, Audy salbila Sebanyak sautan gemericik hujan yang jatuh, Sebanyak itu pula suara di kepala yang berputar Menerawang jauh di atas awan Berharap cahaya-Nya menerangi pandangan yang mencari jalan pulang Megah, kapan kali terakhir tersenyum megah? Lupa Pada akhirnya aksi bergelut semu Sesekali membiru Atas semua rasa yang disimpan dalam kantung mata Pintaku hanya satu pada Yang Maha Kuasa Tuhan, Berikan aku cahaya untuk jiwa
Audy Salbila Kan ku jabarkan perasaanku dalam bentuk kata Dalam dinginnya dingin malam kau menyapa Sial! Matikan lampu-lampu Biar rasanya menyatu;rindu Menatap nyalang sebait pesan sunyi yang merdu Mencicipi ragam emosi; sedih, bahagia, marah siap saji Apapun itu, Selamat jatuh Cinta dari dua puluh tiga
Audy Salbila Aku pernah memilih bertahan Pada akhir yang sebenarnya sudah digenggaman Sadar, masing-masing dari kita menarik pergi waktu Meninggalkan kepercayaan yang terlanjur tenggelam Tanpa penjelasan Tanyaku pada suara serak ranting yang patah Mengapa kita semua berubah? Ego menyeruak merdu Ingatan meluap amarah Sampai pada pandang kita yang tak lagi searah
Ghania A. Putriniar Matanya bengkak Tak bisa dipungkiri Air matanya telah habis Tak tersisa sedikit pun. Orang itu tak merasakan apa-apa Tapi kesedihan; Sehingga kerinduan Akan hari-hari indah Pada masa mudanya Pada bulan yang indah itu Pada bulan suci itu. Memorinya mengingat jelas, Hari-hari itu Anak-anak berlarian Dan terlupa, Mereka masih menahan lapar. Hari yang melelahkan, Namun indah. Penuh tawa bahagia. Orang itu kembali dengan tatapan kosong, Melihat kenangan Melihat kawanannya berlarian Mengajak dirinya Terbang Kembali ke masa mudanya Pada saat itu, Waktu itu.
#11 Ghania A. Putriniar Let’s survive until we meet (again).
Search
Read the Text Version
- 1 - 5
Pages: