Important Announcement
PubHTML5 Scheduled Server Maintenance on (GMT) Sunday, June 26th, 2:00 am - 8:00 am.
PubHTML5 site will be inoperative during the times indicated!

Home Explore Aku Arafah dan Cinta Segitiga

Aku Arafah dan Cinta Segitiga

Published by e-Library SMPN 8 Talang Ubi, 2020-01-04 15:31:39

Description: Aku Arafah dan Cinta Segitiga

Keywords: Arafah,standup comedy

Search

Read the Text Version

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga elu, Fah, ha ha... Muka apa topeng?” kata Majnes memperpanjang cerita. “Emang elu elu pada pada menor semua, huh. Enak aja cuma gua yang menor.” “Iya sih, kita seperti dipaksa dandan bahkan ala Jowo. Apa hubungannya dengan kita dan Indonesia? Bukan kah kita gak ada yang dari Jawa kan? Depok kemana?” kata Desi. “Kebaya Depok gimana ya?” kata Atin. “Mungkin bergaya bordilan yang ada lubang-lubang mirip baju kemakan tikus...,” aku menjawab sekonyol- konyolnya. “Ha ha ha, ” semua tertawa. “Tapi elu cantik, Fah, waktu di ultah Indosiar. Beda banget waktu kamu dandan menor, ha ha...” kata Desi. “Cihui, gua nyadar dong,” aku merasa tersanjung bak sinetron Kesandung. “Tapi sayang, muke elu tambah tua, ha ha...,” ledekan Majnes. “Huh... muka elu juga tuir, seperti kena minyak syai- tun.” “Ha ha ha,” semua pada tertawa. “Eh, dimana ya Mba Uni Unian? Kok gak nongol- nongol?” kataku sambil melangak-longkok. Dari tadi toko ini hanya diisi para pegawai dan be- berapa pengunjung. “Au ah, mungkin lagi mudik ke Minang.” 151 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga “Yuk, ah jalan.” Kita berlima membuat acara reunian sederhana. Nonton konser di Snowbay TMII sambil berdingin- dinginan. Kebetulan kita berlima berasal dari daerah yang sama yakni Depok. Jadi, mudah bagi kami untuk berkumpul. Hanya saja, kumpulan yang paling enak adalah ketika ada konser atau acara seru lainnya. “Yuk lah. Udah gak sabar liat vokalis ganteng yang caem itu. Duh, gua jomblo nih,” kataku. “Ha ha ha...” *** Berpisah dengan mereka berempat, seperti ada se- bagian jiwa yang hilang. Aku tidak paham dengan dunia baru di perkuliahan. Dunia baru di perkuliahan masih terasa berat untuk dibayang. Mengenang masa lalu terasa sulit untuk dikembalikan lagi. Yang jelas, aku menginginkan suasana SMK terulang kembali dengan orang yang baru di perkuliahan. Aku upload foto reunian skala kecil di Instagram miliku, @arafahrianti. Terimakasih, sahabat. Anggi yang selalu ter- sisih, namun kamu selalu ikhlas. Majnes, si cewek yang punya muka cuek tetapi sebenarnya hatinya lembek. Buat Desi, kamu begitu berjasa atas nilai 152 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga kita. Atin Si anak alay tetapi selalu bikin kita pe- caya diri. Dan aku, si anak penakut dan labil wa- laupun aku selalu menghibur mereka. Aku teringat ketika kita bercanda bersama mereka di kantin. Kita bingung mau membeli jajanan yang apa. Kita pun pernah berusaha mengantri untuk mengambil air wudu tetapi ketika sudah ada di depan, kita malah kehabisan air. Kita kesulitan meminta izin keluar agar bisa mengambil wudu untuk solat. Kita pernah bandel, alasan solat di aula malah membuat betah tinggal di sana di saat guru sudah masuk ke kelas. “Maafin kita, Pak dan Bu Guru,” batinku. Aku tidak bisa melupakan kenangan bersama- kalian. Namun aku tahu, di dunia baru pun akan menemukan kenangan baru yang bisa jadi sama sep- erti ketika aku di SMK. “Kak El, takut gak masuk ke UIN...?” “Emangnya masuk rumah holowin?” “Ih!” 153 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga Ramadani, Tetaplah Selalu Men- dampingi Arafah SETELAH kuliah, ternyata karir keartisan masih saja mendatangiku. Hal ini pun dianggap wajar karena sam- pai sekarang belum ada kabar kompetisi Stand Up Comedi alias SUCA yang baru di Indosiar. Padahal, dari acara SUCA yang pertama ke yang kedua hanya berjarak 1 tahun. Tetapi sampai sekarang belum diada- kan lagi. Entahlah. Mungkin SUCA akan diadakan di tahun 2017. Aku berkali-kali tidak menyangka. Pertama berkenalan bersama sosok Kak Elbuy sebelum masuk kuliah, di saat ia menyapaku pertama kali lewat Instagram. Dia adalah blogger unggulan yang ternyata membahas spesial untukku. Berkali-kali blognya mendapat kunjungan ketika mereka mengetik kata kunci Arafah Rianti, Stand Up Comedy, dan lainnya. Aku tidak paham. Kak Elbuy yang bilang sep- erti itu. Katanya, penulisan harus menguasai teknik SEO. Duh, Arafah pusing kalau urusan begitu. Yang 154 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga aku paham, follower Instagram-ku terus saja mening- kat. Mungkin salah satunya bantuan dari beberapa blog Kak Elbuy. Awalnya aku takut bergaul dengan Kak Elbuy. Tetapi, bukan kah aku sudah sering berkomunikasi online sebelumnya? Jadi, tidak salah bila aku men- coba. Lagi pula, ia mau menulis spesialku. Ala-ala abg bergaul dengan orang dewasa tahu sendiri bagaimana cara bergaulnya? Namun bersama Kak Elbuy, aku bergaul berasa seperti bersama anak abg satu umuran walaupun umurnya sudah di atas 25 tahun. Tidak menyangka berikutnya adalah aku ber- sahabat bersama Smart Girl ketika masuk perkuliahan. Apa yang aku harapkan tentang grup pergaulan seperti di masa SMK, terulang kembali. Smart Girl terdiri dari 8 orang, yaitu aku, Lola, Ria, Wida, Mahe, Bocil alias Via, Rosita, dan Mideh. Salah satu grup dari WA. Mereka adalah satu kelasku. Entah lah, mereka selalu unik dan rame sehingga pergaulanku sangat be- rawarna dan menghiburku. Mereka pengganti sahabat- sahabat masa sekolahku. dulu. Spesial terakhir yang membuatku merasa takjub adalah kehadiran sosok sahabat cewek spesial yang mampu memberikan hidupnya untukku bak seperti ba- yanganku, saling tidak bisa terpisahkan sekalipun hanya bangku duduk di kelas. Bahkan, beberapa 155 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga pengiklan Instagram ada yang menginginkanku tampil bersamanya sehingga ia pun mendapat jatah bayaran iklan. Sosok cewek spesial itu adalah Ramadani atau biasa aku sebut Rama. Ia berasal dari Medan, Medan Amplas. Aku dan Rama adalah dua sosok makhluk yang selalu bersama, dari orientasi ke orientasi di kam- pus sampai akhirnya kita disatukan dalam satu kelas untuk jangka 4 tahun lebih. Aku selalu mensyukuri keajaiban pertemuan ini. Aku menyukai persahabatan ini. Bagi Rama pun, ini adalah sebuah anugrah. Bahkan ia menuliskan dalam buku diary-nya. Ia suka menulis diary yang bercampur kreasi beberapa fotonya yang cantik. Aku pun suka menulis diary. Kebetulan Rama adalah sang fotografer handal. Aku terharu membacanya. Berawal dari opak fakultas yang sudah lewat, kita bertiga - aku, Arafah dan Nike - yang awalnya hanya berkenalan biasa, eh men- jadi orang yang tidak bisa dipisahkan sampai acara opak. Kita dahulu yang awalnya berteman hanya sekedar basa basi berbagi lauk telur dan nugget makan siang habis upacara, berlanjut hingga Al- lah mempertemukan kita lagi di jurusan walau- 156 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga pun terpisah jurusan dengan Nike. Aku dan Ar- afah berjurusan yang sama yakni di Manajemen Pendidikan sedangkan Nike di PGRA. Terpisah dengan Nike bkan berarti berhenti berteman. Setelah di jurusan, ternyata Allah benar- benar ingin menyantukan aku bersama Arafah kembali dalam satu kelas di jurusan. Selama perkuliahan, kita akan selalu dalam satu kelas. Jadilah setiap masuk kelas, kita duduk selalu samping-sampingan. Sampai berbagai rencana anak semester 1 terbentuk, salah satunya kita membuat rencana menabung agar sama-sama bisa membeli hp Samsung Galaxy Prime. Sederhana tetapi luci tidak sih? Dan akhirnya yang finish menabung itu kamu, Fah. Sedangkan aku ha ha ha, masih bertahan di Oppo R1, hp Oppo keluaran jadul, wkwkwk. Hari-hari kujalani sebagai anak perantauan yang sempat khawatir tidak bakal mendapat te- man karena beda cara berbicara, logat, pemikiran dan lainnya. Tetapi semua kek- hawatiranku hilang seketika saat berteman dengan dia! Haha ... (alay). Tetapi benar sekali, dia adalah teman tanpa pamrih yang selalu 157 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga menerima setiap kondisi oranglain. Teman satu-satunya yang punya keberanian dan usaha yang tangguh. Ia teman yang pinter, bijaksana yang selalu mengingatkan tanpa menghakimi :- ). Ya sudahm sampai di sini saja karena per- temuan kita belum juga lama, tetapi banyak sekali kebaikan yang ada di @arafahrianti yang tidak bisa habis kalaupun diceritakan seharian. Rama adalah sosok cewek lembut dan baik hati yang memang sudah biasa diajarkan sopan-santun oleh keluarganyaꟷterutama ibu Ramaꟷyang me- mentingkan agama. Bahkan ia pernah mondok di salah satu pesantren yang ada di Medan selama 6 tahun. Karena itu lah, ia menjadi salah satu Duta Tarbiyah. “Bicara sopan-santun, sampai tidak pernah pu- nya pacar,” kataku asal. “Kalau punya pacar, takut sopan-santun di luar batas logika...” “Maksud Rama?” “Dipikir aja lah, emang cemburu itu buat apa? Buat hak milik? Hak milik siapa? Pacar? Terus, bila sudah pacaran, mau apa lagi? Putus kan? Bila su- dah putus, rentetan sebelum putus banyak hal yang diluar logika. Aha aha...” “Ah, Rama bikin bingun Arafah aja.” 158 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga Rama adalah anak satu-satunya yang sebagai kakak, karena yang lainnya adalah adiknya. Omongan ala Cing Abdel KW. Betul sekali, ia ada- lah kakak dari dua adik cowoknya. Kedua adiknya masih sekolah. “Tetap lah mendampingi sampai salah satu dari kita mendapat pendamping,” kataku pada Rama. “Swit swiiit, aku juga menginginkan kita tetap berdampingan walapun ada pendamping di sisi kita. Walau raga terpisah, hati tetap berdampingan,” kata Rama sambil memelukku dengan penuh kasih sayang. “Hu hu hu,” tiba-tiba aku menangis. “Kenapa menangis? Kakimu keinjek gajah ya? Ha ha...” “Ah, Rama mah gitu... ketahuan deh.” “Nangismu aneh, jadi curiga. Jangan-jangan trik lawakan. Eh bener.” “Mm... bisa aja,” kataku sambil mencubit lembut lengan Rama. “Makasih, ya Rama...” “Makasih juga, Fah” Orang tuaku dan orang tua Rama saling men- doakan. Mereka pun berhubungan baik selayaknya aku bersama Rama. Bahkan Mamah Rama beberapa kali meng-upload fotoku dan Rama sambil menghi- asinya dengan doa perlindungan dan lainnya kepada Allah. Aku merasa bangga dan bahagia. Kalau ibuku, 159 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga ia tidak punya akun Instagram jadi merasa tidak bisa terjalin secara online. Orang tuaku dan Rama hanya menjalin komunikasi via ponsel saja. “Ibu Titi, punya akun Instagram tidak, medsos lah? Aku punya, biar bisa komunikasi begitu, lewat online.” kata Mamah Raiya ꟷ ibu Rama ꟷ sambil bertanya akun Instagram Ibu. Aku mendengar percakapannya lewat ponsel Ibu. Mamah Raiya punya akun Instagram. Sedangkan Ibu tidak punya. Mamah Raiya modern, ibuku jadul. “Gak punya, Mah. Ibu aku mah jadul, ha ha...” kataku sambil mendekatkan mulutku ke ponsel Ibu. Kebetulan aku duduk di samping Ibu. “Apa-apaan sih, Arapah. Kan jadi malu, Ibu kelihatan jadul, he he he. Maap, Bu, anak Ibu suka gitu. Apalagi kegiatannya cuma jagain rental, main hp, rental, main hp.” “Itu kan dulu, Bu. Sekarang kan aku artis.” “Oh, tidak punya. Oh, ya wajar, macam Ibu-ibu ke- lahiran jadul. Saya mendadak belajar ama anak, ha ha... otaknya sudah lemot, bah, jadi sulit paham. Tapi habis ini, paham pula aku ini.” “Tuh, Bu, bikin coba... Masak ibunya artis gak pu- nya Instagram? Kalah ama Mamah Raiya.” “Apa-apaan sih, Arapah. Nanti kerjaannya, main hp, jagain rental. Main hp, jagain rental. Huh, kamu sibuk, Ibu yang jaga rental PS.” 160 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga “Ya, biarin Bu jaga rental, daripada jaga gawang, ehe ehe ehe...” “Nak, Arafah, biarin lah tidak punya Instagram. Jan- gan model Mamah, gaya terus, kecanduan, hi hi...” “Mamah, gayanya oke. Anaknya, beuh, jago foto- grafi. Kalau Ibu, pasti bergaya sambil pegang panci ama wajan, wek wek wek. Soalnya anaknya gak bisa masak, kek kek kek...” “Ha ha ha,” mereka ikut tertawa. “Mah, kok Rama gak ikut ngobrol? Sibuk terus ya? Kan ini libur?” kataku pada Mama Raiya. “Oh, tadi sudah kutelpon. Lagi pula ini obrolan ibu- ibu. Oh ya, sulit lah kalau telepon 3 orang. Takut Rama agak tidak enak hati juga, he he...” “Tuh, Arapah, ini obrolan ibu-ibu. Kamu ganggu Ibu terus. Sana jaga rental PS. Mumpung ada di ru- mah,” kata ibuku, Ibu Titi, sambil mencoel hidung mungilku. “Ibu, dih, masak gak boleh? Ya udah deh, aku jaga gawang aja.” “Rental PS bukan gawang.” “Iya deh, iya, Arafah main gawang PS.” “Heh, nih anak. Maap, Bu, suka gitu Arapah mah.” *** Aku upload foto yang pernah di desain Kak Elbuy di Instagram milikku, @arafahrianti. 161 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga Aku menyukai foto ini. Apalagi foto yang sudah di desain Kak Elbuy, itu menyentuh sekali. Maknanya terkesan mendalam bahwa cinta persahabatan me- mang sangat berharga. Bahkan, makna keakraban suami-istri pun adalah simbol dari sebuah cinta per- sahabatan. Sungguh heran, bila cinta justru menghan- curkan persahabatan. “Kamu kira-kira, aja, Fah, gimana jadinya kalau suami-istri saling cemberut terus?” Tapi aku belum berani mengenalkan Rama ke Kak Elbuy. Rama dan Kak Elbuy seperti dua sosok yang juga saling melengkapi. Rama seorang fotografer, Kak Elbuy seorang desain grafis foto yang menguasai kreasi efek dan vektor. Duh, aku takut tersisihkan. Mak- sudnya, momen berkenalannya belum tepat. “Ha ha ha...” Swit swit swit Ada WA masuk. Rupanya dari Rama. “Cieh, kata mutiaranya gak nahan. Awas, kalau melupakan perkataanmu sendiri,” kata Rama dalam kalimat ancaman. “Aku juga ngancam, awas kalau kamu ngelupain perkataanku, wk wk wk.” “Sudah, sudah, besok ikrar bikin tugas bareng. Tu- gas numpuk tuh.” “Yah, harus bikin tugas bareng ya? Berat amat per- sahabatan.” 162 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga “Ya berat lah. Tapi apapun itu, beuh, kita harus hadapi dengan senyuman.” “Kayak lagu, wek wek wek.” 163 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga Arafah, Suatu Saat Kita Harus Berpisah PERKENALAN kita membuat kesan yang berbeda, antara pekerja online dan pekerja keartisan, antara sar- jana dan mahasiswa, antara tua dan muda dan yang lainnya. Arafah bagiku, hanya sosok Arafah yang bekerja dengan karya di dunia seni. Pekerja seperti itu kebetu- lan diklaim sebagai artis. Namun, aku tidak memberi hormat pada keartisan Arafah, Tidak! Apa bedanya ar- tis dengan pekerja seni lainnya? Bila artis dihormati, hormati semua pekerja seni. Banyak orang mengangung-agungkan artis sampai si artis sendiri seakan terhormat, jual mahal dengan tampang. Istilahnya, mereka nge-fans artis. Padahal apa yang diberikan si artis untuk para fans? Karya apa yang dihadirkannya? Memalukan! Tetapi terserah bagi pengidola mengidola. Yang jelas, sorot kamera tidak menyulap si artis menjadi terhormat, mulia, barang ma- hal, simbol kesuksesan. Aku masih ingat. Sudah lama aku mengenal Arafah lewat karya-karyanya walaupun aku merindukan hal 164 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga yang lebih dari sekedar mengenal karya. Sampai aku memiliki perasaan yang berbeda pada Arafah. Aku memberi hormat pada karya dan sosok Arafah, bukan keartisan Arafah. Aku mengagumi Arafah pada saat ia tampil di acara SUCA 2 Indosiar. Waktu itu, aku mengenal Arafah lewat Instagram. Aku mengorek-ngorek Arafah tetapi bukan mengorek kotoran kupingnya. Arafah belum mengenalku sepe- nuhnya. Beberapa bulan, aku menuliskan kisah Arafah. Perasaanku terasa berbeda, kayak ada masinis-masi- nisnya. Aku mencoba menangkalnya. Cinta hadir ka- rena sudah terbiasa dengan kehidupan seseorang, itu- lah yang sedang aku alami. Perkenalanku bersama Arafah makin tertanam di tanah kehidupan, sedikit campuran pupuk kandang. Maksudku, kisah tertanam di tanah kehidupan hati. Aku pernah cemburu padanya, ia pun seperti itu. Aku pernah sebel padanya, ia pun pernah. Kita pernah tidak pernah tegur sapa, menyiksa. Lebih tragis, Arafah pernah mengunjungi rumahku sekejap mata tetapi aku belum pernah mengunjungi rumahnya. Ngeselin! Sory, aku tidak pernah menyapa rumah dan keluarga Arafah yang berada di kawasan Kampung Bo- jong. Rumah dan keluarga Arafah masih berstatus ba- han baku fiksi yang belum matang, masing remang-re- mang. Entah lah, kenapa kondisi lingkungan rumah Ar- afah gelap ketika aku melihat alam Depok? Aku tidak 165 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga bisa berpindah cepat seperti Arafah berpindah cepat ke rumahku. “Di Depok kagak ada lampu ya?” Aku ingin menyendiri sejenak saja di kamar ini. Suatu saat kita pun akan berpisah dengan variasi perpisahannya. Bisa saja, aku lebih awal meninggal- kan dunia daripada Arafah. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, pasti kita akan berpisah. Aku tidak kuasa membayangkan cinta dan perpisahan. Aku takut berpisah karena konflik cinta. Bukan berpisah hub- ungan tetapi tiba-tiba pisah menghilang, terkena om jin. Hancau lah. Sungguh, aku mencintai Arafah sebagai kakak imajinernya hanya kesia-siaan hidup. Apalah arti cinta, oh adik inspirasi imajinasi? Ketika kita berpisah, doa apa yang harus kita ucapkan? Kita bukan saudara kan- dung. Ketika berpisah, bisa kah kita bertemu kembali? “Ah! Aku tak sanggup membayangkan.” Penyendirianku untuk mempersiapkan menghadapi perpisahan. “Hiks hiks hiks,” aku menangis. Tetapi aku merasa sesek kalau menangis. “Ah, gak jadi nangis ah.” Badanku melemah, berbaring di kasur. Akhirnya, air mataku keluar dengan reaksi gatal di dada. Arafah tidak perlu tahu genangan air mata duka la- raku agar ia tidak menggenangkannya juga. Aku ingin 166 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga Arafah bahagia walaupun bisa jadi air matanya meleleh ketika terjadi perpisahan. Aku mengusap air mataku. Mencoba bangkit, mulutku menghembus-hembuskan nafas. Tubuh dibiarkan berbaring kembali. Aku coba mengatur kon- disi tubuhku yang melemah. Suasana lelah datang melengkapi hidupku yang seperti ini. “Mengapa efek lelahku seperti ini, Tuhan? Sampai kapan aku tidak berdaya seperti ini?” Terkadang, cerita melow bisa membuat pembaca menangis. “Ada yang nagis gak sih? Nangis dong...” Aku menginginkan Arafah bisa dengan mudah mer- elakan perpisahan ketika aku sudah tidak ada. Aku mengharapkan, Arafah memiliki pikiran yang sama. Yang pasti, kita tidak disatukan dalam jalinan asmara sekalipun cinta menggantung tinggi di angkasa. Cinta itu bisa jatuh kapan saja dengan rasa yang menyakit- kan. Cinta terjatuh menyakitkan ketika datang perpisa- han. Bagaimanapun, perpisahan pasti terjadi. Sekali lagi aku tekankan untuk diriku sendiri: Arafah adalah adik imajinarku. Sudah lah. Tetapi, mengapa batin ini terasa sedih dan badan melemah tidak berdaya? Ada apa, Tuhan? Ada apa? Kepalaku pusing. Badan makin melemas. Keringat bercucuran. Badan ini merinding seperti ada sesuatu yang sangat menyedihkan nanti. Untuk siapa? Aku 167 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga mengkhawirkan kondisi Arafah. Tetapi, aku tidak sanggup untuk menghubunginya. “Robbana atina fiddunia hasanah, wa filakhiroti ha- sanah, waqina azabannar. Ya, Allah, lindungi Arafah, kuatkan Arafah, selamatkan Arafah. Ya qowiyyu ya matin.” Aku tidak mau menjadi sumber sakit hati untuk Ara- fah. Aku tahu bagaimana ungkapan kepedihan seputar masa lalu Arafah walaupun ia tidak pernah cerita kepedihannya. Arafah torehkan sendiri di dalam media mayanya. Aku tidak bisa berbuat banyak bila ia tidak mengungkapkannya langsung padaku. Tapi aku sangat kecewa terhadap diriku sendiri, yang menaruh harapan besar terhadap dirimu. Padahal aku tau perihnya sebuah pengharapan. Bahkan kita tau sebuah pengharapan yang be- rakhir jika indah maka akan indah banget, atau sebaliknya. Arafah mengetahui bahwa kita punya kesamaan di beberapa hal. Banyak kesamaan. Mulai dari fakultas perkuliahan, hobi, tradisi keagamaan, karakter dan se- bagainya. Salah satunya yaitu pernah ikut teater. Me- mangnya, aku tidak pernah ikut organisasi drama, teater? Arafah sampai terkejut mengetahui bahwa kita memang banyak kesamaan. 168 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga “Kamu sudah tahu kan, Arafah? Yah, gak jawab. Oh, lagi ngomong sendiri, ha ha... Soflak!” Aku pernah mengikuti kegiatan itu seperti halnya Arafah. Aku merasa terjebak. Cerita ini pernah aku tu- angkan dalam media sosial milikku yang lainnya. Aku ingat sekali. Aku pernah naksir pada cewek adik kelas di MAN 3 Astanajapura yang kebetulan ikut teater. Ia juga ikut Pramuka. Pas aku pura-pura jadi anggota, padahal terjebak, adik kelas yang aku cari ternyata hilang setelah beberapa kali aku pura-pura aktif. Hantu? Ya elah, teater apa’an sih”? Kok gak belajar? Paling tidak belajar menulis naskah cerita, gitu. Malu rasanya, pelanga-pelongo, gak ada hasil ilmu dan cewek idaman. Tetapi, sekarang jago menulis naskah cerita, ehem. Ma- kasih jebakannya, hantu sekolah. Bisanya, kalau aku dan Arafah sudah banyak kesa- maan bahkan sudah dilapisi saling cinta, pertanda akan berjodoh. “Ha hay,” aku tertawa. “Hiks,” Eh nangis kemudian. Aku masih tidak kuat. Aku tidak memusingkan persoalan jodoh. Cintaku pada Arafah hanya sebatas kenikmatan dari Tuhan un- tukku. Karena banyak kesamaan itulah, aku mencoba untuk bersikap biasa. Aku bersikap selayaknya pada 169 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga adik kandung. Aku tahu, ujungnya bisa menyakitkan bila ternyata tidak berjodoh. Jadi, untuk apa berharap ikatan? “Berat aku berkata yang sebenarnya. Gak nanggepin obrolanmu, cara yang baik, Dek. Aku tahu, kekhawatiran perasaanmu atas masa lalumu.” Oh, Arafah, adik yang ada di ruang hayalan. Cerita ini menceritakan kerahasiaan rencanaku. Aku tidak akan menampilkan tulisan ini di blog walaupun aku mempersembahkan untukmu. Aku tidak ingin kamu tahu bagaimana aku bersikap untuk siap berpisah denganmu di suatu saat nanti. Berat bagiku berpisah dengan adik imajinarku yang aku cintai. Aku tidak mau bila ternyata dipaksa untuk berpisah tanpa jejak oleh takdir. Saat ini, trauma masa lalu dan cintaku berpadu menghimpit kalbu, sesak di dada, tidak bisa berdaya menjalani hidup. Terdengar suara SMS, WA untuk sekian kali. Aku tengok dengan pelan. “Arafah! Kenapa menghubungi aku terus? Masak kamu gak ngerasaain penyendirianku?” Berjejeran SMS, PM online dan miscol yang dikirim Arafah. Aku tidak pernah menanggapi itu. Perasaan terasa berat mendiamkan Arafah plus gatel di area dadaku. Tetapi, apakah Arafah bisa sadar diri? Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya orang asing dari dunia online yang kebetulan berkenalan 170 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga dengannya. Apakah Arafah tidak sadar, aku bisa meninggalkannya suatu saat dengan mudah tanpa je- jak? “Pindahin saja rumahku ke Depok, beres. Kamu kira, aku masih berada di Cirebon, padahal memata- matai kamu dari Depok, ha ha...” “Tega! Kemana aja sih, Kak? Gak mau hubungan lagi sama aku? Oke! Kita selesai mulai sekarang, bila itu yang Kakak mau. Apa ini yang Kakak mau? Yang pasti, itu nyakitin, buka luka lamaku bila kakak diam lantas pergi gak ninggalin kabar sedikit pun. Seolah gak pernah punya salah!” Arafah mulai menunjukkan rasa geram. Badan lemes kembali saat berbaring di atas kasur. Otot pernapasan pun mulai berkontraksi. Persendian seperti saling merenggang, tidak menyatu. Badan terasa dingin, menyempurnakan kedukaan perasaan. Aku mencoba untuk menenangkan diri. Tetapi, aku tidak sanggup untuk tenang. Sampai air ini mata men- cair. Kamar menjadi perlindungan kedukaan ini untuk beberapa waktu. Kita sama-sama mempunyai perasaan yang sama. Semua orang bisa memiliki perasaan yang sama. Kita sama-sama tersakiti bila sosok yang dicintai dan yang diharapkan tiba-tiba menghilang tanpa sebab. 171 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga “Aku merasakan yang sama sepertimu, Arafah,” kataku dalam hati sambil memeluk bantal tanpa guling, menahan getaran perasaan. Sekarang ini, hatiku terasa sakit. Bukan terasa sa- kit, tetapi gatel di area dada, tepatnya di area jantung. Aku sampai berurai air mata ketika membayang nasi- bku dan Arafah di masa depan. Cinta hadir bukan un- tuk menyakitkan tetapi pikiran selalu mengajak untuk menyakiti hati. Perasaanku menggelembung bila aku dikuasai pikiran dalam memikirkanmu. Arafah adalah adik imajinerku. Tetapi aku tahu, dia adalah lawan jenisku yang di luar nasab keluargaku. Hasrat memiliki bisa terjadi. Tetapi, aku tidak akan melakukan ini spesial untuk Arafah. Kenikmatan cinta tidak selalu bisa dengan hasrat memiliki sebagai kekasih. Bahkan, hasrat itu sering mengurangi kenik- matan cinta. Aku tidak bisa menikmati cinta, sayang bila sampai berusaha memiliki Arafah, mengikat dalam jalinan kekasih. “Aku tidak bisa dan semoga kamu pun tidak bisa menikmati cinta bila ada harapan ikatan kekasih.” Aku teringat sajakku mengenai hal ini. Aku dan kamu berjauhan keadaan. Jangan biarkan kamu mendekatiku dengan segala keadaan. 172 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga Biarkan aku menjauhimu dengan segala keadaan. Karena aku percaya, Tuhan tidak terpaksa dan tidak bisa dipaksakan menentukan keadaan. Sajakku bukan bermaksud pelarangan atau pem- bolehan. Hanya saja, aku meyakini, sekalipun aku melarang Arafah berhubungan denganku apapun jenisnya, Tuhan lah yang menentukan tanpa terpaksa dan tidak bisa dipaksakan menentukan keadaan. “Apakah kamu gak tahu, aku ngumpet terus, gak bisa ngebendung air mata ini, Arafah!” Aku tidak sanggup menggerakkan jari untuk men- gucapkan percayalah padaku. Badanku lemas. Kebetulan, aku pun punya gejala mudah kurang ka- lium. Aku pun tidak bisa mengetik ponsel. Entah lah. Aku mencemaskanmu, sebenarnya. Tetapi aku tidak bisa menjawab seperti apa kecemasanku. Hanya kon- disiku yang berubah menjadi seperti ini. Air mataku masih mengalir ke bawah terbawa grafitasi magnetis. Terpaksa, aku menggelapkan kamar. Mataku sudah agak bengkak. Beban perasaanku membesar seiring ancaman Ar- afah. Aku malu, sakit perasaan bersama permasalahan raga menghasilkan cairan dari mata. Apakah air mata 173 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga ini adalah air mata buaya? Ah, bukan. Buaya sudah di- jadikan lagu Bunda Inul, “Buaya Buntung”. Ah, sudah lah. Larut dalam sedih, mataku terasa mengantuk. Ingin tidur. Apakah ada, perasaan sedih sampai menghasilkan kantuk? Enak sekali untuk orang yang sedang sakit hati karena cinta. Huft... lupakan kesadaran. Arafah tidak mengirimkan pesan lagi. Masih kiriman yang kemaren. Maafkan aku Arafah, aku tidak bisa me- maksa tangan mengirimkan pesan balasan untukmu. Percayalah, sekarang aku mau membuka obrolan kembali setelah berhari-hari mendiamkan Arafah. Aku ingin menjelaskan masalah. “Maaf, aku mendiamkanmu. Sengaja. Bukan ber- maksud untuk berpisah. Cuma untuk menyiapkan men- tal perpisahan karena suatu saat kita harus berpisah dan pasti berpisah. Kita ini siapa sih? Teman online kan? Nggak perlu ngotot, Arafah!” kataku dalam tele- pon. “Mental berpisah gimana? Ngotot gimana? Kak El- buy bilang kita hanya teman online? Kakak jangan asal ngomong. Lagi-lagi Kakak bikin aku kesel!” Arafah ber- tanya heran. “Motifnya apa membutuhkanku? Bukankah kita hanya teman online? Adik-kakak imajinar apa? Gak ada artinya, Dek,” penjelasanku melawan. 174 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga “Kak Elbuy sendiri gimana sampai begitu tega ber- sikap seperti yang udah dilakuin sekarang? Kalau ber- sikap biasa seputar adik-kakak imajiner, lantas kenapa harus ada kata teman online? Tanda kalo kakak benar- benar nge-PHP-in aku.” Arafah berbicara panjang. Aku hanya mendengar- kannya. Arafah terdiam sejenak. Terdengar hembusan nafasnya seperti orang yang sedang menahan me- nangis. “Maksudnya apa aku dianggap adik bahkan adik imajiner? Bukankan ada makna spesial? Kalau spesial, itu artinya kakak sendiri yang bikin ulah! Bukan aku!” lanjutnya. “Aku mencintaimu, Arafah! Apakah harus selamanya cuma adik-kakak imajiner di saat perasaan ini selalu tertindih seiring kedekatan kita?” “Memang kita selalu memberikan komunikasi yang bermanfaat. Tetapi makna kedekatan berbalut perasaan membuatku tidak berdaya. Sampai kapan kita begini? Sekalian saja teman online, biar kelar su- dah!” Aku terpaksa mengungkapkan perasaan cintaku yang tidak penting untuk diungkapkan. “Aku sudah bisa menebak, kalau Kak Elbuy mencin- taiku. Kenapa memendamnya sampai harus konflik kayak gini?” 175 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga “Buat apa ngatain cinta ama kamu, Arafah? Buat apa? Kamu sendiri gimana? Mendam cinta juga kan? Aku tahu tapi aku pura-pura gak tahu. Ngaku saja.” “Pengen nangis, Kak!” “Nangis saja, biar banjir air mata kamu.” “Aku gak bisa berenang.” “Ngapung, kayak kodok.” “Ih, orang lagi sedih kok malah diledekin. Ya sudah dah, aku nangis beneran. Bajir ya udah, masa bodo. Gak urusin pada tengelam, ngapung kayak kodok.” “Nah, gitu dong. Nangis, biar pembaca cerita ini ikut nangis. Seru!” “Dih, gitu sih. Aku rusakin lagi nih, hp Kakak!” “Heh, ya udah. Iya, udah. Maaf.” “Jujur, aku juga cinta ama Kakak. Tetapi aku tetap rela dan hanya ingin berstatus kakak-adik. Aku meniru ketulusan cinta kakak. Aku percaya pada puisi Kak El- buy bahwa Tuhan tidak bisa dipaksa dan terpaksa.” “Tetapi aku bingung, gimana nahan cinta agar tetap berperasaan stabil sebagaimana adik ke kakaknya?” “Aku gak enak ngapa-ngapain, lemes, sedih banget waktu Kakak gak nanggapin pesanku, teleponku. Bila udah seperti ini, pantaskah cuma kakak-adik? Tidak mungkin kan kak?” Aku terdiam sebentar untuk mengambl napas. Perasaanku tidak tenang. Aku tidak bisa berpuat apa- apa. Hanya ada dua jawaban: menikahi Arafah atau 176 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga berpisah. Tapi kedua-duanya adalah hal yang mustahil aku lakukan. Mustahil bila aku melakukan sekarang. Lagi pula, aku tetap pada pendirian, tidak akan menikahi Arafah sekalipun mencintainya sampai menggunung tinggi menyentuh atap langit. Tetapi aku juga tidak sanggup menahan cinta ini. Aku harus berpisah. Tetapi berpisah dengan Arafah adalah langkah yang sangat konyol. “Perasaan, kita baru kenal deh, belum juga satu ta- hun. Kok kamu sudah berperasaan gitu? hayoo... gom- bal ya???” “Apa? Kita baru kenal sebentar? Gak salah denger? Tapi, iya juga sih. Ya udah, Kakak udah aku gombalin. Bila itu yang Kakak mau, terserah saja. Puas-puasin saja dengan sangkaan kakak. “Aku berusaha untuk menjauh biar aku bisa menjadi yang kakak inginkan. Makasih saja, udah menjadi con- toh bagaimana menikmati cinta.” “Stop! Kita sudah bicara ngelantur. Arafah, mari sama-sama redakan emosional cinta kita. Aku percaya pada cintamu dan kamu juga percaya pada cintaku. Aku mohon, mulai hari ini, kita bersikap profesional ber- gaul saja untuk kepentingan kerja, bisnis atau kegiatan yang penting lainnya. Bukan pergaulan berbalut kedetakan adik-kakak. Itu solusi terbaik. Kalo tidak, aku ingin menikahimu atau berpisah denganmu.” 177 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga “Nikahi saja aku, kalau Kakak mau. Kenapa susah sih? Kenapa harus ada konflik dulu baru Kakak mengajakku nikah?” “Gila! Kamu berani berkata begitu? Aneh! Kita ber- beda umur 12 tahun, berbeda tempat yang jauh, kita berbeda profesi dan kita masih belum yakin. Sudah, jangan ada kata nikah dan pisah, titik!” “Habis gimana? Aku juga bingung. Namun yang pasti, aku rela saja. Dari pada sering konflik gara-gara cinta atau berpisah. Toh, tidak ada yang menjadi ha- langan kan? Berjarak 12 tahun bukan perbedaan yang terlalu jauh. Kita masih sama-sama muda. Kakak pun pekerja online. Perbedaan justru langkah bagus untuk saling melengkapi.” Ya Tuhan. Berat sekali untuk melangkah. Padahal langkah ini dianggap mudah. Arafah sudah memu- dahkan langkah, mengapa aku masih berusaha mem- pesulitnya? Itu kan jawaban yang bisa saja aku harap- kan. Ketika sudah berkata seperti itu, harusnya aku melangkah memanfaatkannya. Tetapi, justru itulah beban. Memang aku tidak bisa memaksa takdir Tuhan tetapi bila sudah ada takdir kemudahan untuk berjodoh, mengapa aku membiarkannnya hilang? Pengen sekali menjerit kencang! Ah! Tetapi aku sudah lemas. “Tidak semudah itu.” 178 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga Bukankah Kakak sudah layak menikah? Tunggu apa lagi? Kalau Kakak menganggap aku adik, ya su- dah, jangan menikahi aku. Tetapi tetap Kakak harus menikah dengan orang lain. Orang lain bisa meredam gejolak cinta Kakak ke aku agar kita tetap berhubungan seperti biasa sebagai kakak-adik imajiner. “Tidak semudah itu. Bila aku menyuruh kamu meni- kahi orang lain, apakah kamu sanggup?” “Jangan! Ih, nyebelin! Udah deh, gak nikahin aku juga gak apa-apa. Pintu udah aku tutup lagi. Enak aja, cewek yang ngawali. Lagi pula, aku belum siap meni- kah bila harus disuruh sama orang lain.” “Ya sudah. Kita kembali ke rencana kita. Profe- sional kerja atau yang lebih bersifat obrolan formal. Suatu saat, kamu bisa menikahi orang lain. Aku tetap mencintaimu sebagai adik imajinerku, sampai kapan- pun.” “Kak, kok gitu jawabannya? Tapi, ya sudah. Aku rela dah, Kak. Aku jadi paham kalo cinta emang netral, tanpa dicampuri harapan pun bisa menikmati cinta. Tu- han tidak terpaksa dan tidak bisa dipaksakan. Bila jodoh, toh, nanti juga datang sendri kan? Tapi, ada apa sih sebenarnya sama kakak? Kok be- rat banget menikah? Ingat Kak, umur sudah 30 an ta- hun. Atau jangan-jangan punya cewek lain atau sebenarnya Kakak tuh sudah menikah?” 179 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga Hampir saja ucapan Arafah terpeleset ke arah yang lain. Tetapi aku tidak perlu khawatir. Yang jelas, aku dalam keadaan normal. Ha ha... Kalau aku sudah ber- bicara normal, tidak perlu perpanjang penjelasan. Ada KPI memantau cerita. Namun menikah bukan urusan normal saja. Butuh energi untuk siap berumah tangga. Sedangkan aku bagaimana? Aku belum sanggup walaupun membawa diriku. Bagaimana bila sampai membawa sepeda, eh Arafah, eh sepeda juga? Maksudnya, membawa ru- mah tangga. Wah, aku bisa kelabakan. Itu kah cowok idaman Arafah? Bila ia mengetahui kondisiku, rela menikah adalah perbuatan yang paling dianggap konyol. Benarkah demikian? Ah, gak diang- gap konyol juga. Buktinya, aku mampu modalin Arafah. Ngarti son? “Ah!” aku terbelalak. “Mimpi sialan!” Mana mungkin, Arafah rela menikah bersama aku? Lebih gila lagi, ia mengawali mengajak dengan su- karela. Ya amplop, jatuhin uang gope aja deh buat dilempar ke mimpiku. Gara-gara bermimpi seperti itu, badanku berkeringat banyak. Aku capek berbicara via mimpi seperti itu. Aku merasakan badanku melayang-layang, jatuh tetapi terbang lagi sambil berantem omongan. Aku pindah posisi dengan cepat seperti om jin. Aku su- dah biasanya bertingkah seperti ini di dalam mimpi. 180 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga Pas terbangun, badanku sudah bercampur air dan bau keringet. Perasaanku memang lagi bermasalah. Bukan ka- rena aku memendam cintaꟷdalam arti belum mengungkapkan ke Arafah seputar cintakuꟷtetapi ka- rena memang seperti ini lah yang aku rasakan bila mencintai cewek. Ada masalah kesehatan. Apalagi cinta yang dihimpit ketidakberdayaan seperti ini. Maksud tidak berdaya adalah fisikku tidak kuat menampung 100 kg cinta dan raga. Aku bagai keran- jang salak, salak Depok, rasa sepet. Lebih enak keran- jang mangga, mangga manis, manis-manis berkumis. Aku ingin menguatkan keranjang agar kuat menamping 1 kwintal cinta dan raga. Lebih baik, aku meminum susu. Seperti biasa, aku mengambil air dingin yang sudah tersedia di lemari pendingin. Susu cokelat krim dicampur ke dalam air. He he, anak bayi gede kurang gizi. Aku meminumnya Ah! Segar! Biasanya, perasaanku pulih kembali dengan menunggu beberapa waktu berjalan. Haduh, mimpiku seakan mengingatkan, jangan ber- kata seperti dalam mimpi. Khawatir berkonflik kakak- adik imajiner. Percayalah, Arafah, kamu itu adik imajiner yang aku cintai, sayangi. Menikah bukan urusan cinta saja. Apa yang dikatakan mimpi ada benarnya. Walaupun kita banyak kesamaan tetapi untuk menikah tidak dianggap 181 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga cocok. Contoh, saja soal umur. Arafah berumur bela- san tahun dan aku berumur kepala 3. Jauh sekali kan? Itu sebagai simbol kalau kita tidak cocok untuk dijadi- kan target pasangan. Cinta tidak harus menarget jalinan pasangan kekasih. Bila cinta menuntut untuk memiliki, kemana makna cinta keluarga, teman, sahabat, adik-kakak imajiner? Aku memandangmuꟷentah mengapa secara otomatisꟷlayaknya memandang adik cewekku walau- pun aku tidak memiliki adik cewek. “Adek yang imut, maaf, aku mendiamkanmu. Perasaanku lagi sakit. Bila gak pecaya, bacalah tulisan tanganku di bawah ini.” “Bukan ingin berpisah denganmu, tetapi aku se- dang menghayati persiapan seandainya waktu mem- isahkan kebersamaan kita. Wajar kan? “Soalnya, setelah aku hayati, aku sedih saja bila tiba-tiba berpisah dengamu. ” “Maka dari itu, aku ingin menyiapkan diri untuk hal itu. Bukan untuk mengajak berpisah. Paham kan, Dik? 182 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga Penjelasan panjangku ku via Whatsapp. “Paham,” balasnya singkat. “Suatu saat, pasti ada kata perpisahan. Siap?” “Gak! Kok, tiba-tiba aku jadi sedih,” keluh Arafah. “Aku gak mau bikin kamu sedih. Kenapa malah sedih?” “Pengen liat gak kalau aku ngeluarin mutiara di mata?” “Ngeluarin apa, Dek? Mutiara depok? Gak usah gitu ah. Aku percaya. Harusnya gak sedih.” “Dih, Arafah kan gak disengajain sedih. Kenapa ha- rus ada kata harus? Emangnya ikan phaus?” “Ha ha... iya deh.” “Kakak sakit apa? Kok perasaannya yang sakit? Pasti sakit cinta ya? Atau ada yang lain? Buktinya ampe ngirim tulisan tangan juga. Hm... “Sakit cinta, betul sekali. Perasaanku gak enak. Da- daku seperti keiket tali ular piton. Entah lah. Mikirin kamu.” “Mikirnya gimana? pake rumus logis-stiek sapi kan?” “Ha ha... logis stiek sapi apaan? Aku khawatir aja, Dek. Ampe gak enak badan dan perasaan.” “Pengen ditemeni suster cantik ya?” “Gak mau ditemeni suster cantik, pengennya suster ngesot.” 183 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga “Suster ngesotnya udah dipecat, kelamaan ngesotnya. “Kakak sakit apa?” “Apa ya? He he...” “Aku benar-benar gak paham waktu aku ketemu. “Ah, gak perhatian.” “Aku rawat ya? Rawat jalan aja, biar kita bisa jalan- jalan.” “Ah, gak mau dirawat ama kamu. Bisa tambah parah perasaanku ups, badanku.” “Yeh, gini-gini aku pernah jadi suster.” “Tahu, kamu pernah jadi suster, suster yang ngo- batin orang sakit tambah sakit. Kamu pernah bilang, ‘Kami akan membuat pasien kami menjadi tidak lebih baik.’” “Biarin. Biar kakak bisa lama dirawat jalannnya. Ka- lau lama dirawat jalan, lama juga kita jalan-jalan. Te- par, tepar dah, ha ha...” “Lagi sakit malah disuruh rawat jalan. Ngancau kamu. “Oh, ya, plis, bilang dong, kakak lagi sakit apa?” “Dibilang sakit perasaan. Sueeer dikewer-kewer. Perasaan ehem.” “Itu juga aku sama. perasaanku sakit. Perasaan ehem.” “Ya udah, sana syuting dulu. Gak penting mikirin ginian. 184 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga “Libur. Dih, penting lah.” “Aku udah gede, walau masih nyusu. Ini teh nyusu bukan ini teh susu bukan ini teh bukan susu bukan ini teh nyoesoe.” “Hek, kek kek kek kek. Nyolong dimana hayoo kata- kata itu? Kayak kenal itu dari mana.” “Uhuy... au ah... gak penting, nanti promosi warung nyoesoe.” “Itu udah promo, haduh.” Cinta tidak perlu diungkapkan tetapi diwujudkan. It- ulah prinsip cinta yang perlu ditanam di hati setiap manusia. Termasuk cintaku ke Arafah dan sebaliknya, semoga tertanam di dalam tanah berpupuk kandang. Cinta berdiri sendiri tanpa perlu pengharapan atau pencegahan. Terpenting kita bersikap sesuai fakta yang ada sebagai manusia yang normal. 185 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga Rama, IPK Arafah Turun “KEARTISAN diujung puncak, nilai IPK di dasar lem- bah,” kataku mengeluh soal IPK semester 3. Semester tiga mengharuskanku tetap sibuk mengu- rusi kontrak dan kegiatan lain. Kontrak untuk selebgram Instagram dan Youtube. Belum mengurusi perusahaan kecil dan yayasan miliku. Ada beberapa kegiatan yang membuatku harus mengurangi jadawal masuk di kampus. Lingkungan kampus agak hening, sepi. Tidak sep- erti di hari biasanya. Maklum, ini hari tenang tanpa jad- wal kuliah. Sepertinya, cuma dramaku bersama Ram- adani yang mewarnai kelas. Kebetulan, aku ingin nonton bersamanya. “Lumayan lah, masih lulus. Itu resiko kamu, harus terima lah. Lagi pula, IPK kamu turun karena kamu sibuk terus job-joban,” kata Ramadani. “Tapi tetap aja, ngulang mata kuliah kan?” “Ya kalau mau ngulang. Mau?” “Ngulang, gak, ngulang, gak. Ngulang? Sedih, huft. Gak tahu lah, gimana. Aku ingin wisuda bareng, Ram.” 186 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga “Ouh,” kata Ramadani sambil mendekap tubuhku dengan lengannya, mencoba menenangkanku lalu melepas kembali. “Fah, aku pun nilaiku kecil walaupun masih jauh lebih baik darimu.” “Bisa aja kamu, Ram. Padahal, nilai kamu ke- banyakan B-, aha aha aha.” “Huft, jangan sebut min-nya dong, seperti gak di- anggap bernilai B.” “Apakah aku salah langkah kuliah gini? Kirain makin kesini, job makin sepi.” “Laku sih, tapi keartisan kamu bakal keinjek artis baru, wahaha. Sekarang, jadi selebgram terhandal. Gila, follower kamu naik terus. Kamu beli follower?” “Enak aja. Masih laku tau. Terus follower nambah karena ada pasukan rahasianya.” “Siapa tuh?” “Arafah lover, wakakak.” “Fah, kalau kamu anggap salah langkah, salah lah sudah. Bila kamu anggap benar, benar lah sudah. Langkahmu sudah benar. Bila gak ada job, kamu benar-benar akan kehambat kuliah” “Makasih, Rama.” “Mari kita mengheningkan cipta di Instagram, ha ha ha...” 187 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga “Ha ha ha... Ayo lah. Kita main upload-uploadan tentang kehancuran nilai ini. Tapi jangan liat-liatan In- stagram dulu. Kejutan.” Entah lah, mengapa hanya sosial media yang bisa membuatku selalu mengheningkan cipta? Aku paling suka dengan istilah mengheningkan cipta yang dice- tuskan pertama kali oleh Ramadani ketika masuk ori- entasi jurusan. Waktu itu, ada acara upacara merun- duk, hening, sambil menghayati masa depan. Lalu jadi obrolan unik diantara teman-teman. Muncul lah istilah mengheningkan cipta ala pegiat medsos. Perasaan waktu ucapara sekolah di hari senin, aku paling malas mengheningkan cipta. Padahal upacara hanya be- berapa menit dan itu pun dipersembahkan untuk para pahlawan bangsa. Mengapa sekarang aku rajin ber- heningkan cipta bahkan berjam-jam bila dihitung dalam sehari? Entah lah, medsos, dalam hal ini Instagram, seperti sudah menjadi nyawa hidupku. Aku tidak bisa hidup tanpa Instagram. Lewat Instagram itu lah, aku ke- banjiran job. Mengapa kebanjiran? Sungai Ciliwung tidak punya medsos. Lucu nian. Maksudku, follower-ku selalu naik. Mungkin per hari ada ribuan follower baru. Kini sudah menembus 830.000 lebih dan terus ber- tambah. Aku upload foto gambar IPK akademik yang berisi nilai terburuk. Aku tulis keterangan soal kritisisasi 188 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga penilaian akademik yang sengaja sudah aku siapkan dari kemaren. Sebuah gambaran nilai akademik. Orang pintar dinilai dari penilaian akade- mik, lalu bagaimana dengan orang yg mencintai seni ? Termasuk orang pintar kah ? Orang pintar dinilai dari bagaimana ia aktif didalam kelas? Lalu bagaimana dengan mereka si pendiem yg mahir memainkan alat musik ? Disebut pintar kah ? Orang pintar dinilai dari jurusannya apa, Ngambil profesi apa, dan Biasanya orang ber- fikir anak ipa lebih pintar dari anak ips, orang yg berprofesi dokter lebih pintar dari seorang penulis. Ini yg sering aku dengar dan ingin sekali ku pertanyakan. Apakah kepintaran akademik menjamin sukses? Apakah ipk tinggi menjamin masa de- pan? Jika iya, bisa aku pastikan kamu ingin sekali menjadi karyawan. Jika ingin ipk besar kamu hanya taat kepada dosen, turuti perintahnya jauhi larangannya. Kalau dosen memberi tugas satu halaman, kau bisa mengerjakan 3 halaman, jika dosen meminta untuk presentasi 15 menit, kerjakan 189 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga 1 jam, jika dosen minta terjun dari kelas, jangan lakukan itu bahaya -___- Lalu bagaimana dengan mereka yg tidak ingin menjadi karyawan, dan ingin menjadi pengusaha, olahragawan atau seniman ? Butuhkan ipk besar ? Mungkin tak butuh, yg ia butuhkan hanya kecerdasan mindset untuk mencari peluang usaha, bagaimana kreatifitasnya dapat diterima semua orang dan doa orang tua yg selalu di- ingat. Dari aku si mahasiswa beripk minim. Aku tidak peduli mereka berbicara apa. Aku pun tidak peduli bakalan dinasehati habis-habisan Kak El- buy. Dia pernah menulis bahwa dirinya akan mengha- pus blog spesialku kalau aku gagal kuliah. Bisa jadi, Kak Elbuy akan menulis kasusku ini dalam blognya. “Ayo liat-liatan, kita publish apa’an?” kata Rama sambil menyentuhkan ponsel ke dadanya. Duh, men- dadak menjadi anak kecil yang bermain upet-upetan duit mainan. “Tara...” “Tara Budiman? Beuh, apa’an? Gambar apa ini, hah? IPK? Tulisan panjang kayak kereta Depok?” “Keren kan? Kita aktifis, jadi bisa ngiritik keren dong.” 190 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga “Aktif nonton?” “He... coba liat, punya kamu.” “Yah, romantis,” kata Rama agak melemah sambil menunjukkan foto terbaru yang terlihat romantis. Sep- ertinya menyesal, tidak singkron. “Ya, ampun, gak serasi tapi bikin terharu. Katamu, ‘teman yang baik gak akan meninggalkan kita ketika IPK turun, tetapi akan ikutan turun juga.’” Aku diam sejenak. “Rama,” kataku sambil menatap penuh haru pada foto wajah manisnya. “Iya...” “Di foto, matamu agak hitam putih,” “Yeh, emang hitam putih.” “Rama ... makasih udah mendukung segala ak- tifitasku, ampe nilai kuliahmu ikut anjlog. Tapi Mamah Raiya marah gak? Aku sedih deh, Mamah udah doain agar hubungan persahabatan kita terjaga dengan baik, dilindungi Allah, kamu malah bernasib buruk ber- sahabat denganmu.” “Jangan gitu lah... Mama memang doain begitu. Tapi soal nilai, itu uturusan otakku, he, he he...” “Yuk lah nonton...” “Dari tadi gak nyadar kalau aku ini artis. Makan gorengan hasil karya pedagang jalanan dengan santai, ha ha.” 191 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga “Itu yang aku suka dari kamu, Fah.” “Makasih, Rama. Tapi, artis juga ada yang miskin kan?” “Lalu makan gorengan?” 192 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga Hidup Menjauh Dalam Jumpa Fans BULAN Feburari yang mengejutkan. Aku senang sekali melihat Arafah masih bisa tersenyum. Ah, Arafah tersenyum dianggap biasa. Tetapi, ia tertawa, ketawa-ketiwi saat tampil open mic dengan kondisi yang memprihatinkan. Rasanya, sep- erti ada sesuatu yang mencekik pernapasanku ketika melihatnya tertawa sambil duduk di kursi roda. Bukan karena kelumpuhannya melainkan aku belum terbiasa melihatnya seperti itu. Apakah ketawa-ketiwi cuma sandiwara agar bisa menutupi luka batinnya? Sepertinya, kisahku bersama Arafah selalu berbalut kedukaan, luka batin, sakit hati dan melew-melow manja. Kapan ngelucu-nya? Aku pa- ham bahwa kelucuan bisa datang darimana saja, ka- pan saja dan dalam bentuk apa saja walaupun bisa jadi sedang menyimpan segudang kedukaan. “Semangat terus, Arafah!” dari jauh aku menyeman- gati Arafah. Aku duduk terpisah dari keramaian, mojok dipojokan. Arafah menghadap para fans yang mencintainya. Dengan kondisi yang memprihatinkan, ia memberikan sedikit waktu untuk open mic. Ia tidak bisa duduk lama. 193 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga Baru pertama kali ia menjumpai para fans yang ada di Cirebon. Acara ini juga sebagai bentuk keprihatinan mereka atas kondisi Arafahꟷyang secara tiba-tiba tidak bisa berjalan. Acaranya cukup meriah mengingat ba- gian dari program acara Teater Awal. Maklum, tidak ada komunitas stand up di kampus IAIN Cirebon se- hingga menggabungkan diri dengan program Teater Awal. Namun, aku merasa bingung bagaimana kondisi Ramadani, Smart Girls dan kampus UIN Jakarta? Terutama, bagaimana hubungan Arafah dengan Ram- adani, sosok sehabat dekat Arafah? Bagaimana bisa terpisah seperti ini? Arafah belum bercerita. Aku belum berani bertanya-tanya. Aku sedih. Mataku mulai berkaca-kaca. Namun, aku tetap berusaha bahagia tanpa tangisan. Tetap saja ada ada salah satu fans yang sensitif. Ia bersama rombongan menghampiri Arafah ketika selesai open mic. Mereka berfoto-foto termasuk fans yang menangis. “Selfi mah selfi, gak usah nangis melow, ah... dikira acara duka ahli kubur?” Aku melihat lagi dengan seksama pada sosok cewek mewek itu. “Eh, itu kan Si Dhara, asisten Arafah. Aku baru mengenal mukanya.” 194 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga Arafah yang kini terduduk tidak berdaya, besar kemungkinan ia menyimpan duka-lara walaupun se- dang tampil stand up, melucu di depan para fans. Aku mengtahui bahasa matanya ketika mendapat berita seputar acara jumpa fans. Bahagia campur duka, berkaca-kaca. Apalagi, Arafah pernah tahu kesedihan orang yang mengalami cacat kaki dari lahir. Kebetulan, ia pernah bareng berkompetisi dengan komika yang cacat kaki di SUCA 2 dan merasakan penderitaan dengan duduk di kursi rodanya. Faktor ketidakbiasaanꟷdi luar kebiasaanꟷpasti memiliki efek tersendiri. Terbiasa berjalan kaki namun tiba-tiba tidak bisa berjalan, secara otomatis bisa mengganggu kondisi psikis seseorang walaupun di- tutupi dengan tertawa melucu. Arafah tidak bisa me- nutup diri dengan tertawa. Sebagian fans pun paham betul tampilan bahasa mata Arafah. Kisah buruk, negatif yang sudah terlewat memang tidak enak bila dikenang. Apalagi kisah buruk, negatif tergolong sangat mengguncang kejiwaan. Kisah itu sangat menyakitkan bila yang merasakan adalah Ara- fah itu sendiri. Ia korban dari kisah buruk, negatif, yang sangat mengguncang jiwa itu. Bagaimana perasaanku bila melihat ada sebuah keluarga bahagia namun secara tiba-tibaꟷdalam per- jalanan kebahagiananyaꟷtimbul musibah besar yang 195 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga menghancurkan kebahagiaan? Apalagi musibah itu su- dah menghabiskan semua keluarga, meninggal semua. Tinggal sosok cewek yang sedang terduduk le- mas di atas kursi roda. Sedih bukan? Sangat sedih bu- atku. Arafah kehilangan semua keluarga: Ibu Titi, Ayah Toto, Baco dan Dada. Apalagi, Arafah yang merasakan sendiri musibah itu. “Ini lagi serius ya. Mulut jangan nganga. Awas tuh ada lalat yang ikut nganga. Jadi sedih ya?” Aku mencoba bisa menahan kesedihan sekuatnya agar tidak terlihat sedih di matanya. Kesedihanku bisa menambah kesedihan untuk Arafah bila ditampakkan. “Kak, aku gak mau dah lihat drama melow dari mulut, mata Kakak dan orang yang ada di sekelilingku. Lupain apa yang udah nimpaku dan keluargaku. Ter- tawa dong sebelum tertawa itu gak punya mulut, ehe ehe ehe.” “Ya ampun, tantangan berat, Arafah!” aku berkata keras di dalam hati. Arafah pernah menyuruhku untuk menahan kuat sedih dan tidak perlu membuat acara resmi rasa penyesalan. Namun, buatku itu adalah tantangan be- rat. Berat! Kenapa tidak sebagai tantangan berat bila aku sendiri sebagai biang dari kecelakaan Arafah dan keluarganya? “Hoy, itu takdir”, kata malaikat. 196 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga “Malaikatnya ikut campur saja. Ini lagi akting, bro. Sana pergi!” “Apakah Arafah pun akan tetap kuat menahan kesedihan, tangis? Aku tidak percaya itu.” Aku tidak bisa berpikir panjang bila membahas sep- utar kecelakaan Arafah dan keluarganya. Stok fiksi masih cacat pikir. Ups, pake bilang-bilang. Yang jelas, musibah Arafah berawal dari pertemuanku dengan sosok cewek online yang mengagumiku. Aku tahu bahwa aku belum pernah cerita pada Arafah soal sosok cewek pengagum itu. Namun, pertemuan itu membuat Arafah tahu rahasiaku. Entah karena kecewa atau bagaimana, Arafah pergi begitu saja setelah me- rasa puas aku ceritakan. Aku tidak bisa mencegahnya pergi. Kebetulan Arafah sedang berlibur bersama keluarga. Aku juga sedang berlibur bersama cewek yang menggangumiku. Bertemu di tempat yang sama tanpa kabar berita sebelumnya. Aku dan Arafah sama- sama terkejut dan berakhir sebuah tragedi kecelakaan yang membuat diriku dianggap sebagai penjahat oleh aku sendiri. Arafah mengakui bahwa dirinya yang me- nyupir mobil. Kenapa dia? Sudah bikin STNK? Sudah dipastikan bahwa ia terganggu dengan ulahku. “Aku penjahat, Arafah!” Arafah sendiri yang selamat dari kecelakaan hebat yang menimpa keluarganya. Tiga orang meninggal di 197 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga tempat yakni Ibu Titi, Pak Toto dan adik Dada. Me- mang, masih ada orang yang hidup yakni Bang Bacoꟷabangnyaꟷkarena duduk di depan bersama Ar- afah sekaligus sebagai penyetir utama. Namun, Abang Arafah kehilangan umurnya tanpa ada kontrak arwah gentayangan setelah berada di rumah sakit bersama Arafah. “Tapi, kenapa Arafah sampai lumpuh? Ah, kenapa itu terjadi? Gak logis. Tetapi faktanya lumpuh.” “Aku nyesal. Aku mau bilang apa, aku bingung. Aku gak mampu buat main kata-kata. Yang jelas, aku benar-benar menyesal.” “Udah lah, kak. Biarlah arwah keluargaku diterima Tuhan. Gak pake kontrak biar bisa gentayangan kan? Gak mungkin kan ada arwah gentayangan?” kata Ara- fah waktu itu untuk menghibur diri sendiri. Aku tersenyum sambil membenarkan ucapannya dengan anggukan. Akhirnya, aku terbangun dari semi tidur sambil angguk-anggukan kepala. “Haduh, sedeng nih kepala. Dikira acara tahlilan?” Tetapi aku kembali sedih karena hal yang aku impikan adalah sesuatu yang kenyataan. Usaha tidur lagi, aku mencoba untuk menghilangkan fakta yang ada. Mudah saja bagiku untuk kembali bermimpi. Sep- ertinya, mimpiku tidak mau hadir kembali. 198 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga “Ya ampun, mimpi ada-ada saja. Tetapi enak sih, mimpinya. Halus, santai, tidak ada cara ngetik dalam mimpi. Pas bangun, ya biasa saja.” “Kek kek kek kek,” ketawa ala Arafah. Arafah menertawai mimpi yang sudah aku alami. Setelah itu, suaranya kabur tidak pakai permisi. Biarlah, mungkin sebagai persiapan ketika suatu saat nanti kita berpisah sungguhan sehingga sudah ada bekal kesiapan. Aduh, mengapa aku harus ber- bicara perpisahan? Mungkin umurku atau Arafah yang sudah dekat. “Auh, kepalaku sakit.” Setelah pentas dan wawancara jumpa fans selesai, tepatnya di aula IAIN, aku bergegas mengunjungi Ara- fah. Aku menikmati setengah tidur walaupun diganggu keramaian para fans. Untung, aku tepat waktu untuk bangun dari ketiduran. Aku sengaja menghindar dari acara keramaian jumpa fans. Aku menyendiri di pojok, tidak banyak yang tahu. Malu. Sudah ada berita bahwa penyebab kecelakaan itu adalah aku sendiri walaupun tidak terlalu menyudutkanku. “Ada malaikat gak ya? Miris sekali.” Siapa yang mengkabarkan kejadian yang tidak benar itu? Apakah cewek online yang katanya mengangumiku? Bisa jadi itu. Tetapi, apakah ia sampai 199 | www.bukubercerita.com

Aku, Arafah Dan Cinta Segitiga tega berbuat keji dengan menyampaikan berita ke me- dia? Sebagai media, apakah percaya begitu saja? Ah, aku tidak mau menduga siapa yang menyampaikan berita ke media. Ah, sudah lah. Sepertinya aku sudah layak untuk mendekati Arafah. 200 | www.bukubercerita.com


Like this book? You can publish your book online for free in a few minutes!
Create your own flipbook