Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Warta 30 Juni 2019

Warta 30 Juni 2019

Published by gulf201074, 2019-06-28 23:40:36

Description: Warta 30 Juni 2019

Search

Read the Text Version

Warta Sepekan, 30 Juni 2019 Gereja yang Berdoa, Menyembah, Bersaksi dan Melayani BETHANY CHURCH PERAK MALAYSIA 73A, Jln Perempuan Mazwin, Roundabout, Silibin; 64A, Jln Pengkalan Indah 1, Bandar Pengkalan (05-3212812); 67A, Jalan Laluan Klebang Restu 3, Medan Klebang Restu, Ipoh ; No 51A, 1st floor,Persiaran PM 2/3, Pusat Perniagaan seksyen 2 Sri Manjong, Sitiawan-: Desa Merbau Air Tawar. Pastor in charge : Ps. Robert James (email : [email protected]) RENUNGAN KHUSUS Dua kata yang sangat menarik untuk kita semua pelajari dan sekaligus menjadi MELATIH DIRI DALAM pengingat buat kita adalah kata ‘melatih’ KEBENARAN tubuhku dan ‘menguasai’ seluruhnya. Sejenak kita lihat teks asli yang disampaikan “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya oleh Rasul Paulus: seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil Kata ‘melatih’ dalam teks aslinya (Bahasa kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” 1 Korintus 9:27 Yunani) digunakan kata HUPOPIAZO, yang dalam Bahasa Inggris diterjemahkan Ayat di atas adalah ayat yang sangat menarik menjadi: to keep under/to conquer. Secara untuk dipelajari sekaligus ayat penting untuk bebas diterjemahkan menaklukkan atau mengingatkan kita semua. Rasul Paulus adalah mengalahkan. hamba Tuhan dengan segudang reputasi Kata ‘menguasai’ dalam teks aslinya pelayanan. Ia: digunakan kata DOULAGOGEO, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi bring menulis sebagian besar dari kitab Perjanjian it into subjection/to enslave. Secara bebas Baru, diterjemahkan memperhamba atau memperbudak. berkeliling dari satu kota ke kota lain, mengajar pemimpin-pemimpin Jemaat, Ketika Rasul Paulus menggunakan kalimat menguatkan Jemaat, tersebut dalam suratnya kepada Jemaat di memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus, Korintus, sebenarnya Rasul Paulus sedang banyak menderita demi Injil mengajak kita semua bukan hanya berlatih dan lain sebagainya. seperti berlatih sekedarnya saja. Contohnya Ia menyatakan betapa perlunya melatih tubuh seperti seseorang yang secara sekilas saja dan menguasainya seluruhnya. Bahwa, sekalipun berlatih bagaimana cara menyajikan suatu sudah melakukan segala pelayanan untuk Tuhan, masakan, atau orang yang hanya mau tahu ia tetap dapat ditolak juga. bagaimana cara menyanyi, atau seorang anak yang secara terpaksa berlatih mengerjakan

tugas-tugas sekolah. Tetapi Rasul Paulus sedang mengajak kita semua untuk punya keinginan, menaklukkan/mengalahkan tubuh (daging) dengan segala keinginannya, mengingatkan kita bahwa tubuh (daging) adalah hamba/budak, bukan tuan yang mengatur kehidupan kita. Diri kita, tubuh kita, hidup kita harus dapat dikuasai/ditaklukkan untuk selalu tunduk dalam Kebenaran. Melatih diri untuk hidup dalam kebenaran memiliki arti bahwa kita harus mampu menguasai dan menaklukan diri kita sendiri untuk tetap hidup dalam Kebenaran. Pikiran, perasaan, keinginan, ucapan, tingkah laku kita harus dikendalikan supaya tunduk dalam kebenaran. Paulus memberikan contoh bagaimana ia berkomitmen dalam hidup ini. Walaupun ia sangat berhasil dalam pelayanan - sebagai Rasul, sebagai Pengajar, sebagai Penulis Kitab, sebagai Penginjil, sebagai Pengkotbah - namun ia tetap mempunyai kesadaran, yaitu bahwa keberhasilan dalam pelayanan menjadi tidak berarti kalau tidak dapat menjaga hidup kita dengan cara menguasai (mengalahkan) tubuh atau daging. Ingat sekali lagi tubuh atau daging adalah hamba bukan tuan. Dalam kitab Matius dan Markus, Yesus Kristus sendiri pernah mengatakan bahwa “roh memang penurut, tapi daging lemah.” Perkataan Yesus menyadarkan kita bahwa tubuh harus dikuasai — kita tidak boleh menuruti tubuh yang lemah, sebaliknya tubuh tersebut harus dikuasai dan ditaklukkan supaya menjadi alat yang efektif untuk selalu tetap dalam kebenaran. Keberhasilan dalam hal keseharian pun membutuhkan niat yang sungguh-sungguh kuat untuk mengalahkan keinginan tubuh ini. Sebagai contoh: Seorang atlet yang berhasil adalah atlet yang punya kegigihan dalam berlatih, pagi-pagi benar ia sudah bangun dari tidurnya, mengalahkan keinginan tubuh yang maunya tetap terlelap di atas kasurnya, selama berjam-jam ia harus dengan gigih terus berlatih, bukan dalam hal berlatih saja, ia pun harus disiplin dalam menjaga apa yang ia makan dan minum — walaupun mungkin punya keinginan untuk mengkonsumsi makan dan minuman yang tidak sehat. Seorang pelajar dapat lulus dengan nilai yang sangat memuaskan hanya jika ia dengan gigih belajar dan menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Hal tersebut dapat ia lakukan dengan tidak sedikit berkorban untuk tidak melakukan hal-hal yang sebetulnya ia sukai, seperti bermain bersama dengan teman, menonton acara kesukaan, dan lain sebagainya. Jika dalam hal sehari-hari untuk mencapai keberhasilan saja dibutuhkan niat yang sungguh-sungguh dan kegigihan untuk mengalahkan kedagingan ini, apalagi untuk hidup dalam Kebenaran, dibutuhkan kesungguhan yang jauh lebih besar karena berakibat kepada keselamatan. Beberapa bentuk praktis melatih diri untuk tetap dalam kebenaran adalah dengan tetap setia dan disiplin dalam melakukan hal-hal rohani yang di antaranya adalah membaca dan mempelajari Firman Tuhan, terlibat dalam Menara Doa, berkomitmen dalam Saat Teduh, setia dalam Pertemuan- pertemuan Ibadah bersama dengan Persekutuan dengan sesama anggota tubuh Kristus. “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” Ibrani 10:25 Waktu kita sungguh-sungguh memperhatikan sekeliling kita, baik dari kejadian sehari-hari, dari berita yang kita baca dan dengar, kita mendapat sebuah kesimpulan bahwa memang kita hidup di saat-saat akhir di mana kita semua sedang menantikan kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali. Tetapi ironisnya, di tengah-tengah kesadaran bahwa hari Tuhan yang semakin mendekat, sebagian orang Kristen malah memiliki kebiasaan yang sangat berlawanan dengan komitmen awal sebagai pengikut Kristus. Mereka memilih untuk memiliki kebiasaan menjauhkan diri dari pertemuan- pertemuan ibadah, dengan berbagai macam alasan — kemalasan, keinginan daging, kesibukan, dan lain sebagainya. Sebenarnya waktu kita sadar dan mengakui bahwa hari Tuhan semakin mendekat, seharusnya kita semakin rajin bertemu, bersekutu, berhimpun untuk beribadah kepada Tuhan. Tetaplah setia, tetaplah berkomitmen, tetaplah disiplin dalam membaca dan mempelajari Firman Tuhan, terlibat dalam Menara Doa, dalam Saat Teduh, juga dalam Pertemuan-pertemuan Ibadah bersama dengan Persekutuan dengan sesama anggota tubuh Kristus. Ingat Tuhan sudah memberikan kita tujuh hari seminggu, dua puluh empat jam dalam sehari; masakan kita tidak menggunakannya untuk membangun hidup tetap dalam kebenaran? (NS)

3 FAKTA KENAPA GEREJA GAGAL DA- LAM MERAIH GENERASI MILENIAL Ketika mendeskripsikan jutaan orang yang dikenal sebagai generasi ‘milenial’, pemikiran ini yang muncul. Tahun 2020, demografi terbesar yang ada di sejarah ini mendominasi negara kita. Lalu bagaimana kita se- bagai umat Kristen dapat memahami pola pikir mereka, karena banyak diantara mereka yang tidak mengenal Tuhan ataupun jika sudah mengenal Tuhan, mereka meragukannya? Berikut ada beberapa ‘kabar baik’ tentang memberitakan ‘kabar baik’, meraih dan mempertahankan gen- erasi milenial dimulai dari hubungan, persahabatan, dan perbincangan. Keluarga dalam gereja bisa lho melakukan hal ini! Membangun persahabatan dengan orang-orang disekitarnya adalah hal yang tidak mus- tahil dilakukan oleh gereja, dimanapun mereka berada dan dengan sumber daya apapun. Masa depan gereja ada di tangan generasi muda, oleh karena itu raihlah generasi ini untuk mengenal Kristus. Namun sebelum menentukan strategi, berikut 3 fakta kenapa gereja gagal dalam meraih generasi milenial: Sumber : gnjumc 1. Lebih menghargai tradisi daripada manusia Secara tidak sadar, masih banyak gereja yang lebih mementingkan tradisi dibandingkan kebutuhan jemaatnya. Banyak gereja yang berpikir bahwa masalah keuangan, gedung gereja, dan program-program penunjang sarana prasarana itu lebih penting ketimbang pertumbuhan kualitas jemaatnya. Sayangnya ini semakin diperparah dengan kurang adanya keikutsertaan generasi muda dalam berperan membangun pela- yanan di gereja. Ada 2 hal ekstrem ini juga menjadi fokus yang tidak sehat dari gereja, yaitu pertama, ‘bisnis’. Gereja memutuskan untuk membuat ministry baru atau ‘mengubah citra’-nya demi menarik generasi selanjutnya. Sayangnya, hal ini kadang kurang berhasil, malah jadi semacam perebutan jemaat. Orang yang hanya da- tang untuk bergereja namun tidak ikut berkomunitas sifatnya sementara, sehingga kurang bisa mem- bangun. Yang kedua, perubahan yang tidak sehat dalam doktrin. Untuk menarik lebih banyak jemaat, ada gereja yang akhirnya mengubah keyakinan pada pernikahan ataupun keputusan rohaniah lainnya. Intinya, kita yang mempunyai tugas untuk memberitakan kabar baik, seharusnya semua keputusan tersebut tetap ber- pegang penuh pada firman Tuhan.

2. Terlalu menuntut anak dalam hal duniawi ketim- bang pelayanan Hal ini sangat penting diperhatikan oleh para orang tua milenial dan orang-orang muda yang lahir di gen- erasi ini. Meraih prestasi dan memiliki banyak kemampuan itu bagus, tapi kalau sudah menomorduakan hubungan dengan Tuhan, sebaiknya jangan ya. Karena kebanyakan yang saya jumpai saat ini, tidak sedikit orang tua milenial yang lebih mementingkan pendidikan dan kemampuan anak dibandingkan mereka bergabung dalam acara gereja ataupun pelayanan. Bukan hanya itu saja, generasi milenial juga cenderung sibuk. Tuntutan ekonomi yang begitu tinggi mem- buat mereka punya kesibukan sampai malam bahkan weekend sekalipun. Biasanya hal ini menimpa gereja di perkotaan. ber: Gavin Adams Sum- 3. Memilih kenyamanan daripada komunitas dan tujuan gereja Generasi milenial ini punya kecenderungan egosentris yang tinggi. Mereka akan mencari tempat dimana mereka nyaman untuk bernaung, seperti gereja. Beberapa dari mereka berganti-ganti gereja demi menemukan yang ‘pas’. Padahal semua gereja harusnya bisa lho sebagai tempat mereka bernaung tinggal bagaimana kita memfasilitasi mereka. Gereja kadang juga lupa. Setelah generasi milenial ini dari Senin sampai Jumat disibukkan dengan peker- jaan ataupun pendidikannya dan saat beribadah, gereja masih saja tidak menyegarkan mereka dengan Fir- man Tuhan. Mereka jadi tidak nyaman karena beranggapan tidak ada tempat yang mampu menjawab kebu- tuhan mereka terhadap masalah yang dialami. Tidak ada salahnya kan, ada saatnya gereja melalui koth- bahnya menjawab permasalahan jemaat. (CC)

Kristus sebagai Generasi Z (Post Milenial) – Sebuah Pendekatan Mela- yani Generasi Z Berdasarkan data dari beberapa lembaga riset, Generasi Z (Post Millenial) sering disebut sebagai anak kandung dari teknologi saat ini. Mereka lahir (khususnya di Indonesia) ketika inter- net dan perkembangan teknologi smartphone sudah menjadi produk massal yang dapat dimiliki oleh siapapun, mengingat ketersediaan smartphone mulai dari low-entry sampai yang high- entry. Keakraban mereka dengan dunia teknologi, internet, aplikasi, dan sebagainya, menjadikan mereka cenderung independen di dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan ke- hidupan mereka dalam semua aspek bidang, maksudnya diri mereka sendirilah yang menjadi pengaruh di dalam mengambil dan menentukan sebuah keputusan. Sikap ini lahir dikarenakan mudahnya mereka untuk mengakses segala macam informasi dan berita yang berkaitan dengan keputusan yang harus mereka ambil. Contoh sederhana adalah mengenai pendidikan yang hen- dak mereka ambil. Generasi Z (Post Millenial) dengan mudah menggali informasi lewat smartphone mereka mengenai sekolah atau kampus serta fakultas apa yang harus mereka ambil sesuai dengan passion mereka dan minat mereka. Bahkan tidak jarang mereka mampu juga me- nyertakan alasan mengenai orientasi kedepan dari fakultas yang akan mereka ambil atau seder- hananya, mereka paham akan jadi apa kedepannya jika mereka selesai kuliah nanti. Sikap independen Generasi Z (Post Millenial) sering disalahartikan oleh Generasi sebelumnya, yaitu Generasi Y atau Millenial yang cenderung egois, apalagi bagi Generasi sebelum Generasi Y (Millenial), sikap independen Generasi Z (Post Millenial) dianggap sebagai sebuah pemberon- takan dan tidak jarang mereka langsung memberikan label atau stigma Generasi yang tidak hor- mat terhadap generasi sebelumnya. Padahal menurut penulis pribadi (ini bisa subyektif), merekalah yang justru bermasalah karena hidup di zaman yang telah banyak berubah, namun masih digerakkan oleh romantisme dan kejayaan serta kehebatan masa lalu mereka yang sama sekali tidak relevan dengan Generasi Z (jangankan dengan Generasi Z, dengan Generasi Y atau Millenial saja tidak nyambung). Melihat kondisi Generasi Z (Post Millenial) saat ini dengan behavior atau karakteristik mereka yang cenderung independen, meningatkan saya dengan sosok Tuhan Yesus Kristus yang berinkarnasi menjadi manusia, kurang lebih 2000-an tahun yang lalu. Kristus muncul sebagai sosok yang independen dan hal itu terlihat dengan jelas di dalam Injil Lukas 2:41-52. Alkitab mencatat ketika berusia duabelas tahun, Tuhan Yesus di ajak oleh orang tuanya ke Yerusalem un- tuk merayakan hari Paskah sesuai dengan tradisi mereka sebagai orang Yahudi. Setelah merayakan perayaan Paskah di Yerusalem orang tuanya kembali pulang, namun betapa kagetnya mereka karena mereka tidak menemukan Tuhan Yesus dalam rombongan mereka. Orang tua Tu- han Yesus, yaitu Yusuf dan Maria akhirnya kembali ke Yerusalem dan setelah tiga hari mereka berhasil menemukan Tuhan Yesus sedang berada di Bait Allah. Yusuf dan Maria begitu cemas dengan Tuhan Yesus dan wajar saja mengingat usianya baru duabelas tahun. Namun ketika Maria menyampaikan rasa cemasnya kepada Tuhan Yesus, justru jawaban mengejutkan diberikan oleh Tuhan Yesus yang mempertanyakan mengapa Maria danYusuf harus mencemaskan diri-Nya ketika mencari diri-Nya, sedangkan Dia berada di rumah Bapa-Nya. Ja- waban Tuhan Yesus jika diperhatikan baik-baik menunjukan sikap independen sama seperti si- kap Generasi Z (Post Millenial) saat ini. Jawaban yang mungkin bagi generasi di atasnya sebagai jawaban yang terkesan kurang ajar, tidak hormat, tidak memiliki sikap sopan santun, dan lain- lain, namun sebenarnya merupakan jawaban yang wajar atau normal bagi Generasi Z (Post Mille- nial). Mengapa saya katakan wajar? Sebab Tuhan Yesus di usia duabelas tahun telah menyadari identitas diri-Nya dan darimana Ia berasal. Karakter independen Tuhan Yesus kembali terlihat dalam pelayanan-Nya ketika Ia me- masuki usia tigapuluh tahun. Tuhan Yesus melakukan semacam reformasi (jika tidak ingin dikatakan revolusi) dalam dunia keagamaan dan budaya Yahudi yang menyatu padu saat itu. Pengajaran dan sikapnya yang sering melawan arus dengan apa yang diajarkan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi serta Saduki menjadi sebuah fenomena kala itu dan sangat kontroversial. Bahkan tidak jarang konfrontasi langsung antara Tuhan Yesus dengan ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi dan Saduki semakin mempertebal ke-independen-nan Tuhan Yesus kala itu yang sama dengan karakteristik Generasi Z (Post Millenial) saat ini. Perkataan Tuhan Yesus yang men-sejajarkan diri-Nya dengan perkataan Allah kepada Musa (ini

berarti Tuhan Yesus dianggap menjadikan diri-Nya sendiri Allah) dan tercatat dalam hukum Taurat menegaskan sikap independen-Nya lagi. Akibatnya Tuhan Yesus dianggap sebagai sosok sesat, pengacau, perusak dan stigma negatif lainnya, di mata orang-orang Farisi dan Saduki serta ahli-ahli Taurat. Dampaknya adalah sebuah gerakan politik yang berujung kepada keputusan un- tuk menghukum mati Tuhan Yesus di atas kayu salib terjadi dan hal ini menjadi ending dari ceri- ta kontroversial Tuhan Yesus yang berinkarnasi menjadi manusia di bumi. Tuhan Yesus kala itu dikenang sebagai sosok yang independen, mandiri dan merdeka terhadap siapapun manusia dan terhadap kepentingan apapun manusia, bahkan termasuk tradisi agama dan budaya Yahudi yang cenderung dibelokkan demi kepentingan politik kelompok Mahkahmah Agama, yaitu Sanhedrin (yang anggotanya ahli-ahli Taurat/kitab, orang-orang Farisi dan Saduki). Jika memahami independensi pribadi Tuhan Yesus yang membuat gerah “lawan-lawan”- Nya kala itu, maka penulis berpendapat ada dua penyebab mengapa hal tersebut terlihat di da- lam pribadi Tuhan Yesus, dan penyebab ini dapat menjadi sebuah pendekatan di dalam melayani Generasi Z (Post Millenial) yang cenderung independen, yaitu: Pertama, Tuhan Yesus tahu identitas diri-Nya. Ketika berada di Bait Allah di Yerusalem karena dengan sengaja meninggalkan dirinya dari rombongan orang tuanya, padahal usianya kala itu masih duabelas tahun, Tuhan Yesus memberikan jawaban dari pernyataan dan pertanyaan Maria ibunya karena membuat cemas dirinya sebagai orangtua, memperlihatkan jika Tuhan Yesus mengerti benar identitas diri-Nya meskipun secara manusia Ia berusia duabelas tahun. Melayani Generasi Z (Post Millenial) yang sangat independen, harus dimulai dari mem- bangun sebuah pengajaran teologi yang bersifat memberikan penguatan mengenai identitas mereka. Loh, apa yang baru dari hal ini, bukankah pengajaran seperti ini sudah ada sejak bebera- pa tahun lampau dan sudah dilakukan oleh Gereja Tuhan? Menjawab pertanyaan ini, penulis tid- ak membantah tentang hal ini, namun dalam prakteknya, pengajaran teologi yang memberikan penguatan identitas kepada Anak Muda beberapa tahun lampau justru dilemahkan dengan sendirinya, yaitu dengan cara kita menyampaikan pengajaran tersebut. Maksud penulis adalah perhatikanlah narasi dalam Lukas 2:41-52, di dalam narasi tersebut Tu- han Yesus sedang berinteraksi, bertanya, diskusi, dan berdialog dengan alim ulama di Bait Allah. Hebatnya alim ulama memberikan ruang kepada Tuhan Yesus yang kala itu masih remaja, untuk mengekspresikan seluruh rasa ingin tahunya. Ada kebebasan yang diberikan alim ulama kepada Tuhan Yesus sehingga Ia menjadi otentik. Pengajaran yang diterima oleh Tuhan Yesus oleh Alim Ulama di Bait Allah menonjolkan Kristus sebagai bintangnya bukan Alim Ulama. Bahkan Alkitab mencatat bahwa alim ulama ka- gum dan bangga dengan Tuhan Yesus ketika berdiskusi dan berdialog dengan Tuhan Yesus bahkan memuji-Nya. Inilah yang penulis maksudkan, bahwa pengajaran teologi yang mem- berikan penguatan identitas kepada Generasi Z (Post Millenial) hendaknya satu paket dengan metode yang digunakan. Pengajaran yang Anak Muda terima beberapa tahun lampau mengenai penguatan identitas masih bersifat satu arah dan yang menjadi bintangnya adalah si pembicara. Generasi Z (Post Millenial) tidak dapat diperlakukan demikian, sebab dengan adanya media so- sial yang membuat mereka bebas mengekspresikan dirinya, pendapatnya, sikapnya dan se- bagainya tentang apapun yang menurut mereka baik dan benar (tidak sama dengan egois yah), menunjukkan bahwa penguatan identitas harus diberikan dengan mengingat sebuah prinsip bah- wa mereka adalah bintangnya, merekalah yang mampu membuat perubahan sebab memang mereka senang menjadi pelaku perubahan karena mereka Independen (maksudnya faktor terbesar yang memberi pengaruh adalah diri mereka sendiri). Kedua, Tuhan Yesus tahu darimana diri-Nya berasal. Pernyataan Tuhan Yesus dalam ajaran-Nya yang sering kali men-sejajarkan diri-Nya dengan firman Allah dalam kitab Musa yang sama dengan menjadikan diri-Nya sama dengan Al- lah, mengindikasikan kalau Ia tahu darimana Ia berasal. Melayani Generasi Z (Post MIllenial) yang cenderung independen, maka pendekatan “darimana ia berasal” dapat menjadi sebuah acuan agar efektif melayani mereka. Pendekatan “darimana ia berasal” tujuannya adalah terciptanya sebuah relasi “hati” antara mereka yang me- layani dengan Generasi Z (Post Millenial) yang dilayani. Generasi Z (Post Millenial) selain inde- penden, mereka juga memiliki karakteristik sangat terbuka dengan siapapun dibandingkan dengan Generasi sebelumnya karena mudahnya mereka mengakses informasi. Namun, sikapnya

yang terbuka bukan berarti mudah untuk mendekati mereka, sebab sama seperti mudahnya mereka mengunduh applikasi yang jika mereka suka mereka akan pertahankan tapi jika tidak mereka akan hapus dari smartphone mereka, maka resiko membangun relasi dengan Generasi Z (Post Millenial) juga demikian, jika mereka nyaman, suka, dan sebagainya, maka kita dipertahan- kan, tetapi jika sebaliknya, maka dengan mudah dia akan menghilang dan menghapus diri kita dari memori relasi mereka dengan sesama. Pendekatan “darimana ia berasal” ini berarti kita melakukan pendekatan coaching, untuk menggali sebanyak mungkin mengenai informasi dari Generasi Z (Post Millenial) yang kita laya- ni. Menjadi pendengar yang berkualitas adalah langkah awal untuk pendekatan ini dan dibarengi dengan komitmen waktu untuk mereka baik lewat media sosial maupun lewat pertemuan nyata, sehingga kita tidak menjadi pribadi yang sok tahu untuk menilai kebutuhan Generasi Z (Post Millenial) tanpa terlebih dahulu memahami keinginan Generasi Z (Post Millenial). Maksud penu- lis adalah dengan mendengarkan secara berkualitas atau saksama, maka kita memiliki gambaran dari keinginan Generasi Z (Post Millenial), sehingga dalam mendaratkan kebutuhan Generasi Z (Post Millenial), kita tidak salah yang menyinggung pribadi mereka sehingga mengakibatkan pengajaran yang baik dan benar sekalipun menjadi sulit diterima oleh mereka. Contoh dalam kasus seperti ini, ada seorang Generasi Z (Post Millenial) yang menyukai salah seorang lawan jenis.Secara keinginan, ia ingin berpacaran dengan pribadi yang dia suka, namun dengan usianya saat ini, kita melihat bahwa itu bukan kebutuhan mereka. Kita harus me- nyimak “darimana ia berasal” atau seluruh cerita dari Generasi Z (Post Millenial) mengenai perasaannya, alasannya dia suka, dan segala macam hal detail lainnya, agar ketika menyam- paikan kepada dia bahwa pacaran bukanlah kebutuhannya saat ini, maka kita tahu atau memiliki gambaran batas kata atau kalimat yang seperti apa yang tepat untuk dirinya. Jika kita berhasil, maka kita akan mampu mempertebal rasa percaya, nyaman dan keasyikkan di dalam relasi mere- ka dengan kita. Perhatikan khotbah di bukit Tuhan Yesus. Dia mampu membangun sebuah pengajaran yang emosional dan mampu membangkitkan harapan orang-orang banyak yang mengikuti-Nya karena ia melakukan pendekatan “darimana ia berasal” kepada orang-orang yang dilayani. Tuhan Yesus memposisikan diri sama dengan pendengarnya sehingga ada sebuah relasi yang simpatik dan empati yang kuat antara diri-Nya dan pendengar-Nya. Sikap Tuhan Yesus ini menghasilkan “branding” bagi diri-Nya berbeda dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi serta Saduki, bahkan orang banyak kala itu menyebut-Nya sebagai sosok yang mengajar dengan kuasa. Inilah yang menjadi pemikiran penulis dan penulis lakukan sendiri ketika melayani Gen- erasi Z (Post Millenial). Semoga ini bisa menjadi tambahan informasi bagi rekan-rekan di dalam melayani Generasi Z (Post Millenial) yang Tuhan percayakan, bahkan mungkin ini dapat menjadi acuan awal yang menginspirasi teman-teman lainnya untuk mengembangkan pelayanannya saat ini. Hormat saya bagi kalian yang peduli kepada issue Next Generation dan memberikan hidup di ar- ea pelayanan ini., Salam Kegerakan Saut Hasidungan Purba

DOA BUAT YOUNG ADULTS : DEWASA MUDA Nama negara : Ukraina Populasi : 43,8 juta jiwa Agama : Mayoritas Kristen Ortodox. POKOK DOA 1. Berdoa untuk pemulihan demi pemulihan bangsa Ukraina akibat gejolak politik yang pernah terjadi pada tahun 2014. Damai dan kasih dari Tuhan menggantikan setiap kebencian, dendam dan luka yang ada di bangsa ini. Bangsa Ukraina dipulihkan dan disembuhkan. Amin. 2. Setiap rancangan Tuhan atas negeri ini terjadi. Tuhan kembali membangkitkan Gereja-gereja yang penuh Roh Kudus dan firmanNya untuk berdampak bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri ini. Ukraina diberkati untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. 3. Berdoa untuk pemerintah Ukraina agar para pemimpin mereka sungguh-sungguh mengandal- kan hikmat dan kemampuan dari Tuhan dalam mengatasi persoalan yang ada di bangsa ini, pasca pergolakan politik 2014. 4. Perhatikanlah perintah-perintah Tuhan hai bangsa Ukraina, maka damai sejahteramu akan sep- erti sungai yang tidak pernah kering dan kebahagianmu akan terus berlimpah seperti gelom- bang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti (Yes. 48 : 18). Amin.

Daftar Community Of Love (COoL) Daftar Community Of LoVe (COoL) BCM PENGKALAN BCM SILIBIN Kord A/Shift : Cassie Ratih 2 Kordinator Asmur dan Meru : Esterlina Hutasoit 0116153704 1. COoL Filadelfia : Vivi L 2. COoL Alfa&Omega : Safira Nopika 1. COoL Keluarga 1 ; Ibu Kezia Sri 3. COoL Gloria : Natalia Sembiring 2. COoL Taman Meru : Dorcas Dewi 4. COoL Immanuel ; Joan Butar Butar 3. Taman Meru AA : Yosi Anna 5. COoL Sangkakala A : Evelyn 4. Taman Meru BB1 : Marni Lumban Gaol 6. COoL Faith : Rina Ambarita 5. Taman Meru BB 2 : Laura Elfrida 7. COoL Rajawali ; Roulina 6. Asrama Murni AA1 : Marissa Hillary 8. COoL Anak Baru ; Cassie Ratih 7. Asrama Murni AA2 : Sari Zega 8. Asrama Murni AA3 : Esterlina Hutasoit Kord B/Shift : Nia Suardina 9. Asmur BB1– Victory : Othniela Evi 10. Asmur BB3- : Ester Nellly 1. COoL Sangkakala B : Sartika Napitu 11. Asmur BB4 —Glory : Sarmiani Damanik 2. COoL Bethesda : Betaria Lumban Batu 12. Asmur CC1-Grace : Ruth Ira 3. COoL Wanita Bijak : Helty Samosir 13. Asmur CC2-Alena : Ika Alexandra Saragi 4. COOL Ekklesia ; Ibu Lydia Ginting 14. Asmur CC3-Helsa : Rina Tambunan 5. COoL Anugerah : Rebecca Situmorang 15. COOl Mapa : Eninta Florentina 6. COoL Glory ; Annaria Sihombing Kord C/Shift : Ibu Roma Aritonang Daftar Community Of Love (COoL) Sitiawan 1. COoL Maranatha :Siska Telambanua 2. COoL Haleluya1: Martha Indri 1. Keluarga Sitiawan ; Ibu Novi Simanjuntak 3. COoL Haleluya2: Ibu Roma Aritonang 2. COoL Cengkat jering ; 4. COoL Putri Sion : Naomi Triana 3. COoL Kampung Baru ; 5. COoL Igrea : Lindy Tetty R 6. COoL Grace : Helmi Sihite 7. COoL Yobel : Tabitha Helmi 8. COoL Boru Ni Raja: Renia Sihombing 9. COoL Sangkakala C : Riwani Kord Panorama dan Pinji : Yenida Sinaga No HP Kordinator Lainnya 1. COoL Eirene : Yenida Kordi Ibadah Sitiawan ; Ibu Novi 01131741224 2. COoL Agape : Gloria Tamborine : Amelia Bestaria 89530694 3. COoL Hebron : Ibu Saut Dancer : Joan Romantika 0165274396 4. COoL Batsyeba : Firma Tiang Doa : Naomi Triana 0184628027 5. COoL Faith ; Meiria Purba Sek Minggu Silibin: Dorcas Dewi 01136139590 6. COoL Agatha : Melidar Simbolon 7. COoL Emmanuel ; Given Unisem A/S ; Cassie Ratih 011114210060 8. COoL Talent : Arlina Unisem B/S : Nia Suardina 01137882528 9. COoL Joy : Novita Unisem C/S : Ibu Roma 01137810720 10. COoL Gift : Lela Manik Panorama & Salutica ; Yenida 0102912209 11. COoL Atarah : Risda Manik 12. COoL Betsaida 1: Susiwanti 13. COoL Betsaida 2: Asri Manurung 14. COoL Liora : Juwita 15. COoL Grace : Agustina Tinambunan 16. COoL Angela 1 ; Ivana 17. COoL Angela 2 : Fitri Eka 18. COoL Alpha : Irawati 19. COoL Wanita Teladan : Uli Ulina Pinem 20.COoL CC3 : Samot

Daftar Community Of Love (COoL) No HP Kordinator KLEBANG RESTU 1. Finisar Q/S : Mida Sagala 0142381370 Kord Finisar S/Shift : Lena Veronica 1. Wing Onn S ; Bertha 2. Finisar R/ S : Hilda Neni 01151937101 2. Putri Sion 1 : Elisabateh 3. Putri Sion 2 ; Tirza Manalu 2 3. Finisar S/S : Veronica Lena 01136138864 4. Putri Sion 4 ; Cornelia 5. Putri Sion 5 : Hanna Sirait 4. Yamaha ; Irma Hariyati —0123439536 Kord Kamaya : Trisna Sheba 5. Kamaya 1 : Trisna Sheba — 0 16-791 4875 1. COoL Kemenangan: Irma Aritonang 6. Kamaya 2 : Widya Sinulingga—0164237685 2. COoL Kasih : Fitry Simatupang 7. MMC ; Saurma Sinaga—01139520436 3. COoL Yehovah Roi: Trisna Sheba 4. COoL Yehovah Shalom: Lamria N Kord Yamaha ; Irma Hariyati Napitupulu 5. COoL Selomitha ; Eter Maniar 1. COoL Gab Yamaha ; Siska Maria 6. COoL Tehilah : Mery Aritonang Kord Finisar R/Shift: Adriel 7. COoL Yehovah Jireh : Desi D 1. Cool Wing Onn : Stevani Siburian 8. Immanuel : Widya Sinulingga 2. COoL Anugrah 1 : Rokaya Simanjuntak 9. Purti Sion : Dumaringgas 3. COoL Anugrah 2 : Hilda 10. YES: Merry Sidabutar 4. COoL Anugrah 3; Roindah Tamba 11. Klebang Ria ; Felicia Winda Silitonga 5. COoL Anugrah 4 : Satriani 12. Okuli : Eva Situmorang 13. Filadelfia : Christina Kord Finisar Q /Shift : Helmida Sagala Kata Bijak Untuk Para Pemimpin dan Gembala 1. Wing Onn 1 : Zelda 2. Wing Onn 2 : Eti Rachel “Seorang pemimpin mampu menyen- 3. Khantan Immanuel 1 : Rini Sinaga tuh hati orang lain sebelum meminta 4. Khantan Immanuel 2 : Mastinar S 5. Khantan Immanuel 3 : Martha S mereka melakukan sesuatu.” 6. Khantan Immanuel 4 : Winda N – John Maxwell Kord MMC; Saurma Sinaga 1. COoL Eklesia : Romaito Kamu harus menjadi pribadi yang baik. 2. COoL Eliezer : Debora Purba Kamu harus mampu mendekati orang lain se- 3. COoL Putri Sion : Yemima Bakara hingga mereka bisa menyukaimu. Apabila hal 4. MMC Gefira (Klebang Restu 1); Evelyn ini sudah kamu lakukan, meminta mereka un- 5. MMC Talitakum (Klebang 2) : Yusnita 6. MMC Gloria (Klebang Ria) : Selfrida tuk melakukan sesuatu akan sangat mudah bagimu. Hasil yang diberikan pun tentunya Imperial Tambun & Klebang akan lebih baik karena mereka ikhlas dan se- Kord : Tamara Esti mangat dalam menjalankannya. 1. Blok Unshakeable Woman ; Emelia “Seorang pemimpin adalah seorang Sinaga penjual harapan.“ 2. Blok A Tambun : Evi Sialagan 3. Blok F Tambun : Mai Santa Clara – Napoleon Bonaparte 4. Imperial Kasih : Tamara 5. Imperial Hosana : Debora Hutasoit Pemimpin yang baik ialah pemimpin yang 6. Imperial YES ; Mida Manurung bisa menumbuhkan sebuah harapan pada 7. Imperial Blok H ; Romma Haloho pengikutnya. Dengan adanya harapan yang 8. Ibu Ibu Bijaksana ; Ibu Dewi S tumbuh di hati, akan tergerak untuk melakukan suatu tindakan nyata demi mereal- isasikan suatu harapan tersebut menjadi ken- yataan.

Kelas KOM 200 BCM KLEBANG RESTU DAN SILIBIN akan dimulai Selasa, 9 Juli 2019 dengan tempat BCM Klebang Restu jam 8.30 am/pm. Sedang Kelas KOM 200 BCM Pengkalan rencana akan di mulai Senin, 29 Juli 2019 dengan tempat Gereja Pengkalan jam 8.15 am/pm. Daftarkan diri dengan segera kepada para gembala COoL yang ada. Kelas ini bersifat free. Tidak dipungut bayaran. (*kecuali biaya Fotocopi Buku KOM 200) 1. Terimakasih untuk pelayanan Ps Eko Prasetyo dan Ps Fredy Simanjuntak sepanjang hari ini, Tu- han memberkati. 2. Ujian KOM 100 Silibin, Senin 1 Juli 2019 di Silibin jam 8.15 am/pm. Harap perhatian siswa KOM 100 . 3. Akan segera dibuka pendaftaran perkuliahan angktan IX yang akan dimulai Senin 22 Juli 2019 di BCM Silibin. Daftarkan diri dengan segera segera kepada Ps Joni Gultom. Minggu ini sudah mendaftar kira kira 45 mahasiswa. Biaya pendaftaran RM 150 . Mari raihlah masa depan mu sekarang juga. 4. Bagi jemaat yang rindu di layani Baptisan Air, daftarkan diri anda kepada Ps Kristina dan akan dil- aksanakan Pengarahan Baptisan terlebih dahulu. Selamat untuk jiwa jiwa yang telah mengambil baptisan air minggu ini. 5. Bagi jemaat yang belum mendapatkan sertifikat baptisan, berhubungan langsung dengan Ps Joni dengan membawa foto 3x4 sebanyak 2 lembar. 6. Mari bertumbuh dalam kelompok sel Community of Love (COoL) di tempat masing mas- ing. Dengan tema KESATUAN HATI, TUMBUH BERSAMA DAN MENANGKAN JIWA BUAT KRISTUS Pelayanan Umum / STT Real Ipoh : Ps Joni Gultom : 0165120731 / +62895603721262 Pelayanan Baptisan : Ps Kristiana - 016-5635082 Kordinator Sitiawan dan Pos PI : Ps Sarce - 019-5698350 Pelayanan Ipoh dan sekitarnya ; Ps Kristiana - 016-5635082 Pelayanan Praise And Worship : Doni (0165959012) dan Mida Sagala (0142381370) No Jadwal Ibadah Hari Jam Tempat Ahad/ Pengkalan 1 Ibadah Raya Pengkalan 1 Minggu 08.30-10.30am Ibadah Raya Pengkalan 2 10.45—12.45 pm Silibin Ibadah Raya Pengkalan 3 Sabtu 08.30—10.30 pm Ibadah Raya Silibin 1 Senin– 08.30– 10.30pm Klebang Restu Ibadah Raya Silibin 2 Jumat 08.30-10.30pm Ibadah Raya Klebang 1 Sabtu 08.45-10.45 am Tambun Ibadah Raya Klebang 2 Sabtu 11.00– 12.45 pm Sitiawan Ibadah Raya Klebang 3 08.45-10.45 pm Ibadah Raya Tambun 03.00-05.00 pm Hostel, rumah Ibadah Raya Sitiawan 09.00-11.00 am doa, gereja POS PI Cengkat Jering 07.00-08.30pm Semua Cabang POS PI Kampung Baru 07.00-08.30 pm Gereja dan ru- mah doa 2 Ibadah Community Of Pagi dan malam Love 08.30-10.00am 3 Doa Puasa 08.00-09.00pm 4 Doa Persiapan Pengkalan, S P, Silibin, Sitiawan dan Klebang Restu

MO T I V A S I & ART I KE L NILAI NILAI DALAM PELAYANAN  Dasar Pelayanan bukan Kemampuan tetapi Karakter Karakter adalah Dasar kompetensi dari bangunan rohani kita.  Sifat Pelayanan bukan dilYayani, tetapi Melayani. Melayani tanpa mengharapkan pengembalian atau balas jasa dari aktif itas yang kita laksanakan  Motivasi pelayanan bukan Kekuasaan, tetapi Kasih. Tujuan kita Melayani bukan agar berkuasa atas mereka, tetapi karean dorongan kasih.  Ukuran Pelayanan bukan Kesuksesan, tetapi Pengorbanan. Sukses yang sejati ialaha membawa jiwa jiwa semakin serupa dengan Kristus dan memuliakan Nama Yesus di dalam kehidupan kita.  Otoritas pelayanan bukan dengan memilih Jabatan, tetapi Ketaatan. Cari fungsi masing masing, bukan posisi!  Tujuan Pelayanan bukan Popularitas, tetapi Kemuliaan Tu- han Motivasi yang tidak murni, adalah sebuah kejahatan rohani.  Alat Pelayanan bukan Fasilitas, tetapi Firman allah dan Doa. Firman Allah dan Doa, menarik urapan Allah turun atas pelayanan kita. Dampak pengurapan adalah keberhasilan pelayanan. Bukan fasilitas yang mendatangkan urapan, tetapi urapanlah yang men datangkan fasilitas.  Hasil pelayanan bukan Kuantitas , tetapi Kualitas (Mutu). Kuantitas belum tentu akan diikuti dengan kualitas, tetapi kualitas sudah pasti akan diikuti dengan kuantitas.  Kuasa Pelayanan bukan Hikmat Dunia atau Manusia, teta- pi Roh Kudus. Belajarlah, dan persiapkanlah diri dengan sebaik baiknya, tetapi andal kan Roh Kudus agar kedua hal itu disertai dengan Kuasa allah  Modal utama dalam Pelayanan bukan Tokoh Utama, Pem- bicara Terkenal, Para Pemimpin, tetapi Tuhan Yesus Kristus. Keberhasilan menjadikan Kristus sebagai teladan, akan membuat mereka berhasil dalam pelayanan.


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook