ُ ْ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ َنولمْعَي اوُناَك اَّمَع َنولأْسُت َ لَو ۖ ْمُتْبَسَك ام ْمُكَلو ْ تَبَسَك ام اهَل ۖ ْ تَلَخ ْدَق ةَّمأ َكلِت Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan. TAFSIR AYAT Ayat ini menegaskan bahwa perilaku ahli kitab sudah sangat jauh berbeda dengan yang terdahulu, mereka telah mendustakan ikrar nenek moyangnya dihadapan nabi Ya’qub. Bani israil terdahulu adalah ahli kitab yang taat, sehingga banyak penerusnya menjadi penerus nabi, mereka selalu saja membanggakan nenek moyangnya, sehingga Allah menegaskan bahwa bani israil yang memegang teguh kebenaran adalah umat yang terdahulu, mereka dengan apa yang mereka kerjakan dahulu akan memikul pertanggung jawaban sendiri diakhirat kelak. Memang menjadi keturunan orang yang terhormat adalah suatu kebanggaan apalagi menjadi keturunan nabi, sebagai pembawa risalah nabi, pastinya itu akan menjadi kebanggan yang berlipat ganda, namun keadan itu jangan dijadikan sebagai tameng diri sehingga bebas melakukan apa yang dikehendaki oleh nafsu. F. Ayat 135 َّ ْ َ ُ َنيِكرْشُملا َنِم َناَك امو ۖ اًفيِنَح ميِهارْبإ َةلِم ْلَب ْلُق ۗ اوُدَتْهَت ىراصَن ْ وأ اًدوُه اوُنوُك اولاَقو َ َٰ َ َ ِ َ َ ِ َ َ Dan mereka berkata: \"Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk\". Katakanlah: \"Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik\". Para ahli kitab itu berkata dan mengajak umat muslim untuk memeluk agama yahudi atau nasrani agar mendapatkan hidayah. Hidayah disini berarti mereka mengklaim bahwa agama yahudi dan nasrani adalah agama yang benar. Padahal itu semua adalah perasangka mereka sendiri, bukti bahwa ajaran mereka yakni yahudi dan nasrani bukanlah agama yang benar adalah bahwa mereka tidak mau mengakui adanya nabi nabi baru yang diutus selain dari kalangan mereka, juga mereka dengan sesuka hati merubah hukum hukum Allah dengan kehendaknya, banyak sekali cerita didalam al-Qur’an bahwa mereka membunuh para nabi-nabi Allah dikarenakan apa yang dibawa oleh para nabi- nabi Allah itu tidak sesuai dengan kehendak nafsu mereka. 71 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 72 Namun anggapan mereka bahwa yahudi adalah agama yang benar langsung dibantah oleh Allah dengan pernyataan tegas.Dengan mengatakan bahwa ajaran nabi Ibrahim lah yang lurus juga bukan termasuk orang-orang yang musyrik. Al-Biqa’I berpendapat bahwa menjadi yahudi itu bukan hanay sekedar memasuki agama mereka, akan tetapi lebih kepada menganut pandangan hidup, mengikuti tata cara kehidupan mereka, baik dalam bidang ekonomi, social maupun budaya. Seperti apa yang disabdakan oleh rosulullah saw “kamu akan mengikuti jalan hidup orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejenkal, sehasta demi sehasta, sampai jika kamu masuk kedalam lubang biawak, kalian pun ikut masuk.” yang rosul katakana dengan orang- orang sebelum kamu adalah umat yahudi. G. Ayat 136 ُ ُ ُ َ ْ ِطاَبْسلأاو َ بوُقْعَيو َقاَحْسإو َليِعامْسإو ميِهارْبإ ىَلإ َلزْنأ امو اَنْيلإ ِ َ َلزْنأ امو ِ َّ للّاب اَّنمآ اولوُق ِ ِ ِ َ ِ َ َ َ َ َ َ ِ َ َ َ ِ َٰ ِ َ َ ُ ُ َ ُهَل ُنْحَنو ْمُهْنِم ٍدَحأ َنْيَب ُق رَفُن َ لَ ْمه بر ْنِم َنوُْيبَّنلا يِتوأ امو ىَسيِعو ىَسوُم يِتوأ امو ِ ِ َ ِ ِ َ َ َٰ َ َ َٰ َ َ َ َ َنوُمِلْسُم 136. Katakanlah (hai orang-orang mukmin): \"Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya\". TAFSIR AYAT Ini menjadi tugas bagi nabi kaum muslimin untuk mengajarkan pada ummatnya apa yang harus diucao dan apa yang harus dilaksanakan, ayat ini berpesan epada umat muslim, jika ingin menjadi muslim yang beriman, jangan hanya beriman kepada tuhan, tapi beriman kepada para nabi yang mngamban pesan Allah, nabi-nabi yang ditegaskan disini adalah nabi-nabi dari kalangan yahudi dan dari garis keturunan Ibrahim, dari garis keturunan Ibrahim dan ismail adalah para ahli kitab dan dari keturunan ishaq dan ya’qub adalah kalangan bani israil. Juga dipisahkan dengan dari nabi-nabi tersebut dengan apa yang dibawakan oleh musa dan isa, keduanya dipisahkan karena menurut saya keduanya punya kekhususan yang berbeda, salah satunya adalah keduanya memiliki kitab khusus yang diturunkan kepada keduanya yatu taurat dan injil. Lalu diakhir ayat terdapat kalimat “ Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya\". Rasanya ini cocok seperti apa yang dikatakan syeikh mutawalli asy-Sya’rawi dalam tafsirnya bahwa sifat bani israil atau orang-orang yahudi adalah menyukai orang-orang yang berpihak kepadanya dan memusuhi bahkan memerangi orang-orang yang tidak sejalan dengannya, seperti diceritakan dalam tafsirnya bahwa bani israil memusuhi malaikat jibril dan mengikuti malaikat izrail, dikarenakan malaikat jibril telah menurunkan wahyu yang datang dari Allah kepada Muhammad, sedangkan Muhammad sangat dibenci bani israil karena tidak senasab dengan bani israil. Artinya bani israil sangat memilah milah kawannya, pemilihan kawan pun hanya berdasarkan nafsunya. Maka dari itu diakhir ayat ini Allah menegaskan, untuk menjadi

islam yang kafah maka nafsu harus mengikuti nas, bukan nas yang mengikuti hawa nafsu. H. Ayat 137 ْ َّ فَإن ْ آمنُوا بمِثل ِ ما آمنْتُمْ بهِ فَقَدِ اهْتَدَو ْ ا ۖ وإن ْ تَولو ْ ا فَإنَّما هُمْ فِي شِقَاق ۖ فَسَ يَكْفِيكَهُم ّللا َّ ُ ۚ وهُو ِ ِ ُ ٍ َ َ ِ ِ َ َ ِ َ َ َ َ ْ السَّمِيعُ العلِيم َ ُ 137. Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. TAFSIR AYAT Jika ahlul bait itu beriman maka itu adalah hidayah yang Allah berikan kepada mereka, dan jika mereka berpaling dari jalan Allah maka mereka berada dalam permusuhan dengan muslim, maksudnya mereka akan selalu memusuhi umat muslim. Dan itu berlangsung hingga saat ini, bisa dilihat bagaimana Israel terus menyerang palestina, eropa menyuarakan islam phobia dan lain sebagainya. I. Ayat 138 ً َ ص ِ بْغَةَ ّللا َّ ِ ۖ ومن ْ أحْسَنُ مِنَ ّللا َّ ِ ص ِ بْغَة ۖ ونَحْنُ لَهُ عَابدُونَ ِ َ َ َ 138. Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah?Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah. ) shibghah adalahصبغةMenurut Qurays Shihab dalam tafsir al-Misbahnya kata ( celupan jika anda mencelupkan sesuatu, maka sesuatu itu akan mengambil warna sesuai warna celupan, dan ia akan meresap kedalamnya. Ada yang berpendapat, manusia dicelupnya dengan fitrah yang melekat pada diri manusia, yaitu keyakinan tentang wujud dan keesan Allah SWT, oleh karena itu semua memilikinya, kecenderungan bahwa Tuhan itu maha Esa. Maka dari itu kalimat “Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah” adalah tantangan yang Allah berikan pada manusia, maka ketika Allah tantangannya, tidak ada yang bisa menandingi tantangannya. J. Ayat 139 ُ َ ُ َ َ قُلْ أتُحَاجُْونَنَا فِي ّللا َّ ِ وهُو ربُْنَا و ربُْكُمْ ولَنَا أعْمالنَا ولَكُمْ أعْمالكُمْ ونَحْنُ لَهُ مُخْلِصُونَ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ 139. Katakanlah: \"Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati, TAFSIR AYAT 73 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 74 Katakan kepada mereka, \"Apakah kalian akan memperdebatkan kami tentang Allah karena Dia tidak memilih seorang Nabi pun selain dari kaum kalian?Padahal Dia adalah Tuhan kalian, Tuhan segala sesuatu, bukan hanya Tuhan sekelompok kaum. Allah akan melimpahkan rahmat-Nya kepada siapa yang dikehendaki dan memberi balasan setiap manusia sesuai perbuatan masing-masing tanpa memandang keturunan ataupun derajat mereka. Allah telah memberikan petunjuk bagi amal perbuatan kami dan mengaruniai kami jiwa yang ikhlas.\" K. Ayat 140 ُ َ ْ ۗ َ ىراصَن َ ْ وأ اًدوُه اوُناَك َطاَبْسلأاو َ بوُقْعَيو َ َقاَحْسإو َليِعامْسإو ميِهارْبإ َّنإ َنولوُقَت ْمأ َ َٰ َ َ َ ِ ِ َ ِ َ َ ِ َ َ ُ َ َ ْ َ ُ ِ مأ َّ ۗ َ َنولمْعَت اَّمع َ ٍلِفاَغب ِ ُاللّ َّ امو ِاللّ َنم ِ َّ ۗ َ ُهَدْنع ِ ًةَداهَش مَتَك ْنمم مَلظأ ْ نمو ُاللّ َ مَلْعأ َ ْمُتْنأأ ْلُق ُ َّ ِ َ َ َ َ َ َ َ 140. ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?\" Katakanlah: \"Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari Allah yang ada padanya?\" Dan Allah sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan. TAFSIR AYAT Katakan pada mereka, \"Apakah kalian juga akan memperdebatkan dengan kami tentang Ibrâhîm, Ismâ'îl, Ishâq, Ya'qûb beserta anak keturunannya dengan menganggap bahwa mereka itu penganut agama Yahudi atau Nasrani seperti kalian? Padahal Tawrât dan Injîl keduanya diturunkan Allah jauh sesudah masa mereka, sebagaimana Allah mengabarkannya kepada kami. Apakah kalian merasa lebih tahu daripada-Nya? Bahkan Allah telah memberitahukan pula hal itu dalam kitab-kitab kalian, maka janganlah lantas menyembunyikan kebenaran yang termuat dalam kitab-kitab kalian sendiri. Tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kebenaran yang ia ketahui dari kitabnya. Allah akan memberi balasan sebab keterpurukan kalian dalam kepalsuan dan sesungguhnya Allah tiada akan lalai atas perbuatan kalian.\"(1) {(1) Hukum-hukum konvensional di berbagai negara telah banyak menyinggung soal persaksian palsu sebagaimana disinggung oleh al-Qur'ân. Akan tetapi ayat di atas menggolongkan hanya sekadar merahasiakan kesaksian sebagai suatu dosa dan sebuah tindakan kriminal yang memiliki risiko hukum tanpa menentukan secara baku bentuk hukumannya. Ini yang dikenal dengan istilah ta'zîr, yaitu hukuman yang model dan bentuknya diserahkan pada kebijaksanaan pemimpin negara (waliy al-amr). } QS. al-Baqarah Ayat 142-152 Oleh: Farid Muhlasol

A. Sejarah perpindahan arah kiblat dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha َّ ْ َّ سَيَقُولُ السُْفَهاءُ مِنَ النَّاس ِ ما وَلهُمْ عَنْ قِبْلَتِهم التِي كَانُوا عَلَيْها قُلْ ّلل ِ َّ ِ المشْرقُ وال ْ مغْربُ َ ِ ِ َ َ َ ِ ُ َ َ َ يَهْدِي من ْ يَشَاءُ إلَى ص ِ راطٍ مُسْتَقِيمٍ َ ِ َ Orang – orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: ' Apakah yang memalingkan mereka (umat islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya? Katakanlah (Muhammad): kepunyaan alloh-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakinya kejalan yang lurus . yang berarti keburukan / kebodohan suatu السفهmerupakan berasal dari kata السفهاء akal, pikiran, dan akhlak, yakni orang-orang kurang pikirannya sehingga tidak dapat memahami maksud dari pemindahan kiblat. Ada yang mengatakan, bahwa yang dimaksud sufaha’ disini adalah orang-orang musyrik arab. Demikian dikemukakan al- Zajaaj. Ada juga yang mengatakan, ‘’para pendeta yahudi’’ demikian kata Mujahid. Sedangkan al-Sudi mengemukakan, ‘’yang dimaksudkan adalah orang – orang munafik.’’ Pada ayat ini berbicara tentang kiblat dimana Rasulullah SAW dan kaum muslimin solat selama di Makkah menghadap kearah masjidil haram (ka’bah), akan tetapi setelah hijrah ke madinah beliau mengarah ke Baitul Maqdis (palestina), dengan tujuan agar bisa mengambil hati kaum yahudi/Bani Israil kiranya dengan kiblat yang sama orang Bani Israil bisa memeluk Islam, akan tetapi malah orang Bani Israil memusuhi nabi, demikian keterangan dalam tafsir al-Thabari. penjelasan dalam al-Thabari ada yang mengatakan belum tentu benar, dikarenakan pada waktu Rasulullah beralih kiblat dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis, saat itu diKa’bah masih banyak berhala-berhala dan kaum Musyrikin mengagungkan berhala-berhala disekitar Ka’bah. Dalam hadits Shohih Bukhori dijelaskan tentang Sejarah pemindahan arah kiblat dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho sebagai berikut: ْ َ َ ْ َ َ عَن البَراءِ أنَّ النَّبى صلى هللا عليه وسلم كَانَ أو َّ لَ ما قَدِم المدِينَةَ نَزَلَ عَلَى أجْدَادِهِ أو ْ َ ِ َّ َ َ َ ِ َ ْ ْ َّ َ َ َ قَالَ أخْوالِهِ مِنَ األنْصار، وأنَّهُ صلى قِبَلَ بَيْتِ المقدِس ِ سِتَّةَ عَشَر شَهْر ً ا ، أو ْ سَبْعةَ عَشَر َ َ َ ِ َ َ َ َ َ ْ ْ َ َّ َ َّ َ شَهْر ً ا، وكَانَ يُعْجبُهُ أن ْ تَكُونَ قِبْلَتُهُ قِبَلَ البَيْتِ ، وأنَّهُ صلى أو َّ لَ صَلَةٍ ص َلهَا صَلَةَ العصْر َ َ َ َ َ ِ ِ َ َ َّ َ َّ ، وصلى معهُ قَو ْ م ، فَخَرجَ رجُلٌ مِمَّنْ صلى معهُ ، فَمرَّ عَلَى أهْلِ مسْجدٍ ، وهُمْ راكِعُونَ َ َ َ َ َ ٌ َ ِ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ فَقَالَ أشْهدُ باّلل َّ ِ لَقَدْ صليْتُ مع رسُول ِ ّللا َّ ِ صلى هللا عليه وسلم قِبَلَ مكَّةَ ، فَدَار ُ وا كَما هُمْ َ َ َ َ َ َ ِ َ َ ْ ْ ْ َ ْ ْ ْ قِبَلَ البَيْتِ ، وكَانَتِ اليَهُودُ قَدْ أعْجَبَهُمْ إذ كَانَ يُصلِى قِبَلَ بَيْتِ المقدِس ِ ، وأهْلُ الكِتَابِ ، فَلَمَّا َ ِ َ َ َ َّ ْ ْ َ َ َ ولى وجْههُ قِبَلَ البَيْتِ أنْكَر ُ وا ذَلِكَ. قَالَ ز ُ هَيْر ٌ حَدَّثَنَا أبُو إسْحَاقَ عَن البَر اء فِى حَدِيثِهِ هَذَا ِ َ َ َ ِ ِ ْ َ ُ َ َ أنَّهُ مات َ عَلَى القِبْلَةِ قَبْلَ أنْ تُحَو َّ لَ رجَالٌ وقُتِلوا ، فَلَمْ نَدْر ما نَقُولُ فِيهمْ ، فَأنْزَلَ ّللا َّ ُ تَعالَى ِ َ َ ِ ِ َ َ ( وما كَانَ ّللا َّ ُ لِيُض ِ يع إيمانَكُم َ ِ َ َ َ Dari Barra' bahwa Rasulullah SAW pertama kali datang ke Madinah tinggal di rumah kakek atau paman-paman beliau dari kalangan Ansar. Ketika itu Rasulullah shalat menghadap Baitul Maqdis (Al Quds atau Yerusalem) antara 16 atau 17 bulan lamanya. Sesungguhnya Rasulullah lebih suka Baitullah (Ka'bah) sebagai kiblatnya. Rasulullah SAW pertama kali melaksanakan shalat dengan menghadap Ka'bah adalah shalat Asar yang dilaksanakannya secara berjamaah. Kemudian salah 75 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 76 seorang yang selesai bermakmum kepada Nabi keluar dan pergi melewati sebuah masjid pada saat jamaahnya sedang ruku' menghadap Baitul Maqdis. Lantas orang itu berkata, \"Demi Allah, baru saja saya shalat bersama Rasulullah SAW menghadap ke Baitullah di Makkah.\" Maka dengan segera mereka mengubah kiblat menghadap ke Baitullah. Orang Yahudi dan ahli kitab mulanya sangat bangga ketika Nabi dan para pengikutnya shalat menghadap Baitul Maqdis. Tetapi setelah umat Islam beralih ke Baitullah mereka mencela perubahan itu. Zuhair berkata, Abu Ishaq mengatakan dari Barra' dalam hadits ini, bahwa banyak orang yang telah meninggal di masa kiblat masih ke Baitul Maqdis dan banyak juga yang terbunuh setelah kiblat menghadap ke Baitullah. Kami tidak mengerti bagaimana hukumnya shalat itu. Lalu turunlah ayat, \"Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.\"(QS. Al Baqarah : 143) Mengenai Rasulullah lamanya shalat menghadap Baitul Maqdis, menurut pendapat Ibnu Abbas dan Barra’ bin Azib 17 bulan sedangkan menurut Qatadah 16 bulan. B. Islam yang moderat ً ُ ً ْ امو اًديهَش ْمُكْيَلَع ُلوُس َّ رلا َنوُكَيو ِ ساَّنلا ىَلَع ءاَدهُش اوُنوُكَتِل اطَسو ةَّمأ ْمُكاَنلع َج َكِلَذَكو َ َ َ َ ِ َ َ َ َ ْ َّ ْ َّ إو ْ تَناَك ْ ن ِ َ ِهْيَبِقَع ىَلَع ُ بِلَقْنَي ْ نَّمِم َلوُس َّ رلا ُعبَّتَي ْنم مَلْعَنِل لَإ اهْيَلَع َ تْنُك يِتلا َةَلْبِقلا اَنلع َج ِ َ ِ َ َ َ َّ ُ َّ اللّ ىَدَه َنيِذلا ىَلَع لَإ ًةريبَكَل َّ ِ َ ِ Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu (umat islam) ‘’umat pertengahan’’ agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi atas perbuatan kamu, kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar kamu mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Umat islam dijadikan umat pertengahan (moderat), yakni umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran, baik didunia maupun diakhirat. dan dalam terjemah tafsir Ibnu Katsir kata Wasath yang dimaksud disini adalah umat yang terbaik, ketika Allah menjadikan umat ini sebagai ummatan wasathon, maka Dia memberikan kekhususan kepadanya dengan syariat yang paling sempurna, serta jalan yang lurus. Sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Hajj 87: ْ َ َّ ْنِم َنيِمِلْسُملا مُكاَّمَس وُه ميِهارْبإ ْمُكيبأ َةلِم جرَح ْ نِم نيِ دلا يِف ْمُكْيَلَع َلعَج امو ْمُكاَبَتْجا و َ ُه ِ َ ُ َ ِ ِ ٍ َ َ َ َ َ ِ ساَّنلا ىَلَع ءاَدهُش اوُنوُكَتو ْمُكْيَلَع اًديهَش ُلوُس َّ رلا َنوُكَيِل اَذَه يِفو ُلْبَق َ َ ِ َ َ Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama. Ikutilah agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang Muslim sejak dahulu, dan begitu pula dalam al-Quran ini, agar rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Allah SWT tidaklah mensyari’atkan menghadap ke Baitul Maqdis melainkan agar diketahui dan diujinya siapa yang mengikuti Rasulullah SAW, beriman kepadanya dan mengikuti beliau dalam semua keadaan dengan orang yang malah berbalik, seperti halnya seorang Guru yang mengerti tentang ketidak lulusan seoarang siswa, tetapi untuk dijadikan sebuah bukti dalam dunia pengetahuan maka sang guru harus mengujinya sehingga diketahui ketidak lulusan siswa tersebut. Disamping itu, kitab- kitab terdahulu

mengabarkan bahwa ia akan menghadap ke ka’bah. Oleh karena itu, sebagai orang yang sadar, dimana tujuannya adalah mengejar yang hak akan bertambah iman dan keta’atannya kepada Rasulullah SAW. Sebaliknya orang yang malah berbalik, berpaling dari kebenaran dan mengikuti hawa nafsunya, maka ia akan bertambah kufur dan kufur. Zuhair berkata, Abu Ishaq mengatakan dari Barra' dalam hadits ini, bahwa banyak orang yang telah meninggal di masa kiblat masih ke Baitul Maqdis dan banyak juga yang terbunuh setelah kiblat menghadap ke Baitullah. Kami tidak mengerti bagaimana hukumnya shalat itu. Lalu turunlah ayat... مي ِ حر ٌ فوُءرَل ِ ساَّنلاب َاللّ َّنإ ْمُكَناميإ عي ِ ضُيِل ُ َّ اللّ َناَك امو َّ ٌ ِ َ َ َ ِ َ َ َ ِ Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah maha pengasih, maha penyayang kepada manusia. C. ةلبقلا ليوحت (Memindahkan qiblat) ْ ْ ْ لوَف اَهاَض ْ رَت ةَلْبِق َكَّنَيِلوُنَلَف ِءامَّسلا يِف َكهْجو َ بلَقَت ىرَن ْدَق ِ مار َحلا ِدجْسملا رطَش َكهْجو ِ َ ً َ َ ِ َ ُْ َ َ ِ َ َ َ َ ُ َّ ْ ْ ْ ُْ َ ْمه بر ْنِم ُْقَحلا ُهَّنأ َنوُمَلْعَيَل َ باَتِكلا اوُتوأ َنيِذلا َّنإو ُهرطَش ْمُكَهوُج ُ و اولوَف ْمُتْنُك ام ُ ثْيَحو ِ ِ َ َ َ َ ِ َ َ ُ َنولمْعَي اَّمَع ٍلِفاَغب ُ َّ اللّ امو ِ َ َ َ Kami melihat wajahmu (muhammad) sering menengadah ke langit, maka akan kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjid al- Haram. Dan dimana saja engkau berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab (Taurat-Injil)tahu, bahwa pemindahan kiblat itu adalah kebenaran dari tuhan mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. دق dalam tafsir munir dijelaskan dengan arti ةيؤرلا ةرثك (sering melihat) dimana saat itu Rasulullah (penuh harap) sering menengadah ke