Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore 1-7 Penulis

1-7 Penulis

Published by Aar Asqolani, 2020-09-30 14:25:41

Description: 1-7 Penulis

Search

Read the Text Version

berbasis internet bagi ABK, diperlukan beberapa kondisi atau fasilitas pendukung yang harus tersedia, yaitu, (1) jaringan internet, (2) perangkat handphone atau laptop yang bisa akses ke internet, (3) kemampuan dan kebiasaan dalam menggunakan teknologi informasi dari pihak guru, siswa dan orang tua siswa, (4) dukungan dan partisipasi orang tua siswa. Jika persyaratan tersebut tidak dipenuhi, maka pembelajaran jarak jauh berbasis TI tidak dapat dilaksanakan atau tidak maksimal dilaksanakan. Fakta menunjukkan bahwa pembelajaran jarak jauh berbasis TI tidak dapat dilaksanakan di beberapa sekolah atau daerah tertentu karena salah satu atau beberapa persyaratan tersebut tidak tersedia. Sehingga mereka harus menggunakan cara atau model lain dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh. 2. Pihak yang Berperan Penting Secara umum, ada tiga unsur utama yang secara langsung berperan penting dalam keberhasilan pelaksanaan pembelajaran jarak berbasis TI bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusif, yaitu siswa, guru, dan orang tua. Siswa merupakan unsur penting karena dialah subjek utama yang menjalani kegiatan belajar. Guru merupakan komponen utama karena dialah yang berperan sebagai perancang pembelajaran. Sedangkan orang tua dibutuhkan untuk memberi bantuan dan pendampingan ketika anaknya belajar 96

dari rumah. Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa guru yang berperan atau bertugas untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh bagi siswa ABK di sekolah inklusif adalah Guru Pembimbing Khusus (GPK). Fakta ini didasarkan pada hasil studi kasus di salah satu sekolah inklusif di DKI Jakarta. Dalam kondisi normal, tanggung jawab pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk siswa ABK ada pada guru umum (guru kelas atau guru mata pelajaran). Selama masa pandemi Covid-19, guru umum fokus mengelola pembelajaran untuk siswa umum sedangkan pembelajaran untuk siswa ABK dikelola oleh GPK. Pilihan pola ini didasarkan kepada pertimbangan pembagian beban kerja di antara guru dan pertimbangan keahlian atau efektivitas dalam layanan pembelajaran. Penanganan pembelajaran ABK oleh GPK dinilai lebih efektif karena GPK adalah guru yang memiliki latar pendidikan dan atau keahlian di bidang pendidikan khusus. Pembagian peran seperti ini bisa berbeda di berbagai sekolah bergantung kepada situasi dan kondisi. Di sekolah tertentu mungkin saja peran pembelajaran untuk ABK dipegang oleh guru umum atau kolaborasi diantaranya guru umum dan GPK. Pihak ketiga yang berperan penting dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh untuk ABK adalah orang tua siswa. Siswa ABK banyak membutuhkan bantuan dan pendampingan dari orang tua ketika menjalani belajar 97

jarak jauh di rumahnya. Bantuan dan pendampingan orang tua akan semakin dibutuhkan manakala yang mengikuti pembelajaran jarak jauh adalah siswa berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan intelektual (tunagrahita). Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa siswa tunagrahita di SD inklusif tidak bisa secara langsung menjalin interaksi pembelajaran dengan guru. Mereka juga belum bisa belajar secara mandiri. Guru harus berinteraksi dengan orang tua untuk menyampaikan materi atau bahan pesan atau konten- konten pembelajaran. Kemudian orang tua akan menyampaikan dan melakukan pendampingan belajar kepada anaknya. Semakin rendah usia siswa dan atau semakin rendah kapasitas intelektual siswa maka semakin besar kebutuhan peran orang tua dalam mendampingi anaknya untuk belajar jarak jauh. Siswa ABK yang tidak mengalami hambatan intelektual dan sudah berapa pada level pendidikan menengah umumnya dapat mengikuti pembelajaran jarak jauh secara baik dan mandiri, dengan catatan perlu ada modi ikasi dalam cara atau alat sehingga pembelajaran dapat diakses oleh mereka secara mudah. 3. Prinsip-prinsip Untuk dapat melaksanakan pembelajaran jarak jauh bagi siswa ABK secara optimal, seorang guru harus memahami dan memperhatikan prinsip-prinsip. Prinsip 98

adalah sesuatu yang harus diperhatikan, disediakan, dilakukan, atau dijadikan landasan kerja supaya mencapai hasil dan proses yang optimal. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dan dijadikan landasan kerja dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh berbasis TI bagi siswa berkebutuhan khusus. a. Pembelajaran jarak jauh berbasis internet sangat dipengaruhi oleh ketersediaan teknologi informasi, yaitu jaringan internet dan sejumlah perangkat pendukungan lainnya, baik perangkat keras (hardware) maupun lunak (software). Misalnya, jaringan internet, handphone, atau laptop yang mampu mengakses internet. Semakin tersedia atau semakin kuat kapasitas perangkat tersebut, semakin optimal pelaksanaan pembelajaran, dan sebaliknya. b. Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh dipengaruhi oleh kemampuan dan kebiasaan menggunakan teknologi informasi. Kemampuan dan budaya tersebut harus dimiliki oleh guru, siswa, dan juga orang tua sebagai pendamping pembelajaran. Semakin tinggi kemampuan dan kebiasaan teknologi, semakin optimal pembelajaran jarak jauh dapat dilaksanakan. c. Pembelajaran jarak jauh dipengaruhi oleh komitmen dan kemandirian belajar. Dalam konteks PJJ, guru tidak bisa memantau dan membimbing siswa secara langsung dan dekat. Oleh karena itu dibutuhkan semangat dan 99

komitmen dari siswa untuk belajar secara mandiri. Semakin tinggi komitmen dan kemandirian siswa dalam belajar, semakin tinggi peluang untuk sukses belajar jarak jauh. Siswa usia dini dan siswa dengan hambatan intelektual menghadapi tantangan atau kendala terkait dengan isu ini. Oleh karena itu, mereka membutuhkan peran dan kontribusi orang tua yang lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh. d. S i swa b e rke b u t u h a n k h u s u s m e m b u t u h ka n modi ikasi cara dan atau alat dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh supaya mereka dapat belajar secara optimal. Misalnya, ketika guru melangsungkan video call atau video conference dengan siswa tunarungu menggunakan zoom cloud meeting, maka perlu ada beberapa modi ikasi yang harus dilakukan supaya siswa tunarungu bisa mengikuti kegiatan tersebut secara optimal. Misalnya memunculkan tulisan (teks) untuk menyertai pembicaraan guru, atau menggunakan Juru Bicara Isyarat (JBI) untuk menerjemahkan setiap pembicaraan. e. Setiap ABK dengan jenis hambatan yang berbeda, membutuhkan modi ikasi yang berbeda supaya pembelajaran bisa berlangsung secara optimal dan efektif. Kebutuhan modi ikasi siswa dengan hambatan penglihatan (tunanetra) berbeda dengan siswa yang mengalami hambatan pengdengaran (tunarungu). 100

Demikian juga dengan siswa tunagrahita atau siswa tunadaksa. Siswa tunanetra membutuhkan banyak narasi secara verbal karena mereka mampu mendengar dengan baik. Tetapi mereka tidak mampu menangkap informasi visual. Oleh karena itu, konten-konten pembelajaran jarak jauh yang bersifat visual harus diganti atau dilengkapi dengan penjelasan verbal, atau para tunanetra difasilitasi untuk menggunakan software screen reader ketika bekerja dengan komputer atau laptopnya. f. Semakin berat hambatan intelektual siswa, semakin berat tantangan dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh berbasis TI. Tantangan ini dapat diatasi dengan memaksimalkan peran orang tua (atau pihak lain) untuk mendampingi siswa tunagrahita dalam melaksanakan belajar jarak jauh. g. Semakin rendah usia siswa, semakin besar tantangan dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh berbasis TI. Isu ini diduga berkaitan dengan kemampuan siswa untuk belajar mandiri, motivasi, kebiasaan dan komitmen belajar, serta kemampuan untuk bekerja dengan menggunakan teknologi informasi. Konsekuensi dari prinsip ini adalah perlunya pemberdayaan orang tua dalam membantu dan mendampingi anaknya menjalani belajar jarak jauh. 101

4. Prosedur dan Tahapan Ada delapan aspek yang harus ditelaah atau dilakukan dalam mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran jarak jauh untuk siswa berkebutuhan khusus, yaitu; (1) menetapkan capaian pembelajaran, (2) menetapkan materi, (3) memilih model belajar jauh, (4) memilih jenis aktivitas atau pengalaman belajar siswa, (5) memilih format untuk mengemas materi/bahan ajar, (6) memilih media untuk pengiriman bahan ajar, (7) kegiatan pembelajaran, dan (8) penilaian. Seluruh langkah tersebut dapat dilihat secara skematis pada gambar berikut: Gambar Tahapan dan Prosedur Mengelola Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi (TIK) untuk Siswa Berkebutuhan Khusus. (Dok. Asep Supena). a. Guru memilih dan menetapkan capaian pembelajaran (learning outcome) yang harus dikuasai oleh siswa ABK. Capaian pembelajaran adalah kemampuan atau kompetensi yang harus dikuasi oleh siswa setelah 102

selesai mengikuti pembelajaran. Pada tahap ini guru memilih dan menetapkan kompetensi dasar (KD) yang akan dicapai oleh siswa yang ada dalam dokumen kurikulum yang tersedia untuk tiap-tiap mata pelajaran. KD yang dipilih oleh guru adalah KD- KD yang berlaku untuk siswa secara umum di kelas yang sama. Setelah menetapkan KD, selanjutnya guru merumuskan kemampuan-kemampuan yang lebih spesi ik sebagai indikator keberhasilan pencapaian KD. Indikator dirumuskan secara spesi ik (speci ic) dan teramati (observable) supaya mudah untuk mengukur keberhasilannya (measurable). Jika pembelajaran menuntut adanya modi ikasi, maka umumnya guru melakukan modi ikasi pada saat merumuskan indikator. Artinya, guru membuat indikator yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa ABK, sedangkan kompetensi dasarnya masih menggunaakn standar umum. Guru terkadang menetapkan capaian pembelajaran dengan tidak merujuk kepada dokumen kurikulum, tetapi berdasarkan situasi dan kondisi serta kebutuhan siswa. Hasil studi menunjukkan bahwa selama masa pandemi, guru yang mengajar siswa tunagrahita di SD inklusif menetapkan capaian pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan saat ini. Misalnya, siswa mampu menggunakan masker secara benar, siswa 103

mampu mencuci tangan secara benar, siswa dapat mengatur jarak pembicaraan yang sehat pada masa pandemi, dll. b. Guru memilih dan menetapkan materi yang akan dipelajari oleh siswa supaya bisa mewujudkan capaian pembelajaran (kompetensi) yang telah ditetapkan. Materi adalah sesuatu yang akan dipelajari, dikaji, dibahas, atau dipahami oleh siswa. Bentuknya bisa berupa informasi, konsep, teori, prinsip, prosedur, tema, topik, atau pokok bahasan. Misalnya, capaian pembelajaran yang harus dikuasai oleh siswa adalah “siswa mampu menggunakan masker penutup hidung dan mulut secara benar”. Pertanyaannya adalah apa materi yang harus dipelajari oleh siswa? jawabannya adalah “prosedur penggunaan masker”. Berikut adalah contoh penetapan materi yang harus dipelajari oleh siswa untuk mendukung capaian pembelajaran. Tabel Contoh Penetapan Materi yang Harus Dipelajari oleh Siswa untuk Mendukung Capaian Pembelajaran. No Capaian Pembelajaran (Kompetensi) Materi Ciri hewan serangga 1 Siswa dapat menyebutkan ciri hewan serangga Kota-kota besar di Indonesia 2 Siswa apat menyebutkan 3 kota terbesar di Konsep negara demokrasi Indonesia secara berurutan Prosedur memakai baju 3 Siswa dapat menjelaskan ar negara demokrasi 4 Siswa dapat memakai baju dengan cara dan urutan yang benar 104

Jika materi-materi tersebut dikumpulkan, kemudian ditulis atau disajikan secara sistematis maka kita menyebutnya sebagai “bahan ajar”. Oleh karena itu, setelah guru mengindenti ikasi materi-materi yang akan dipelajari oleh siswa, selanjutnya guru harus membuat atau mengembangkan bahan ajar. Bahan ajar bisa berupa buku, modul, diktat atau sekedar tulisan sederhana yang dibuat guru, atau kumpulan materi yang disusun atau dokompilasi oleh guru. a. Memilih model atau tipe belajar jarak jauh yang akan digunakan. Ada dua model utama yang bisa digunakan oleh guru dalam melaksanakan belajar jarak jauh berbasis TI, yaitu (1) synchronous dan (2) Asynchronous. Synchronous artinya pembelajaran dilakukan secara live (real time) yakni guru dan siswa berinteraksi secara langsung di waktu yang sama. Misalnya, guru melakukan tatap muka jarak jauh dengan siswa melalui (video call atau video conference) dengan menggunakan Zoom Cloud Meeting, Google Meet, Webex, WhatsApp, atau aplikasi lainnya. Pembelajaran secara live (real time) juga bisa dilakukan melalui komunikasi tertulis jarak jauh (chat) dengan menggunakan WhatsApp, Google Classroom, SMS, Line, Telegram, atau fasilitas chat lainnya. Asyncronous artinya pembelajaran tidak dilakuan secara live (real time). Pada cara ini, guru 105

mengirimkan pesan-pesan pembelajaran pada suatu waktu, kemudian siswa diminta untuk mempelajari atau merespon pesan-pesan tersebut dan mengirimkan hasilnya kepada guru di waktu yang lain. Misalnya, guru mengirim video kepada siswa untuk ditonton dan ada daftar pertanyaan yang harus dijawab terkait isi video. Siswa diminta untuk mencermati isi video kemudian menjawab pertanyaan yang telah disediakan dan mengirim jawabannya kepada guru di waktu yang lain. b. Memilih bentuk aktivitas atau pengalaman belajar yang harus dijalani oleh siswa. Misalnya, siswa diminta untuk membaca bahan bacaan yang dikirim oleh guru. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan (kuis) yang dikirim oleh guru. Siswa diminta untuk menonton video singkat yang dikirim oleh guru dan menjawab beberapa pertanyaan yang menyertai tayangan video. Berikut disajikan beberapa contoh pengalaman belajar yang dipilih oleh guru untuk diterapkan kepada siswa berkebutuhan khusus dalam seting belajar jarak jauh. 106

Tabel Contoh Pengalaman Belajar Yang Dipilih Oleh Guru untuk Diterapkan Kepada Siswa Berkebutuhan Khusus Dalam Se ng Belajar Jarak Jauh. No Bentuk Bahan Ajar Pengalaman Belajar Siswa 1 Naskah/bahan bacaan · Siswa membaca bahan bacaan, disertai pertanyaan, · Siswa menjawab pertanyaan terkait isi bacaan, · Siswa mengirim jawaban kepada guru. 2 Pertanyaan (kuis) · Siswa menjawab pertanyaan (kuis) dan 3 Video tentang topik mengirimkan jawabannya kepada guru. tertentu · Siswa menonton video kemudian menjawab 4 Gambar disertai beberapa pertanyaan terkait denga isi video, dan pertanyaan mengirim jawabannya kepafa guru. · Siswa menelaah gambar dan menjawab 5 Tugas untuk mengerjakan pertanyaan. atau membuat sesuatu. · Siswa membuat sesuatu dan mengirim hasilnya kepada guru. · Siswa melakukan (memperagakan) sesuatu, kemudian hasilnya direkam (divideokan) dan rekamannya dikirim kepada guru. a. Memilih format untuk mengemas materi/bahan ajar. Misalnya, ketika guru sudah menetapkan untuk mengirim bahan bacaan kepada siswa, dalam format apa bahan bacaan akan dikemas? Hasil penelusuran di lapangan menunjukkan bahwa ada beberapa bentuk format yang dipakai oleh guru untuk mengemas bahan tersebut yaitu format word, pdf, atau foto. Berikut disajikan beberapa contoh format pengemasan materi yang dibuat oleh guru dan cara/media pengirimannya kepada siswa. b. Langkah selanjutnya adalah memilih cara atau media yang akan digunakan untuk mengirim konten atau bahan pembelajaran kepada siswa/orang tua. Ada 107

banyak pilihan cara atau media yang bisa dan biasa digunakan oleh guru untuk mengirimkan bahan belajar kepada siswa adalah WhatsApp, Google Classroom, Google Drive atau e-mail, dll. Berikut disajikan contoh-contoh pilihan format untuk mengemas materi dan media untuk pengiriman konten pembelajaran kepada siswa. Tabel Contoh-Contoh Pilihan Format untuk Mengemas Materi dan Media Untuk Pengiriman Konten Pembelajaran Kepada Siswa. No Bentuk Bahan Ajar Format untuk Mengemas Cara/Media Pengiriman Bahan Ajar Pesan 1 Bahan bacaan Word, pdf, MS Power WhatsApp, Google Classroom, Point, gambar/foto. Google Drive. 2 Pertanyaan (kuis) Google Form, Quizizz, WhatsApp, Google Classroom, word Google Drive. 3 Bahan Video WhatsApp, Google Classroom, tayangan/tontonan Google Drive. 4 Foto/Gambar Foto/gambar WhatsApp, Google Classroom, Google Drive. a. Melaksanakan pembelajaran. Pada tahap ini guru mengirimkan materi atau bahan ajar kepada siswa atau orang tua siswa. Pengiriman bahan ajar dilakukan melalui beberapa cara/media yaitu WA atau Google Classroom, dan e-mail (lihat bahasan sebelumnya tentang format dan media). Bahan ajar dikemas dalam berbagai format (word, pdf, google form, PPT, quizizz, foto, video dll.) Konten atau bahan belajar dikirim kepada orang tua, selanjutnya orang 108

tua menyampaikan bahan tersebut kepada siswa dan membimbing anaknya untuk belajar atau mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh guru. Hasil pekerjaan siswa selanjutnya dikirim kepada guru melalui media yang telah disepakati. Pengiriman dilakukan oleh orang tua atau siswa bergantung kepada kemampuan siswa. Tahap selanjutnya adalah guru memeriksa dan mengoreksi hasil pekerjaan siswa, kemudian memberikan hasilnya (feedback) kepada orang tua atau siswa. Perlu dicatat bahwa siswa ABK yang tidak mengalami hambatan intelektual dan berada pada level pendidikan menengah (SMA) umumnya bisa belajar jarak jauh secara mandiri. Pengiriman bahan ajar dari guru bisa langsung disampaikan kepada siswa dan pengiriman hasil pekerjaan kepada guru juga bisa dilakukan oleh siswa sendiri. Siswa tunarungu, tunanetra dan tuna daksa yang cerdas di tingkatan SMA umumnya mampu mengikuti pembelajaran jarak jauh secara mandiri. b. P e n i l a i a n . P a d a a k h i r s e m e s t e r a t a u s e s i pembelajaran, guru melalukan penilaian untuk melihat progres atau pencapaian kompetensi pada siswa. Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa ada dua jenis penilaian yang dilakukan oleh guru yaitu; (1) 109

penilaian pengetahuan dan (2) penilaian keterampilan/kinerja. Penilaian pengetahuan dilakukan dalam bentuk tes pilihan ganda yang dikemas dalam aplikasi google form. Sedangkan penilaian keterampilan (kinerja) dilakukan melalui ujian praktek melalui rekaman video yang diposting di google classroom. Misalnya: siswa diminta untuk membaca puisi dan bernyanyi di rumahnya masing- masing dan direkam oleh orang tuanya. Kemudian hasil rekamannya diposting oleh orang tua siswa di google classroom. Penilaian juga bisa dilakukan dengan cara lain, yaitu portofolio. Guru tidak melakukan ujian (tes) secara khusus untuk mengukur kompetensi siswa, tetapi dengan mengumpulkan semua hasil peniaian dan tugas-tugas yang sudah dilakukan oleh siswa. Penutup Belajar jarak jauh berbasis TI pada siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusif dihadapkan kepada beberapa tantangan. Pertama, masih terbatasnya ketersediaan perangkat pendukung, baik bersifat hardware (HP atau laptop) maupun software (jaringan internet, data, aplikasi pendukung pembelajaran), baik pada pihak orang tua maupun guru. Kedua, masih rendahnya kemampuan dan kebiasaan dalam menggunakan TI untuk mendukung 110

pembelajaran, baik pada orang tua, siswa ABK, dan juga guru. Ketiga, penilaian hasil belajar jarak jauh belum bisa dilaksanakan dan kontrol secara objektif. Ada beberapa saran yang bisa dipertimbangkan untuk memecahkan tantangan tersebut. Pertama, pemerintah atau lembaga swasta perlu menyiapkan program bantuan untuk menyediakan fasilitas pendukung belajar jarak jauh kepada orang tua dan sekolah, berupa perangkat keras (HP dan laptop) dan jaringan internet gratis. Kedua, pelatihan bagi guru dan orang tua tentang pengelolaan belajar jarak jauh berbasis internet. Ketiga, pelaksanaan ujian mungkin bisa dilakukan di sekolah secara bertahap dengan memperhatikan protocol Covid-19. Dalam satu minggu atau satu bulan ada kesempatan siswa hadir ke sekolah dan digunakan untuk melakuan ujian/penilaian. DAFTAR PUSTAKA Garry Hornby (2017). Inclusive Special Education: Evidence- Based Practices for Children with Special Needs and Disabilities. New York: Springer Heidelberg Dordrecht. Kauffman, J. M., & Hallahan, D. P. (Eds.). (2005). The illusion of full inclusion: A comprehensive critique of a current special education bandwagon (2nd ed.). Austin: PRO- 111

ED. Richard Rose and Marie Howley (2007). The Practical Guide to Special Educational Needs in Inclusive Primary Classrooms. London: Paul Chapman Publishing A SAGE Publications Company. Slee, R. (2011). The Irregular school: Exclusion, Schooling and Inclusive education. London: Routledge. 112

ASEP SUPENA. Lahir di Subang pada tanggal 7 September 1965. Menamatkan Pendidikan SD di desa Kasomalang pada tahun 1978. Tahun 1981 lulus SMP di kecamatan Jalancagak dan lanjut studi ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG) hingga tahun 1984. Pada tahun 1984 melanjutkan kuliah di Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) di Bandung dan lulus pada tahun 1986. Kemudian meneruskan belajar di program S-1 Jurusan Pendidikan Luar Biasa IKIP Bandung sampai dengan tahun 1989. Pada tahun 1990 mulai bekerja sebagai dosen di Jurusan Pendidikan Luar Biasa IKIP Jakarta hingga saat ini. Melanjutkan studi S2 pada Jurusan Psikologi di Universitas Indonesia hingga tahun 1997, dan meneruskan Pendidikan ke jenjang S3 jurusan psikologi pada universitas yang sama sampai dengan tahun 2004. Pernah menjadi ketua Jurusan Pendidikan Luar biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ). 113

Kemudian pernah juga mengemban amanah sebagai wakil dekan 3 dan wakil dekan 1. Sejak tahun 2005 mengemban amanah sebagai asesor BAN-PT. Juga pernah menjadi tim ahli di BNSP. Pada tahun 2019-2020 menjalankan tugas sebagai team adhoc dalam pengembangan IASP 2020 di BAN-SM. Selain mengajar di jurusan Pendidikan Khusus dan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, penulis juga mengemban amanah sebagai Koordinator Pusat Pengembangan Pembelajaran dan Layanan Disabilitas, di Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3-UNJ) sejak tahun 2014 sampai sekarang. \"Setiap orang memiliki peluang untuk belajar, dalam kondisi yang paling sulit sekalipun.\" (Asep Supena) 114


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook