Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore InaHRS 2023 Bulletin Volume V

InaHRS 2023 Bulletin Volume V

Published by Keisha Annabel Garnette, 2023-08-22 07:36:07

Description: InaHRS 2023 Bulletin Volume V

Search

Read the Text Version

VOLUME V 19 AGUSTUS 2023 BERITA TERKINI Agenda Ina HRS Hari Ini DAFTAR ISI Sabtu, 19 Agustus 2023 menjadi hari ketiga dilaksanakannya InaHRS 2023. Hari ini diramaikan dengan 9 simposium, oral presentation, EP’s Bootcamp, serta Agenda InaHRS hari ini penutupan rangkaian kegiatan selama beberapa hari kebelakang. Dengan Halaman 1 mengangkat topik penyakit kardiovaskular hingga aplikasinya, kegiatan hari ini Mengenali Berbagai tentu bukan untuk dilewatkan! Teknologi Elektrofisiologi dalam Morning Morning Symposium 1 - LAA Occluder Symposium 1&2 Memilah tatalaksana kardiomiopati atrium pada berbagai kondisi pasien Halaman 2 Cermat Memilih Morning Symposium 2 - Update on Bradycardia and Pacing Management Modalitas Diagnostik Mempelajari manajemen bradikardia terhadap riset terbaru Aritmia yang Tepat Halaman 2 Morning Symposium Allied Professional: Diagnostic Modality on Arrhythmia Eksplorasi Elektrofisiologi Berdiskusi bersama metode diagnostik dan monitoring aritmia dalam Kedokteran Halaman 3 Joined Session APHRS - InaHRS - Hongkong HRS Menilik Aritmia dari Berbagi ilmu dan pengalaman dengan pakar mancanegara Perspektif Indonesia, Hongkong, dan Asia Pasifik EP’s Boot Camp Halaman 3 Mengasah keterampilan dalam tata laksana aritmia Memperkaya Wawasan Mengenai Perkembangan Lunch Symposium 1 - Current Update CIED Management Terbaru Manajemen CIED Menyorot ilmu terbaru dalam manajemen implan kardiovaskular Halaman 4 M Krioablasi, Lunch Symposium 2 - Cryoablation Bagaimanakah Potensinya Berkenalan dengan teknologi teranyar tata laksana fibrilasi atrial di Indonesia dan Malaysia? Halaman 4 Oral Presentation Menyimak Hasil Studi Menyimak hasil sembilan studi terpilih dari seluruh Indonesia Terbaru Aritmia dan Elektrofisiologi dari Symposium 3 - VT and Current Ablation Technology Berbagai Penjuru Indonesia Kerja sama berbagai pihak sebagai kunci manajemen ventricular tachycardia Halaman 5 Takikardia, Lebih dari Symposium 4 - Supraventricular Tachycardia Sekadar Laju Denyut Menelaah SVT pada berbagai kelompok usia Jantung yang Cepat Halaman 6 Symposium 5 - This is Our Contribution Semangat Meneliti dan Pertunjukan kontribusi gemilang dari para pakar bagi keilmuan ritme jantung di Publikasi, Sebuah Wujud Indonesia dan dunia Kontribusi Halaman 7 Symposium 6 - Intracardiac Echocardiography Tiga Hari Kemeriahan The Menambah wawasan terkait modalitas invasif ekokardiografi 10th Annual Scientific Meeting InaHRS 2023 Resmi Closing Ceremony Berakhir! Penutup yang mengesankan untuk tiga hari kemeriahan The 10th Annual Halaman 8 Scientific Meeting InaHRS 2023 Satu Dekade InaHRS: Memaksimalkan Usaha, One Decade InaHRS Mengabdi untuk Bangsa Mengenang kembali visi misi InaHRS selama 10 tahun mengabdi untuk Halaman 9 Indonesia Halaman 1

Mengenali Berbagai Teknologi Elektrofisiologi dalam Morning Symposium 1&2 Hari terakhir puncak The 10th Annual Scientific Meeting InaHRS tetap diwarnai dengan berbagai kegiatan menarik. Bertempat di ballroom West dan East Java The Westin Hotel, Jakarta, pembicara yang cakap dalam bidangnya berbagi ilmu elektrofisiologi dan teknologi yang acap digunakan seperti alat pacu jantung dan okluder left atrial appendage (LAA). Morning Symposium: LAA Occluder Pemaparan Materi oleh dr. Beny Hartono, Simposium yang berlangsung selama 1 jam 20 menit SpJP(K), FIHA, FAPSC diisi dengan pemaparan dari tiga pakar dan dilanjutkan dengan kegiatan diskusi dengan peserta. Morning Symposium 2: Update on Bradycardia and Pacing Hauda El Rasyid, MD memaparkan mengenai Management kardiomiopati atrium yang dapat meningkatkan Sesuai nama acaranya, simposium ini membahas mengenai predisposisi terjadinya berbagai penyakit, seperti update terbaru dari alat pacu jantung. Budi A. Tejo, MD membuka stroke dan emboli paru. Penggunaan ablasi kateter kegiatan dengan pembahasan mengenai sinkop, suatu proses sendiri dikatakan masih kontroversial untuk kehilangan kesadaran akibat hipoperfusi serebral yang ditandai tatalaksana kardiomiopati atrium ini. Setelah dengan onset cepat dan pemulihan spontan. Budi menjelaskan membahas mengenai predisposisi stroke yang berbagai etiologi sinkop yang tidak dapat dijelaskan, serta peran meningkat pada pasien fibrilasi atrial, Beny Hartono, dari pemantauan dengan elektrokardiogram (EKG) dalam kurun MD melanjutkan pembahasan mengenai prosedur waktu tertentu untuk diagnostik. Sinkop dapat menjadi manifestasi oklusi LAA untuk pencegahan stroke pada pasien awal dari penyakit jantung yang dapat menyebabkan morbiditas fibrilasi atrial. Kesimpulan dari panduan yang tinggi sehingga perlu diawasi. Giky Karwiky, MD, pembicara digunakan saat ini adalah antikoagulan oral sistemik kedua, kemudian memaparkan mengenai identifikasi dan tetap digunakan untuk pencegahan stroke. Namun, manajemen malfungsi alat pacu jantung. Menurut Giky, ketika okluder LAA dapat dipertimbangkan untuk terjadi suatu aktivitas yang diduga sebagai malfungsi, tata pencegahan stroke pada pasien AF dengan laksana yang diambil bisa berupa observasi (bila berupa pseudo kontraindikasi penggunaan antikoagulan jangka malfungsi), pemrograman ulang, penggantian posisi lead, panjang. Berikutnya, Prof. Yoga Yuniadi, MD, PhD ataupun penggantian lead/alat pacu jantung. Dicky A. Hanafy, menguraikan tentang prosedur pemasangan alat MD, PhD kemudian menguraikan mengenai sinkronisasi AV penutup LAA hanya dengan panduan fluoroskopi. menggunakan alat pacu jantung nirkabel. Berbagai materi Beliau juga menjelaskan alat penutup LAA yang menarik yang telah dipaparkan oleh panitia ditutup dengan tersedia di Indonesia beserta kelebihan dan diskusi dengan para peserta yang antusias. kekurangannya. Kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi dengan para peserta yang telah antusias memenuhi ruangan simposium sejak awal acara dimulai. Cermat Memilih Modalitas Diagnostik Aritmia yang Tepat Di hari terakhir The 10th ASM InaHRS, para peserta diajak untuk mendalami berbagai modalitas diagnostik aritmia dalam agenda Morning Symposium Allied Professional. Agenda yang mengangkat topik “Diagnostic Modality on Arrhythmia” mencakup beberapa subtopik, mulai dari tilt table test (TTT), holter monitoring, hingga EP study. Simposium tepat dimulai pada pukul 8 pagi oleh Rini Tri Marwanti, Ns selaku moderator. Tiga pembicara yang dihadirkan adalah Sri Sulastri, Ns; Catur Wulaningsari, Ns; dan Iyan Solihin, Ns. Sesi ini dibuka dengan pemaparan Sri mengenai tilt table test. Sri menjelaskan TTT secara komprehensif mulai dari penjelasan sinkop secara umum hingga penggunaan TTT dalam mendiagnosis dan mencari penyebab sinkop sehingga dapat ditata laksana secara efektif. Melalui TTT, akan diketahui respons tubuh terhadap perubahan posisi yang akan membantu diagnosis sinkop serta menentukan penyebabnya. Pemaparan Materi dalam Agenda Ditekankan juga bahwa penggunaan TTT tidak diperlukan apabila penyebab sinkop sudah Morning Symposium Allied Professional diketahui secara jelas melalui anamnesis. Di akhir, tidak lupa Sri memasukkan saran mengenai edukasi serta modifikasi gaya hidup pasien sinkop. Presentasi dilanjutkan oleh Catur yang menerangkan holter monitoring. Holter dijelaskan sebagai metode untuk mengetahui aliran listrik jantung yang akan dianalisis. Beberapa indikasi klinisnya adalah sinkop, palpitasi, nyeri dada, dan iskemia koroner. Tak lupa pemateri menyampaikan konsiderasi khusus pada pasien pediatrik. Catur juga mengkaji karakteristik berbagai jenis monitor holter, termasuk generasi terbarunya, dengan membandingkan kelebihan, keterbatasan, biaya, serta indikasi masing-masing jenisnya. Konten lainnya berupa komponen pendukung, prosedur, persiapan pasien dan perekaman, serta manajemen holter monitoring. Selanjutnya, Iyan melanjutkan dengan presentasinya yang bertajuk “Electrophysiology (EP) Study”. Presentasi Iyan begitu menarik dalam membahas EP study secara mendetail, yaitu penjelasan mengenai kateter EP dan peralatan lainnya, preparasi yang mencakup staffing dan juga persiapan pasien, prosedur, akses, serta komplikasi EP. Selain informed consent, pasien perlu untuk berpuasa dan menghentikan konsumsi obat aritmia. Secara umum, simposium berjalan lancar dengan peserta yang antusias bertanya pada sesi diskusi. Pertanyaan yang dilontarkan para peserta pun cukup beragam, mulai dari materi yang dibahas dalam sesi, bahkan hingga dikaitkan dengan contoh-contoh di luar pembahasan materi. Halaman 2

Eksplorasi Elektrofisiologi dalam Kedokteran Mata acara “Electrophysiology (EP) Bootcamp” ikut memeriahkan hari terakhir gelaran The 10th ASM InaHRS 2023. Bootcamp yang berlangsung selama 4,5 jam ini membahas tata laksana aritmia, mulai dari tata laksana farmakologi hingga tata laksana invasif. Acara ini dimoderasi oleh Dony Yugo Hermanto, MD dan Muhammad Muqsith, MD. Sesi diawali dengan presentasi oleh Hermawan, MD yang bertajuk “Pacemaker Follow Up”. Hermawan membuka wawasan peserta mengenai aspek nonklinis alat pacu jantung, seperti peran status baterai dan status lead. Menjaga integritas lapisan lead penting karena apabila terdapat insulation break atau bahkan fraktur, nilai impedans alat pacu jantung akan berubah. Presentasi dilanjutkan oleh Fera Hidayati, MD mengenai obat antiaritmia. Fera menjelaskan mengenai klasifikasi, seperti Vaughan-Williams dan Sicilian, cara kerja, dan pengaruh obat antiaritmia pada potensial aksi sel. Materi ini penting diketahui dokter ataupun tenaga kesehatan lainnya agar dapat memilih obat yang sesuai dengan masing-masing mekanisme aritmia pada tiap pasien. Sesi tanya jawab pun berlangsung penuh semangat dari peserta. Selanjutnya, dilakukan sesi “Hands on Pacemaker Reprogramming” yang dipimpin oleh tiga instruktur dari Medtronic. Seusai sesi break, acara beranjak ke pemateri selanjutnya, yaitu Muqsith yang juga berperan sebagai moderator. Muqsith mengutarakan topik bertajuk “Unravelling Cardiac Arrhythmia mechanism”. Pemaparan Muqsith dilengkapi dengan animasi simulasi aliran listrik jantung yang membantu dalam visualisasi materi. Moderator lainnya, yaitu Yugo juga ikut mengisi EP Bootcamp sebagai pemateri. Yugo membawakan materi berjudul “Diagnostic EP Procedure: Holter, Tilt Table Test & Provocation Test” yang menjelaskan jenis-jenis ambulatory ECG, fungsi holter recording, hal yang diakses pada tracing holter, serta cara memilih jenis holter yang tepat. Yugo juga menyinggung mengenai brugada syndrome atau pola brugada ECG type 1 dan modalitas diagnostik tilt table test. Meskipun memaparkan dengan serius Yugo tetap mampu menyelingi materi dengan gurauan yang akhirnya membuat suasana ruang Padang ramai dengan gelak tawa. Selanjutnya, Irnizarifka, MD memaparkan materi dengan judul “Invasive EP Procedure: 2D & 3D Mapping” yang menggali lebih dalam prosedur invasif dan programmed electrical stimulation (PES). Selain tanya jawab, sesi juga dilengkapi dengan sesi wet lab yang menelaah anatomi dasar jantung dengan bantuan jantung sapi yang dipimpin oleh Simon Salim, MD dan Yugo. Sesi tersebut diharapkan dapat membantu para peserta semakin memahami konsep implan alat dan ablasi. Menilik Aritmia dari Perspektif Indonesia, Hongkong, dan Asia Pasifik Semarak dua simposium yang mengawali pagi di ballroom Java tidak kian surut. Kegiatan di ballroom Java dilanjutkan dengan simposium gabungan Asia Pacific Heart Rhythm Society (APHRS) bersama dengan Indonesian Heart Rhythm Society (InaHRS) dan Hongkong Heart Rhythm Society. Kegiatan ini dimoderatori langsung oleh Dicky A. Hanafy, MD, PhD dan Agung Fabian C., PhD. Narasumber pertama yang membawakan materi adalah Ketua InaHRS, Sunu B. Raharjo, MD, PhD, dengan presentasinya yang berjudul “Ventricular Arrhythmias in Patients without Structural Heart Disease.” Sunu membawakan materi mengenai algoritma manajemen pasien dengan kontraksi ventrikel prematur (PVC)/ takikardia ventrikel (VT) idiopatik. Manajemen diawali dengan memastikan bahwa jantung pasien memiliki struktur yang normal. Setelah itu, barulah dapat ditentukan apakah pasien mengalami PVC/VT idiopatik. Bila iya, perlu ditentukan apakah pasien bergejala/tidak dan pengklasifikasian dan tatalaksana lebih lanjutnya. Berbeda dengan pembicara sebelumnya yang membahas mengenai aritmia ventrikel pada pasien tanpa penyakit jantung struktural, Tachapong Ngarmukos, MD, ketua terdahulu APHRS, menguraikan pembahasan mengenai aritmia ventrikel pada pasien dengan penyakit jantung struktural. Aritmia ventrikel dan penyakit jantung struktural adalah dua kondisi yang sering ditemukan bersamaan. Tachapong mengatakan pada pasien dengan gangguan struktur jantung, bila ada pemicu seperti PVC dapat terjadi takikardia. Tachapong kemudian menjelaskan mengenai klasifikasi takikardia sampai dengan tatalaksananya. Setelah pembicara dari InaHRS dan APHRS, berikutnya giliran Prof. Hung Fat Tse, MD, PhD dari Hongkong Heart Rhythm Society. Hung membuka presentasi dengan kasus laki-laki 82 tahun dengan hipertensi yang mengalami abnormalitas detak jantung. Pemaparan Materi Simposium Hung menjelaskan bahwa kasus fibrilasi atrial adalah kasus yang sering ditemukan pada kelompok geriatri, termasuk pada ras Asia. Hung memaparkan mengenai penggunaan antikoagulan oral sebagai tatalaksana fibrilasi atrial pada pasien lanjut usia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antikoagulan oral bermanfaat, kecuali bila pasien menggunakan katup jantung mekanik atau mengalami stenosis mitral berat. Risiko perdarahan bukan merupakan alasan untuk tidak menggunakan antikoagulan oral. Setelah presentasi materi selesai, sesi simposium ditutup dengan sesi tanya jawab. Para peserta dengan bersemangat mengajukan berbagai pertanyaan. Pemaparan materi aritmia dari 3 negara berbeda ini menjadi agenda yang menarik dan sukses membangkitkan antusiasme para peserta Halaman 3

Suasana lunch symposium di East Java Lobby Memperkaya Wawasan Mengenai Perkembangan Terbaru Manajemen CIED Sebelum santap siang, dilaksanakan lunch symposium 1 yang membahas mengenai perkembangan terbaru manajemen cardiac implantable electronic devices (CIED). Dimoderatori oleh Hauda El Rasyid, MD dan Haikal, MD, simposium kali ini membahas mengenai perkembangan optimasi CIED yang digunakan untuk terapi maupun monitoring. Sesi pertama dibawakan oleh Brian Hwan Kim, MD yang berjudul “CRT Optimization: What is New?”. Brian mengatakan bahwa hasil CRT yang optimal akan dicapai melalui penempatan LV lead yang baik serta asesmen durasi QRS intrinsik. Tak berhenti sampai di situ, dilakukan pula optimasi menggunakan SyncAV untuk mendapatkan AV delay yang bersifat fisiologis. Dalam hasil penelitian yang disampaikan, ditemukan bahwa AV delay relatif menurunkan HfH sebesar 30%. Brian juga turut menyampaikan beberapa studi kasus untuk memperdalam pemahaman peserta. Sesi kedua dibawakan oleh Faris Basalamah, MD, PhD dengan topik “Remote Monitoring: The Future of Cardiac Care for Arrhythmia Patients”. Faris menyampaikan bahwa remote monitoring menyediakan data dengan lebih lengkap secara otomatis. Setiap ada masalah, akan ada notifikasi yang muncul sehingga gangguan yang dialami pasien dapat dideteksi dini. Hal ini membantu penyesuaian terapi dan menurunkan mortalitas, biaya, dan lama waktu rawat inap. Adanya deteksi dini juga memungkinkan manajemen penyakit pasien secara proaktif dibandingkan dengan sebelumnya yang bersifat reaktif. Meskipun begitu, remote monitoring yang efektif membutuhkan compliance yang tinggi dari pasien. Salah satu upaya untuk meningkatkan compliance pasien adalah dengan pengiriman data menggunakan bluetooth menuju ponsel dari pasien. Sesi terakhir dari simposium ini disampaikan oleh Abdul Raqib Bin Abdul Ghani, MD dengan judul “Minimizing Inappropriate or Unnecessary ICD Shock”. Abdul menyampaikan pentingnya menurunkan inappropriate ICD shock karena dampaknya terhadap morbiditas dan mortalitas pasien. Langkah-langkah yang disampaikan Abdul mencakup pemilihan penggunaan alat-alat yang tepat, pemrograman yang sesuai, hingga pemilihan algoritma diskriminator SVT yang tepat. Abdul mengungkapkan bahwa penggunaan single dan dual chamber memiliki prognosis yang serupa, sehingga perlu memperhatikan stabilitas pasien, hasil EKG, onset, asal, dan morfologi yang ada. Upaya lain termasuk penggunaan ATP, penggunaan terapi farmakologis untuk mengontrol kecepatan dan irama detak jantung , delayed treatment, dan ablasio kateter. Remote monitoring pun turut memegang andil dalam deteksi dini dan pencegahan. Akhirnya, sesi simposium ini diharapkan mampu membuka wawasan para peserta mengenai manajemen CIED berbasis bukti ilmiah terkini. Cryoablation, Bagaimanakah Potensinya di Indonesia dan Malaysia? West Java Ballroom The Westin Jakarta dipenuhi Pemutaran Video Tindakan Krioablasi antusiasme peserta yang menghadiri Lunch Symposium 2 InaHRS 2023. Simposium ini mengangkat isu cryoablation yang merupakan prosedur mengembalikan irama jantung dengan memutus sinyal listrik menggunakan energi dingin. Teknik ini merupakan teknologi yang cukup baru dan ketersediaannya masih terbatas di Indonesia. Pada simposium Sabtu kemarin, teknik ini dibahas secara mendalam oleh dua narasumber yang memiliki segudang pengalaman melakukan krioablasi, yakni Koh Keng Tat, MD dan Dicky A. Hanafy, MD, PhD. Sesi ini dimoderasi oleh Sunu B. Raharjo, MD, PhD dan Benny M. Setiadi, MD. Materi pertama yang dibawakan oleh Koh berjudul “Cryoablation as the first line therapy for AF”. Dengan pengalamannya sebagai seorang subspesialis di Malaysia, Koh menjelaskan prosedur ablasi sebagai tata laksana lini pertama fibrilasi atrium (AF). Koh juga memaparkan berbagai kegunaan dan indikasi cryoablation serta perbandingannya dengan pilihan tata laksana lini pertama yang lain. Materi selanjutnya yang dibawakan oleh Dicky mengangkat kasus pasien dari Indonesia yang telah ditata laksana dengan cryoablation. Slide pemaparan materi ditampilkan beriringan dengan video rekaman tindakan cryoablation yang dilakukan Dicky di Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. Hal ini tentunya membantu peserta dalam memahami ilmu yang diberikan. Materi tersebut juga mencakup petunjuk praktis prosedur monitoring dan juga dosing ablasi AF, masalah yang ditemukan pada tindakan, serta pendekatan yang dipilih dalam menghadapinya. Video berakhir dengan tindakan yang sukses tanpa adanya komplikasi. Sesi dilanjutkan dengan diskusi panel yang dipimpin oleh Prof. Yoga Yunadi, MD, PhD dan Muhammad Yamin, MD, PhD sebagai panelis. Kedua panelis telah menyediakan beragam pertanyaan untuk menggali pembicara lebih dalam mengenai topik yang dibahas. Sesi ini mengajak audiens melihat cryoablation dari sudut pandang 2 profesional dari negara yang berbeda. Salah satu perbedaan yang mencolok antara negara tempat Dicky dan Koh berpraktik adalah mahalnya biaya serta kurang terjangkaunya krioablasi di Indonesia. Oleh karena itu, masih diperlukan pertimbangan yang benar-benar matang dan menyeluruh untuk menjadikan cryoablation sebagai ablasi lini pertama di Indonesia. Halaman 4

Sesi Oral Presentation Menyimak Hasil Studi Terbaru Aritmia dan Elektrofisiologi dari Berbagai Penjuru Indonesia Sesi Oral Presentation Setelah melalui proses seleksi yang ketat, sembilan orang Sesi Oral Presentation peserta telah terpilih untuk memaparkan hasil penelitian mereka di hari terakhir The 10th ASM InaHRS 2023. Para peserta melakukan presentasi di depan tiga orang pembicara yang merupakan pakar di bidang aritmia dan elektrofisiologi. Anggia Chairuddin Lubis, MD memimpin diskusi antara kesembilan peserta dan ketiga narasumber dengan ciamik. Para peserta memaparkan presentasi selama 8 menit, sebelum para pembicara: Ardian Rizal, MD, Erika Maharani, MD, dan I Made Putra Swi Antara, MD menggali presentasi lebih dalam melalui sesi tanya jawab selama 2 menit. Seisi ruangan tampak antusias mendengarkan para presentan. Para presentan yang berasal dari berbagai penjuru Indonesia ini juga tampak mengerahkan usaha terbaik untuk menyajikan hasil studi masing-masing dalam kesempatan kali ini. Sebut saja Erlin Rosmillah, MD dari Universitas Airlangga yang memaparkan studinya mengenai keamanan dan efikasi studi elektrofisiologi takikardia supraventrikular dan ablasi kateter di puskesmas. Studi Erlin menekankan urgensi akan studi yang lebih masif terkait takikardia supraventrikular dan ablasi kateter. Ia menemukan bahwa takikardia reentri atrioventrikuler (AVRT) adalah jenis takikardia supraventrikular yang paling mendominasi, sementara penerapan ablasi pada AVRT masih kerap terkendala. Sementara itu, Niken Sugiharto, MD dari Universitas Indonesia menilik efikasi waktu asupan bisoprolol pada pasien kompleks ventrikel prematur (PVC). Penemuannya akan tidak adanya perbedaan signifikan antara pagi dan sore mendukung fleksibilitas pasien untuk mengonsumsi bisoprolol sesuai preferensi. Niken pun mengungkapkan bahwa studinya menjadi studi pertama yang mengambil pendekatan kronoterapi dalam membandingkan efikasi dosis bisoprolol. Sesi Oral Presentation ditutup oleh presentasi Willis Kwandou, MD dari Universitas Sam Ratulangi mengenai korelasi antara pengukuran fungsi otonom jantung jangka pendek dengan fungsi sistolik ventrikel kiri pada kardiomiopati iskemik. Dengan menghadirkan peserta dari seluruh Indonesia, agenda Oral Presentation The 10th ASM InaHRS 2023 menyorot berbagai urgensi kesehatan pada bidang aritmia dan elektrofisiologi serta perangkat elektronik implan jantung di Indonesia. Hanya dalam total waktu 10 menit per peserta, pandangan audiens dibuka oleh wawasan yang ditukarkan peserta dan pembicara. Tak ayal, Oral Presentation menyuguhkan bekal ilmu yang sungguh berkesan pada hari terakhir InaHRS ini! Halaman 5

Takikardia, Lebih dari Sekadar Laju Denyut Jantung yang Cepat Memasuki tengah hari pada hari terakhir rangkaian The 10th Annual Scientific Meeting InaHRS 2023, para peserta masih bersemangat untuk menimba ilmu dalam beberapa sesi simposium dengan tema dan narasumber yang beragam. Tak tanggung-tanggung, setelah sesi makan siang selesai, para peserta disuguhkan dengan empat simposium yang berlangsung secara bersamaan. Setiap sesi simposium terdiri dari tiga pembicara yang memaparkan presentasi masing-masing selama 20 menit dan seluruhnya diakhiri dengan sesi diskusi dan tanya jawab yang begitu interaktif antara moderator, pembicara, dan para peserta. Symposium 3: VT and Current Ablation Technology Moderator dan Pembicara Simposium 3 Simposium 3 yang dilaksanakan di East Java Ballroom mengangkat tema tentang teknologi ablasi. MC membuka kegiatan dengan memperkenalkan kedua moderator, yaitu Adhantoro Rahadyan, MD dan Doni Friadi, MD. Benny M. Setiadi, MD merupakan pembicara pertama yang membawakan presentasi dengan judul “Understanding Arrhythmia Mechanism through Ladder Diagram”. Ladder diagram adalah teknik untuk memperlihatkan rangkaian aktivasi sistem kelistrikan jantung secara grafis yang akhirnya dapat membantu memahami mekanisme aritmia. Materi pada sesi kedua bertajuk “Recurrent VT in Ischemic Patient” dan dipaparkan oleh Hauda El Rasyid, MD. Beberapa pilihan pengobatan yang dapat digunakan pada pasien iskemik dengan VT rekuren antara lain quinidin dan propanolol yang tersebar luas di berbagai fasilitas kesehatan primer. Manajemen kondisi VT ini sejatinya memerlukan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk dokter spesialis anestesi dan perawat yang terlatih. Topik terakhir disampaikan oleh Azlan bin Hussin, MD, mengenai “Ventricular Arrhythmia VT Ablation in The Era of High Density Mapping”. Symposium 4: Supraventricular Tachycardia Sementara itu, di West Java Ballroom The Westin Hotel Pemaparan oleh Rubiana Sukardi, MD, PhD dilaksanakan kegiatan simposium 4 yang bertemakan supraventricular tachycardia. Moderator pada simposium ini adalah Budi Baktijasa, MD, PhD dan Fera Hidayati, MD. MC memulai kegiatan dengan memperkenalkan pembicara pertama, Rerdin Julario, MD yang membahas mengenai preeksitasi, mulai dari yang asimtomatik hingga kematian mendadak. Rubiana Sukardi, MD, PhD melanjutkan sesi dengan presentasinya tentang SVT pada populasi pediatrik. Kondisi SVT ini sangat berpengaruh pada kehidupan anak, termasuk disrupsi kegiatannya sehari-hari, keterbatasan partisipasi pada berbagai aktivitas fisik, dan risiko kematian mendadak. Oleh karena itu, orang tua yang anaknya mengalami SVT diharapkan mampu melakukan monitoring denyut jantung anak secara mandiri dengan stetoskop. Pembicara terakhir adalah Reynold Agustinus, MD, dengan judul presentasi “Challenges in Treatment of Inappropriate Sinus Tachycardia”. Keluhan berdebar sejatinya adalah salah satu keluhan yang paling sering didapatkan oleh dokter jantung namun masih kurang dieksplorasi. Salah satu kemungkinan kondisi dengan keluhan berdebar adalah inappropriate sinus tachycardia atau IST. Penting bagi para dokter untuk mampu mengenali kondisi ini. Halaman 6

Symposium 6: Intracardiac Echocardiography Selain di ballroom, simposium juga dilaksanakan di area Pemaparan materi Padang Room. Simposium 6 ini membahas tentang Intracardiac Echocardiography intracardiac echocardiography atau ICE. ICE adalah modalitas pencitraan invasif yang menggunakan kateter agar dapat melihat struktur jantung dan aliran darah di dalamnya. Faris Basalamah, MD, PhD dan Agung Fabian C., MD selaku moderator ditemani oleh 3 pembicara yang membahas topik utama dari berbagai aspek. Yoga Waranugraha, MD mengawali kegiatan dengan memberikan pemahaman mendasar mengenai ICE. Beberapa gambaran nyata ditayangkan langsung kepada peserta. Beberapa penjelasan dan tips juga ia berikan, seperti apabila suatu area terlihat gelap, itu berarti kateter bertabrakan dengan dinding sehingga harus dimundurkan. Sesi dilanjutkan oleh Dony Yugo Hermanto, MD yang membahas mengenai peran ICE pada kondisi aritmia ventrikel yang berasal dari otot papiler jantung. Dian A. Munawar, MD, PhD merupakan presentan terakhir yang membawakan presentasi dengan judul “A zero fluoroscopic workflow in AF ablation using intracardiac echocardiography guided approach”. Zero fluoroscopy memiliki learning curve-nya sendiri sehingga walaupun ada risiko komplikasi, risiko tersebut berkurang seiring berkembangnya zaman dan pengetahuan sehingga dapat dikatakan teknologi ini termasuk teknologi yang aman. SEMANGAT MENELITI DAN PUBLIKASI, SEBUAH WUJUD KONTRIBUSI Pemaparan materi oleh Ardian Rizal, MD Mendekati acara penutupan, panitia masih menghadirkan para pakar untuk memaparkan hasil publikasi berbagai studi mereka dalam agenda “Symposium 5: This is Our Contribution”. Sesi ini dimoderatori oleh Muhammad Yamin, MD, PhD, dan Agus Harsoyo, MD, PhD. Dalam sesi ini, presentan pertama adalah Alexander Edo Tondas, MD yang membahas mengenai T-wave alternans sebagai marker dari abnormalitas repolarisasi jantung pada kasus Covid-19. Covid-19 dianggap memiliki efek langsung maupun tidak langsung terhadap ritme jantung. Covid-19 berefek langsung terhadap repolarisasi ventrikel dan atrium di luar efek obat. Hasil penelitian menemukan adanya peningkatan signifikan TWA pada pasien gejala COVID-19 dengan PCR positif pada saat sebelum dan sesudah admisi dibandingkan dengan PCR negatif. Selanjutnya, Ardian Rizal, MD menyampaikan penelitiannya mengenai MENARI (Meraba Nadi Sendiri) dengan tambahan faktor PLUS sebagai metode skrining AF yang akurat. Akurasi metode MENARI dievaluasi kemudian ditambahkan prediktor supaya lebih akurat. Prediktor PLUS (palpitasi, 65 years or older, fatigue, dan hipertensi) dipilih setelah mengevaluasi faktor-faktor dalam literatur yang relevan dengan kondisi pasien di lapangan. Dalam penelitiannya tersebut, Ardian menemukan bahwa MENARI PLUS lebih sensitif dan spesifik dibanding MENARI saja. Berikutnya, Chaerul Ahmad, MD, PhD, menyampaikan hasil telaah sistematis yang ia lakukan. Telaah sistematis tersebut membahas mengenai marker EKG berisiko tinggi yang menjadi prediktor Sindrom Brugada. Menurut panduan AHA dan ESC, ICD menjadi pilihan tata laksana untuk Sindrom Brugada. Pemasangan ICD memerlukan biaya yang tidak sedikit serta berisiko menimbulkan infeksi serta inappropriate shock. Oleh karena itu, studi Chaerul dilakukan untuk menelaah marker EKG dan risiko cardiac arrest sebagai bahan pertimbangan kelayakan seorang pasien mendapatkan tata laksana pemasangan ICD. Dari telaah sistematis yang dilakukan Chaerul, sitemukan marker yang berperan signifikan antara lain kompleks QRS yang lebar, pola dispersi repolarisasi, dan tanda aVR. Pada penghujung acara, penelitian yang disampaikan dikritisi dan dievaluasi Muhammad Munawar, MD, PhD sebagai panelis. Halaman 7

Pembukaan Closing Ceremony Tiga Hari Kemeriahan The 10th Annual Scientific Meeting InaHRS 2023 Resmi Berakhir! Setelah berbagai rangkaian workshop dan simposium Pemutaran Aftermovie InaHRS 2023 selama 3 hari terakhir, The 10th Annual Scientific Meeting InaHRS 2023 akhirnya resmi berakhir. Closing Ceremony dimulai dengan pembukaan oleh MC. Setelah itu, Ardian Rizal, MD memberikan laporan mengenai gelaran pertemuan ilmiah yang diadakan InaHRS tahun ini. Partisipan tahun ini mencapai 919 orang dengan kardiolog menjadi kelompok partisipan terbanyak yang hadir, yakni sebanyak 186 partisipan, diikuti dengan residen, dokter umum, mahasiswa kedokteran, hingga berbagai spesialis dan profesi lain. Hal ini menjadi salah satu bukti tingginya antusiasme terhadap The 10th Annual Scientific Meeting InaHRS 2023. Di akhir laporan, Ardian mengumumkan hasil 3 besar dari Sesi Pembagian Doorprize oral presentation dan best case serta pemenang dari ECG Championship. Tiga pemenang best case jatuh pada Yusrina Adani dari FKKMK UGM, serta dua orang dari RS Harapan Kita yaitu Sebastian Andy dan Chandara Rith. Sementara itu, Adelia Ulya Rachman dari UGM, Lita Hati Dwi dari Universitas Diponegoro, dan Niken Anthea dari Universitas Indonesia keluar sebagai tiga peserta terbaik oral presentation. Meskipun telah diumumkan, para peserta tetap harus menanti hingga kegiatan One Decade InaHRS di malam hari untuk pengumuman akhir dari pemeringkatan pemenang. Setelah laporan berakhir, Closing Ceremony dilanjutkan Sesi Foto Bersama dengan pemutaran aftermovie. Aftermovie yang diputarkan sukses menjadi kenangan manis yang menggambarkan semarak The 10th Annual Scientific Meeting InaHRS selama 3 hari terakhir ini. Closing Ceremony diakhiri dengan sesi yang paling ditunggu-tunggu: pembagian doorprize berupa 3 Samsung smartwatch dan 2 Ipad Gen 9th yang dipimpin oleh Pipin Ardhianto, MD. Sesi ini menjadi sentuhan akhir yang sangat meriah bagi gelaran pertemuan ilmiah tahunan ini. Halaman 8

One Decade InaHRS Gala Dinner Satu Dekade InaHRS: Memaksimalkan Usaha, Mengabdi untuk Bangsa Sabtu, 19 Agustus 2023 tidak hanya menjadi hari puncak gelaran The 10th Annual Scientific Meeting InaHRS 2023. Hari itu, InaHRS pun tengah merayakan momentum satu dekade mengabdi bagi Indonesia. Satu dekade yang penuh perjuangan luar biasa tersebut terwakilkan dalam kemegahan One Decade InaHRS Gala Dinner di malam hari setelah Closing Ceremony ASM InaHRS 2023. Para tamu undangan hadir menggunakan berbagai jenis pakaian adat di Ballroom The Westin Hotel, menggambarkan suasana kehangatan segenap keluarga besar InaHRS yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia. Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua PERKI, Radityo Prakoso, MD. Agenda selanjutnya adalah pemutaran video bertajuk Indonesia Heart Rhythm Society so Far. Melanjutkan video, Sunu B Rahardjo, MD, Agung Fabian C, MD, Anggia Chairudin, MD dan Erika Maharani, MD dengan berbusana pejuang Indonesia di masa kemerdekaan membawakan narasi sejarah InaHRS sejak awal mula pembentukannya pada tanggal 23 April 2013 sampai perkembangannya hingga hari ini. Setelah kilas balik sejarah InaHRS, TIM Prof Jimly Ashiddiq hadir untuk PENYUSUN memberikan keynote speech. Kegiatan lalu dilanjutkan dengan Chief Editor: stand-up comedy dari Abdel dan Taris Zahratul Afifah Temon yang berhasil memecah Executive Producer: gelak tawa para tamu undangan. Keisha Annabel Garnette Memasuki inti dari perayaan 10 Medical Writer: tahun InaHRS, penghargaan Viona Titania Riskikallail Lifetime Achievement diberikan Yosafat Sebastian Prayogo kepada Muhammad Munawar, MD Kilas Balik Sejarah InaHRS dan Yoga Yuniadi, MD atas Kilas Balik Sejarah InaHRS Yuri Annisa Iqbal jasanya terhadap terbentuknya Graphic Designer: InaHRS hingga hari ini. Setelah Aisha Putri Chairani Munawar dan Yoga memberikan Alifa Rahma Rizqina sepatah dua patah kata, acara Athira Marsya Khairina kembali berlanjut dengan Ayu Saraswati pengumuman peringkat Dhabitah Zahraa pemenang dari oral presentation Nabilla Luthfia Salwani dan best case serta pembagian Reihana Lathifunnisa doorprize. Penampilan musical Stella Kristi Triastari comedy oleh Chaplin Band menjadi penutup One Decade InaHRS Gala Dinner. Akhirnya, semoga perjalanan selama satu dekade ini mampu membawa Indonesia Heart Rhythm Society pada berbagai prestasi dan kontribusi gemilang di dekade-dekade yang akan datang. Halaman 9


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook