ANTROPOLOGI & SOSIOLOGI BUDAYA Diampu Oleh : Imanuela Rina Damanik, M.Pd SEKOLAH TINGGI TEOLOGI REAL BATAM 2019
KELOMPOK: MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN NOMOR :3 NAMA MATA KULIAH : ANTROPOLOGI & SOSIOLOGI BUDAYA KODE : BOBOT : 2 sks SEMESTER : 2 (dua) PRASYARAT : BANYAKNYA : 14 X (2 X 50 MENIT) PERTEMUAN/ WAKTU TIAP PERTEMUAN STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa memiliki pengetahuan yang memadai tentang antropologi dan sosiologi sebagai kelengkapan proses pengembangan kepribadian untuk pengabdian masyarakat, mengkritisi dan mengaplikasikannya dalam pelayanan. KOMPETENSI DASAR 1. Mampu menguraikan ruang lingkup teori dan metode antropologi dan sosiologi 2. Mampu menjelaskan proses sosial 3. Mampu menguraikan kelompok-kelompok sosial dan budaya masyarakat setempat 4. Mampu menjelaskan berbagai aspek pengetahuan teoritis tentang sosiologi 5. Mampu mengidentifikasi lembaga-lembaga kemasyarakatan dan lapisan-lapisan sosial 6. Mampu menjelaskan perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan di dalam masyarakat Indonesia 7. Mampu melakukan refleksi teologis terhadap masalah-masalah sosial. URUTAN DAN RINCIAN MATERI 1. Pengertian Ruang Lingkup Antropologi 2. Antropologi Fisik dan Antropologi Budaya 3. Hubungan antropologi dengan ilmu- ilmu sosial lainnya 4. Persamaan dan perbedaan antropologi dengan sosiologi 5. Proses sosial 6. Kelompok-kelompok Sosial 7. Kebudayaan dan Masyarakat 8. Lembaga Kemasyarakatan 9. Pelapisan-pelapisan Sosial 10. Kekuasaan dan Wewenang 11. Perubahan-perubahan Sosial dan Kebudayaan 12. Kegunaan sosiologi dalam arti luas. 13. Kegunaan sosiologi untuk memahami berbagai ragam etnis yang terdapat ditengah- tengah masyarakat Indonesia. 14. Kegunaan sosiologi untuk memahami masyarakat warga jemaat Kristen serta Gereja sebagai suatu lembaga sosial.
INDIKATOR HASIL BELAJAR 1. Mampu menjelaskan Ruang Lingkup Teori, Metode dan proses sosial 2. Mampu membedakan dan menguraikan antropologi fisik dan antropologi budaya 3. Mampu menjelaskan hubungan antropologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya 4. Mampu mengidentifikasi persamaan dan perbedaan antropologi dan sosiologi 5. Mampu menguraikan proses sosial 6. Mampu mengidentifikasi kelompok-kelompok sosial 7. Menguraikan pengertian kebudayaan dan masyarakat 8. Menganalisis fungsi dari lembaga kemasyarakatan 9. Menganilisis strata Sosial yang ada dalam masyarakat berdasar tinjauan teologis 10. Menganalisis kekuasaan dan Wewenang dari sudut iman Kristen 11. Menganalisis dampak perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan dari masyarakat, suku-suku daerah di Indonesia, masyarakat keturunan di Indonesia ( India, Tamil, Punjab, Tionghoa, Arab) 12. Menerapkan sosiologi dalam arti luas 13. Menerapkan kegunaan sosiologi untuk memahami berbagai ragam etnis yang terdapat ditengah-tengah masyarakat Indonesia. 14. Menerapkan kegunaan sosiologi untuk memahami masyarakat warga jemaat Kristen serta Gereja sebagai suatu lembaga sosial. STANDAR PROSES PEMBELAJARAN PENDEKATAN : Kolektif partisipatoris PENGALAMAN : 1. Mahasiswa mendengarkan kuliah yang disampaikan BELAJAR dosen 2. Mahasiswa mendiskusikan 3. Mahasiswa melakukan wawancara sederhana METODA : 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Simulasi TUGAS 4. Observasi : 1. Mini Riset , Paper STANDAR PENILAIAN : 1. Kehadiran : 20 % 2. Refleksi : 20 % 3. Tugas Akhir : 30 % 4. UAS : 30 % TEKNIK : TERTULIS BENTUK SOAL MEDIA : Tes Tertulis, Tes Sikap, Porto Folio, proyek, unjuk kerja : Papan Tulis / White board, , LCD, dll
SUMBER BELAJAR 1. Keluarga 2. Media elektronik (internet) 3. Narasumber, 4. Lingkunganalam, 5. Lingkungan sosial, 6. Teman di kampus 7. Teman di masyarakat setempat 8. Komunitas gereja 9. Literatur: a) Abdulsyani. (1994). Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi Aksara. Jakarta: Anggota IKAPI. b) alhada. (n.d.). Makalah Proses. Retrieved Juni 27, 2016, from http://alhada- fisip11.web.unair.ac.id/article_detail.45460. c) bangudin. (n.d.). Fungsi-dan-kontribusi-sosiolog. Retrieved Juni 28, 2016, from http://bangudin22.blogspot.co.id/2013/04/fungsi-dan-kontribusi-sosiologi-dalam.html. d) Chaerudin, & dkk. (1995). Materi Pokok IPS I. Jakarta: Universitas Terbuka. e) Churohman, M. (n.d.). Kekuasaan dan Wewenang. Retrieved Juni 27, 2016, from http://miftachr.blog.uns.ac.id/2009/10) f) Damsar. (2011). Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prehada Media Group. g) Drummond, H. (1995). Cara Merebut dan Mempertahankan Kekuasaan. Jakarta: Abdi Tandur. h) Faisal, Sanapiah, & Nur, Y. (1985). Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Usaha nasional. i) Katuuk, H. N. (n.d.). Pengantar Sosiologi dan Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Gunadarm. j) Koentjaraningrat. (1964). Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. k) Koentjaraningrat. (2002). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. l) Kohen, B. J. (1983). Sosiologi Suatu Pengantar. Pt Bina Aksara Anggota IKPI. m) Kuntowijoyo. (2005). Pengantar Llmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Pustaka. n) Maciver. (1937). Society, A Textbook of Sociology. New York: Farrar adn rinehart. o) nikeranumpratiwi. (n.d.). Kelompok Sosial. Retrieved Juni 27, 2016, from http://nikenarumpratiwi.blogspot.co.id/2013/03/kelompok-sosial.html. . p) Sajid , S. (n.d.). Fungsi-dan-peran-keragaman-sosial. Retrieved Juni 28, 2016, from http://ipsgampang.blogspot.co.id/2015/01/fungsi-dan-peran-keragaman-sosial.html. q) Siregar, L. (2008). Antropologi dan Konsep Kebudayaan. Retrieved Juni 27, 2016, from http:yuniawan.blog.unair.ac.id/files/2008/03/antokebud.pdf. r) Soekanto, S. (2013). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Wali Pers. s) Soerjono, S. (2002). Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. t) Sukardi. (2003). Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Bumi Aksara. u) Yuzzsar. (n.d.). Retrieved Juni 27, 2016, from Kekuasaan, Wewenang, dan Kepemimpinan: http://www.yuzzsar.wordpress.com/materi-ix/)
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI A. Pengertian Dasar Tentang Antropologi Dan Sosiologi B. Antropologi fisik dan antropologi budaya 1. Antropologi fisik 2. Antropologi budaya C. Hubungan antropologi dengan ilmu- ilmu sosial lainnya 1. HubunganAntropologi dengan Ilmu Sejarah 2. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Ekonomi 3. HubunganAntropologi dengan Sosiologi 4. HubunganAntropologi dengan Psikologi 5. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Politik 6. Hubungan Antropologi dengan Ilmu Geografi D. Persamaan dan perbedaan antropologi dengan sosiologi BAB III PROSES - PROSES SOSIAL A. Proses sosial Penyebab Terjadinya Proses Sosial Syarat Terjadinya Interaksi Sosial Macam-macam proses sosial B. Kelompok sosial C. Kebudayaan dan masyarakat Definisi Kebudayaan dan Masyarakat Unsur-unsur Kebudayaan Fungsi dan Hakikat Kebudayaan Bagi Masyarakat Sifat Hakikat Kebudayaan BAB IV LEMBAGA, PELAPISAN, KEKUASAAN DAN PERUBAHAN SOSIAL A. Lembaga Kemasyarakatan B. Pelapisan-pelapisan sosial (Sratifikasi sosial) C. Kekuasaaan dan wewenang D. Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan BAB V KEGUNAAN SOSIOLOGI A. Kegunaan sosiologi dalam arti luas Kegunaan Sosiologi dalam Penelitian Kegunaan Soiologi dalam Pemecahan Masalah Kegunaan sosiologi untuk memahami masyarakat eksternal dan internal gereja. B. Kegunaan sosiologi untuk memahami masyarakat warga jemaat kristen serta gereja sebagai suatu lembaga sosial. C. Kegunaan sosiologi untuk memahami berbagai ragam etnis yang terdapat ditengah- tengah masyarakat indonesia. DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah mahkluk Tuhan yang paling sempurna. Manusia juga merupakan mahkluk Sosial yang hidupnya saling membutuhkan satu sama lain. Setiap penduduk yang mendiami suatu wilayah pasti memiliki ke unikannya masing-masing mulai dari suku, adat, kebiasaan serta aturan yang berlaku serta berbeda dengan masyarakat lainnya. Indonesia sebagai Negara kepulauan yang menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika adalah Negara unik yang memiliki keanekaragaman suku dan Budaya yang berbeda tetapi tetap bersatu di tengah- tengah perbedaan tersebut. Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk manusia mulai dari fisik, tingkah laku,kebiasaan,bahasa, budaya serta susunan masyarakat, ternyata telah memberikan kita sebuah pengetahuan tentang perkembangan zaman dan fenomena kehidupan budaya dan masyarakat dari waktu ke waktu sehingga tentunya kita tidak akan pernah lupa akan sebuah perjalanan manusia dari masa lampau hingga sekarang ini. Antropologi suatu cabang ilmu sosial yang diketahui orang banyak sebagai ilmu yang mempelajari tentang kebudayaan. Padahal antropologi itu tidak hanya memepelajari atau membahas mengenai kebudayaan saja. Dalam antropologi pun banyak membahas mengenai fisik, kemasyarakatan, dan tentu saja kebudayaan. Antropologi juga merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang mengambil fokus pada studi tentang manusia dan perilaku kebudayaannya. Sebagai disiplin baru yang muncul pada paruh kedua abad ke 20, antropologi menggelar studinya untuk menguak manusia berikut periaku sosial budayanya sejak awal mula muncul di muka bumi hingga pernik budaya manusia di masa kini. Karenanya, studi-studi antropologi sangat lekat dengan kerja- kerja riset terhadap situs-situs budaya dan penelitian berbasis riset lapang. Antropologi memiliki arti penting bagi para intelektual dan aktivis dalam memahami realitas sosial kekinian dalam lanskap kebudayaan manusia. Mempelajari antropologi sama halnya dengan mempelajari posisi diri dalam persilangan kebudayaan dan sistem nilai yang ada disekitarnya. Dalam pemahaman inilah sebenarnya mempelajari antropologi sama halnya menisbatkan diri menjadi seorang peneliti atas dirinya sendiri dimana dia berpijak. Dengan demikian, menjadi seorang etnografer atau seorang antropolog sebenarnya tidak harus melalui satu fase pendidikan formal yang ketat dan panjang. Ketika kita mengambil posisi sadar bahwa hidup adalah menjadi seorang yang selalu sadar dan ”membaca” realitas yang ada dan kritis dalam penelusuran atas realitas sekitar secara jeli dan kritis, maka siapapun bisa memulai hidup sebagai seorang peneliti atau antropolog.
Manusia sebagai makhluk sosial, artinya dalam hidupnya, manusia memerlukan kerjasama dengan orang lain. Sejak manusia lahir ke dunia mereka membutuhkan bantuan dan hubungan orang lain agar mereka dapat tetap hidup (survival). Hal ini berbeda dengan beberapa makhluk lain yang dikaruniai kemampuan untuk terus hidup walaupun tanpa bantuan induknya. Manusia dalam hidup di masyarakat diharapkan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan dalam hidupnya, seperti: memudahkan dalam mencari pekerjaan, berinteraksi dengan manusia lain, dan memiliki wawasan budaya lokal daerah setempat agar tidak punah. Dalam berinteraksi di masyarakat, manusia dipengaruhi oleh nilai, aturan (norma), budaya, serta kondisi geografisnya terhadap perubahan perilakunya (dinamis). Kedinamisan merupakan salah satu ciri kehidupan masyarakat manusia. Kehidupan masyarakat manusia yang dinamis ditandai dengan perubahan-perubahan sosial dan budaya yang secara jelas dapat terlihat melalui berbagai benda hasil budaya dan aktivitas-aktivitas kehidupannya. Perubahan sosial budaya yang dialami manusia dapat dijelaskan sebagai proses penyesuaian hidup manusia dengan konstelasi yang ada, seperti yang ditegaskan oleh Gillin dan Gillin (Soekanto, 1994), perubahan sosial dapat dipandang sebagai suatu variasi dari cara- cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebutuhan materil, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penumuan baru dalam masyarakat tersebut. Perubahan yang dialami manusia bukanlah suatu penyimpangan, karena pandangan tersebut adalah suatu mitos yang perlu dihilangkan dari pandangan mengenai perubahan (Lauer, 1993). Setiap perubahan sosial selalu mencakup pula perubahan budaya, dan perubahan budaya akanmencakup juga perubahan sosial. Sosiatri merupakan ilmu sosial terapan (applied science), yang dalam pengembangannya mengandalkan realita yang terjadi di dalam masyarakat, berkaitan dengan masalah sosial yang perlu diselesaikan (pandangan awal perkembangan) dan penyesuaian kebutuhan dengan sumber daya yang ada (pandangan hasil perkembangan). Realita dalam masyarakat yang terus mengalami perubahan memiliki dimensi perubahan sosial. Sementara itu, secara keilmuan, pengembangan kajian, penelitian, dan teori- teori baru juga dituntut dari sosiatri, baik melalui hasil kerja lapangan (penelitian dan proyek sosiatri), maupun melalui berbagai kegiatan seminar dan diskusi. Aktivitas ilmiah mempermudah perubahan budaya. Inovasi baru di bidang keilmuan memperoleh ruang dan kesempatan formal. Kajian perubahan dalam sosiatri dapat dipadukan dengan konsep paradigma dari Khun (Ritzer, 1991).
BAB II ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI A. Pengertian Dasar Tentang Antropologi Dan Sosiologi Antropologi adalah semua hal tentang manusia, dan merupakan tanggung jawab antropologi untuk menjelaskan semua cerita tentang manusia, dari segi yang baik maupun dari segi yang buruk. Antropologi tidak hanya terpaku pada sebagian kelompok orang tetapi mencakup semua manusia, bukan hanya dari satu aspek melainkan dari segala aspek.1 Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti \"manusia\" atau \"orang\", dan logos yang berarti \"kajian, diskusi, atau ilmu. Ilmu pengetahuan antropologi mengkaji manusia dalam bermasyarakat, berperilaku dan berkebudayaan untuk membangun masyarakat itu sendiri.\" Objek dari antropologi adalah manusia di dalam suatu masyarakat suku bangsa, kebudyaan, dan perilakunya.2 Sedangkan kata atau istilah ”sosiologi” pertama-tama muncul dalam salah satu jilid karya tulis Auguste Comte (1978 – 1857) yaitu di dalam tulisannya yang berjudul ”Cours de philosophie Positive.” Oleh Comte, istilah sosiologi tersebut disarankan sebagai nama dari suatu disiplin yang mempelajari ”masyarakat” secara ilmiah. Dalam hubungan ini, ia begitu yakin bahwa dunia sosial juga ”berjalan mengikuti hukum-hukum tertentu” sebagaimana halnya dunia fisik atau dunia alam.3 Secara etimologis sosiologi berasal dari kata latin “socius” dan kata Yunani “logos”. “Socius” berarti kawan, sahabat, sekutu, rekan, masyarakat. “logos” berarti ilmu. Jadi sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat.4 Dari segi isi, banyak ahli sosiologi mengemukakan berbagai definisi sosiologi dan pasti berbeda sosiolog berbeda pula cara pandangnya, sehingga menimbulkan perbedaan pendapat dan perbedaan pemahaman. Dalam pembahasan pengertian sosiologi ini, penyusun mencoba memaparkan suatu perbedaan pandangan dan pemahaman tentang pengertian sosiologi menurut para sosiolog dibawah ini, yang bisa mempengaruhi kita dalam melihat realitas pendidikan dalam sudut pandang sosiologi: 1. David B. Brinkerhoft dan Lynn K. White Brinkerhoft dan White (1989: 4) berpendapat bahwa sosiologi adalah studi sistematik tentang interaksi sosial manusia. Interaksi sosial disini diartikan sebagai suatu tindakan timbal 1 Leonard Siregar, “Antropologi dan Konsep Kebudayaan”, Blog UNAIR, diakses dari http://yuniawan.blog.unair.ac.id/files/2008/03/antokebud.pdf, tanggal 27 Juni 2016, pukul 12.43 2 Definisi/Pengertian Antropologi, Objek, Tujuan, dan Cabang Ilmu Antropologi”, diakses dari http://organisasi.org/definisi-pengertian-antropologi-objek-tujuan-dan-cabang-ilmu-antropologi, tanggal 27 Juni 2016, 12.45 3 Faisal, Sanapiah dan Yasik, Nur, Sosiologi Pendidikan, (Surayaba: Usaha Nasional, 1985), hal. 11 4 Chaerudin, dkk, Materi Pokok Pendidikan IPS 1, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), hal 67
balik antara dua orang atau lebih melalui suatu kontak dan komunikasi. Kontak merupakan tahap awal dari terjadinya interaksi sosial. Kontak berasal dari bahasa latin, yaitu con atau cum dan tango. Con berarti bersama-sama, sedangkan tango bermakna menyentuh. Jadi, arti harfiah dari kontak adalah bersama-sama menyentuh. Kontak yang dimaksud bisa verbal dan non verbal. Sedangkan komunikasi diserap dari bahasa Inggris, communication, berakar dari perkataan bahasa Latin, yaitu communico berarti membagi, communis bermakna membuat kebersamaan, communicare yang artinya berunding atau bermusyawarah, atau communination yang maknanya pemberitahuan, penyampaian atau pemberian. Dari pengertian kata ini, komunikasi dapat dipahami sebagai suatu proses penyampa- ian informasi timbal balik antara dua orang atau lebih. Informasi yang disampaikan dapat berupa kata-kata, gerak tubuh atau simbol lainnya yang memiliki makna. Makna dari suatu kata, gerak tubuh atau simbol lainnya, menurut Herbert Blumer, berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. Seperti kontak, komunikasi juga bisa berupa verbal dan non verbal. Jadi syarat terjadinya interaksi sosial adalah kontak dan komunikasi. Definisi sosiologi dari Brinkerhoft dan White diatas, menempatkan manusia sebagai manusia yang aktif kreatif. Manusia adalah sebagai pencipta terhadap dunianya sendiri. Proses penciptaan ini berlangsung dalam hubungan interpersonal. Oleh karena itu, sosiologi yang dikembangkan lewat definisi ini ialah sosiologi mikro. 2. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt Horton dan Hunt (1987: 3) berpandangan bahwa sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat. Mereka mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah mandiri, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok ini. Sedangkan, menurut P.L. Bergert, masyarakat merupakan suatu keseluruhan kompleks hubungan yang luas sifatnya. Maksud keseluruhan kompleks hubungan yaitu terdapat bagian- bagian yang membentuk kesatuan. Bagian-bagian dalam masyarakat adalah hubungan sosial, seperti:nhubungan antarjenis kelamin, antar-usia, antar dan interkeluarga dan hubungan perkawinan. Keseluruhan hubungan sosial ini dikenal dengan masyarakat. Masyarakat, berdasarkan definisi Bergert, dilihat sebagai sesuatu yang menunjuk sistem interaksi. Dari definisi sosiolog diatas maka jelaslah, defenisi Horton dan Hunt lebih menekankan aspek ruang dan kuantitas. Sedangkan Berger lebih menekankan aspek kualitas dan konstruktif.5 5Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prehada Media Group, 2011), Hlm. 1-8
Antropologi bertujuan untuk lebih memahami dan mengapresiasi manusia sebagai spesies homo sapiens dan makhluk sosial dalam kerangka kerja yang interdisipliner dan komprehensif. Oleh karena itu, antropologi menggunakan teori evolusi biologi dalam memberikan arti dan fakta sejarah dalam menjelaskan perjalanan umat manusia di bumi sejak awal kemunculannya. Antropologi juga menggunakan kajian lintas-budaya (Inggris cross-cultural) dalam menekankan dan menjelaskan perbedaan antara kelompok-kelompok manusia dalam perspektif material budaya, perilaku sosial, bahasa, dan pandangan hidup (worldview). Dengan orientasinya yang holistik, antropologi dibagi menjadi empat cabang ilmu yang saling berkaitan, yaitu: antropologi biologi, antropologi sosial budaya, arkeologi, dan linguistik. Keempat cabang tersebut memiliki kajian-kajian konsentrasi tersendiri dalam kekhususan akademik dan penelitian ilmiah, dengan topik yang unik dan metode penelitian yang berbeda. Antropologi lahir atau berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa pada ciri-ciri fisik, adat istiadat, dan budaya etnis-etnis lain yang berbeda dari masyarakat yang dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, memiliki ciri fisik dan bahasa yang digunakan serupa, serta cara hidup yang sama. Pengertian Antropologi menurut para ahli David Hunter: Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia. Koentjaraningrat: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. William A. Haviland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. B. Antropologi fisik dan antropologi budaya B.1 Antropologi fisik Antropologi fisik adalah bagian dari ilmu antropologi yang mempelajari pengertian tentang sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya, yang memakai sebagai bahan penelitiannya ciri-ciri tubuh, baik yang lahir (fenotip) seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh, maupun yang dalam (genotip), seperti frekuensi golongan darah dan sebagainya.
Manusia di muka bumi ini dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan tertentu berdasarkan atas persamaan mengenai beberapa ciri tubuh. Adapun ciri-ciri tubuh itu terdapat pada sebagian besar dari individu-individunya, walaupun tiap individu memiliki ciri-ciri tubuh yang berbeda-beda. Kelompok manusia seperti itu dalam ilmu antropologi disebut ras. Pengertian terhadap aneka warna dari ras-ras di dunia itu dicapai oleh para sarjana, terutama dengan menjalankan berbagai metode klasifikasi terhadap aneka warna itu. Bagian dari ilmu antropologi sering disebut antropologifisik dalam arti khusus atau Somatologi. Antropologi fisik berkembang pesat dengan melakukan penelitian-penelitian terhadap asal mula dan perkembangan manusia. Berdasarkan tulisan Darwin ”The Origin of Species”, manusia asalnya monyet, karena makhluk hidup mengalami evolusi. Antropologi ingin membuktikan dengan melakukan berbagai penelitian terhadap kera dan monyet di seluruh dunia. Antropologi fisik mempelajari manusia dari segi biologi misalnya, bentuk tubuh, warna rambut, warna kulit, dan lainnya. Adapun ilmu yang termasuk Antropologi fisik yaitu: a. Paleontologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang asal-usul manusia dan evolusi manusia dengan meneliti fosil b. Somatologi, yaitu ilmu yang mempelajari keberagaman ras manusia dengan cirri-ciri fisik. Contoh : 1) Dengan melakukan pengamatan mengenai perbedaan fisik orang dari ras Mongoloid dengan orang ras Negroid. Penelitian dan pengamatan yang dilakukan dengan melihat perbedaan ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh masing-masing ras, antara lain dilihat dari warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh, maupun yang dalam (genotipik), seperti frekuensi golongan darah dan sebagainya. 2) Seseorang peneliti ingin membuat suatu descriptive integration dari kebudayaan suku bangsa Ngada di Flores Tengah, ia mengumpulkan bahan tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan orang Ngada sekarang, tetapi di samping itu ia juga memperhatikan fosil- fosil yang terdapat di Flores. Dan ia memperhatikan ciri-ciri ras orang Ngada dan suku- suku bangsa lain di sekitarnya, di Flores, ia juga mengolah ke dalam bahannya, artefak- artefak yang digali atau ditemukan di daerah Flores Tengah. Dengan mengolah menjadi satu semua bahan itu, ia mencoba mencapai pengertian tentang asal mula dan sejarah perkembangan dari suku bangsa Ngada. B.2 Antropologi budaya Istilah antropologi budaya terdiri dari dua patah kata yaitu: antropolgi dan budaya atau kebudayaan. Istilah Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia ; dan logos
yang berarti ilmu atau teori. Jadi Istilah antropologi berarti ilmu tentang manusia. Ilmu, Antropologi atau ilmu tentang manusia ini dapat dibagi – bagi lagi menjadi dua anak cabang yaitu: antropologi ragawi (fisik) dan antropologi budaya. Antropologi ragawi mempelajari raga atau segi – segi jasmani manusia. Sedangkan Antropologi budaya mempelajari segi – segi kebudayaan manusia. Antropologi budaya sendiri dibagi lagi menjadi tiga anak cabang ilmu, yaitu etnolinguistik, prehistori dan etnologi. Kebudayaan berhubungan dengan kebudayaan manusia itu sendiri. Segi – segi tersebut masing – masing menjadi obyek khusus yang dipelajari atau diselidiki oleh ilmu tertentu. Sedangkan manusia dengan segala seginya tersebut merupakan obyek umum yang dipelajari atau diselidiki berbagai ilmu. Jadi yang membedakan antropologi budaya dari ilmu lain yang juga mempelajari masalah manusia, ialah obyek khusus yang diselidikinya. Antropologi budaya yang obyek khusus penyelidikannya ialah kebudayaan juga perlu mengetahui anak – anak cabang ilmunya. Bahkan antropologi budaya dengna anak–anak cabang ilmunya itu juga harus berhubungan dengan ilmu–ilmu lain seperti sosiologi,sejarah, ilmu hukum, geografi,ekologi dan sebagainya. Kegunaan antropolgi budaya adalah untuk menunjukkan perbedaan dan persamaan dalam berbagai hal yang terdapat pada berbagai suku bangsa atau bangsa di dunia ini. Dalam kehidupan sehari – hari kita dapat dengan mudah melihat hal – hal yang berbeda sedangkan hal – hal yang sama atau bersamaan sulit atau bhkan tidak dapat diketahui. Antropolgi budaya juga dapat membantu membentuk kehidupan bersama yang bersahabat antara berbagai suku bangsa di dunia ini,selain itu Antropolgi budaya dapat membantu pembangunan masyarakat pedesaan,dapat membantu membantu memajukkan suku bangsa – suku bangsa yang masih hidup terasing di daerah – daerah pedalaman dan banyak ketinggalan dalam berbagai hal. Adapun ilmu yang termasuk Antropologi fisik yaitu : a. Prehistori, yaitu ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan budaya manusia mengenai tulisan b. Etnolinguistik antrologi, yaitu ilmu yang mempelajari suku-suku bangsa yang ada di dunia c. Etnologi, yaitu ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam kehidupan masyarakat suku bangsa yang ada di dunia
d. Etnopsikologi, yaitu yang mempelajari kepribadian bangsa seta peranan individu kepada bangsa dalam proses perubahan adapt-istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada konsep psikologi. B.3 Antropologi terapan, seperti antropologi politik, antropologi kesehatan, antropologi ekonomi, dan sebagainya.6 Antropologi Terapan\" adalah \"antropologi\" yang langsung diaplikasikan karena dibutuhkan untuk keperluan tertentu.\"Antropologi terapan\" mengkaji atau berhubungan dengan budaya-budaya dan kelompok sosial yang hidup pada masa kini (living cultures and contemporary peoples). Studi \"Antropologi terapan\" adalah berkenaan dengan kebutuhan dan masalah nyata yang dihadapi kelompok sosial tersebut pada masa kini, \"Antropologi terapan\" merupakan cabang \"Antropologi\"yang muncul untuk menjawab tantangan zaman. \"Antropologi terapan\" ini diadakan untuk langsung diaplikasikan sesuai situasi dan kondisi. Dan \"Antropologi terapan\" adalah bagian dari \"antropologi\" budaya. \"Antropologi\" budaya itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. B.4 Fase-fase Perkembangan Antropologi7 Fase Pertama (Sebelum 1800) Pada fase ini, masyarakat pribumi yang ada di Asia, Afrika,dan Amerika mulai didatangi oleh bangsa Eropa sejak akhir abad ke-15. Pada masa itu mulai terkumpul suatu besar himpunan buku-buku kisah perjalanan, laporan, dan sebagainya yang ditulis oleh para musafir, pendeta, pelaut, ataupun pegawai pemerintah. Bahan-bahan deskripsi itu kemudian disebut sebagai etnografi, atau deskripsi tentang bangsa-bangsa. Isi dari deskripsi itu terkesan aneh di mata orang Eropa, namun hal itu amat menarik perhatian kalangan terpelajar di Eropa Barat di abad ke-18. Dalam pandangan orang eropa, timbul tiga macam sikap, yaitu: 1. Sebagian orang Eropa menganggap bangsa-bangsa pribumi itu adalah manusia liar, turunan iblis, dan sebagainya. Sehingga timbul istilah savages, dan primitives, sebutan bagi penduduk asli di Asia, Afrika, dan Amerika. 2. Sebagian orang Eropa menganggap bahwa manusia dari tanah Asia, Afrika, dan Amerika itu adalah contoh dari manusia murni, yang belum kemasukan hasutan kejahatan dan keburukan yang sudah terjadi di Eropa. 6Ibid 7 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: RINEKA CIPTA, 2002), hal.1-6
3. Sebagian orang Eropa tertarik dengan adapt-istiadat yang aneh, dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan dari suku-suku bangsa primitive tersebut. Kumpulan itu kemudian dihimpun menjadi satu dan diperlihatkan kepada umum (museum). Fase Kedua (Pertengahan Abad ke-19) Ketika sekitar tahun 1860 ada beberapa karangan yang mengklasifikasikan bahan- bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat evolusi, lahirlah antropologi. Ilmu itu bersifat akademis. Mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud mendapatkan pengertian mengenai tingkat-tingkat kuno dalam sejarah dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia di muka bumi. Fase Ketiga (Permulaan abad 20) Dalam fase ini, ilmu antropologi menjadi sangat penting. Orang-orang Eropa mempelajari kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintak colonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang masyarakat kini yang kompleks. Fase Keempat (sesudah 1930) Ilmu antropologi mengalami masa perkembangan yang paling luas, baik mengenai bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai ketajaman metode-metode ilmiahnya. Pokok atau sasaran para ahli antropologi tidak lagi hanya suku- suku bangsa primitive yang ada di luar benua Eropa, melainkan juga daerah di pedesaan pada umumnya, ditinjau dari sudut anekawarna fisiknya, masyarakatnya, serta budayanya. B.5 Metode Ilmiah dari Antropologi8 Pengumpulan fakta Tingkat ini adalah pengumpulan fakta mengenai kejadian dan gejala masyarakat dan kebudayaan yang pengelolaannya dilakukan secara ilmiah. Aktifitas pengumpulan fakta ini terdiri dari berbagai metode: observasi, mencatat, mengolah, dan melukiskan fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat. Pengumpulan fakta dapat digolongkan dalam tiga golongan: 1. Penelitian lapangan 2. Penelitian di laboraturium 3. Penelitian dalam perpustakaan. Penentuan Ciri-ciri Umum dan Sistem Hal ini adalah tingkatan dalam cara berpikir ilmiah yang bertujuan untuk menentukan ciri-ciri umum dan sistem dalam himpunan fakta yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Tingkat ini menimbulkan metode-metode yang hendak mencari ciri-ciri yang sama, yang umum, dalam anekawarna fakta dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan umat manusia. 8 Ibid
Prosese berpikir berjalan secara induktif, dari pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta khusus dan konkret, ke arah konsep-konsep mengenai ciri-ciri umum yang lebih abstrak (ringkas). C. Hubungan antropologi dengan ilmu- ilmu sosial lainnya C.1 HubunganAntropologi dengan Ilmu Sejarah Lebih menyerupai hubungan ilmu arkeologi dengan antropologi. Antropologimemberi bahan prehistori sebagai pangkal bagi tiap penulis sejarah dari tiap bangsa didunia. Selain itu banyak persoalan dalam historiografi dari sejarah suatu bangsa dapatdipecahkan dengan metode antropologi. Konsep- konsep tentang kehdupan masyarakatyang dikembangkan oleh antropologi dan ilmu- ilmu sosial lainnya akan memberi pengertianbanyak kepada seorang ahli sejarah untuk mengisi latar belakang dari peristiwa politikdalam sejarah yang menjadi objek penelitiannya. Demikian juga sebaliknya bagi para ahliantropologi jelas memerlukan sejarah terutama sekali sejarah dari suku- suku bangsa dalamdaerah yang didatanginya. Terkadang latar belakang suatu peristiwa sejarah sulit diketahui hanya dari fakta-fakta yang ada di lapangan. Kosep-konsep tentang kehidupan masyarakat yang terjadi saat peristiwa sejarah berlangsung, yang dikaji melalui pendekatan antropologi akan memberi pengertian banyak bagi seorang sejarahwan untuk mengetahui latar belakang peristiwa tersebut. Selain itu banyak peristiwa sejarah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan antropologi. Misalnya saja dalam mengkaji sistem kepercayaan, Folklore dan sejarah local dalam suatu masyarakat.9 Antropolog juga sangat memerlukan sejarah, terutama untuk menganalisa tentang kebudayaan suatu suku bangsa. Seorang antropolog terkadang menggunakan metode-metode sejarah untuk merekontruksi sejarah dari rangkaian permasalahan yang timbul dalam kebudayaan. Misalnya saja untuk menganalisa sebuah masyarakat yang mengalami pengaruh dari kebudayaan luar. Seorang antropolog harus mengetahui asal dari pengaruh tersebut dan bagaiaman proses masuknya kebudayaan asing tersebut. C.2 Hubungan Antropologi dengan Ilmu Ekonomi Kekuatan, proses dan hukum-hukum ekonomi yang berlaku dalam aktivitaskehidupan ekonominya sangat dipengaruhi system kemasyarakatan, cara berpikir pandangan dan sikap hidup dari warga masyarakat. Seorang ahli ekonomi yang akanmembangun perekonomiannya itu tentu akan memerlukan bahan komparatif mengenaimisalnya sikap terhadap kerja, sikap terhadap kekayaan, system gotong royong dansebagainya yang menyangkut bahan komparatif tentang berbagai unsur dari system kemasyarakatan. Untuk pengumpulan keterangan komparatif tersebut ilmu antropolgimemiliki manfaat yang tinggi bagi seorang ekonomi. 9 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu sejarah, (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2005),hal 120
C.3 HubunganAntropologi dengan Sosiologi Objek kajian sosiologi adalah masyarakat manusia terutama dari sudut hubunganantar manusia dan proses-proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.Dalam antropologi budaya mempelajari gambaran tentang perilaku manusia dan kontekssosial budayanya. C.4 HubunganAntropologi dengan Psikologi Psikologi pada hakikatnya mempelajari perilaku manusia dan proses-proses mentalnya. Psikologi pun membahas faktor-faktor penyebab perilaku manusia secara internal, seperti motivasi, minat, sikap, konsep diri dan lain- lain. Sedangkan dalam antropologi khususnya antropologi budaya lebih bersifat faktor eksternal yaitu lingkungan fisik, lingkungan keluarga dan lingkungan sosial dalam arti luas. Kedua unsur itu saling berinteraksi satu sama lain yang menghasilkan suatu kebudayaan melalui proses belajar. Dengan demikian keduanya memerlukan interaksi yang intens untuk memahami pola-pola budaya masyarakat tertentu secara bijak. C.5 Hubungan Antropologi dengan Ilmu Politik Penting halnya jika seorang ahli ilmu politik harus meneliti ataupun menganalisis kekuatan- kekuatan politik di Negara- Negara yang sedang berkembang agar dapatmemahami latar belakang dan adat istiadat dari suatu suku bangsa tertentu maka metode analisis antropologi menjadi penting bagi seorang ahli ilmu politik untuk mendapat pengertian tentang tingkah laku dari partai politik yang ditelitinya. C.6 Hubungan Antropologi dengan Ilmu Geografi Diantara berbagai macam bentuk hidup di bumi yang berupa flora dan fauna itu, terdapat sifatnya yang beraneka ragam di muka bumi ini. Disinilah antropologi berusaha menyalami keanekaragaman manusia jika dilihat dari ras, etnis maupun budayanya. Begitupun sebaliknya, seorang sarjana antropologi sangat memerlukan ilmu geografi karena tidak sedikit masalah-masalah manusia baik fisik maupun kebudayaannya tidak lepas dari pengaruh lingkungan alamnya. D. Persamaan dan perbedaan antropologi dengan sosiologi Seperti telah dikemukakan terdahulu, kehidupan manusia di masyarakat atau manusia dalam konteks sosialnya, meliputi berbagai aspek. Salah satu aspek yang bermakna dalam kehidupan manusia yang juga mencirikan kemajuannya adalah kebudayaan. Kebudayaan, akar katanya dari buddayah, bentuk jamak dari Buddhi yang berarti budi dan akal. Kata buddhayah atau buddhi itu berasal dari bahasa sansekerta. Dengan demikian, kebudayaan itu dapat diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan budi atau akal.
Mengenai kebudayaan ini,dapat disimak dari beberapa konsep dari beberapa pakar antara lain C.A Ellwood mengungkapkan: Kebudayaan adalah norma kolektif semua pola prilaku ditransparansikan secara sosial melalui simbol-simbol, dari sini tiap unsur semua kemampuan kelompok umat manusia yang karakteristik, yang tidak hanya meliputi bahasa, peralatan, industri, seni, ilmu, hukum, pemerintahan, moral, dan keyakinan-keyakinan saja, melainkan meliputi juga peralatan material atau artefak yang merupakan penjelmaam kemampuan budaya yang menghasilkan pemikiran yang berefek praktis dalam bentuk bangunan, senjata, mesin, media komunikasi, perlengkapan seni, dsb. Tidak ada kelompok umat manusia yang memiliki maupun yang tidak memiliki bahasa, tradisi, kebiasaan, dan kelembagaan. Kebudayaan itu bersifat universal yang merupakan ciri yang berkarakteristik masyarakat manusia. Konsep yang dikemukakan oleh Ellwood di atas sangat jelas dan gamblang bahwa kebudayaan itu hanya menjadi milik otentik manusia. Dari konsep tadi, tercermin pula konsep-konsep dasar antropologi yang melekat pada kehidupan manusia. Namun demikian, konsep-konsep dasar itu akan diketengahkan kembali secara lebih lengkap. Konsep-konsep dasar itu meliputi: 6. Norma 1. Kebudayaan 7. Lembaga 2. Tradisi 8. Seni 3. Pengetahuan 9. Bahasa 4. Ilmu 10. Lambang 5. Teknologi Tradisi adalah kebiasaan-kebiasaan yang terpolakan secara budaya dimasyarakat. Kebiasaan yang dikonsepkan sebagai tradisi ini karena telah berlangsung secara turun- temurun, sukar untuk terlepas dari masyarakat. Namun demikian, karena pengaruh komunikasi dan informasi yang terus-menerus melanda kehidupan masyarakat, tradisi tadi mengalami pergeseran. Paling tidak berubah bila dibandingkan dengan maksud semula dalam konteks budaya masa lampau. Tata upacara tertentu di masyarakat yang semula bernilai ritual kepercayaan, pada saat ini tata upacara itu masih dilakukan, namun nilainya tidak lagi sebagai suatu bentuk ritual, melainkan hanya dalam upaya untuk mempertahankan silaturrahmi, bahkan hanya sebagai hiburan. Dalam lingkup antropologi dan kebudayaan, pengetahuan, ilmu dan teknologi merupakan konsep dasar yang terkait dengan budaya belajar.Tiga konsep dasartersebut saat ini biasa dijadikan satu sebagai IPTEK. Penyatuan tiga konsep tersebut sangat beralasan, karena ketiganya sangat erat satu sama lain. Jika pengetahuan merupakan kumulasi dari pengalaman dan hal-hal yang kita ketahui, sedangkan ilmu merupakan pengetahuan yang
telah tersistematisasikan (tersusun) yang berkarakter tertentu sesuai dengan objek tertentu sesuai dangan objek yang dipelajari, ruang lingkup telaahnya, dan metode yang dikembangkan serta diterapkannya. Pengetahuan yang menjadi bidang ilmu, sifatnya masih acak.Adapun penerapan ilmu dalam kehidupan untuk memanfaatkan sember daya bagi kepentingan manusia, itulah yang disebut teknologi. Dengan mengetahui kondisi tiap kelompok masyarakat termasuk tradisi, kebiasaan dan kemampuan IPTEKnya, kita semua akan mampu memahami dan menghargai keadaan masyarakat yang bagaimanapun dan dimanapun. Konsep lain yang memegang peranan kunci dalam kehidupan masyarakat dan budaya adalah nilai serta norma. Nilai dan norma sangat erat kaitannya , namun demikian memiliki perbedaan yang mendasar. Dalam alam fikiran manusia sebagai anggota masyarakat melekat apa yang dikatakan baik dan buruk, sopan dan tidak sopan, tepat dan tidak tepat, salah dan benar dan sebagainya. Hal itu semua merupakan nilai yang mengatur, membatasi, dan menjaga keserasian hidup bermasyarakat orang yang tidak sopan dengan orang tua, orang yang di tuakan dan orang yang lebih tua, di katakana bahwa orang yang bersangkutan tidak tahu nilai. Dalam tindakan, perilaku dan perbuatan, seseorang selalu sesuai dengan tradisi, kebiasaan dan aturan-aturan yang berlaku. Orang tersebut dikatakan mengetahui nilai dan berpegang pada nilai yang berlaku. Sedangkan norma, lebih mengarah pada ukuran dan aturan kehidupan yang berlaku di masyarakat. Selanjutnya, Koentjaraningrat mencontohkan juga pranata yang berfungsi memenuhi keperluan kekerabatan yaitu perkawinan, tolong-menolong, sopan santun, pergaulan antar kerabat dan sebangsanya. Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan matapencaharian, yaitu pertanian, peternakan, industry, perdagangan dsb. Bahasa sebagai suatu konsep dasar, memiliki pengertian konotatif yang luas.Bahasa sebagai suatu konsep, bukan hanya merupakan suatu rangkaian kalimat tertulis atupun lisan, melainkan pengertiannya itu lebih jauh dari pada hanya sekedar rangkaian kalimat.Bahasa sebagai suatu konsep, meliputi pengertian sebagai bahasa anak, remaja, bahasa orang dewasa, bahasa bisnis dsb. Namun demikian, makna dan nialai bahasa sebagai suatu konsep terletak pada kedudukannya sebagai alat mengungkapkan perasaan, fikiran dan komunikasi dengan pihak atau orang lain. Bahasa merupakn alat untuk saling mengerti bagi berbagai pihak sehingga mampu mengembangkan hidup dan kehidupan ketingkat atu taraf yang lebih sejahtera.Tidak justru menjadi alat untuk menyengsarakan masyarakat.
Konsep dasar antropologi juga membicarakan lambang sebagai konsep dasar.Sesungguhnya, bahasa itu juga merupakan lambang bagi kita manusia, di mana ungkapan bahasa mencirikan bangsa, Pada ungkapan itu tercermin bahwa bahasa menjadi lambang bagi suatu bangsa. Hal tersebut dapat di tafsirkan bahwa bangsa yang bahasa dan tutur katanya baik, mencerminkan bahwa bangsa tersebut juga termasuk bangsa yang baik.Lambang-lambang selanjutnya seperti, bendera bagi suatu bangsa, tanda pangkat dan tanda jabatan bagi suatu angkatan, monument bagi suatu kelompok masyarakat atau bangsa. Semua itu mempunyai makna masing-masing. Contoh mengenai tanda pangkat dan jabatan, nilainya itu tidak terletak pada tanda tersebut, melainkan melambangkan kepemimpinan, kewibawaan, kehormatan atau penghargaan.Demikianlah makna lambang dalam kehidupan berbudaya dan bermasyarakat. D.1 Konsep Dasar Sosiologi Ada beberapa konsep yang diuraikan dalam sosiologi yaitu masyarakat, individu, hubungan dan fakta sosial. Untuk itu, akan dijelaskan konsep-konsep tersebut satu persatu menurut Peter L. Berger, yaitu: A. Masyarakat: Defenisi masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Oleh karena itu, Berger mendefenisikan juga masyarakat sebagai “yang menunjukkan pada suatu sistem interaksi, atau tindakan yang terjadi paling kurang antara dua orang yang saling mempengaruhi perilakunya” B. Individu: Individu menunjuk pada subjek yang melakukan sesuatu, memiliki pikiran, kehendak, memiliki kebebasan, memberim arti pada sesuatu, mampu menilai tindakan DNA hasil tindakannya. Intinya, individu merupakan subjek yang bertindak (actor). C. Hubungan Individu dan Masyarakat: Pengertian hubungan disini berarti bahwa kedua kenyataan, yaitu subjektif dan objektif saling menentukan, yang satu tidakm ada tanpa yang lain. D. Fakta Sosial: Fakta sosial bias juga disebut fenomena sosial atau realitas sosial yang merupakan suatu kekuatan yang menekan individu dari luar, memaksanya untuk berbuat sesuai dengan fakta sosial. D.2 Objek Kajian Antropologi dan Sosiologi Objek study sosiologi adalah masyarakat, dengan focus hubungan antar manusia dan proses sebab akibat yang timbul dari hubungan antar manusia tersebut. Objek studi antropologi meliputi pengkajian tentang antropologi budaya yang mempelajari sejarah kebudayaan manusia dimasa purbakala, perkembangan bahasa,
serta perilaku dan kebudayan berbagai masyarakat di dunia, dan antropologi ragawi atau fisik yang mempelajari evolusi, ras, serta perkembangan perilaku makhluk primata yang mencakup manusia. D.3 Perbedaan dan Persamaan Antropologi Dengan Sosiologi Perbedaan antara antropologi dan sosiologi dapat ditinjau dari 3 sudut pandangan, yaitu: 1. Kedua ilmu tersebut mempunyai asal mula dan sejarah perkembangan yg berbeda Ilmu antropologi dimulai sebagai himpunan bahan keterangan tentang masyarakat dan kebudayaan penduduk pribumi di daerah luar Eropa untuk menjadi suatu ilmu khusus karena kebutuhan masyarakat Eropa untuk mendapat pengertian tentang tingkatan-tingkatan permulaan dalam sejarah dan perkembangan masyarakat dan kebudayaannya sendiri. Sebaliknya, sosiologi dimulai sebagai suatu filsafat yang menjadi suatu ilmu filsafat yang menjadi ilmu khusus karena krisis masyarakat Eropa menyebabkan orang eropa memerlukan suatu ilmu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai azas-azas masyarakat dan kebudayaannya sendiri. 2. Asal mula sejarah yang berbeda menyebabkan adanya suatu perbedaan peng- khususan kepada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu tersebut. Sejarah perkembangan ilmu antropologi telah menyebabkan bahwa ilmu ini sejak awal hingga sekarang terutama kepada pokok kajian dalam berbagai masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup diluar kebudayaan bangsa Eropa dan AS. Sebaliknya sosiologi sejak awal telah menyebabkan ilmu ini hingga kini ditujukan kepada objek penelitian dalam masyarakat dan kebudayaan serta bangsa-bangsa yang hidup dalam lingkungan kebudayaan Eropa-AS, walaupun sekarang telah ada orientasi yang juga memfokus objeknya pada masyarakat pribumi diluar bangsa Eropa-AS. Dan untuk masa sekarang perbedaan tersebut telah memudar mengingat adanya kecenderungan analisis dan penelitian terbalik, yaitu yang semula sosiologi terkesan seolah penelitian kota, mengarah kepada pedesaan sehingga muncul disiplin ilmu sosiologi pedesaan. Dan antropologi yang semula lebih kepada daerah pedesaan sekarang telah merambah ke masyarakat perkotaan. 3. Metode ilmiah dari antropologi sosial dan sosiologi. Antropologi memiliki pengalaman yang lama dalam penelitian kebudayaan suku-suku bangsa. Pengalaman meneliti masyarakat dalam skala kecil ini telah memberikan kesempatan kepada para ahli antropologi untukmengembangkan berbagai metode penelitian yang bersifat mendalam, seperti misalnya metode wawancara. Dengan demikian kerangka analisisnya menggunakan pola kualitatif.
Sebaliknya, ilmu sosiologi lebih memusatkan perhatiannya pada unsure-unsur dan gejala khusus dalam masyarakat dengan menganalisis kelompok-kelompok sosial yang bersifat khusus saja, hubungan antara kelompok-kelompok atau individu atau proses yang terdapat dalam kehidupan suatu masyarakat. Jadi sosiologi banyak menggunakan metode penelitian yang bersifat penelitian meluas, seperti menggunakan metode angket dengan kerangka analisis kualitatif. D.4 Persamaan antara Antropologi dan Sosiologi 1. Baik Antropologi dan Sosiologi adalah dua ilmu yang masing-masing dapat diterapkan pada masa lalu ataupun masa kini. 2. Bertujuan untuk mencapai pengertian tentang azas-azas hidup masyarakat dan manusia pada umumnya. Antropologi dan Sosiologi adalah objek ilmu manusia. Antropologi mempelajari budaya dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, ciri fisiknya, adat istiadat dan kebudayaan. Sedangkan sosiologi lebih menitik beratkan pada manusia dan hubungannya. Walaupun demikian, antropologi dan sosiologi memiliki persamaan yang sangat signifikan, yaitu bertujuan untuk mencapai pengertian tentang azas-azas hidup masyarakat dan hidup manusia pada umumnya.
BAB III PROSES-PROSES SOSIAL A. Proses sosial Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu yang sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat.Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. A.1. Penyebab Terjadinya Proses Sosial Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial. Selain itu interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, kelompok dengan kelompok atau orang perorangan dengan kelompok. Interaksi sosial telah terjadi karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi social (yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas- aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi anatara kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok. Interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi terhadap dua belah pihak. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila
manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem interaksinya. Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor: Imitasi: Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku Sugesti: Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Identifikasi: Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Simpati: Sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. A.2. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.Dua Syarat terjadinya interaksi sosial: 1. Adanya kontak sosial (sosial contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk.Yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antarelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung. 2. Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan- perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. A.3. Macam-macam proses sosial Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial: Proses- proses yang Asosiatif dan Kerja Sama (Cooperation). Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam
perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik. Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (in- group-nya) dan kelompok lainya (out-group-nya). Kerjasama akan bertambah kuat apabila ada hal-hal yang menyinggung anggota perorangan lainnya. Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”: kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna”10 Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerja sama yang biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerja sama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan: 1. Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation): Kerjasama yang sertamerta 2. Kerjasama Langsung (Directed Cooperation): Kerjasama yang merupakan hasil perintah atasan atau penguasa 3. Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation): Kerjasama atas dasar tertentu 4. Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation): Kerjasama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial. Ada 5 bentuk kerja sama: 1. Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong 2. Bargaining, Yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih 3. Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang ber-sangkutan 4. Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktut yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karenamaksud utama adalah untuk mencapat satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnnya adalah kooperatif. 10Rianto Adi, Sosiologi Hukum: Kajian Hukum Secara Sosiologis, (Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia: 2012), hal 45
5. Joint venture, yaitu erjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan, dst.11 B. Kelompok sosial Individu-individu yang berkelompok dalam suatu keadaan tertentu di suatu tempat dan juga pada waktu yang bersamaan tidak bisa disebut dengan kelompok sosial. Misalnya: orang-orang yang membeli karcis, memesan makanan di kantin, dan berhenti di lampu merah. Menurut Soerjono Soekanto, suatu himpunan manusia disebut kelompok sosial apabila memenuhi persyaratan berikut ini: 1. Setiap anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa ia bagian dari kelompok tersebut. 2. Adanya hubungan timbal-balik antaranggota. 3. Adanya faktor pengikat, seperti kesamaan ideologi, kesamaan kepentingan, ataupun kesamaan nasib. 4. Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilaku. 5. Bersistem dan berproses. Menurut Soerjono Soekanto (1990), kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan- kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya hubungan di antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi. Secara sosiologis istilah kelompok sosial mengandung pengertian suatu kumpulan dari individu-individu yang saling berinteraksi sehingga menumbuhkan perasaan bersama. Dengan kata lain, kelompok sosial adalah sekumpulan manusia yang memiliki persamaan ciri dan memiliki pola interaksi yang terorganisir secara berulang-ulang, serta memiliki kesadaran bersama akan anggotanya. B.1. Ciri-Ciri Kelompok Sosial 1. Merupakan kesatuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kelompok atau kesatuan manusia yang lain. 2. Memiliki struktur sosial yang setiap anggotanya memiliki status dan peran tertentu. Kelangsungan hidup kelompok tersebut tergantung pada kesungguhan para anggotanya dalam melaksanakan perannya. 3. Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan di antara para anggotanya. 4. Memiliki kepentingan bersama. 5. Adanya interaksi dan komunikasi di antara para anggotanya. B.2. Dasar Pembentukan Kelompok Sosial Beberapa dasar yg melandasi orang membentuk kelompok sosial adalah sebagai berikut: 1. Faktor kepentingan yang sama (common interest). 11http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-45460-Makalah-Proses%20Sosial.html, Diakses 27 Juni 2016 pukul 13.49
2. Faktor darah dan keturunan yang sama (common ancestry). 3. Faktor geografis. 4. Faktor daerah asal yang asal.12 C. Kebudayaan dan masyarakat C.1. Definisi Kebudayaan dan Masyarakat Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa sangsekerta) buddhayah yang merupakan jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata latin colore. Artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti tersebut, yaitu colore kemudian colture, diartikan sebagai daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala suatu yang dipelajari dari pola prilaku yang normatif. Artinya mencakup segala cara berpikir. Ada suatu kesalahan umum yang terdapat dalam masyarakat yang beranggapan bahwa ada masyarakat yang memiliki kebudayaan sedangkan yang lain tidak. Secara sosiologis semua manusia dewasa yang normal pasti memiliki kebudayaan. Kebudayaan bisa diartikan sebagai keseluruhan tingkah laku dan kepercayaan yang dipelajari yang merupakan ciri anggota suatu masyarakat tertentu. Kata kunci dari definisi diatas adalah dipelajari, yang membedakan antara kebudayaan dengan tindak tanduk yang merupakan warisan biologis manusia. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu periode waktu tertentu, mendiami suatu daerah, dan akhirnya mulai mengatur diri mereka sendiri menjadi suatu unit sosial yang berbeda dari kelompok-kelompok lain. Anggota-angota masyarakat menganut suatu kebudayaan. Kebudayaan dan masyarakat tidak mungkin hidup terpisah satu sama lain. Di dalam sekelompok masyarakat akan terdapat suatu kebudayaan.13 Definisi kebudayaan menurut para ahli: E.B Taylor: Kebudayaan adalah komplikasi (Jalinan) dalam keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat istiadat serta lain- 12http://nikenarumpratiwi.blogspot.co.id/2013/03/kelompok-sosial.html. Diakses 27 Juni 201 pukul 13.59 13 Bruce J. Kohen. Sosiologi Suatu Pengantar. (PT. Bina Aksara Anggota IKPI. 1983). Hal 49-50.
lain kenyataan dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai anggota masyarakat. Leslie White: Kebudayaan adalah suatu kumpulan gejala-gejala yang terorganisasi yang terdiri dari tindakan-tindakan (pola perilaku), benda-benda, ide-ide (kepercayaan dan pengetahuan), dan perasaan-perasaan yang semuanya itu tergantung pada penggunaan simbol-simbol. Koentjoroningrat: Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan-keseluruhan dari hasil budi dan karya itu. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi: Kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (Material Culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan masyarakat. Dalam pandangan sosiologi, kebudayaan memiliki arti yang lebih luas dari pada itu. Kebudayaan meliputi semua hasil cipta dan karya manusia baik yang material maupun non- material. 1. Kebudayaan material Adalah hasil cipta, karsa, yang berwujud benda atau barang misalnya, gedung-gedung, jalan, rumah, alat komunikasi dan sebagainya. 2. Kebudayaan non-material Adalah hasil cipta, karsa yang berwujud kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, kesusilaan, ilmu pengetahuan, keyakinan, agama, dan sebagainya. C.2. Unsur-unsur Kebudayaan Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari sesuatu kebulatan yang bersifat dari kesatuan. Misalnya dalam kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar seperti umpamanya majelis permusyawaratan rakyat, disamping adanya unsur-unsur kecil seperti, sisir, kancing, baju, peniti dan lainya yang dijual dipinggir jalan. Berapa orang sarjana yang mencoba merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan tadi, misalnya, Melville J. horskovits mengajukan 4 unsur pokok kebudayaan, yaitu: 1. Alat-alat teknologi 2. Sistem ekonomi 3. Keluarga
4. Kekuasaan politik14 Sedangkan Bronislaw Malinowski mengemukakan unsur-unsur pokok kebudayaan sebagai berikut: 1. Sistem norma-norma yang memungkinkan kerja sama antara anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya 2. Organisasi ekonomi 3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan 4. Organisasi kekuatan15 Semua unsur tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam unsur-unsur pokok atau besar kebudayaan yang biasa disebut dengan cultural universal. Unsur tersebut memiliki sifat universal, yaitu dapat ditemui pada setiap kebudayaan. Tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai cultural universal yaitu: 1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpor dan sebagainya) 2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya) 3. Sistem kemasyarakatan (sistem kerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan) 4. Bahasa (lisan maupun tertulis) 5. Kesenian (seni rupa, seni suara,seni gerak dan sebagainya) 6. Sistem pengetahuan 7. Religi (sistem kepercayaan)16 C.3. Fungsi dan Hakikat Kebudayaan Bagi Masyarakat Kebudayaan memiliki fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat. Masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menjalani kehidupannya. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Kemampuan manusia terbatas sehingga kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaannya juga terbatas di dalam memenuhi segala kebutuhan. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan dalamnya. 14 Urip Sucipto, Sosiologi (Yogyakarta, Deepublish : 2014), hal 46 15Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Wali Pers, 2013). Hal 153 16 Harwantioko Neltje F. Katuuk. Pengantar sosiologi dan ilmu sosial dasar. (Jakarta: Penerbit Guna Darma, 1997), hal 49-50
Teknologi pada hakikatnya meliputi paling sedikit tujuh unsur, yaitu: 1. Alat-alat produktif 2. Senjata 3. Wadah 4. Makanan dan minuman 5. Pakaian dan perhiasan 6. Tempat berlindung dan perumahan 7. Alat-alat transport Kebudayaan mengatur supaya manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Setiap orang bagaimanapun hidupnya, akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri. Kebiasaan merupakan suatu perilaku pribadi, yang berarti kebiasaan seseorang itu berbeda dari kebiasaan orang lain, walaupun mereka hidup dalam satu rumah. Kebiasaan menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam tindakan-tindakannya selalu ingin melakukan hal-hal yang teratur bagi dirinya sendiri. Khusus untuk mengatur hubungan antar manusia, kebudayaan dinamakan pula struktur normatif atau menurut Ralph Linton, designs for living (garis-garis atau petunjuk dalam hidup). Yang dapat diartikan bahwa kebudayaan adalah suatu garis-garis pokok tentang perilaku atau blueprint for behavior, yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai apa yang seharusnya dilakukan, apa yang seharusnya dilarang dan sebagainya. C.4. Sifat Hakikat Kebudayaan Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang beragam dan berbeda antara satu dengan yang lainnya, setiap kebudayaan mempunya sifat hakikat yang berlaku umum bagi semua kebudayaan di manapun juga. Sifat kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia 2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan. 3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya. 4. Kebudayaan mencakup aturan aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan- tindakan yang diterima dan ditolak, tindalan-tindakan yang dilarang dan tindakan tindakan yang diizinkan.
Sifat hakikat kebudayaan adalah ciri setiap kebudayaan, tetapi seseorang hendak me- mahami apa sifat hakikatnya yang esensial, terlebih dahulu harus memecahkan pertentangan- pertentangan atau larangan-larangan yang ada di dalamnya, yaitu sebagai berikut: a. Di dalam pengalaman manusia, kebudayaan itu bersifat universal. Akan tetapi, perwujudan kebudayaan mempunya beberapa ciri khusus yang sesuai dengan situasi, lokasi maupun kondisinya. Sebagamaina diuraikan masyarakat dan kebudayaan itu merupakan suatu dwitunggal yang tak dapat dipisahkan. Hal itu mengakibatkan setiap masyarakat manusia mempunyai kebudayaan atau dengan perkataan lain, kebudayaan bersifat universal atribut dari setiap masyarakat di dunia ini. Perbedaan kedua kebudayaan tersebut terletak pada perbedaan latar belakangnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sifat universal dari kebudayaan memungkinkan berwujudnya kebudayaan yang berbeda-beda, tergantung pada pengalaman pendukungnya, yaitu masyarakat. Contoh: Apabila seseorang dari masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda dan tertentu berhubungan dengan masyarakat yang menjadi anggota masyarakat yang berlainan, dia akan sadar bahwa adat istiadat kedua masyarakat tersebut tidak sama. b. Kebudayaan bersifat stabil di samping juga bersifat dinamis dan setiap kebudayaan mengalami perubahan-perubahan yang kontinu atau berlanjut. Setiap kebudayaan pasti mengalami perubahan atau perkembangan-perkembangan. Hanya kebudayaan yang mati yang bersifat statis. Sering kali suatu perubahan yang terjadi dalam masyarakat tidak terasa oleh anggota- anggota masyarakat. Dalam mempelajari kebudayaan harus selalu diperhatikan hubungan antara unsur yang stabil dengan unsur-unsur yang mengalami perubahan. Sudah tentu pasti terdapat perbedaan derajat pada unsur-unsur yang berubah tersebut, yang harus disesuaikan dengan kebudayaan bersangkutan. Unsur-unsur kebendaan seperti teknologi bersifat terbuka untuk suatu proses perubahan, ketimbang unsur rohaniah seperti unsur keluarga, kode moral, sistem kepercayaan dan lain sebagainya. Contoh: Bentuk Pulpen, model sepatu, menu makanan, buku tulis, serta segala macam benda yang dijumpai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat. Walaupun yang ditinjau adalah masyarakat yang seolah-olah tampaknya statis seperti misalnya kehidupan pada masyarakat-masyarakat asli di pedalaman Indonesia, pasti ada perubahan. c. Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia, walaupun hal itu jarang disadari oleh manusia sendiri. Gejala tersebut secara singkat dapat diterangkan
dengan penjelasan bahwa walaupun kebudayaan atribut manusia. Jarang bagi seseorang untuk mengetahui kebudayaan mereka sampai pada unsur-unsur yang sekecil-kecilnya, padahal kebudayaan tersebut menentukan arah serta perjalanan hidupnya. Contoh: Betapa sulitnya bagi seorang individu untuk menguasai seluruh unsur kebudayaan yang didukung oleh masyarakat sehingga seolah-olah kebudayaan dapat dipelajari secara terpisah dari manusia yang menjadi pendukungnya. d. Di antara mahluk ciptaan Tuhan yang lain manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia menciptakan kebudayaan-kebudayaan yang berbeda-beda disetiap kalangannya, dan melestarikan kebudayaan tersebut secara turun temurun. Manusia disebut sebagai mahluk Tuhan yang paling sempurna karena manusia mempunya akal budi yang diberikan Tuhan agar mampu membedakan mana yang benar dan mana yang tidak benar, juga mampu untuk berkarya di dunia ini dan secara hakikatnya menjadi seorang pemimpin. Contoh: Pemimpin keluarga, pemimpin negara, dan lain sebagainya. e. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sangsakerta yakni berarti “budi atau akal”. Jadi segala sesuatu yang berhubungan budi pekerti dan akal pikiran manusia. Budaya adalah suatu yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat itu sendiri. Ketika seseorang berusaha berada dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaan tersebut untuk dipelajari. Contoh:Masyarakat Sumatera Barat, khususnya daerah Padang. Masyarakat menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa minang dan dalam keseharian mereka menjunjung tinggi adat dan kebiasaan untuk bermusyawarah dalam mengambil keputusasn. Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai: 1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya. 2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain. 3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia. 4. Pembeda manusia dan binatang.
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berperilaku dalam pergaulan. 6. Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain. BAB IV LEMBAGA, PELAPISAN, KEKUASAAN DAN PERUBAHAN SOSIAL A. Lembaga Kemasyarakatan Lembaga sosial merupakan terjemahan langsung dari istilah asing sosial-intitution. Akan tetapi, hingga kini belum adanya sepakat mengenai istilah Indonesia yang dapat mengembangkan isi sosial-intitution tersebut. Ada yang menggunakan istilah peranata sosial- intitution menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku masyarakat. Misalnya: koentjaraningrat mengatakan peranata sosial adalah suatu sistam tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.17 Istilah lain yang diusulkan adalah bangunan sosial yang mungkin merupakan terjemahan dari istilah Soziale-Gebilde (bahasa jerman), yang lebih jelas menggambarkan bentuk dan susunan sosial institution tersebut. Benar salahnya pendapat tersebut tidak akan dipermasalahkan. Disini akan digunakan istilah lembaga sosial karna pengertian lembaga lebih membentuk pada suatu bentuk. Sekaligus juga mengandung pengertian yang abstrak perihal adanya norma-norma dan pengaturan-pengaturan tertentu yang menjadi ciri lembaga tersebut. Namun, di samping itu kadang-kadang juga dipakai istilah lembaga sosial. Norma- norma masyarakat mengatur pergaulan hidup dengan jutaan untuk mencpai suatu tata tetib. 17 Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi, (Jakarta: Rineka cipta, 1964), hal 162
Norma-norma apabila diwujudkan dalam hubungan antar manusia, dinamakan sosial organization (organisasi sosial) kemudian norma-norma tersebut berkelompok-kelompok berbagai keperluan pokok kehidupan manusia, contoh: kebutuhan hidup kekerabatan menimbulkan lembaga-lembaga masyarakat seperti keluarga,pelamaran, perkawinan dan sebagainya. Dari contoh diatas kita dapat menyimpulkan bahwa lembaga kemasyarakatan terdapat di dalam setiap masyarakat tanpa memperdulikan apakah masyarakat itu mempunyai taraf kebudayaan bersahaja atau modern karena setiap masyarakat tentu mempunyai kebutuhan pokok yang apabila dikelompokkan, terhimpun menjadi lembaga kemasyarakatan.untuk memberikan suatu batasan, dapatlah dikatakan bahwa lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok didalam kehidupan masyarakat wujud konkret lembaga kemasyarakatan tersebut adalah asosiasi (association). Beberapa sosiolog memberikan definisi lain seperti Robert Maclver dan Charles H. Page mengartikan lembaga sosial sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan yang dinamakan asosiasi, sedangkan menurut Leopold Von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut fungsinya. Lembaga masyarakat diartikan sebagai suatu jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya. Dan masih banyak pendapat lainnya.18 Dari pendapat-pendapat yang telah diutarakan tersebut, kami dapat menyimpulkan lembaga sosial adalah suatu tatanan nilai-nilai dan norma-norma yang bertujuan untuk mengatur kehidupan atau hubungan masyarakat yang tergabung dalam masyarakat. Suatu lembaga sosial bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok dari manusia, pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi, yaitu: 1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam mengahadapi masalah dalam masyarakat yang bterutama menyangkut kebutuhan yang bersangkutan. Hal ini tentunya berkaitan dengan persoalan benturan antar kepentingan dan perbedaan antar individu maupun antar kelompok. 2. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan. Artinya selain lembaga sosial berfungsi untuk memberikan pedoman atau arah bagi tata kelakuan juga untuk 18 Sunarto Soerjono. Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar. (Jakarta, Raja Grafindo Persada :2002). Hal 296
menjaga kestabilan sosial agar dalam kehidupan sosial tidak terjadi disintegrasi (perpecahan). Integrasi sosial akan tercapai jika masing-masing anggota masyarakat menggunakan norma sebagai pedoman untuk bertingkah laku atau tetap berpegang teguh pada aturan yang berlaku, utamanya yaitu aturan dalam pergaulan. 3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan system pengendalian sosial (sosial control), yaitu artinya system pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggotanya. Artinya system pengawasan atas tingkah pekerti para anggota masyarakat di dalam kelompok sosial. Dengan demikian, lembaga sosial tidak hanya berfungsi sebagai pedoman tetapi juga berfungsi sebagai alat pengendali atas berbagai bentuk penyimpangan sosial. Fungsi pengendaliannya terletak pada indicator akan adanya tingkat penyimpangan sehingga perilaku mana yang dianggap menyimpang dan perilaku mana yang dianggap sesuai dengan aturan pergaulan sosial. Pranata budaya mencakup (1) ide, nilai, dan norma (2) komplek aktivitas kelakuan berpola manusia (3) benda karya manusia.pranata kebudayaan berupa system nilai gagasan- gagasan, norma-norma, adat istiadat yang sifatnya abstrak, tidak berbentu tidak dapat diraba dan difoto. Pranata yang pertama ini berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan,sumber arah pada kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat (koentjaningrat). Pranata budaya ini disebut pola budaya. Pola budaya merupakan segala rangkaian dari unsur-unsur yang menjadi ciri-ciri paling menonjol dari suatu kebudayaan. Pola kebudayaan secara umum dibentuk oleh nilai, norma, dan keyakinan sehingga tidak dapat dilihat.19 Wujud pertama ini berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan, dan member arah pada kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat (Koentjaningrat). Wujud pertama ini disebut pola budaya. Pola budaya merupakan segala rangkaian dari unsur – unsur yang menjadi ciri – ciri paling menonjol dari suatu kebudayaan, yang selanjutnya mendeskripsikan watak dari kebudayaan yang bersangkutan (Soerjono Soekanto). Pola kebudayaan secara umum dibentuk oleh nilai, norma dan keyakinan sehingga tidak dapat dilihat. Dalam setiap masyarakat, dikembangkan sejumlah pola – pola budaya yang ideal dan pola ini cenderung diperkuat dengan adanya pembatsan – pembatasan. Pembatasan kebudayaan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: 1. Pembatasan langsung, terjadi ketika kita mencoba melakukan suatu hal yang menurut kebiasaan dalam kebudayaan kita merupakan hal yang tidak lazim atau bahkan hal yang dianggap melanggar tata kesopanan atau yang ada. Contoh: misal seseorang datang ke 19 Koentjaraningrat, Op.Cit., hal. 167
kampus dengan pakaian tidak pantas. Maka secara langsung orang tersebut akan ditegur oleh dosen 2. Pembatasan tidak langsung, aktivitass yang dilakukan oleh orang yang melanggar tidak dihalangi atau dibatasi secara langsung akan tetapi kegiatan tersebut tidak akan mendapat respons atau tanggapan dari anggota kebudayaan yang lain karena tindakan tersebut tidak dipahami atau dimengerti oleh mereka. Contoh: seseorang belanja di pasar tradisional menggunakan bahasa inggris, tidak ada yang melarang tetapi ia tidak akan dilayani karena tidak ada yang mengerti. Wujud pranata kedua merupakan proses yang bertujuan untuk mengajak mendidik bahkan memaksa warga masyarakat menaati norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku didalam masyarakat. Wujud ketiga dari kebudayaan adalah seluruh benda hasil karya manusia (material culture) yg sifatnya paling kongkrit, bias dilihat, dipegang dan difoto. Penciptaan benda- benda itu merupakan upaya bertahan, berdaptasi, melakukan perbuatan, menuju perbaikan, melestarikan unsur budaya dan merekonstruksi sunber daya yg ada (Sugeng Pujileksono). Menurut Soerjono Soekanto, sifat hakekat kebudayaan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kebudayaan terwujud akibat perilaku manusia 2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan 3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya 4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan yang diizinkan. Percakapan mengenai isi kebudayaan biasanya ditentukan oleh tiga anggapan yaitu sebagai berikut: 1. Kebudayaan dapat diesuaikan, mengandung unsur-unsur pengertian berikut: a. Kebudayaan berkembang karena kebiasaan-kebiasan dalam masyarakat disesuaikan dengan kebutuhan tertentu yang bersifat fisik geografis dan lingkungan sosial. b. Kebudayaan yang ada dalam masyarakat merupakan penyesuaian masyarakat terhadap lingkungan, akan tetapi cara penyesuaian yang satu bukanlah mewakili semua penyesuaian yang mungkin diadakan. c. Terdapat kebudayaan yang pandang netral karena tidak merupakan adaptasi terhadap kebutuhan biologis atau lingkungan sosial. 2. Kebudayaan dapat diintregasikan, artinya bukanlah sekedar kumpulan kebiasaan yang terkumpul dari unsur – unsur yang acak sifatnya.
3. Kebudayaan yang selalu berubah, yang merupakan suatu hasil dari adaptasi kebudayaan. Unsur kebudayaan tidak dapat dimasukkan ke kebudayaan lain tanpa mengakibatkan perubahan pada kebudayaan itu. Pranata kebudayaan mengandung pengertian sebagai berikut: 1. Himpunan norma – norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam masyarakat. 2. Tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam suatu kelompok masyarakat (asosiasi) 3. Suatu jaringan proses – proses hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia yang berfungi untuk memelihara hubungan – hubungan tersebut serta pola – polanya sesuai dengan kepentingan manusia dan kelompoknya. 4. Perbuatan, cita – cita, sikap yang bersifat kekal seta bertujuan memenuhi kebutuhan – kebutuhan masyakat. Contoh: a. Pranata bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup kekerabatan b. Pranata bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam mata pencaharian c. Pranata bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan penerangan d. Pranata bertujuan untuk memenuhi kebutuhanilmiah manusia e. Pranata bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan keindahan f. Pranata bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan apresiasi g. Pranata bertujuan untuk mengatur kebutuhan manusia dalam bernegara dan berpemerintahan h. Pranata bertujuan untuk memelihara fisik atau kecantikan manusia Multikulturalisme adalah pengakuan keberagaman budaya yang menumbuhkan kepedulian agar kelompok- kelompok yang termarginalisasi terintegrasi ke dalam masyarakat, dan masyarakat mengakomodasi perbedaan budaya masing-masing kelompok sehingga kekhasan identitas mereka diakui.20 B. Pelapisan-pelapisan sosial (Sratifikasi sosial) Stratifikasi sosial (Sosial Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Beberapa defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli:21 20 Sukardi, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),hal 99 21 Abdulsyani : Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), hal 83
1. Pitirim A. Sorokin: mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki) 2. Max Weber: mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise. 3. Cuber: mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda 4. Drs. Robert. M.Z. Lawang: sosial Stratification adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu system sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise . Begitu pula dengan Seoarang filsuf bangsa Yunani yaitu Aristoteles mengatakan, bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat 3 unsur lapisan masyarakat, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang berada ditengah-tengahnya dan mereka yang melarat. Ucapan Aristoteles ini membuktikan bahwa terjadinya lapisan-lapisan dalam masyarakat sudah sejak saat itu bahkan diduga bahwa zaman sebelumnya telah diakui adanya tingkatan atau lapisan-lapisan di dalam masyarakat. B.1. Terjadinya Stratifikasi Sosial Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaiaan, tingkat umur (senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang digunakan bagi tiap-tiap masyarakat diantaranya: Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan alasan utama adalah kepandaian berburu. Sedangkan pada masyarakat yang telah menetap dan bercocok tanam, maka kerabat pembuka tanah (yang dianggab asli) dianggab sebagai orang-orang yang menduduki lapisan tinggi. Hal ini dapat dilihat misalnya pada masyarakat Batak, di mana marga tanah, yaitu marga yang pertama- tama membuka tanah, dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi.22 Mengenai sumber dasar dari terbentuknya stratifikasi dalam masyarakat adalah suku bangsa (etnis) dan unsur sosial. Stratifikasi yang terbentuk bersumber dari etnis apabila ada dua atau lebih grup etnis, di mana grup etnis yang satu menguasai grup etnis yang lainnya dalam waktu yang relatif lama. 22 Soerjono Soekanto : Sosiologi Pengantar, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1990), hal 254
Sedangkan stratifikasi yang terbentuk dari sumber sosial, karena adanya tuntutan masyarakat terhadap faktor-faktor sosial tertentu. Faktor-faktor sosial itu merupakan ukuran yang biasanya ditetapkan masyarakat berdasarkan sistem nilai yang dipandang berharga. Faktor-faktor sosial yang berharga itu kemudian dimasukkan pada level tertentu sesuai dengan tinggi rendahnya suatu daya guna yang dibutuhkan masyarakat pada umumnya. Ada beberapa ciri umum tentang faktor-faktor yang menentukan adanya stratifikasi sosial, yaitu antara lain: 1. Pemilikan atas kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran; artinya strata dalam kehidupan masyarakat dapat dilihat dari nilai kekayaan srrorang dalam masyarakat. 2. Status atas dasar fungsi dalam pekerjaan, misalnya sebagai Dokter, Dosen, buruh atau pekerja teknis dan sebagainya; semuanya ini sangat mentukan status seseorang dalam masyarakat. 3. Kesalahan seseoran dalam beragama; jika seseorang sungguh-sungguh penuh dengan ketulusan dalam menjalankan agamanya, maka status seseorang tadi akan dipandang lebih tinggi oleh masyarakat. 4. Status atas dasar keturunan, artinya keturunan dari orang yang dianggap terhormat (ningrat) merupakan ciri seseoarang yang memiliki status tinggi dalam masyarakat. 5. Status atas dasar jenis kelamin dan umur seseorang. Pada umumnya seseorang yang lebih tua umurnya lebih dihormati dan dipandang tinggi statusnya dalam masyarakat. Begitu juga jenis kelamin; laki-laki pada umumnya dianggap lebih tinggi statusnya dalam keluarga dan masyarakat. Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian. 23 Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Untuk meneliti terjadinya proses-proses lapisan masyarakat, dapatlah pokok-pokok sebagai berikut.24yaitu sebagai berikut: 1. Sistem stratifikasi sosial mungkin berpokok pada sistem pertengahan dalam masyarakat. Sistem demikian hanya mempuyai arti yang khusus bagi masyarakat tertentu yang menjadi obyek penyelidikan. 2. Sistem stratifikasi sosial dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur sebagai berikut: a. Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif seperti misalnya penghasilan, kekayaan, keselamatan, wewenang dan sebagainya 23 Robin Willams Jr.,American Society, (New York, A Fred A Knop., 1960), hal 88-89 24 Ibid
b. Sistem pertentangan yang diciptakan warga-warga masyarakat (prestise dan penghargaan) c. Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapatkan berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan d. Lambang-lambang status, seperti misalnya tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi dan sebagainya e. Mudah atau sukarnya bertukar status f. Solidaritas diantara individu-individu atau kelompok-kelompok sosial yang menduduki status yang sama dalam sistem sosial masyarakat C. Kekuasaaan dan Wewenang Kekuasaan, wewenang, dan kepemimpinan dalam kehidupan sosial merupakan sesuatu yang saling berhubungan satu sama lain. Ketiga komponen ini saling berhubungan karena bersentuhan langsung dengan pengaturan kehidupan masyarakat dan juga menentukan nasib jutaan orang. Perbedaan dari kekuasaan dan wewenang adalah kelembagaannya. Wewenang adalah kekuasaan yang melembaga dan diakui oleh masyarakat, sedangkan kekuasaan bukanlah lembaga melainkankan sesuatu yang timbul karena adanya rasa takut, rasa cinta, kepercayaan, dan pemujaan. Pada umumnya, kekuasaan memiliki berbagai bentuk yang dibedakan berdasarkan dari mana sumber kekuasaan itu didapat, baik itu dalam kehidupan masyarakat informal maupun dalam kehidupan organisasi formal. Jenis-jenis kekuasaan tersebut misalnya kepemilikan harta benda (kekayaan) yang lebih banyak, kedudukan sosial, status dalam birokrasi, tingkat pendidikan atau intelektualitas, dan wibawa atau kharisma yang dimiliki oleh seseorang. Hal-hal tersebut dapat membuat seseorang memiliki kekuasaan yang dapat dipakai untuk mengendalikan orang lain. Kekuasaan secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang atau pihak lain supaya tunduk dan melakukan apa yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan. Pengertian lain dari kekuasaan adalah kemampuan untuk dapat menyelesaikan sesuatu dan untuk dapat memperoleh sumber yang tepat, kejelasan mengenai apa yang diharapkan, mengetahui wewenang yang dimiliki, dan seterusnya.25 Secara singkat, kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, memerintah, dan mengendalikan orang lain supaya tunduk dan patuh. Pelaksanaan kekuasaan pada kenyataannya seringkali tidak sesuai dengan yang diharapkan penguasa. Kegagalan pelaksanaan ini terkadang muncul karena perbedaan persepsi antara yang menguasai dan yang dikuasai. Untuk kelancaran, pihak penguasa 25 Helga Drummond, Cara Merebut dan Mempertahankan Kekuasaan (Abdi Tandur: Jakarta, 1995) hal. Xi
seharusnya selalu mendapatkan dukungan dari yang dikuasai. Untuk mendapatkan dukungan, dapat dilakukan dengan caramenarik simpati masyarakat dengan menjalankan kekuasaan sekaligus menanamkan kepercayaan yang kuat terhadap pihak yang dikuasai. C.1. Unsur-Unsur Pokok Kekuasaan Pengertian yang lebih sederhana kekuasaan adalah sesuatu yang mengandung unsur- unsur, seperti pengaruh, kepatuhan, pemaksaan, dan otoritas. 26 Penggunaan kekuasaan ini terjadi di berbagai lapisan masyarakat, baik itu organisasi formal atau nonformal. Negara yang merupakan organisasi masyarakat yang besar, juga menggunakan unsur-unsur kekuasaan tersebut untuk menciptakan masyarakat yang diinginkan. Untuk memahami unsur-unsur pokok tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1. Pengaruh merupakan nilai-nilai sosial dan proses komunikasi untuk membujuk pihak lain agar bertindak sesuai dengan keinginan penguasa. 2. Kepatuhan adalah sikap atau perilaku yang mengesampingkan kepentingannya sendiri, dan cenderung mengikuti para pelaku pemegang kekuasaan. 3. Pemaksaan merupakan unsur kekuasaan yang dapat berupa penyiksaan secara fisik, penderaan, pembatasan gerak, dan sebagainya untuk memaksakan kehendaknya, dengan hukum (tidak sah) dan secara pribadi, terlepas dari benar atau salah menurut pandangan dari pihak yang dikuasai. 4. Otoritas merupakan unsur kekuasaan yang berhubungan erat dengan hak yang sah sesuai dengan status yang ada, atau secara ringkas otoritas merupakan sesuatu yang diterapkan berdasarkan peraturan yang sah, sehingga pihak yang dikuasai suka atau tidak, harus patuh terhadap keinginan pihak penguasa.27 Namun di dalam masyarakat Indonesia yang merupakan masyarakat yang menganut demokrasi yang menjunjung dan menghormati Hak Asasi Manusia, maka unsur-unsur pokok kekuasaan yg dijumpai dalam interaksi sosial antar manusia maupun antar kelompok adalah: 1. Rasa takut; perasaan takut kepada penguasa membuat pihak lain memunculkan sikap patuh terhadap segala kemauan dan tindakan sang penguasa. Namun rasa takut ini dinilai sebagai perasaan negatif karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan terpaksa. Seseorang yang memiliki rasa takut akan melakukan segala hal agar dia terhindar dari kesulitan-kesulitan yang dapat menimpanya dan menghindar dari sanksi seandainya dia tidak patuh. 26Abdulsyani, Op.cit.,hal. 137 27Abdulsyani, Op.cit, hal. 138
2. Rasa cinta; kecintaan akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik. Sebagaimana halnya rasa takut, kecintaan terhadap penguasa akan menimbulkan kepatuhan karena rasa menyenangkan semua pihak. Berkebalikan dengan rasa takut, rasa cinta biasanya tidak dilakukan dengan terpaksa, sehingga pada umumnya rasa cinta akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik. Rasa cinta biasanya sudah terinternalisasi dalam jiwa seseorang atau suatu kelompok, dan hal tersebut biasanya akan menimbulkan reaksi yang positif dari dua pihak, yaitu penguasa dan yang dikuasai. 3. Kepercayaan; kepercayaan merupakan hasil dari hubungan simetris yang asosiatif. Dasar kepercayaan didapatkan karena masing-masing pihak telah mengetahui pihak lain. Melalui rasa kepercayaan, segala keinginan suatu pihak akan dilaksanakan pencapaiannya oleh pihak lain, meski dalam tataran tertentu pihak yang melaksanakan keinginan tidak mengetahui secara pasti maksud dari pihak yang memiliki keinginan. Kepercayaan tidak hanya terjadi pada suatu individu, tidak menutup kemungkinan hubungan sejenis juga akan berkembang dalam organisasi formal maupun nonformal, agar suatu kekuasaan dapat bertahan lama. 4. Pemujaan; memberi arti bahwa penguasa adalah pihak yang dipuja. Akibatnya, apapun yang dilakukan oleh pihak yang dipuja selalu benar, atau setidaknuya dianggap sebagai kebenaran.28 C.2. Saluran-Saluran Kekuasaan Dalam menjalankan kekuasaan, tentunya diperlukan adanya objek penyaluran dan pembagian kekuasaan. Objek-objek penyaluran tersebut adalah alat untuk menjalankan kekuasaan. Adapun saluran-saluran itu adalah: 1. Saluran militer; tujuan utamanya adalah untuk menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat, sehingga mereka tunduk pada kemauan penguasa. Apabila saluran ini yang dipergunakan, penguasa akan lebih banyak mempergunakan paksaan (coercion) serta kekuatan militer (military force) di dalam melaksanakan kekuasaannya.29 2. Saluran ekonomi; penguasa cenderung berusaha menguasai sendi-sendi jaringan ekonomi, sehingga penguasa dapat menyalurkan perintah-perintahnya melalui berbagai peraturan dan kebijakan ekonomi, dan hal tersebut membuat rakyat tidak memiliki pilihan lain, sehingga penguasa dapat lebih mudah dalam menjalankan kekuasaannya, dan biasanya perintah-perintah tersebut dikenakan sanksi-sanksi tertentu. 3. Saluran politik; penguasa sengaja membuat berbagai peraturan melalui badan-badan yang berwenang dan dianggap sah yang harus ditaati masyarakat agar perintahnya 28 Yuzzsar, Kekuasaan, Weweneng, dan Kepemimpinan (http://www.yuzzsar.wordpress.com/materi-ix/). Diakses 27Juni 2016, Pukul 15.36 29 Soerjono Soekanto, Op.Cit., hal 234
berjalan lancar. Hal ini dibuat untuk meyakinkan dan memaksa masyarakat untuk mentaati peraturan yang dikeluarkan. 4. Saluran tradisional; penguasa berusaha untuk mempelajari, memahami, menyesuaikan, dan memanfaatkan tradisi yang berlaku dalam masyarakat. Kesesuaian ini membuat pelaksanaan kekuasaan berjalan lancar, yang berarti dapat mencegah dan mengatasi reaksi negatif. 5. Saluran ideologi; doktrin atau biasa disebut ajaran yang merupakan penanaman persepsi yang dilakukan penguasa bertujuan untuk menerangkan sekaligus menjadi pembenaran atas pelaksanaan kekuasaannya. Setiap penguasa akan berusaha untuk menerangkan ideologinya tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga institutionalized dan bahkan internalized dalam diri warga masyarakat.30 Selain saluran-saluran tersebut, saluran lain yang dinilai mampu mewakili adalah pers semisal media-media komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, dan lain-lain. Saluran kebudayaan, keagamaan, tradisi, dan lainnya juga bisa menjadi saluran kekuasaan karena biasanya penguasa tidak hanya menggunakan satu saluran saja dalam menjalankan kekuasaan. Saluran mana yang paling efektif sangat tergantung pada struktur masyarakat yang bersangkutan.31 Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mengendalikan orang lain agar patuh dan menuruti kemauan seseorang yang memiliki kuasa. 2. Unsur-unsur pokok yang terdapat dalam suatu kekuasaan meliputi rasa takut, rasa cinta, kepercayaan, dan pemujaan. Hal-hal pokok tersebut dapat membuat orang lain patuh dan melaksanakan segala perintah, baik itu secara rela ataupun terpaksa. 3. Saluran-saluran kekuasaan yang biasa ditemukan dalam masyarakat adalah saluran militer, ekonomi, politik, tradisional, ideologi, dan saluran-saluran lainnya yang memenuhi syarat semacam media komunikasi massa. Keberhasilan pelaksanaan kekuasaan pada berbagai jenis saluran tersebut sangat tergantung pada seberapa kompleks struktur masyarakat tersebut. D. Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan D.1. Defenisi Para sosiolog maupun antropolog telah banyak mempersoalkan mengenai pembatasan pengertian perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan. Ada beberapa ahil yang memberikan pengertian dari perubahan sosial sebagai berikut: Menurut Kingsley davis mengartikan 30 Ibid, hal. 235 31 Mifta Churohman (http://miftachr.blog.uns.ac.id/2009/10/kekuasaan-dan-wewenang--beserta-implikasinya/) Diakses 27 Juni 2016 pukul 15.38
perubahan sosial sebagai perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapasitas telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik. Menurut Maciver, perubahan sosial ialah perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial atau sebagaian perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial. 32 Gallin dan gillin mengatakan perubahan sosial sebagai suatu variasi dan cara-sara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Menurut Samuel Koening mengatakan perubahan sosial menunjuk kepada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalm pola-pola kehidupan manusia dalam kehidupan manusia yang terjadi karena sebab-sebab intern maupun sebab-sebab ekstern. Perubahan sosial budaya dipengaruhi oleh faktor dari luar masyarakat (dari masyarakat lain). Perubahan sosial budaya bisa merubah struktur, fungsi, nilai, norma, pranata, dan semua aspek lainnya. Perubahan ini bisa terjadi pada salah satu anggota masyarakat atau seluruh lapisan masyarakat. Berikut adalah contoh perubahan sosial budaya yang terjadi di sekitar kita: 1. Pakaian: Perubahan mode pakaian pada masyarakat bisa saja terjadi. Dahulu semua masyarakat menggunakan pakaian adat khasnya. Namun, seiring dengan kemajuan dari perkembangan masyarakat tersebut membuat sedikit demi sedikit anggota masyarakat mulai meninggalkan pakaian adatnya dan menggunakan pakaian yang menjadi trend di daerah itu. Seperti contoh, sekarang adalah jamannya demam Korea. Bagi penggemar beratnya, mereka selalu mencari dan menggunakan pakaian yang biasa digunakan orang Korea. Namun, masyarakat tetap tidak meninggalkan pakaian adat mereka dan tetap menggunakannya dalam acara tertentu. Seperti pakaian adat Bali yg digunakan setiap kali mereka sembahyang di pura. 2. Pertanian: Pertanian di Indonesia semakin menurun. Banyak petani yang menjual lahan pertaniannya. Penyebabnya bermacam-macam. Mulai dari hasil panen yang tidak seberapa bahkan seringkali gagal panen, kebutuhan yang semakin kompleks dan mahal, hingga tergiur dengan upah yang didapat oleh para tenaga kerja di kota. Masyarakat juga lebih suka membeli hasil pertanian di swalayan sehingga petani lokal merugi. 3. Model Rambut: Model rambut juga banyak berubah. Bahkan masyarakat cenderung merasa harus mengikuti trend tersebut jika tidak mau dikatakan „jadul‟ atau „culun‟. Pengaruh terbesar adalah model rambut „punk‟ yang membuat banyak remaja mengikuti model rambut dan gaya hidup orang dengan model rambut tersebut. 32 Maciver, society; A Textbook of Sociology, (New York: Farrar and rinehart, 1937), hal 272
4. Ekonomi: Perubahan ekonomi tampak jelas pada sifat masyarakat. Pada umumnya, masyarakat lebih suka dengan produk impor dibandingkan produk di dalam negeri karena kualitasnya dianggap lebih bagus. Selain itu, dengan adanya Singapura sebagai negara maju, maka masyarakat yang kaya lebih memilih berlibur ke Singapura ketimbang ke Bali. Hal ini dapat mengurangi devisa negara. 5. Kesenian: Kesenian bisa saja berubah atau tergantikan seiring perkembangan zaman. Saat ini, banyak kesenian di Indonesia yang mulai punah karena anak bangsa tidak suka dengan kesenian tersebut. Bahkan mereka lebih suka mempelajari kesenian asing dengan alasan trendy. Namun, masih banyak kesenian populer Indonesia yang masih bisa bertahan sampai sekarang. 6. Industri: Revolusi industri membuat perubahan besar-besaran pada kehidupan sosial masyarakat. Mulai dari ketimpangan antara industri dengan agrikultur, banyaknya pengangguran, munculnya gerakan sosialis, rendahnya kesejahteraan buruh, dll. 7. Bahasa Daerah: Indonesia memiliki banyak sekali bahasa daerah. Namun, banyak juga bahasa yang mulai punah. Itu mungkin disebabkan karena mereka lebih berminat untuk menggunakan Bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dibandingkan bahasa daerahnya sendiri. Itu mungkin karena bahasa tersebut jangkauan komunikasinya lebih luas dibandingkan bahasa daerahnya yang cenderung hanya dimengerti oleh anggota masyarakat di daerah tersebut. 8. Pendidikan: Dunia pendidikan di Indonesia berkembang pesat. Salah satu penyebab utamanya adalah perkembangan teknologi. Teknologi membuat para siswa yang biasanya mencari referensi tugas di perpustakaan berubah menjadi di internet. Teknologi juga yang membuat cara belajar dan mengajar berubah menjadi menggunakan laptop dan tablet. 9. Masuknya Budaya Barat: Budaya di Indonesia telah banyak tercampur dengan budaya asing. Itu mungkin disebakan karena kebudayaan itu lebih menyenangkan dibandingkan budayanya sendiri. Seperti budaya hari Valentine dan pesta ulang tahun. Sebenarnya budaya asli Indonesia telah memiliki budaya yang mirip dengan budaya tadi. Namun, budaya tersebut terkadang dianggap kurang meriah. Contoh perubahan besar lainnya adalah penggunaan komputer dan alat-alat teknologi sebagai pengganti buku untuk mencari tugas. Hal itu disebabkan oleh kemudahan menggunakan alat-alat teknologi tersebut. 10. Cara Berkomunikasi: Perubahan pada cara berkomunikasi bisa terjadi. Beberapa tahun lalu kita masih menggunakan surat untuk berkomunikasi jarak jauh dan sekarang, dengan menggunakan jejaring sosial atau alat komunikasi, seseorang bisa berkomunikasi dengan cepat dan praktis.
Itulah contoh perubahan sosial budaya yang terjadi pada masyarakat. Semua masyarakat pasti saja akan mengalami perubahan sosial budaya. Namun, perubahan tersebut umumnya tidak dirasakan atau tidak terjadi pada masyarakat terpencil. D.2. Teori-teori perubahan sosial Pada ahli filsafat, sejarah, ekoonomi, dan sosiologi telah mencoba untuk merumuskan untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan sosial. Ahli berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, dan kebudayaan. Teori-teori dalam perubahan sosial menurut Moore, yakni sebagai berikut evolusi rektilinier yang sederhana sebagai berikut: evolusi melalui tahap-tahap, evolusi yang terjadi dengan tahap kelanjutan yang tidak serasi, evolusi menurut siklus-siklus tertentu dengan kemunduran-kemunduran dengan jangka pendek, evolusi bercabang yang mewujudkan pertumbuhan dan kebhinekaan, siklus-siklus yang tidak mempunyai kecenderungan-kecenderungan, pertumbuhan logistik yang digambarkan oleh populasi, pertumbuhan logistik terbaik yang tergambar dari angka kematian, pertumbuhan eksponensial yang tergambar penemuan-penemuan baru, dan primitivisme. D.3. Beberapa bentuk perubahan sosial dan kebudayaan Perubahan sosial dan kebudanyaan dapat dibedakan kedalam beberapa bentuk, yaitu: 1. Perubahan lambat (evolusi) dan perubahan cepat (revolusi); 2. Perubahan kecil dan perubahan besar; 3. Perubahan yang dikehendaki (intended change) atau perubahan yang direncanakan (planned change) dan perubahan yang tidak dikehendaki (unitanded change) atau perubahan yang tidak direncanakan. D.4. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan Pada umumnya dapat dikatakan bahwa mungkin ada sumber sebab-sebab tersebut yang terletak di dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang terletak di luar. Sebab yang bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri, antara lain:Bertambah atau berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan-pertentangan dalam masyarakat, dan terjadi pemberontakan atau revolusi di dalam masyarakat itu sendiri. Sedangkan sebab yang berseumber dari luar masyarakat, antara lain, sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia, peperangan dengan negara lain, dan pengaruh kebudayaan masyarakat / negara lain. D.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan Ada 9 faktor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan, antara lain kontak dengan negara lain, sistem pendidikan yang baru, sikap menghargai karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju, toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang,
sistem lapisan masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen, ketidakpuasan masyarakat yang terbuka, orientasi ke muka, dan nilai meningkatkan taraf hidup. Ada 9 faktor-faktor yang menghambat terjadinya suatu perubahan, antara lain kurangnya hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain,perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat, sikap masyarakat yang masih tradisionalistis, adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertatam dengan kuat atau vested interest, rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integritas kebudayaan, prasangka terhadap hal-hal yang baru atau asing atau sikap yang tertutup, hambatan-hambatan yang bersifat ideologis, adat atau kebiasaan, dan nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki. D.6. Arah perubahan (derection of change) Perubahan bergerak menunggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi, setelah meninggalkan faktor iti mungkin perubahan bergerak kepada sesuatu bentuk yang sama sekali baru, atau mungkin pula bergerak kearah suatu bentuk yang sudah ada di dalam waktu yang lampau. D.7. Modernisasi Di dalam modernisasi tercakup suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodem dalam artian teknologis serta organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri-ciri negara barat yang stabil. Syarat-syarat modernisasi, antara lain cara berpikir yang ilmiah, sistem administrasi yang baik, adanya sistem pengumpulan yang baik dan teratur, penciptaan iklim yang favorable dari masyarakat, tingkat organisasi yang tinggi dan sentralisasi wewenang dalam pelaksasnaan sosial planing. BAB V KEGUNAAN SOSIOLOGI A. Kegunaan sosiologi dalam arti luas A.1. Kegunaan Sosiologi dalam Penelitian Sosiologi memiliki metode-metode penelitian sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainya. Obyek penelitianya mencakup hampir semua aspek kehidupan manusia, terutama yang berhubungan dengan interaksi antar manusia dalam masyarakat.Tugasnya adalah mencari dan menemukan data faktual tentang kebenaran yang terlepas dari nilai-nilai subyektif. Beberapa metode utama yang digunakan dalam penelitian sosiologi, diantaranya adalah untuk menguji kebenaran hipotesis-hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan masalah-masalah yang timbul secara nyata dalam kehidupan manusia dalam
masyarakat. Metode-metode utama pada umumnya yang digunakan dalam penelitian sosiologi adalah sebagai berikut: 1. Metode Artistik Metode ini banyak dipakai untuk menunjukkan hubungan-hubungan dan pengaruh- pengaruh kausalitas, disamping dapat memperkecil prasangka-prasangka pribadi atau sepihak. Metode statistik yang paling sederhana dan tidak asing lagi,sekalipun bagi peneliti pemula adalah teknik enumerasi (enumeration = penhitungan). Dengan demikianhanya menggunakan tabulasi penhitungan-penghitungan responden dari penyataan yang diajukan, maka sudah dapat diketahui dan dapat disimpulkan hasilnya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Bebrapa penelitian sosiologis lainnya banyak menguunakan metode statistik dengan taraf yang lebih tinggi, mulai dari standaar devisiasi, chisquare, sosiometri, berbagai model korelasi, analisi jalur, meta analisis, sampai pada metode analisis regresi.33 2. Metode Eksperimen Metode ini digunakan untuk menguji pengaruh dari proses perubahan pola kehidupan masyarakat. Metode ini dilakukan terhadap dua kelompok, yang satu kelompok eksperimen dann yang lain merupakan kelompok kontrol atau kelompok coba. Penelitian sosiologi dapat juga berfungsi untuk menarik suatu kesimpulan bahwa faktor eksperimen itulah yang menyebabkan perubahan dan perbedaan yang terjadi, sepanjang faktor-faktor lain tidak terganggu. 3. Metode Partisipatif Digunakan untuk penelitian secara mendalam tenteng kehidupan kelompok yang tidak mungkin dilakukan dengan menggunakan identitas penneliti.Metode ini hanya dapat efektif apabila dilakukan oleh peneliti yang memang mengetahui dan mengenal obyek-obyek penelitian, disamping peneliti mempunyai pengalaman pribadi sebagai anggota suatu kelompok obyek penelitian tersebut. 4. Metode Studi Kasus Digunakan utu meneliti kebnaran-kebenaran peristiwa tertentu, misalnya tentang geraka-gerakan sekelompok mahasiswa, gerakan orientasi tertentu, dan sebagainya kasus tertentu yang terbatas sifatnya. 5. Metode Survei Lapangan 33 http://bangudin22.blogspot.co.id/2013/04/fungsi-dan-kontribusi-sosiologi-dalam.html, Diakses 28 Juni 2016 Pukul 12.05
Digunakan untuk memperoleh data yang tidak munkin didapat dengan cara lain, oleh karena itu populasi begitu luas dan populer. Metode ini digunakan apabila ingin mencari data yang hanya ada pada kehidupan masyarakat secara langsung. A.2. Kegunaan Sosiologi dalam Pemecahan Masalah34 Masalah sosial berdasarkan definisinya yang paling tepat adalah masalah yang ditimbulkan dari masyarakat itu sendiri.Dengan demikian masalah sosial adalah masalah yang melibatkan sejumlah besar manusia dengan cara-cara yang menghalangi pemunahan kehendak biologis dan sosial yang ditetapkan mengikuti garis yang disetujui masyarakat. Berbagai usaha dan cara telah dilakukan banyak orang untuk menanggulangi masalah sosial, akan tetapi belum ada metode ampuh yang dapat menuntaskan setiap masalah sosial yang timbul. Kesulitannya, karena masalah-masalah yang timbul tidak selalu sama, baik latar belakangnya, waktunya, maupun pengaruh-pengaruh yang menyertainya. Ada pun metode-metode yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut,35 diantaranya adalah: a. Metode Coba-coba, yaitu cara menanggulangi masalah sosial yang paling sederhana. Metode ini sering digunakan untuk menanggulangi masalah sosial pada masyarakat yang masih tergolong sederhana. b. Metode analisis, yaitu cara penanggulangan masalah sosial dengan penelitian-penelitian secara ilmiah. c. Perencanaan sosial, yaitu suatu metode yang didasarkan pada fakta-fakta menurut hasil penelitian-penelitian ilmiah dan bukan berdasarkan pengalaman-pengalaman praktis atau penelitian-penelitian tanpa perhitungan. Secara sosiologis, perencanaan sosial pada dasarnya merupakan alat mempermudah usaha manusia menuju kepada suatu kemajuan sosial. Untuk menuju kemajuan sosial tersebut, tidak hanya tergantung pada campur tangan pemerintah akan tetapi lebih diutamakan keutamaan masyarakat, oleh karena itu masyrakatlah yang langsung terlibat dalam setiap proses perubahan masyarakkat tersebut.36 A.3. Kegunaan sosiologi untuk memahami masyarakat eksternal dan internal gereja. Menyikapi perkembangan yang ada dalam masyarakat, gereja masa kini dituntut untuk senantiasa memperbaharui diri guna memenuhi kebutuhan anggotanya dan sebagai jawaban 34 http://bangudin22.blogspot.co.id/2013/04/fungsi-dan-kontribusi-sosiologi-dalam.html. Diakses 28 Juni 2016 Pukul 12.07 35 http://bangudin22.blogspot.co.id/2013/04/fungsi-dan-kontribusi-sosiologi-dalam.html. Diakses 28 Juni 2016 Pukul 12. 08 36 http://bangudin22.blogspot.co.id/2013/04/fungsi-dan-kontribusi-sosiologi-dalam.html. Diakses 28 Juni 2016 Pukul 12.10
atas tugas dan panggilannya. Gereja dapat membenah diri sehingga dapat menjadi persekutuan yang dipanggil untuk melayani Tuhan melalui pelayanan terhadap dirinya, masyarakat dan dunia ini. Pergeseran dan perubahan itu terus-menerus terjadi dan derasnya arus pergeseran dan perubahan dalam masyarakat turut mempengaruhi gereja. Meskipun gereja bukan berasal dari “dunia” (Yoh. 17:16). Hal ini menantang gereja untuk turut menggumuli masalah-masalah yang timbul dan menyatakan sikapnya terhadap masalah-masalah itu. Gereja tidak dapat menutup mata terhadap lingkungan sekitarnya, terutama yang berkaitan dengan kebenaran, keadilan, kebebasan, kesetaraan dan kasih. 1. Tantangan Internal Tantangan internal adalah tantangan yang berasal dari tubuh gereja itu sendiri. Kenyataan gereja sebagai lembaga dan sebagai persekutuan melahirkan sebuah konsekuensi terutama menyangkut fungsi gereja. Adapun tantangan internal yaitu: Gereja hanya menekankan aspek kelembagaan dan mengabaikan persekutuan. Gereja sibuk dengan pebenahan dan urusan organisasi. Terdapat pula sekelompok orang didalam gereja seringkali terjebak untuk menganggap dirinya lebih baik dan benar dari kelompok lain. Mereka tidak mau menerima kritik dari orang lain. Ini yang kita lihat dalam kasus reformasi gereja pada abad ke-16. Banyak orang melihat gereja tidak lagi menjalankan tugas dengan semestinya. Bukan memberitakan ajakan pertobatan yang sejati, menegur orang agar meninggalkan perbuatannya yang menyimpang, gereja malah terlibat dalam penjualan “surat pengampunan dosa”. Marthin Luther menentang hal ini dan menegaskan bahwa keselamatan tidak dapat diperjualbelikan dan tidak ada keselamatan di luar gereja. Keselamatan hanya diperoleh lewat anugerah Allah sendiri yang kita imani seperti yang dijelaskan oleh kitab suci. Kritik Marthin Luther dianggap sebagai pemberontakan. Sikap merasa benar ini terkadang membuat kita memandang gereja sama saja dengan perkumpulan sosial, yakni orang-orang yang membentuk organisasi tersebut berhak untuk membubarkannya apabila sudah menyimpang atau kurang menguntungkan, dan akan mendukung bila hanya mendatangkan manfaat baginya. Hal ini tidak boleh terjadi dalam gereja. Bila orang tidak puas dengan gerejanya, ia tidak perlu meninggalkannya, Seharusnya orang tersebut mencari penyelesaian masalah sesuai dengan Firman Tuhan. Marthin Luther dan Yohanes Calvin menasehatkan, bahwa untuk menyelesaikan masalah yang timbul didalam gereja hendaklah masing-masing yang terlibat dalam masalah tersebut “duduk disekitar firman (Alkitab) atau membicarakan penyelesaian secara bersama”. Untuk itulah diperlukan sikap kritis dalam gereja.
Dalam pelaksanaan tugas panggilan gereja kita pun harus bersikap kritis, yaitu mengkritisi bagaimana gereja melaksanakan tugas panggilannya agar gereja tidak kehilangan keseimbangan fungsi sosial dan persekutuan. Seringkali gereja terlalu menekankan satu aspek dan mengabaikan aspek yang lain. Misalnya, gereja menjadwalkan ibadah-ibadah yang begitu padat, namun di sisi yang lain gereja tidak pernah astau sangat jarang melakukan kegiatan diakonia, seperti bakti sosial. Jadi sikap kritis harus dilakukan untuk memeberikan masukan dalam rangka pembaharuan peran gereja di tengah dunia. 2. Tantangan Eksternal a. Tantangan materialisme Dewasa ini pola hidup materialism telah mempengaruhi berbagai lapisan masyarakat sehingga terciptalah mentalitas yang mengagung-agungkan materi atau benda. Segala sesuatu diukur atas dasar materi. Termasuk juga dalam gereja, mulai memandang bahwa yang paling penting adalah urusan fisik gereja (sarana dan prasarana). Oleh karena itulah, seluruh kegiatan gereja difokuskan pada pembangunan gereja sevara fisik. Membangun gereja dengan megah memang tidak salah, namun bila hanya itu yang menjadi fokus, sehinga seluruh daya dikerahkan demi pelaksanaannya, maka tindakan itu tidak dapat dibenarkan. Lebih baik mementingkan kesejahteraan dan ekonomi warga jemaat daripada pembangunan fisik. b. Tantangan pola hidup serba cepat Perkembangan teknologi mengalami kemajuan yang begitu pesat. Manusia tak henti- hentinya berusaha menciptakan cara agar hidupnya dapat lebih mudah. Salah satu dampaknya yang paling kelihatan adalah manusia cenderung memperoleh segala sesuatu secara cepat dan mudah (instan). Pola hidup yang seperti ini ada di sekitar kita misalnya, kita banyak menemukan restoran siap saji, mie instan, cetak foto instan dan sebagainya. Tanpa disadari juga pola hidup cepat telah masuk ke dalam masyarakat. Manusia cenderung ingin meraih segala sesuatu dengan cepat tanpa mengikuti prosedur yang sebenarnya. Mentalitas semacam ini baik disadari maupun tidak telah merasuk ke dalam kehidupan gereja. Segala proses kehidupan menjadi proses yang serba cepat dan mudah, misalnya saja mengenai kesembuhan yang ingin cepat, hari ini berdoa hari ini sembuh, dan juga dalam hal rezeki, manusia inginya mendapat berkat banyak dalam waktu yang instan. c. Tantangan munculnya berbagai aliran dalam kekristenan Kita tidak dapat memungkiri kalau belakangan ini bermunculan berbagai aliran gereja. Masing-masing muncul dengan gaya dan ajaran yang berbeda-beda. Fenomena semacam ini menuntut kita untuk bersikap kritis terhadap aliran gereja yang muncul. Kita tidak boleh menerima begitu saja atau menutup diri terhadap diri terhadap fenomena tersebut. Sebaiknya, kita membandingkan ajaran-ajran itu dengan apa yang diajarkan oleh Alkitab dan ajaran yang diyakini oleh gereja. Salah satu usaha yang dapt kita lakukan untuk memperlengkapi diri
Search