Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Materi MPMBS

Materi MPMBS

Published by gulf201074, 2019-03-24 18:15:27

Description: Materi MPMBS

Search

Read the Text Version

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 KELOMPOK : MATA KULIAH KETRAMPILAN BERKARYA NOMOR : 23 NAMA MATA KULIAH : MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH KODE (MPMBS) BOBOT : SEMESTER : 2 sks PRASYARAT : IV (empat) PERTEMUAN : : 14 X 2 X 50 MENIT STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa menguasai berbagai dimensi teori tentang manajemen dalam dunia pendidikan, memiliki tanggungjawab kepemimpinan sebagai seorang calon guru, serta dapat mengekspresikan dirinya sebagai seorang calon pemimpin di kelas/sekolah KOMPETENSI DASAR 1. Mampu menguraikan Hakikat manajemen 2. Mampu menguraikan Prinsip-prinsip manajemen 3. Mampu mengidentifikasi Manajemen sebagai 4. Mampu menjelaskan Teori-teori manajemen 5. Mampu menerapkan Manajemen dalam dunia pendidikan 6. Mampu menghayati Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah 7. Mampu menganalisis Kepemimpinan kepala sekolah di era MPMBS 8. Mampu memperlihatkan kesenangannya terhadap Manajemen Kependidikan Berwawasan MPMBS URUTAN DAN RINCIAN MATERI 1. Hakikat manajemen 2. Prinsip-prinsip manajemen 3. Manajemen sebagai system 4. Teori-teori manajemen 5. Manajemen dalam dunia pendidikan 6. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah 7. Kepemimpinan kepala sekolah di era MPMBS INDIKATOR HASIL BELAJAR 1. Menjelaskan Fungsi Manajemen 2. Menguraikan Hakikat manajemen 3. Menguraikan Prinsip-prinsip manajemen 4. Mengidentifikasi Manajemen sebagai 5. Menjelaskan Teori-teori manajemen 1

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 6. Menerapkan Manajemen dalam dunia pendidikan 7. Menghayati Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah 8. Menganalisis Kepemimpinan kepala sekolah di era MPMBS 9. Menyenangi Manajemen Kependidikan Berwawasan MPMBS STANDAR PROSES PEMBELAJARAN PENDEKATAN : Kelompok, partisipatoris PENGALAMAN BELAJAR : 1. Mahasiswa mendengar penjelasan tentang materi MBS 2. Mahasiswa mendiskusikan berbagai bentuk MBS 3. Mahasiswa melakukan studi lapangan di sekolah berhubungan dengan MBS 4. Mahasiswa melakukan studi kepustakaan 5. Mahasiswa membuat laporan-laporan (portofolio) 6. Mahasiswa berpresentasi METODA : Ceramah, diskusi, tugas-tugas individu dan kelompok TUGAS : 1. Resensi Buku 2. Paper hasil studi lapangan 3. Laporan-laporan (portofolio) 4. Menyiapkan presentasi STANDAR PENILAIAN : 1. Partisipasi dan kehadiran : 10% 2. Resensi Buku : 20% 3. Hasil studi lapangan : 30% 4. Presentasi : 20% 5. UAS : 20% TEKNIK : Tertulis BENTUK SOAL : Esei, Tes Sikap, Porto Folio, proyek, unjuk kerja MEDIA : Laptop, LCD Proyektor, VCD SUMBER BELAJAR 1. Keluarga 2. Media elektronik (internet) 3. Narasumber, 4. Lingkunganalam, 2

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 5. Lingkungan sosial, 6. Teman di kampus 7. Teman di masyarakat setempat 8. Komunitas gereja 9. Literatur: 1. Adair, John (saduran), Kepemimpinan yang Efektif: petunjuk mutakhir utuk mengembangkan kemampuan dalam memimpin, Semarang, Dahara Prize, 1985. 2. Alexander Hamilton Institute (terj.oleh Anton Wuisan), , Cara Mengembangkan Program Uraian Tugas, Jakrta, BPK Gunung Mulia, 1993. 3. Allan, Jane (terj. oleh Agus Maulana), Bagaimana Mengembangkan KeterampilanMajaerial Anda, Jakarta, Binarupa Aksara, 1991. 4. Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Materiil, Jakarta, Prima Karya, 1987. 5. As’ad Moh., Kepemimpinan Efektif dalam Perusahaan, Yogyakarta, Liberty, 1982. 6. Atkinson, Philip E. (terj.oleh Agus Maulana), Manajemen Waktu yang Efektif, Jakarta, Binarupa Aksara,1991. 7. Atmosudirdjo, Prajudi, Dasar-dasar Ilmu Administrasi, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1986. 8. Benfari, Robert (terj.oleh Abdul Rosyid), Memahami Gaya Manajemen Anda, Jakarta, Pusaka Binaman Presindo,1995. 9. Casson, H.N, Berjiwa Pemimpin untuk Mencapai Kedudukan Lebih Tinggi, ...., ... 10. Chandra, Robby I., Konflik dalam Hidup Sehari-hari, Yogyakarta, Kanisius, 1992. 11. Chandra, Robby I, Pemimpin yang Handal dan Komunikatif, Bekasi, Binawarga, 1997. 12. Chandra, Robby I.,Pemimpin yang Meraih Kawula Muda, Bekasi, Binawarga, 1997. 13. Darmaatmaja, Ratna W, Metode Pengembanga Rencana yang Optimal, Jakarta, Pelangi, 1985. 14. Darminta, J.,Mengabdi dalam Kepemimpinan, Yogyakarta, Kanisius,1993. 15. Davidson, Jeff, (terj.oleh Niken Hindreswari), Penuntun 10 Menit Manajemen Waktu: kiat praktis menaklukkan waktu dan keadaan, Yogyakarta, Andi, 2001. 16. Depkes RI, , ARRIF: pedoman manajemen peranserta masyarakat, Jakarta, Depkes RI. Jenks, James M. & Kelly, John M. (terj.oleh A. Sandiwan Suharto), Delegasi dalam manajemen Perusahaan, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2001. 17. Dharma, Agus, Gaya Kepemimpinan yang Efektif bagi Para Manajer, Bandung, Sinar Baru, 1984. 18. Edelmann, Robert J (terj.oleh ..), , Interpersonal Conflict at Work: konflik interpersonal di tempat kerja, Yogyakarta, Kanisius, 2001. 19. Fleming, Ian (terj. Oleh Anthony R. Indra), ,Buku Pintar Manajemen Waktu, Jakarta, Qreator Tata Qarakter, 2002. 20. Galloway, Dale & Bird, Warren, (terj. Oleh Meiliana Purnama), On-Purpose Leadership: Kepemimpinan yang Efektif, Jakarta, Harvest Publication House, 2003. 21. Gramedia Management Action Guides, (terj.olehA.K. Soeharso), ,Mengendalikan Konflik dan Negosiasi, Jakarta, Gramedia, 1995. 22. Hardjito, Dydiet, ,Manajemen Situasi, Jakarta, Pradanya Paramita, 1997. 23. Ilyas, Yaslis, Kiat Sukses Manajemen Tim Kerja, Jakarta, Gramedia, 2003 24. Keenan, Kate (terj. Oleh Riva Julianto, Jadikan Waktu Anda Berharga: kiat manajemen waktu, Jakarta, Prestasi Pustaka. ), 2002. 25. Kusnadi, H., Pengantar Manajemen (konseptual dan perilaku), Malang, Universitas Brawijaya 2002. 26. Ladew, Donald P. (terj. oleh Christina Hutabarat), Menjadi Supervisor: strategi menjadi pemimpin yang efektif dan mengelola tim kerja yang sukses, Jakarta: Pustaka tangga,2002. 27. Laiken, Alan, (terj.oleh: R. Harahap-Tahapary), ,Langkah-langkah Keberhasilan Menguasai Waktu dan Hidup, Jakarta, Pustaka Tangga, 1997. 3

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 28. Lakein, Alan, 1997, Waktu & Sukses: bagaimana memanfaatkan waktu secara efektif, Semarang, Dahara Prize. 29. Ludwig, Glenn E.Creative Leadership Series, Nashville, Abingdon, 1981. 30. Machfoed, Mahmud, , Rapat dan Presentasi Lisan yang Efektif, Yogyakarta, Andi, 2005. 31. Mackenzie, R. Alec (terj.oleh …)Efisiensi Waktu untuk Manager, Jakarta, Intimedia & Ladang Pustaka, 2003. 32. Massie, Joseph L., of Management, New Jersey, Prentice-Hall, Inc. 33. Maxwell, John C. (terj. Oleh Anton Adiwiyoto), Mengembangkan Kepemimpinan di dalam Diri Anda, Jakarta, Binarupa Aksara. 34. PPM, Manajemen Rapat, Jakarta, Penerbit PPM, 2002. 35. Purnomo, Hari Setiawan & Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi: sebuah konsep pengantar, Jakarta, Lembaga Penerbit, Fekon UI, 1996. 36. Rachmawati, Ike Kusdyah, Manajemen: konsep-konsep dasar dan pengantar teori, Malang, UMM Press,2003. 37. Rangkuti, Freddy, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: reorientasi konsep perencanaan strategis untuk menghadapi abad 21, Jakarta, Gramedia, 1997. 38. Smith, Jane (terj. Oleh Hari Wahyudi), How To Be A Better ... Time Manager: mengelola waktu secara efisien, Jakarta, Alex Media Komputindo,2002. 39. SoejitnoBagaimana Menjadi Manajer yang Dewasa, Jakarta, Pustaka Lintas Budaya, 2002. 40. Starken, Brian & Schreiter, Robert, Rekonsiliasi, Jakarta, LPPS-KWI,2002. 41. Sughanda, Dann, Administrasi: strategi, taktik dan teknik penciptaan efisiensi, Jakarta, Intermedia,1991. 42. Suparna, Stefan, Manual Eksekutif Sehari-hari: praktis, sederhana, mudah diikuti, dan to the point, Jakarta, Galaxy Puspa Mega,1987. 43. Wahyudi & Akdon, H., , Manajemen Konflik dalam Organisasi: pedoman praktis bagi pemimpin efektif, Bandung, Alfabeta, 2005. 44. Walters, J. Donald, (terj. Oleh Agus Teguh), The Art of Supportive Leadership (Seni Kepemimpinan Suportif), Jakarta, Alex Media Komputindo),2000. 45. Woodcock, Mike& Francis, Dave, (terj. Oleh C. Woekirsari), Manajer Tanpa Hambatan: suatu petujuk praktis bagi pengembangan diri, Jakarta, Gramedia,1986. 46. Yager, Jan (terj. Oleh: Bambang Soemantri), Cretive Time Management: tujuh prinsip Dr. Yager untuk meningkatkan produktivitas bisnis dan pribadi anada, Jakarta, Bhuana Ilmu Populer,2004. 4

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 1. Hakikat Manajemen “Manajemen adalah ilmu dan seni, mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu (Drs. H. Malayu S. P. Hasibuan). Pada dasarnya manajemen itu penting, sebab: Pekerjaan itu berat dan tidak dapat dikerjakan sendiri, sehingga diperlukan pembagian tugas, kerja dan tanggungjawab dalam penyelesaiannya. a. Hakekat dan Pentingnya Manajemen Catatan: Untuk merumuskan Manajemen bagi Pendidikan, maka diperlukan bantuan pengertian dan penerapan manajemen pada umumnya yang dimiliki oleh perusahaan dan dikerjakan oleh Manajer. Alasan utama adalah, pendidikan terlambat dalam memahami dan mempergunakan istilah manajemen di dalam mengatur seluruh aktivitasnya. Manajer mempengaruhi seluruh fase organisasi, seperti: Manejer pabrik melakukan operasi pabrikan untuk menghasilkan pakaian, makanan dan kendraan/ mobil. Manejer penjualan mempertahankan tingkat penjualannya, manejar personalia melingkupi organisasi dengan angkatan kerja yang produktif kompoten. Ini menunjukan bahwa dengan kekuatan yang ada manejer mampu memimpin organisasi sebagai sebuah kebutuhan hidup. Kebutuhan-kebutuhan hidup kita dipenuhi sebagian besar dalam organisasi. Peter Drucker memandang hal yang sama bahwa manajemen yang efektif menjadi sumberdaya utama pengembangan Negara berkembang dan sumberdaya yang paling diperlukan dalam pengembangan organisasi yang lain. Dengan kata lain bahwa negeri kita benar-benar memerlukan manejer-manejer atau pemimpin yang baik. Selain kepentingan manajemen dalam hidup bermasyarakat, secara umum atau menyeluruh manajemen adalah hal vital bagi individu-individu yang secara sederhana karena memperoleh kehidupan melalui keberadaan para manajer. Para manajer berasal dari berbagai disiplin ilmu yang dari tahun ke tahun peningkatan permintaan pada manajer bervariasi. Selanjutnya, posisi manajerial dapat menghasilkan pendapatan atau status yang tinggi, pertumbuhan pribadi dan sebagainya. Dari uraian yang diatas maka dapat di pahami bahwa keberadaan manajemen dalam kehidupan ini sangatlah penting. Tidak berlebihan kiranya apabila dikatakan bahwah tanpa manajemen, maka kita akan menghadapi kesulitan dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pada dasarnya hakekat manajemen di harapkan dapat bermaanfaat untuk : 1. Kepentingan umum Keberadaan manajemen akan terjamin tercapai pada kepentingan umum mengingat manajemen bepangkal pada kerja sama antara semua unit organisasi termasuk orang- orang yang di dalamnya. Manajemen memperjuangkan kepentingan semua pihak yang ada dalam organisasi. 2. Tujuan organisasi Manajemen diperlukan dalam organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi atau dengan kata lain manajemen berorientasi pada tujuan. Keadaan ini menunjukan bahwa dalam pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien sangat ditentukan oleh manajemen. 5

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 3. Arahan bagi pemimpin. Manajemen dapat dipastikan sangat membantupemimpin organisasi dalam menentukan kerja sama yang harus di bangun dalam organisasi yang dipimpinnya atau melebihi kebijakan-kebijakan untuk meraih tujuan yang diinginkan. 4. Factor dasar. Setiap organisasi mempunyai sumber daya-sumber daya untuk mencapai tujuan yang dikenal dengan faktor.Manajemen merupakan salah satu faktor dasar tersebut dengan demikian merupakan suatu yang mendasari semua kegiatan organisasi. b. Pentingnya Mempelajari Manajemen Pemaparan tentang sisi pemahaman terhadap manajemen seperti telah diuraikan pada uraian sebelumnya menunjukan bahwa bagi orang-orang yang terjun dalam organisasi formal dan informal kiranya perlu untuk mengkaji dan mempelajari manajemen, hal tersebut akan mendukung bagi perkembangan ilmu manajemen seperti ungkapan para ahli tentang perlunya mempelajari manajemen. Manajemen bagimana pun sangat diperlakukan oleh semua organisasi karena tanpa keberadaanya (manajemen) semua akan sia-sia dan menjadi kendala bagi tercapainya tujuan organisasi. Untuk itu setidaknya terdapat tiga alasan mengapa mempelajari manajemen yaitu : 1) Untuk mencapai tujuan. Manajemen di perlukan untuk mencapai tujuan organisasi yang sekaligus tujuan pribadi anggota organisasi 2) Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan.Dalam hal ini manajemen diperlukan untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatanyang saling bertentangan dengan pihak yang berkepentingan 3) Untuk mencapai efisiensi dan efiktifitas. Suatu hal kerja dapat di ukur dengan banyak cara yang berbeda. Semua itu di lakukan dalam rangka mencapai efisiensi dan efektivitas. Stoner mengemukakan pada tahun (1996) ada tiga alasan mengapa mempelajari manajemen yaitu sebagai berikut: 1) Organisasi memberikan kontribusi pada standar kehidupan umat manusia di dunia dimasa kini. 2) Organisasi membangun masa depan yang ebih baik dalam membantu individu-individu untuk melakukan hal yang sama. 3) Organisasi membantu menghubungkan manusia dengan masa lalunya. Organisasi dapat dipandang sebagai pola hubngan manusia. Gibson mengemukakan pada tahun (1997)ada dua alasan mengapa kita mempelajari manajemen yaitu sebagai berikut : 1) Masyarakat tergantung pada spesialisasi berbagai lembaga dan organisasi untuk menyedikan barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan. 2) Individu yang tidak sebagai manajer sering menemukan dirinya dalam posisi manajerial. Robbin juga mengemukakan pendapatnya mengapa manajemen itu perlu di pelajari yang dikemukakan pada tahun 1999 yaitu sebagai berikut : 1) Setiap orang mempunyai kepentingan yang mendalam untuk mampu memperbaiki cara- cara pengolahan organisasi 6

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 2) Sebagian besar setelah lulus perguruan tinggi kitamemulai karier dengan mengelolah atau juga di kelolah. Dari uraian di atas maka semakin jelas bahwa pemahaman terhadap manajemen semakin hari semakin diperlukan dalam rangka pencapaian efisiensi dan efektivitas. c. Sarana-sarana manajemen Sarana atau alat manajemen tidak hanya terdiri dari orang atau manusia saja. Untuk mencapai tujuan, para manajer menggunakan “6 M” yang meliputi: men, money, materials, machines, methods dan market, kesemuanya disebut sumber daya. Man dan machine, dua sarana manajemen 1) Sarana penting atau sarana utama dari setiap manajer untuk mencapai tujuan yang ditentukan terlebih dahulu adalah manusia (men and women). Berbagai macam aktivitas manajerial meliputi planning, organizing, staffing, directing dan controlling. Ingat! Manajer adalah orang yang mencapai hasil melalui orang lain. 2) Sarana manajemen yang kedua adalah uang (money).Untuk melakukan berbagai aktivitas diperlukan uang, seperti upah atau gaji bagi staff yang membuat rencana, pengawas, bagian produksi. Untuk membeli peralatan, bahan dsb. Uang sebagai sarana manajemen harus digunakan sedemikian rupa agar tujuan yang ingin dicapai bila dinilai dengan uang lebih besar dari uang yang digunakan untuk mencapai tujuan tesebut.Kegagalan atau ketidaklancaran proses manajemen sedikit banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh perhitungan atau ketelitian dalam menggunakan uang. Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan bahan-bahan material, karenanya dianggap sebagai alat atau sarana manajemen untuk mencapai tujuan. Contoh: pemanfaatan kemajuan tekhnologi di bidang mesin industri memudahkan manusia dalam melakukan pekerjaannya.Untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara berdaya guna dan berhasil guna, manusia dihadapkan kepada berbagai alternatif (metode) cara, dalam melakukan pekerjaan.Misalkan dengan mengadakan ceramah bervariasi, pelatihan metode kasus, metode insiden, role play dan sebagainya diadakan untuk tujuan pendidikan tertentu. 3) Sarana manajemen penting lainnya adalah pasar (markets) terutama yang bergerak di bidang industri atau badan yang berorientasi laba/ keuntungan. Tanpa adanya pasar bagi hasil produksi, jelas tujuan perusahaan industri tidak mungkin akan tercapai.Masalah pokok bagi perusahaan industri adalah minimal mempertahankan pasar yang sudah ada, bila mungkin berusaha mencari pasar baru bagi hasil produksinya. d. Fungsi-fungsi Manajemen Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. 7

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 2. Prinsip-prinsip Manajemen Prinsip manajemen adalah dasar-dasar atau pedoman kerja yang bersifat pokok yang tidak boleh diabaikan oleh setiap manajer/pimpinan.Dalam prakteknya harus diusahakan agar prinsip-prinsip manajemen ini hendaknya tidak kaku, melainkan harus luwes, yaitu bisa saja diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Prinsip-prinsip manajemen menurut Henry Fayol terdiri dari : 1) Pembagian kerja (Division of work). Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the right place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang didasarkan atas dasar like and dislike.Dengan adanya prinsip the right man in the right placeakan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. 2) Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility). Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility) harus seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya. Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban. 3) Disiplin (Discipline). Disiplin (Discipline) merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerajaan sesuai dengan wewenang yang ada padanya. 4) Kesatuan perintah (Unity of command). Karyawan harus tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang diperolehnya. Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik. 5) Kesatuan pengarahan (Unity of direction). Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat terlepas dari Pembagian kerja (Division of work), Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility), Disiplin (Discipline), serta Kesatuan perintah (Unity of command). Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk pelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju sasarannya. 6) Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri. Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi dapat terwujud, apabila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga memiliki disiplin yang tinggi. Setiap karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi apabila memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil- tidaknya kepentingan organisasi. 8

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 7) Penggajian pegawai. Prinsip more pay for more prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip upah sama untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan menimbulkan ketidakdisiplinan dan kemalasan dalam bekerja. Gaji atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang menentukan tercapainya tujuan dan keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dalam prinsip penggajian dipikirkan cara agar karyawan dapat bekerja dengan tenang, menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja. 8) Pemusatan (Centralization). Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpangsiuran wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang (delegation of authority). Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak. 9) Hirarki (tingkatan). Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah. dengan adanya hirarki ini, maka setiap karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah. Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki. 10) Ketertiban (Order). Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin yang tinggi. Oleh karena itu, ketertiban dan disiplin sangat dibutuhkan dalam mencapai tujuan. Ketertiban dalam melaksanakan pekerjaan merupakan syarat utama karena pada dasarnya tidak ada orang yang bisa bekerja dalam keadaan kacau atau tegang. 11) Keadilan dan kejujuran. Keadilan dan kejujuran terkait dengan moral karyawan dan tidak dapat dipisahkan. Keadilan dan kejujuran harus ditegakkan mulai dari atasan karena atasan memiliki wewenang yang paling besar. Keadilan dan kejujuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. 12) Stabilitas kondisi karyawan. Sebagai makhluk sosial manusia yang berbudaya memiliki keinginan, perasaan dan pikiran. Apabila keinginannya tidak terpenuhi, perasaan tertekan dan pikiran yang kacau akan menimbulkan goncangan dalam bekerja. Dalam setiap kegiatan kestabilan karyawan harus dijaga sebaik-baiknya agar segala pekerjaan berjalan dengan lancar. Kestabilan karyawan terwujud karena adanya disiplin kerja yang baik dan adanya ketertiban dalam kegiatan. 13) Prakarsa (Inisiative). Prakarsa (inisiative) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman seseorang. Setiap penolakan terhadap prakarsa karyawan merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. Manajer yang bijakakan menerima dengan senang hati prakarsa-prakarsa yang dilahirkan karyawannya. 14) Semangat kesatuan dan semangat korps. Semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan mempunyai kesadaran bahwa setiap karyawan berarti bagi karyawan lain dan 9

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 karyawan lain sangat dibutuhkan oleh dirinya. Manajer yang memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp), sedangkan manajer yang suka memaksa dengan cara-cara yang kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp) dan membawa bencana. Karyawan harus memiliki rasa kesatuan, yaitu rasa senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat kerja sama yang baik. 3. Manajemen sebagai system 10

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 Berbagai permasalahan yang terjadi di tengah tengah bangsa Indonesia menjadi kendala bagi perkembangan pendidikan yang sewajarnya lebih progress dan berkualitas di ditengah tengah bangsa Indonesia. Pada 2 Mei 1994 Pemerintah mencanangkan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (selanjutnya disebut Wajar 9 Tahun) melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 1994. Semula wajar 9 tahun ditargetkan harus tuntas pada 2003/2004.Namun oleh karena “tragedi” krisis moneter pada 1997, dan krisis politik pada 1998 maka target penuntasan harus diundur hingga 2008/2009. Oleh sebab itu pemerintah kembali mengeluarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2006 tentang Percepatan Wajar Dikdas Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. Program ini merupakan salah satu program prioritas pembangunan bangsa untuk menyediakan layanan pendidikan dasar yang bermutu bagi segenap anak usia pendidikan dasar (7-15 tahun) di Indonesia. Bila dibandingkan dengan pembangunan sektor pendidikan di negara-negara Asean seperti Malaysia, Singapura, Thailand serta negara-negara Asia Timur, maka pendidikan terutama pendidikan dasar di Indonesia masih tertinggal, baik dalam angka partisipasi, mutu, lama belajar penduduk, pemberantasan buta aksara maupun anggaran pendidikan. Target Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP sebagai salah satu indikator utama penuntasan WAJAR (wajib belajar) 9 tahun diniatkan mencapai 95% pada tahun 2008/2009. Artinya, pemerintah pusat dan pemerintah daerah bersama-sama masyarakat harus melakukan koordinasi dan berbagai upaya untuk menaikkan APK berkisar 6,32% dalam kurun waktu 2007 s.d. 2008 dengan cara menyediakan tambahan layanan pendidikan bagi sekitar 1,5 juta anak usia 13 – 15 tahun. Namun ternyata upaya pemerintah masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan tata kelola pelayanan pendidikan dasar, sebagaimana disinyalir berbagai pihak.Kelemahan tersebut terutama terkait dengan koordinasi dan pendanaan (Kompas, 2 Januari 2008). Sebagai bangsa Indonesia, kita tahu bahwa negeri ini telah lama diakui oleh bangsa- bangsa di negara maju tentang kehebatannya dalam perang gerilya, jiwa patriotis dan gotong royong segenap rakyatnya untuk membela tanah air dan segenap isinya.Lalu, bagaimana dengan semangat heroik itu jika diaplikasikan dalam penuntasan WAJAR 9 Tahun? Untuk mengkaji lebih dalam tentang manajemen khususnya manajemen pendidikan, perlu disampaikan pandangan tentang manajemen khususnya manajemen pendidikan: a) Manajemen sebagai suatu system: Manajemen dipandang sebagai suatu kerangka kerja yang terdiri dari berbagai bagian yang saling berhubungan yang diarahkan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. b) Manajemen sebagai suatu proses. Manajemen sebagai rangkaian tahapan kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manajemen sebagai suatu proses dapat dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh manajer. c) Manajemen sebagai proses pemecahan masalah. Proses manajemen dalam prakteknya dapat dikaji dari proses pemecahan masalah yang dilaksanakan oleh semua bagian/ komponen yang ada dalam organisasi. Secara konkrit dalam organisasi pelayanan pendidikan, seperti yang dilakukan di Dinas Pendidikan yaitu, identifikasi masalah à perumusan masalah àdilanjutkan dengan langkah-langkah pemecahan masalah. Melalui tahapan tersebut diharapkan tercapai hasil kegiatan secara efektif dan efisien. Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan ada dua alasan mendasar, mengapa manajemen perencanaan pendidikan diperlukan, yaitu : 11

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 1) Untuk mencapai ketuntasan Wajar 9 tahun, manajemen pendidikan dibutuhkan sebagai kerangka kerjasama untuk mencapai tujuan yaitu ketercapaian APK sebesar 95% dan juga tujuan institusi pendidikan itu sendiri. 2) Untuk menyukseskan ketuntasan Wajar 9 Tahun, manajemen pendidikan diperlukan sebagai proses pemecahan masalah yang dihadapi dalam upaya pencapaian tujuan. 4. Teori teori Manajemen 12

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 Perspektif merupakan salah satu konsep penting dalam ilmu manajemen kontemporer, didefinisikan sebagai kesatuan elemen-elemen dalam organisasi yang memiliki fungsinya masing-masing, terintegrasi satu sama lain secara menyeluruh dan melalui sebuah proses diarahkan untuk pencapaian suatu tujuan. Perspektif manajemen pada dasarnya berupaya untuk mewujudkan tujuan organisasi berupa output yang bermanfaat bagi lingkungan dengan melakukan proses transformasi dari faktor input yang juga diperoleh dari lingkungan. Adapun yang termasuk dalam subsistem- subsistem atau elemen-elemennya adalah dari mulai sumber daya manusia, bahan baku, informasi, uang (input), dan kemudian administrasi, operasi, teknologi, dan kontrol (proses transformasi) dan barang atau jasa, output informasi, maupun tanggapan apakah ada yang dihasilkan oleh organisasi sesuai dengan permintaan atau keinginan mereka. A. Aliran Manajemen Ilmiah. Aliran ini menggunakan matematika dan ilmu statistika untuk mengembangkan teorinya. Menurut aliran ini, pendekatan kuantitatif merupakan sarana utama dan sangat berguna untuk menjelaskan masalah manajemen. Menurut mazhab ini, penyelesaian masalah, pengambilan keputusan, memimpin/mengatur, dan lain sebagainya dilakukan berdasarkan metode-metode ilmiah. Penerapan mazhab ini relatif lebih baik, karena didasarkan atas hasil analisis ilmiah dari data, informasi, situasi dan kondisi yang dihadapi saat ini.Frederick W. Taylor (1856-1915) merupakan “Bapak Manajemen Ilmiah”.Dia menuangkan gagasannya dalam judul makalah Shop Management.The Principle of Scientific Management, dan Testimony Before the Special House Committee yang dirangkum dalam bukunya Scientific Management. Empat prinsipnya: 1) Pengembangan metode-metode ilmiah dalam manajemen 2) Seleksi ilmiah untuk karyawan 3) Pendidikan dan pengembangan ilmiah para karyawan 4) Kerjasama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja. Diantara kontribusi yang pernah diberikan Taylor adalah apa yang dinamakan dengan Time and Motion Studies atau studi mengenai penetapan standard kerja yang didasarkan pada penghitungan waktu. Ide ini dirumuskan pada saat Taylor bekerja di Midvale Steel Company di Philadelpia. Ide ini berangkat dari kenyataan bahwa para pekerja di perusahaan bekerja di bawah standard dari apa yang sebenarnya mampu mereka kerjakan. Taylor menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan sebuah perusahaan, misalnya meningkatkan profit perusahaan, maka produktivitas perlu ditingkatkan. Produktivitas dapat diukur dari tingkat output dan prestasi kerja. Produktivitas yang baik tercapai manakala prestasi kerja yang dihasilkan oleh pekerja dapat menghasilkan output produk sesuai dengan yang ditargetkan, baik dari segi jumlah maupun dari segi kualitas yang memenuhi standard produk yang telah ditetapkan. Untuk dapat meningkatkan prestasi kerja, bagi Taylor, perlu diberikan upah insentif agar motivasi pekerja menjadi tinggi sehingga tingkat output menjadi meningkat.Upah insentif bagi Taylor dinamakan sebagai upah intensif diferensial (piecework pay system), yaitu upah yang diberikan kepada pekerja secara berbeda ditentukan berdasarkan kemampuan pekerja dalam memenuhi standard yang telah ditetapkan.Bagi mereka yang mampu memenuhi standard maka diberikan upah yang lebih baik, sedangkan bagi mereka yang tidak mampu memenuhi standard maka diberikan upah yang diberikan di bawah mereka yang mampu memenuhi standard. Pendekatan ini dilakukan agar produktivitas meningkat sehingga terjadi peningkatan produksi sekaligus efisiensi, yang pada akhirnya akan memberikan kemungkinan peningkatan profit. 13

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 Ciri-Ciri Pokok Manajemen Ilmiah: 1) Metode ilmiah yang diterapkan terhadap problem-problem produksi. 2) Studi tentang waktu. 3) Studi tentang gerakan. 4) Organisasi fungsional. B. Manajemen Administrasi Berbeda dengan kelompok manajemen ilmiah yang memiliki pandangan bahwa peningkatan produktivitas suatu organisasi dapat dicapai ketika produktivitas individu ditingkatkan, kelompok manajemen administrasi melihat bahwa perubahan produktivitas tersebut harus dilakukan secara menyeluruh dalam sebuah organisasi. Perubahan produktivitas pekerja secara individual, menurut kelompok ini, tak akan berarti apa-apa jika faktor-faktor lain dalam organisasi secara keseluruhan tidak juga diperhatikan dan dilakukan perubahan. Di antara kontributor kelompok ini adalah Henry Fayol (1841-1925), Lyndall Urwick (1891-1983), dan Max Weber (1864-1920). Henry Fayol, seorang industrialis Perancis, sesungguhnya merupakan contributor utama dalam kelompok ini. Menariknya, dia tidak dikenal oleh para pebisnis dan praktisi manajemen selama hidupnya hingga bukunya yang berjudul General and Industrial Management diterjemahkan ke bahasa inggris pada tahun 1930. Berdasarkan pengalamannya, manajemen sangat memerlukan proses pengarahan yang dilakukan secaraatis di antara pekerja dan manajer agar produktivitas organisasi secara keseluruhan meningkat. Selain kontribusinya tersebut, Fayol juga termasuk tokoh pertama yang memperkenalkan kegiatan-kegiatan operasional dari sebuah perusahaan, yaitu kegiatan teknis, kegiatan komersil, kegiatan keuangan, kegiatan keamanan, kegiatan akuntansi, dan kegiatan manajerial.Adapun kegiatan manajerial yang dimaksud adalah kegiatan yang terdiri dari fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah, pengoordinasian, serta pengawasan dan pengendalian.Fayol meyakini bahwa keseluruhan fungsi manajemen ini merupakan inti dari kegiatan manajemen. Selain Fayol, Lyndall Urwick juga menekankan pentingnya fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan organisasi. Setelah menyelesaikan kariernya sebagai kepala angkatan bersenjata di Inggris, Urwick lebih dikenal sebagai ahli dan konsultan manajemen. Dia melakukan integrasi atau penggabungan teori manajemen ilmiah sebagaimana dikenalkan oleh Taylor dan pasangan Gilberth dengan apa yang telah dikenalkan oleh Fayol. Di antara kontribusinya adalah lahirnya semacam panduan atau guidelines bagi pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi. Namun kemudian, Urwick lebih dikenal sebagai seseorang yang mampu menggabungkan teori- teori dari kelompok-kelompok manajemen terdahulu daripada kontribusinya mengenai fungsi- fungsi manajemen dalam organisasi. Sekalipun Max Weber hidup sezaman dengan Fayol dan Urwick, namun kontribusinya dalam teori manajemen baru dikenali setelah tahun 1947, di mana karyanya diterjemahkan ke bahasa inggris pada tahun tersebut.Weber, seorang ahli sosiologi dari German, memberikan kontribusi mengenai pentingnya birokrasi dan prosedur dalam kegiatan manajemen.Birokrasi dan prosedur merupakan salah satu kegiatan manajemen yang harus dilakukan agar keseluruhan organisasi bisa dijalankan dengan lancar dan mencapai tujuannya. 14

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 C. Perspektif Manajemen Perilaku (Teori Neo Klasik) Sebagaimana telah dikemukakan di atas, salah satu kelemahan perspektif manajemen klasik adalah belum masuknya faktor manusia sebagai faktor penting dalam manajemen dan organisasi.Berbeda dengan perspektif manajemen klasik, perspektif manajemen perilaku (behavioral management perspective) justru menekankan pada pentingnya manajemen dalam memerhatikan perilaku dan kebiasaan individu manusia yang terdapat dalam sebuah organisasi dan pentingnya pula manajemen melakukan perubahan perilaku dan kebiasaan manusia yang ada dalam organisasi agar organisasi dapat berjalan dengan baik. Perspektif manajemen perilaku banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep psikologi yang diaplikasikan dalam sebuah industri.Tidak heran, diantara kontributornya adalah seorang psikolog Jerman yang bernama Hugo Munstberg (1863-1916).Munstberg juga dikenal sebagai the father of industrial psychology.Munstberg menyatakan bahwa para psikolog bisa memberikan kontribusi yang sangat berharga dalam sebuah kegiatan bisnis atau industri dalam hal seleksi pekerja dan upaya-upaya yang dapat memotivasi kerja.Kegiatan pemotivasian pekerja sangatlah diperlukan agar perilaku dan kebiasaan para pekerja yang berbeda-beda dalam pelaksanaannya dapat diperhatikan namun sekaligus diarahkan kepada pencapaian tujuan organisasi. Kegagalan pemberian motivasi bagi para pekerja akan menyebabkan perbedaan yang ada pada pekerja dari sisi perilaku dan kebiasaan mendorong ke arah kegagalan organisasi dalam mencapai tujuannya daripada semestinya. D. Perspektif Manajemen Kuantitatif Kelompok ketiga dalam melakukan pendekatan studi manajemen adalah perspektif manajemen kuantitatif, yaitu perspektif yang mulai tumbuh dan berkembang setelah perang dunia kedua.Diantara dua perspektif yang muncul dalam kelompok manajemen kuantitatif ini adalah perspektif manajemen sains dan manajemen operasi. 1) Perspektif Manajemen Sains Penggunaan istilah manajemen sains ini agak mirip dengan manajemen saintifik atau ilmiah yang diperkenalkan oleh Taylor.Akan tetapi, perlu dicatat perbedaannya bahwa perspektif manajemen sains di sini lebih menekankan pada penggunaan model matematika dalam penyelesaian seluruh kegiatan dan persoalan manajemen.Sebuah model matematika pada dasarnya merupakan representasi dari sebuah, proses, dan hubungan antar subsistem dalam tersebut.Sehingga bisa disimpulkan bahwa perspektif ini mencoba menjelaskan realitas dalam kegiatan manajemen organisasi melalui model. 2) Perspektif Manajemen Operasi Berbeda dengan perspektif manajemen sains, pendekatan manajemen operasi merupakan salah satu bentuk aplikasi manajemen sains yang lebih memfokuskan pada kegiatan tertentu dalam kegiatan manajemen secara operasional.Manajemen operasi membantu manajemen agar dapat melakukan kegiatan produksi secara lebih efektif dan efisien. E. Teori Manajemen Kontemporer 15

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 Apa yang dihasilkan pada beberapa waktu lalu telah memberikan kontribusi berharga bagi perkembangan dunia manajemen, terutama aplikasinya dalam organisasi. Pada dasarnya, ketiga kelompok pemikiran tersebut tidak sepenuhnya kontradiksi satu sama lain, namun pada dasarnya justru dengan kelebihan dan kekurangan serta keterbatasannya dapat saling melengkapi satu sama lain. Sebagai tambahan, ilmu manajemen berkembang hingga kini (kontemporer) yang pengembangannya terjadi dalam berbagai bentuk dan konsep manajemen.Secara garis besar, pengembangannya ini dapat terbagi menjadi dua, yaitu perspektif dalam manajemen dan perspektif kontingensi dalam manajemen. Kesimpulan Pada dasarnya terdapat tiga kelompok besar dalam melihat teori dan praktik manajemen. Ketiga kelompok tersebut (Kelompok Manajemen Klasik, Manajemen Perilaku, Manajemen Kuantitatif) memiliki latar belakangnya masing-masing sekaligus kelebihan dan kekurangannya. Dalam prakteknya, para manajer tidak hanya mengikuti satu aliran atau mazhab tertentu, mereka biasanya menggunakan konsep-konsep atau kombinasi konsep-konsep yang dikembangkan oleh aneka macam mazhab manajemen. 5. Manajemen dalam Dunia Pendidikan 16

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 Manajemen Pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relatif masih muda sehingga tidaklah aneh apabila banyak yang belum mengenal.Istilah lama yang sering digunakan adalah ‘administrasi’. Untuk memperjelas pengertian manajemen, tampaknya perlu ada penjelasan lain yang lebih bervariasi mengenai makna manajemen. Manajemen Pendidikan dalam kamus bahasa Belanda-Indonesia disebutkan bahwa istilah manajemen berasal dari “administratie” yang berarti tata-usaha. Dalam pengertian manajemen tersebut, administrasi menunjuk pada pekerjaan tulis-menulis di kantor. Pengertian inilah yang menyebabkan timbulnya contoh-contoh keluhan kelambatan manajemen yang sudah disinggung, karena manajemen dibatasi lingkupnya sebagai pekerjaan tulis-menulis. Pengertian lain dari “manajemen” berasal dari bahasa Inggris “administration” sebagai “the management of executive affairs”. Dengan batasan pengertian seperti ini maka manajemen disinonimkan dengan “management” suatu pengertian dalam lingkup yang lebih luas (Encyclopedia Americana, 1978, p. 171).Dalam pengertian Manajemen Pendidikan ini, manajemen bukan hanya pengaturan yang terkait dengan pekerjaan tulis-menulis, tetapi pengaturan dalam arti luas. a. Pengertian Manajemen Pendidikan menurut ahli Pada waktu ini istilah-istilah yang digunakan dalam menunjuk pekerjaan pelayanan kegiatan adalah manajemen, pengelolaan, pengaturan dan sebagainya, yang didefinisikan oleh berbagai ahli secara bermacam-macam.Beberapa pengertian Manajemen Pendidikan yang kiranya ada manfaatnya disadur maknanya atau hanya dikutip dari sumbernya sebagai berikut. Menurut Leonard D. White, manajemen adalah segenap proses, biasanya terdapat pada semua kelompok baik usaha negara, pemerintah atau swasta, sipil atau militer secara besar-besaran atau secara kecil-kecilan. Menurut The Liang Gie, manajemen adalah segenap proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya untuk memperoleh wawasan yang lebih luas, di sini dikutipkan lagi beberapa pendapat mengenai pengertian manajemen dari sumber-sumber lain sebagai berikut : Menurut Sondang Palan Siagian, manajemen adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Menurut Pariata Westra, manajemen adalah segenap rangkaian perbuatan penyelenggaraan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.Dalam kurikulum 1975 yang disebutkan dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Kurikulum IIID, baik untuk Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah Atas, manajemen ialah segala usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber-sumber (personil maupun materil) secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Dari pengertian Manajemen Pendidikan yang terakhir tersebut maka secara eksplisit disebutkan bahwa manajemen sebagaimana yang digunakan secara resmi oleh Departemen Pendidikan Nasional seperti dimuat dalam kurikulum 1975 dan kurikulum kelanjutannya, diarahkan kepada tujuan pendidikan. Lebih luas lagi, apabila ditinjau dari definisi-definisi yang lain, pengertian manajemen tersebut masih dapat diartikan untuk semua jenis kegiatan, yang dapat diambil suatu kesimpulan definisi yaitu : Manajemen adalah rangkaian segala kegiatan yang menunjuk kepada usaha kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Definisi lain dari manajemen yang lebih lengkap sebagaimana dikemukakan oleh Mulyani A. Nurhadi adalah sebagai berikut :Manajemen adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabung dalam 17

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien. Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam pengertian manajemen selalu menyangkut adanya tiga hal yang merupakan unsur penting, yaitu: (a). usaha kerjasama, (b). oleh dua orang atau lebih, dan (c) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian tersebut sudah menunjukkan adanya gerak, yaitu usaha kerjasama, personil yang melakukan, yaitu dua orang atau lebih, dan untuk apa kegiatan dilakukan, yaitu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tiga unsur tersebut, yaitu gerak, orang, dan arah dari kegiatan, menunjukkan bahwa manajemen terjadi dalam sebuah organisasi, bukan pada kerja tunggal yang dilakukan oleh seorang individu. Jika pengertian Manajemen Pendidikan ini diterapkan pada usaha pendidikan maka sudah termuat hal-hal yang menjadi objek pengelolaan atau pengaturan. Lebih tepatnya, definisi Manajemen Pendidikan adalah sebagai berikut: “Manajemen Pendidikan adalah rangkaian segala kegiatan yang menunjuk kepada usaha kerjasama dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.” Dengan menerapkan definisi tersebut pada usaha pendidikan yang terjadi dalam sebuah organisasi, maka definisi Manajemen Pendidikan selengkapnya adalah sebagai berikut: “Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabug dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.” Lebih lanjut Mulyani A. Nurhadi menekankan adanya ciri-ciri atau pengertian Manajemen Pendidikan yang terkandung dalam definisi tersebut sebagai berikut : (Mulyani A. Nurhadi, 1983, pp. 2-5) Manajemen merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dilakukan dari, oleh dan bagi manusia. Rangkaian kegiatan itu merupakan suatu proses pengelolaan dari suatu rangkaian kegiatan pendidikan yang sifatnya kompleks dan unik yang berbeda dengan tujuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya; tujuan kegiatan pendidikan ini tidak terlepas dari tujuan pendidikan secara umum dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh suatu bangsa. Proses pengelolaan itu dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang tergabung dalam suatu organisasi sehingga kegiatannya harus dijaga agar tercipta kondisi kerja yang harmonis tanpa mengorbankan unsur-unsur manusia yang terlibat dalam kegiatan pendidikan itu. Proses itu dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, yang dalam hal ini meliputi tujuan yang bersifat umum (skala tujuan umum) dan yang diemban oleh tiap-tiap organisasi pendidikan (skala tujuan khusus). Proses pengelolaan itu dilakukan agar tujuannya dapat dicapai secara efektif dan efisien. Apa yang dikemukakan oleh Mulyani A. Nurhadi ini cukup lengkap. Tetapi apabila akan dihubungkan dan diintegrasikan dengan definisi manajemen pendidikan yang tertera di dalam Pedoman Kurikulum tahun 1975 Buku IIID perlu ditambahkan adanya usaha bersama untuk mendayagunakan semua sumber-sumber (personil dan materiil). Jika unsur tersebut dimasukkan ke dalam pengertian manajemen pendidikan, bagaimanakah rumusan atau definisinya? b. Manajemen Pendidikan Setelah kita dalami ruang lingkup manajemen pendidikan dari beberapa sudut pandang, maka yang menjadi sentral pembahasan lebih lanjut adalah ruang lingkup menurut obyek garapan, sedangkan ruang lingkup menurut proses atau langkah-langkah akan diterapkan pada pelaksanaan masing-masing bidang garapan tersebut. Sebagai contoh dalam manajemen murid, jenis kegiatannya adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, 18

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 pengkoordinasian, komunikasi dan pengawasan. Demikian jugalah yang berlaku pada manajemen personil, manajemen sarana, manajemen kurikulum dan sebagainya. Manajemen Pendidikan kata intinya, maka dapat dipakai untuk mempermudah mengingat-ingat yaitu regarah kormus, rangkaian dari potongan-potongan kata kunci, yaitu (re = rencana; ga = organisasi; rah = pengarahan; kor = koordinasi; mu = komunikasi dan si = mengawasi atau mengevaluasi). Henry Fayol menyebutkan fungsi manajemen ini atas 7 jenis kegiatan, yaitu : planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting dan budgetting, yang oleh Ngalim Purwanto disingkat dengan POSDCORB (Ngalim Purwanto, 1981, 3). Bagaimanapun pembagiannya, atau apapun sebutannya, tetapi unsur-unsur kegiatannya tersebut tetap berkaitan satu sama lain. Kaitan tersebut bersifat bolak-balik. Jadi misalnya kita berpikir tentang perencanaan, tentu telah berpikir pula bagaimana nanti bentuk organisasinya, siapa-siapa yang akan menangani tugas (staffing), bagaimana pengarahannya dan sebagainya. Mc. Farland menggambarkan saling hubungan langkah-langkah yang olehnya disebutkan merupakan tiga fungsi pokok manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing) dan pengontrolan (controlling) ini sebagai berikut : c. Ruang Lingkup Menurut Obyek Garapan Yang dimaksud dengan obyek garapan manajemen pendidikan dalam uraian ini adalah semua jenis kegiatan manajemen yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam kegiatan mendidik. Sebagai titik pusat pandangan adalah kegiatan mendidik di sekolah. Namun karena kegiatan di sekolah tersebut tidak dapat dipisahkan dari jalur-jalur lingkungan formal maupun non-formal, maka tentu saja juga dibahas lingkup pendidikan sampai ke tingkat pusat. Ditinjau dari obyek garapan manajemen pendidikan, dengan titik tolak pada kegiatan “dapur inti” yaitu kegiatan belajar-mengajar di kelas, maka sekurang- kurangnya ada 8 (delapan) obyek garapan, yaitu : a. Manajemen murid tenaga b. Manajemen personil sekolah (baik tenaga kependidikan maupun manajemen) c. Manajemen kurikulum d. Manajemen sarana atau material e. Manajemen tatalaksana pendidikan atau ketatausahaan sekolah f. Manajemen pembiayaan atau manajemen anggaran g. Manajemen lembaga-lembaga pendidikan dan organisasi pendidikan h. Manajemen hubungan masyarakat atau komunikasi pendidikan. Apabila kita kembali memahami arti manajemen pendidikan yakni adanya usaha bersama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka usaha tersebut terjadi pada satu organisasi. Betapapun kecilnya suatu organisasi pendidikan, tentu memiliki unsur-unsur dari a sampai b seperti telah disebutkan di atas. Hanya proporsi dari masing-masing unsur saja yang tidak sama. d. Menurut fungsi atau urutan kegiatan Selanjutnya ruang lingkup manajemen pendidikan dalam bagian ini akan ditinjau dari fungsi atau urutan kegiatan pengelolaan. Dalam definisi manajemen terdapat istilah “rangkaian kegiatan” yang dilakukan pertama sampai kepada hal yang dilakukan terakhir. Orang lain sering menyebut urutan kegiatan ini sebagai fungsi adminnistrasi. Adapun fungsi manajemen atau pengelolaan ini adalah: 19

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 (1) merencanakan, (2) mengorganisasikan, (3) mengarahkan, (4) mengkoordinasikan, (5) mengkomunikasikan dan (6) mengawasi atau mengevaluasi. Dalam membicarakan ruang lingkup Manajemen Pendidikan ini akan dibahas dari 4 (empat) sudut pandang, yaitu dari sudut wilayah kerja, obyek garapan, fungsi atau urutan kegiatan dan pelaksana. e. Ruang Lingkup Menurut Wilayah Kerja. Sistem pendidikan di negara Republik Indonesia adalah sentralisasi. Kebijaksanaan pendidikan dilakukan oleh pemerintah pusat yang berkedudukan di Jakarta sebagai ibukota negara. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan merupakan pejabat yang memikul tanggungjawab kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan di seluruh negara. Sebagai pembantu pelaksana kebijaksanaan tersebut adalah pejabat-pejabat yang tersebar di seluruh propinsi, seterusnya di setiap kabupaten, kecamatan, serta unit-unit kerja. Berdasarkan atas tinjauan wilayah kerja seperti disinggung di atas, maka ruang lingkup manajemen pendidikan dipisahkan menjadi : a. Manajemen Pendidikan Seluruh Negara, yaitu manajemen pendidikan untuk urusan nasional. Yang ditangani dalam lingkup ini bukan hanya pelaksanaan pendidikan di sekolah saja tetapi juga pendidikan luar sekolah, pendidikan pemuda, penyelenggaraan latihan, penelitian, pengembangan masalah-masalah pendidikan serta meliputi pula kebudayaan dan kesenian. b. Manajemen Pendidikan Satu Propinsi, yaitu manajemen pendidikan yang meliputi wilayah kerja satu propinsi yang pelaksanaannya dibantu lebih lanjut oleh petugas manajemen pendidikan di kabupaten dan kecamatan Mengingat betapa pentingnya fungsi manajemen ini dalam peranannya sebagai penunjang kegiatan untuk mencapai tujuan, maka akan diuraikan satu persatu mengenai tiap-tiap langkah. Untuk setiap langkah akan didekati dengan tiga jawaban atas pertanyaan : (a) apa atau bagaimana pengertiannya, (b) mengapa hal itu dilakukan dan (c) bagaimana cara melakukan. Dalam beberapa hal yang dipandang perlu, akan dijelaskan pula kapan dilaksanakan dan oleh siapa. Setelah kita dalami ruang lingkup manajemen pendidikan dari beberapa sudut pandang, maka yang menjadi sentral pembahasan lebih lanjut adalah ruang lingkup menurut obyek garapan, sedangkan ruang lingkup menurut proses atau langkah-langkah akan diterapkan pada pelaksanaan masing-masing bidang garapan tersebut. Sebagai contoh dalam manajemen murid, jenis kegiatannya adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, komunikasi dan pengawasan. Demikian jugalah yang berlaku pada manajemen personil, manajemen sarana,manajemen kurikulum dan sebagainya. f. Menurut pelaksana Terakhir, ruang lingkup manajemen pendidikan ditinjau dari pelaksanaan. Banyak orang mengira bahwa yang bertanggungjawab melaksanakan manajemen pendidikan hanyalah kepala sekolah dan staf tata usaha. Pandangan seperti itu tentu saja keliru. Manajemen adalah suatu kegiatan yang sifatnya melayani. Dalam kegiatan belajar-mengajar, 20

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 manajemen berfungsi untuk melancarkan jalannya proses tersebut, atau membantu terlaksananya kegiatan mencapai tujuan agar diperoleh hasil secara efektif dan efisien. Dalam lingkungan kelas, guru adalah administrator. Guru harus melaksanakan kegiatan manajemen. Di lingkungan sekolah, Kepala Sekolah adalah administrator. Dengan pengertian bahwa manajemen adalah pengelolaan, maka Kepala Sekolah bertindak sebagai manajer di sekolah yang dipimpinnya. Selain para administrator di sekolah, masih ada lagi pelaksana manajemen pendidikan yaitu orang-orang yang bekerja di kantor-kantor pendidikan dan pusat-pusat latihan atau kursus. Pelaksana manajemen di pusat-pusat latihan atau di kursus-kursus mempunyai peranan dan tugas seperti pelaksana di sekolah. Tetapi pelaksanaan manajemen di kantor-kantor pendidikan agak berbeda dengan manajemen di sekolah. Pelaksanaan manajemen di kantor-kantor pendidikan merupakan pelayanan tidak langsung terhadap kegiatan belajar- mengajar. Kegiatannya adalah mengurus kurikulum, sarana, personil, siswa, biaya dan lain-lain kegiatan yang bersifat memperlancar pekerjaan guru dan murid yang terlibat langsung dalam kegiatan mendidik. a) Manajemen Pendidikan Satu Unit Kerja. Pengertian dalam Manajemen unit ini lebih dititik beratkan pada satu unit kerja yang langsung menangani pekerjaan mendidik misalnya ; Sekolah, Pusat Latihan, Pusat Pendidikan, dan kursus-kursus. Dengan demikian maka ciri dari unit ini adalah adanya (1) pemberi pelajaran, (2) bahan yang diajarkan dan (3) penerima pelajaran, ditambah semua sarana penunjangnya. b) Manajemen Kelas Sebagai suatu kesatuan kegiatan terkecil dalam usaha pendidikan yang justru merupakan “dapur inti” dari seluruh jenis manajemen pendidikan. Dalam manajemen kelas inilah kemudian terdapat istilah “pengelolaan kelas” baik yang bersifat instruksional maupun manajerial. 6. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan 21

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 dasar dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang berarti.Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian lainnya masih memprihatinkan. Berdasarkan masalah ini, maka berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita? Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak menagalami peningkatan secara marata. Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education function atau input-output analisys yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki. Pendekatan ini menganggap bahwa apabila input seperti pelatihan guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, dan perbaikan sarana serta prasarana pendidikan lainnya, dipenuhi, maka mutu pendidikan (output) secara otomatis akan terjadi. Dalam kenyataan, mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi.Mengapa? Karena selama ini dalam menerapkan pendekatan educational production function terlalu memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan. Faktor kedua, penyelenggaran pendidikan nasional dilakukan secara birokratik- sentralistik sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang- kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Sekolah lebih merupakan subordinasi birokrasi diatasnya sehingga mereka kehilangan kemandirian, keluwesan, motivasi, kreativitas/inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional. Faktor ketiga, peranserta warga sekolah khususnya guru dan peranserta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim.Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering diabaikan, pada hal terjadi atau tidaknya perubahan di sekolah sangat tergantung pada guru. Dikenalkan pembaruan apapun jika guru tidak berubah, maka tidak akan terjadi perubahan di sekolah tersebut. Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya sebatas pada dukungan dana, sedang dukungan-dukungan lain seperti pemikiran, moral dan barag/jasa kurang diperhatikan. Akuntabilitas sekolah terhadap masyarakat juga lemah. Sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggung jawabkan hasil pelaksananaan pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu unsur utama yang berkepentingan dengan pendidikan (stakeholder). Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut diatas, tentu saja perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Secara umum, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb.) untuk 22

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan Pendidikan Nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku Catatan: MPMBS tidak dibenarkan menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan otonomi yang lebih besar, maka sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri.Dengan kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program-program yang tentu saja, lebih berdaya dalam mengembangkan dalam mengembangkan program-program yang, tentu saja, lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya. Dengan fleksibilitas/keluwesan-keluwesannya, sekolah akan lebih lincah dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal. Demikian juga dengan partisipasi/ pelibatan warga sekolah dan masyarakat secara langsung dalam penyelenggaraan sekolah, maka rasa memiliki mereka terhadap selolah dapat ditingkatkan. Peningkatan rasa memiliki ini akan menyebabkan peningkatan rasa tanggung jawab, dan peningkatan rasa tanggung jawab akan meningkatkan dedikasi warga sekolah dan masyarakat terhadap sekolah. Inilah esensi partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam pendidikan.Baik peningkatan otonomi sekolah, fleksibelitas pengelolaan sumberdaya sekolah maupun partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaran sekolah tersebut kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan kebijakan pendidikan nasional dan peraturan peundang-undangan yang berlaku. MPMBS merupakan bagian dari manajemen bebasis sekolah (MBS).Jika MBS bertujuan untuk meningkatkan semua kinerja sekolah (efektivitas, kualitas/mutu, efesiensi, inovasi, relevansi, dan pemeratan serta akses pendidikan), maka MPMBS lebih difokuskan pada peningkatan mutu.Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa mutu pendidikan nasional kita saat ini sangat memprihatinkan sehingga memerlukan perhatian. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa mutu pendidikan nasional kita saat ini sangat memperhatinkan sehingga memerlukan perhatian yang lebih serius. Itulah sebabnya MPMBS lebih ditekankan dari pada MBS untuk saat ini. Pada satnya nanti MPMBS akan menjadi MBS. MPMBS bertujuan untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah, pemberian fleksibilitas yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdaya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Lebih rincinya, MPMBS bertujuan untuk :Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibelitas, partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas, sustainbilitas, dan inisiatif sekolah dalam mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya, danMeningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai. a. Alasan Diterapkannya MPMBS MPMBS diterapkan karena beberapa alasan berikut:Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, maka sekolah akan lebih inisiatif/kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah.Dengan pemberian fleksibelitas/keluesan-keluesan yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdayanya, maka sekolah akan lebih luwes dan lincah dalam mengadakan dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal untuk meningkatkan mutu sekolah. 23

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya. Khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya. Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat, dan Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat. b. Konselor Sebagai Agen Informasi Penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) ditandai dengan adanya kewenangan sekolah dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, konselor seyogyanya dapat berusaha melibatkan diri dalam berbagai proses pengambilan keputusan. Karena, bagaimanapun konselor bisa dianggap sebagai “orang yang paling banyak tahu” tentang keadaan siswanya secara personal. Dengan kata lain, konselor dianggap sebagai orang yang memiliki informasi atau data tentang siswa yang lebih lengkap dan memadai. Informasi atau data tentang siswa ini ini sangat berguna dan dapat dijadikan dasar untuk berbagai pengambilan keputusan sekolah yang berkenaan dengan siswa.Oleh sebab itu, informasi harus diadministrasikan sedemikian rupa dan siap saji (ready for use), kapan saja diperlukan. Bahkan bila perlu, pengadminstrasian informasi ini dilakukan secara computerize, karena saat ini telah dikembangkan berbagai software, yang berhubungan dengan data siswa, seperti Program DataSis dan Program Alat Ungkap Masalah (AUM) yang dikembangkan Prof. Dr. Prayitno. Atau secara kreatif, konselor dapat menciptakan berbagai software tentang bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan kerja, yang sekiranya dapat membantu mempermudah pengadministrasian dan penyajian data.Dengan sendirinya, dalam hal ini konselor dituntut untuk memahami dan menguasai teknologi komputer. Hal yang perlu dicermati, bahwa dalam mengkomunikasikan informasi tentang siswa kepada pihak-pihak terkait, seperti kepala sekolah, dewan sekolah atau siapa pun, konselor harus dapat memilah dan memilih jenis informasi apa saja yang boleh dan tidak tidak boleh untuk 24

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 disampaikan. Tentu saja, informasi-informasi yang berkenaan dengan “ prinsip kerahasiaan klien “ harus tetap dijaga sebaik mungkin. Dalam mengkomunikasikan informasi-informasi tentang siswa, yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan, khususnya dalam forum Komite Sekolah, konselor hendaknya dapat menyampaikan pandangan-pandangannya secara tegas, yang berpihak pada kepentingan siswa itu sendiri. Walau pun mungkin akan didapatkan berbagai benturan sosial di dalamnya, karena pemahaman dan persepsi anggota Komite Sekolah tentang bimbingan dan konseling akan sangat beragam bahkan mungkin sangat kurang. Satu hal lagi bahwa dalam penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), upaya meningkatkan kuantitas dan kualitas layanan bimbingan ini konselor hendaknya memperhatikan pengembangan kerja sama, koordinasi dan sinergis kerja dengan berbagai komponen pendidikan lainnya. Karena dalam penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), keberhasilan pendidikan di sekolah tidak lagi didasarkan pada individual yang cerdas, akan tetapi sangat mengutamakan pada team work yang cerdas dan kompak. Untuk itulah, konselor sedapat mungkin harus menjadi bagian utama dari team work tersebut. 25

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 7. Kepemimpinan Kepala Sekolah di era MPMBS Sekolah yang menerapkan MBS memiliki input manajemen yang memadai untuk menjalankan roda pelaksanaan sekolah. Kepala Sekolah dalammengatur dan mengurus sekolahnya menggunakan sejumlah inputmenajemen. Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akanmembantu kepala sekolah pengelola sekolahnya dengan efektif. Inputmanajemen yang dimaksud meliputi: tugas yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis, program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana, ketentuan-ketentuan (aturan main) yang jelas sebagai panutanbagi warga sekolahnya untuk bertindak,dan adanya system pengendalian mutu yang efektif dan efisien untuk meyakinkan agarsasaran yang telah disepakati dapat dicapai. Fokus pada pelanggan (khususnya siswa), harus merupakan fokus dari semua kegiatansekolah artinya, semua input dan proses yang dikerahkan di sekolah tertuju utamanya untuk meningkatkan mutu dan kepuasan pesertadidik. a. Proses Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses sebagai berikut: 1) Proses Belajar Mengajar yang Efektivitasnya Tinggi Sekolah yang menerapkan MBS memiliki efektivitas proses belajarmengajar (PBM) yang tinggi. Ini ditunjukkan oleh sifat PBM yangmenekankan pada pemberdayaan perserta didik. PMB bukanmerupakan memorisasi dan recall, bukan sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan (logos), akantetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkansehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati (ethos) serta dipraktekkan dalam kehidupan sahari-hari oleh peserta didik (pathos). PBM yang efektif juga menekankan pada belajarmengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar manjadidiri sendiri (learning to be). 2) Kepemimpinan Sekolah yang Kuat Pada sekolah yang menerapkan MBS, kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkordinasikan, menggerakan, dan menyerasikansemua sumberdaya pendidikan yang tersedia.Kepemimpinan kepalasekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolahuntuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program - program yang dilaksanakan secara terencana danbertahap. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif prakarsa untukmeningkatkan mutu sekolah. Secara umum, kepala sekolah tangguhmemiliki kemampuan memobilisasi sumberdaya sekolah, terutama sumberdaya manusia, untuk mencapai tujuan sekolah. 3) Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib Sekolah memiliki lingkungan (iklim) belajar yang aman dan tertib, dan nyaman sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan nyaman (enjoyable learning). Karena itu, sekolah yang efektif selalu menciptakan iklim sekolah yang aman, nyaman, tertib melaluipengupayaan faktor-faktor yang dapat menumbuhkan iklim tersebut.Dalam hal ini, peranan kepala sekolah sangat penting sekali. 4) Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif. Tenaga Kependidikan, terutama guru, merupakan jiwa dari sekolah.Sekolah hanyalah wadah. Sekolah yang menerapkan MBS menyadaritentang hal ini. Oleh karena itu, pengelolaan tenaga kependidikan,mulai dari analis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasikinerja, 26

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 hubungan kerja, hingga sampai imbal jasa, merupakangarapan penting bagi seorang kepala sekolah.Terlebih-lebih pada pengembangan tenaga kependidikan, ini harusdilakukan secara terus-menerus mengingat kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesat. Pendeknya, tenagakependidikan yang mempunyai komitmen tinggi, selalu mampu dansanggup menjalankan tugasnya dengan baik. 5) Sekolah Memiliki Budaya Mutu Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap perilaku selalu disadari oleh profesionalisme: Budaya mutumemiliki elemen-elemen sebagai berikut: (a) informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan, bukan untuk mengadili / mengontrol orang; (b) kewenangan harus sebatas tanggungjawab; (c) hasil harus diikuti penghargaan (rewards) atau sanksi (punishment); (d) kolaborasi dan sinergi, bukan kompetisi, harus merupakan basis untuk kerjasama; (e) warga sekolah merasa aman terhadap pekerjaannya; (f) atmosfir keadilan (fairness) harus ditanamkan; (g) imbal jasa harus sepadan dengan nilai pekerjaannya; dan (h) warga sekolah merasa memiliki sekolah. 6) Sekolah Memiliki “Teamwork” yang Kompak, Cerdas, dan Dinamis Kebersamaam (teamwork) merupakan karakteristik yang dituntut oleh MBS, karena input pendidikan merupakan hasil kolektif wargasekolah, bukan hasil individual. Karena itu budidaya kerjasama antarfungsi dalam sekolah, antar individu dalam sekolah, harus merupakan kebiasaan hidup sehari-hari warga sekolah. 7) Sekolah Memiliki Kewenangan (Kemandirian) Sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan yang terbaik bagi sekolahnya, sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dankesanggupan kerja yang tidak selalu menggantungkan pada atasan.Untuk menjadi mandiri, sekolah harus memiliki sumberdaya yang cukup untuk menjalakan tugasnya. 8) Partisipasi yang Tinggi dari Warga Sekolah dan Masyarakat. Sekolah yang menerapkan MBS memiliki karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan masyarakat merupakan bagiankehidupanya. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa makin tinggitingkat prestasi, makin besar rasa memiliki; makin besar rasa memiliki, makin besar pula rasa tanggungjawab; makin besar rasatanggung jawab, makin besar pula tingkat dedikasinya. 9) Sekolah Memiliki Keterbukaan (Transparansi ) Manajemen Keterbukaan/transparansi dalam pengelolaan sekolah merupakan karakteristik sekolah yang menerapkan MBS.Keterbukaan/transparansi untuk ditunjukkan dalam pengambilan keputusan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang, dan sebagainya, yang selalu melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat control. 10) Sekolah Memiliki Kemauan untuk Berubah (psikilogis dan psikis) Perubahan harus merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi semua warga sekolah.Sebaliknya, kemapanan merupakan musuh sekolah.Tentu saja yang dimaksud perubahan adalah peningkatan, baikbersifat fisik maupun psikologis.Artinya, setiap dilakukan perubahan, hasilnya diharapkan lebih dari sebelumnya (adapeningkatan) terutama mutu peserta didik. 11) Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan 27

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik tetapi yang terpenting adalah bagaimana memanfaatkan hasil belajar tersebut untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu peserta didik dan mutusekolah secara keseluruhan dan secara terus menerus.Perbaikan secara terus menerus harus merupakan kebiasaan sekolah.Tiada hari tanpa perbaikan. Karena itu, sistem mutu yang bakusebagai acuan bagi perbaikan harus ada. Sistem mutu yang dimaksud harus mencakup struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, dansumberdaya untuk menerapkan manajemen mutu. 12) Sekolah Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan Sekolah selalu tanggap/responsifterhadap berbagai aspirasi yang muncul bagi peningkatan mutu.Karena itu, sekolah selalu membacalingkungan dan menanggapinya secara cepat dan tepat. Bahkan,sekolah tidak hanya mampu menyesuaikan terhadap perubahan/tuntutan, akan tetapi juga mampu mengantisipasi hal-halyang mungkin bakal terjadi. Menjemput bola, adalah padanan katayang tepat bagi istilah antisipatif. 13) Memiliki Komunikasi yang Baik Sekolah yang efektif umumnya memiliki komunikasi yang baik, terutama antar warga sekolah, dan juga sekolah-masyarakat, sehinggakegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing warga sekolahdapat diketahui.Dengan cara ini, maka keterpaduan semua kegiatan sekolah dapat diupayakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yangtelah dipatok. Selain itu, komunikasi yang baik juga akan membentukteamwork yang kuat, kompak, dan cerdas, sehingga berbagai kegiatansekolah dapat dilakukan secara merata oleh warga sekolah. 14) Sekolah Memiliki Akuntabilitas Akuntabilitas adalah bentuk pertanggung jawaban yang harus dilakukan sekolah terhadap keberhasilan program yang telahdilaksanakan. Akuntabilitas ini berbentuk laporan prestasi yang dicapai dan dilaporkan kepada pemerintah, orangtua siswa, dan masyarakat. Berdasarkan laporan hasil program ini, pemerintah dapatmenilai apakah program MBS telah mencapai tujuan yang dikehendaki atau tidak. Jika berhasil, maka pemerintah perlu memberikan penghargaan kepada sekolah yang bersangkutan,sehingga menjadi faktor pendorong untuk terus meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.Sebaliknya, jika program tidak berhasil, maka pemerintah perlu memberikan teguran sebagaihukuman atas kinerjanya yang dianggap tidak memenuhi syarat. 15) Sekolah memiliki Kemampuan Menjaga Sustainabilitas Sekolah yang efektif juga memiliki kemampuan untuk menjaga kelangsungan hidupnya (sustainabilitasnya)baik dalam programmaupun pendanaan. b. Output yang Diharapkan Sekolah harus memiliki output yang diharapkan. Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran danmanajemen di sekolah. Pada umumnya, output dapat diklasifikasikanmenjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik (academic achievement) dan output berupa prestasi non-akademik (non-academicachievement). Output prestasi akademik misalnya, NUANS/NUNAS, lomba karya ilmiah remaja, lomba (Bahasa Inggris, Matematika, Fisika),cara-cara berpikir (kristis, kreatif/divergen, nalar, rasional, induktif, deduktid, dan ilmiah (Output non-akademik, misalnya keingintahuan yang tinggi, harga diri, kejujuran, kerjasama 28

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 yang baik, rasa kasih saying tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan,kerajinan , prestasi olahraga, kesenian, dan kepramukaan). c. Fungsi-fungsi yang Didesentralisasikan ke Sekolah Secara umum, pergeseran dimensi-dimensi pendidikan dari manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis sekolah yang telah diuraikan secara lebih spesifik, pertanyaannya adalah : “Fungsi-fungsi apa sajakah yang perlu didesentralisasikan ke sekolah”?. Pada dasarnya, Undang-undang Nomor 22 tentang Pemerintah Daerah(Otonomi Daerah) tahun 1999 beserta jumlah Peraturan Pemerintah (PP)sebagai pedoman pelaksanaannya terutama PP No. 25 tahun 2000 tentangKewenangan Pemerintah, Propinsi dan Kota / Kabupaten, dan Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah harusdigunakan sebagai referensi / patokan. Dengan demikian,pendesentralisasian fungsi-fungsi pendidikan tidak akan merubah peraturan perundang-undangan yang ada. Namun demikian, sampai saatini belum ada resep yang pasti tentang hal ini, karena seperti kita ketahui, otonomi pendidikan sedang bergulir dan sedang mencariformatnya,sehingga secara peraturan perundang-undangan (legal aspect) belum memiliki tugas dan fungsi sekolah dalam era otonomi saat ini, sementara menunggu “legal aspect” yang akan diberlakukan kelak,fungsi-fungsi sekolah yang semula dikerjakan oleh Pemerintah Pusat /Dinas Pendidikan Propinsi / Dinas Pendidikan Kota / Kabupaten,sebagian dari fungsidapat dilakukan oleh sekolah secara prfesional. Artinya, suatu fungsi tidak dapat dilimpahkan sepenuhnya ke sekolah,sebagian masih merupakan porsi kewenangan Pemerintah Pusat, sebagianporsi kewenangan Dinas Propinsi sebagian porsi kewenangan Dinas / Kota/ Kabupaten dan sebagian lainnya yang dilimpahkan ke sekolah. Adapun fungsi-fungsi : a) Pengelolaan Proses Belajar Mengajar Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Sekolah diberi kebebasan memilih strategi, metode dan teknik-teknikpembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai dengankaraktersitik mata pelajaran, karateristik siswa, karateristik guru dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah. Secara umumstrategi / metode / teknik pembelajaran dan pengajaran yang berpusat pada siswa (student centered) lebih mampu memberdayakan pembelajaran siswa. Yang dimaksud dengan pembelajaran berpusat pada siswa adalah pembelajaran yang menekankan pada keaktifanbelajar siswa, bukan pada keaktifan mengajar guru. Oleh karena itu,cara-cara belajar siswa aktif seperti misalnya active learning, cooperative dan quantum learningperlu diterapkan. b) Perencanaan dan Evaluasi Sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya (school-based plan).Kebutuhan yang dimaksud,misalnya kebutuhan untuk meningkatkan mutu sekolah.Oleh karena itu,sekolah harus melakukan analisis kebutuhan mutu dan berdasarkan hasil analisis kebutuhan mutu inilah kemudian sekolah membuat rencanapeningkatan mutu. Sekolah diberi wewenang untuk melakukan evaluasi, khususnyaevaluasi yang dilakukan secara internal. Evaluasi internal dilakukanoleh warga sekolah untuk memantau proses pelaksanaan dan untukmengevaluasi hasil program-program yang telah dilaksanakan. Evaluasi semacam ini 29

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 sering disebut evaluasi diri.Evaluasi diri harus jujur dantransparan agar benar-benar mengungkap informasi yang sebenarnya. c) Pengelolaan Kurikulum Kurikulum yang dibuat oleh Pemerintah Pusat adalah kurikulum standar yang berlaku secara nasional.Padahal kondisi sekolah pada umumnyasangat beragam.Oleh Karena itu, dalam implementasinya sekolah dapatmengembangkan (memperdalam, memperkaya, memmodifikasi),namun tidak boleh mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional. Sekolah dibolehkan memperdalam kurikulum, artinya apayang diajarkan boleh dipertajam dengan aplikasi yang bervariasi.Sekolah juga dibolehkan memperkaya apa yang diajarkan, artinya, apa yang diajarkan boleh diperluas dari yang harus, yang seharusnya, dan dapat diajarkan. Demikan juga, sekolah dibolehkan memodifikasikurikulum,artinya apa yang diajarkan boleh dikembangkan agar lebih kontekstual dan selaras dengan karaterisitik peserta didik. Selain itusekolah juga diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulummuatan lokal. d) Pengelolaan Ketenagaan Pengelolaan ketenagaan, mulai dari analisis kebutuhan perencanaan, rekrutmen, pengembangan, hadiah dan sangsi (reward and punishment),hubungan kerja, sampai evaluasi kinerja tenaga sekolah (guru, tenagaadministrasi, laboran dsb.) dapat dilakukan oleh sekolah, kecuali yangmenyangkut pengupahan / imbal jasa dan rekrutmen guru pegawai negeri, yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi di atasnya. e) Pengelolaan Fasilitas (Peralatan dan Perlengkapan) Pengelolaan fasilitas sudah seharusnya dilakukan oleh sekolah, mulai dari pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga sampaipengembangan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yangpaling mengetahui kebutuhan fasilitas, baik kecukupan, kesesuaian, maupun kemutakhirannya, terutama fasilitas yang sangat erat kaitannya secara langsung dengan proses belajar mengajar. f) Pengelolaan Keuangan Pengelolaan keuangan, terutama pengalokasian / penggunaan uang sudah sepantasnya dilakukan oleh sekolah. Hal ini juga didasari olehkenyataan bahwa sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya,sehingga desentralisasi pengalokasian/ penggunaan uang sudah seharusnya dilimpahkan ke sekolah.Sekolah juga harus diberikebebasan untuk melakukan “kegiatan-kegiatan yang mendatangkanpenghasilan” (income generating activities), sehingga sumber keuangantidak semata-mata tergantung pada pemerintah. g) Pelayanan Siswa Pelayanan siswa, mulai dari penerimaan siswa baru, pengembangan / pembinaan pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah atauuntuk memasuki dunia kerja, hingga sampai pada pengurusan alumni, sebenarnya dari dahulu memang sudah didesentralisasikan. Karena itu, yang diperlukan adalah peningkatan intensitas dan ektensitasnya. 30

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 h) Hubungan Sekolah-Masyarakat. Esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakatterutama dukungan moral dan financial.Dalam arti yang sebenarnya,hubungan sekolah-masyarakatnya dari dahulu sudah didesentralisasikan. Oleh karena itu, sekali lagi, yang dibutuhkan adalah peningkatan intensitas hubungan sekolah- masyarakat. i) Pengelolaan Iklim Sekolah Iklim sekolah (fisik dan non fisik) yang kondusif-akademik merupakan persyaratan bagi terselenggaranya, proses belajar mengajar yang efektif.Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan / ekpektasi yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa (student-centered activities) adalah contoh-contoh iklim sekolah yang dapat menumbuhkansemangat belajar siswa. Iklim sekolah sudah merupakan kewenangansekolah sehingga yang diperlukan adalah upaya-upaya yang lebih intensif dan ekstensif. Konteks adalah eksternalitas sekolah berupa demand and support (permintaan dan dukungan) yang berpengaruh pada input sekolah. Dalamistilah lain konteks sama artinya dengan istilah kebutuhan. Dengandemikian, evaluasi konteks berarti evaluasitentang kebutuhan. Alat yang tepat untuk melakukan evaluasi konteks adalah penilaian kebutuhan ( needs assessment). Input adalah segala sesuatu yang tersedia dan siap karena dibutuhkanuntuk berlangsungnya proses. Sesuatu dimaksud tidak harus berupabarang, tetapi juga berupa perangkat-perangkat lunak dan harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Prosesadalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Proses terdiri dari proses pengambilan keputusan, proses pengelolaankelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar,proses evaluasi sekolah, dan proses akuntabilitas. Dengan demikian fokus evaluasi pada proses adalah pemantauan (monitoring) implementasi MBS sehingga dapat ditemukan informasi tentang konsistensi atau inkonsistensiantara rancangan/disain MBS semula dengan proses implementasi yang sebenarnya. Out put adalah hasilnyata dari pelaksanaan MBS yaitu prestasi akademik dan non- akademik . Fokus evaluasi pada output adalah mengevaluasi sejauh mana sasaran yang diharapkan. Outcomeadalah hasil MBS jangka panjang, yang berbeda denganOutputyang hanya mengukur hasil MBS sesaat/jangka pendek.Karena itufokus evaluasi outcome adalah pada dampak MBS jangka panjang, baikdampak individual (tamatan SMP), institusional (SMP), dan sosial(masyarakat), untuk melakukan evaluasi ini, pada umumnya digunakananalisis biaya- manfaat (cost-benefit analysis). Ada dua jenis monitoring dan evaluasi sekolah, yaitu internal daneksternal. Yang dimaksud monitoring dan evaluasi internal adalah monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh sekolah sendiri. Padaumumnya pelaksana monitoring dan evaluasi internal adalah wargasekolah sendiri yaitu: kepala sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, guru bimbingan dan penyuluhan dan warga sekolah lainnya. Tujuan utama monitoring dan evaluasi internal sekolah adalah untuk mengetahui tingkatkemajuan dirinya sendiri (sekolah) sehubungan sasaran- sasaran yang telahditetapkan.Sedangkan yang dimaksud monitoring dan evaluasi eksternal adalah monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh pihak eksternal sekolah misalnya Dinas P dan K Kabupaten, Pengawas, dan Perguruantinggi atau gabungan dari ketiganya. Hasil evaluasi 31

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 monitoring danevaluasi eksternal dapat digunakan untuk rewards system terhadap individu sekolah, meningkatkan iklim kompetisi antar sekolah, kepentingan akuntabilitas publik, memperbaiki sistem yang ada secarakeseluruhan, dan membantu sekolah dalam mengembangkan dirinya. d. Konsep Dasar Kepemimpinan Kepala Sekolah a) Pengertian Kemampuan Kemampuan pada hakekatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka (to profess artinya menyatakan), yang menyatakan bahwaseseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanankarena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itudan mampu melaksanakannya. Kemampuan” adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuksenantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas, profesionalnya.Seorang guru yang memiliki kemampuan profesionalisme yang tinggi akan tercermin dalam sikap dan mental serta komitmennya terhadapperwujudan dan peningkatan kualitas profesional melalui berbagai caradan strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya sesuai dengantuntutan perkembangan jaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna profesional. Sedangkan kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah merupakan “Kemampuan Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas dantanggung jawabnya selaku pemimpin pendidikan untuk mengembangkan misi sesuai dengan kemampuan, pengetahuan dan komitmen Kepala Sekolah”. Banyak pengaruh telah menyebabkan momentum yangmeningkat.Ini meliputi gerakan untuk menyediakan dasar pengetahuanyang kuat dalam persiapan administratif, untuk memasukan pengetahuan yang relevan dengan ilmu-ilmu sosial dan humaniora ke dalam program pendidikan.Untuk merumuskan syarat-syarat persiapanbagi berbagai tahap performance administratif dan untuk menyediakanbelajar yang berorientasi kepada kenyataan melalui pengalaman lapangan. b) Kemampuan dalam Administrasi Sekolah Dalam sejarah perkembangan administrasi sekolah di negara-negara maju, tekanan utama dalam studi dan pengajaran administrasisekolah berpusat pada tugas-tugas teknis menejerial administrator,pada organisasi dan struktur administrasi, pada proses administrasi sebagai proses sosial. Ini adalah pendekatan penting bagi paraadministrator sekolah yang perhatiannya meliputi pengembangankemampuan profesional yang meningkat. Studi dalam administrasi negara dan ilmu politik membuat tersedia konsep-konsep yang berguna tentang pengembaliankeputusan, dalam konteks administrasi maupun konteks masyarakat luas. Pandangan yang mengatakan bahwa pemimpin pendidikanhendaknya hanya sekedar “pelaksana kebijaksanaan yang telahditetapkan serta prosedur-prosedur yang telah dibakukan” telah membawa kepada penilaian baru tentang tanggung jawab administrator bagi analisa perubahan sosial dalam settingpendidikan dan bagai partisipasi aktif dalam membangun dan menjabarkan tujuan dan arah pendidikan. Lebih memandang administrator sebagai sekedar seorang “pelaksana-pelaksana kebijaksanaan dan prosedur-prosedur baku”. Pandangan ini melihat administrator selaku orang yang mengeti betul akan sejarah tujuan-tujuan manusia, sebagai orang yang telah menguasai prosesinteletual, yang perlu untuk menghasilkan tujuan-tujuan sebagai orang mencari keterlibatan aktif dlam pembuatan kebijaksanaan pendidikan dan sebagai 32

SILABUS S 1 PAK MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERWAWASAN SEKOLAH (MPMBS) 2014 Manahan U. Simanjuntak [email protected] +6281277017798 orang yang berada di dalam dan bukan diluar arus kekuatan sosial yang memulai dan membimbing perubahansosial. Sekolah yang menerapkan MPMBS memiliki input manajemen yang memadai untuk menjalankan roda sekolah. Kepala Sekolah dalam mengatur dan mengurus sekolahnya menggunakan sejumlah input menajemen. Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akan membantu kepala sekolah pengelola sekolahnya dengan efektif. Input manajemen yang dimaksud meliputi: tugas yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis, program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana, ketentuan-ketentuan (aturan main) yang jelas sebagai panutan bagi warga sekolahnya untuk bertindak, dan adanya system pengendalian mutu yang efektif dan efisien untuk meyakinkan agar sasaran yang telah disepakati dapat dicapai. SELAMAT MEMBANGUN NEGERI DENGAN PENDIDIKAN !!! 33


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook