E-LKM KONSERVASI ANOA BERBASIS PBL MATERI KONSERVASI HEWAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS MAHASISWA S1 BIOLOGI COVER Anoa Sp Bubalus depressicornis & Bubalus quarlesi Kajian Budaya dan Potensi Lokal Sebagai Sumber Belajar 21325251050 ROSWITA SEPTEVANIA NIDA., S.PD
Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa yang telah melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penyususnan E-LKM Bio-ekologi dan Konservasi hewan endemik sulawesi (Anoa) sebagai sumber belajar mahasiswa dapat dibuat degan sebaik-baiknya. Dalam penulisan makalah ini, penulis juga tidak lupa berterima kasih kepada Bapak Dr. Drs. Suyitno Aloysius M.s dan Ibu Dr. Ir. Suhartini M. s. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Kajian Budaya dan Potensi Lokal Sebagai Sumber Belajar Biologi Pembuat e-LKM ini sangat membantu Roswita Septevania penulis dalam memahami bagaimana Nida., S.Pd penyususnan Bahan belajar E-LKM Bio- 21325251050 ekologi dan Konservasi dalam pembelajaran biologi Abad 21. OKTOBER 2022 | ISSUE 10 Penulis menyadari makalah ini masih jauh Hormat dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik Penulis dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan E- LKM Kajian Budaya dan Potensi Lokal ini. Semoga E-LKM ini dapat memberikan manfaat bagi penggunanya .
KEGIATAN KONSERVASI Deskripsi kegiatan Petujuk pengerjaan kegiatanm mahasiswa dalam mengenal Mahasiswa diharapkan mampu konservasi dan tujuan konservasi dilakukan terhadap sumber daya hayati memahami konsep dan teori terkait yang ada di alam dan juga sekitarnya. Meninjau kembali kegiatan konservasi kebijakan internasional dan nasional yang dilakukan terhadap hewan endemik yang ada di Indonesia serta kelembagaan terkait Tujuan Kegiatan manajemen konservasi sumber daya 1.Mahasiswa memahami kebijakan hayati. Selanjutnya secara spesifik Nasional konservasi di indonesia pemahaman tersebut juga tumbuh 2.Mahasiswa memahami tujuan penting konservasi terkait konservasi in situ, eks situ, di 3.Mahasiswa memahami ruang lluar kawasan konservasi, lingkup konservasi perdaganagan satwa serta upaya 4.Mahasiswa mampu menganalisis manajemen konservasi eks situ dan konservasi sumber daya hayati In situ dalam skala bentang alam. Pada bagian akhir mahasiswa juga diajaka untuk memahani mekanisme konservasi
URAIANAN MOA ATERI TOPIK> DETAIL > PENGERTIAN RUANG LINGKUP KONSERVASI KONSERVASI P engertian konservasi adalah DETAIL > upaya, langkah dan metode pengelolaan dan penggunaan TUJUAN KONSERVASI biosfer secara bijaksana agar T ujuan Konservasi memperoleh keuntungan terbesar secara lestari untuk Untuk mewujudkan langkah konservasi yang tepat, kita perlu menentukan generasi sekarang dengan tetap strategi dalam pelaksanaannya. Salah satu cara sebelum menyusun strategi terpelihara potensi untuk konservasi adalah dengan mengetahui tujuan konservasi. Setelah memahami memenuhi kebutuhan dan tujuan konservasi, maka pelaksanaannya dapat dilakukan dengan jelas dan aspirasi yang akan datang. terarah. 1. Dalam Strategi Konservasi Dunia oleh IUCN 1980, tujuan-tujuan Penggunaan sumber daya alam konservasi adalah: Konservasi bertujuan untuk memelihara proses ekologi untuk memenuhi kebutuhan penting dan sistem pendukung kehidupan, 2. Melestarikan keanekaragaman manusia dalam jumlah dan genetik, 3. Upaya konservasi dilakukan guna memastikan pemanfaatan waktu yang lama menyebabkan spesies dan ekosistem yang berkelanjutan. munculnya konsep konservasi. Harapannya, dengan tindakan Konservasi dan Tujuan KOnservasi| 01 konservasi yang tepat dapat menjaga kesejahteraan manusia secara berkelanjutan. Cakupan konservasi menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) meliputi manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia. Tujuan utamanya yaitu tercipta kualitas kehidupan manusia yang meningkat. Langkah-langkah termasuk dalam kegiatan manajemen konservasi yaitu survei, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan
Tabel Perbandingan Morfologi Anoa
1.Perilaku Anoa • Indera penciuman (olfactory-system) anoa sangat peka dan selalu menghindar dari kontak langsung dengan manusia atau dari lingkungan manusia. • Seseorang yang ingin mengamati anoa di habitat aslinya hendaknya tidak menggunakan wangi-wangian, tidak merokok, dan aroma lain yang akan mengganggu anoa. • Pengamatan dapat dilakukan dengan menempatkan diri di bawah angin dari posisi yang diperkirakan terdapat anoa. • Anoa hidup soliter dengan jumlah anggota kelompok 1–3 ekor. Apabila dijumpai lebih dari 3 individu anoa dalam satu kelompok (biasanya di sekitar tempat mandi/berkubang/berendam), maka itu bukan kelompok tetap karena akan terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil ketika kembali ke hutan mencari makan. • Anoa dapat diamati pada waktu siang atau malam karena satwa ini aktif mencari makan pada siang dan malam hari. • Pengamat harus berhati-hati saat anoa terluka, beranak atau pada musim kawin karena satwa sangat agresif pada kondisi tersebut. • Pengamat dapat menunggu pada sumber air atau tempat berkubang yang sering dikunjungi anoa untuk memperbesar kemungkinan pertemuan dengan anoa karena anoa sering mengunjungi sumber air untuk minum, mandi atau berkubang saat terik matahari sekitar pukul 11.00–14.00. • Pada daerah dimana frekuensi aktivitas manusia tinggi, anoa lebih sering aktif pada malam hari 2. Reproduksi Anoa • Anoa dewasa siap kawin pada umur 3–4 tahun. • Musim kawin berlangsung pada musim kemarau, yaitu pada bulan Agustus sampai November. • Masa kehamilan induk anoa sekitar 9–10 bulan atau sekitar 275–315 hari. • Induk anoa akan melahirkan dalam periode Agustus–November tahun berikutnya, yaitu pada musim kemarau atau awal musim hujan • Jumlah anak yang dilahirkan seekor anoa betina setiap kali melahirkan (litter size) adalah 1 ekor, jarang 2 anak yang dilahirkan per kelahiran oleh satu induk. • Rentang hidup anoa (life span) dapat mencapai 27 tahunjan 3. Pakan Anoa Anoa termasuk satwa ruminansia, makanannya lebih banyak memakan dedaunan daripada rerumputan. Hasil penelitian Mustari (1995, 2003, 2019) menunjukkan bahwa di alam, anoa mengonsumsi lebih 140 spesies tumbuhan; jenis makanan anoa terutama tumbuhan dikotil (70%) yaitu daun lebar serta berbagai jenis tumbuhan bawah dan liana, dan tumbuhan monokotil seperti berbagai jenis rumput, bambu, dan berbagai jenis buah yang jatuh ke lantai hutan seperti buah kayu hitam (Diospyros malabarica, D. celebica ), berbagai jenis beringin (Ficus spp), dongi (Dillenia serrata, D.ochreata, D.celebica), rao (Dracontomelon mangiferum, D.dao), huhubi (Artocarpus dasyphyllus), kase (Chisoceton ceramicus), matoa (Pometia pinnata), daun, pucuk, dan rebung bambu (Bambusa spp.), dan sukun hutan (Artocarpus sp.) (Mustari 2019). Bagian tumbuhan yang dimakan anoa, 79% daun, dan sekitar 20% adalah buah (Mustari 2003, Mustari 2019). Di antara spesies kerbau, genus Bubalus, anoa adalah spesies yang paling banyak mengonsumsi buah, sesuai dengan habitatnya, hutan tropis Sulawes
4. Habitat/ Ekologi anoa Anoa dapat dijumpai pada kawasan-kawasan berikut (Mustari 2019): • Sulawesi Utara: Taman Nasional Dumoga-Nani Wartabone, Gunung Poniki, Cagar Alam Gunung Klabat, Suaka Margasatwa Manembo Nembo, Cagar Alam Gunung Ambang, Hutan di Likupang, Langowan, Pangku, dan Paibi. • Gorontalo: DAS dan Hulu Sungai Paguyaman, Suaka Margasatwa Nantu- Boliyohuto, Hutan di daerah Marisa, Cagar Alam Panua. • Sulawesi Tengah: Cagar Alam Gunung Sojol, Tolitoli, Donggala, Cagar Alam Gunung Dako, Gunung Tinombala, Lore Kalamata, Sirenja, Sindue, Balaesang, Dampelas, Besoa, Taman Nasional Lore Lindu dan hutan di Lembah Bada, Hutan Lindung Sangginora di Poso, Mayoa, Pegunungan Pompangeo, Cagar Alam Morowali di Sulawesi Tengah bagian timur, Cagar Alam Tanjung Api Api, Puncak Dingin, Lore Kalamanta, Kulawi, Palolo, Cagar Alam Pangi Binangga, hutan dan pegunungan di Pantai Timur dan Pantai Barat, Pegunungan Takolekaju meliputi Sulawesi Tengah, Barat dan Selatan. • Sulawesi Barat: Taman Nasional Gunung Gandang Dewata-Gunung Mambulilling di Mamasa dan Mamuju, Pegunungan di perbatasan Toraja dan Mamasa, Pegunungan Lampuko-Mampi, Suaka Margasatwa Sumarorang, Binuang, Cagar Alam Masupu. • Sulawesi Tenggara: Suaka Margasatwa Tanjung Amolengo, Suaka Margasatwa Tanjung Peropa, Suaka Margasatwa Tanjung Batikolo, Suaka Margasatwa Tanjung Polewali, Taman Hutan Raya Tanjung Nipa Nipa, hutan di sekitar Lasolo-Sampara, Taman Wisata Alam Mangolo, Hutan Lindung Pegunungan Mekongga di Kolaka Utara, Hutan Lindung di Matarombea di Kolaka Timur dan Konawe Utara, Hutan Lindung Boro-Boro, Taman Nasional Rawa Aopa-Watumohai, Cagar Alam Lamedai, wilayah Lasolo-Sampara, Pegunungan Tangkeleboke, Pegunungan Abuki, Pegunungan Matarombea, Hutan di kawasan Mowewe dan beberapa kawasan hutan di sekitar Asera. • Sulawesi Selatan: Pegunungan di Tanah Toraja, Pegunungan Latimojong, Pegunungan Seiko di Luwu Utara, Panganreyang Tudeya, Cagar Alam Faruhumpenai, Pegunungan Verbek dan hutan lindung di sekitar Danau Matano, Danau Towuti dan Danau Mahalona, hutan di daerah Malili Luwu Timur Hutan Lindung Kambuno Katena, Cagar Alam Bulusaraung. • Pulau Buton: Suaka Margasatwa Lambusango, Cagar Alam Kakenaue, Cagar Alam Buton Utara.
4. Habitat/ Ekologi anoa • Anoa dapat dijumpai mulai dari hutan mangrove, hutan pantai sampai hutan pegunungan, pada ketinggian sekitar 2500–3000 m dpl. • Anoa dataran rendah menghuni hutan dataran rendah pada ketinggian 0–1000 m dpl, sedangkan anoa gunung lebih sering dijumpai pada ketinggian lebih dari 1000 m dpl. Namun pembagian ketinggian tempat tidaklah mutlak, karena sering juga anoa gunung dijumpai pada habitat di bawah 1000 m dpl, bahkan sering dijumpai di hutan pantai mencari mineral. • Selain hutan primer, anoa dapat dijumpai di hutan sekunder dan hutan yang berbatasan dengan kebun untuk mencari makan, namun satwa ini akan selalu menjadikan hutan primer sebagai tempat berlindung tetapnya (cover). • Anoa sering mengunjungi sumber air panas dan sumber air mineral atau belerang Populasi dan habitat satwa ini semakin menurun baik kuantitas maupun kualitasnya disebabkan oleh kegiatan pembukaan hutan untuk pemukiman, perkebunan, pertambangan, perburuan liar dan eksploitasi hutan. Akibat dari berbagai kegiatan tersebut, habitat anoa menjadi terkotak-kotak, populasi tersebar dalam jumlah kecil, yang pada akhirnya akan menyebabkan isolasi genetik dan akhirnya terjadi degradasi mutu genetik satwa tersebut. Semakin sempitnya habitat anoa akibat adanya kegiatan eksploitasi hutan, konversi hutan menjadi lahan pertanian, penempatan transmigrasi, perkebunan, industri turut mempercepat kepunahan satwa ini. Diperkirakan bahwa anoa sudah menghuni pulau Sulawesi sejak lebih dari 60 juta tahun yang lalu. Melalui adaptasi yang sangat lama, anoa memiliki beberapa keunggulan dalam hal kemampuan memanfaatkan sumber daya setempat, adaptasi aiklim, ketahanan penyakit dan berbagai keunggulan yang tidak dimiliki satwa lain. Satwa ini berpotensi menjadi stok plasma nutfah yang sangat potensiil pada masa datang. Upaya konservasi yang lebih mendasar terhadap satwa ini, diantaranya mengamankan habitat dan populasinya, perlu dilakukan untuk mengamankan bank gen tersebut. Semakin sempitnya habitat anoa akibat adanya kegiatan eksploitasi hutan, konversi hutan menjadi lahan pertanian, penempatan transmigrasi, perkebunan, industri turut diperkirakan mempercepat kepunahan satwa ini. Di daerah pedesaan pantai barat Sulawesi Tengah dan selatan, penangkapan anoa dengan jerat untuk kebutuhan daging hingga saat ini masih tetap terjadi. Agar anoa dapat terjamin keberadaannya, perlu adanya upaya konservasi terhadap habitat dan jenis-jenis flora yang merupakan komponen pakan utama anoa. Seiring dengan upaya pelestarian dan konservasi satwa tersebut dilakukan juga upaya pemanfaatan anoa bagi kesejahteraan masyarakat khususnya di wilayah penyebaran anoa. Beberapa informasi tentang potensi satwa ini sebagai sumber protein tinggi dengan lemak rendah telah dilakukan, sehingga pemanfaatan anoa sebagai salah satu penghasil daging adalah sangat prospektif. Selain daripada itu, tanduk dan tengkorak kepala anoa dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai bahan pengobatan. Diharapkan upaya pemanfataan satwa ini dengan benar dapat mengimbangi kebutuhan perkembangan populasi penduduk sehingga keberadaan satwa ini tetap lestari
LKM - Konservasi Anoa berbasis PBL Materi Konservasi Hewan untuk meningkatkan Hasil belajar dan kemampuan berfikir kritis Mahasiswa S1 Biologi Mata Kuliah Issue Konservasi SDA Konservas Waktu Pertemuan i Hewan 2 x 45 Menit Endemik Sub Pokok Bahasan Kompetensi UMUM 1.Menguasai teori 1.Mahasiswa memahami kebijakan biodiversitas yang Nasional konservasi di indonesia mencakup tingkat kajian diversitas ekosistem, 2.Mahasiswa memahami tujuan diversitas spesies dan penting konservasi diversitas genetik 3.Mahasiswa memahami ruang lingkup konservasi 4.Mahasiswa mampu menganalisis manajemen konservasi eks situ dan In situ
Kajian Masalah Kebijakan Konservasi Penelitian yang dilakukan oleh Burton et al. (in prep.) menunjukkan sedikitnya terdapat empat sub populasi anoa yang memiliki variasi genetik berbeda pada wilayah geografi yang berbeda di seluruh Pulau Sulawesi dan Pulau Buton (Gambar 2.). Sub populasi tersebut masing-masing terdapat di Pulau Sulawesi bagian utara, tengah, dan tenggara dan satu sub populasi di Pulau Buton. Sedangkan di bagian selatan Sulawesi, data genetik masih sangat sedikit yang diketahui. Dalam pengelolaan populasi, variasi genetik pada wilayah geografi yang berbeda (longitudinal), serta perbedaan ketinggian (altitudinal) menjadi pertimbangan penting dalam menentukan kawasan prioritas untuk melindungi populasi anoa, dan menjadi dasar dalam penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Anoa 2013-2022. Anoa termasuk satwa soliter, umumnya ditemukan dalam kelompok satu atau dua ekor yaitu jantan dan betina dewasa pada musim kawin, atau induk beserta anaknya. Anoa juga termasuk satwa yang sulit didomestikasi meskipun sudah beberapa tahun dipelihara. Anoa bersifat lebih agresif saat musim birahi, atau induk yang sedang memiliki anak (Mustari 1995, 2003). Anoa merupakan salah satu satwa liar yang relatif sulit berkembang biak karena hanya melahirkan 1 individu dalam sekali kelahiran dengan masa kebuntingan sembilan bulan. Jarak antar kebuntingan paling cepat 2 tahun, serta dewasa kelamin saat berumur 3 tahun untuk betina dan 4 tahun untuk jantan. Walaupun belum terbukti secara ilmiah, berdasarkan beberapa catatan di ex-situ, masa produktif anoa sampai dengan umur 20 tahun.
2. Analisislah apa sajakah keuntungan program konservasi anoa secara eks situ ? Berikanlah 3 cotoh beserta asalannya Jawaban :
1.Bagaimana Pendapat kalian mengenai masalah yang disajikan pada kotak 2! Analisislah Kebijakan yang dilakukan untuk mengelolah keragaman kegetik dari upaya konservasi ? Jawaban :
Perhatikanlah bebrapa gambar diatas! Tuliskanlah Bagaiama Bagaimana karakteristik morfologi anoa gunung dan anoa daratan rendah? Identifikasi berdasarkan data-data yang kalian temukan di beberapa referensi tentang anoa daratan tinggi dan anoa daratan rendah Jawaban :
STUDI POPULASI DAN HABITAT ANOA (Bubalus sp) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG DESA SANGGINORA KABUPATEN POSO Silahkan akses link STUDI POPULASI DAN HABITAT ANOA (Bubalus sp) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG DESA SANGGINORA KABUPATEN POSO dan Identifikasilah ragam ekologi prilaku anoa dihabitat dan karakteristik habitat dialam? Jawaban :
Silahkan aksess 2 link video diatas mengenai bagaimana konservasi anoa dilakukan di balai conversi anoa bereeding center . Setelah itu lakukan mengenai alasan-alasan atau faktor-faktor anoa perlu dikonservasi dengan analisis masing-masing? Jawaban :
Daftar Pustaka Abdul Haris Mustari ,Aidiliana Ufti Prilianti Dan Burhan Uddinmasyud. 2015. Iet And Feeding Behaviour Of Anoa (Bubalussp.) At Taman Margasatwa Ragunan, South Jakarta. Media Konservasi Vol 20, No.3 Desember 2015: 261-26. Groves Cp. 1969. Systematics Of The Anoa (Mammalia, Bovidae). Beaufortia 17:1-12. Iucn. 2013. The 2013 Iucn Red List Of Threatened Species: Bubalus Quarlesi& Bubalus Depressicornis, Iucn. Mansur, 2009. Karakteristik Biofisik Habitat Anoa Dataran Rendah (Bubalus Depressicornis) Dikawasan Hutan Pendidikan Universitas Tadulako. Skripsi, Universitas Tadulako. Muh. Fardir. 2020. Peduli Konservasi Anoa. Https://Balithut- Manado.Org/Index.Php/Homepage/Berita-Utama/105-Peduli-Konservasi-Anoa-Direktur-Wildlife- Reserve-Singapore-Wrs-Kunjungi-Anoa-Breeding-Centre-Bp2lhk-Manado Mustari Ah, Masyud B. 2001. Kebutuhan Nutrisi Anoa (Bubalus Spp.). Media Konservasi. 7(2):75-80. Mustari Ah. 2013. Koleksi Anoa Taman Margasatwa Ragunan. Unpublished Repor. Mustari, A.H. 1996. Ecology And Conservation Of Lowland Anoa (Bubalus Depressicornis Smith) In Tanjung Amolengu Wildlife Reserve Southeast Sulawesi. Dalam: Population And Habitat Viability Assessment Workshop Report. Taman Safari Indonesia, Cisarua. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.54/Menhut-Ii/2013 Tentang Strategi Dan Rencana Aksi Konservasi Anoa (Bubalus Depressicornis Dan Bubalus Quarlesi) Tahun 2013-2022. Https://Www.Asianwildcattle.Org/Uploads/1/2/1/8/121825577/Anoa_Strategy_And_Action_Plan_2013 -22_Indonesian.Pdf Reza Ariawan Ranuntu Dan Sri Ningsih Mallombasang. 2015. Studi Populasi Dan Habitat Anoa (Bubalus Sp) Di Kawasan Hutan Lindung Desa Sangginora Kabupaten Poso. E-Jurnal Mitra Sains, Volume 3 Nomor 2, April 2015 Hlm 81-94. Tikupadang H, Gunawan H, Sila M. 1995. Pengenalan Dan Analisis Kimiawi Jenis-Jenis Vegetasi Pakan Anoa (Bubalus Quarlesi) Di Kawasan Hutan Lindung Kambuno Katena Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan. J. Penelitian Kehutananbpk Ujung Pandang.9(1): 18-28. Tikupadang, H. Dan Guanawan, 1996. Kajian Habitat Dan Populasi Anoa Pegunungan (Buballus Quarlessi). Di Hutan Kambuno Katena Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan. Buletin Penelitian Kehutanan. Bogor.
Search
Read the Text Version
- 1 - 16
Pages: