Kalimat Memikat & Efektif 5. • “Membaca dan menulis adalah cara terbaik Paralelisme, untuk meningkatkan kemampuan berpikir.” Kiasmus, (Paralel, tetapi tidak spesifik membaca apa Antetesis dan menulis apa.) • “Membaca buku dan berlatih menulis adalah cara terbaik untuk meningkatkan kemampuan berpikir.” (subjeknya paralel, dan kalimat sudah bersih dari masalah.) Paralelisme adalah struktur dasar yang perlu kita kuasai untuk menghasilkan kalimat yang lebih elegan. Kita bisa menerapkan prinsip paralelisme untuk menyusun kalimat kumulatif, menyampaikan understatement, menyodorkan hiperbola, menjajarkan detail, dan sebagainya. Dengan paralelisme, kita mendapatkan empat keuntungan mendasar yang paling diinginkan oleh setiap penulis: 50
Kalimat Memikat & Efektif 5. Kejelasan. Struktur paralel membuat kalimat kita Paralelisme, lebih mudah dipahami ketimbang kalimat yang Kiasmus, tidak menggunakannya. Pengulangan struktur Antetesis gramatikal akan meringankan bagi pembaca, sebab mereka tidak harus melakukan proses mental terus-menerus untuk memahami struktur pada frase-frase berikutnya. Keseimbangan. Struktur paralel menjadikan kalimat kita seimbang, dan lagi-lagi itu memudahkan pembaca mencerna tiap-tiap gagasan dari rentetan informasi yang kita sampaikan. Irama. Kebanyakan pembaca tetap mendengar “bunyi kalimat” yang sedang ia baca, sekalipun ia membaca tanpa bersuara. Struktur paralel akan terdengar lebih ritmis dibandingkan struktur tidak paralel. 51
Kalimat Memikat & Efektif Elegan. Apa kata lain dari elegan? Memikat. Menggunakan paralelisme secara tepat akan 5. membuat kalimat kita lebih bertekstur, indah, Paralelisme, mudah dicerna, dan memikat. Contoh: Kiasmus, • “Untuk menyehatkan tubuh, kita perlu Antetesis menyantap makanan-makanan yang baik; untuk menyehatkan pikiran, kita perlu membaca buku- buku yang baik.” APA SAJA YANG BISA DIPARALELKAN? Pada dasarnya, setiap bagian di dalam kalimat kita bisa diparalelkan. • Paralel pada SUBJEK: “Jari-jarinya yang seperti cakar elang dan kedua matanya yang seperti mata hantu mengabarkan kenyataan yang sulit dibantah bahwa ia sakti.” Paralel pada OBJEK: “Dokter yang menangani ibu memeriksa dengan cermat denyut nadinya, detak jantungnya, dan tekanan darahnya. • Paralel pada SUBJEK: “Pohon-pohon yang dipangkas dengan hati-hati di halaman depan dan teras bersih yang menakjubkan di belakang rumah mengungkapkan sifat cermat pemiliknya. 52
Kalimat Memikat & Efektif 5. • Paralel pada KATA KERJA dan OBJEK: Ibu Paralelisme, masuk ke kamar adikku untuk menyapu lantai, Kiasmus, merapikan seprai, dan menyiapkan seragam Antetesis sekolah. ✓Kiasmus Kiasmus (Chiasmus) memiliki struktur paralel yang sama dengan Paralelisme, tetapi ia melakukan inversi pada struktur kedua. Untuk lebih mudah mengenalinya, kita lihat saja perbandingan antara paralelisme dan kiasmus. 1. Paralelisme: “Buatlah ia membayar apa yang menjadi hak kita dan jangan kau meminta apa yang bukan hak kita.” Kiasmus: “Buatlah ia membayar apa yang menjadi hak kita, dan apa yang bukan hak kita, jangan kau meminta.” 2. Paralelisme: “Jika kau tertarik pada seseorang, kau pasti akan menganggap setiap gerakannya selalu pantas, dan semua ucapannya selalu benar.” 53
Kalimat Memikat & Efektif 5. Kiasmus: “Jika kau tertarik pada seseorang, kau Paralelisme, pasti akan menganggap setiap gerakannya selalu Kiasmus, pantas, dan selalu benar semua ucapannya.” Antetesis CATATAN: Kiasmus bekerja dengan prinsip yang sama dengan prinsip kalimat inversi, yakni kita menampatkan bagian yang kita anggap penting di akhir kalimat. Dengan tambahan, struktur paralelnya membuat kalimat memiliki semua efek yang dimunculkan dalam paralelisme: kejelasan, keseimbangan, irama, dan elegansi. ✓Antetesis Antitesis: membuat perlawanan, juga kalimat dengan struktur paralel. Ia menyandingkan kontras dua gagasan dalam satu kalimat atau pada dua kalimat yang berurutan. * “Keberhasilan akan membuatmu bahagia, kegagalan akan membuatmu arif.” (“Keberhasilan” dipertentangkan dengan “kegagalan”.) 54
Kalimat Memikat & Efektif 5. * “Bencilah orang lain dengan pikiran bahwa Paralelisme, kau suatu saat akan mencintainya, Cintailah Kiasmus, orang lain dengan pikiran bahwa kau Antetesis selamanya akan mencintainya.” (“Benci” dipertentangkan dengan “cinta”.) CATATAN: Antitesis, yang menyandingkan kontras antara dua gagasan, hampir selamanya disampaikan dalam struktur paralel. Mengembangkan kontras sangat penting untuk menegaskan apa yang ingin kita sampaikan. Ini merupakan cara ampuh untuk mengklarifikasi pemikiran kita. Cara kerjanya: Mula-mula kita menyampaikan sesuatu seperti apa adanya, kemudian kita menyodorkan gagasan utama kita, yang kita tampilkan dalam bentuk antitesis dari gagasan di frase atau kalimat sebelumnya. 55
Kalimat Memikat & Efektif 5. Dengan menggunakan perangkat antitesis, kita Paralelisme, seringkali akan melahirkan pemikiran yang Kiasmus, tidak terduga. Antetesis Dengan memanfaatkan struktur paralel untuk menyajikan kontras, antitesis akan menghasilkan efek kejelasan, keseimbangan, dan penegasan, dan semua itu akan memberi peluang bagi kalimat kita untuk diingat orang. Cara termudah belajar materi Paralelisme, Kiasmus dan antitesis adalah tulis semua contohnya, kemudian tandai mana subjek, mana yang predikat dan objek dan yang lainnya. Itu akan sedikit meringankan kita untuk bisa memahami dengan baik. Latihan: 1. Buatlah 2 kalimat Paralelisme 2. Buatlah 2 kalimat Kiasmus 3. Buatlah 2 kalimat antetesis 4. Buatlah satu narasi yang menggunakan bagian-bagian dari materi kita (sesuaikan tujuan). 56
Kalimat Memikat & Efektif 6. Kalimat Aktif dan Pasif Pelajaran menulis biasanya menyarankan kita untuk memilih kalimat aktif ketimbang pasif. Kalimat aktif lebih menarik bagi pembaca karena di sana ada subjek yang ‘aktif’ melakukan sesuatu, subjek sedang atau sudah atau akan bertindak. Sedangkan kalimat pasif subjek dikenai pekerjaan atau tindakan. Contoh: Aktif: Dalam persidangan berikutnya, saksi baru akan dihadirkan. Pasif: Dalam persidangan berikutnya, pihak kejaksaan akan menghadirkan saksi baru. Latihan: Buatlah 2 kalimat aktif, lalu rubahlah menjadi kalimat pasif. 57
Kalimat Memikat & Efektif 7. Kalimat Efektif Sebelum kita mempelajari kalimat efektif ada baiknya ketika kita mengenal jenis kalimat berdasarkan strukturnya yakni kalimat simpleks, kompleks, majemuk, dan majemuk campuran. Kalimat simpleks yang lazim disebut dengan kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa atau satu struktur predikat. Satu struktur predikat di dalam kalimat dapat berupa subjek dan predikat (S-P); subjek, predikat, dan objek (S-P-O) contoh: Orang itu guru kami. (S-P) Kalimat kompleks yang lazim disebut kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terdiri atas klausa utama dan klausa subordinatif. Klausa utama lazim disebut induk kalimat, sedangkan klausa subordinatif lazim disebut anak kalimat. contoh: Supriyati tetap berangkat meskipun hari telah gelap. 58
Kalimat Memikat & Efektif 7. Kalimat Efektif Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa utama atau lebih yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat yang lepas. Klausa yang satu dalam kalimat majemuk bukan merupakan bagian dari klausa yang lain. contoh: Yanto membaca stilistika dan istrinya membuat kan susu jahe. Kalimat majemuk kompleks adalah kalimat yang terdiri atas tiga klausa atau lebih. Dua di antara klausa dalam kalimat majemuk ini merupakan klausa utama, sedangkan klausa yang lain merupakan klausa subordinatif yang berfungsi sebagai pemerluas salah satu atau kedua fungsi dalam klausa utama. contoh: Ayah sedang melukis dan adik sedang belajar ketika kebakaran itu terjadi. Kalimat majemuk kompleks terdiri atas dua klausa utama, yaitu Ayah sedang melukis dan adik sedang belajar serta satu klausa subordinatif ketika kebakaran itu terjadi. 59
Kalimat Memikat & Efektif 7. Kalimat Efektif Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan sesuai dengan yang diharapkan oleh si penulis atau si pembicara. Artinya, kalimat yang dipilih penulis/pembicara harus dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan, maksud, atau informasi kepada orang lain secara lugas sehingga gagasan itu dipahami secara sama oleh pembaca atau pendengar. Ciri kalimat efektif: kelugasan, ketepatan, kejelasan, kehematan, kesejajaran. Contoh: Rumah seniman yang antik itu dijual dengan harga murah. Latihan Buatlah 1 kalimat efektif! 60
C. Jenis-Jenis Tulisan Fiksi Oleh: Ari Fatimah Secara umum tulisan fiksi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu prosa dan puisi. ■ Prosa adalah sebuah tulisan atau karya sastra yang berbentuk cerita yang disampaikan menggunakan narasi. ■ Puisi secara singkat dapat diartikan sederetan kalimat yang memberikan pesan kepada pembaca. Secara teknis penulisan puisi ditulis dengan kiasan atau majas. Prosa Tujuan diciptakannya karya prosa adalah: 1. Memenuhi janji cerita 2. Suarakan pendapat 3. Membangun keakraban Perbedaan prosa lama dan prosa baru: a. Prosa Lama: Merupakan karya sastra yang tidak mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Sebelum masyarakat mengenal tulisan, penyampaian prosa lama ini disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut. b. Prosa Baru: Pros baru timbul setelah adanya pengaruh sastra atau budaya barat dan budaya lainnya. 61
Contoh prosa lama: 1. Hikayat Hikayat pada prosa lama berasal dari India dan Arab yang berisi mengenai cerita kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan dan kehidupan raja-raja yang memiliki kekuatan gaib, kesaktian, dan kekuatan luar biasa yang terkadang tidak masuk akal. Hikayat biasanya mengambil beberapa tokoh dalam sejarah, misalnya Si Pitung, Kabayan, Hikayat Panji Semirang. 2. Sejarah Jenis prosa lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa bersejarah. Biasanya prosa ini diungkapkan berdasarkan fakta. Isinya berupa peristiwa sejarah dan bisa juga mengenai silsilah raja-raja. Biasanya ditulis oleh sastrawan masyarakat lama. Contohnya seperti, Sejarah Melayu karya Datuk Bendahara Paduka Raja. 3. Kisah Prosa lama berbentuk kisah merupakan cerita tentang perjalanan atau pelayaran seseorang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Contohnya Kisah Abdullah ke Jeddah. 4. Dongeng Dongeng terjadi dan berkembang di dalam masyarakat lama. Dongeng sendiri memiliki banyak ragam jenisnya, diantaranya sebagai berikut 62
a. Sage (Saga): c. Legenda: Merupakan Merupakan jenis cerita fiksi yang jenis cerita fiksi yang menceritakan asal- berhubungan dengan usul terjadinya suatu kejadian atau peristiwa yang ada tempat baik itu wilayah, daerah, kaitannya dengan maupun tempat yang sejarah. Contohnya adalah Lutung kini dijadikan sebagai objek pariwisata. Kasarung, Calong Contohnya adalah Arang, dan Damarwulan. Tangkuban Perahu, Legenda Danau Toba, b. Mite (Mitos): Telaga Warna, Malin Merupakan jenis cerita fiksi yang Kundang, Batu Gantung, dan Asal- menyangkut suatu kepercayaan dalam Usul Banyuwangi. d. Fabel: Merupakan masyarakat setempat jenis cerita fiksi yang terhadap benda gaib, dewa, dewi, maupun berisikan cerita hewan yang roh yang dipercayai mempunyai tingkah memiliki kekuatan gaib. Contohnya laku dan bermasyarakat seperti adalah cerita tentang manusia. Contohnya Dewi Sri adalah Ratu Padi, Putri Tanjung adalah si Kancil dengan Buaya, Buih, dan Putri dari Kasuari dengan Mara Bambu. Mahkota, dan Peladuk Jenaka. 63
e. Dongeng Lucu: Dapat juga disebut cerita jenaka merupakan jenis cerita fiksi yang berisikan kisah atau perjalanan suatu tokoh yang menimbulkan kelucuan atau humor. Contohnya adalah Lebay Malang, Si Kabayan, dan Abu Nawas. 5. Cerita Berbingkai Jenis prosa yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh Prosa Baru 1. Roman Roman dalam prosa baru mengisahkan bagaimana kehidupan para tokoh atau pelaku utamanya dengan segala duka yang ia rasakan. Di dalam roman, tokoh utama sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan meninggal dunia. Roman mengangkat aspek adat atau kehidupan masyarakat yang detail dan menyeluruh. Roman dibagi berdasarkan kandungan isinya, antara lain: ● Roman transendensi ● Roman sosial ● Roman sejarah ● Romam psikologis ● Roman detektif 2. Novel 64 Novel berasal dari bahasa Italia yaitu Novella yang artinya. Berita. Novel merupakan bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kisah hidup seseorang. Menceritakan secara panjang hubungan tokoh dengan orang sekitarnya, lengkap dengan penggambaran wataknya. Di dalam novel, alur cerita dibuat pro dan kontra, serta memiliki klimaks pada ending. Contohnya seperti Koala Kumal, Laskar Pelangi, Dilan dan Ketika Cinta Bertasbih.
Jenis novel berdasarkan Jenis novel berdasarkan genre: genre cerita: a. Romance: Daun yang a. Novel Jatuh Tak Pernah Romantis/percintaan: Membenci Angin Pride and Prejudice, Dilan 1990. b. Fantasi: Harry Potter, Percy Jackson, dan b. Novel Misteri: Sharelock yang lainnya. Homes. c. Science Fiction: c. Novel Horor: Gerbang Supernova, Bintang Dialog Danur, Keluarga Jatuh, dan yang Tak Kasat Mata. lainnya. d. Novel Komedi: Marmut d. Mistery: Sherlock Merah Jambu, Cinta Holmes: The Hound Brontosaurus. of the Baskervilles. e. Novel Inspiratif: Negeri 5 e. Horror: Danur, Menara, Laskar Pelangi. Wingit, dan yang lainnya. f. Novel Sejarah: Bumi Manusia, Anak Semua f. Thriller: The good Bangsa, Jejak Langkah, dan Son Rumah Kaca. g. Novel Islami: Ayat-Ayat Cinta, Bumi Cinta, 99 Cahaya di Langit Eropa. h. Novel Sci-Fic/ fiksi Sains: Alpha, Vengeful. i. Novel Fan-Fic/ fiksi penggemar: 5 Reasons and More, Untouched Wedding Dress. j. Novel Petualang: Harry Potter, Percy Jackson. 65
Jenis novel Jenis novel berdasarkan isi berdasarkan pada dan tokohnya: kebenaran cerita: a. Teenlit (Mengusung tema a. Fiksi: The Hobbit, kehidupan remaja pada Goblin, Harry Potter, umumnya): Lupus, Twilight, dan Dealova sejenisnya. b. Non Fiksi: Habibie b. Chicklit (Mengusung dan Ainun, Ketika kisah si tokoh utama yang Mozart Kecil mengalami perkembangan Memainkan dan perubahan fisik dalam Jemarinya, dan pencarian akan sejenisnya. kebahagiannya. Untuk usia 20-an dan wanita karir): Seri Shopaholic, Surprise Me, Divortiare, Testpack. c. Songlit (Pengisahan dari bentuk lirik lagu menjadi imajinasi penulisan): Surat Cinta Untuk Starla, Sebelum Cahaya. d. Novel Metropop (Yang ditulis bersumber akan kisah wanita cosmopolitan yang sibuk di dunia perkantoran): Critical Elevent, Perahu Kertas. 66
3. Cerita Pendek atau Cerpen Cerpen merupakan bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari kehidupan pelakunya yang penting dan menarik. Sama seperti halnya novel, cerpen diceritakan memiliki konflik atau pertikaian. Tetapi bedanya, konflik di dalam cerpen tidak memengaruhi nasib tokoh utamanya. Biasanya kurang dari 10.000 kata dan dapat selesai dibaca dalam sekali duduk. Contohnya seperti Cinta Laki-laki dan Sepotong Cinta Dalam Diam. 4. Riwayat Riwayat berisi karangan mengenai pengalaman- pengalaman hidup pengarang sendiri atau bisa juga menulis mengenai pengalaman hidup orang lain atau seorang tokoh sejak kecil hingga dewasa atau meninggal dunia. 67
2 T E K N I K M E N U L I S F I K S I 1 68
A. RISET Oleh: Ernawati Menurut Jerry Jenkins, tulisan fiksi dibuat supaya pembaca mempercayai cerita kita. Bahkan ketika kita membuat cerita fantasi, cerita tersebut perlu ‘masuk akal’ atau terlihat logis. Hal ini yang membuat kita perlu melakukan riset. Misalnya ketika kita membuat karakter yang menggunakan senjata pistol, maka kita perlu mempelajari segala hal yang berhubungan dengan pistol tersebut seperti bagaimana bentuknya, berapa jumlah pelurunya, bagaimana menggunakannya dan lain-lain. Dan setiap detail yang akurat akan menambah keaslian serta ‘taste’ dari cerita kita. Ketika kita tidak memberikan detail yang salah pada cerita kita, maka pembaca akan kehilangan kepercayaan dan minatnya pada cerita yang kita buat. 69
Ada beberapa hal penting yang perlu kita perhatikan dalam melakukan riset, yaitu: 1. Gunakan atlas atau peta dunia ketika kita ingin menceritakan tentang detail geografi pada cerita kita. 2. Gunakan Ensiklopedia. 3. Lakukan wawancara langsung dengan para ahli atau observasi langsung. Seringkali hasil wawancara mereka menimbulkan banyak ide. 4. Jangan terburu-buru untuk menyingkat masa riset kita. Lakukan sesuai kebutuhan. 5. Tidak perlu menuliskan semua fakta yang kita temui selama riset ke cerita kita hanya untuk memamerkan ke pembaca. Lebih baik tambahkan secara ‘spesifik’ saja seperti kita menambahkan bumbu pada makanan. 70
B. KARAKTER DAN PENOKOHAN Oleh: Roshinta Dewi Aryani Karakter menunjuk pada sifat atau sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh (Nurgiyantoro, 2002:165). Tokoh dengan karakter yang unik menjadi incaran para penulis. Jika karakter tokoh biasa-biasa saja, bukan tidak mungkin pembaca akan kabur dan tidak menyelesaikan tulisan fiksi kita. Sehingga, membangun karakter yang unik dan berkualitas menjadi salah satu unsur penting dalam membuat karya fiksi. Hermawan (2015) mengatakan bahwa karakterisasi atau perwatakan merupakan gambaran tentang tokoh cerpen. Bisa tentang gambaran fisik (jenis kelamin, wajah, mata, rambut, pakaian, umur, pekerjaan, caranya berjalan, dsb), bisa juga gambaran kejiwaan dan emosinya (perilaku, kesedihan, kemarahan, dsb). Menentukan karakter tokoh dalam cerpen tidak jauh berbeda dengan tokoh dalam karya fiksi lain seperti novel. Penentuan karakter tokoh pada karya fiksi sangatlah penting. Perbedaannya, ada pada detail dan kelengkapan penggambaran tokoh. Penggambaran tokoh pada karya cerpen biasanya lebih singkat, sesuai dengan kategori cerpen yang menceritakan kejadian pada kehidupan secara singkat. Penokohan atau penentuan karakter tokoh pada karya novel biasanya lebih kompleks dan lengkap. Novel menceritakan rangkaian kehidupan seseorang dan orang di sekelilingnya. Semakin detail penentuan karakter, semakin kuat karakter tersebut, sehingga tidak bercampur antara watak satu karakter dengan karakter lainnya. 71
Cara Penggambaran Tokoh Penokohan adalah proses, cara, menciptakan citra tokoh dalam karya susastra. Ada beberapa cara dalam menggambarkan karakter tokoh. 1. Metode Analitik/ Langsung Disampaikan secara langsung dengan narasi tersendiri yang menceritakan ciri-ciri fisik dan sifat tokoh. Contoh: Delisha namanya. Gadis cantik bertubuh mungil itu adalah mahasiswi semester tiga. Sifatnya ramah, dan selalu santun kepada yang lebih tua. Terlahir di keluarga dengan ekonomi pas-pasan menjadikannya anak yang rajin. Nilainya harus bagus agar dia bisa terus memperoleh beasiswa. 2. Metode Dramatik/ Tidak Langsung Disampaikan secara tidak langsung melalui beberapa cara, penggambaran fisik, tempat tinggal atau lingkungan kehidupan, pikiran tokoh, tindakan atau tingkah laku tokoh, reaksi atau tanggapan tokoh lain, dan juga melalui dialog. Penggambaran tokoh melalui deskripsi fisik Contoh: Mobil sedan itu berhenti di depan gerbang rumah. Dia turun dan berjalan pelan mengenakan sepatu hak tinggi berwarna marun.. Tas tangan buatan desainer terkait di lengan.. Seperti biasa, Bela selalu tampak anggun dengan kemeja berwarna pastel dan rok selututnya. 72
Penggambaran tokoh melalui latar tempat tinggal atau lingkungan Contoh: Kamar itu tidak luas, hanya sekitar 3 x 3 meter. Ada ranjang kecil dengan sprei bergambar bunga. Rak buku gantung berisi macam- macam novel dan buku motivasi. Sebuah komputer butut terletak di atas meja di sudut kanan. Hanya ada lemari sederhana, tetapi Diana menatanya dengan apik sesuai jenis dan warna pakaian. Penggambaran tokoh melalui jalan pikiran tokoh Contoh: Lewat tengah malam, Siska masih belum bisa memejamkan mata. Telepon adiknya tadi siang yang mengabarkan ibunya sedang sakit terus ada di benaknya. Dia menimbang untuk pulang, tetapi dia tahu harus tetap bekerja agar bisa membayar biaya pengobatan. Penggambaran melalui tindakan/ tingkah laku tokoh Contoh: Peluh bercucuran di sekujur tubuhnya, terik matahari siang itu tak menyurutkan langkahnya untuk mengais rezeki. Nasi pecel dan pelengkapnya masih banyak tersisa. Bu Narsi terus berjalan sambil menawarkan dagangannya kepada orang-orang yang ditemuinya. Dia tetap tersenyum ramah meski mereka tak acuh padanya, bahkan ada yang menolak tegas dan mengusirnya. 73
Penggambaran tokoh melalui reaksi atau tanggapan tokoh lain Contoh: Joko menendang pintu kamarnya geram.. Tak habis pikir dengan sikap Badru siang tadi. Bagaimana bisa dia mempermalukan Joko di depan orang tua Anis hanya agar dia terlihat baik. Padahal selama ini Joko sudah banyak membantunya. Badru memang tidak tahu terima kasih. Penggambaran tokoh melalui dialog Contoh: “Dina melabrak Anggun tadi siang,” ucap Stefi memulai obrolan. “Tak heran sih, kau tahu sendiri Dina memang pemarah. Apalagi kalau menyangkut adiknya. Dia tidak akan terima jika ada orang lain menghina adiknya. Apalagi mengatakan dia itu autis dan menjadikannya bahan ledekan,“ ujar Ailen menanggapi. 74
Jenis-Jenis Tokoh Terdapat beberapa karakterisasi tokoh untuk membuat cerita menjadi lebih beragam. Beberapa karakterisasi tokoh dalam cerita yaitu: ● Protagonis Tokoh yang mempunyai karakter baik, umumnya tokoh dengan karakter inilah yang ditunjuk oleh pengarang sebagai tokoh utama dari cerita. ● Antagonis Tokoh dengan karakter buruk, dan perbuatannya berseberangan dengan tokoh protagonis. Tokoh antagonis berperan memunculkan konflik dalam cerita. ● Skeptic Tokoh dengan karakter memusuhi tokoh-tokoh dengan karakter baik. Ia merupakan tokoh pendukung yang bisa memunculkan pelengkap konflik. Tokoh ini bisa berperan menghidupkan jalan cerita agar tak terkesan datar. ● Sidekick Tokoh yang dimunculkan sebagai penyeimbang munculnya tokoh skeptik. Jadi, bisa dibilang tokoh ini merupakan pendukung tokoh protagonis. 75
● Contagonist Tokoh pendukung dengan karakter yang berseberangan dengan tokoh protagonis. Tokoh ini biasanya dimunculkan di tengah-tengah cerita karena sifatnya hanya mendukung konflik yang muncul agar lebih hidup. ● Guardian Jika telah memunculkan tokoh contagonist akan muncul tokoh guardian sebagai penyeimbang. Tokoh ini berperan sebagai pelindung dari pemeran utama. ● Reason Tokoh dengan karakter tenang dan selalu berpikiran logis. Tokoh inilah yang nantinya akan membantu tokoh utama dalam menghadapi masalah terutama yang berkaitan dengan perasaan pemeran utama. ● Emotion Tokoh yang tidak bisa mengendalikan perasaannya dan berpikir tenang. Tokoh ini bisa dimunculkan sebagai pemicu dari konflik besar yang akan terjadi (Laksamana Media, 2008). 76
Tokoh dalam cerita fiksi, umumnya memiliki dua jenis peran, yaitu Main Character dan Impact Character. Main Character merupakan tokoh yang mendominasi isi cerita atau biasa disebut dengan tokoh utama. Pada cerita-cerita dengan struktur yang modern (non-konvensional), pemeran utama tidak selalu harus individu dengan sifat-sifat yang baik. Bahkan beberapa cerita yang menjadi best-seller, menampilkan tokoh utama dengan perangai yang tidak lazim, seperti Hannibal Lecter dalam novel Silence of the Lamb. Sedangkan Impact Character adalah tokoh pendukung utama dari jalannya cerita. Tokoh yang menjadi Impact Character ini bukan berarti harus mempunyai sifat dan tindakan yang berseberangan dengan pemeran utama. Bisa jadi tokoh utama dan tokoh pendukung utama merupakan tokoh yang sama-sama baik atau sama-sama buruk. Contoh Main Character dan Impact Character yang sama-sama baik: Skema tokoh yang menjadi Main Character dan Impact Character (Sumber: Bambang Trim) 77
Contoh Main Character dan Impact Character yang memiliki sifat berlawanan: Skema tokoh yang menjadi Main Character dan Impact Character (Sumber: Bambang Trim) Membangun karakter harus dilakukan agar tidak terjadi inkonsistensi sifat tokoh dalam cerita. Untuk mempermudah proses tersebut, kita bisa menggunakan tabel karakter. Tabel pertama adalah informasi yang menyangkut keseluruhan tokoh secara garis besar. Contoh: Peran Karakter Nama Tokoh Inah Pembantu rumah Protagonis (Main tangga sekaligus istri Character) Evelyn simpanan Andi Manopo Majikan perempuan Antagonis (Impact Cristian Character) Majikan laki-laki Skeptic Teman majikan laki-laki Emotion Tabel Karakter (Sumber: Laksamana Media) 78
Setelah menentukan karakter apa saja yang ada di dalam cerita, maka selanjutnya perlu dibuat juga tabel untuk masing- masing karakter. Tabel ini merupakan alat bantu untuk menggambarkan ciri-ciri tokoh, baik berupa ciri fisik maupun wataknya. Contoh tabel gambaran fisik tokoh: Ciri Tokoh Gambaran Fisik Nama Kalingga Dewi Anjani Jenis kelamin Perempuan Bentuk wajah Oval Mata Bentuk kacang almond, bola mata berwarna coklat Rambut Hitam lurus sebahu Warna kulit Putih pucat Bentuk Tubuh Tinggi kurus Umur 32 tahun Pekerjaan Supervisor Export-Import Caranya berjalan Kaku seperti pria Cara berpakaian Simple dan terkadang seadanya 79
Contoh tabel gambaran kejiwaan dan emosi: Ciri Tokoh Gambaran Kejiwaan dan Emosi Perilaku Kesedihan Cuek, suka membantu, senang bersedekah Kemarahan Tidak suka sendirian, mengalami trauma Kebahagiaan masa lalu Kelebihan Kekurangan Mudah tersinggung jika membahas Posisi di masyarakat keluarga, marah jika barangnya dipinjam tanpa izin Senang berkumpul bersama teman, suka melihat tempat baru Pandai berbahasa asing Tidak suka basa-basi, terkadang ucapannya mudah menyinggung orang lain Disukai teman, dianggap pemeriah suasana, orang-orang senang berkumpul dengannya karena selalu ditraktir 80
Tokoh utama menjadi salah satu kunci agar pembaca tertarik dengan cerita. Karakter tokoh utama yang unik akan membuat pembaca lebih tertarik dan penasaran dengan kelanjutan cerita. Misalnya seorang tokoh pria yang sangat jenius dan memiliki banyak kelebihan, disukai dan dibutuhkan oleh semua orang, bahkan dalam pekerjaan selalu dicari-cari oleh perusahaan terkenal untuk dijadikan pegawai. Namun, ada satu kebiasaannya yang tidak lazim, yaitu menghilang ketika stress. Keluarga dan teman terdekatnya bahkan tidak tahu di mana dia berada. Lamanya menghilang pun tidak tentu, bisa berhari- hari, berminggu-minggu, bahkan lebih dari satu bulan. Para pembaca akan penasaran, apa sih yang dilakukan oleh si tokoh utama ini ketika menghilang? Backstory Kita juga perlu menciptakan latar cerita atau backstory dari tokoh yang kita buat. Dari keluarga seperti apa dia dilahirkan? Bagaimana masa kecilnya? Apakah dia mengalami trauma atau bullying di masa sekolah? Apa makanan kesukaannya? Apa hal-hal yang dia benci? dan lain sebagainya. Semakin banyak pertanyaan terkait tokoh, akan semakin mendetail dan kuat karakter tokoh tersebut. Penggambaran latar belakang juga membuat pembaca lebih bersimpati terhadap si tokoh. 81
Pengembangan Karakter Pengembangan karakter juga dibutuhkan agar cerita menjadi lebih menarik. Bagaimana proses kehidupan mempengaruhi karakter si tokoh. Jika di awal cerita tokoh adalah orang yang pemalu, maka setelah terjadi konflik, si tokoh berusaha keluar dari zona nyaman dan menjadi orang yang berani tampil dan mengekspresikan dirinya. Bisa juga berkebalikan, di awal cerita tokoh adalah orang yang ceria dan percaya diri. Kemudian ada suatu kejadian yang menghancurkan kepercayaan dirinya, sehingga si tokoh berakhir menjadi orang yang selalu ragu-ragu untuk bertindak dan rendah diri karena trauma dan takut dipermalukan. Namun, pada akhir cerita dengan proses yang cukup sulit, si tokoh berhasil bangkit dari keterpurukan dan menjadi orang yang lebih tahan banting. Pengembangan karakter ini akan membawa warna dalam cerita. Jika karakter tokoh tidak berubah semenjak awal cerita, maka pembaca akan merasa bosan. Untuk apa membaca cerita yang itu-itu saja tanpa ada perubahan pada karakter utama. Motivasi/ Tujuan Berikan karakter kita motivasi atau tujuan hidup. Hal ini akan membuatnya berjuang dan bergerak. Berikan tantangan dan kesulitan untuk membuatnya berkembang. Para pembaca akan lebih berempati terhadap karakter yang bekerja keras dan berjuang demi mencapai tujuan hidupnya. Mengikuti pergerakan karakter akan memberi kesan tersendiri bagi pembaca. 82
C. DIALOG Oleh: Roshinta Dewi Aryani Dialog adalah karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih. Dalam menulis sebuah cerita fiksi, kita tidak bisa lepas dari dialog. Dialog bertujuan untuk membuat sebuah karya menjadi lebih hidup. Selain narasi, dialog merupakan bagian cerita yang menggambarkan kondisi atau perasaan tokoh dengan lebih jelas. Narasi dan dan dialog dalam sebuah cerita haruslah berjalan seiring, sambung-menyambung, dan saling melengkapi. Dalam membuat dialog kita harus memperhatikan banyak aspek seperti situasi, lokasi, masalah yang sedang dibahas. Kita juga harus memperhatikan tentang tokoh yang melakukan dialog tersebut, bagaimana bahasa yang dipakai, dan lain sebagainya. Seperti misalnya tokoh cerita adalah seorang dokter, kita juga harus mengetahui istilah-istilah kedokteran jika akan membuat dialog dalam konteks medis, agar tokoh ini benar-benar terlihat hidup. Demikian halnya jika tokoh kita berasal dari suku tertentu dengan logat yang khas. Dialog yang dibangun hendaknya juga menggambarkan bahasa atau logat tokoh tersebut. Dalam hal ini, riset sangatlah diperlukan. Dialog yang menarik dan sarat makna juga menjadi salah satu cara untuk membuat pembaca lebih terhanyut dalam cerita. 83
Contoh dialog dua orang di telepon: “Halo.” “Halo juga.” “Ini dengan Putra?” “Iya. Aku Putra. Ini siapa ya?” “Ini Dila. Putra lagi apa?” “Lagi terima telepon Dila. Hehehe….” Contoh dialog di atas terasa sangat membosankan dan kurang menarik. Tidak mengandung isi dan makna yang kuat. Contoh dialog pada cerpen “Menggambar Ayah” karya A.S. Laksana (dalam Hermawan, 2015). “Kenapa kau tidak melakukan protes?” tanyaku padanya suatu hari. “Apa yang bisa diprotes?” Ia balik bertanya dengan nada sengit. “Kalian selalu dibunuh tanpa salah.” “Karena kami kecoak.” “Begitukah?” “Kau juga kecoak.” “Aku manusia.” “Bagi ibumu, kau adalah kecoak.” “Kau menghinaku. Ibuku menganggap aku serigala.” “Kau hanyalah kecoak.” “Aku ingin membunuhmu karena kau menghinaku.” Dialog di atas terjadi antara seekor kecoa dengan seorang anak yang tidak diinginkan oleh ibunya. Jika dibandingkan dengan contoh sebelumnya, dialog di atas lebih sarat makna dan mengandung isi yang kuat. 84
PORSI DIALOG DAN NARASI Dalam sebuah cerita fiksi, penyusun utamanya adalah dialog dan narasi. Kedua hal ini haruslah seimbang, sehingga tercipta sinergi cerita yang melantun dengan indah. Porsi narasi dan dialog harus benar-benar diperhatikan. Hindari dialog yang bertele- tele atau dialog dengan pengulangan yang terus menerus. Narasi adalah semua penuturan yang bukan bentuk percakapan. Artinya, pengarang mengisahkan ceritanya secara langsung, pengungkapan bersifat, telling. Ia dapat berupa pelukisan atau penceritaan tentang latar, tokoh, hubungan antartokoh, peristiwa, konflik, dan lain-lain (Nugiyantoro, 2002). Dialog atau percakapan dalam sebuah cerita mengajak pembaca untuk merasakan sendiri konflik yang sedang terjadi, bagaimana si tokoh mengucapkan kata-katanya. 85
Contoh komposisi narasi dan dialog: Revan meraih tangan Mei, menggenggam jari jemarinya yang halus sambil memandang Mei lekat-lekat, dan bertanya setengah mendesah, “Mei … Will you marry me?” Mei tertegun diam mendengar kalimat itu, seolah tak percaya dengan pendengarannya. Rasa haru merayapi seluruh relung hatinya. Dua butir air mata tiba-tiba jatuh ke pipi Mei yang lembut. Rasanya seperti berabad-abad lamanya Mei harus menunggu Revan mengucapkannya. Tidak sia-sia rasanya penantian dan pengorbanan cinta mereka berdua setelah melewati banyak terjangan badai dan topan. Dengan hati-hati tangan Revan menyeka pipi Mei yang basah, menghapus air matanya yang masih tersisa. Dibawanya Mei ke dalam pelukannya. “Kamu bersedia kan Mei?” Mei mengangguk pelan, membaringkan kepalanya ke dada Revan yang bidang. Ada keteduhan di sana. Ada kehangatan dalam dekapannya. “Aku tidak akan meninggalkanmu Mei. Dalam keadaan susah maupun senang. Cinta kita akan selalu abadi selamanya. Tak pernah akan terganti,” ungkap Revan tulus sambil mengecup lembut kening Mei (Selamanya Cinta, 2013: 371-372). Narasi dan dialog pada penggalan cerita di atas saling 86 mendukung dalam menggambarkan suasana dan membangun jalan cerita. Pembaca diajak untuk merasakan suasana yang terjadi diantara dua tokoh. Dialog yang ada menggambarkan poin penting pembahasan, disertai dengan narasi yang menjelaskan kondisi para tokoh saat dialog berlangsung.
ATURAN PENULISAN DIALOG Menulis dialog tentu tidak bisa sembarangan. Kita harus berpedoman pada PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Secara umum, sebuah dialog diawali dengan tanda petik dua (“) kemudian kalimat dimulai dengan huruf kapital, diakhiri dengan tanda baca (,.!?) dan ditutup dengan tanda petik dua (“) kembali. Lebih jelasnya ada 6 aturan dalam penulisan dialog, yaitu: 1. Koma sebelum tanda petik terakhir Kalimat dialog diakhiri dengan tanda koma ketika kita menggunakan dialog tag, dan dialog tag diawali dengan huruf kecil. Dialog tag adalah frasa yang mengikuti dialog, bertujuan untuk menginformasikan identitas si pengucap dialog. Contoh: “Macaron ini manis,” kata Bibin. “Iya,” ucapku. Pada dialog di atas menggunakan dialog tag, sehingga dialog diakhiri dengan tanda koma. 87
2. Titik sebelum tanda petik terakhir Titik digunakan pada dialog ketika tidak ada kalimat lain setelah dialog. Begitu juga apabila menggunakan kalimat aksi, maka dialog diakhiri dengan tanda titik, dan kalimat aksi diawali dengan huruf kapital. Contoh dialog: “Jadi gitu deh ceritanya.” Contoh dialog dengan kalimat aksi: “Dia tega meninggalkanku.” Matanya terlihat mulai berkaca-kaca. 3. Tanda tanya dan tanda seru sebelum tanda petik terakhir Akhir kalimat dialog dengan tanda tanya dan tanda seru, jika diikuti dialog tag maka dialog tag diawali huruf kecil. Jika diikuti dialog aksi, maka diawali huruf kapital. Contoh: “Apakah Rey jadi datang hari ini?” tanya Bibin. “Dasar kampungan!” Dewi hanya bisa diam. 88
4. Tanda elipsis Tanda elipsis dilambangkan dengan titik tiga (…), digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan, ada bagian yang dihilangkan. Cara penulisannya adalah dengan memberikan spasi sebelum dan sesudah tanda elipsis. Apabila tanda elipsis ada di akhir kalimat, maka ditambahkan satu titik sebagai tanda kalimat berakhir (….). Contoh 1: “Aku … menyesal.” Contoh 2: “Suamiku sangat kasar dan ….” Andin tak sanggup menyelesaikan ceritanya dan hanya bisa menangis. 5. Dialog sambungan Dialog yang bersambung ditulis dengan huruf kapital untuk awal dialog pertama, dan huruf kecil di awal dialog lanjutan. Kecuali untuk penyebutan nama, jabatan, gelar, dll. Contoh: “Dia,” ucapnya sendu, “satu-satunya pria dalam hidupku.” 89
6. Dialog sapaan Kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menyapa seseorang. Pada dialog dengan sapaan, dituliskan dengan cara membubuhkan tanda koma sebelum kata sapaan. Contoh: “Siska udah datang, Bi?” “Belum, Non.” 90
DIALOG TAG Dialog tag adalah frasa yang mengikuti dialog, digunakan untuk menginformasikan identitas si pengucap dialog. Biasanya diletakkan sebelum maupun sesudah dialog. Macam-macam dialog tag: ● Netral: ujar, salam, celetuk, ucap, desak, kata, pamit, harap, pesan, cetus, tutur, papar, ungkap, tandas, tanya, tegur, sapa, ajak, panggil, pungkas, tegas, ajak, pinta, tunjuk, beber, seloroh, cakap, lontar, akunya. ● Netral sebagai respon: sahut, lanjut, jawab, tawar, tolak, sambut, sanggah, imbuh, terang, balas, tangkas, tambah, sambung, jelas, sela, sosor, tukas, potong, kilah, usul, putus, protes, urai, saran, berondong, timpal, kekeh, kelit, deham. ● Ada emosi: sindir, hina, gerutu, sungut, rengek, tekad, resah, cemooh, ejek, kelakar, canda, cela, ledek, gerundel, puji, keluh, adu, perintah, cibir, tuntut, decit, cicit. ● Emosi bernada rendah: bisik, gumam, decak, desah, rintih, desis, sesal, ulang, lirih, racau,batin, ringis, hembus, goda, rajuk. ● Emosi bernada tinggi: jerit, geram, usir, bentak, berang, hardik, teriak, tuduh, tampik, tantang, pekik, tekan, sembur, seru, erang, serang, cecar, raung, sergah, murka, dengus, ketus, marah. 91
Cara penulisan dialog tag: ● Dialog tag di belakang dialog Dialog diakhiri tanda koma, dan dialog tag diakhiri tanda titik. Contoh: “Bibin yang menghabiskan kue cucurnya,” jelas Rara. ● Dialog tag di depan dialog Dialog tag ada di awal, sehingga diakhiri tanda koma. Dialog diakhiri tanda titik. Contoh: Rara menjelaskan, “Bibin yang menghabiskan kue cucurnya.” ● Dialog tag terletak diantara dua dialog Dialog tag yang terletak diantara dua dialog. Dialog pertama diakhiri tanda koma, dialog tag diakhiri tanda titik. Kemudian, dialog kedua diawali huruf kapital. Contoh: “Bibinlah yang menghabiskan kue itu,” jelas Rara pada ibu. “Dia mengambil sepiring penuh dan memakannya.” Ada juga kalimat dengan dua dialog yang masih berhubungan, hanya terpisah dengan dialog tag tanpa ada aksi, aktivitas maupun keterangan lainnya. Penulisannya, dialog pertama dan dialog tag diakhiri tanda koma, kemudian dialog kedua diawali dengan huruf kecil. Contoh: “Bibinlah yang menghabiskan kue itu,” jelas Rara, “dia mengambil sepiring penuh dan memakannya.” 92
● Dialog tag dalam kalimat tanya Dialog yang diakhiri dengan tanda tanya (?) maupun tanda seru (!), dialog tag tetap diawali dengan huruf kecil. Contoh: “Mengapa kau menghabiskan kue cucur itu?” tanya ibu pada Bibin Mata ibu melotot, ia lalu membentak, “Jangan kau habiskan kue cucur itu!” 93
DIALOG AKSI Dialog aksi adalah dialog yang tidak diikuti frasa penginformasi identitas, melainkan dialog yang diikuti aksi dari si pengucap. Dialog aksi diakhiri dengan tanda titik sebelum tanda petik kedua. Kemudian dilanjutkan kalimat aksi yang diawali huruf kapital. Atau sebaliknya, kalimat aksi diletakkan di depan dialog. Contoh: “Aku ingin ikut ke mana pun kamu pergi.” Lisa menatapku dalam. Lisa menatapku dalam. “Aku ingin ikut ke mana pun kamu pergi.” “Aku ingin ikut ke mana pun kamu pergi.” Lisa menatapku dalam. “Meski ke luar negeri aku akan ikut.” Kalimat aksi menjelaskan tindakan pengucap dialog pada saat dialog diucapkan. Dialog dengan kalimat aksi tidak diikuti dialog tag. Dalam membuat cerita fiksi, kita bisa memakai keduanya, dialog tag maupun dialog aksi. Sesuaikan dengan kebutuhan penceritaan. 94
3 T E K N I K M E N U L I S F I K S I 2 95
A. SETTING Oleh: Ernawati Menurut Ramet (2007), membuat setting dalam cerita bukan hanya menggambarkan tempat dan waktu, tapi atmosfer yang ingin kita bangun dalam cerita kita agar pembaca larut di dalam kisahnya. Untuk itu, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan supaya setting kita terasa kuat, yaitu: 1. Gunakan panca indera Seperti yang kita tahu, kita punya lima panca indera: penglihatan, pendengaran, pengecap, perasa dan peraba. Untuk menggambarkan suatu setting yang terasa kuat oleh pembaca, kita bisa menuliskan apa yang panca indera kita rasakan ketika berada di setting cerita kita. Misalnya bagaimana aroma saat itu, bagaimana suhu yang kita rasakan di kulit kita, apa saja yang kita lihat, apa yang kita dengar, dan apa yang kita kecap. 96
Berikut ini contoh penulisan setting yang melibatkan panca indera dari novel Susan Moody berjudul ‘Hush-a-Bye’ The house in Cornwall smelled different from the one in London: shinier, cleaner. Harriet’s grandmother spent her time arranging flowers picked from her garden, polishing the furniture, filling the days with small routines, doing what she had done yesterday and what she would do again tomorrow. The lavender-scented sheets on their beds were starched and made of linen; there were starched napkins at meals too, with monograms in one corner. She did things in due season; made marmalade, collected windfalls, stirred Christmas puddings, cut the stalks of lavender and sewed the scented grains into sachets of lace and ribbon. Things were done at prescribed times; milk drunk at eleven, a walk at three, the radio switched on at 5.54 for the weather forecast before the six o’clock news. Kalau di Indonesia, contohnya adalah novel “Aroma Karsa” karya Dee Lestari. 97
2. Tidak mendominasi cerita Meskipun setting penting dalam sebuah cerita, tapi bukan berarti setting boleh mendominasi isi. Kisah dan tokoh kita tetap adi fokus utama. Sekalipun kita ingin mendeskripsikan setting secara detail, disarankan supaya tidak lebih dari 10 baris dalam satu paragraf. Hal ini dilakukan untuk menghindari kebosanan pembaca. 3. Biarkan karakter menceritakan setting yang kita gunakan lewat perilaku mereka Cara terbaik untuk menggambarkan setting adalah dengan menuliskan bagaimana karakter kita berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan cara ini, kita akan lebih cepat menulis karena kita menggambarkan latar tempat sekaligus perasaan dan perilaku karakter kita secara bersamaan. Berikut adalah contohnya. Contoh A fokus terhadap setting tempat, sementara contoh B fokus terhadap bagaimana karakter berinteraksi dengan lingkungan. 98
Contoh A Saat itu adalah pertengahan musim dingin. Di ruangan yang dingin itu ada seorang anak yang bersembunyi, seorang gadis kecil. Lalu seorang pria datang ke ruangan sebentar, tapi tidak bisa melihat anak kecil tersebut dan akhirnya berbalik pergi Contoh B Tidak ada sedikitpun kehangatan yang berhasil menembus dinginnya dinding kamar. Anak itu meringkuk dan menggigil di sebuah sudut, bersembunyi di tempat yang gelap. Dia berusaha menahan nafas ketika ada seorang pria yang berdiri sejenak di depan pintu, mencoba menajamkan telinganya agar bisa mendengar sesuatu yang janggal, lalu beranjak pergi setelah memastikan tidak ada siapa-siapa di ruangan itu. 99
Search
Read the Text Version
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146
- 147
- 148
- 149
- 150
- 151
- 152
- 153
- 154