langit melalui ayat ini Allah menyampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, bahawa Allah mengetahui keinginan dan do’a nabi agar kiblat segera pindah ke Makkah, dan Allah mengabulkan dengan menyatakan dalam firmannya: sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang engkau sukai, dan sekarang palingkanlah wajahmu ke arah Masjid Al-Haram. Golongan kaum Suffiyun menanggapi pada ayat ini dalam term ‘’mengalihkan wajah’’ bukan hati dan pikiran yang dialihkan, dikarenakan hati termasuk sesuatu yang Ghaib maka mengalihkannya kepada Allah SWT, berbeda dengan wajah yang merupakan sesuatu yang nyata yang bisa dialihkan ke bangunan berbentuk kubus yakni Ka’bah Masjid al-Haram. ُه َ ر ْ طَش ْمُكَهوُج ُ و او ُْ ل َ وَف ْم ُتْنُك ا َ م ُ ثْيَح َ و redaksi pengagalan dalam ayat ini tidak hanya ditujukan kepada nabi Muhammad SAW, melainkan ditujukan kepada semua manusia tanpa kecuali ketika menjalankan ibadah Shalat dengan memalingkan wajah kearah kiblat (ka’bah) Masjid al-Haram di segala penjuru, baik timur maupun barat, utara maupun selatan. ُ ْم ِ ه ِ ب َ ر ْ نِم ُْقَح ْ لا ُهَّن َ أ َنوُمَلْعَيَل َباَتِك ْ لا اوُتوأ َنيِذ َّ لا َّن ِ إ َ و Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab (Taurat-Injil)tahu, bahwa pemindahan kiblat itu adalah kebenaran dari tuhan mereka. َ ْمُهُضْعَب ا مو ْمُهَتَلْبِق عباَتب َتْنأ امو َكَتَلْبِق اوُعبَت ام ٍةَيآ ِ ِ َ ْ ُ َّ َ َ لُكب باَتِكلا اوُتوأ َنيِذلا َ تْيَتأ ْ نِئَلو ِ ٍ ِ ِ َ َ َ َ َ ْ ْ َّ َ ً َنيِمِلاظلا َنِمَل اذإ َكَّنإ ِ ملِعلا َنِم ك ءاَج ام ِدْعَب ْ نِم ْمُهءاوْهأ َ تْعَبَّتا نِئَلو ٍ ضْعَب َةَلْبِق عباَتب َ َ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ َ َ َ َ 77 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 78 Dan walaupun engkau (Muhammad) memberikan semua ayat (keterangan) kepada orang- orang yang diberi kitab itu, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka. Sebagian mereka tidak akan mengikuti kiblat yang lain. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah sampai ilmu kepadamu, niscaya engkau termasuk orang-orang dzalim. Ayat ini mengandung dua kali perandaian yang disebabkan keras kepalanya orang yahudi, yang pertama, seandainya Rasulullah SAW mengemukakan semua dalil tentang kebenaran yang beliau bawa, niscaya mereka tidak akan mengikuti kiblatmu dan engkau tidak akan mengikuti mereka, bahkan mereka tidak mengikuti kiblat manapun dan dimanapun, dikarenakan mereka keras kepala dan iri hati, sebagaimana firman Allah dalam Surat Yunus ayat 96-97: ْ ْ َ َّ َّ ِ إنَّ الذِينَ حَقت ْ عَلَيْهمْ كَلِمتُ رب كَ َل َ يُؤْمِنُونَ ولَو ْ جَاءتْهُمْ كُلُْ آيَةٍ حَتَّى يَرو ُ ا العذَاب َ األلِيم ِ َ َ ِ َ َ َ َ َ Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman. Meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. Yang kedua, seandainya engkau mengikuti keinginan nafsu orang-orang Yahudi dan Nasrani, apalagi setelah mengetahui kebenarannya, maka engkau dinilai sebagai orang-orang yang dzalim D. Kebenaran Nabi yang disembunyikan Ahlul Kitab َّ ْ َ ْ الذِينَ آتَيْنَاهُم الكِتَاب َ يَعْرفُونَهُ كَما يَعْرفُونَ أبْنَاءهُمْ وإنَّ فَريقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُ ونَ الحَقَّ وهُمْ ِ َ ِ ِ ُ ِ َ َ َ يَعْلَمُونَ Orang-orang yang telah kami beri kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad SAW) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Dan sesungguhnya sebagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengerti. dalam tafsir al-Thabari Abu Ja’far mengatakan kebenaran merupakan ليكتمون الحق sebuah kiblat yang dijadikan Allah bagi Nabi Muhammad namun mereka merahasiakannya, disamping itu identitas Nabi Muhammad juga mereka rahasiakan, bagai sebuah perumpamaan bahwa pengetahuan yang mereka dapatkan dalam kitab suci mereka tentang pengenalan Nabi Muhammad SAW begitu kuat dan jelas seperti halnya pengetahuan mereka tentang anaknya sendiri akan tetapi mereka malah menyembunyikan kebenarannya. Allah SWT memberitahukan bahwa orang-orang yang berilmu dari kalangan Ahlul Kitab mengetahui tentang kebenaran yang dibawa Rasulullah SAW, sebagaimana salah seorang diantara mereka mengetahui dan mengenal anak-anak mereka sendiri. Akan tetapi mereka masih juga menyembunyikan sifat-sifat Nabi SAW yang terdapat dalam kitab mereka ْ ْ الحَ قُْ مِن ْ رب كَ فََل َ تَكُونَنَّ مِنَ المُمْتَرينَ َ ِ ِ Kebenaran itu dari tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (muhammad) termasuk orang-orang yang ragu. (kebenaran) yang diberitahukan Allah tentang arah kiblat kepadamu الحق (Muhammad) bukanlah yang diucapkan oleh orang Yahudi/Nashrani, melainkan itulah

kiblat yang benar yang dulu menjadi kiblat Nabi Ibrahim AS, oleh karenA itu, janganlah engkau ragu karena kiblatmu adalah kiblat Nabi-nabi Allah sebelummu. E. Berlomba-lomba dalam kebaikan ْ ٌ َ ْ َّ ع َ ُ ِ ِ لُك ىَلَ َاللّ َّنإ اًعيِمَج ُ َّ اللّ مُكب ِتأَي اوُنوُكَت ام َنْيأ ِتارْيَخلا اوُقبَتْساَف اهيِلوُم وُه ةهْجو ٍ لُكِلو َ ِ ِ َ ِ َ َ َ َ ٌريِدَق ٍءيَش ْ Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlombah- lombahlah kamu dalam kebaikan. Dimana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya, sungguh, Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Secara global makna ayat ini dapat dirinci sebagai berikut: Setipa umat mempunyai kiblatnya sendiri dalam shalatnya, sesuai dengan kecenderungan /keyakinan masing-masing, seperti halnya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang menghadap ke ka’bah, Bani Israil yang menghadap ke Bait al-Maqdis, dan orang muslim umat Muhammad menghadap ke ka’bah. Meskipun terjadi perbedaan tentang arah kiblat, tapi masing-masing bertujuan mencapai ridla Allah SWT dan melakukan kebajikan. تاريخلاوقبتسا dalam tafsir al-Thabari berasal dari kata قابتسلَا (bergegas) / bergegaslah dalam melakukan kebaikan. Waktu yang diberikan Allah kepada Manusia sungguh amat berharga, oleh karena itu gunakanlah waktu yang Allah berikan kepada kita dengan ikhlas dan ridlo menjalankan semua yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi semua larangannya. ْ اًعيِمَج ُ َّ اللّ ُ مُك ِ ب ِتأَي اوُنوُكَت ا َ م َنْي َ أ kita hidup didunuia janganlah berselisih dikarenakan kita semua pasti akan menjumpai kematian, dimanapun kita berada pasti Allah akan mengumpulkan kita pada hari kiamat. F. Kebenaran arah Kiblat dan CCTV Allah ْ ْ ْ لوَف َ تْجرَخ ُ ثْيَح ْ نِمو ٍلِفاَغب ُ َّ اللّ امو َك بر ْ نِم ُْق َحلَل ُهَّنإو ِ مار َحلا ِدجْسمل ْ ا رطَش َكهْجو ِ َ َ َ َ َ َ ِ ِ َ ِ َ َ َ ِ َ َ ُ َنولمْعَت اَّمَع َ Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, hadapkanlah wajahmu kearah Masjidil Haram, sesungguhnya itu benar-benar ketentuan dari tuhanmu. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. Dari tempat manapun kalian berada, maka palingkanlah wajahmu ketika Shalat ke arah Ka’bah, Masjidil Haram. Dan ini merupakan ketetapan dari Allah SWT. Allah SWT sekali-kali tidak lengah/lupa terhadap apa yang kamu kerjakan dan dia mencatat serta memberikan pahala dan siksaan di hari kiamat. Pada redaksi ini Allah juga menjelaskan dalam Surat al-Zalzalah ‘’Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya, dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah niscaya dia akan melihat balasannya’’ dan ingat disamping kanan kiri kita ada CCTV Allah 79 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 80 yang selalu memantau dan mencatan kebaikan dan keburukan yang dilakukan, yakni Raqib dan Atid. ْ ْ ْ ْ ُْ َ َ َ ِ وجْهكَ شَطر المسْجدِ الحَرام ِ وحَيْث ُ ما كُ نْتُمْ فَولوا و ُ جُوهَكُمْ شَطرهُ ومِن ْ حَيْث ُ خَرجْتَ فَول َ َ َ َ َ َ َ َ ِ َ َّ ُ ٌ َّ َّ لِئََل يَكُونَ لِلنَّاس ِ عَلَيْكُمْ حُجَّة إَل الذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ فََل َ تَخْشَو ْ هُمْ واخْشَو ْ نِي وأل ِ تِم نِعْمتِي َ َّ َ َ ِ َّ عَلَيْكُمْ ولَعلكُمْ تَهْتَدُون َ ََ َ َ َ Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, hadapkanlah wajahmu kearah Masjidil Haram, dan dimana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu kearah itu, agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang dzalim diantara mereka. Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, agar aku sempurnakan nikmatku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk. Pengulangan perintah menghadap ka’bah disini terjadi tiga kali, para Ulama’ berbeda pendapat mengenai tiga kali pengulangan. Ada yang mengatakan perintah itu mengandung beberapa kondisi. Pertama, ditujukan kepada orang-orang yang menyaksikan ka’bah secara langsung, kedua, bagi orang-orang di makkah tapi tidak menyaksikan ka’bah secara langsung, ketiga, bagi orang-orang yang berada di negara lain. Demikian pendapat Fakhrur Razi. Sedangkan pendapat yang Rajih (kuat) menurut al-Qurthuby, yang pertama, ditujukan kepada orang-orang di Makkah, yang kedua, ditujukan kepada orang dinegara lain, dan yang ketiga, bagi orang yang melakukan perjalanan. Ketetapan arah kiblat kapan dan dimanapun merupakan agar tidak ada hujjah manusia atas kamu / agar Ahlul Kitab tidak ada yang mengejek dan mengkritik kamu. Kecuali orang-orang dzalim / Ahlul Kitab yang keras kepala dan menyembunyikan kebenaran, tapi janganlah takut Allah akan menyertaimu dalam perlindungannya. G. Kenikmatan atas diutusnya Rasulullah SAW ْ ْ ْ ُ ً َ كَما أر ْ سَلنَا فِيكُمْ رسُوَل مِنْكُمْ يَتْلو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا ويُزَكِيكُمْ ويُعلِمُكُم الكِتَاب َ والح ِ كْم ةَ ويُعلِمُكُمْ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ ما لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ Sebagaimana kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad ) dari kalangan kamu yang membacakan ayat-ayat kami, mensucikan kamu, dan mengajarkan kepada kamu kitab (Alquran) dan hikmah (sunnah) serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui. Allah mengingatkan kepada orang-orang beriman akan nikmat yang Allah karuniakan kepada mereka, yakni dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlaq dimuka bumi ini, coba kita renungkan umpama tiada Nabi yang diutus untuk umat ini, pasti semuanya kembali lagi seperti zaman jahilia yang kehidupannya penuh dengan kemusyrikan dan keterpurukan. Pada ayat ini juga mengingatkan kepada kaum muslimin bahwa kebijakan Rasulullah SAW tentang arah kiblah itu tidak kliru dan bahkan Allah merestuinya, dikarenakan Allah mengutus Nabi untuk mengajarkan al-Hikmah yakni Sunnah Rasul baik bentuk perkataan, perbuatan maupun pembenaran yang dilakukan manusia. Ayat ini juga merupakan bukti dari dikabulkannya do’a Nabi Ibrahim as. Yang dipanjatkan ketika beliau bersama putranya Isma’il as. Membangun Ka’bah. Permohonan Nabi Ibrahim dalam surat al-Baqarah 129 yang berbunyi:

ْ َ ْ ُ ْ ً ربَّنَا وابْعث فِيهمْ رسُوَل مِنْهُمْ يَتْلو عَلَيْهمْ آيَاتِكَ ويُعلِمُهُم الكِتَاب َ والح ِ كْمةَ ويُزَكِيه م إنَّكَ أنْتَ ُ َ َ َ ْ ِ ِ ِ َ َ َ َ َ ِ َ ْ ْ العزيزُ الحَ كِيم َ ِ ُ Tuhan kami! Utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitâb dan al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana” (QS. al- Baqarah [2]: 129. H. Seruan dzikir dan syukur َ ْ ْ فَاذكُر ُ ونِي أذكُر ْ كُمْ واشْكُر ُ وا لِي وَل َ تَكْفُر ُ ون ِ َ َ Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. Allah menyerukan kepada kita untuk selalu mengingatnya, niscaya Allah akan ingat kepadamu, sebagaimana perkataan Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ‘’Ingatnya Allah SWT kepada kalian itu lebih besar dari pada ingatnya kalian kepadanya’’, dan dalam Surat al-Anfal Allah menjelaskan devinisi Mukmin yang ketika disebut asma Allah gemetar hatinya dan jika dibacakan ayat-ayatnya bertambah kuat imannya. Oleh karena itu, kita sebagai umat Muhammad dalam setiap nafas jangan sampai putus dari dzikir kepada ال َّ ذِينَ آم َ نُوا و َ تَط ْ م َ ئِنُْ قُل ُ وبُهُمْ ب ِ ذِكْر ِ ّللا َّ ِ أ َ َل َ ب ِ ذِكْر ِ ّللا َّ ِ تَط ْ م َ ئِنُْ ال ْ قُل ُ وبُAllah, dzikir menyebabkan hati kita tenang, Dan yang terakhir Allah menyerukan agar hambanya untuk bersyukur atas nikmat yang Allah berikan dan atas rasa syukur itu Allah memberikan tambahan kebaikan kepada hambanya. Sebagaimana diterangkan dalam Surat Ibrahim ayat 7 sebagai berikut: ْ َ َّ َ وإذ تَأذنَ ربُْكُمْ لَئِن ْ شَكَر ْ تُمْ أل َ زيدَنَّكُمْ ولَئِن ْ كَ فَر ْ تُمْ إنَّ عَذَابي لَشَدِيدٌ َ ِ ِ َ ِ َ ِ 81 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 82

QS. al-Baqarah Ayat 153-158 Oleh : Ahmad Irsal A. Ayat 153 َ َّ )َنيرباَّصلا عم َاللّ َّنإ ۚ ِة َ لََّصلاو رْبَّصلاب اوُنيِعَتْسا اوُنمآ َنيِذلا اهُْيأ اَي( َّ ِ ِ َ َ ِ َ َ ِ َ ِ “Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”. Ayat diatas tersebut merupakan ayat aqidah, karena adanya suatu perintah yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman, ةلاصلا و ربصلاب اونيعتسا, bahwa di ayat ini Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk meminta pertolongan kepadanya dengan cara bersabar dan shalat. Kata ربصلا yang mencakup banyak hal; sabar menghadapi ejekan, dan rayuan, sabar melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan, sabar dalam petaka dan kesulitan serta sabar dalam berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan. Kesabaran itu ada 3 macam, pertama sabar dalam meninggalkan yang diharamkan dan perbuatan dosa. Kedua, sabar dalam berbuat ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah. Dan yang ketiga kesabaran dalam menerima dan memghadapi berbagai macam musibah dan cobaan. Setelah kita bersabar yang perlu kita lakukan disaat meminta pertolongan yaitu shalat. Yang dimana shalat tersebut merupakan kewajiban untuk menyembah sang pencipta. Mengapa diperintahkan shalat terlebih dahulu sebelum meminta pertolongan, karena di dalam surah al-Fatihah ayat 5 yang berbunyi نيعتسن كايإ و دبعن كايإ hanya kepadamulah kami menyembah dan hanya kepadamulah kami meminta pertolongan, di ayat ini di dahulukan kata دبعن Dalam arti shalat atau menyembah. Setelah itu barulah kata نيعتسن dicantumkan dalam arti meminta pertolongan. Di ayat ini cukup jelas bahwa sebelum kita meminta pertolongan kepada Allah maka dahulukanlah shalat dulu agar permintaan kita dapat dikabulkan oleh Allah. Dan dengan cara bersabar dan shalat akan mendekatkan diri kita kepada sang pencipta yang maha pengasih. B. Ayat 154 َٰ ُ َ ْ َ )َنو ُ رُعْشَت َ لَ ْ نِكَلو ٌءاَيْحأ ْلَب ۚ ٌتاوْمأ ِ َّ اللّ ِ ليبَس يِف ُلَتقُي ْ نمِل اولوُقَت َ لَو( ِ َ َ َ َ “Dan janganlah enkgau mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tapi kamu tidak menyadarinya”. Di dalam ayat ini terdapat kata larangan (يهنلا) yaitu larangan mengatakan bahwa seseorang yang terbunuh dijalani Allah itu telah mati. Jangan mengatakan bahwa mereka mati, tetapi katakanlah bahwa mereka syahid karena mereka sebenarnya hidup bahagia menyaksikan kamu dari alam barzakh, serta 83 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 84 hidup menyaksikan ganjaran Allah yang akan mereka dapatkan setelah kebangkitan mereka dari kubur. Sebagaimana yang tercantum dalam kitab tafsir al-Maraghi bahwasanya mereka hidup bahagia disisi Allah, bukan disisi kamu. Mereka hidup di satu alam yang bukan alam dunia kamu. Anda jangan menduga bahwa hidup yang dimaksud adalah hidup dengan meninggalkan jasa atau nama baik yang dikenang. Bukan itu, karena jika engkau berpendapat seperti itu maka pahlawan yang engkau tidak kenal mereka tidak hidup. Gugur di jalan Allah itu benar-benar hidup di alam lain berbeda dengan alam yang kami tempati sekarang ini. Allah Swt memberi tahukan bahwa orang-orang yang mati syahid itu tetap hidup di alam barzakh dengan tetap memeperoleh rezeki. Sebagaimana yang ditegaskan dalam kitab shahih Muslim, Rasulullah Saw bersabda : “Ruh para Syuhada, itu berada disisi Allah dalam perut burung berwarna hijau yang tetbang di surga kemana saja ia kehendaki. Kemudian ia kembali ke pelita-pelita yang bergantung di bawah Arsy”. Lalu Rabb-Mu melihat mereka kemudian bertanya: “Apakah yang kalian inginkan? Mereka menjawab : “Ya Rabb kami, apa yang harus kami inginkan, sedang engkau telah memberi kami apa yang tidak engkau berikan kepada seorang pun dari makhluk-Mu”? Setelah itu Allah Swt kembali mengajukan pertanyaan yang sama kepada merwka. Dan ketika mereka melihat bahwa mereka tidak bisa menghindar dari pertanyaan maka mereka pun berkata : “ Kami ingin engkau mengembalikan kami kedunia, dan dapat berperang kembali dijalan-Mu sehingga kami terbunuh untuk kedua kalinya karena-Mu”. Mereka melakukan itu karena mengetahui pahala orang mati syahid. Maka Allah Swt berfirman : “Sesungguhnya aku telah menetapkan bahwa mereka tidak akan kembali ke dunia (HR. Muslim). Itulah bukti bahwa sebenarnya orang yang mati syahid itu masih hidup tetapi kalian tidak menyadarinya. Itulah bentuk تابثإ di dalam ayat ini. C. Ayat 155 ُ َ ْ َّ ْ ْ َ ْ ْ رِ شَبو ۗ ِتارمثلاو ِ سُفْنلأاو ِ لاوْملأا َنِم ٍ صقَنو عوُجلاو ِ ف ْ وَخلا َنِم ٍءيَشب ْمُكَّنولْبَنَلو( ِ ِ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ِ )َنيرباَّصلا ِ ِ “Dan sungguh kami akan berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. Di dalam ayat ini terdapat ديعو peringatan, sebagaimana dalam Firman-Nya bahwa kami pasti akan terus menerus menguji kamu, firman tersebut mengisyaratkan bahwa hakikat kehidupan di dunia tidak luput dari cobaan-cobaan yang beraneka ragam. Terkadang dia memberikan ujian berupa kesusahan. Baik itu rasa takut dan kelaparan maupun yang lainnya. Ujian ataupun cobaan yang di timpahkan kepada manusia pada hakikatnya sedikit, ia sedikit jika dibandingkan dengan imbalan dan ganjaran ataupun kemudahan yang akan diterima. Cobaan yang diberikan Allah sedikit. Kadarnya sedikit bila dibandingkan dengan potensi-potensi yang telah di anugerahkan Allah kepada manusia. Ia hanya sedikit sehingga setiap yang di uji akan mampu memikulnya jika ia menggunakan potensi-potensi yang dianugerahkan Allah tersebut, ibaratnya seseorang

semakin tinggi jenjang pendidikannya maka semakin berat ujian yang ia dapati, namun ia juga semakin mudah melewati ujian tersebut. Patut dicamkan bahwa ayat sebelum ini mengajarkan shalat dan sabar. Jika demikian, yang diajarkan itu harus diamalkan sebelum datangnya ujian Allah ini. Demikian pula ketika ujian berlangsung. Itu sebabnya Rasulullah Saw bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh imam Ahmad melalui sahabat Nabi Saw. Hudzaifah Ibn al-Yaman, bahwa “apabila beliau dihadapkan pada satu kesulitan atau ujian, maka beliau melaksanakan shalat”. Karena itu pula ayat diatas ditutupnya dengan perintah, “sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”, dan ini merupakan ربخلا (berita) yaitu berita gembira kepada orang-orang yang bersabar terhadap ujian atau cobaan yang ditimpahkan kepadanya sebagaimana ayat sebelumnya yang bertuliskan نإ نيرباصلا عم الله bahwa sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar. Informasi Allah tentang “soal ujian” ini adalah nikmat besar tersendiri karena dengan mengetahuinya kita dapat mempersiapkan diri menghadapi aneka ujian itu. Memang kita tidak tahu kapan ujian ataupun cobaan itu menghampiri kita, tetapi kita tidak boleh takut ataupun mundur dalam menghadapi cobaan karena yakinlah dibalik cobaan tersebut ada banyak jalan kemudahan yang ditetapkan kepada kita. Apa ciri mereka dan apa rahasianya sehingga mereka berhasil dalam kesabaran? Jawabannya dijelaskan pada ayat selanjutnya. Surat Al-Baqarah 156 َّ ُ ٌ َ )َنوُعجار ِهْيلإ ِ َ اَّنإو ِ َّ ِ للّ اَّنإ اولاَق ةَبي ِ صُم ْمُهْتَباصأ اَذإ َنيِذلا( َ ِ َ ِ ِ ِ َ D. Ayat 157 ٌ َٰ ُ ْ َٰ ُ )َنوُدَتْهُملا مُه َكِئَلوأو ۖ ةمْحرو ْمه بر ْنِم ٌتاوَلص ْمهْيَلَع َكِئَلوأ( ُ َ َ َ ِ ِ َ َ َ ِ َ “(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpah musibah, mereka mengucapkan “ هيلإ انإ و لله انإ نوعجار” (QS. 2 : 156). “Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb-Nya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. 2 :157). Ayat ةفرعم ini bertuliskan apabila kalian di timpah suatu musibah,baik itu meninggalnya para kerabat, sahabat dan orang-orang yang dicintai ataupun kebun dan sawah yang tidak fapat diolah sebagaimana mestinya. Maka ucapkanlah نوعجار هيلإ انإ و لله انإ , kalimat ini tidak diajarkan Allah kecuali kepada Nabi Muhammad saw dan umatnya. Seandainya Nabi Ya’qub mengetahuinya, dia tidak akan berucap seperti ucapannya yang di abadikan al-Qur'an : “Aduhai duka citaku terhadapYusuf” (QS. Yusuf [12] 84). Demikian Said Ibn Jubair. Yang mengucapkan kalimat نوعجار هيلإ انإ و لله انإ dengan menghayati makna-maknanya, antara lain seperti dikemukakan diatas, “mereka itulah yang mendapatkan banyak keberkatan”. Oleh karena itu, Allah Swt memberitahukan mengenai apa yang diberikan kepada mereka itu. Yaitu mereka akan mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat Allah. Keberkahan itu banyak dan beraneka ragam, antara lain berupa limpahan pengampunan, pujian, menggantikan yang lebih baik daripada nikmat yang sebelumnya telah hilang. Dan semua keberkahan tersebut berasal dari Tuhan yang memelihara dan mendidik mereka. 85 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 86 Mereka juga mendapat rahmat. Kita tidak tahu pasti seperti apa rahmat Allah tersebut. Yang jelasnya rahmat-Nya tidak seperti rahmat yang dimiliki makhluknya, sebagaimana rahmat makhluk-Nya, hanya sebatas ketidak relaannya melihat seseorang bersedih atau kesusahan. Rasa kasihanlah yang mendorongnya untuk membantu mengatasi kesedihan dan kesusahan seseorang yang ia kasihani. Bagaimana dengan rahmat Allah, Allah melihat dampak dan hasilnya yaitu limpahan karunia. Selain mendapatkan rahmat Ilahi, mereka juga mendapatkan petunjuk. Seperti apa petunjuk yang mereka dapatkan? Yang pasti petunjuk tersebut adalah petunjuk yang mengatasi berbagai masalah, kesulitan maupun kesedihan, dan juga petunjuk tersebut akan mengantarkan menuju jalan kebahgian dunia maupun akhirat. Mengenai pahala mengucapkan do’a نوعجار هيلإ انإ و لله انإ ketika tertimpa musibah telah dimuat dalam banyak hadits. Di anataranya adalah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, dari Ummu Salamah ia berkata: pada suatu hari Abu Salamah mendatangiku dari tempat Rasulullah saw. Lalu ia menceritakan, aku telah mendengar ucapan Rasulullah saw yang membuat aku merasa senang. Beliau bersabda : اريخ يل فلخاو يتبيصم يف ينرجا مهللا : لوق ي مث ةبيصم نيملسملا نم ادحأ بيصي لَ .هب كلاذ لعف لَإ ،اهنم “Tidaklah seseorang dari kaum muslimin ditimpa musibah, lalu ia membaca kalimat istirja ( نوعجار هيلإ انإ و لله انإ ). Kemudian mengucapkan “ Ya Allah berikanlah pahala dalam musibahku ini dan berikanlah ganti kepadaku yang lebih baik darinya), melainkan akan dikabulkan doanya itu”. E. Ayat 158 ْ ْ َ َ ف َّ و َّ طَي ْ نأ ِهْيَلَع َحاَنُج َ لََف رمَتْعا وأ َ تْيَبلا َّجَح ْ نمَف ۖ ِ َّ اللّ رِئاعَش ْ نِم َةو ْ رملاو اَفَّصلا َّنإ( ِ َ َ َ َ َ ِ ِ َ َ َ َّ )ميِلَع ٌ رِكاَش َاللّ َّنإَف ا ً رْيَخ َع َّ وَطَت ْنمو ۚ امهب ِ ٌ َ ِ ِ َ َ “Sesungguhnya, Shafa dan Marwah adalah sebagai dari syiar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebaikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha mensyukuri kebaikan lagi maha mengetahui”. Di dalam ayat ini ada bentuk ةفرعم yaitu bahwa Shafa dan Marwah merupakan sebagian dari syiar Allah. Dalam beribadah haji maupun umrah di baitullah maka tidak ada dosa baginya memgerjakan sa’i antara keduanya. يعس sai dalam arti harfiahnya adalah usaha, sedangkan arti syariahnya pada ibadah haji dan umrah adalah berbolak-balik sebanyak 7 kali antara bukit Shafa dan Marwah demi melaksanakan perintah Allah swt. Dalam tafsir al-Mishbah menjelaskan bahwa penerapan Sa’i dalam kehidupan sehari-hari adalah “usaha sungguh-sungguh mencari sumber kehidupan dengan memulainya dari Shafa yang berarti kesucian dan berakhir di Marwah yang berarti kepuasan hati”. Inilah agaknya yang menghubungkan ayat yang berbicara tentang kesabaran dengan ayat 158 yangbberbicara tentang Sa’i. Di samping itu Sa’i dalam berbagai maknanya itu memerlukan kesabaran. Shafa dan Marwah termasuk syiar Allah, kata راعش syiar seakar dengan kata روعش yang berarti rasa, syiar adalah tanda-tanda agama dan ibadah yang ditetapkan Allah.

Tanda-tanda itu di namai syiar karena ia seharisnya menghasilkan rasa hormat dan agung kepada Allah swt. Dulunya kaum musyrikin juga pernah melakukan Sa’i tetapi perlakuan Sa’i disini mengandung unsur kemusyrikan dan penyembahan berhala. Mereka berihram atas nama berhala Manag, dan mereka juga melakukan Sa’i dipuncak bukit Shafa, mereka letakkan patung yang mereka namakan Isaf. Sedangkan di bukit Marwah, mereka meletakkan patung yang bernama ةلئان Nailah, tetapi kaum muslimin sepenuhnya sadar bahwa perbuatan tersebut tidak dibenarkan agama sehingga mereka ragu melakukan Sa’i untuk menghilangkan keraguan tersebut, ayat tersebut melanjutkan : “Maka barang siapa yang beribadah haji ke baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan Sa’i antara keduanya”. Semua yang melakukan Sa’i (usaha) , baik itu dalam konteks ibadah haji maupun ibadah umrah, baik itu wajib ataupun sunnah. Maupun usaha lainnya untuk mendapatkan kebahagiaan kehidupan duniawi, selama melakukannya dengan hati yang tulus dan ikhlas untuk kebaikan, yang berawal dari kesucian dan berakhir dengan kepuasan, maka semua akan mendapatkan ganjarannya karena setiap usaha yang kita kerjakan pasti akan melahirkan suatu hasil yang memuaskan. Dan Allah sangat mensyukuri kebaikan yakni aktivitas atau usaha yang dilandasi dengan ketulusan hati, keikhlasan dan ketaatan kepadanya yang Maha Mengetahui aktivitas dan niat para hambanya. 87 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 88

QS. al-Baqarah Ayat 159-167 Oleh: Alimsah Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. Ayat ini walaupun turun dalam konteks kecaman terhadap orang-orag Yahudi, redaksinya yang bersifat umum menjadikannya sebagai kecaman terhadap setiap orang yang meyembunyikan apapun yang diperintahkan agama untuk disampaikan, baik ajaran agama maupun ilmu pengetahuan atau hak manusia. Dalam konteks ini, Rasul saw. Bersabda: “siapa yang ditanyai tentang ilmu, lalu ia menyembuunyikannya, dihari kemudian, dietakkan dimulutya kendali yang terbuat dari api neraka.” Walaupun demikian, perlu dicatap bahwa setiap ucapan ada tempatnya dan setiap tempat ada juga ucapannya yang sesuai. Memang tidak semua apa yang diketahui boleh disebarluaskan, walaupun itu bagian dari ilmu syari’at dan bagian dari informasi tentang pengetahuan hukum. Informasi terbagi dua, ada yang dituntut untuk disebarluaskan dan ada juga yang tidak diharapkan sama sekalli untuk disebarluaskan atau baru diharapkan untuk disebarluaskan setelah mempertimabangkan keadaan, waktu, atau sasaran. Tidak semua informasi yang disampaikan sama kepada yang pandai dan bodoh atau kepda anak kecil dan dewasa. Tidak juga semua pertanyaan perlu dijawab. Tentu saja, Allah memberi kesempatan bertaubat kepada mereka yang menyembunyikan keterangan yang dibutuhkan itu, karena itu pula lanjutan ayat tersebut menyatakan, kecuali mereka yang bertaubat dengan menyesaliperbuatnnya serta 89 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 90 memohon ampun dan mengadakan perbaikan dengan jalan bertekad untuk tidak mengulanginya. Perbaikan dimaksud paling tidak yang setimpal denga kerusakan yang diakibatkannya, serta menerangkan kebenaran, paling tidak dalam kadar yang ia sembuyikan. Demikian terlihat syart-syarat pengabulan taubat. Kata (انا) ana/aku yang digguanakan dalam penutup ayat ini mengisyaratkan bahwa taubat adalah wewenang Allah sendiri. Tidak ada yang berwenang dalam hal taubat kecuali dia Yang Maha Esa lagi Maha Pengampun itu. Semua kata dalam Al-Qur’an yang meunjuk kepada Allah dalam bentuk tunggal, pada dasarnya tida melibatkan siapapun dalam aktivitas yang ditunjuk oleh kata kerja yang digunakkannya. Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam laknat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh. Maksud dari kalimat ( نيعمجا سانلا ) diatas bukandalam arti seluruh manusia karena, tentu saja teman-teman mereka sekekufuran, yang juga termasuk kelompok manusia tidak akan mengtuknya. Tetapi yang dimaksud adalah manusia yang taat kepada Allah. Semua, yakni Allah, malaikat, dan manusia yang taat itu, melaknatnya. Demikian menurut satu pendapat. Ulama lain mengatakan bahwa orang-orang durhaka akan melakntnya sehingga terjadi kutuk-mengutuk antara mereka. Ayat diatas menggunakan kata kafir utnuk menunjuk mereka yang menyembunyikan kebenran. Ini bertujuan mengecap mereka dengan sifat buruk itu, sekaligus agar orang-orang kafir lainnya dengan dosa apapun dicakup pula dalam ancaman ini. Firmanya: (اهيف نيدلاخ ) yang dimaksud denga kekal adalah tinggal dalam waktu yang sagat lama didalmnya, yakni didalam laknat itu atau dalam neraka. Mereka juga tidak diberi tangguh dalam siksaan yang diterimanya, sebagai mana penangguhan yang mereka dapatkan ketika ketika hidup didunia, atau mereka tidak akan dilihat oleh Allah dan malaikat-malaikat dengan pandangan kasih sayang. Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Allah adalah tuhan kamu semua, hai manusia yang mukmin, kafir atau munafik. Hanya dia yang berhak kamu sembah siapa yang menyembah selainnya atau sesuatu bersamanya, ibadahnya tidak diterima. Dia yag maha esa dalam Zat, sifat dan perbuatannya. Tiada tuhan yang berhak disembah, tiada juga penguasa yang menguasai dan mengatur seluruh alam raya melaikan dia. Dia yang maha pemurah yang melimpahkan rahmat didunia untuk seluruh makhluk tanpa pilih kasih, serta lagi maha penyayang melimpahkan rahmat khusus untuk yag taat kepadanya dihari kemudian nanti. Demikian kelompok ayat ini dimulai, itulah inti dari seluruh ajaran Islam. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Ayat ini mengundang manusia untuk berpikir dan merenung tentang sekian banyak hal: Pertama : berpikir dan merenungkan tentang penciptaan langit dan bumi. Kata (قلخ ) yang diterjemahkan diatas dengan penciptaan dapat juga berarti pengukuran yang teliti atau pengaturan. Karena itu, disamping makna diatas, ia juga dapat berarti pengaturan sisitem kerjanya yang sangat teliti. Yang dimaksud dengan langit adalah benda-benda angkasa, seperti matahari, bulan, dan jutaan gugusan bintang yang kesemuanya beredar dengan sangat teliti dan teratur. Kedua: merenungkan pergantian malam dan siang. Yakni, perputaran bumi dan porosnya yang melahirkan malam dan siang serta perbedaanya, baik dalam masa maupun dalam panjang serta pendek siang dan malam. Ketiga: merenungkan tentang behtera-bahtera yang berlayar dilaut membawa apa yagng berguna bagi manusia. Ini mengisyaratkan sarana transfortasi, baik yang digunakan masa kini dengan alat-alat canggih maupun masa lampau ynag hanya mengandalkan angin dengan segala akibatnya. Keempat; merenungkan tetang apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, baik yang cair maupun yang membeku. 91 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 92 Kelima : berpikir tentang aneka binatang, yang diciptakan Allah, baik binatang berakal (manusia) ataupun tidak, menyusui, bertelur, melata dan lain-lain. Sayang, bahkan aneh, walau bukti-bukti itu sudah sedemikian nyata, masih ada ynag mengingkari wujud dan keesaan Allah. Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). Pada ayat ini Allah swt. Memulai urainnya dengan berfirman: diantara manusia ada orang-orang yang menyembah apa yang dianggapnya tandingan-tandingan selain Allah, baik berupa berhala, bintang, maupun manusia biasa yang telah tiada atau pemimpin-pemimpin mereka. Padahal tandingan-tandingan tersebut adalah makhluk ciptaanya juga. bahkan manusia-manusia itu bukan hanya menyembahnya, tetapi mereka mencintainya, yakni taat kepadanya serta bersedia berkorban untuknya, sebgai mana layaknya mereka mencintai Allah. Keadaan mereka berbeda dengan oramg-orang yang beriman. (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Ayat ini menjelaskan hhubungan antara pemimpin dan yang dipimpin, kepemimpinan dan keikutan dalam kedurhakaan kepada Allah. Jakau tadinya dalam kehidupan dunia ini mereka menaruh harapan kepada para pemimpinnya, dan pemimpin mengandalkan yang dipimpin untuk meraih harapannya, tiba-tiba harapan itu sirna ketika siksa telah terlihat dihadapan mata. Mereka kecewa dan pupus harapan untuk meraih kenikmatan. Bahkan para pemimpin, ketika melihat siksa akibbat kedurhakaan mereka, berlepas diri dari pengikut-pengikutnya karena enggan bertanggung jawab.

Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: \"Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami\". Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali- kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. Ayat diatas melukiskan pernyataan menyesal para pengikut pemimpin-pemimpin sesat itu, dimana mereka berkata “seandainya kami dapat kembali, yakni kedunia, pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana kini, dihari kiamat ini, mereka berlepas diri dari kami.” Ketika itu, semuanya menyesal dan para pengikut ingin bila seandainya mereka dapat kembali kedunia untuk berlepas diri dari para pemimpin itu. Mereka ingin kembali kedunia untuk belepas diri karena diakhirat mereka tidak dapat lagi berlepas diri. Tetapi, tentu saja keinginan ini mustahil tercapai. Diakhirat, mereka juga mempertanggung jawabkan kesediannya memilih serta menaati pemimpin itu. Demikianlah, melalui apa yang mereka lihat berupa siksaaan, mereka menyadari bahwa semua kekuatan milik Allah dan bahwa keberlepasan diri dari pada pemimpin serta keinginan untuk kembali kedunia tidak mungkin terpenuhi. 93 | B u k u M a u d h u i A q i d a h U s h 5 A

M a h m u d i , D K K | 94


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook