KEPERAWATAN AGRERAT KOMUNITAS Ns. Hardin La Ramba, S.Kep., M.Biomed Kode : NRS 601 Bobot SKS : 3 (2T, 1P) Semester : VI Program : S-1 Keperawatan Pokok Bahasan 1. Promosi Kesehatan 2. Keperawatan Kesehatan Sekolah 3. Askep Agregat dalam Komunitas (Kesehatan Anak dan Remaja) 4. Askep Agregat dalam Komunitas (Kesehatan Wanita dan Pria) 5. Askep Agregat dalam Komunitas (Masyarakat Panti Werda) 6. Askep Kesehatan Komunitas Populasi rentan 7. Askep Komunitas dengan Masalah Kesehatan Populasi (Penyakit Infeksi dan Pandemi Covid-19) 1
Topik 1 PROMOSI KESEHATAN Target Kemampuan Akhir: Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan program promosi kesehatan 1. Sejarah Promosi Kesehatan Sebelum istilah promosi kesehatan diperkenalkan, masyarakat lebih mengenal istilah pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan menurut Green (1980) adalah \"any combination of learning's experiences designed to facilitate voluntary adaptations of behavior conducive to health\" (kombinasi dari pengalaman pembelajaran yang didesain untuk memfasilitasi adaptasi perilaku yang kondusif untuk kesehatan secara sukarela). Definisi pendidikan kesehatan tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan tidak hanya sekedar memberikan informasi pada masyarakat melalui penyuluhan. Definisi pendidikan kesehatan tersebut menunjukkan bahwa pengalaman pembelajaran meliputi berbagai macam pengalaman individu yang harus dipertimbangkan untuk memfasilitasi perubahan perilaku yang dinginkan. Istilah pendidikan kesehatan tersebut seringkali disalahartikan hanya meliputi penyuluhan kesehatan saja sehingga istilah tersebut saat in lebih populer diperkenalkan dengan istilah promosi kesehatan. Tahun 1984, World Health Organization (WHO) mengubah istilah pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan. Perbedaan kedua istilah tersebut yaitu pendidikan kesehatan merupakan upaya untuk mengubah perilaku sedangkan promosi kesehatan selain untuk mengubah perilaku juga mengubah lingkungan sebagai upaya untuk memfasilitasi ke arah perubahan perilaku tersebut. Istilah Health Promotion (promosi kesehatan) ini secara resmi disampaikan pada Konferensi Internasional tentang Health Promotion di Ottawa, Kanada padattahunm1986. Pada Konferensi tersebut health promotion didefinisikan sebagai \"the process of enabling peoples to increase controls over, and to improved their health\" yaitu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan. Definisi in mengandung pemahaman bahwa upaya promosi kesehatan membutuhkan adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagai cara untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan baik perorangan maupun masyarakat. 2
Pada tahun 1994 Indonesia mendapat kunjungan dari Direktur Health Promotion WHO yaitu Dr. Ilona Kickbush. Kemudian Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggara Konferensi Internasional Health Promotion yang keempat sehingga Depkes berupaya untuk menyamakan konsep dan prinsip tentang promosi kesehatan serta mengembangkan beberapa daerah menjadi daerah percontohan. Dengan demikian, penggunaan istilah promosi kesehatan di Indonesia pada dasarnya mengacu pada perkembangan dunia internasional. Konsep promosi kesehatan tersebut ternyata juga sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia yaitu mengarah pada paradigma sehat. Visi, misi, dan strategi promosi kesehatan di Indonesia sudah sangat yang jelas sebagai suatu lembaga atau institusi atau suatu program. Melalui visi dan misi tersebut lembaga atau program memiliki arah dan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, visi promosi kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan di Indonesia, seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Kesehatan RI No. 366 Tahun 2009, yaitu: \"Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi” 2. Pengertian Promosi Kesehatan Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti: Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (Widyawati, 2020). Menurut WHO, promosi kesehatan sebagai \"The process of enabling individuals and communities to increases control over the determinants of health and there by improve their health\" (proses yang mengupayakan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka 3
mengendalikan faktor kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya). Promosi kesehatan merupakan revitalisasi dari pendidikan kesehatan pada masa yang lalu, di mana dalam konse promosi kesehatan tidak hanya merupakan proses penyadaran masyarakat dalam hal pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan saja, tetapi juga sebagai upaya yang mampu menjembatani perubahan perilaku, baik di dalam masyarakat maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Perubahan lingkungan yang diharapkan dalam kegiatan promosi kesehatan meliputi lingkungan fisik-nonfisik, sosial-budaya, ekonomi, dan politik. Promosi kesehatan adalah perpaduan dari berbagai macam dukungan baik pendidikan, organisasi, kebijakan, dan peraturan perundang-undangan untuk perubahan lingkungan (Mubarak, 2007). Promosi kesehatan merupakan istilah yang sat ini banyak digunakan dalam kesehatan masyarakat dan telah mendapatkan dukungan kebijakan dari pemerintah dalam melaksanakan kegiatannya. Definisi promosi kesehatan juga tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1148/MENKES/ SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah \"upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar merekan dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan\". 3. Tujuan Promosi Kesehatan Berdasarkan beberapa pandangan pengertian tersebut diatas, maka tujuan dari penerapan promosi kesehatan pada dasarnya merupakan visi promosi kesehatan itu sendiri, yaitu menciptakan/membuat masyarakat yang (Widyawati, 2020): a. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya b. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya c. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit d. melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan e. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya. Tujuan promosi kesehatan secara umum menurut WHO adalah Mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang Kesehatan. Sedangkan secara khusus dijelaskan: a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai bagi masyarakat. 4
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri/berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada Menurut Green (1990) dalam Widyawati (2020) bahwa tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu: a. Tujuan program, yaitu merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan b. Tujuan Pendidikan, yaitu merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada c. Tujuan perilaku, yaitu merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai (perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap 4. Visi dan Misi Promosi Kesehatan Visi promosi kesehatan adalah meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial, dan memberikan pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat. Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi. Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut (Widyawati, 2020): a. Advokasi (Advocation) Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan. b. Menjembatani (Mediate) Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor- 5
sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini. c. Kemampuan/Keterampilan (Enable) Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat 5. Sasaran Promosi Kesehatan Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok sasaran, yaitu (Widyawati, 2020): a. Sasaran Primer (primary target) Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment). b. Sasaran Sekunder (secondary target) Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya. c. Sasaran Tersier (tertiary target) Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan- kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy). 6
6. Peran Perawat dalam Pendidikan dan Promosi Kesehatan di Lingkungan Sarana Kesehatan, Institusi Pendidikan, Tempat Kerja dan Tenpat Umum Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan sangat erat kaitannya dengan lingkungan sarana kesehatan semisal rumah sakit, puskesmas, dan posyandu. Di lingkungan rumah sakit perawat selain berhadapan dengan pasien yang dirawat juga berinteraksi dengan anggota keluarga yang memerlukan informasi mendalam yang berkenaan dengan status kesehatan. Upaya promosi kesehatan dalam hal ini, pendidikan kesehatan sangat bermanfaat untuk meningkatkan status kesehatan pasien dan keluarga. Hal yang dapat dilakukan pada lingkungan rumah sakit adalah melakukan penyuluhan baik secara massal ataupun individu di rumah sakit. Kegiatan pendidikan kesehatan maupun penyuluhan dilakukan di sisi pasien serta keluarga secara khusus mengenai suatu penyakit dan upaya penyelesaian masalah kesehatan yang dihadapi (Widyawati, 2020). Perawat di puskesmas sebagai tenaga kesehatan, minimal dapat berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan, pendidik atau penyuluh kesehatan, penemu kasus, penghubung dan koordinator, pelaksana konseling keperawatan dan model peran. Dua peran perawat kesehatan komunitas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan serta pelaksana konseling keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat merupakan bagian dari ruang lingkup promosi kesehatan. (Efendi & Makhfudi, 2009; Widyawati, 2020) Di lingkungan Puskesmas upaya promosi kesehatan lebih ditekankan daripada di rumah sakit. Sebagai contoh perawat di komunitas menyikapi dan menindaklanjuti perilaku masayarakat bantaran sungai yang selalu melakukan BAB di sungai sehingga mengotori dan mencemari sungai yang menjadi sumber air bersih keperluan masyarakat setempat. Perawat beranggapan bahwa suatu masalah kesehatan sebagai contoh diare. Diare yang terjadi akibat tercemarnya sumber air bersih tidak akan tuntas apabila hanya mengobati pasien di rumah sakit tanpa memotong atau menyingkirkan penyebab utamanya. Penyebab utamanya yaitu pencemaran serta pengkontaminasian sumber air sungai yang menyebabkan keadaan diare pada masayarakat setempat (Widyawati, 2020). Di lingkungan posyandu baik posyandu balita maupun lansia sama halnya dengan program yang ada di puskesmas yaitu upaya promosi kesehatan seperti penyuluhan dan upaya preventif seperti pemberian 7
imunisasi pada balita serta pemeriksaan kesehatan secara berkala pada lansia yang berada di wilayah lingkungan posyandu (Widyawati, 2020). Di lingkup istitusi pendidikan, peran perawat pendidik dalam upaya promosi kesehatan tidak kalah besarnya. Dalam kurikulum bahkan silabus yang disusun selalu ada dimasukkan pengajaran tentang simulasi pendidikan baik setting individu, kelompok bahkan komunitas pada tahap pendidikan akademik. Di keadaan nyata mahasiswa serta dosen keperawatan sering kali melakukan kegiatan pengabdian masyarakat yang umumnya juga menggambarkan upaya promosi kesehatan seperti pendidikan kesehatan pada kelompok tertentu dan penyuluhan pada masayarakat umum (Widyawati, 2020). Di lingkungan kerja peran perawat sangat diharapkan karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki para pekerja, misalkan upaya promosi kesehatan dalam tatanan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3). Lingkungan pabrik yang umumnya mempunyai paparan terhadap debu, polusi serta risiko adanya cidera sangat penting bagi perawat dalam memberikan pemahaman baik dengan cara pendidikan kesehatan maupun penyuluhan mengenai pemakaian Alat Pelindung Diri (APD). APD yang mereka pakai diharapkan dapat melingdungi dari segala risiko yang mungkin terjadi pada para pekerja (Widyawati, 2020). Di tempat umum peran perawat tidak kalah penting dalam upaya promosi kesehatan karena disana masyarakat sering berkumpul, bercengkrama bahkan melakukan aktivitas. Beberapa contoh tempat umum antara lain Pasar, Halte Bus, Terminal, Stasiun, Pelabuhan bahkan Bandara yang semuanya sangat diharapkan tidak terdapat kegiatan ataupun perilaku yang merugikan bahkan membahayakan orang lain. Merokok di tempat umum sebagai contoh sangat dilarang karena dapat menyebabkan polusi udara. Peran perawat untuk mensosialisasikan peraturan tentang pelarangan kegiatan merokok di tempat umum merupakan salah satu upaya dalam promosi kesehatan (Widyawati, 2020). 8
Topik 2 KEPERAWATAN KESEHATAN SEKOLAH Target Kemampuan Akhir Mahasiswa mampu menjelaskan keperawatan kesehatan sekolah 1. Pengertian Umum Pelayanan keperawatan ditingkat sekolah merupakan suatu pendídikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks. Adapun pelayanan kesehatan di sekolah yang diutamakan antara lain: a. Peningkatan kesehatan (promotif) Dilaksanakan melalui kegiatan intra kurikuler dan penyuluhan kesehatan serta latihan keterampilan oleh tenaga kesehatan disekolah, antara lain: Kegiatan penyuluhan gizi, Kesehatan pribadi, Penyakit menular, Cara menggosok gigi yang benar, Cara mengukur tinggi dan berat badan dan Cara memeriksa ketajaman penglihatan. b. Pencegahan (preventif) Dilaksanakan melalaui kegiatan peningkatan daya tahan tubuh. Misalnya: Imunisasi oleh petugas puskesmas, Pemberantasan sarang nyamuk, Pengobatan sederhana oleh dokter kecil, Kegiatan penjaringan kesehatan bagi siswa kelas I yang baru masuk dan pemeriksaan berkala setiap 6 bulan bagi seluruh siswa. c. Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) Dilakukan melalui kegiatan mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit dan untuk meningkatkan kemamapuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi normal. Kegiatannya meliputi: 1) Pengobatan ringan untuk mengurangi derita sakit, 2) Pertolongan pertama di sekolah serta rujukan medik ke puskesmas, 3) Kasus kecelakaan, keracunan atau kondisi lain yang membahayakan nyawa dan kasus penyakit khusus. 2. Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Sekolah Perawat sekolah atau perawat kesehatan sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan siswa, serta mencegah dan melindungi siswa dari berbagai macam penyakit. Adapun peran tersebut mencakup (Hitchcock at al., 2003): 9
1) The Generalis Clinician Role Perawat kesehatan sekolah ini memberikan pelayanan kesehatan, konseling, dan pendidikan kesehatan kepada murid-murid dan keluarganya. Pelayanan ini terintegrasi dengan program pendidikan sekolah. Pada Negara maju seperti Amerika, perawat ini dipekerjakan pada sekolah, baik di tingkat daerah (district) maupun pada local government ataupun departemen kesehatan. Perawat ini bekerja di sekolah dan mereka memberikan pelayanan kesehatan selama jam sekolah. Perawat ini dapat merawat murid, keluarga, dan staf yang memiliki risiko terhdap masalah kesehatan ataupun penyakit (case finding). Mengembangkan dan memenuhi kebutuhan kesehatan yang telah teridentifikasi, memformulasikan kebijakan dan program untuk memecahkan masalah potensial dan actual 2) The Primary Care Role Sementara itu, the primary care role dilaksanakan ole perawat praktisioner yang berpraktik di bawah pengawasan dokter. Perawat yang mendiagnosis dan memberikan intervensi terhadap masalah kesehatan dan berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya. Manajemen kasus akut minor, penyakit kronis, pendidikan kesehatan, dan dukungan kesehatan lingkungan juga diberikan oleh perawat ini. Pengkajian tahunan terhadap perembangan anak-anak juga termasuk ke dalam pelayanan ini. Banyak perawat model in yang mengimplementasikan klinik berbasis sekolah (school-based clinics), pelayanan berhubungan dengan sekolah (school-linked services), kolaborasi (collaborative), dan pelayanan berbasis komunitas (community based services). 3) The Manager and Coordinator of Care Role Sebagai seorang manager, perawat sekolah bertanggung jawab terhadap beragam kegiatan. Peran manajemen tersebut mencakup perencanaan program untuk pelayanan secara komprehensif kepada klien di sekolah yang ada di komunitas. Manajemen strategi yang efektif dapat memastikan keberlanjutan pelayanan dari rumah siswa kepada pemberi pelayanan kesehatan di komunitas, selanjutnya ke sekolah, dan akhirnya kembali lagi ke rumah. Selain itu, perawat kesehatan sekolah mempunyai peran antara lain: 1) Sebagai pelaksana askep di sekolah, perawat mempunyai peran a) Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan melakukan pengumpulan data, analisis data serta perumusan dan prioritas masalah. 10
b) Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama Tim Pemina Usaha Kesehatan di Sekolah (TPUKS). c) Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang disusun. d) Menilai dan memantau kegiatan UKS. e) Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan 2) Sebagai pengelola kegiatan UKS Perawat kesehatan yang bertugas di puskesmas menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS atau dapat juga ditunjuk sebagai seorang koordinator UKS I tingkat puskesmas. Bila perawat kesehatan ditunjuk sebagai koordinator makan pengelolaan pelaksanaan UKS menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak ikut terlibat dalam tim pengelola UKS. 3) Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan Peranan perawat kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan secara langsung melalui penyuluhan kesehatan yang bersifat umum dan klasikal atau tidak langsung sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan peserta didik perseorangan. 3. Usahan Kesehatan Sekolah (UKS) a. Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (comprehensive) dan terpadu (integrative). Kebijakan UKS mengikuti kebijaksanaan umum Depkes RI. Pemerintah daerah diberikan wewenang untuk menjalankan usaha kesehatan sekolah yang disesuaikan dengan keadnan dan kemampuan daerah setempat, sesuai dengan usaha mewujudkan desentralisasi dan otonomi daerah dalam usaha-usaha di bidang kesehatan (Depkes, 2006; Nuryanti, 2018). UKS dilakukan dengan kerjasama yang erat antara petugas kesehatan, petugas sekolah, anak didik, pemerintah setempat, orang tua murid dan golongan-golongan lain dalam masyarakat. Pada tanggal 23 Juli 2003, UKS telah dikukuhkan pelaksanaannya secara terpadu lintas sector dan lintas program dalam surat keputusan bersama Menteri Pendidikan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri dalam Negeri RI, nomor 0408/U/1984, Nomor: 74/Tn/1984, Nomor : 60 tahun 1984 tanggal 3 september 1984 tentang Pokok Kebijaksanaan UKS. 11
b. Tujuan UKS Secara umum UKS bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan seat serta derajat kesehatan peserta didik (Nuryanti, 2018). Secara khusus UKS bertujuan untuk menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, meni, skatkan pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku masyarakat sekolah yang sehat dan mandiri, dan meningkatkan peran serta peserta didik dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan rumah tangga sera lingkungan masyarakat, meningkatkan keteramplan hidup sehat agar mampu melindungi diri dari pengaruh buruk lingkungan (Nuryanti, 2018). c. Sasaran UKS Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi peserta didik sebagai sasaran primer, guru pamong belajar/tutor orang tua, pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan serta TP UKS di setiap jenjang sebagai sasaran sekunder. Sedangkan sasaran tertier adalah lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah/TK/RA sampai SLTA/MA, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan perguruan tinggi agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya. Sasaran lainnya adalah sarana dan prasarana Pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan. Sasaran tertier lainnya adalah lingkungan yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat sekitar sekolah (Nuryanti, 2018). d. Tiga Program Pokok UKS / Trias UKS Trias UKS merupakan tiga pokok progam UKS yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat (Harmawan, 2015). 1) Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah upaya sadar yang berupa kegiatan bimbingan, pengajaran. Ataupun latihan yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik dapat tumbuh kembang yang sesuai, sehat baik secara fisik, mental, dan sosial (Yuniarsyah, 2014). a) Tujuan Pendidikan Kesehatan Pada pedoman pembinaan UKS, pendidikan kesehatan memiliki beberapa tujuan yaitu antara lain: Peserta didik memiliki 12
pengetahuan tentang kesehatan termasuk cara hidup sehat dan teratur; memiliki nilai positif terhadap prinsip hidup sehat; memiliki keterampilan dalm melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan; memiliki perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS); mengerti dan dapat menerapkan pencegahan penyakit; memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk diluar (narkoba, arus informasi, dan gaya hidup yang tida sehat) (KemPenBud, 2012). b) Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui kegiatan Kurikuler dan ekstrakurikuler. (1) Kurikuler Pada kurikuler kegiatan ini dilakukan pada jam pelajaran. Kegiatan ini dimasukan dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Pada peserta didik Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah pelaksanaannya diberikan melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan. Materi pendidikan pada peserta didik Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) mencakup: ✓ Menjaga Kebersihan diri ✓ Mengenal pentingnya imunisasi ✓ Mengenal makanan sehat ✓ Mengenal bahaya penyakit Diare, DBD, dam Influenza ✓ Menjaga kebersihan lingkungan ✓ Membiasakan buang sampah pada tempatnya ✓ Mengenal dan menjaga kebersihan alat reproduksi ✓ Mengenal bahaya rokok, alkohol dan narkoba ✓ Menganal cara menolak ajakan menggunakan narkoba dan menolak perlakuan pelecehan seksual (2) Kegiatan Ektrakurikuler Kegiatan ektrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran termasuk pada saat lubur yang dilakukan di sekolah maupun luar sekolah. Tujuan diadakan ektrakurikuler ini untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Kegiatan ektrakurikuler yang berkaitan dengan kesehatan antara lain: ✓ Wisata siswa 2 ✓ Kemah (Persami) ✓ Ceramah, diskusi 13
✓ Lomba-lomba ✓ Bimbingan hidup sehat ✓ Apotik hidup ✓ Kebun sekolah ✓ Pramuka ✓ Piket sekolah c) Pendekatan dan Metode (1) Pendekatan Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan pendidikan kesehatan yaitu, pendekatan individu dan kelompok. Pendekatan Kelompok yang dapat dijangkau untuk memberikan pendidikan kesehatan pada kegiatan ini ialah kelompok kelas, kelompok bebas dan kelompok keluarga. (2) Metode Pendidikan kesehatan yang akan diberikan dapat menggunakan metode seperti : belajar kelompok; kerja kelompok/penugasan; diskusi/ceramah; belajar perorangan/ pemberian tugas; dsb. (KemPenBud, 2012) 2) Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan di sekolah adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan pada peserta didik, dan warga sekolah dengan bimbingan puskesmas setempat (Yuniarsyah, 2014). a) Tujuan pelayanan di sekolah/madrasah Tujuan pelayanan kesehatan disekolah/madrasah adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat; meningkatkan daya tahan peserta didik terhdap penyakit dan pencegaha terjadinya penyakit, kelainan dan cacat; menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit kelainan. b) Pelaksanaan pelayanan kesehatan Pelaksanaan pelayanan kesehatan ini dilakukan oleh tim kesehatan puskesmas yang bekerja sama dengan guru dan kader kesehatan sekolah. Kegiatan pelayanan kesehatan ini meliputi: (1) Kegiatan Peningkatan (Promotif) Kegiatan promotif ini dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan yang 14
dilakukan pada ekstrakurikuler seperti: Dokter Kecil; Kader Kesehatan Remaja; Palang Merah Remaja; atau Saka Bhakti Husada. Selain itu kegiatan promotif bisa dilakukan melalui kegiata pembinaan lingkungan sekolah seperti: Pembinaan Kantin Sekolah; Pembinaan lingkungan sekolah yang terpelihara dan Pembinaan Keteladanan Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (2) Kegiatan Pencegahan (Preventif) Kegiatan pencegahan dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan penyakit, yaitu: ✓ Pemeliharaan kesehatan yang bersifat umum maupun yang bersifat khusu untuk penyakit-penyakit tertentu. ✓ Penjaringan (screening) kesehatan bagi anak yang baru masuk sekolah. ✓ Pemeriksaan bekala kesehatan tiap 6 bulan ✓ Imunisasi perserta didik kelas I dan kelas VI di sekolah dasar atau ibtidaiyah ✓ Usaha pencegahan penularan penyakit dengan jalan memberantas sumber infeksi dan pengawasan kebersihan lingkungan sekolah ✓ Konseling kesehatan remaja di sekolah oleh kader kesehatan sekolah, guru BP, guru agama, Puskesmas atau tenaga kesehatan lain. (3) Kegiatan Penyembukan dan Pemulihan (Kuratif dan Rehabilitatif) Kegiatan penyembuhan dan pemulihan dilakukan melalui kegiatan pencegaan komplikasi dan kecacatan akibat penyakit atau meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera agar dapat berfungsi secara optimal yaitu dengan diagnosa dini, pengobata ringan, pertolongan pertama, dan rujukan medik. (KemPenBud, 2012) 3) Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat Lingkungan sekolah sehat adalah lingkungan suatu sekolah yang mendukung tumbuh kembang dan perilaku peserta didik serta pengaruh negatifnya (Harmawan, 2015). Lingkungan sekolah dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik seperti: bangunan, sarana air dan sanitasi, halaman, dll. Sedangkan lingkungan nonfisik seperti: perilaku tidak merokok, 15
perilaku membuang sampah pada tempatnya, perilaku jajanan sehat, dll (KemPenBud, 2012). Pembinaan lingkungan sekolah merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan lingkungan yang sehat. Lingkungan sehat akan berpengaruh pada kesehatan komunitas di sekitarnya termasuk lingkungan seolah bersih dan sehat akan berpengaruh pada daya serap dalam proses belajar mengajar. Menurut (Yuniarsyah, 2014) Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat, baik fisik, mental, sosial maupun sosial meliputi: a) Pelaksanaan 7k (kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban, keamanan, kerindangan dan kekeluargaan). b) Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan termasuk bebas asap rokok c) Pembinaan kerjasama antar masyarakat sekolah (guru, murid, pegawai sekolah, orang tua murid dan masyarakat sekitar). Pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah sehat meliputi kegiatan identifikasi masalah, perencanaan, intervensi, pemantauan dan evaluasi serta pelaporan (KemPenBud, 2012). (1) Identifikasi faktor resiko lingkungan sekolah dilakukan dengan cara melihat atau mengamat dengan instrumen. Analasia dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengamatan dengan standar yang telah ditentukan. Mengindetifikasi faktor resiko sangat berpengaruh pada intervensi yang akan dilakukan. (2) Perencanaan merupakan kegiatan yang akan dilakukan setelah melakukan identifikasi faktor resiko yang disusun secara sistematis. Setiap perencanaan terdapat evaluasi dan indikator keberhasilan. (3) Intervensi terhadap fartor resio lingkungan dan perilaku pada prinsipnya meliputi tiga kegiatan yaitu; penyuluhan, perbaikan sarana; dan pengendalian. 4. Asuhan Keperawatan Sekolah Asuhan keperawatan anak sekolah adalah salah satu specialisasi dari keperawatan komunitas atau Comunity Health Nursing (CHN) tujuannya meningkatkan kesehatan masyarakat sekolah dengan keperawatan sebagai salurannya. Asuhan keperawatan sekolah pada umumnya sama dengan asuhan keperawatan pada sasaran lainnya, yaitu: 16
a) Pengkajian 1) Lingkungan sekolah mulai dari : Lingkungan Fisik (Halaman, kebun sekolah, bangunan sekolah : meja, papan tulis, kursi, lantai, kebersihan, ventilasi, penerangan, kebisingan, papan tuilis, kepadatan), Sumber air minum, Pembuangan Air Limbah (PAL), Jamban Keluarga, Tempat cucu tangan, kebersihan kamar mandi dan penampungan air, pembuangan sampah, pagar sekolah, dan lain-lain. Lingkungan Psikologis : hubungan guru dengan murid baik baik formal maupun non formal terutama kenyamanan dalam beljar. Lingkungan Sosial : hubungan dosen dengan orang tua murid, Persatuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG) dan masyarakat sekitar. 2) Keadaan/pelaksanaan UKS, dokter/perawat kecil. 3) Pengetahuan anak sekolah tentang kesehatan (PHBS) dan pelaksanaan PHBS 4) Kondisi kesehatan/fisik anak sekolah terutama screening test (BB, TB, tenggorokan, telinga/pendengaran, mata/penglihatan) b) Diagnosa Keperawatan 1) Defisiensi aktivitas pengalihan anak sekolah yaitu penurunan stimulasi dan atau minat/keinginan untuk rekreasi atau melakukan aktivitas bermain faktor yang berhubungan lingkungan sekolah yang sempit/fasilitas yang tidak mendukung/kurang sumber daya. 2) Gaya hidup monoton anak sekolahyaitu menyatakan suatu kebiasaan hidup yang dicirikan dengan tingkat aktivitas yang rendah berhungan dengan kurang pengetahuan tentang keuntungan latihan fisik. 3) Perilaku kesehatan anak sekolah cenderung beresiko faktor yang berhubungan merolok/mimun alkohol, stress menghadapi tugas atau ujian/kurang dukungan dan lain-lain. 4) Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan anak sekolah faktor yang berhubungan kurang ketrampilan motorik kasar/motorik/halus atau ketidak cukupan sumber daya 5) Kesiapan meningkatkan status imunisasi anak sekolah batasan karakteristik menunjukkan keinginan untuk meningkatkan status imunisasi/mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan status imunisasi 6) Ketidak efektifan perlindungan pada anak sekolah faktor yang berhubungan penyalahgunaan zat/obat-obatan 17
7) Ketidak efektifan manajemen kesehatan masyrakat sekolah faktor yang berhubungan dengan kurang pengetahuan/kurang dukungan sosial/ketidak cukupan petunjuk untuk bertindak c) Rencana Asuhan Keperawatan Rencana asuhan keperawatan anak sekolah dibuat berdasarkan masalah kesehatan/diagnosa keperawatan yang ditemukan. 18
Topik 3 ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS; KESEHATAN ANAK DAN REMAJA Target Kemampuan Akhir Mahasiswa mampu memberikan Askep agregat dalam komunitas: Kesehatan anak dan remaja 1. Kesehatan Anak a. Pengertian Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sedangkan perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dan tingkat yang paling rendah dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran. Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang anak tidak hanya tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih terampil yang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur berat, panjang, umur tulangdan keseimbangan elektrolit. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil antara lain proses pematangan termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dengan lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang merupakan proses yang unik dan hasil akhir berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri pada setiap anak. Dalam Tumbang anak perlu dilakukan berbagai macam imunisasi, dimana imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang di pakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka 19
morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu. b. Batasan Usia Anak Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun. Berdasarkan Konvensi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 dan diratifikasi Indonesia pada tahun 1990, Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal. c. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak dimulai dari pertumbuhan fisik yang ditandai dengan perkembangan fisik individu melalui empat aspek yaitu sistem saraf, otot-otot, kelenjar endokrin, dan srtuktur fisik yang miliputi tinggi, berat, dan proporsi. d. Permasalahan Kesehatan pada Anak Di dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, pada usia 1 – 2 tahun merupakan masa masa penting dalam proses ini. Beberapa faktor yang mengambil peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak adalah faktor asupan gizi anak tersebut. Berdasarkan data WHO beberapa tahun yang lalu, terdapat belasan juta kematian seorang anak yang disebabkan oleh gangguan kekurangan gizi. Hal ini merupakan masalah yang besar di negara negara berkembang seperti Indonesia. Memang di sebagian besar kota-kota besar di Indonesia hal ini bukan merupakan masalah besar, tetapi perlu diingat bahwa indosenisa terdiri dari ribuan pulau pulau dimana mayoritas penduduk atau pemukiman tersebut tidak memiliki fasilitas kesehatan dan pangan yang adekuat seperti kebanyakan kota kota besar di indonesia. Beberapa studi yang sudah dilakukan oleh dinas kesehatan menyatakan bahwa beberapa daerah yang masih terdapat masalah kesehatan gizi, terutama di Indonesia bagian timur (NTT, NTB dan Papua). Menurut Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS) oleh Badan pusat statistik, dan laporan 20
survei departemen kesehatan indonesia dan kerjasama dengan UNICEF bahwa di indonesia masih terdapat 169 kabupaten dari 343 kabupaten diindonesia masih terdapat gangguan gizi, dan jumlah penderita tersebut sangat tinggi pada tiap kabupaten. Masalah gangguan gizi ini masih seperti fenomena gunung Es, dimana di pelosok pelosok indonesia masih terdapat penduduk / balita yang mengalami gangguan gizi yang tidak terdeteksi oleh pemerintah ataupun dinas kesehatan. Dengan perkiraan sebesar 5.4 juta anak anak di indonesia yang mengalami kekurangan gizi, perlu dierikan perhatian lebih oleh pemerintah dan instansi pendukungnya, agar generasi emas indonesia untuk kemudian hari tidak cacat atau menghilang akibat kekurangan gizi saat kecil. Gangguan gizi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu kekurangan gizi (undernutrition) atau kelebihan gizi (overnutrition) Beberapa kondisi kekurangan gizi (undernutrition) yang serius dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang terganggu seperti: 1) Marasmus yang ditandai dengan gangguan pertumbuhan dan hilangnya lemak dan otot di bawah kulit (atrofi) 2) Kwarsiorkor yang ditandai dengan tidak adanya cukup protein dan karbohidrat di dalam diet sehingga menimbulkan perubahan pigmen kulit, penurunan massa otot, diare, kegagalan untuk mendapatkan kenaikan berat badan dan tumbuh, kelelahan, perubahan rambut (warna atau tekstur), infeksi meningkat dan lebih parah karena sistem kekebalan tubuh rusak, perut buncit, kelesuan atau apatis, ruam (dermatitis), syok (tahap akhir) dan pembengkakan (edema). 3) Marasmus – Kwarsiorkor (Gabungan) yaitu disebabkan malnutrisi sendiri sangatlah banyak, seperti contoh pada negara negara berkembang, penyebab utama dari kekurangan gizi disebabkan oleh kurangnya supply makanan pada daerah tersebut. Contoh pada daerah di Indonesia bagian timur, sangatlah sulit bagi penduduk untuk mendapatkan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi anak mereka hanya karena mereka tidak memiliki makanan yang cukup untuk dikonsumsi. Berbeda dengan daerah-daerah yang sudah berkembang, beberapa kasus kekurangan gizi disebabkan oleh faktor faktor seperti: ✓ Pola diet yang tidak baik, seperti picky eater, eating disorder, kurangnya edukasi dari orang tua atau pemerintah mengenai makanan yang sehat seperti empat sehat lima sempurna. 21
✓ Gangguan mental / psikosomatis, gangguan kondisi mental pada seseorang dapat mengakibatkan mereka tidak mengkonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan badannya. ✓ Gangguan pencernaan atau masalah di usus. ✓ Ketergantungan alkohol atau drug abuse. Beberapa kondisi Kelebihan gizi (over nutrition) yang dapat menyebabkan gangguan kondisi kesehatan antara lain adalah: ✓ Overweight, diukur dengna BMI (Body Mass Index ) Berkisar antara 25 – 30 ✓ Obesitas, diukur dengna BMI diatas 30 ✓ Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang kelebihan Gizi ✓ Faktor Keturunan ✓ Konsumsi Makanan yang berlebihan ✓ Pengeluaran energi yang kurang. e. Asuhan Keperawatan Komunitas Agregat Anak 1) Pengkajian Pengkajian dimulai dengan mengkaji identitas dan riwayat keperawatan yang meliputi: ✓ Indentitas Anak dan/atau orang tua, yaitu nama, alamat, tempat dan tanggal lahir, ras, jenis kelamin, agama, tanggal wawancara, dan informan. ✓ Keluhan Utama (KU), Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan kesehatan baik secara langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak diberikan sama sekali. ✓ Riwayat Penyakit Sekarang (RPS), Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui 22
status kesehatan anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya. ✓ Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD), hal ini dilakukan untuk memperoleh profil penyakit anak. Sehingga penting untuk diketahui riwayat kelahiran (kehamilan, persalinan, dan perinatal), penyakit atau operasi sebelumnya, alergi, pengobatan terbaru, imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapatkan sebelumnya, bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak, dan bagaimana kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya. ✓ Tinjauan Sistem (TS), Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan masalah kesehatan pada anak, walau tampak jarang dilakukan saat akan diimunisasi, namun tinjauan ini akan menjadi pilihan yang lebih baik selain pengkajian riwayat kesehatan anak karena dalam pengkajian cenderung hanya berfokus pada informasi yang diberikan anak/keluarga sedangkan kemungkinan terhadap kondisi kelainan yang ada pada tubuh anak belum disadari olehnya dan juga keluarga, sehingga alangkah baik jika sebelum diimunisasi anak mendapatkan tindakan pemeriksaan fisik untuk peninjauan terhadap sistem tubuhnya. Tinjauan sistem meliputi: Integument, Kepala, Mata, Telinga, Hidung, Mulut, Tenggorokan, Leher, Dada, Respirasi, Kardiovaskular, Gastrointestinal. Genitourinaria, Ginekologik, Muskuluskeletal, Neurologik dan Endokrin. ✓ Riwayat Pengobatan Keluarga, untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan terhadap penyakit menular pada anggota keluarga dan kebiasaan keluarga yang dapat memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan penggunaan bahan kimia lain, serta tingkat kewaspadaan keluarga saat anak mengalami sakit. ✓ Riwayat Psikososial, Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus pada riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak terrhadap imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk mencegah penyakit yang mungkin 23
mendatanginya, serta diperlukan keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan mental pada anaknya sehingga anak tidak risau dalam menghadapi imunisasi. ✓ Riwayat Keluarga, Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan sebagai anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada sejauh mana keluarga memahami tentang imunisasi yang akan diberikan pada anak, meliputi jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. Hal ini akan sangat membantu jika keluarga telah memahami pentingnya imunisasi sebagai langkah penting yang diperlukan untuk mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang belum begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi. ✓ Pengkajian Nutrisi, Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan kebutuhan nutrisi anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat ini sebelum ia mendapatkan imunisasi dan dapat dijadikan bahan untuk pendidikan kesehatan pasca imunisasi anak. Pengkajian nutrisi meliputi pengkajian terhadap asupan diet dan pemeriksaan klinis. ✓ Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan, Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak, sehingga dengan data yang ada, dapat diketahui mengenai keadaan anak yang dapat membantu proses imunisasi dan juga pendidikan kesehatan seputaran imunisasi anak. Dalam melaksanaakan pengkajiaan atas pertumbuhan dan perkembangan anak, hal penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan anak agar pemeriksaan berjalan lancar. Sebelum melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip yang perlu di perhatikan dan dapat diterapkan di lapangan adalah riwayat prenatal, riwayat kelahiran, pertumbuhan fisik, pemeriksaan fisik, perkembangan anak, dan data lain. 2) Diagnosa Keperaawatan Diagnose keperawatan yang mungkin muncul adalah gangguan rasa aman (cemas) berhubungan dengan kurang pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang anak; Kesiapan meningkatkan status imunisasi berhubungan dengan keinginan untuk meningkatkan 24
status imunisasi; Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan situasi yang terjadi di lingkungan; Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru; Risiko terhadap cedera berhubungan dengan keadaan tumbang dan lingkungan; dan Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan tumbuh kembangnya. 3) Rencana Asuhan Keprawatan masalah Rencana asuhan keperawatan dibuat berdasarkan kesehatan/diagnosa keperawatan yang ditemukan. 2. Kesehatan Remaja a. Pengertian Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewas. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional , sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Remaja (adolescne) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasayang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-ekonomi. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. b. Batasan Usia Remaja Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10- 19 tahun,menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. c. Karakteristik Usia Remaja Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan transisi bilogis, transisi kognitif dan transisi sosial. 1) Transisi biologis Menurut Santrock (2003) perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan 25
tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat refroduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda- tanda seksual sekunder yang tumbuh. 2) Transisi kognitif Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja. Remaja berfikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealis dalam berfikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berfikir seperti ilmuan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan. 3) Transisi sosial Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak san selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertama-tama masing sangat terbatas dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman sejenis maupin lain jenis. d. Permasalahan pada Remaja Masalah remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode hidup manusia mempunyai masalah tersendiri, termasuk periode remaja. Remaja seringkali sulit mengatasi masalah mereka. Ada dua alas an hal itu terjadi yaitu: yang pertama ketika masih anak anak dan seluruh masalah mereka selalu diatasi oleh orang-orang dewasa. Hal inilah yang membuat remaja tidak mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah yangkedua karena remaja telah menganggap dirinya lebih mandiri, maka mereka mempunyai gengsi dan menolak bantuan dan orang dewasa remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan perubahan sosial, fisiologi, dan psikologis didalam diri dalam masyarakat kita yang semakin kompleks dan berteknologi modern. 1) Kecelakaan 2) Penyalahgunaan zat 3) Bunuh diri 4) Penyakit menular 26
5) Kebutuhan akan figure teladan 6) Sikap apatis 7) Kecemasan dan kurangnya harga diri 8) Ketidakmampuan untuk melibatkan diri 9) Perasaan tidak berdaya 10) Pemujaan pengalaman e. Tugas Perkembangan Anak Usia Remaja Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas perkembangan pada usinya dengan baik. Apabila tugas pekembangan sosial ini dapat dilakukan dengan baik, remaja tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya serta akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan untuk fase-fase berikutnya. Sebaliknya, manakala remaja gagal menjalankan tugas-tugas perkembangannya akan membawa akibat negatif dalam kehidupan sosial fase-fase berikutnya, menyebabkan ketidakbahagiaan pada remaja yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan berikutnya. f. Asuhan Keperawatan Komunitas Agregat Remaja 1) Pengkajian Pengkajian dimulai dari ✓ Inti komunitas yang meliputi sejarah (tentang distribusi), demografi (perbandingan dari rasio jumlah penduduk yang dilakukan pengkajian), etnisitas (suku terhadap objek yang dikaji), nilai dan keyakinan ✓ Subsistem komunitas, yang meliputi lingkungan, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan, komunikasi, Pendidikan, dan rekreasi. 2) Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan diangkat berdasarkan hasil pengkajian. Misalnya ketidak efektifan koping komunitas pada kelompok remaja di Dusun “X” Desa “Y” Kecamatan “Z” dalam mengatasi masalah remaja nerhubungan dengan kurangnya pengetahuan remaja 27
mengenai kesehatan remaja serta kurangnya keteramoilan remaja dalam meningkatkan kualitas kesehatan. 3) Rencana Asuhan Keperawatan masalah Rencana asuhan keperawatan dibuat berdasarkan kesehatan/diagnosa keperawatan yang ditemukan. 28
Topik 4 ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS; KESEHATAN PRIA DAN WANITA Target kemampuan akhir Mahasiswa Mampu menjelaskan Askep agregat dalam komunitas: Kesehatan Wanita dan Pria 1. Tinjauan Umum a. Penyakit Tidak Menular Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu atau masalah kesehatan dunia dan Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kesehatan karena merupakan salah satu penyebab dari kematian (Jansje & Samodra 2013; Sari, 2023). Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit penyakit kronis, kronis, tidak ditularkan ditularkan dari orang ke orang, mereka memiliki memiliki durasi yang panjang dan pada umumnya berkembang secara lambat (Riskesdas, 2013; Utama et al., 2019). Menurut Bustan (2007), dalam Buku Epidemiologi Penyakit Tidak Menular mengatakan bahwa yang tergolong kedalam PTM antara lain adalah; Penyakit kardiovaskuler (jantung, atherosklerosis, hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke), diabetes mellitus serta kanker. Menurut data WHO, PTM merupakan penyebab kematian utama di dunia di bandingkan penyebab lainnya. Hampir 80% kematian akibat PTM terjadi di Negara-Negara berpenghasilan bawah - menengah. Penyakit Tidak Menular (PTM) di Indonesia diprediksi akan mengalami peningkatan peningkatan yang signifikan signifikan pada tahun 2030. Sifatnya Sifatnya yang kronis dan menyerang usia produktif, menyebabkan permasalahan PTM bukan hanya masalah kesehatan saja, akan tetapi mempengaruhi ketahanan ekonomi Nasional jika tidak dikendalikan secara tepat, benar dan jika tidak dikendalikan secara tepat, benar dan kontinyu. b. Hipertensi Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan suatu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam 29
mempertahankan tekanan darah secara normal. Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang persisten (Nurarif & Kusuma, 2013; Telaumbanua & Rahayu, 2021). Menurut Sagala (2019), hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, jantung, volume sekuncup sekuncup dan Total Peripheral Resistance (TPR). Peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan penyempitan pembuluh pembuluh darah. Pada peningkatan peningkatan TPR, jantung jantung harus memompa memompa secara lebih kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh darah yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan peningkatan tekanan tekanan diastolik. diastolik. Apabila Apabila peningkatan peningkatan afterload afterload berlangsung berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (membesar). Hipertrofi menyebabkan kebutuhan ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot jantung juga mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup. Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. bersangkutan. Perubahan Perubahan patologis patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan strok atau serangan iskemiktransien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Sagala, 2019). Faktor risiko hipertensi adalah usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, garam dapur, merokok, aktivitas/olahraga, dan depresi/stress. Komplikasinya adalah stroke, gagal ginjal, gagal jantung. 30
c. Kanker Payudara Carsinoma Mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel- sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas. Jadi kanker payudara (ca mammae) adalah suatu gangguan pada sel normal mammae yang tumbuh menjadi sel abnormal yang dapat berubah menjadi ganas. Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat beberapa beberapa faktor resiko yang telah ditetapkan, ditetapkan, yaitu lingkungan lingkungan atau genetik. genetik. Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang atipikal dan kemudian berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa. Hormone steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker payudara (estradisol dan progesterone progesterone mengalami mengalami perubahan perubahan dalam lingkungan lingkungan seluler) seluler). Faktor risiko kanker payudara antara lain riwayat keluarga tentang kanker payudara, usia, lokasi geografis dan ras, bentuk tubuh, sosial ekonomi dan status perkawinan, paparan radiasi, kanker primer kedua, Menarke dini, Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama, Menopouse, Riwayat penyakit payudara jinak, dan masukan alcohol. 2. Konsep Asuhan Keperawatan a. Pengkajian 1) Geografi ✓ Apakah anda tingal di daerah pegunungan atau pantai? ✓ Bagaimana keadaan tanah di daerah ini? ✓ Berapa luas daerah ini? ✓ Ada berapa batas wilayah di daerah ini dan apa saja nama wilayah di masing-masing batasnya? 2) Demografi ✓ Berapakah jumlah KK di daerah ini? ✓ Berapakah jumlah penduduk di daerah ini? 31
✓ Bagaimana mobilitas penduduk, apakah penduduk jarang di rumah ketika pagi dan siang hari karena bekerja, sedangkan anak-anak pada sekolah? ✓ Apakah daerah ini termasuk daerah yang padat dengan penduduk? 3) Vital Statistik ✓ Bagaimana status kelahiran di daerah ini? ✓ Penyakit apa saja yang banyak terjadi di masyarakat khususnya pada wanita usia dewasa? ✓ Penyakit apa saja yang banyak terjadi di daerah ini khususnya pada pria usia dewasa? ✓ Apakah dalam satu bulan ini sudah terdapat banyak warga yang meninggal? 4) Kelompok Etnis ✓ Suku apa yang dianut di masyarakat? 5) Nilai dan Keyakinan ✓ Apakah ada masjid / mushola atau tempat ibadah lainnya? ✓ Apakah masyarakat menganut agama yang sama? ✓ Keyakinan apa Keyakinan apa yang di yang di anut dalam anut dalam masyarakat? Pengkajian Sub Sistem 1) Lingkungan fisik ✓ Apakah rumah penduduk tergolong perumahan yang menetap? - Apakah pencahayaan di rumah penduduk sudah cukup? ✓ Apakah di daerah ini sirkulasi udara sudah baik? misalnya terdapat pepohonan dan terdapat ventilasi yang cukup pada setiap rumah warga? 2) Pelayanan Kesehatan ✓ Apakah terdapat praktik klinik swasta di daerah ini ? ✓ Berapa jumlah tenaga kesehatan di daerah ini (perawat, bidan, dokter)? ✓ Apakah terdapat mushola atau tempat ibadah lainnya di daerah ini? ✓ Ada berapa sekolah yang terdapat pada daerah ini? ✓ Apakah terdapat panti sosial di daerah ini? ✓ Apakah terdapat pasar/swalayan/ toko yang menyediakan kebutuhan masyarakat? ✓ Apakah ada tempat perkumpulan untuk melakukan musyawarah di daerah ini? 32
✓ Apakah program posyandu terlaksana di daerah ini? ✓ Posyandu apa saja yang diselenggarakan di daerah ini? ✓ Apakah posyandu sudah berjalan aktif? ✓ Berapa kali diselenggarakan? ✓ Apakah sanitasi warga sudah tergolong baik atau tidak? ✓ Dari mana sumber air yang digunakan dalam masyarakat? ✓ Dimanakah pembuangan air limbah pada masyarakat? ✓ Apakah mayoritas warga telah memiliki jamban pada setiap rumah? ✓ Dimanakah mayoritas warga melakukan MCK? ✓ Dimankah tempat penumpukan/pembuangan sampah? ✓ Dari mana terdapatnya sumber polusi yang mungkin mengancam kesehatan atau kegiatan sehari-hari? ✓ Apakah ada vektor penyebab penyakit di masyarakat? 3) Keamanan & Transportasi ✓ Apakah ada pemadam kebakaran? ✓ Apakah ada terdapat siskamling atau hansip? ✓ Apakah ada transportasi umum atau pribadi yang bisa digunakan di masyarakat? ✓ Apakah keadaan jalanan di daerah ini sudah dalam keadaan baik? ✓ Bagaimana cara pemilihan RT/RW di daerah ini? 4) Pemerintah dan politik ✓ Ada berapa RT dan RW di desa ini? ✓ Ada berapa kader di desa ini? ✓ Apakah ada karang taruna di desa ini? ✓ Apakah sudah berjalan dengan baik dan aktif? ✓ Apakah terdapat tokoh agama di desa ini? 5) Pendidikan ✓ Tingkat pendidikan komunitas? ✓ Apa fasilitas pendidikan yang tersedia? ✓ Jenis bahasa apa yang digunakan dalam pendidikan? 6) Rekreasi ✓ Apakah masyarakat sering melakukan rekreasi antar warga atau kelompok tertentu? ✓ Fasilitas apa yang digunakan jika pergi berekreasi? 7) Ekonomi ✓ Apakah warga memiliki pekerjaan yang tetap? ✓ Berapa jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan? ✓ Berapa jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan? 33
✓ Berapa jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut usia? Pengkajian komunitas pada klien hipertensi 1) Riwayat kesehatan ✓ Apakah anda pernah merasa berat di tengkuk? ✓ Apakah anda sering merasa pusing? ✓ Apakah anda pernah merasa pandangan kabur? ✓ Apakah anda merasa telinga berdengung? ✓ Apakah anda merasa kesulitan untuk tidur? ✓ Apakah anda sering merasa jantung berdebar-debar? 2) Riwayat kesehatan keluarga Apakah di dalam keluarga ada anggota keluarga yang mengalami hipertensi? 3) Makanan yang dikonsumsi ✓ Biasanya anda lebih sering makan makanan yang (Asin, manis, pedas)? ✓ Berapa banyak anda makan dalam sehari? ✓ Apakah anda sering mengemil makanan seperti kue, roti, biscuit, makanan berlemak, santan, jeroan dan tetelan? ✓ Jika iya, berapa kali dalam seminggu? ✓ Apakah anda pernah mengkonsumsi alcohol? ✓ Apakah anda pernah mengkonsumsi kopi? ✓ Jika iya, berapa kali dalam sehari? ✓ Apakah anda merokok? ✓ Jika iya, berapa batang yang anda habiskan dalam sehari? 4) Aktivitas fisik ✓ Berapa kali anda berolahraga dalam seminggu? Berapa durasi waktunya? 5) Riwayat pengobatan ✓ Apakah yang anda lakukan dalam mengatasi rasa nyeri/berat di tengkuk tersebut? 6) Komunikasi ✓ Darimanakah anda mendapatkan informasi mengenai hipertensi? ✓ Apakah yang telah anda lakukan dalam perawatan hipertensi dalam kehidupan sehari-hari? ✓ Apakah ada papan pengumuman tentang hipertensi di lingkungan anda? ✓ Jika iya, Apakah anda mengerti isi dari informasi tersebut? 34
✓ Apakah anda juga mendapatkan informasi mengenai hipertensi dari teman terdekat atau tetangga? Deteksi Kanker Langkah-langkah yang dilakukan antara lain: 1) Mempersiapkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Memetakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang dapat melakukan pemeriksaan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara 2) Melakukan pemetaan peserta Melakukan pemetaan peserta wanita sudah menikah dan wanita sudah menikah dan wanita berisiko wanita berisiko dengan ketentuan: ketentuan: a) Berisiko ti Berisiko tinggi Kanker Leher Rahim, nggi Kanker Leher Rahim, antara lain: menikah/hubun antara lain: menikah/hubungan seksual pada usia gan seksual pada usia muda, sering melahirkan, merokok, berganti-ganti pasangan seksual, dan infeksi menular seksual. ✓ Apakah anda sudah menikah? ✓ Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual pada usia muda? ✓ Berapakali anda melahirkan? ✓ Apkah anda merokok? ✓ Apakah anda pernah berganti-ganti pasangan seksual? ✓ Apakah anda pernah mengalami infeksi menular seksual? b) Berisiko Berisiko tinggi Kanker tinggi Kanker Payudara, antara lain: riwayat ain: riwayat keluarga ada yang keluarga ada yang menderita menderita Kanker Payudara, menstruasi dini, wanita yang mempunyai anak pertama diatas usia 30 tahun, tidak pernah menyusui, menopause usia lanjut, riwayat tumor jinak payudara, terapi hormon, pajanan radiasi, kontrasepsi oral terlalu lama, alkohol dan trauma terus menerus ✓ Apakah ada keluarga anda yang menderita kangker payu dara? ✓ Pada umur berapakah anda mulai menstruasi? ✓ Pada usia berapa anda melahirkan anak pertama? ✓ Apakah anda memberikan ASI kepada anak anda? ✓ Apakah anda masih menstruasi setiap bulannya? Kapan terkahir menstruasi? ✓ Apakah sebelumnya anda mempunyai riwayat tumor jinak payudara? ✓ Apakah anda pernah melakukan terpai hormon? 35
✓ Apakah anda berada di lingkungan yang terpapar radiasi? ✓ Apakah anda mengkonsumsi pik KB? Berapa lama anda mengkonsumsinya? ✓ Apakah anda pernah mengkonsumsi alkohol? ✓ Apakah anda pernah mengalami trauma yang terus-menrus? c) Peserta mendapatkan rekomendasi dari Fasilitas Kesehatan Tingkat hatan Tingkat Pertama Pertama d) Peserta mendaftar dengan lembar kesediaan Formulir Permohonan Pelayanan Deteksi Kanker Leher Kanker Leher Rahim atau Kanker atau Kanker Payudara b. Diagnosa Keperawatan 1) Gaya hidup monoton berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang keuntungan olahraga bagi kesehatan: suatu kebiasaan hidup yang dicirikan dengan aktivitas fisik yang rendah. 2) Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kurang dukungan sosial: Hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/perilaku dalam cara yang memperbaiki status kesehatan. 3) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan keterampilan komunikasi yang tidak efektif: ketidakmampuan mengidentifikasi, mengelola, dan/atau mencari bantuan untuk mempertahankan kesehatan. 4) Defisiensi kesehatan komunitas berhubungan dengan ketidakcukupan akses pada pemberi layanan kesehatan. 5) Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan kurang dukungan sosial. c. Rencana Asuhan Keperawatan masalah Rencana asuhan keperawatan dibuat berdasarkan kesehatan/diagnosa keperawatan yang ditemukan. 36
Topik 5 ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS; MASYARAKAT, PANTI WERDA Target kemampuan akhir Mahasiswa mampu menjelaskan Askep agregat dalam komunitas: Masyarakat, panti werda 1. Pelayanan Kesehatan di Panti Werda a. Penegertian Panti Werda Merupakan unit pelaksana teknis di bidang pembinaan kesejahteraan sosial lansia yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia berupa pemberian penampungan, jaminan hidup seperti pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial mental serta agama sehingga mereka dapat menkmati hari tua diliputi ketentraman lahir dan batin. b. Tujuan Panti Werda Secara umum Panti Werda bertujuan untuk Tercapainya kualitas hidup & kesejahteraan para lansia yang layak dalam tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan nilai-nilai luhur budaya bangsa sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan tenteram lahir batin. Sedangkan secara khusus Panti Werda bertujuan untuk Memenuhi kebutuhan dasar pada lansia, Memenuhi kebutuhan rohani pada lansia, Memenuhi kebutuhan keperawatan dan kesehatan lansia, Memenuhi kebutuhan ketrampilan pada lansia, dan Meningkatnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam upaya pemeliharaan kesehatan lansia dipanti werdha. c. Jenis Pelayanan di Panti Werdha 1) Upaya Promotif Upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan derajat kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga, maupun masyarakat. Kegiatannya berupa: ✓ Penyuluhan kesehatan danatau pelatihan bagi petugas panti mengenai hal-hal: Masalah gizi dan diet, perawatan dasar 37
kesehatan, keperawatan kasus darurat, mengenal kasus gangguan jiwa, olahraga, teknik-teknik berkomunikasi. ✓ Bimbingan rohani pada lansia, kegiatannya antara lain: Sarasehan, pembinaan mental dan ceramah keagamaan,pembinaan dan pengembangan kegemaran pada lansia di panti werdha. ✓ Rekreasi ✓ Kegiatan lomba antar lansia di dalam atau antar panti werdha. ✓ Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti maupun masyarakat luas melalui berbagai macam media. 2) Upaya Preventif Upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit- penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya. Kegiatannya adalah sebagai berikut: ✓ Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan dipanti oleh petugas kesehatan yang datang ke panti secara periodik atau di Puskesmas dengan menggunakan KMS lansia. ✓ Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di puskesmas maupun petugas panti yang telah dilatih dalam pemeliharaan kesehatan lansia. ✓ Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas panti yang menggunakan buku catatan pribadi. ✓ Melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing. ✓ Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan kondisi kesehatannya masing-masing. ✓ Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap produktif. ✓ Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap lingkungan sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap waktu, tempat, dan orang secara optimal 3) Upaya Kuratif Upaya pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau petugas panti terlatih sesuai kebutuhan. Kegiatan ini dapat berupa hal-hal berikut ini: ✓ Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau petugas panti yang telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan petugas kesehatan/puskesmas. 38
✓ Perawatan kesehatan jiwa. ✓ Perawatan kesehatan gigi dan mulut. ✓ Perawatan kesehatan mata. ✓ Perawatan kesehatan melalui kegiatan di Puskesmas. ✓ Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang diperlukan. 4) Upaya Rehabilitatif Upaya pemulihan untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal mungkin. Kegiatan ini dapat berupa rehabilitasi fisik, mental dan vokasional (keterampilan). Kegiatan ini dilakukan oleh petugas kesehatan dan petugas panti yang telah dilatih. 2. Konsep Asuhan Keperawatan a. Pengkajian 1) Identitas, antara lain nama, umur, alamat, jenis kelamain, Pendidikan, suku, agama, pekerjaan, status perkawinan, tanggal masuk panti, tanggal pengkajian. 2) Identitas keluarga, antara lain nama, pekerjaan, alamat, hubungan dengan klien 3) Riwayat masuk panti 4) Status kesehatan saat ini, antara lain status kesehatan selama setahun, status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan utama, pengetahuan tentang penatalaksanaan masalah kesehatan, derajat keseluruhan fungsi relative terhadap masalah kesehatan dan diagnose medis, serta obat-obatan yang dikonsumsi klien, nutria klien. 5) Riwayat kesehatan dahulu 6) Riwayat kesehatan keluarga 7) Pemeriksaan fisik, antara lain keadaaan umum (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi, tinggi badan), integument, hemopoietik, kepala, wajah, telinga, mata, hidung, mulut, leher, thoraks, ekstremitas atas dan bawah, sistem genitouria, dan persyarafan. 8) Pengkajian psikososial dan spiritual, antara lain pengkajian emosi, spiritual, fungsional, tingkat kemandirian, sistem mental, identifikasi aspek kognitif dari fengsi mental dengan menggunakan Mini Mental Status Exam (MMSE) yaitu orientasi, registrasi, perhatian, kalkulasi, mengingat Kembali dan Bahasa, pengkajian kkeseimbangan untuk lansia, pengkajian kondisi depresi, pengkajian sosial, pengkajian resiko osteoporosis, pengkajian resiko andropause, pencegahan jatuh dengan menggunakan skala jatuh Morse Fall Scall, dan 39
keamanan rumah (untuk intrepretasi hasil klien resiko tinggi untuk jatuh) b. Diagnose Diagnose yang diangkat berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan. Misalnya gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, dan risiko tinggi injury berhubungan dengan kelemahan oto, keamanan dan lingkungan. c. Rencana Asuhan Keperawatan masalah Rencana asuhan keperawatan dibuat berdasarkan kesehatan/diagnosa keperawatan yang ditemukan. 40
Topik 6 ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS POPULASI RENTAN Target kemampuan akhir Mahasiswa mampu menjelaskan Askep kesehatan komunitas populasi rentan 3. Tinjauan Umum Populasi rentan merupakan populasi yang meiliki Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik tertentu sebagai akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber lingkungan, personal dan biopsikososial sehingga memiliki kemungkinan lebih mudah mengalami masalah kesehatan, penghasilan menurun, dan memiliki masa hidup yang lebih singkat. a. Populasi rentan penyakit mental Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan- kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya. (Nofalia, 2019) Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupa.s manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang lain. Seseorang yang \"sehat jiwa atau mental\" mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Merasa senang terhadap dirinya serta ✓ Mampu menghadapi situasi ✓ Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup ✓ Puas dengan kehidupannya sehari-hari ✓ Mempunyai harga diri yang wajar ✓ Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan 2) Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta ✓ Mampu mencintai orang lain ✓ Mempunyai hubungan pribadi yang tetap 41
✓ Dapat menghargai pendapat orang lainsyang berbeda ✓ Merasa bagian dari suatu kelompok ✓ Tidak \"mengakali\" orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain \"mengakali\" dirinya 3) Mampu memenuhi tuntutan hidup serta ✓ Menetapkan tujuan hidup yang realistis ✓ Mampu mengambil keputusan ✓ Mampu menerima tanggungjawab ✓ Mampu merancang masa depan ✓ Dapat menerima ide dan pengalaman baru b. Populasi rentan kecatatan Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelaianan fisik dan atau mental yang dapat mengganggu tau merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk melakukan kegiatan secara layakya. Penyandang cacat dapat dikelompokkan menjadi 3 hal (Nofalia, 2019): 1) Penyandang cacat fisik 2) Penyandang cacat mental 3) Penyandang mental fisik dan mental Anak Penyandang Disabilitas adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sika masyarakatya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untukberpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak). Perlindungan khusus bag anak penyandang disabilitas dilakukan melalui upaya: 1) Perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak anak; 2) Pemenuhan kebutuhan khusus. 3) Perlakuan yang sama dengan anak lainnya untuk mencapai integrasi sosial sepenuh mungkin dan pengembangan individu. 4) Pendampingan sosial. c. Populasi rentan terlantar Anak telantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Kemudian disebutkan pula bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus salah satunya bagi anak telantar 42
d. Populasi Rentan Pada Anak Jalanan Anak jalanan merupakan vulnerable group yang menghabiskan sebagian atau bahkan seluruh waktunya di jalanan karena alasan sosial dan ekonomi. Karakteristik dan gaya hidup di jalanan yang ekstrim penuh dengan resiko menyebabkan komunitas in beresiko tinggi terhadap berbagai masalah kesehatan baik fisik maupun mental. 4. Asuhan Keperawatan Populasi Rentan a. Pengkajian Pengkajian keperawatan komunitas merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan komunitas. Perawat berupaya untuk mendapatkan informasi atau data tentang kondisi kesehatan komunitas dan faktor- faktor yang berhubungan dengan kesehatan komunitas. Data Inti Komunitas (core inti) 1) Sejarah terjadinya atau perkembangan komunitas dimulai dari lokasi, batas wilayah, dan keadaan tanah menurut pemanfaatannya. 2) Demografi meliputi karakteristik komunitas meliputi usia, jenis kelamin, agama, dan status perkawinan. 3) Statistic penting, meliputi angka kelahiran, angka kesakitan, dan angka kematian. 4) Penyakit meliputi gelandangan, mental rendah, disabilitas fisik, anak jalanan. 5) Etnis dan budaya komunitas, meliputi suku/ras, adat/kebiasaan yang memengaruhi kesehatan, dan bahasan yang digunakan. Sub Sistem 9) Lingkungan fisik meliputi, iklim, perumahan terkait dengan kepadatan, keadaan rumah, sumber air dan air minum, kondisi tanah (kualitas dan kuantitas), Binatang dan tumbuh-tumbuhan, saluran pembuangan air/sampah, jamban, fasilitas umum dan kesehatan 10)Pendidikan, meliputi fasilitas yang digunakan, tingkat Pendidikan penduduk, dan sarana sekolah. 11)Ekonomi, meliputi tingkat ekonomi penduduk, dan jenis pekerjaan 12)Keamanan dan transportasi, meliputi alat transportasi yang dimiliki 13)Politik dan pemerintahan, meliputi struktur organisasi, dll 14)Komunikasi, meyangkut fasilitas yang digunakan 15)Rekreasi 16)Persepsi 43
b. Diagnosa keperawatan Diagnose keperawatan yang diangkat berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan. Koping komunitas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber daya untuk pemecah masalah, dan deficit kesehatan komunitas berhubungan dengan program tidak mengatasi seluruh masalah kesehatan komunitas. c. Rencana Asuhan Keperawatan masalah Rencana asuhan keperawatan dibuat berdasarkan kesehatan/diagnosa keperawatan yang ditemukan. 44
Topik 7 ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN MASALAH KESEHATAN POPULASI; PENYAKIT INFEKSI DAN PANDEMI COVID-19 Target kemampuan akhir Mahasiswa mampu menjelaska Askep komunitas dengan masalah Kesehatan populasi: Penyakit Infeksi dan pandemic Covid 19 1. Penyakit Infeksi a. Pengertian Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen, dengan/tanpa disertai gejala klinik. Infeksi merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme), dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik. Penyakit Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorgan biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, bakteri, virus, jamur, prion, dan protozoa ke dalam tubuh sehingga menyebabkan kerusakan organ. Penyakit infeksi merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik (Brooks et al., 2013). b. Rantai Penularan 1) Agen infeksi. Teradapat tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi antara lain patogenesi, virulensi, an jumlah (dosis) 2) Reservoir atau tempat, dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. 3) Pintu keluar, merupakan jalan dari mana agen infeksi meninggalkan reservioir. 4) Pintu masuk, merupakan dimana agen infeksi memasuki penjamu. Bisa melalui saluran pernapasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lender, serta kulit yang luka. 5) Penjamu (host), merupakan orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit. 45
c. Penyebaran Penyakit Infeksi 1) Tarnsisi langsung, yaitu penularan langsung oleh mikroba pathogen ke pintu masuk yang sesuai dari penjamu 2) Transmisi tidak langsung, penularan mikroba pathogen yang memerlukan media perantara baik berupa barang, air, udara, makanan/minuman, maupun vector. d. Penyakit Infeksi di Fasilitas Kesehatan 1) Tuberculosis 2) HIV 3) Hepatitis C e. Konsep Asuhan Keperawatan a. Pengkajian Data Inti Komunitas (core inti) 5) Sejarah terjadinya atau perkembangan komunitas dimulai dari lokasi, batas wilayah, dan keadaan tanah menurut pemanfaatannya. 6) Data Demografi meliputi karakteristik komunitas meliputi usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan status perkawinan. 7) Statistic penting, meliputi angka kelahiran, angka kesakitan, dan angka kematian. 8) Penyakit 9) Etnis dan budaya komunitas, meliputi suku/ras, adat/kebiasaan yang memengaruhi kesehatan, dan bahasan yang digunakan. b. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan. c. Rencana Asuhan Keperawatan masalah Rencana asuhan keperawatan dibuat berdasarkan kesehatan/diagnosa keperawatan yang ditemukan. 2. Pandemi Covid-19 a. Pengertian Virus RNA berukuran 120 – 160 nm. Menyebabkan penyakit saluran pernapasan antara lain flu hingga kegawatan pernapasan dankematian. Muncul pertama kali di Wuhan pada tanggal 12 Desember 2019. 46
b. Penularan Penulaean covid-19 mulai dari manusia ke manusia, melalui droplet yang keluar saat bersin atau batuk sehingga menyebabkan penularan lebih agresif. c. Tanda dan Gejala Secara umum tanda dan gejala covid-19 adalah demam, batuk, pilek, letih, lesu, sakit tenggorokan, dan gangguan sesak napas. d. Diagnose Keperawatan 1) Tanda dan Gejala : Merasa bingung ; Merasa khawatir ; Tampak gelisah ; Tampak tegang ; Sulit tidur. Penyebab Ancaman kematian ; Krisis situasional. Ansietas → Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap obyek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan Tindakan untuk menghadapi ancaman. ANSIETAS berhubungan dengan (b.d) PENYEBAB dibuktikan dengan (d.d) TANDA DAN GEJALA. 2) Tanda dan Gejala : Tidak mampu mandi, berpakaian, makan, toileting, berhias diri. Penyebab : Kelemahan. Defisit Perawatan Diri → Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri → Bisa dispesifikkan menjadi mandi, berpakaian, makan, toileting, berhias. DEFISIT PERAWATAN DIRI berhubungan dengan (b.d) PENYEBAB dibuktikan dengan (d.d) TANDA DAN GEJALA 3) Tanda dan Gejala : Batuk tidak efektif; Tidak Mampu Batuk; Sputum Berlebih; Mengi; Whezing; Ronkhi. Penyebab : Proses infeksi ; Hipersekresi Jalan Nafas. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif → Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten. BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF berhubungan dengan (b.d) PENYEBAB dibuktikan dengan (d.d) TANDA DAN GEJALA. 4) Tanda dan Gejala :PCO2↑ ; PO2↓ ; PH Abnormal ; Pola Nafas Abnormal. Penyebab : Perubahan membran alveolus-kapiler. Gangguan Pertukaran Gas → Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolar-kapiler. GANGGUAN PERTUKARAN GAS berhubungan dengan (b.d) PENYEBAB dibuktikan dengan (d.d) TANDA DAN GEJALA. 5) Tanda dan Gejala :PCO2↑ ; PO2↓ ; SaO2 ↓ ; Volume tidal menurun ; Penggunaan otot bantu nafas meningkat. Penyebab : Gangguan metabolisme ; Kelelahan otot pernafasan. Gangguan Ventilasi 47
Spontan → Penurunan cadangan energi yang mengakibatkan individu tidak mampu bernafas secara adekuat. GANGGUAN VENTILASI SPONTAN berhubungan dengan (b.d) PENYEBAB dibuktikan dengan (d.d) TANDA DAN GEJALA. 6) Tanda dan Gejala : Frekuensi nadi < 50x/menit atau >150x/menit ; Sistolik < 60 mmHg atau > 200 mmHg ; Frekuensi nafas < 6 x/menit atau > 30 x/menit ; SaO2 < 34,5°C. Penyebab : Penurunan fungsi ventrikel. Gangguan Sirkulasi Spontan → Ketidakmampuan untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat untuk menunjang kehidupan. GANGGUAN SIRKULASI SPONTAN berhubungan dengan (b.d) PENYEBAB dibuktikan dengan (d.d) TANDA DAN GEJALA. 7) Faktor Resiko : Hipoksia ; Sepsis ; Sindrom respon inflamasi sistemik. Resiko Syok →Beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluluer yang mengancam jiwa. RESIKO SYOK dibuktikan dengan (d.d) FAKTOR RESIKO. 48
Referensi Bustan, M. N. (2007). Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta, 221. Coombes, B. K., Bisset, L., Brooks, P., Khan, A., & Vicenzino, B. (2013). Effect of corticosteroid injection, physiotherapy, or both on clinical outcomes in patients with unilateral lateral epicondylalgia: a randomized controlled trial. Jama, 309(5), 461-469. Mubarak, W. I. (2007) Promosi Kesehatan Sebuah Metode Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Nugraheni, H., & Indarjo, S. (2018). Buku Ajar Promosi Kesehatan Berbasis Sekolah. Deepublish. Nurmala, I., Rahman, F., Nugroho, A., Erlyani, N., Laily, N., & Yulia, Anhar, V. (2018). Promosi kesehatan. Airlangga University Press. Nofalia, I., & Hartatik, H. (2022). Manajemen Perawatan Kanker di Komunitas pada Masa Pandemi COVID-19: Literature Review. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 13(1), 310-317. PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI Prasetyaningati, D., & Nofalia, I. (2019). Modul Pembelajaran S1 Keperawatan Semester 6. Sagala, L. M. (2019). Pengaruh Hypertention Self Management Education (Hsme) Terhadap Tekanan Darah Di Puskesmas Kabanjahe. Indonesian Trust Health Journal, 2(1), 121-127. Sari, N. N. (2023). Pengaruh Structural Empowerment Terhadap Task Performance Pelaksana Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jurnal Ners LENTERA, 10(2), 93-100. Santrock, J. W. (2003). Perkembangan Remaja. Erlangga. Telaumbanua, A. C., & Rahayu, Y. (2021). Penyuluhan dan edukasi tentang penyakit hipertensi. Jurnal Abdimas Saintika, 3(1), 119. 49
Utama, F., Rahmiwati, A., Alamsari, H., & Lihwana, M. A. (2019). Gambaran penyakit tidak menular di universitas sriwijaya. Jurnal Kesehatan, 11(2), 52-64. Widyawati. (2020). Buku Ajar Pendidikan dan Promosi Kesehatan untuk Mahasiswa Keperawatan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binalitas Suduma. 50
Search
Read the Text Version
- 1 - 50
Pages: