1 DIKTAT Teori - Teori Belajar & Penerapannya Dalam Pendidikan Agama Kristen Diampu : Ester Lina Situmorang. M.Pd SEKOLAH TINGGI TEOLOGI REAL BATAM, 2019
2 SILABUS MATAKULIAH NAMA MATA KULIAH : Teori-teori Belajar dan Penerapannya dalam PAK BOBOT : 2 SKS DOSEN : DANIEL AGUSTIN. S.pdK, M.PdK CONTACT PERSON : 085264518671/ [email protected] STANDARD KOMPETENSI : 1. Studi tentang pengetahuan dasar mengenaiPendidikan Agama Kristen (PAK) dengan pembahasan mengenai arti dan hakekat, jenis-jenis PAK, PAK dalam Alkitab dan Sejarah dasar Pak, PAK dan settingnya serta hubungan PAK dengan ilmu-ilmu lain. 2. Studi tentang pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK), untuk membekali mahasiswa mampu mengajar Pendidikan Agama Kristen (PAK) secara praktis, baik di gereja maupun di sekolah. Mata kuliah ini memberi kemampuan dasar untuk merancang sistem pembelajaran dengan memahami teori-teori belajar dan prinsip-prinsip mengajar. Melalui metode pemberian tugas, mahasiswa dilatih menyusun program pengajaran dengan materi yang telah dipilih dan latihan mengajar dalam bentuk Micro Teaching. 3. Menganalisa teori–teori tersebut dan mengimplikasikannya dalam PAK. KOMPETENSI DASAR: 1. Membimbing dan melengkapi mahasiswa dengan pengetahuan dan pengertian tentang dasar PAK untuk membekali mahasiswa melaksanakan pembinaan dalam bidang PAK dalam tugas-tugas kepelayanannya. 2. Memampukan mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan untuk merancang system pembelajaran di bidang Pendidikan Agama Kristen (PAK) untuk memberikan bekal kemampuan melaksanakan tugas-tugas kepelayanannya khususnya di bidang pengajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) baik di gereja 3. Mahasiswa menjelaskan, teori-teori belajar, ciri-ciri belajar, kesiapan belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan peningkatan motivasi belajar. DAFTAR PUSTAKA 1. Robert R Boehlke, Ph.D, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, dari Yohanes Amos Comenius Sampai Perkembangan PAK di Indonesia, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2011. 2. Robert R Boehlke, Ph.D, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, dari Plato sampa IG Loyola, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2011. 3. Prof. Dr. Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi: Bandung: PT Bumi Aksara, 2002. 4. E.G.Homrighausen, I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen. Jakarta : BPK, 2005 5. Andar Ismael, Ajarlah Mereka Melakukan. Jakarta : BPK, 6. Iris V. Cully, Dinamika Pendidikan Agama Kristen. Jakarta : BPK, 1995
3 7. Eli Tanya, Gereja dan Pendidikan Agama Kristen. Cipanas : STT Cipanas, 1999 8. S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara, 2004 9. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara, 2009 10. Dr. Rusman, M.Pd. Model-Model Pembelajaran. Bandung: Rajawali Press. 2010 11. Kunandar, S.Pd, M.Si, Guru Profesional, Bandung: Rajawali Press. 2007 SYARAT KELULUSAN No Kategori penilaian Bobot 1 Kehadiran 20% 2 Partisipasi kelas (Aktiv dalam diskusi kelas) 20% 3 Tugas /presentase 30 % 4 Ujian 30% Total 100% PEDOMAN PENILAIAN 95 - 100 = A 80 - 84 = B 90 - 95 = A- 75 - 80 = B- 85 - 89 = B+ 70 - 74 = C+ METODE PERKULIAHAN 1. Pendekatan : Ekspositori 2. Metode : Ceramah, Presentasi Acak, Tanya Jawab, Pemecahan Masalah, dan Diskusi. 3. Media : Alkitab, Diktat, Proyektor, dll. 4. Tugas : Presentase/Praktek Mengajar RINCIAN PERKULIAHAN NO HARI URAIAN MATERI/ KEGIATAN PERKULIAHAN 1I Pendahuluan (perkenalan dosen, mata kuliah, tujuan dll). 2 II Sejarah Pendidikan Agama Kristen (PAK) 3 III 4 IV Sejarah Pendidikan Agama Kristen, Teori Teori Belajar dan 5V Penerapannya Presentase dan Diskusi Ouiz. Sejarah Pendidikan Agama Kristen, Teori Teori Belajar dan Penerapannya Ujian dan Penutup
4 PENDAHULUAN Dalam Upaya untuk memahami pendidikan secara utuh, maka ada baiknya terlebih dahulu melihat berbagai pengertian yang ada, walau harus disadari bahwa tidak ada pengertian yang sama diberikan oleh para ahli. Ini dikarenakan luasnya cakupan pendidikan tersebut. 1. Thomas Groome Pendidikan adalah usaha yang sadar, sistematis, dan bekesinambungan untuk mewariskan, membangkitkan, atau memperoleh baik pengetahuan, sikap- sikap, nilai-nilai, keterampilan-keterampilan, atau kepekaan-kepekaan, maupun hasil apapun dari usaha tersebut. 2. N. Whitehead Pendidikan sebagai bimbingan kepada individu menuju pemahaman seni kehidupan. Seni kehidupan adalah pencapaian yang paling lengkap dari berbagai aktivitas yang menyatakan potensi – potensi dari mahkluk hidup. 3. Langefeld mengatakan mendidik adalah membimbing anak dalam mencapai Kedewasaan 4. Heageveld mengatakan mendidik adalah membantu anak dalam mencapai Kedewasaan 5. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya UU. SISDIKNAS No. 20 thn 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yg diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke 4, dan merupakan salah satu tujuan Negara Republik Indonesia, Telah dirumuskan mengenai arti pentingnya pendidikan, yaitu; “”Mencerdaskan Kehidupan Bangsa.”
5 UUD 1945 (Hasil Amendemen), Pasal 31: 1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. ****) 2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. ****) 3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undangundang.****) 4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari aggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. ****) 5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. ****) Penjabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, \"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.\" Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Kristen Pengertian PAK Pendidikan Agama Kristen merupakan perintah dari Tuhan Yesus Kristus yang disebut Amanat Agung dalam Matius 28:18-20. Pendidikan Agama Kristen itu unik, berbeda dengan pendidikan umum karena prosesnya tidak hanya dikerjakan manusia, tetapi juga melibatkan Allah. Keterlibatan-Nya mutlak diperlukan karena Pendidikan Agama Kristen bukan hanya mendidik secara ilmu pengetahuan, namun juga membentuk karakter seseorang. Berikut adalah Pengertian PAK : 1. Robert R. Boehlke Pendidikan yang melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka serta bersukacita dalam firman Yesus Kristus yang memerdekakan. Pendidikan Agama Kristen berfungsi untuk memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya yang berkaitan dengan pengalaman berdoa, firman dan rupa-rupa kebudayaan sehingga
6 mereka mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian dengan bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen. 2. Paulus L. Kristianto Pendidikan Agama Kristen adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung pada kuasa Roh Kudus, yang membimbing setiap pribadi pada semua tingkat pada pertumbuhan, melalui pengajaran masa kini kearah pengenalan dan pengalaman rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan, dan memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus sang Guru Agung dan perintah yang mendewasakan para murid Tujuan PAK 1. Daniel Nuhamara Tujuan dari Pendidikan Agama Kristen ialah untuk mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia datang ke dalam persekutuan yang hidup dengan Tuhan. Hal tersebut dinyatakan dalam kasihnya terhadap Allah dan sesama, yang dihayati dalam hidupnya sehari-hari, baik dengan kata- kata maupun perbuatan selaku anggota tubuh Kristus 2. John Calvin dalam Robert R. Boehlke Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang bertujuan mendidik semua putra-putri gereja agar mereka terlibat dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimana dengan bimbingan Roh Kudus. Pendidikan Agama Kristen juga bertujuan mendidik semua putra-putri gereja agar mereka mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan gereja, dan supaya mereka diperlengkapi untuk memilih cara-cara mengejawantahkan pengabdian diri kepada Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus. SEJARAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN Manusia berada dan diciptakan dalam sejarah. Di satu sisi, manusia menentukan perjalanan sejarah tetapi di sini lain, dalam arti khusus, manusia juga diciptakan oleh sejarah. Manusia tidak bisa berada di luar dari sejarah, sebaliknya, ia selalu berada bersama dengan perjalanan sejarah. Selain itu, ia juga menemukan dirinya sebagai “yang bereksistensi” dalam sejarah dan bukan di luar sejarah.
7 Agar perjalanan sejarah dapat bernilai maka, pertama-tama ia harus membuat dirinya bernilai di dalam dan di hadapan sejarah. Demi pencapaian tujuan inilah maka banyak orang dalam perjalanan sejarah telah terlibat dalam memikirkan, bagaimana membuat diri manusia bernilai, bermoral dan baik sehingga mengakibatkan dunia yang bernilai, bermoral dan baik. Munculah para ahli filsafat. Pertanyaan tentang filsafat dari masa ke masa menimbulkan perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat, sampai menimbulkan muculnya ilmu-ilmu baru; mulai dari teologi dan sampai kepada teknologi. Salah satu ilmu yang cukup berkembang yaitu pedagogi atau yang sering disebut juga dengan edukasi atau pendidikan. Perkembangan ilmu ini juga sebenarnya telah ada sejak manusia memikirkan tentang dirinya di hadapan dirinya, alam, lingkungan dan bahkan Tuhan. Tetapi secara perlahan, menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri, otonom. Secara umum Pedagogi dapat dikelompokkan perkembangan dalam 5 jaman yaitu jaman kuno, tua (antik), jaman Kekristenan Awal, jaman pertengahan, jaman moderen dan jaman kontemporer. Di sini kita akan melihat sedikit perkembangan serta tokoh.tokoh yang telah menyumbangkan pemikiran pedadoginya kepada dunia pendidikan. I. ABAD TUA – KUNO Di Yunani dan Romawi Pendidikan pada Masa Peradaban Kuno Pada masa peradaban tua, tekanan utama pendidikan kepada manuasia ialah bagaimana cara berusaha agar manusia tidak lupa akan segala norma yang berlaku secara lisan di tengah-tengah masyarakat. Ini berlaku untuk semua peradaban tradisional sebelum manusia mengenal alfabet (huruf-huruf). Dan cara yang paling ampuh untuk mengatasi kelupaan ialah melalui cerita lisan yang diteruskan kepada anak atau cucu, tentang segala aturan dan norma hidup, yang juga “ditetapkan” secara lisan. Begitulah dari generasi ke generasi, manusia mendidik generasi berikutnya dengan cara bercerita. Pendidikan menurut Para Filsuf dan Socrates Pada sekitar abad ke-5 sm, pendidikan oleh para filsuf sangat menekankan gaya bicara retoris. Manusia dididik untuk menjadi seorang retoris, kepandaian dalam bicara atau berpidato. Orang dididik untuk mampu berbicara dengan baik dan logis serta bijaksana. Mereka diajar untuk menyebarkan gagasan dan pendapat, tata bahasa yang baik, teknik bicara serta retorika yang meyakinkan. Tujuan pendidikan ialah mencetak para orator ulung Karena itu arete berkembang kepada yang sifatnya politis, arete politis, yang termanifestasi harus mengantar manusia sampai kepada “penemuan jiwa” dan inilah yang
8 sangat sentral dalam diri manusia. Jiwa ini setelah ditemukan harus dipelihara melalui kemampuan retoris yang indah Lain dengan pendapat SokratesSokrates menekankan pada “jiwa” Pendidikan. Jiwa dilihat penting karena jiwa adalah sentral dari kegiatan berpikir, bertindak dan menegaskan nilai-nilai moral. Orang yang mampu memelihara jiwa ialah orang yang “mengenal dirinya sendiri”. Karena itu arete yang sebelumnya lebih bersifat politis berubah menjadi arete yang lebih interior, lebih kepada pengolahan dimensi moralitas manusia. 1. Plato (kira-kira 428-348 s.M) Plato adalah murid dari Socrates. Pada dasarnya, Plato menekankan penndidikan untuk “mencetak seorang filsuf pemimpin”. Kritik Plato kepada kepada pemikiran pendidikan sebelumnya: “mereka yang menjalani pendidikan hanya untuk mengejar sukses, kehormatan, dan popularitas ialah pendidikan yang tingkatnya rendah sekalai. Menurut Plato, pendidikan yang dilakukan harus menghantar orang kepada pengenalan dan penghayatan makna kebaikan dan keadilan serta kebenaran. Manusia harus mempau memelihara keharmonisan dari jiwanya dengan cara memelihara keharmonisan negara, kebahagiaan dunia dan kebahagiaan yang mengatasi dunia. Dan ini hanya dapat dimilki oleh seorang filsuf. Seorang filsuf harus mampu memikirkan kebahagiaan dunia dan yang mengatasi dunia serta mampu hidup dengan orang lain dalam alam demokratis. Plato mendirikan sekolah yang dinamakan “Akademi”. Pemikiran matang Plato dimuat dalam bukunya; Republik. Metode pembelajarannya adalah bercerita. 2. Aristoteles (384 – 322 seb Masehi) Lahir di desa Stagira, negeri Thrakia utara Yunani Modern Masa kini. Belajar di Akademi Plato selama 20 tahun sampai gurunya Plato wafat. Tahun 343 menjadi guru pribadi putra Filipus raja Makedonia yang bernama Iskandar. Aristoteles menanamkan dalam diri anak didiknya kehausan akan pengetahuan dan cara meneliti apa saja yang ditemuinya dengan seksama. Tahun 334 di Atena mendirikan sekolah dalam gedung Lyceum ruang olahraga yang merupakan kuil Apollos. Gaya mengajar Aristoteles adalah perepatein yang artinya jalan-jalan karena ketika mengajar ia berjala hilir mudik. Aristoteles mengajar logika, ilmu alam, ilmu hayat, ilmu binatang, ilmu jiwa dan etika. Pandangan Aristoteles terhadap pendidikan disimpulkan dari dua karya utamanya: Etika NIkomakia dan POlitik. Bagi dia pendidikan adalah kegiatan insani yang mempunyai maksud utama yaitu menolong orang mencapai kebahagiaan (eudaimonia) 3. Quintilianes (35-95 M) Ia berasal dari Spanyol dan berusaha memperbaiki pendidikan. Ia adalah guru Romawi pertama yang diangkat sebagai guru Rhetorika (seni bicara didepan umum) dan dibayar dari kas Negara. Mengajar ilmu pidato selaama 20 tahun.
9 Karyanya yang ternama Institutia Oratoria (pengajaran tentang azas-azas Ilmu Plato) yang terdiri dari 12 jilid. Yang menjelaskan asas-asas yang diperlukan untuk mampu berbicara di depan umum. Ia mau mengubah masyarakat dengan meningkatkan keterampilan berpidato. Dan berkata “filsafat dapat dipalsukan tetapi kepandaian berpidato tidak” Didaktik di dalam Perjanjian Lama Data-data di dalam Perjanjian Lama tentang mengajar dapat dipaparkan sbb; Kel. 4:12 Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan. Mengajar adalah(penyambung lida Allah ) meyakinkan orang lain untuk mengerti materi yang diajarkan. Kel. 35:34 Dan TUHAN menanam dalam hatinya, dan dalam hati Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan, kepandaian untuk mengajar. Ul. 20:18 supaya mereka jangan mengajar kamu berbuat sesuai dengan segala kekejian, yang dilakukan mereka bagi allah mereka, sehingga kamu berbuat dosa kepada TUHAN, Allahmu. Hak. 13:8 Lalu Manoah memohon kepada TUHAN, katanya: \"Ya Tuhan, berilah kiranya abdi Allah, yang Kauutus itu, datang pula kepada kami dan mengajar kami, apa yang harus kami perbuat kepada anak yang akan lahir itu.\" 2Sa. 22:35 yang mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melengkungkan busur tembaga. 2Raj. 12:2 Yoas melakukan apa yang benar di mata TUHAN seumur hidupnya, selama imam Yoyada mengajar dia. 2Taw. 17:7 Pada tahun ketiga pemerintahannya ia mengutus beberapa pembesarnya, yakni Benhail, Obaja, Zakharia, Netaneel dan Mikha untuk mengajar di kota-kota Yehuda. 2Taw. 17:9 Mereka memberikan pelajaran di Yehuda dengan membawa kitab Taurat TUHAN. Mereka mengelilingi semua kota di Yehuda sambil mengajar rakyat. Ezr. 7:10 Sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat TUHAN dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang Israel. Neh. 8:9 (8-10) Lalu Nehemia, yakni kepala daerah itu, dan imam Ezra, ahli kitab itu, dan orang-orang Lewi yang mengajar orang-orang itu, berkata kepada mereka semuanya: \"Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!\", karena semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu. Neh. 9:20 Dan Engkau memberikan kepada mereka Roh-Mu yang baik untuk mengajar mereka. Juga manna-Mu tidak Kautahan dari mulut mereka dan Engkau memberikan air kepada mereka untuk melepaskan dahaga. Ayb. 4:3 Sesungguhnya, engkau telah mengajar banyak orang, dan tangan yang lemah telah engkau kuatkan; Ayb. 15:5 Kesalahanmulah yang mengajar mulutmu, dan bahasa orang licik yang kaupilih. Ayb. 36:2 \"Bersabarlah sebentar, aku akan mengajar engkau, karena masih ada yang hendak kukatakan demi Allah.
10 Mzm. 18:34 (18-35) yang mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melenturkan busur tembaga. Mzm. 32:8 Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu. Mzm. 71:17 Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib; Mzm. 119:102 Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku. Mzm. 144:1 Dari Daud. Terpujilah TUHAN, gunung batuku, yang mengajar tanganku untuk bertempur, dan jari-jariku untuk berperang; Kid. 8:2 Akan kubimbing engkau dan kubawa ke rumah ibuku, supaya engkau mengajar aku. Akan kuberi kepadamu anggur yang harum untuk diminum, air buah delimaku. Ayat-ayat di atas menunjukkan kepada kita akan adanya bukti-bukti yang kuat tentang mengajar. Jadi, kita telah menemukan data-data Alkitab tentang didaktik (mengajar) sebanyak 20 ayat di dalam Perjanjian Lama. Memang harus disadari bahwa didaktik yang dibicarakan dalam Alkitab tidaklah dalam arti ilmu didaktik sebagai suatu ilmu yang bercerai/berpisah/berdiri sendiri sebagai suatu ilmu mandiri dari induknya yaitu ilmu pendidikan sebagaimana yang dikenal dalam ilmu didaktik. Tetapi yang mau ditegaskan di sini yakni kegiatan mengajar (menyampaikan pengetahuan yang berguna) sudah dimulai oleh Allah dan diteruskan di dalam umat pilihan-Nya. Adam dan Hawa mengajar anak-anaknya, Nuh dan isterinya mengajar anak-anaknya, Abraham dan isterinya mengajar anak-anaknya dan seterusnya sampai terbentuknya Israel sebagai bangsa pilihan meneruskan kegiatan mengajar. Misalnya Musa mengajar umat Israel. Uraian sistematisnya lihat dalam bagian Sejarah didaktik Agama Yahudi. Pendidikan Agama Yahudi Pendidikan Agama Sebelum Memasuki Tanah Perjanjian (Didaktik Agama) Pendidikan Agama mulai ketika agama sendiri mulai muncul dalam hidup manusia. Tiap-tiap agama di dunia ini mempunyai system pendidikannya sendiri-sendiri. Entah bagaimanapun isi, cara dan bentuknya pendidikan itu, namun pasti ada. Setiap agama merasa perlu mengajar anak- anak muda tentang kepercayaan, adat-istiadat dan kebaktian agama itu. Berkenaan dengan itu tiap-tiap agama mempunyai guru-guru dan lembaga-lembaga yang ditugaskan menjalankan pendidikan agama itu. Tegasnya, selama ada agama, ada pula pendidikan agama (didaktik agama). Akan tetapi, bilakah pendidikan agama Kristen di mulai? Pendidikan Agama Kristen berpangkal kepada persekutuan umat Tuhan di dalam di dalam PL. Jadi pada hakikatnya dasar-dasarnya sudah terdapat dalam sejarah Suci purbakala. PAK itu mulai dengan terpanggilnya Abraham menjadi nenek moyang umat pilihan Tuhan, bahkan PAK berpokok kepada Allah sendiri, karena Allah yang menjadi Pendidikan Agung bagi umat-Nya.
11 Para Didaktik dalam PL Nenek moyang kaum Israel, Abraham, Ishak dan Yakub menjadi guru bagi seluruh keluarganya. Sebagai bapak-bapak dari bangsanya, mereka bukan saja menjadi imam yang menjadi pengantara antara Tuhan dengan umat-Nya, tetapi juga menjadi guru yang mengajarkan tentang perbuatan-perbuatan Tuhan yang mulia itu dengan segala janji Tuhan yang membawa berkat kepada Israel turun- temurun. Tuhan telah memilih dan memaggil Abraham dari jauh untuk melayani kehendak-Nya yang agung itu guna keselamatan seluruh umat manusia. Bimbingan dan maksud Tuhan itu perlu dijelaskan kepada segala anak-cucunya. Ishak meneruskan pengajaran yang penting itu dan kemudian anaknya Yakub pula menanamkan segala perkara ini ke dalam batin anak-anaknya. Yusup menyimpan pelajaran-pelajaran itu dalam hatinya kemana saja ia pergi, biar dalam pengasingannya sekalipun, sehingga pengetahuan akan janji-janji Tuhan itu tetap terpelihara oleh bangsa Israel. Musa selain menjadi Nabi, pemimpin bagi umat-Nya dalam pembebasan dari Mesir, menjadi panglima, tetapi juga menjadi guru dan pemberi hukum- hukum bagi mereka. Fungsi terakhir ini menjadi tugas yang paling penting, mengingat pertumbuhan suku-suku Israel zaman itu menjadi satu bangsa yang utuh dan istimewa sifatnya. Musa mendidik mereka di padang belantara dan mengatur pendidikan itu dengan jitu dan tepat, agar pengajaran agama, yang member dasar seluruh kehidupan umat Tuhan itu, akan dilanjutkan pula oleh pengganti-penggantinya kemudian. Didaktik setelah memasuki tanah Perjanjian Samuel Pendidikan agama diteruskan ketika masuk tanah perjanjian, misalnya pada zaman Para Hakim, di mana muncul seorang pemimpin dan guru yang besar, ialah Samuel, dan kepada tokoh-tokoh para nabi, baik yang bekerja di masa raja-raja pertama, maupun yang tampil ke muka dengan khotbahnya yang berapi-api itu sewaktu raja-raja berikutnya. Tentu saja mereka sekalian mengajarkan Firman Tuhan dengan rajin dan setia supaya umat Israel kembali kepada sumber-sumber keselamatan. Pendidikan Agama juga dilaksanakan oleh imam-imam dalam Bait Suci. Mereka yang menerangkan serta memelihara undang-undang mengenai kebaktian. Mereka juga yang mengajarkan hukum-hukum tentang kebersihan dan kesehatan, makanan pantangan dan perhubungan kelamin, dan banyak hukum lagi, yang harus diketahui dan dituruti oleh umat. Tiap-tiap keturunan orang Israel menyampaikan pula segala pengajaran dan peraturan itu kepada keturunan yang berikut. Proses ini berlangsung terus beratus-ratus tahun lamanya. Dalam PL betapa banyak hal yang beranegaragam selalu diajarkan kepada angkatan muda dari kaum Israel itu. Ada hokum-hukum mengenai pembangunan rumah-rumah dan mengenai system pengadilan; ada yang mengenai pakaian dan riba, perkawinan dan perceraian nikah, pertanian dan peternakan, dan sebagainya. Tegasnya, rencana pelajaran orang-orang Israel itu sangat luas dan teratur baik. Di Israel segala sesuatu harus saling membantu dan bekerja sama untuk mendidik anak-anak dan orang dewasa agar menjadi anggota-anggota persekutuan agama itu, yang sadar akan panggilannya dan dengan segenap
12 hatinya ingin mengabdi kepada Tuhan dalam segala gerak-gerik hidup mereka. Untuk itu juga dipergunakan masa-masa raya yang memperingatkan kaum Israel akan peristiwa-peristiwa yang besar yang dialami nenek moyang mereka zaman dulu, misalnya perayaan pesta Paskah. Berhubung dengan hari-hari raya itu bapa-bapa menceritakan[3] kepada anak-anaknya tentang segala pimpinan dan berkat Tuhan pada masa lampau, supaya menjadi pelajaran dan penghiburan bagi mereka sekalian pada masa kini. Seluruh pendidikan itu bersifat agama: tak ada sebagian jugapun dari segala lapangan hidup manusia yang tidak dipengaruhi dan dikuasai oleh agama. Pendidikan itu mulai dalam masing-masing rumah tangga, dan diteruskan dalam kebaktian-kebaktian umum dan di dalam pengajaran tentang taurat Tuhan. Tuhan sendirilah yang merupakan pusat dan tujuan segala pendidikan masyarakat bangsa Israel. Nama-nama tempat di daerah Palestina itupun sering mengajarkan kepada orang Israel tentang pentingnya agama. Misalnya arti gunung-gunung Ebal dan Gerizim. Setelah masuk tanah Kanaan, maka atas perintah Tuhan dari puncak gunung Ebal itu dibacakan kutuk-kutuk bagi segala orang yang tidak taat kepada pimpinan Tuhan dan Taurat-Nya, dan dari atas gunung Gerizim diserukan berkat-berkat yang dijanjikan kepada sekalian rakyat yang mau mengabdi kepada Tuhan. Dengan demikian, setiap kali orang Israel kemudian melalui lembah antara kedua gunung itu, mereka diingatkan akan keharusan bagi manusia untuk memilih antara melawan atau menaati Tuhan, menolak atau mengaku kuasa Tuhan atas hidup manusia (bnd. Ul. 11:29; 27:1-26. Yos. 8:30- 35) Pada masa Pembuangan ke Babel: Selama masa pembuangan ke Babel, kaum Yahudi makin lama makin sadar akan amanat dan panggilannya. Para katib mereka banyak mencurahkan perhatian kepada kitab-kitab suci bangsanya. Dibangunlah rumah-rumah sembahyang dan sekolah-sekolah agama, tempat diajarkannya kepada jemaat Yahudi itu segala tradisi agama yang telah diserahkan nenek moyangnya berabad-abad lamanya. Setelah kembali ke tanah kanaan (tanah air): pembacaan Taurat mulai memegang peranan yang amat penting di pusat hidup keagamaan mereka. Ilmu ketuhanan bertambah-tambah diutamakan; banyak sarja Yahudi yang menyelidiki dan menafsirkan kitab-kitab suci dengan teliti. Sekolah-sekolah dan mazhab-mazhab rabbi yang masyur itu mulai muncul, berkembang dan berkuasa. Pada zaman Tuhan Yesus pengajaran agama kaum Yahudi sudah sangat berkurang mutu rohaninya. Penyelidikan dan pengajaran tentang taurat telah bersifat formal dan kaku. Huruf hukum-hukum itu terlampau diutamakan. Pengajaran agama mulai menitik beratkan derajat tinggi kaum Yahudi secara bangsa dan jenis manusia. Jiwa taurat telah menang atas sifat rohani dari agama Israel semula. Katib-kati bersifat congkak. Tetapi kendatipun demikian, pendidikan agama kaum Yahudi itu tetap merupakan dasar dan latar belakang bagi pendidikan agama Kristen di kemudian hari.
13 PENDIDIKAN AGAMAWI DALAM PERJANJIAN BARU Oleh karena Yesus diakui sebagai Guru Agung, semuua pembahasan tentang pendidikan agama dalam PB sepatutnya dimulai dengan Diri Pribadi yang luar biasa, yakni Tuhan Yesus Kristus. Mengajar adalah bagian dari kehendak Tuhan Yesus Kristus, Ia sendiri melakakukan tugas mengajar itu, dan Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan dikarunia karunia mengajar untuk mengajar umat-Nya memahami kehendak-Nya. Maka tepatlah kata para ahli PAK, mengajar adalah tugas gereja. Yesus di dalam pelayanan- Nya penuh dengan tugas mengajar. Jadi, kita memiliki dasar yang kuat untuk percakapan dan perwujudan didaktik. Selanjutnya, berdasarkan temuan akan data-data di dalam Alkitab tentang mengajar, kita merumuskan hal-hal yang berkait dengan didaktik, seperti: pengertian didaktik, jenis didaktik, pelaku didaktik, metode didaktik, tempat didaktik, isi didaktik, objek didaktik, peserta didik dalam didaktik dan lain-lain yang berkait dengan didaktik dapat kita rumuskan berdasarkan temuan tersebut. Adanya fakta di dalam Alkitab yang begitu kuat menyatakan tentang mengajar memberi kita semangat yang berkobar-kobar untuk mengajar. Bila di dalam Alkitab terdapat banyak keterangan tentang didaktik (mengajar) maka kita berkata, istilah ini/didaktik (ilmu mengajar) sebelum dikenal dan dibicarakan secara ilmiah dalam satu disiplin ilmu pendidikan umum dan pendidikan agamawi non ekklesia Israel dan Gereja, istilah dan praktik didaktik sudah disaksikan di dalam Alkitab yang merupakan histori Tuhan. Saya kira, tidak ada dalam kitab-kitab suci non Kristen yang memuat data begitu kuat tentang didaktik selain Alkitab. Oleh karena itu mari kita bersemangat untuk melaksanakan didaktik Kristus di Indonesia melalui lembaga pendidikan swasta maupun negeri, secara khusus di Gereja. Memang kita sadari bahwa Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani sehingga tidak kita tidak akan menemukan kata didaktik di dalamnya, tetapi bila kita membaca Perjanjian Lama di dalam terjemahan XLL (terjemahan Septuaginta) maka akan ditemukan kata-kata Yunani tentang didaktik. Pendidikan Yang Berporos Yesus Sendiri. 1. Yesus sebagai Seorang Guru Mengajar merupakan bagian yang amat penting dalam pelayanan Yesus. Ia mengajar di Bait Allah, di rumah Ibadat, di pantai, danau, perahu nelayan, dibukit dan ditempat yang datar. “Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. (Matius 9:35)” dan “Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka (Matius 11:1). Dalam PB berungkali kegiatan Yesus digambarkan dengan mengajar, bukan memberitakan atau berkhotbah, penggunaan tersbut menggambarkan peranan Tuhan Yesus Kristus sebagai guru atau rabi. Keahlian-Nya sebagai seorang guru umumnya diperhatikan dan dipuji oleh rakyat Yahudi; mereka menyebut Dia “Rabi”. Ini tentu suatu gelar kehormatan, yang menyatakan betapa Ia disegani dan dikagumi oleh orang sebangsanya selaku seorang pengajar yang mahir dalam segala soal ilmu ketuhanan. Sebab Ia mengajar mereka “sebagai orang yang berkuasa, tidak seperli ahli-ahli Taurat yang biasa mengajar mereka (Mat. 7:29)
14 Yesus mengajar di mana saja: di atas bukit, dari dalam perahu, disisi orang sakit, di tepi sumur, di rumah yang sederhana dan di rumah orang kaya, di depan pembesar-pembesar agama dan pemerintah, bahkan sampai di kayu Salib. Tuhan Yesus pada waktu mengajar tidak sekolah atau gedung yang tertentu sebagaimana perkembangan sekarang. Waktu mengajar: Siang-malam, pada setiap saat. Ia bersedia menerangkan jalan keselamatan dan Kerajaan Sorga yang telah datang itu kepada siapa saja yang ingin belajar kepada-Nya. Gaya Mengajar Tuhan Yesus. Biasanya Tuhan Yesus tidak membentangkan sesuatu ajaran dengan menyuruh orang yang mempercayainya itu, tetapi Ia menolong orang yang diajar untuk berpikir sendiri dan menarik kesimpulannya sendiri dari apa yang telah dijelaskan-Nya kepada mereka (Cornelis Vantil memakai gaya mengajar demikian). Yesus memakai banyak metode dalam mengajar (Metode mengajar). Adakalanya Tuhan Yesus memakai metode: bercerita, sering memakai perumpamaan-perumpamaan, sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yang kemudian menjadi bahan pengajaran-Nya. Berikut ini bukti-bukti gaya mengjar TUhan Yesus; Ceramah. Khotbah di bukit Matius 5-7 Bimbingan. Tuhan Yesus Kristus meninjau hal yang diajarkannya sampai dilakukan. Dalam Matius 10, kedua belas Murid menerima petunjuk dari Yesus untu mengusir setan, roh jahat, melenyapkan segala penyakitdan segala kelemahan serta memberitakan bahwa “Kerajaan Sorga sudah dekat” (Matius 10:7). Ia menentukan apa yang akan mereka laksanakan dan kemana mereka pergi kelak (Matius 10:5-6) Menghafalkan. Digambarkan dengan praktek bahwa Tuhan Yesus menghafal PL Perwujudan. Yesus menyatakan bahwa Israel telah terwujud dalam diri pribadiNya sebagai Hamba Allah yang menderita (Mrk 10:32-34, 35) Dialog. Yesus dengan perempuan Samaria ? Studi Kasus. Lukas 15:32 Perjumpaan. Matius 16:13 Perbuatan Simbolis. Tuhan Yesus dibabtis oleh Yohanes Pembabtis. Didaktik Di Dalam Perjanjian Baru Para ahli Pendidikan Umum, khususnya S. Nasution ketika membahas materi didaktik di dalam bukunya yang berjudul Didaktik- Asas-asas Mengajar, menyatakan bahwa didaktik berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata didaskein yang berarti pengajaran dan didaktikos berarti pandai mengajar. Namun usaha memahami didaktik yang akan kita lakukan di sini, tidak dimulai dengan pengertian Nasution, walaupun ada kebenaran di dalam definisi Nasution, tetapi pengakuan itu akan muncul kemudian. Penegasan ini perlu karena metode yang saya pakai yaitu induktif ke deduktif atas topik didaktik. Di atas saya sudah katakana bahwa metode pendekatan dalam pembahasan materi didaktik adalah induktif, maka pengertian tentang didaktik yang berhubungan dengan dua kata Yunani didaskein dan didaktikos tidak dimulai dengan pandangan ahli pendidikan umum seperti yang disebutkan di atas. Hal itu disebabkan karena kita memiliki sumber yaitu Perjanjian Baru yang ditulis di dalam bahasa Yunani. Kita akan
15 menemukan data dan pengertian yang lebih luas tentang didaktik. Terimakasih untuk para mahasiswa pascasarjana program Magister of Divinity yang sudah bersedia menerima tugas mencari kata-kata Yunani tentang didaktik yang dipakai dalam ayat-ayat di dalam Perjanjian Baru. Berdasarkan temuan-temuan mereka (para mahasiswa) akan kata didkatik di dalam Perjanjian Baru, kita secara bersama-sama merumuskan variable-variabel didaktik seperti: pengertian didaktik, metode mengajar dll yang berhubungan dengan didaktik. Data-Data Di Dalam Perjanjian Baru Tentang Mengajar Mat. 9:35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Mat. 11:1 Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota- kota mereka. Mat. 13:54 Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: \"Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Mat. 21:23 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: \"Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?\" Mat. 26:55 Pada saat itu Yesus berkata kepada orang banyak: \"Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Mrk. 1:21 Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mrk. 2:13 Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. Mrk. 4:1 Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. Mrk. 6:6 Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. (6-6b) Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar. Mrk. 10:1 Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan di situpun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula. Mrk. 12:35 Pada suatu kali ketika Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berkata: \"Bagaimana ahli-ahli Taurat dapat mengatakan, bahwa Mesias adalah anak Daud? Luk. 4:31 Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat. Luk. 5:17 Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. Luk. 6:6 Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya.
16 Luk. 11:37 Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. Rasul Paulus Mengajar Kis. 13:43. Setelah selesai ibadah, banyak orang Yahudi dan penganut- penganut agama Yahudi yang takut akan Allah, mengikuti Paulus dan Barnabas; kedua rasul itu mengajar mereka dan menasihati supaya mereka tetap hidup di dalam kasih karunia Allah 1 Kor. 12: 28 dan 29 … pengajar ….Berdasarkan data dari Perjanjian Baru, kita mendapat 23 ayat yang membicarakan tentang mengajar dan 2 ayat tentang pengajar. Jadi, kita memiliki dasar di dalam Perjanjian Baru yang sangat kuat mengemukakan fakta tentang mengajar. Saya kira tidak ada kitab suci di luar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang memuat tentang informasi kegiatan mengajar. Berdasarkan itu maka mengajar adalah panggilan Gereja. Gereja terpanggil untuk melaksanakan tugas mengajar dan misi (memberitakan Injil Yesus Kristus). Yesus pun melakukan kegiatan mengajar dan memberitakan Injil. Dua tugas yaitu mengajar dan pemberitaan harus berjalan bersama-sama. Singkatnya kita telah mencapai kompetensi dasar yang pertama yaitu menemukan data-data di dalam Alkitab, khususnya data-data mengajar di dalam Perjanjian Baru. Paidagogos (mendidik) di dalam Perjanjian Baru 2 Tim. 3:16 Tit. 2:4 Tit. 2:12 Ibr. 12:10 Data-data tentang dididik/pendidik Roma 2:20 Pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam hokum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran 1 Kor. 4:15 Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu. Alkitab tidak hanya memuat data-data tentang mengajar (didaktik) tetapi juga data-data tentang pendidikan (Paidagogi). Sejarah Didaktik Agama (Ilmu Didaktik) Komunitas ekklesia Didaktik, khususnya didaktik agama muncul kapan? Apakah sejak dimulainya sekolah modern atau sebelum dikembangkan sekolah modern sudah ada kegiatan mengajar? Perjanjian Baru Tuhan Yesus: Dia memiliki jabatan penebus, dan pembebas dan Guru Yang Agung Paulus.
17 Rasul Paulus juga seorang guru yang ulung. Ia benar-benar tokoh penting di lapangan pendidikan agama. Paulus sendiri dididik untuk menjadi seorang rabbi. bagi bangsanya. Ia mahir dalam pengetahuan akan Taurat dan ia dilatih untuk mengajar orang lain tentang agama Yahudi. Ia mengajar orang Yahudi dan kaum kafir Paulus mengajar di rumah-rumah tempat ia menumpang, di gedung- gedung yang istimewa, di lorong-lorong kota atau di padang-padang, di atas kapal dan dalam bengkelnya, di pasar dan dalam kumpulan kaum filsuf. Isi pengajarannya yaitu tentang Juru Selamat. Ia mengajar melalui surat-surat kirimannya. Surat-surat Paulus merupakan pengajaran yang tidak ternilai harganya bagi sekalian orang Kristen Jemaat yang mula-mula Sejak berdirinya, jemaat mula-mula menjunjung pengajaran Agama (pengajaran rohani). Mereka masih berpaut pada pengajaran Agama Yahudi, tetapi dalam perkembangan selanjutnya mereka membentuk persekutuan tersendiri. Dalam perkumpulan itu mereka berdoa, membicarakan tentang pengajaran dan perbuatan-perbuatan Tuhan Yesus, makan sehidangan dan merayakan Perjamuan Kudus. Sejak turunnya Roh Kudus atas mereka, mereka menjadi Israel baru. Mereka mulai berkhotbah dan mengajar, akibatnya orang bertobat dan bergabung dengan mereka. Orang-orang yang bertobat itu didik dengan seksama (Homrighausen, 2005:8) PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PADA ZAMAN REFORMASI PROTESTAN Dasar Teologi Marthin Luther bagi Pendidikan Agama Kristen. Tulisan Marthin Luther menguraikan ada empat dasar teologi yang menjadi landasannya bagi teori dan praktek pendidikan Agama Kristen; 1. Keadaan Berdosa setiap warga 2. Pembenaran Oleh Iman 3. Imamat bagi semua orang percaya 4. Firman Allah. - Yesus secara pribadi dan ajaranNya adalah Firman Allah - Alkitab adalah firman Allah - Firman sebagai amanat Allah yang diberitakan kepada manusia. Asas-Asas Pelayanan Pendidikan Agama Kristen Di Jemaat 1. Tujuan Pendidikan Agama Kristen Tujuan Pendidikan Agama Kristen ialah untuk melibatkan semua warga jemaat, khususnya yang muda, dalam rangka belajar teratur dan tertib agar semakin sadar akan dosa mereka serta bergembira dalam Firman Yesus Kristus yang memerdekakan mereka disamping mereka memperlengkapi mereka dengan sumber iman, khususnya pengalaman berdoa, Firman Tertulis, Alkitab dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan Negara serta mengambil bagian secara bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen, yaitu Gereja. 2. Pengajar dalam Pelayanan Pendidikan Agama Kristen. Allah adalah pengajar utama bagi Manusia. Orang tua adalah pengajar yang kedua bagi anak-anaknya. Selanjutnya Guru.
18 3. Pelajar. Pelajar pertama adalah orang tua dan guru, karena sebelum mampu mendidik, lebih dahulu harus mereka diajar. Pelajar laki-laki dan peremapuan dan warga desa. 1. Kurikulum Marthin Luther. Musik. Music merupakan satu karya Tuhan yang dititik beratkan sebagai pengalaman belajar bagi semua pelajar. Katekismus: buku kecil dengan lima tema; Dasa Titah, Pengakuan Iman Rasuli, Doa Bapa Kami, Sakramen Baptisan dan Perjamuan Kudus, dan Jabatan Kunci. Yohanes Amos Comenius (Bapak Pendidikan Modern) A. Riwayat Hidupnya (1592-1670) Keluarga Comenius berasal dari desayang bernama Komna (demikianlah nama Komensky diberi kepadanya, yakni “dari Komna”). Yohanes lahir pada tanggal 28 Maret 1592 di desa Nivnice, suatu desa di Morawi Tanggara, dekat tapal batas Hongaria. Tatkala Yohanes berumur 16 tahun, ia meninggalkan rumah tantenya untuk meneruskan studi di Prerov, pada salah satu sekolah yang paling bermutu yang diselenggarakan oleh Gereja Persaudaraan Morawi. Kurikulum di sana berporos pada bahasa Latin, yang adalah persayaratan mutlak untuk siapa saja yang ingin melanjutkan studinya. Di sana nama keluarga Komensky dilatinkan menjadi ”Comenius”. Tidak hanya itu, untuk Nama Yohanes ditambah Nama ”Amos” (dalam Bahasa Latin berarti ”yang mengasihi”). Walaupun Comenius sebelumnya tidak pernah mempelajari bahasa Latin, namun ia amat rajin dalam studinya, sehingga walaupun ia baru belajar satu setengah tahun, namun kemampuannya setaraf dengan prestasi anak didik yang paling maju, tanggal 30 Maret 1611Comenius dan enam pelajar lain dari Morawi dan Bohemia meneruskan studi pada perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh gereja Reformasi. Sekolah itu dipilih karena Pangeran Zerotin sendiri penah
19 belajar di sana dan iabersahabat dengan pelbagai pemimpin negeri pro- reformasi. Tambah pula, padangan fakultas teologinya lebih sesuai dengan iman Persaudaraan Morawi. Selama belajar di Herborn Comenius memulai sumbangan ilmiah pertama, yaitu menyusun Kamus Ceko-Latin, termasuk bagian tata bahasa. Setelah belajar dua tahun lamanya di Herborn ia berlibur di negeri Belanda yang baru memerdekakan diri dari kuk Spanyol. Kembali dari liburan itu ia mencalonkan diri sebagai mahasiswa pada universitas Heidelberg, perguruan tinggi yang menganut nilai gereja Reformasi Calvin. Di sini, Comenius mulai mengumpulkan buku bagi perkembangan perpustakaan Pribadi. Dari salah satu toko di sana, Comenius membeli naskah asli karangan Copernicus, De revolutionibus orbium coelstium, tetapi tidak diyakinkan oleh argumentasinya. Sungguhpun demikian, ia tetap tertarik padabidang ilmiah. Kemudian pada tahun 1614 ia kembali lagi ke Morawi. Ia ingin menemukan metode yang lebih menrik bagi para pelajar, sehingga memperoleh keuntungan yang lebih besar dari pengalaman belajar. Dua tahun sesudah ia ditahbiskan, gereja melantiknya sebagai pendeta jemaat dan kepala sekolah di Fulnek yang letaknya dekta dengan tapal batas Morawi dan Silesia (Jerman Bagian Timur). Ia menikah dengan Magdelina Viovska. Pelayanan di sana dipersulit karena banyak warganya berbangsa Jerman dan beragama Katolik Roma. Selama di Fulnek ia menulis buku yang berjudul Sepucuk Surat yang dialamatkan ke Sorga. Sedangkan buku lain dikarang sebagai tanggapan terhadap keadaan Politis keagamaan yang semakin gawat, yang ditulis dalam bahasa Ceko yang berjudul Peringatan Melawan Daya Tarik Anti-Kristus. Isinya sangat menentang kemajuan Gereja Katolik Roma di Morawi sebagai hasilketekunan kaum Yesuit yang memanfaatkan semua sarana untuk”meroma-katolikkan” para warga Morawi. Tetapi buku ini tidak booleh diterbitkan karena setiap penerbitan buku harus terlebih dahulu disetujui senat. Sehingga damai yang Comenius dan warga lainnya hancur sama sekali. Kemudian di Fulnek, tentara Spanyol membabi-buta dan Pemimpin biarawan Kapucin menyuruh orang membakar habis rumah Comenius. Alhasil, hilanglah perpustakaan dan semua naskah karangan Comenius yang tidak terhingga nilainya. Dan setahun kemudian istridan kedua naknya meninggal dunia karena wabah pes. Comenius dan 24 orang pendeta lainnya dan Uskup Mateus Konechi hidup sebagai pengungsi diperkebunan milik Pangeran Karl dari Zerotin. Dan begitulah ia semakin akan pentingnya Pendidikan Ilmiah dan Rohani yang mendidik angkatan muda hidup dalam kebajikan. Tetapi Comenius belum mampu mengembangkan teori dan praktek yang merangkum pendidikan yang bercorak demikian. Sementara karangannya yang lain adalah berjudul : Sejumlah Jalan Buntu Duniawi dan Firdaus Hati yang Percaya dan Yang Berkabung. Yang pertama berbentuk alegori sedangkan yang kedua memanfaatkan gaya menulis dialog untuk bergumul dengan pokok penderitaan yang dialami bangsanya.Pada tanggal 3 September 1624Comenius menikah lagi dengan Maria Dorotheas, putri Uskup Yohanes Cyrillis. Tetapi tidak lama sesudah pernikahan tempat pengungsian mereka tidak aman lagi. Sehingga ia harus meninggalkan istrinya dan ia pergi ke kota Leszno di Polandia Selatan. Peristiwa kedua ini memupuk kembali minatnya pada pendidikan. Kemudian ia mulai mengarang buku yang membuat namanya abadi yaitu, Didaktika Agung.
20 B. Dasar Pendidikan Sama seperti para pendidik Kristen yang kita pelajari, Comenius pun berpendapat bahwa pendidikan yang ia maksudkan selayaknya dinamakan pendidikan agama Kristen, karena nilainya berporos pada iman Kristen,karena nilai-nilainya berporos pada iman Kristen. Jadi,Teologi adalah dasar pertama yang menyoroti teori dan praktek pendidikan. 1. Dasar Teologi Dengan memanfaatkan dasar ini Comenius lebih dekat dengan Loyola ketimbang Luther dan Calvin, karena ia tidak menjelaskan iman Kristen secara sistematisia. Manusia adalah ajaran Teologi kedua yang menyoroti pandangan Comenius tentang pendidikan. Ia mulai pembahasan tentang manusia dengan mengutip dari kejadian 1:26 di dalamnya tersirat tiga pokok tentang jati diri manusia. a) Manusia adalah makhluk rasional, yang berarti bahwa Tuhan telah memberikan tugas khusus kepadanya untuk menamai segala sesuatu(Kej.2:19). b) Manusia adalah tuan atas segala makhluk lain dan oleh karena itu ia wajib memanfaatkan segalanya sesuai denganpanggilan ilahi yang berkaitan dengan setiap jenis ciptaan. c) Manusia wajib mencerminkan semua sifat asli dari gambar Allah didalam dirinya. Kemahatahuan adalah gambar asli lain dari Allah, yang dicerminkan dalam manusia dan amat relevan bagi dasar Teologi Pendidikan. Manusia dapat dididik secara benar, karena memang itulah maksud Allah baginyakata “Benar” ini berarti bahwa manusia dapat diajar tentang Allah,sesamanya dan benda- benda. Dalam manusia yang diciptakan segambar dengan Allah terdapat kebutuhan untuk: a. Berada yaitu untuk hidup. Oleh karena itu ,orang harus diajar untuk menghargai/mengasihi kehidupan kekinian ini agar ia berharap hidup selama-lamanya. b. Manusia mempunyai kebutuhan untuk mengangap dirinya makhluk yang berharga. c. Terdapat kebutuhan untuk mengetahui dunia sekitarnya. d. Manusia harus memahami hal-hal yang ia ketahui. e. Manusia mempunyai kebutuhan untuk hidup merdeka f. Manusia membutuhkan kesempatan untuk hidup secara aktif agar memanfaatkan segala bakat dan tenaga. g. Terdapat kebutuhan untuk memiliki harta benda yang cukup supaya setiap orang memperoleh rezeki yang halal dna tidak menginginkan kepunyaan orang lain. h. Setiapa orang mempunyai kebutuhan untuk hidup aman juga. i. Manusia mempunyai kebutuhan yang dasariah untuk dihargai dan dihormati. j. Setiap orang membutuhkan kemampuan menyampaikan gagasannya secara fasih dan jelas kepada sesamanya. k. Setiap orang ingin disukai orang lain
21 l. Kebutuhan menikmati berkat Allah,kebahagiaan hati dan kesenangan mendalam yang berkaitan dengan keyakinan bahwa kehidupan berporos pada Allah. 2. Pengalaman Pribadi Pada permulaan perang 30 tahun, 95% persen dari penduduk negeri Bohemia dan Morawi mengaku iman protestan , tetapi takkala perdamaian dipulihkan secara resmi, para warga yang tidaik mengungsikan diri ketempat lain terpakasa memeluk agama Katolik Roma. Tatkala ia memikirkan tentang penyebab orang-orang Kristen siap membunuh orang lain karena perbedaan pengakuan iman, maka ia melihat masalahnya terletak pada teori dan praktek persekolahan. Pertama-tama persekolahan masih bersifat sukarela. Kedua , pokok kurikulum cenderung berporos pada bahasa latin dalam arti luas. 3. Pemikiran Analogis Dasar ini berasal dari dua sumber pokok ,yaitu metode ilmiah yang termuat dalam buku yang berjudul Novum Organum karangan Francis Bacon. Walaupun asas-asas pedagogis itu memang benar, namun dasarnya bersifat khayalan karena tidak ada hubungan langsung antara proses alam tersebut dengan waktu yang paling peka bagi pengalaman belajar formal. C. Asas-asas Pedagogisnya 1. Tujuan Pendidikan Umum/ Pendidikan Agama Kristen Banyak kali dalam tulisanya terdapat pikiran tentang kelakuan dalam diri si pelajar yang diharapkan sebagai hasil pendidikan. Pada halaman judul buku Didactica Magna yang sudah dikutip Tujuan Pendidikan dan pendidikan agama Kristen adalah “.. agar semua orang muda, baik laki-laki dan perempuan , tanpa terkecuali secara pesat, enak dan selengkapnya akan dijadikan terpelajar dalam ilmu . murni dalam akhlak, terlatih dalam kesalehan supaya dengan demikian semua dididik dalam semua hal yang perlu untuk hidup di masa kini, begitupun di dunia di seberang. Tujuan pokok mengetahui isi dunia ini diperluas dari dua belas tujuan menjadi empat belas tujuan yaitu : a. Untuk mengantar semua orang mengasihi serta memelihara kehidupan yang akan dating b. Untuk melewati kehidupan ini supaya pada kehidupan kekal. c. Untuk selalu menikmati kewarasan yang baikdalam kehidupan ini. d. Untuk memahami segala sesuatu melalui penggunaan pancaindra,nalar dan iman. e. Untuk menangkap sebab-sebab dari segala sesuatu sebagai hasil penjelasan tuntas f. Untuk memanfaatkan kemauan bebas sebaik-baiknya. g. Untuk bertindak dengan sungguh-sungguhan sesuai dengan tujuan yang ditentukan lebih dahulu. h. Untuk belajar hidup dalam kelimpahan dan bukan dalam kemiskinan i. Untuk belajar memanfaatkan heart benda pribadi secara bertanggung jawab dan menjauhkan diri dari penggodaan untuk menyalahgunakannya j. Untuk hidup dengan hormat k. Untuk berbicara secara fasih
22 l. Untuk mendidik semua orang berbudi baik dan bermurah hati terhadap semua orang. m. Untuk belajar bertindak secra saleh sesuai dengan teladan Tuhan yesus itu sendiri. n. Untuk bergaul dengan orang yang mengasihi Tuhan dan bermoral serta saleh. 2. Lingkungan Luas Pendidikan Dalam pemikiran dan praktek Comenius, kehidupan manusia yang dibagi atas tujuh tahap itu menjadi lingkungan luas bagi pendidikan, karena pendidikan berarti pembentukan tubuh, akal jiwa dan manusia. Keprihatinan Comeneus terhadap kedua tugas pokok itu tampak dalam tiga usul radikal ang ia anjurkan.orang hendaknya mendirikan tiga”Dewan” atau “perserikatan” Kolese terang ( Dewan para sarjana atau boleh dinamakan Dewan pendidik manusia atau dewan terang dunia, ataupun kementerian pendidikan se-dunia). Mahkamah Perdamaian itu wajib membimbing semua bangsa untuk mengalami keadilan dan perdamaian. Konsistori Gereja se-Dunia itu hendaknya menjadi pemimpin seluruh gereja yang mengejawantahkan tabiatnya sebagai terang dan garam dunia. Singkatnya Konsistori Gereja akan mengakhiri pertikaian dan semua penindasan dalam Tubuh kristus. 3. Pengajar Sama seperti pemikir lain di bidang pendidikan agam Kristen, Comenius pun mengangap bahwa Allah adalah pengajar utama. Comenius menggakui bahwa misteri pertumbuhan intelektual dan rohani adalah berkaitan dengan misteri pertumbuhan intelektual dan rohani adalah berkaitan dengan misteri yang lebih agung lagi, yaitu pemilihan ( predestinasi) ilahi.. 4. Pelajar Gagasan Comeniuslah yang mencakup orang tua secara langsung dalam sistem persekolahan dan hanya dialah yang pernah mengarang sebuah buku khusus untuk bimbingan mereka , yaitu Sekolah Bayi. Singkatnya apabila semua anak dididik, maka semuanya akan diperlengkapi dengan segala sesuatu yang perlu untuk berpikir, memilih mengikuti serta berbuat hal-hal yang baik. 5. Kurikulum Comenius jelas sekali dalam pemandangan tentang mata pelajaran mana yang hendak diajarkan kepada para murid pada tiap-tiap tahap pertumbuhan nya. a. Kurikulum bagi sekolah Bayi Ruang lingkupnya terdiri atas lima pokok yaitu: Kesalehan, Hormat, Pengetahuan , Sesuatu yang dibuat dan Ucapan b. Kurikulum untuk sekolah kanak-kanak Sesuai dengan gaya penglihatan Comenius sendiri, ia menganjurkan dua belas tujuan kurikuler yang hendaknya dicapai anak sebagai hasil belajar selama enam tahun di sekolah kanak-kanak. c. Sekolah Remaja ( sekolah Latin,SMP/A) Dalam sekolah ini pelajar hendaknya mempelajari empat bahasa dan memperoleh pengetahuan ensiklopedis tentang ketujuh pokok seni liberal klasik disamping enam vak lain yang perlu dipelajari.Remaja menyelesaikan Seantero kurikulum itu telah memperoleh pendidikan yang melengkapi mereka. d. Kurikulum untuk perguruan tinggi
23 Seperti Comenius akui, pendekatanya tidak berkaitan langsung dengan universitas. Pertama kurikulum itu perlu mencakup semua bidang pengetahuan.kedua, hanya orang-orang yang amat mampu dalam bidangnya masing-masing yang boleh diangkat menjadi dosen di universitas.ketiga, mesti ada perpustakaan dengan banyak buku yang boleh dipinjam oleh semua mahasiswa dan dosen. Keempat, tugas universitas ialah untuk menghasilkan calon sarjana. e. Metodologi Metododlogi menjadi kunci untuk seluruh pengalamanbelajar mengajar di sekolah.ia yakin bahwa ia telah menemukan metode yang menjamin kemampuan si Guru untuk” mengajarkan segala sesuatu kepada semua orang …secara pesat ,enak dan selengkapnya. 1. Asas-asas Dasariah Sungguhpun ia mendasarkan asas-asas mengajar atas gaya berpikir analogis itu , namun aneh bahwa ia menemukan asas belajar-mengajar yang banyaknya sesuai dengan hasil penelitian yang dibuat oleh para ahli ilmu jiwa modern. Tetapi disini kita hanya akan mencatat asas tersebut terlepas dari pemikiran analogis yang tidak relevan lagi .Ada waktu yang paling cocok untuk mengajar orang dan untuk mengajarkan bahan tertentu kepadanya.Semua persiapan untuk mengajar harus dilaksanakan sebelum guru masuk ke ruangan kelas.Hanya satu gagasan atau vak saja yang hendaknya diajarakan pada saat tertentu supaya pelajar tidak bingung. Murid-murid jangan disuruh menghafalkan bahan sebelum isinya dijelaskan sebaik mungkin oleh guru dulu. Guru wajib mengajarkan vak/bahannya sepintas lalu sebelum membahasnya secara teliti. Setiap bahan studi perlu diajarkan langkah demi langkah mulai dengan yang lebih sederhana , lantas dengan yang lebih majemuk. Pada permulaan studi bahan bbaru , si guru wajib mengajarkan unsur-unsur positif yang ada di dalam bahan itu sebelum ia menimbulkan masalah yang di perdebatkan orang. Guru perlu mendasarkan metode mengajar pada pancaindra si pelajar .Sejauh mungkin para pelajar harus diberi kesempatan untuk belajar dengan berbuat sesuatu dan mengulanginya kemudian sampai sempurna. Pengetahuan harus diterapkan pada pengalaman si pelajar. 2. Penerapan asas-asas tersebut di ruang kelas Bagi orang Tua, kebanyakan metode mengajar yang diterapkan terhadap anak balita berporos pada pancaindra si anak.jadi ia belajar dengan meniru kegiatan dan ucapan dalam dunia sekitarnya. Untuk mengajar di sekolah khususnya, Comenius membahas metode-metode yang cocok untuk mengajarkan lima jenis pengetahuan .,seni,bahasa ,kebajikan,dan kesalehan. Tampaknya bahwa metode-metode khusus ini dibangun atas asas-asas umum yang dijelaskan terlebih dahulu. a. Metode mengajarkan ilmu pengetahuan Untuk maksud ini, kita akan memilih ilmu hayat,khususnya ilmu hewan, bagian domba.sesuai dengan prinsipnya mengajar melalui pancaindra , si guru akan memperkenalkan anak dengan seekor domba nyata dalam arti melihatnya ,menyentuh bulunya , mencium baunya,mendengar suaranya, dan kemudian merasai daging dan susunya. Kemudian pelajar dapat disuruh menggambarkanya secara lisan dan tertulis. Dalam keseluruhannya tidak ada
24 metode untuk melakukan percobaan , yang adalah intisari metode ilmu pengetahuan. b. Metode mengajarkan seni rupa sebelum guru dapat mengajarkan seni rupa kepada para pelajar, tiga persyaratan perlu dipenuhi: 1) mesti ada benda yang dapat diperiksa dan ditiru. 2) bahan yang dikerjakan untuk membuat rupa yang ditentukan guru ;dan 3) semua peralatan yang diperlukan untuk membuat rupa tersebut. c. Metode mengajarkan bahasa asing seperti yang sudah tampak dalam pembicaraan kita tentang orbis pictus, guru mengajarkan kata-kata da;lam bahasa asinbg bagi pelajar dengan jalan memperlihatkan obyek sambil menghafalkan namanya dalam bahasa baru itu.tata bahasa pun dipelajari demikian tanpa mengetahui peraturannya lebih dahulu. d. Metode mengajarkan kebajikan kebajikan pun diajarkan dengan cara melatih para pelajart untuk menjauhkan diri dari setiap macam kegiatan yang bersifat keterlaluan. Mereka hanya diperbolehkan tidur sejumlah jam yang ditentukan oleh orang tua atau guru, mereka dibiasakan untuk bangun pada jam tertentu tanpa kekecualian. Di ruang kelas “vak” kesusilaan ini selalu diajarkan dalam setiap kesempatan dalam kelas, dengan jalan menghadiahi kelakuan yangdiharapkan dan menghukum kegiatan yang tidak dikehendaki. e. Metode mengajarkan kesalehan Kesalehan adalah karunia dari9 Allah dan diberikan kepada kita dari atas oleh penghibur dan pembingbing, yaitu roh kudus. Tetapi karena pada lazimnya roh kudus memanfaatkan para agen alamiah dan telah memilih orang tua, guru-guru dan para pendeta untuk menanam dan menyiram tumbuhan firdaus(1 Kor 3:6-8), maka mereka ini sepatutnyalah dihargai betapa luas tugasnya.kesalehan itu dibangun atas dasar pengetahuan dan pengertian, namun kesalehan kristen mustahil teurjadi terlepas dari pengetahuan dan pengertian tersebut. Jadi kesalehan perlu mengiringi pengajaran tentang iman kristen. f. Buku pelajaran dan perpustakaan Pentingnya buku-buku pelajaran dan perpustakaan sendiri mendapat perhatian lebih besar dari Comenius sebagai bagian mutlak dari seluruh sistem persekoolahan ketimbang semua pendidik besar lainnya yang sudah kita pelajari. Realisma adalah asas kedua yang Comenius ikuti dalam mengarang buku pelajaran. Seperti yang tampak dalam Orbid Pictus, ia ingin menghubungkan benda dan kata dalam pikiran si pelajar.
25 JOHANN HEINRICH PESTALOZZI PENDIRI SEKOLAH DASAR MODERN RIWAYAT JOHANN HEINDRIK PESTAROZZY Johann Heinrich Pestalozzi lahir dan dibesarkan di Zurich Swiss pada tanggal 12 Januari 1746. Dia berasal dari keluarga Protestan, ayahnya seorang doctor yang meninggal waktu Heinrich berumur enam tahun dan hanya meninggalkan sedikit warisan. Setiap liburan, Heinrich tinggal dengan kakeknya, seorang pendeta Protestan yang melayani di desa. Hal inilah yang mendorong Heinrich untuk menjadi pendeta namun keinginan ini buyar setelah dia lupa akan isi khotbahnya pada saat membawakan khotbah di depan ujian klasis. Sebelumnya dia juga pernah berbuat kesalahan dalam menuntun para hadirin mengucapkan “doa Bapa kami. Heinrich kemudian beralih ke bidang hukum agar dapat masuk ke dalam pemerintahan dan meyusun undang-undang yang memihak kaum lemah. Namun hal ini kembali menemui kegagalan karena keterlibatannya dalam kelompok politis yang dianggap radikal oleh pemerintah . Pestalozzi kemudian menjalin hubungan dengan Anna Schulthess namun hubungan mereka tidak direstui orang tua Anna karena Pestalozzi seorang pengangguran miskin. Pestalozzi kemudian belajar tentang pertanian dan bisa meyakinkan keluarga Anna sehingga mereka menikah pada tanggal 30 September 1769.Pestalozzi kemudian membuka lahan pertanian di Neuhof namun kembali usaha pertaniannya tidak berhasil karena terjadi perselisihan dengan tetangga mereka yang mayoritas peternak Melihat kemalangan anak-anak di sekitarnya dan melihat rumahnya yang setengah kosong, Pestalozzi kemudian mendirikan sekolah bagi anak-anak miskin dan mengajarkan tiga tujuan yaitu: memperbaiki akhlak para pelajar, mendidik untuk dapat membaca, menulis dan berhitung dan melatih anak-anak keterampilan yang bisa menolong mereka keluar dari kemelaratan. Hasil dari keterampilan mereka gunakan untuk membiayai sekolah namun karena tidak bisa mandiri, sekolah itupun ditutup. Pestalozzi juga gagal mengurus rumah tangganya ketika dia menjadi pengangguran dan anaknya memiliki keterbelakangan mental sehingga orang-orang sempat menganggap bahwa Pestalozzi gila. Namun karena bantuan dan motifasi dari teman-temannya, dia bisa mendapat kesempatan menuangkan idenya dalam lomba menulis sehingga orang-orang mulai mengenal karyanya. DASAR PENDIDIKAN Pandangan teologis Pestalozzi tidak sabar dengan system dogmatis yang berlaku dalam gereja Reformasi pada saat itu. Dimana para pendukung system tersebut hanya bisa dan rajin menyusun ajaran teologis “benar” saja daripada mewujudkannya ajaran tersebut kedalam kehidupan sehari-hari. Pestalozzi adalah seorang Kristen yang mentaati kedua hukum ilahi yang diutamakan kembali oleh Yesus:”Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain
26 yang yang lebih utama daripada kedua hukum itu.” Pestalozzi sangat menghayati kedua hukum ini. Pestalozzi memakai pengertian sederhana tentang iman Kristen. Dalam tulisannya, Pestalozzi mempunyai lima pokok utama yang mencolok: 1) Kepercayaan Kepada Allah Jika Allah Bapa bukan lah Bapa kita, maka tidak ada dasar yang dapat dipercayai untuk menghadapi tantang hidup ataupun mengembangkan pendidikan yang berhasil. Dalam Amsal 1:7 dituliskan“takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” 2) Alam Sebagai Pedoman Pesatalozzi sangat bertolak belakang dengan pendapat Rousseau yang memilki pandangan yang baik terhadap alam dalam pendidikan. Pestalozzi tidak memiliki pandangan seindah itu terhadap alam. Pestalozzi tidak mengaggap alam sebagai kekuatan yang merdeka, seakan-akan alam itu berdiri atas kekuatannya sendiri, sedngkan pencipta alam adalah Allah sendiri. Jadi bagi Pestalozzi alam tersebut bergantung kepada kehendak Allah. 3) Yesus Sebagai Juru selamat Dunia Nama Allah dan Yesus terus dimasukkan kedalam karyanya, hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya hubungan dengan Yesus baginya. Pestalozzi betul-betul hidup untuk melayani orang-orang yang paling hina. Dan dia sangat mengharapkan tindakan-tindakan yang serupa dilakukan oleh para pendidik-pendidik lainnya. Dan hendaknya berpatokan kepada Tuhan Yesus Kristus. Manusia: Jati Diri dan Tugasnya Jati diri manusia dibahas dalam tiga pokok yakni : a. Sebagai makhluk dari alam Yaitu Pestalozzi ingin mengarahkan jati diri manusia sebagai makhluk dari alam, untuk menghilangkan dasar bagi manusia yang membuat manusia kedalam kelas social. Karena semua orang memiliki struktur jasmani yang sama. Dari segi pembawaan almiah memang terdapat perbedaan, tetapi setiap manusia berhak untuk bertahan hidup sekalipun dari orang terpelajar yang sangat rendah dengan seluruh hasil alam yang ada. Yang sangat dibutuhkan dalam hal ini ialah kesadaran setiap orang sebagai makhluk yang bersosial b. Sebagai makhluk social Terkadang orang-orang menyerahkan sebagian kemerdekaanya atau apa yang dia punya untuk meproleh keamanan. Orang yang mempunyai harta akan lebih tinggi dari mereka yang tidak punya atau bisa disebut seperti seorang raja. Sedangkan dalam hati manusia selalu timbul kebutuhan-kebutuhan yang lain,
27 sehingga dalam diri seseorang harus hidup sebagai makhluk yang bermoral. c. Sebagai makhluk moral Moralitas adalah prestasi dari kehendak manusia, suatu hasil watak yang baik yang menang atas perasaan yang memntingkan kepentingan sendiri. Untuk bertumbuh secar moral, kita harus merasa secara dalam. Dengan kat lain, suatau tindakan atau kelakuan boleh dikatakan sebagai moral sejauh manan tindakan atau kelakuan itu dilaksanakan karena dipaksa oleh kebiasaan social atau hukum negera, tetapi dari keputusan pribadi Pengalaman Beriman Secara Pribadi Lewat pengalaman yang dilewati sejak kecil baik dalam suka maupun duka didalam kehidupannya. Yang hidup bersosial, yang hidup dilingkungannya dan yang mengabdikan diri kepada Allah B.Dasar Ilmu Jiwa 1. Sumber Dasar Ilmu Jiwa Pestalozzi menganggap bahwa Alkitab sumber bagi hal-hal rohani. Dia memulai penelitian sesuai denga praduga bahwa kunci untuk membuka rahasia perkembangan anak terletak dalam alam sendiri a. Asas-asas Belajar Mengajar Berdasarkan metode percobaan dan analogi dalam alam itu, Pestalozzi menemukan asas-asas belajar-mengajar sebagi berikut Si guru membagi bahan yang diajarkan Anak belajar lebih baik kalau guru memusatkan perhatian pada tugas belajar yang terbatas.Sianak belajar melalui pancaindra Semua pengatahuan yang diperoleh melalui pancaindra dapt digolongkan dibawah tiga kata, yaitu jumlah bentuk dan bahasa.Pengalaman belajar akan lebih berhasil bila guru mengelompokkan bagian pengetahuan yang sifatnya sama, paling tidak mirip antara yang satu demnga yang lain Kecenderungan untuk ditarik oleh keindahan telah ditanamkan oleh alam dalam diri manusia Walaupun terdapat hukum-hukum alamiah tentang cara belajar, namun dalam hukum-hukum itu tanpak banyak kesempatan untuk bertumbuh secara bebas sesuai dengan kebutuhan dan sifat setiap orang b. Pertumbuhan Iman Berbicara mengenai pertumbuhan iman, sangat dekat dengan hati Pesatlozzi, yakni pertumbuhan iman dalam diri seorang anak. Pertumbuhan seorang anak sebagi hasil dari mengalami kasih dan iman dalam diri ibunya. Pestalozzi sendiri berusaha untuk menjadi seorang ayah dan menjadi seorang ibu dalam hubungannya denga anak-anaknya. Bagi seorang anak, kasih yang nyata yang kemungkinan besar bahwa anak akan percayua akan kasih Allah yang tidak dilihatnya itu, adalh kasih dari ayah dan ibunya. Orang tua yang beriman akan senantisa mengajarkan tenatang Allah terhadap anaknya, dan setiap hri akan mendengar hal-hal tentang Allah
28 . C. Asas - Asas Pendidikan Pestalozzi boleh digambarkan sebagai seorang yang mengabdikan seluruh pikiran, tenaga dan dana yang ia miliki demi pelaksanaan tugas memperbaiki keadaan yang buruk dalam masyarakat dengan jalan memperbarui setiap orang .pembaruan perorangan itu akan dilaksanan melalui pendidikan yang mengubah pengetahuan dan gaya hidup kaum miskin yang tinggal didusun dusun Swis . 1. Arti Pendidikan Menurut Pestalozzi , perbaikan pendidikan di Swis perlu dilaksanakan sekaligus dari dua segi , yakni dari segi praktek dan teori . Urutan ini mencerminkan cara Pestalozz menjadi seorang ahli pendidikan. Ia tidak memulai panggilan hidup sebagai pendidik setelah mengembangkan teori pendidikan lebih dahulu. Teori berasal dari pengalaman dalam ruang kelasPendidikan yang akan mengubah mutu kehidupan anak – anak miskin didesa pertanian harus memenuhi kebutuhan dasariah di mana mereka hidup. 2. Tujuan Pendidikan Menurut Pestalozzi , perbaikan pendidikan di Swis perlu dilaksanakan sekaligus dari dua segi , yakni dari segi praktek dan teori . , teapi yang keduaan itu harus tunduk pada pertama . tujuan Umum dirahkan untuk menghasilkan seorang yang bijaksana dan bajik dalam kehidupannya , manusiawi dalam semua hubungan dengan sesamanya manusia dan seorang yang hidup beriman sebagai mahluk yang bergantung pada Tuhan. Sesuai dengan arti kejuruan itu , tujuanya ialah memperlengkapi pelajar untuk memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi perencanaanya dalam masyarakat 3. Lingkungan Pendidikan Menurut Pikiran Pestalozzi , ada tiga lingkungan dimana pendidikan terjadi : a. rumah tangga b. rumah dermawan c. sekolah Dari ketiga itu , rumah tangga sendiri adalah yang paling penting 4. Pengajar Dua pengajar utama ,yaitu sang ibu dan guru yang mengajar disekolah sudah tersirat dalam pembahasan tentang bagian lingkungan diatas . disamping kedua pengajar itu, pestalozzi menyebutkan dua lagi yaitu si anak sendiri dan pengalaman hidup a. Si Ibu b. Guru Sekolah
29 c. Si Anak d. Pengalaman hidup 5. Pelajar a. Semua Anak b. Anak perempuan ( sekolah keibuan ) c. Calon Guru 6.Kurikulum a. Kurikulum untuk pendidikan Akal (kognitif) b. Kurikulum Untuk Pendidikan Tangan (psikomotorik) b. Kurikulum Pendidikan Moral dan Keagamaan (afektif) 7. Metodologi a. Metode mengajarkan mata pelajaran intelektual yang berhubungan dengan tiga jenis pengalaman yang dilambangkan dengan tiga kata yang sudah ditentukan , yaitu : 1. Bahasa Melatih daya tangkap indra anak, termasuk membaca, menulis berbicara dan mendengarkan . 2. Bentuk Melatih anak untuk menggambarkan bentuk-bentuk misalnya bentuk huruf, persegi, lingkaran, segi tiga termasuk perbedaan panjang, pendek dan besar, kecil. Selanjutnya menggambar mentuk dari alam yang bisa dilihat 3. Jumlah Metode dasar matematika yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. b.Metode mengajarkan mata pelajaran jasmani c.Metode Mengajarkan mata pelajaran akhlak dan agamawi Melalui asas dan praktek pendidikan, Pestalozzi mengilhami sejumlah pemikir masyarakat dan dan pejabat pemerintah untuk memprakarsai rencana pendidikan untuk semua anak.Sebagian inspirasi itu bertaraf tinggi dalam arti mereka yang dipengaruhi Pestalozzi amat prihatin atas nasib begitu banyak anak miskin. Bagaimanapun juga motonya, suasana sosial, ekonomi dan politik di Eropa sudah menerima gagasan Pestalozzi tentang pendidikan massal dan keprihatinan terhadap kaum miskin.
30 PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI INDONESIA SEJAK TAHUN 1955 Sejak serdadu, pedagang dan imam Portugis tiba di pulau Ternate pada tahun 1538 untuk pertama kalinya, maka sejak itulah dimulai sejarah PAK di Indonesia. Sesuai perintah Raja Portugis kepada panglima ekspedisi mereka mendirikan sekolah di pantai Ternate sebagai sarana untuk memberitakan Injil. Kemudian pelaksanaanya diambil alih oleh ordo Yesuit. Pendidikan sangat sederhana yaitu seorang imam mengajarkan katekhismus dalam bahasa melayu yang diterjemahkan oleh Fransiskus Xaverius. Para Murid disuruh menghafalkan Doa Bapa Kami, Sepuluh Hukum, dan pengakuan Iman Rasuli. Juga belajar membaca, menulis, berhitung dan diperkenalkan kepada bahasa Portugis. Tahun 1605 Belanda menggantikan Portugis di Indonesia, dan tetap melanjutkan kebijakan pedagogis meskipun tujuan utama VOC adalah perdagangan. Untuk tujuan pelengkap mereka mendidik anak pribumi dalam bahasa Belanda. Hal ini disampaikan dalam perintah pada tahun 1643, yang menentukan tugas yang diberikan kepada guru; Tugas terpenting guru adalah menanamkan rasa takut akan Tuhan dalam diri anak, mengajari intisari iman Kristen, cara berdoa, menyanyi dan untuk mengantar mereka ketempat ibadah. Kedua, guru wajib mengajar anak-anak untuk taat kepada orang tua, tokoh-tokoh yang berkuasa termasuk guru sendiri. Ketiga anak-anak diajar membaca, menulis dan berhitung. Keempat, guru membina anak-anak dalam hal budi pekerti dan bertindak sopan, dan hanya penggunaan bahasa Belanda yang berlaku di sekolah. Pada masa berakhirnya piagam VOC, pada abad 18 pemerintah baru Belanda mengambil alih segala urusan di Hidia Belanda. Pemerintah tidak lagi memihak kepada Kristen di sekolah agar tidak menyulitkan pemeluk agama islam. Dan mengijinkan gereja, badan misi atau zending mendirikan sekolah swasta dimana hak-hak dan ajaran Kristen boleh diajarkan kepada anak. Hasil dari gerakan injili Eropa di Indonesia, para awam Belanda mendirikan Sekolah Minggu di Indonesia, yakni: 1. Diprakarsai kaum awam 2. Diluar sturktur gereja 3. Bersifat injili. Periode penanggalan PAK di Indonesia adalah tahun 1955 dengan kedatangan Prof. Dr Elmer G. Homrighausen, yakni dengan; I. Konferensi Studi Pendidikan Agama di Sukabumi pada tahun 1955, yang mengarahkan perkembangan pendidikan agama Kristen di Indonesia. II. Ditelusurinya tempat dampak utama dari ceramah Homrighausen atas teori dan praktek PAK di Indonesia. III. Usaha meredakan ketegangan kreatif antara PAK dan pembinaan warga jemaat, dan refleksi terhadap teori dan praktek PAK di Indonesia pada masa depan.
31 TEORI-TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA DALAM PAK Teori pembelajaran adalah teori yang menawarkan penduan eksplisit bagaimana membantu orang belajar dan berkembang lebih baik. Jenis belajar dan pengembangan mencakup aspek kognitif, emosional, sosial, fisikal, dan spiritual (Reigeluth, 1999). Ini artinya teori pembelajaran mesti menunjukkan beberapa karakteristik (1) designed oriented yakni berfokus pada uapaya mencapai tujuan pembelajaran, (2) mengidentifikasi metode pembelajaran (cara untuk mendukung dan memfasilitasi belajar) dan sutuasi pada mana metode dipakai/tidak dipakai, dan (3) metode pembelajaran bisa dirinci sebagai rencaana pelaksanaan pembelajaran. Teori Umum tentang Didaktik Pengertian Didaktik S. Nasution: Didaktik berasal dari bahasa Yunani didaskein yang berarti pengajaran dan didaktikos berarti pandai mengajar. Berdasarkan definisi ini, Nasution merumuskan prinsip didaktik yang meliputi: motivasi, aktivitas, peragaan, induvidualitas, apersepsi, lingkungan, korelasi, dan konsentrasi atau integrasi. Oemar Hamalik:Istilah didaktik berasal dari kata didasco, didaskein, artinya saya mengajar atau jalan pengajaran atau ilmu tentang mengajar dan belajar. Dikdatik metodik, dari bahasa Yunani: didáskein yang berarti mengajar, adalah suatu metoda pembelajaran yang mengikuti pendekatan ilmiah atau gaya pendidikan yang konsisten untuk berhubungan dengan pikiran peserta didik. Metoda pembelajaran didaktik sering dibedakan dengan dialektik atau metode Socrates; istilah ini juga sering merujuk pada suatu metoda didaktik tertentu seperti didaktik konstruktivistik. Didaktik adalah teori pembelajaran dan, dalam arti luas, teori dan praktek penerapan pembelajaran dan belajar. Didaktik metodik merupakan disiplin ilmiah yang berupaya menjawab pertanyaan tentang bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap dapat diajarkan oleh guru kepada siswa. Disiplin tersebut diajarkan pada pendidikan pra jabatan untuk guru di tingkat perguruan tinggi mulai jenjang sarjana sampai tingkat doctoral. Penggunaan Istilah didaktik di Indonesia dan Pembatasan Didaktik Kata didaktik tidak asing lagi di dalam dunia pendidikan formal di Indonesia, walaupun kata didaktik bukanlah bahasa Indonesia tetapi kata didaktik berasal dari bahasa Yunani. Para guru, baik guru umum maupun guru agama di Indonesia sudah terbiasa menggunakan kata didaktik untuk menunjuk pada bidang ilmu mandiri dalam disiplin ilmu pendidikan yang khusus membicarakan secara ilmiah perihal mengajar. Penggunaan kata didaktik awalnya dipergunakan di Eropa, masuk ke Indonesia melalui pendidik dari Belanda yang bekerja pada zaman VOC dan Belanda, selanjutnya istilah itu dipakai sampai sekarang. Di Amerika dan Negara-negara yang mempergunakan bahasa Inggris tidak memakai kata didaktik untuk ilmu mengajar, kata yang dipakai adalah teaching (mengajar), curriculum (rencana pengajaran), dan audio visual aids
32 (alat bantu pengajaran). Ada pula istilah lain yaitu micro teaching dan macro teaching. Selain istilah-istilah di atas yang sangat berhubungan dengan mengajar, ada pula istilah lain yaitu learning untuk perbuatan belajar murid. Perbuatan belajar erat sekali hubungannya dengan perbuatan mengajar. Karena itu teaching dan learning satu sama lain saling berkaitan dan saling menunjang. Demikian pula masalah kurikulum dan audio visual aids satu sama lain tidak bisa dilepaskan. Fungsi Didaktik Ada dua fungsi didaktik, yaitu 1. Fungsi Didaktik dari Segi Ilmu Memperkaya ilmu pendidikan: Didaktik awalnya merupakan cabang dari ilmu pendidikan namun dalam perkembangannya berdiri sendiri sebagai satu disiplin ilmu yang berguna dalam pengajaran di sekolah. Mendorong kemajuan pengajaran Memberikan bahan-bahan yang lebih lengkap bagi ilmu pendidikan Menolong guru dalam mendaratkan pengajaran secara baik Mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lain seperti psikologi dll Bahan ilmu didaktik memperkaya bahan-bahan yang diperlukan ilmu-ilmu lain Menjadi ilmu alat/media untuk menyampaikan ilmu itu kepada peserta didik, khususnya di lembaga pendidikan guru. 2. Fungsi Didaktik dari segi alat/media Berfungsi dalam komunikasi dan interaksi social akan bertambah lancar apabila individu-individu yang berkomunikasi dan berinteraksi itu mampu melakukannya secara baik dan efektif. Contoh, hubungan percakapan antara dua orang akan lebih bergairah apabila orang-orang itu menguasai teknik berbicara yang baik, cara bicara yang didaktis, film yang mempunyai scope dan sequence yang baik akan lebih menarik para penontonnya, lebih berhasil apabila pelatihannya memahami dengan baik ilmu didaktik bagi kemajuan masyarakat sangat besar artinya. Perkembangan budaya memerlukan ilmu didaktik. Penyajian seni-seni kreasi budaya kepada khalayak akan lebih menarik dan mudah dipahami oleh para penontonnya, apabila penyajian itu dilakukan sesuai dengan petunjuk- petunjuk didaktik. Penampilan pameran, wayang golek, sandiwara, drama, dan lain-lain akan lebih menarik apabila disusun menurut saran-saran didaktis. Semuanya membutuhkan petunjuk-petunjuk didaktis yang tepat. Manfaat Didaktik 1. Guru/Pendidik Multi fungsi : tidak hanya bermanfaat bagi guru di sekolah saja tetapi juga digunakan di mana-mana (ilmu didaktik dapat digunakan di mana-mana) 2. Masyarakat 3. Lembaga dan badan-badan perusahan 4. Lembaga pemerintahan 5. Lembaga pembangunan 6. Lembaga pedesaan 7. Kemeliteran
33 8. Lembaga Agama 9. Kursus-kursus, dll Jadi, guru yang baik, bukan saja harus menguasai spesialisasi ilmunya, akan tetapi harus mengenal proses belajar manusia, cara-cara mengajar, penggunaan alat-alat peraga, tehnik penilaian, dan sebagainya. Ini berarti seorang pendidik harus menguasai ilmu yang menjadi bahan pelajaran (ilmu yang dikuasainya) dan ilmu didaktik sebagai ilmu tentang cara mengajarkannya/ilmu cara pemyampaian). Guru yang hanya menguasai bidang ilmunya saja belum tentu mampu membuat murid-muridnya mudah memahami pelajarannya. Dan sebaliknya, guru hanya menguasai ilmu didaktik saja, belum tentu dapat menjadi guru yang baik. Tetapi guru yang baik sudah jelas harus menguasai ilmu didaktik secara baik pula. Pembagian Didaktik Didaktik dibagi atas didaktik umum dan didaktik khusus. Didaktik khusus dibagi lagi menjadi metodik dan rencana pengajaran. Metodik juga dibagi lagi menjadi metodik umum dan metodik khusus. Didaktik umum membicarakan tentang asas-asas mengajar seperti: apersepsi, motivasi, aktivitas, peragaan, dan sebagainya. Metodik umum membicarakan tentang berbagai cara mengajar yang efektif, seperti memberitahukan, bercerita dll. Metodik khusus membicarakan tentang metode- metode mengajar untuk tiap mata pelajaran, seperti metodik ilmu hitung, metodik membaca, metodik ilmu bumi, metode ilmu sejarah gereja, metode pengajaran Bahasa Ibrani dan Yunani, dll. Setiap pelajaran atau mata kuliah memiliki metodiknya sendiri-sendiri. Dalam perkembangan selanjutnya, ilmu didaktik meliputi studi yang luas dalam bidang-bidang sbb: Prinsip-prinsip mengajar (basic principles of teaching) Teori dan prinsip-prinsip belajar (Principle of learning activity dan theory of learning). Didalamnya tercakup pula masalah diagnostic kesulitan belajar. Metodologi pengajaran (methods of teaching) Metodik khusus, cara mengajar berbagai mata pelajaran Perencanaan pengajaran (segmen dari studi pengembangan kurikulum) Media pengajaran (audio visual aids), sekarang berkembang menjadi teknologi pendidikan. Jadi didaktik dapat dibagi menjadi didaktik umum dan khusus. Isi didaktik umum dan khusus dapat dipaparkan sbb. TEORI-TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN A. Teori belajar behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
34 Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984). Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran. 1. Teori Belajar Menurut Thorndike Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000). Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon. 2. Teori Belajar Menurut Watson Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan- perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia
35 menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur. 3. Teori Belajar Menurut Clark Hull Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991). 4. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991). 5. Teori Belajar Menurut Skinner Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya
36 mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya. Hakikat Pembelajaran Behavioristik Thornike, salah seorang penganut paham behavioristik, menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang sisebut stimulus (S) dengan respon (R) yang diberikan atas stimulus tersebut. Pernyataan Thorndike ini didasarkan pada hasil eksperimennya di laboratorium yang menggunakan beberapa jenis hewan seperti kucing, anjing, monyet, dan ayam. Menurutnya, dari berbeagai situasi yang diberikan seekor hewan akan memberikan sejumlah respon, dan tindakan yang dapat terbentuk bergantung pada kekuatan keneksi atau ikatan-ikatan antara situasi dan respon tertentu. Kemudian ia menyimpulkan bahwa semua tingkah laku manusia baik pikiran maupun tindakan dapat dianalisis dalam bagian-bagian dari dua struktur yang sederhana, yaitu stimulus dan respon. Dengan demikian, menurut pandangan ini dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon. Oleh karena itu, menurut Hudojo (1990:14) teori Thondike ini disebut teori asosiasi. Selanjutnya, Thorndike (dalam Orton, 1991:39-40; Resnick, 1981:13) mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti hokum-hukum berikut: (1) Hukum latihan (law of exercise), yaitu apabila asosiasi antara stimulus dan respon serting terjadi, maka asosiasi itu akan terbentuk semakin kuat. Interpretasi dari hokum ini adalah semakin sering suatu pengetahuan – yang telah terbentuk akibat tejadinya asosiasi antara stimulus dan respon – dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat; (2) Hukum akibat (law of effect), yaitu apabila asosiasi yang terbentuk antara stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuasan maka asosiasi akan semakin meningkat. Hal ini berarti (idealnya), jika suatu respon yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu stimulus adalah benar dan ia mengetahuinya, maka kepuasan akan tercapai dan asosiasi akan diperkuat. Penganut paham psikologi behavior yang lain yaitu Skinner, berpendapat hamper senada dengan hokum akibat dari Thorndike. Ia mengemukakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus – respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negative. Penguatan positif sebagai stimulus, apabila representasinya mengiringi suatu tingkah laku yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu. Sedangkan penguatan negative adalah stimulus yang dihilangkan/dihapuskan karena cenderung menguatkan tingkah laku (Bell, 1981:151). Analisis Tentang Teori Behavioristik Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus
37 untuk merangsang pebelajar dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997). Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program- program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner. Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon. Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi pebelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut. Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping. Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi. Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu: Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara; Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama; Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.
38 Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respons. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid. Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi. Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan
39 stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka. Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual. A. Teori belajar Kognitifistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Tidak seperti halnya belajar menurut perspektif behavioris dimana perilaku manusia tunduk pada peneguhan dan hukuman, pada perspektif kognitif ternyata ditemui tiap individu justru merencakan respons perilakunya, menggunakan berbagai cara yang bisa membantu dia mengingat serta mengelola pengetahuan secara unik dan lebih berarti. Teori belajar yang berasal dari aliran psikologi kognitif ini menelaah bagaimana orang berpikir, mempelajari konsep dan menyelesaikan masalah. Hal yang menjadi pembahasan sehubungan dengan teori belajar ini adalah tentang jenis pengetahuan dan memori. 1. Jenis Pengetahuan Menurut pendekatan kognitif yang mutakhir, elemen terpenting dalam proses belajar adalah pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu kepada situasi
40 belajar. Dengan kata lain apa yang telah kita diketahui akan sangat menentukan apa yang akan menjadi perhatian, dipersepsi, dipelajari, diingat ataupun dilupakan. Pengetahuan bukan hanya hasil dari proses belajar sebelumnya, tapi juga akan membimbing proses belajar berikutnya. Berbagai riset terapan tentang hal ini telah banyak dilakukan dan makin membuktikan bahwa pengetahuan dasar yang luas ternyata lebih penting dibanding strategi belajar yang terbaik yang tersedia sekalipun. Terlebih bila pengetahuan dan wawasan yang luas ini disertai dengan strategi yang baik tentu akan membawa hasil lebih baik lagi tentunya. Perspektif kognitif membagi jenis pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu: Pengetahuan Deklaratif, yaitu pengetahuan yang bisa dideklarasikan biasanya dalam bentuk kata atau singkatnya pengetahuan konseptual. Pengetahuan Prosedural, yaitu pengetahuan tentang tahapan yang harus dilakukan misalnya dalam hal pembagian satu bilangan ataupun cara kita mengemudikan sepeda, singkatnya “pengetahuan bagaimana”. Pengetahuan Kondisional, adalah pengetahuan dalam hal “kapan dan mengapa” pengetahuan deklaratif dan prosedural digunakan. Pengetahuan deklaratif rentangnya sangat beragam, bisa berupa pengetahuan tentang fakta (misalnya, bumi berputar mengelingi matahari dalam kurun waktu tertentu), generalisasi (setiap benda yang di lempar ke angkasa akan jatuh ke bumi karena adanya gaya gravitasi), pengalaman pribadi (apa yang diajarkan oleh guru sains secara menyenangkan) atau aturan (untuk melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan maka pembilang harus disamakan terlebih dahulu). Menyatakan proses penjumlahan atau pengurangan pada bilangan pecahan menunjukkan pengetahuan deklaratif, namun bila siswa mampu mengerjakan perhitungan tersebut maka dia sudah memiliki pengetahuan prosedural. Guru dan siswa yang mampu menyelesaikan soal melalui rumus tertentu atau menterjemahkan teks bahasa Inggris adalah contoh kemampuan pengetahuan prosedural lainnya. Seperti halnya siswa yang mampu berenang dalam satu gaya tertentu, berarti dia sudah menguasai pengetahuan prosedural hal tersebut, dengan kata lain penguasaan pengetahuan ini juga dicirikan oleh praktek yang dilakukan. Sedangkan pengetahuan kondisional adalah kemampuan untuk dapat mengaplikasikan kedua jenis pengetahuan di atas. Dalam menyelesaikan persoalan perhitungan kimia misalnya, siswa harus dapat mengidentifikasi terlebih dahulu persamaan apa yang perlu dipakai (pengetahuan deklaratif) sebelum melakukan proses perhitungan (pengetahuan prosedural). Pengetahuan kondisional ini jadinya merupakan hal yang penting dimiliki siswa, karena menentukan penggunaan konsep dan prosedur yang tepat. Terkadang siswa mengetahui fakta dan dapat melakukan satu prosedur pemecahan masalah tertentu, namun sayangnya mengaplikasikannya pada waktu dan tempat yang kurang tepat. Hal yang sangat penting jadinya untuk mengidentifikasi jenis pengetahuan ini bagi guru ketika mengajar. Mempelajari informasi tentang pokok bahasan tertentu tidak selalu menyebabkan siswa akan menggunakan informasi tersebut. Tidak juga latihan menyelesaikan banyak soal pada topik bahasan tertentu, akan membantu mereka memahami satu prinsip lebih mendalam. Mengetahui sesuatu topik, mengetahui prosedural penyelesaian masalah serta tahu kapan dan mengapa menggunakan pengetahuan tersebut adalah hasil
41 belajar yang berbeda-beda, dan tentu saja ini perlu diajarkan dengan cara yang berbeda pula. 2. Model Pengolahan Informasi Untuk menggunakan tiga jenis pengetahuan di atas, tentunya kita harus dapat mengingatnya dengan baik. Hal berikutnya teori belajar yang dibahas dalam perspektif kognitif ini adalah tentang bagaimana individu mengingat dan bagian apa saja dari memori yang bekerja dalam proses berpikir seperti pada pemecahan masalah. Model pengolahan informasi merupakan salah satu model dari perspektif teori belajar ini yang menjelaskan kerja memori manusia sesuai dengan analogi komputer, yang meliputi tiga macam sistem penyimpanan ingatan: memori sensori, memori kerja dan memori jangka panjang. 1. Memori Sensori adalah sistem mengingat stimuli secara cepat sehingga analisis persepsi dapat terjadi. 2. Memori Kerja atau memori jangka pendek, menyimpan lima sampai sembilan informasi pada satu waktu sampai sekitar 20 detik, yang cukup lama untuk pengolahan informasi terjadi. Informasi yang dikodekan (decode) serta persepsi tiap individu akan menentukan apa yang perlu disimpan di memori kerja ini. 3. Memori Jangka Panjang menyimpan informasi yang sangat besar dalam waktu yang lama. Informasi di dalamnya disimpan dalam bentuk secara verbal dan visual. Memori Sensori Memori sensori adalah sistem yang bekerja seketika melalui alat indera dinama kita memberikan arti kepada stimuli yang datang dinamakan persepsi. Arti yang diberikan berasal dari realitas objektif serta dari pengetahuan kita sebelumnya. Contohnya, suatu symbol „l‟ akan dipersepsi sebagai huruf alpabet tertentu kalau kita menggolongkannya dalam urutan j, k. l, m; namun dalam kesempatan berbeda seperti l, 2, 3, 4 maka symbol yang sama bermakna angka satu. Memori sensori akan menangkap stimuli dan mempersepsi, atau memberikan makna; dalam hal „l‟ konteks dan pengetahuan kita akan menentukan makna yang akan diberikan, bagi seseorang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang angka atau huruf, maka symbol itu kemungkinan tidak bermakna apapun. Misalnya teks yang Anda baca saat ini akan dipersepsi berbeda oleh orang lain yang tidak mengerti bahasa Indonesia ataupun yang buta huruf, walaupun matanya melihat deretan simbol yang sama seperti Anda; ataupun saat kita membaca huruf kanji dari koran berbahasa Jepang dimana kita tidak punya kemampuan untuk memahaminya. Memori sensori tidak hanya bekerja untuk simbol saja namun juga dalam hal warna, gerakan, suara, bau, suhu dan lainnya yang semuanya harus dipersepsi secara simultan. Namun karena keterbatasan kemampuan, kita hanya dapat memfokuskan pada beberapa stimuli saja dan mengingkari yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perhatian sangatlah selektif; dengan kata lain saat perhatian penuh sangat diperlukan, biasanya stimuli lainnya akan ditolak. Perhatian adalah tahap pertama dalam belajar. Siswa tidak dapat memahami apa yang mereka tidak kenali atau tidak dapat dipersepsi. Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi perhatian siswa. Tampilan atau aksi yang dramatis dapat mencuri perhatian siswa pada awal pembelajaran. Cara lainnya adalah melalui perlakuan pada kata yang diucapkan atau ditulis oleh guru dengan warna yang kontras, digaris bawahi atau ditandai; memangil siswa secara acak,
42 memberikan kejutan siswa, menanyakan hal yang menantang, memberikan masalah yang dilematis, mengubah metoda mengajar dan tugas, mengubah frekuensi suara dan jedanya akan dapat membantu menarik perhatian dari siswa. Namun menarik perhatian siswa adalah hal pertama, membuat mereka untuk tetap fokus pada pelajaran dan tugasnya juga hal yang kritis berikutnya harus dilakukan oleh guru. Memori Kerja Saat stimulus dipersepsi dan diubah menjadi suatu pola gambar atau suara, informasi yang didapat menjadi tersedia untuk proses selanjutnya. Memori kerja adalah tempat dimana informasi baru ini berada dan digabungkan dengan pengetahuan yang berasal dari memori jangka panjang. Kapasitas memori kerja ini sangat terbatas, dari berbagai eksperimen kapasitas yang dapat disimpan sekitar lima sampai sembilan hal baru dalam satu waktu. Satu nomor telepon sepanjang tujuh desimal dapat diingat oleh rata-rata manusia dewasa, namun hal yang berbeda bila disuruh untuk mengingat dua buah nomor telepon (14 desimal). Kita tidak dapat memanggil kedua nomor telepon tadi karena terbatasnya kapasitas memori kerja ini. Hal lainnya dari memori kerja ini adalah waktu yang digunakannya pun hanya sekitar 5 sampai 20 detik saja. Namun walaupun begitu waktu tersebut sangat cukup misalnya untuk mengingat dan memahami apa yang anda baca dalam bagian awal kalimat ini sebelum mencapai akhir kalimat. Tanpa adanya memori kerja, kita tidak bisa memahami susunan kata dalam satu kalimat dan gabungan antara kalimat yang berdekatan. Karena sedikit dan sempitnya memori ini bekerja, maka jenis memori ini harus terus diaktifkan, kalau tidak maka informasi yang didapat menjadi hilang. Supaya apa yang diingat bisa lebih panjang dari 20 detik, kebanyakan orang memakai strategi tertentu untuk mengingatnya. Cara yang pertama adalah strategi latihan yang terbagi menjadi pengelolaan dan elaboratif. Latihan pengelolaan dilakukan dengan pengulangan informasi di pikiran anda. Sepanjang anda terus melakukan pengulangan informasi, hal itu akan berada di memori kerja. Cara ini dapat berguna untuk mengingat sesuatu, seperti nomor telepon, yang kemudian untuk dipergunakan dan setelah itu tidak perlu diingat lagi. Cara latihan elaboratif adalah dengan menghubungkan sesuatu yang baru dengan apa yang sudah diketahui, yaitu informasi yang sudah terdapat di memori jangka panjang. Latihan elaboratif ini tidak hanya meningkatkan memori kerja, tetapi membantu memindahkan informasi memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Cara kedua adalah dengan pengelompokkan (chunking) yang dipergunakan untuk menanggulangi terbatasnya kapasitas memori kerja. Banyaknya bit informasi, bukannya ukuran setiap bit, adalah sisi keterbatasan memori kerja. Kita dapat mengingat informasi lebih banyak jika dapat mengelompokkan tiap-tiap bit menjadi unit yang berarti. Deretan enam angka seperti 1, 5, 1, 8, 2, dan 0 akan lebih mudah diingat dalam bentuk dua digit (15, 18 dan 20) atau tiga digit (151, 820). Jika dilakukan cara ini, maka kita cukup perlu mengingat dua atau tiga informasi saja dalam satu waktu dibanding enam buah. Memori Jangka Panjang Informasi memasuki memori kerja dengan cepat, namun untuk dapat disimpan di memori jangka panjang membutuhkan usaha tertentu. Dalam memori jangka panjang inilah berbagai informasi disimpan dan dihubungkan
43 dalam bentuk gambaran dan skema, suatu pola struktur data yang membuat kita bisa menggabungkan informasi kompleks yang sangat besar, membuat kesimpulan dan memahami informasi baru. Bila kapasitas memori kerja sangat terbatas, namun kapasitas memori jangka panjang dapat dikatakan hampir tak terbatas. Kebanyakan kita tidak pernah menghitung kapasitasnya, dan saat satu informasi secara aman sudah disimpan, akan tetap ada disana dalam waktu yang tak terbatas. Secara teoritis walaupun kita mampu untuk mengingat sebanyak yang kita mau namun tantangannya justru adalah memanggilnya yaitu mendapatkan informasi yang tepat sesuai keinginan. Akses pada informasi membutuhkan waktu dan usaha karena kita harus mencarinya dalam lautan informasi yang luas dalam memori jangka panjang, dan informasi yang jarang dipakai biasanya akan makin sulit untuk ditemukan. Terdapat tiga jenis memori jangka panjang, yaitu: episodik, prosedural dan semantik. Episodik adalah jenis memori yang berhubungan dengan informasi pada waktu dan tempat tertentu, khususnya ingatan yang bersifat pribadi. Memori jenis ini bersifat teratur, contohnya kita bisa menceritakan detail percakapan, atau jalannya cerita dari satu film. Memori yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sesuatu disebut memori prosedural. Untuk mempelajari suatu prosedur seperti mengendarai sepeda, namun setelah dipelajari, pengetahuan ini dapat terus diingat dalam waktu yang lama. Biasanya makin sering satu prosedur dilakukan, maka makin otomatis reaksi yang dilakukan. Sedangkan semantik memori adalah memori untuk pemahaman, yaitu memori untuk konsep, prinsip dan hubungannya; dua hal yang disimpan dalam semantik memori disebut dengan imaji dan skema. Imaji adalah representasi yang didasarkan pada persepsi visual terhadap struktur informasi. Pada saat kita membentuk bayangan tertentu kita mengingat atau mengkreasi kembali karakteristik fisik dan struktur spasial dari informasi. Imaji dapat berguna misalnya dalam menyusun keputusan praktis bagaimana menempatkan meja di satu ruangan atau jalur yang akan di tempuh ke satu lokasi. Sedangkan skema adalah stuktur pengetahuan abstrak yang mengatur sejumlah besar informasi. Skema adalah pola atau panduan untuk memahami kejadian, konsep atau keterampilan. Untuk memanggil dan menambah informasi di memori jangka panjang, kita dibantu dengan elaborasi, organisasi dan penggunaan konteks. Elaborasi adalah memberikan arti pada infrormasi baru dengan menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah ada. Dengan kata lain, kita menerapkan skema yang ada dan melukiskannya pada pengetahuan sebelumnya untuk membentuk pemahaman yang baru saat kita memperbaiki pengetahuan yang ada. Terkadang elaborasi terjadi secara otomatis, misalnya saat guru menerima info baru tentang pengalaman yang sudah dipahaminya, maka dia akan langsung mengaktifkan pengetahuan yang ada dan memberikan pemahaman yang lebih baik serta lengkap. Informasi yang dielaborasi ketika pertama dipelajari mudah untuk dipanggil karena elaborasi adalah bentuk pengaktifan memori kerja yang membuat informasi terus aktif untuk kemudian disimpan di memori jangka panjang. Elaborasi juga membangun hubungan tambahan pada pengetahuan yang sudah dipunyai. Makin banyak informasi dihubungan dengan hal lainnya, makin banyak peta jalan tersedia untuk diikuti dalam mencari sumber pengetahuan aslinya. Makin sering seorang individu mengelaborasi ide baru, maka dia akan membuatnya dengan bahasa dia sendiri yang menyebabkan makin baiknya pemahamannya dia tentang pengetahuan
44 tersebut. Kita membantu siswa dalam elaborasi dengan menyuruh mereka menuliskan informasi sesuai dengan kata yang mereka susun sendiri atau dengan membuat contoh yang relevan. Hal yang sebaliknya bisa terjadi, saat siswa melakukan elaborasi informasi baru dengan menghubungkannya ke hal yang tidak tepat dan mengembangkan penjelasan yang rancu, maka miskonsepsi ini pun akan disimpan dan terus diingat oleh siswa. Organisasi pengetahuan yang dimiliki juga meningkatkan belajar. Bahan ajar yang terorganisir dengan baik tentunya akan lebih mudah dipelajari dibandingkan yang tidak teratur, khususnya bila informasi didalamnya juga kompleks. Menempatkan konsep dalam suatu struktur membantu anda belajar dan mengingat baik untuk definisi umum dan contoh spesifiknya. Konteks adalah elemen lainnya dari proses yang mempengaruhi belajar. Aspek fisik dan emosional dari konteks dipelajari bersamaan degan informasi lainnya. Ketika anda mencoba mengingat satu informasi, hal itu akan dibantu jika konteks yang ada mirip dengan dengan kondisi kita mendapat informasinya. Sehingga mengkondisikan suasana test sebelum ujian yang sesungguhnya akan berpengaruh memperbaiki kinerja. Tentu saja kita tidak bisa selalu pergi ke tempat yang sama saat anda mulai memahami suatu hal, namun kalau anda dapat menggambarkannya secara mental hal tersebut anda dapat meningkatkan daya ingat anda. A. Teori belajar Konstruktifistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang begitu pesat pada era globalisasi, membawa perubahan yang sangat radikal. Perubahan itu telah berdampak pada setiap aspek kehidupan, termasuk pada system pendidikan dan pembelajaran. Dampak dari perubahan yang luar biasa itu terbentuknya suatu „kumonitas global‟, lebih parah lagi karena komunitas global itu ternyata tiba jauh lebih cepat dari yang diperhitungkan: revulusi informasi telah menghadirkan dunia baru yang benar-benar hyper-reality. Akibat dari perubahan yang begitu cepatnya, manusia tidak bias lagi hanya bergantung pada seperangkat nilai, keyakinan, dan pola aktivitas social yang konstan. Manusia dipaksa secara berkelanjutan untuk menilai kembali posisi sehubungan dengan factor-faktor tersebut dalam rangka membangu sebuah konstruksi social-personal yang memungkin atau yang tampaknya memungkinkan. Jika masyarakat mampu bertahan dalam menghadapi tantangan perubahan di dalam dunia pengetahuan, teknologi, komunikasi serta konstruksi social budaya ini, maka kita hasrus mengembangkan proses-proses baru untuk menghadapi masalah-masalah baru ini. Kita tidak dapat lagi bergantung pada jawaban-jawaban masa lalu karena jawaban-jawaban tersebut begitu cepatnya tidak berlaku seiring dengan perubahan yang terjadi. Pengetahuan, metode-metode, dan keterampilan-keterampilan menjadi suatu hal yang ketinggalan zaman hamper bersamaan dengan saat hal-hal ini memberikan hasilnya. Degeng (1998) menyatakan bahwa kita telah memasuki era kesemrawutan. Era yang datangnya begitu tiba-tiba dan tak seorang pun mampu menolaknya. Kita harus masuk di dalamnya dan diobok-obok. Era kesemrawutan tidak dapat dijawab dengan paradigma keteraturan, kepastian, dan ketertiban. Era kesemrawutan harus dijawab dengan paradigma kesemrawutan. Era kesemrawutan ini dilandasi oleh teori dan konsep
45 konstruktivistik; suatu teori pembelajaran yang kini banyak dianut di kalangan pendidikan di AS. Unsure terpenting dalam konstruktivistik adalah kebebasan dan keberagaman. Kebebasan yang dimaksud ialah kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan pa yang mampu dan mau dilakukan oleh si belajar. Keberagaman yang dimaksud adalah si belajar menyadari bahwa individunya berbeda dengan orang/kelompok lain, dan orang/kelompok lain berbeda dengan individunya. Alternative pendekatan pembelajaran ini bagi Indonesia yang sedang menempatkan reformasi sebagai wacana kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan hanya di bidang pendidikan, melainkan juga di segala bidang. Selama ini, wacana kita adalah behavioristik yang berorientasi pada penyeragaman yang pada akhirnya membentuk manusia Indonesia yang sangat sulit menghargai perbedaan. Perilaku yang berbeda lebih dilihat sebagai kesalahan yang harus dihukum. Perilaku manusia Indonesia selama ini sudah terjangkit virus kesamaan, virus keteraturan, dan lebih jauh virus inilah yang mengendalikan perilaku kita dalam berbangsa dan bernegara. Longworth (1999) meringkas fenomenan ini dengan menyatakan: „Kita perlu mengubah focus kita dan apa yang perlu dipelajari menjadi bagaimana caranya untuk mempelajari. Perubahan yang harus terjadi adalah perubahan dari isi menjadi proses. Belajar bagaimana cara belajar untuk mempelajari sesuatu menjadi suatu hal yang lebih penting daripada fakta-fakta dan konsep-konsep yang dipelajari itu sendiri‟. Oleh karena itu, pendidikan harus mempersiapkan para individu untuk siap hidup dalam sebuah dunia di mana masalah-masalah muncul jauh lebih cepat daripada jawaban dari masalah tersebut, di mana ketidakpastian dan ambiguitas dari perubahan dapat dihadapi secara terbuka, di mana para individu memiliki keterampilan-keterampilan yang diperlukannya untuk secara berkelanjutan menyesuaikan hubungan mereka dengan sebuah dunia yang terus berubah, dan di mana tiap-tiap dan kita menjadi pemberi arti dari keberadaan kita. Beare & Slaughter (1993) menagaskan, „Hal ini tidak hanya berarti teknik-teknik baru dalam pendidikan, tetapi juga tujuan baru. Tujuan pendidikan haruslah unutk mengembangkan suatu masyarakat di mana orang-orang dapat hidup secara lebih nyaman dengan adanya perubahan daripada dengan adanya kepastian. Dalam dunia yang akan datang, kemampuan untuk menghadapi hal-hal baru secara tepat lebih penting daripada kemampuan untuk mengetahui dang mengulangi hal-hal lama. Kebutuhan akan orientasi baru dalam pendidikan ini terasa begitu kuat dan nyata dalam berbagai bidang studi, baik dalam bidang studi eksakta maupun ilmu-ilmu social. Para pendidik, praktisi pendidikan dan kita semua, mau tidak mau harus merespon perubahan yang terjadi dengan mengubah paradigma pendidikan. Untuk menjawab dan mengatasi perubahan yang terjadi secara terus-menerus, alternative yang dapat digunakan adalah paradigmna konstruktivistik. Hakikat Pembelajaran Konstruktivistik Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur
46 kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi. Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa. Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada pebelajar. Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman social, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Degeng mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya. Aspek-aspek Pembelajaran Konstruktivistik Fornot mengemukakan aaspek-aspek konstruktivitik sebagai berikut: adaptasi (adaptation), konsep pada lingkungan (the concept of envieronmet), dan pembentukan makna (the construction of meaning). Dari ketiga aspek tersebut oleh J. Piaget bermakna yaitu adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru perngertian orang itu berkembang. Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bias jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang
47 cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidaksetimbangan (disequilibrium). Akibat ketidaksetimbangan itu maka tercapailah akomodasi dan struktur kognitif yang ada yang akan mengalami atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidaksetimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Tingkatan pengetahuan atau pengetahuan berjenjang ini oleh Vygotskian disebutnya sebagai scaffolding. Scaffolding, berarti membrikan kepada seorang individu sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu (1) siswa mencapai keberhasilan dengan baik, (2) siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan, (3) siswa gagal meraih keberhasilan. Scaffolding, berarti upaya pembelajar untuk membimbing siswa dalam upayanya mencapai keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan agar pencapaian siswa ke jenjang yang lebih tinggi menjadi optimum. Konstruktivisme Vygotskian memandang bahwa pengetahuan dikonstruksi secara kolaboratif antar individual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap individu. Proses dalam kognisi diarahkan memalui adaptasi intelektual dalam konteks social budaya. Proses penyesuaian itu equivalent dengan pengkonstruksian pengetahuan secara intra individual yakni melalui proses regulasi diri internal. Dalam hubungan ini, para konstruktivis Vygotskian lebih menekankan pada penerapan teknik saling tukar gagasan antar individual. Dua prinsip penting yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah: (1), mengenai fungsi dan pentingnya bahasa dalam komunikasi social yang dimulai proses pencanderaan terhadap tanda (sign) sampai kepada tukar menukar informasi dan pengetahuan, (2) zona of proximal development. Pembelajar sebagai mediator memiliki peran mendorong dan menjembatani siswa dalam upayanya membangun pengetahuan, pengertian dan kompetensi. Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat pembelajaran sosiakultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan social pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, funsi kognitif manusia berasal dari interaksi social masing-masing individu dalam konteks budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zona of proximal development mereka. Zona of proximal development adalah daerah antar tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang
48 didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Pengetahuan berjenjang tersebut seperti pada skema berikut Ki Hajar Dewantara. Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1972 menjadi Ki Hadjar Dewantara,; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun selanjutnya disingkat sebagai \"Soewardi\" atau \"KHD\") adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun emisi 1998 Ki Hajar Dewantara adalah tokoh dan pelopor pendidikan yang telah mendirikan sekolah Taman Siswa pada tahun 1922. Semboyan \"Tut wuri handayani\", atau aslinya: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Arti dari semboyan ini adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik) PENDIDIKAN KRISTEN Pendidikan Kristen adalah berbicara tentang aplikasi/proses yang terjadi dari lahir sampai mati atau boleh dikatakan gaya hidup orang Kristen. Pendidikan Kristen bertitik tolak dari Firman Tuhan Hosea 4:6, “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu”. Tiga tahapan dalam Pendidikan Kristen: 1. Bertumbuh Bersama Dalam Kristus. Kolo se 2:6-7, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur”. Firman Tuhan ini adalah titik berangkat untuk bertumbuh di dalam Kristus. Mari kita perhatikan Kolose 2:6a, mengatakan: “karena kamu telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita” ini adalah titik berangkat untuk hidup di dalam Tuhan. Dan ayat 6b dikatakan, “hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia” ini adalah komitmen untuk hidup di dalam Yesus dan Kolose 2:7 mengatakan,”hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan di bangun di dalam Dia, hendaklah kamu bertambah
49 teguh dalam iman sebagaimana telah diajarkan kepadamu dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur” ini adalah cara supaya iman kita teguh dan juga adalah dengan adanya berbagai-bagai pencobaan seperti Yakobus 1:3 katakan, “sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan”. Untuk bertumbuh dalam Kristus, yang pertama kita harus mempunyai komitmat atau tekad untuk meneliti Taurat Tuhan dan melakukannya serta mengajarkan Taurat Tuhan tersebut seperti yang dilakukan oleh Esra, “sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat TUHAN dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang Israel (Ezr 7:10)”. Yang kedua adalah kita harus hidup untuk Tuhan seperti yang di katakana oleh rasul Paulus kepada orang-orang Galatia: “Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus (Gal 2:19)”. “Dan Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah (Kol 3:3)”. Yang ketigs adalah untuk kita dapat bertumbuh kita harus senantiasa tinggal di dalam Tuhan dan Firman-Nya di dalam kita, seperti yang di katakan Tuhan Yesus: “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya (Yoh 5:7)”. Dan yang keempat adalah kita harus memiliki rasa takut akan Tuhan, “TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka (Maz 25:14). 2. Memberitakan Kebenaran dalam Kasih. Pendidikan Kristen di mulai dari keluarga, gereja,dan sekolah. Di mulai dari keluarga maksudnya adalah adanya mezbah keluarga, dimana nama Allah di permuliakan dan Firman Allah di ajarkan, Yosua 24:14-16 berkata: “Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!\" Lalu bangsa itu menjawab: \"Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain! Dan juga orang tua khususnya para bapak-bapak harus mengajarkan Firman Allah berulang-ulang, setiap saat kepada anak-anaknya. Seperti yang di katakan oleh Firman Tuhan: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, 6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu (Ulangan 6:4-9)”. 3. Menuju Kedewasaan Iman. Iman Kristen berbicara mengenai Pemahaman Iman, Pengakuan Iman, dan Pengalaman iman. Dan untuk menuju kepada kedewasaan iman Gereja harus mempunyai 3 kematangan, yaitu yang pertama adalah Kematangan Intelektual
50 atau yang di sebut cara berpikir yang mau di ajar/diubahkan, penulis Ezra pengatakan: “Sebab Ezra telah bertekad untuk meneliti Taurat TUHAN dan melakukannya serta mengajar ketetapan dan peraturan di antara orang Israel (Ezra 7:10)”. Dan yang kedua adalah Kematangan Emosional yaitu mencakup buah Roh, “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu (Gal 5:22-23).” Serta yang ketiga adalah Kedewasaan Rohani. Pertanda atau ciri-ciri kedewasaan Rohani adalah bahwa setiap pribadi yang sudah dewasa rohani harus dapat menghasilkan buah khususnya buah roh seperti yang di katakana Rasul Paulus kepada jemaat gi Galatia (Gal 5:22-23). Dan juga setiap pribadi yang sudah dewasa harus memiliki perubahan gaya hidup, bertumbuh dalam pengetahuan akan Allah, seperti yang di katakan oleh Paulus di dalam tulisannya kepada jemaat Kolose: “sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah (Kol 1:10). Dan juga seorang yang dewasa rohani itu adalah seorang yang memiliki kesabaran atau panjang sabar. Kolose 1:11, “dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar”. Dan yang terakhir cirri seorang yang dewasa rohani adalah seorang yang mempunyai gaya hidup yang penuh dengan ucapan syukur dan sukacita, hidup memuji Tuhan apapun situasi atau keadaan hidupnya. Jadi kesimpulannya Pendidikan Kristen adalah pelayanan menyeluruh yang mencakup tubuh, jiwa dan roh.
Search
Read the Text Version
- 1 - 50
Pages: